23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Institusi pendidikan perguruan tinggi pastinya memiliki sarana tempat penjualan makanan dan minuman yang khusus disediakan untuk mahasiswa, dosen, dan staf administrasi, yang biasa disebut kantin. Keberadaan kantin selain untuk memudahkan terpenuhinya kebutuhan makanan dan minuman, juga menjamin kesehatan pengguna kantin.Oleh karena itu dibutuhkan sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan untuk mencegah datangnya vektor penyakit, salah satu diantaranya adalah lalat. Keberadaan lalat sebagai pembawa dan penyebar penyakit pada manusia, melalui penularan secara mekanis menyebabkan myasis sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mendukung penyediaan tempat perkembangbiakannya. Lalat merupakan serangga dari Ordo Diptera yang mempunyai sepasang sayap biru berbentuk membran. Semua bagian tubuh lalat rumah bisa berperan sebagai alat penular penyakit (badan, bulu pada tangan dan kaki, feces dan muntahannya). Kondisi lingkungan yang kotor dan berbau dapat merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi lalat rumah (Ahmad, 2002). Siklus hidup Lalat dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam 1

1 LAPORAN PRAKTIKUM Fly Grill

  • Upload
    uad-ic

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Institusi pendidikan perguruan tinggi pastinya memiliki

sarana tempat penjualan makanan dan minuman yang khusus

disediakan untuk mahasiswa, dosen, dan staf administrasi, yang

biasa disebut kantin. Keberadaan kantin selain untuk

memudahkan terpenuhinya kebutuhan makanan dan minuman, juga

menjamin kesehatan pengguna kantin.Oleh karena itu dibutuhkan

sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan untuk mencegah

datangnya vektor penyakit, salah satu diantaranya adalah

lalat. Keberadaan lalat sebagai pembawa dan penyebar penyakit

pada manusia, melalui penularan secara mekanis menyebabkan

myasis sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mendukung

penyediaan tempat perkembangbiakannya.

Lalat merupakan serangga dari Ordo Diptera yang mempunyai

sepasang sayap biru berbentuk membran. Semua bagian tubuh

lalat rumah bisa berperan sebagai alat penular penyakit

(badan, bulu pada tangan dan kaki, feces dan muntahannya).

Kondisi lingkungan yang kotor dan berbau dapat merupakan

tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan

bagi lalat rumah (Ahmad, 2002).

Siklus hidup Lalat dalam kehidupan lalat dikenal ada 4

(empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa, dan

dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih

dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali

bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam

1

waktu 8–16 jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas

(dibawah 12 –13 ºC). Telur yang menetas akan menjadi larva

berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase

larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat

yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, setelah itu berubah

menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama

dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada

musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C, kemudian akan

keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900

meter. Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-

20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan

mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya.

Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada

kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5

(lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu,

tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga)

bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin (Rudianto,

2002).

Populasi lalat kantin yang banyak akan menyebabkan

gangguan kepada manusia dan dapat menjadi vektor pembawa

penyakit kepada manusia seperti penyakit yang disebabkan oleh

bakteri atau virus. Menurut Rudianto (2002), penyakit yang

dapat ditularkan oleh lalat antara lain: Desentri, Diare,

Typhoid, dan Cholera.

Suatu kantin dikatakan sehat atau tidak dapat dilihat

dari kepadatan lalat di kantin tersebut.Berdasarkan kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan

kerja mengatur bahwa bila kepadatan lalat di sekitar tempat

2

sampah (perindukan) melebihi 2 (dua) ekor per block grill maka

dilakukanpengendalian lalat secara fisik, biologik, dan kimia.

(Kepmenkes, 2004).Sehingga angka laju pertambahan lalat dapat

diminimalisir.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur tingkat

kepadatan lalat yang ada di 6 (enam) area yaitu : kantin

Fakulas Kesehatan Masyarakat (FKM), Kantin Fakulatas Sains dan

Teknologi (FST), kantin Darmawanita, Fakultas Farmasi (FF),

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), dan Fakultas Ilmu

Budaya (FIB) di Universitas Airlangga.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa terampil dalam melaksanakan pemantauan

kepadatan lalat

2. Agar mahasiswa mampu melakukan analisis dari pemantauan

kepadatan lalat

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lalat

Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari Subordo

Cyclorrapha Ordo Diptera yang pada umumnya mempunyai sepasang

sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk

menjaga stabilitas saat terbang (id.Wikipedia.org, 2012).

Selain itu, lalat memiliki kecenderungan untuk memilih

warna alami batang (coklat), dan warna alami dari buah

yaitu warna hijau ( seperti : apel, mangga)

Gambar 2.1. Lalat (en.wikipedia.org )

4

2.2 Pola Hidup Lalat

Adapun pola hidup lalat adalah sebagai berikut :

a. Tempat Perindukan

Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah,

benda-benda organik, tinja,sampah basah, kotoran

binatang, tumbuh-tumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk

secara kumulatif sangat disenangi oleh lalat dan larva

lalat, sedangkan yang tercecer dipakai tempat berkembang

biak lalat.

b. Jarak Terbang

Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makan

yang tersedia.Jarak terbang efektif adalah 450 - 900

meter. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin,

tetapi sebaliknya lalat akan terbang mencapai 1 km.

c. Kebiasaan Makan

Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari

makanan yang satu ke makanan yang lain. Lalat sangat

tertarik pada makan yang dimakan oleh manusia sehari-

hari, seperti gula, susu, dan makanan lainnya, kotoran

manusia serta darah. Sehubungan dengan bentuk mulutnya,

lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang

basah, sedangkan makan yang kering dibasahi oleh ludahnya

terlebih dahulu lalu dihisap.

d. Tempat Istirahat

Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan,

mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-

langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik,

serta tempat-tempat dengan yang tepi tajam dan

5

permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat ini

terletak berdekatan dengan tempat makannya atau tempat

berkembang biaknya, biasanya terlindung dari angin.

Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5

meter di atas permukaan tanah.

e. Lama Hidup

Pada musim panas, berkisar antara 2-4

pekan.Sedangakan pada musim dingin bisa mencapai 20 hari.

f. Temperatur

Lalat mulai terbang pada temperatur 15oC dan

aktifitas optimumnya pada temperatur 21oC.Pada temperatur

di bawah 7,5oC tidak aktif dan diatas 45oC terjadi

kematian.

g. Kelembaban

            Kelembaban erat kaitannya dengan

temperatur setempat.

h.   Cahaya

Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik,

yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun

dapat aktif dengan adanya sinar buatan.

2.3 Pengertian dan Penjelasan tentang Fly Grill

Fly grill merupakan seperangkat alat yang digunakan

untuk mengukur kepadatan lalat di suatu tempat. Fly grill

dapat dibuat dari bilah – bilah kayu yang lebarnya 1,9 cm

dan tebalnya 1,5 cm dengan panjang masing – masing 82 cm

sebanyak 21 dan dicat warna putih. Bilah – bilah yang telah

disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak 2,2 cm pada

6

kerangka kayu yang telah disiapkan dan pemasangan bilah

kayu pada kerangkanya sebaiknya memakai sekrup sehingga

dapat dibongkar pasang. Fly grill dipakai untuk mengukur

tingkat kepadatan lalat dengan cara meletakkan Fly grill

pada tempat yang akan diukur kepadatan lalatnya. Kemudian

dihitung jumlah lalat yang hinggap di atas Fly grill dengan

menggunakan alat penghitung (hand counter) selama 30 detik.

Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan

kemudian dari 5 kali hasil perhitungan lalat yang tertinggi

dibuat rata – ratanya dan dicatat dalam kartu hasil

perhitungan .

Gambar 2.2. Fly grill dan Hand Counter (dokumentasi

pribadi kelompok)

Selanjutnya angka rata – rata hasil perhitungan

digunakan sebagai petunjuk (indeks) populasi pada satu

lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interpretasi hasil

pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi (Blok

Grill) sebagai berikut :

a) 0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah

b) 3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan

terhadap tempat –

7

tempat berkembangbiakan lalat ( tumpukan

sampah , kotoran hewan dan lain –

lain )

c) 6 – 20 : Tinggi / padat dan perlu pengamanan

terhadap tempat –

tempat berkembangbiakan lalat dan bila

mungkin

direncanakan upaya pengandaliannya.

d) >21 : Sangat tinggi / sangat padat dan perlu

dilakukan pengamanan

terhadap tempat – tempat perkembangbiakan

lalat dan

tindakan pengendalian lalat.

Lalat menyukai tempat-tempat yang berbau menyengat

dan tempat yang cukup lembab. Sedangkan,warna yang

disukai lalat umumnya adalah warna natural seperti warna

cokelat pada batang dan hijau seperti buah atau sayur

segar. Keberadaan lalat memang cukup mengganggu, tidak

hanya dalam estetika saja, tetapi juga menyebabkan

berbagai penyakit. Peran kantin dalam penyebaran penyakit

akibat dari lalat memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Maka dari itu kami mencoba menggunakan fly grill untuk

mengetahui jumlah kepadatan lalat yang ada pada kantin

Universitas Airlangga sebagai dasar dalam melakukan

analisis tindakan preventive.

8

BAB III

METODE PRAKTIKUM

9

Metode yang digunakan dalam praktikum penghitugan

kepadatan lalat ini digunakan metode observasi dengan

menggunakan alat fly grill dan hand counter sebagai alat penghitung

lalat. Sehingga, diharapkan dengan menggunakan metode

observasi ini hasil yang didapatkan sesuai dengan kondisi

nyata di tempat tersebut.

3.1 Jadwal dan Tempat Kegiatan

Tabel 1.Time Schedule Kegiatan Kelompok 1

No KegiatanMARET

1

2

1

3

1

4

1

5

1

6

1

7

1

8

1

9

2

0

2

1

2

2

2

3

2

4

2

5

2

61 Persiapan surat

izin peminjaman

alat untuk

praktikum

kepadatan lalat2 Persiapan

praktikum

kepadatan lalat3 Praktikum

kepadatan lalat4 Evaluasi Hasil5 Persiapan

pembuatan materi

presentasi

praktikum

10

6 Presentasi

Praktikum

Kesling

(Kepadatan lalat

6 fakultas)

Adapun kegiatan yang dilakukan kelompok 1 untuk

praktikum kepadatan lalat adalah sebagai berikut :

Tanggal 12-13: Mempersiapkan surat izin untuk

meminjam alat dan bahan untuk kebutuhan

praktikum penghitungan kepadatan lalat

Tanggal 13 : Persiapan kebutuhan alat kelompok tambahan

yang dibutuhkan sekaligus pengecekan

kebutuhan yang masih belum ada (contoh :

form tingkat kepadatan lalat, alat tulis

menulis, dan lain-lain)

Tanggal 19-23: Praktikum Kepadatan Lalat di beberapa

titik pada kantin di 6 fakultas yaitu FKM,

FST, Kantin Darmawanita, FF, FISIP dan FIB

Universitas Airlangga.

Tanggal 24 :Evaluasi hasil dan memperbandingkan jumlah

kepadatan lalat pada masing-masing fakultas

serta pengkategorian jumlah kepadatan lalat

di masing-masing fakultas.

Tanggal 25 : Mempersiapkan PPT yang dibutuhkan dalam

presentasi hasil praktikum

Tanggal 26 : Presentasi pada mata kuliah praktikum

kesehatan lingkungan

11

Tempat : Praktikum dilaksanakan di kantin FKM (Fakultas

Kesehatan Masyarakat), FST (Fakultas Sains dan

Teknologi), Kantin Darmawanita Rektorat, FISIP

(Fakultas Ilmu Sosial dan Politik), FF (Fakultas

Farmasi), dan FIB (Fakultas Ilmu Budaya).

3.2 Pelaksanaan Praktikum

a. Tanggal Pelaksanaan : 19 – 23 Maret 2012

b. Waktu Pelaksanaan : Pukul 14.00 – 16.00 WIB

c. Alat dan Bahan

Alat :

1. Alat tulis

2. Alat Penghitung (Hand Counter)

3. Fly Grill

4. Stopwatch

5. Kamera Digital

Bahan :

1) Lalat

d. Cara Kerja (Prosedur penghitungan kepadatan lalat)

a. Tentukan lokasi penghitungan kepadatan lalat

b. Keluarkan fly grill dan amati kondisi sekitar

c. Letakkan fly grill pada titik sampling yang telah

ditentukan.

d. Hitung kepadatan lalat di titik tersebut dengan

durasi setiap 30 detik ada berapa lalat yang

menempel.

12

e. Ulangi 2 kali penghitungan kepadatan lalat pada

titik yang berbeda hingga mendapatkan 10 titik.

f. Hitung rata-rata kepadatan lalat setiap titik dari 5

penghitungan tertinggi kemudian dibagi 5.

g. Hasil kepadatan lalat berdasarkan pengukuran pertama

dan kedua dibandingkan kemudian dikategorikan

berdasarkan indeks kepadatan lalat.

3.3 Lembar Pengukuran

a. Form Pengukur Kepadatan Lalat

HASIL PENGUKURAN TINGKAT KEPADATAN LALAT

DI Kantin FKM, FST, Darmawanita, FISIP, FF, FIB

BULAN : Maret 2012

A. Lokasi Pengukuran : FKM

1) Hasil Pengukuran 10 Titik

Pengukuran

ke-

Periode Waktu (30 Detik)Total

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 0 5 4 8 2 0 7 2 3 1 322 5 2 6 5 0 4 11 1 0 0 342) 5 Titik Tertinggi

a. Pengukuran Pertama

Titik T4 T7 T2 T3 T9Total

(X)Jumlah

Lalat8 7 5 4 3 27

b. Pengukuran Kedua

13

Titik T7 T3 T4 T1 T6Total

(X)Jumlah

Lalat11 6 5 5 4 31

c. Rata-Rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi

I = 27/5 = 5,4

II = 31/5 = 6,2

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengukuran pertama dan kedua kepadatan

lalat Fakultas Kesehatan Masyarakat termasuk Kategori

Tinggi atau Padat.

B. Lokasi Pengukuran: Kantin FST

1) Hasil Pengukuran 10 Titik

Pengukuran

ke-

Periode Waktu (30 Detik)Total

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 0 0 0 8 0 4 2 1 0 2 172 0 0 0 0 0 2 0 5 0 4 112) 5 Titik Tertinggi

a. Pengukuran Pertama

Titik T4 T6 T7 T10 T8Total

(X)Jumlah

Lalat8 4 2 2 1 17

b. Pengukuran Kedua

Titik T8 T10 T6 T4 T5 Total

14

(X)Jumlah

Lalat5 4 2 0 01 11

3) Rata-rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi

I = 17/5 = 3,4

II = 11/5 = 2,2

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengukuran pertama dan kedua kepadatan lalat

Sains dan Teknologi termasuk Kategori Sedang.

C. Lokasi Pengukuran: Kantin Darmawanita Universitas Airlangga

1) Hasil Pengukuran 10 Titik

Pengukuran

ke-

Periode Waktu (30 Detik)Total

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 22 0 0 1 0 5 0 0 0 0 1 72) 5 Titik Tertinggi

a. Pengukuran Pertama

Titik T7 T3 T6 T2 T1Total

(X)Jumlah

Lalat1 1 0 0 0 2

b. Pengukuran Kedua

15

Titik T5 T3 T10 T2 T1Total

(X)Jumlah

Lalat5 1 1 0 0 7

c. Rata-rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi

I = 2/5 = 0,4

II = 7/5 = 1,4

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengukuran pertama dan kedua kepadatan

lalat Kantin Darmawanita termasuk Kategori Rendah.

Nb. Dikarenakan Fakultas Kedokteran Hewan mengalamai kendala

masalah perizinan dan administrasi maka pengukuran dipindah ke

Kantin Darmawanita Universitas Airlangga

D. Lokasi Pengukuran: Kantin FISIP

1) Hasil Pengukuran 10 Titik

Pengukuran

ke-

Periode Waktu (30 Detik)Total

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 0 1 0 0 0 0 - - - - 12 0 0 0 0 0 - - - - - 0

2) 5 Titik Tertinggi

a. Pengukuran Pertama

Titik T2 T1 T3 T5 T6Total

(X)

16

Jumlah

Lalat1 0 0 0 0 1

b. Pengukuran Kedua

Titik T2 T1 T3 T5 T6Total

(X)Jumlah

Lalat0 0 0 0 0 0

3) Rata-rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi

I = 1 / 5 = 0,2

II = 0 / 5 = 0

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengukuran pertama dan kedua FISIP termasuk

Kategori Rendah

E. Lokasi Pengukuran: FIB

1) Hasil Pengukuran 10 Titik

Pengukuran

ke-

Periode Waktu (30 Detik)Total

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 1 0 5 0 0 8 26 - - - 402 0 5 0 0 0 10 35 - - - 502) 5 Titik Tertinggi

a. Pengukuran Pertama

Titik T7 T6 T3 T1 T5Total

(X)Jumlah

Lalat26 8 5 1 0 40

b. Pengukuran Kedua

Titik T7 T6 T2 T1 T5 Total

17

(X)Jumlah

Lalat35 10 5 0 0 50

3) Rata-rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi

I = 40 / 5 = 8

II = 50 / 5 = 10

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengukuran pertama dan kedua kepadatan

lalat Sains dan Teknologi termasuk Kategori Tinggi atau

Padat.

F. Lokasi Pengukuran : Farmasi

1) Hasil Pengukuran 10 Titik

Pengukuran

ke-

Periode Waktu (30 Detik)Total

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 11 0 0 0 0 7 3 0 0 0 212 2 0 0 0 3 2 1 0 0 0 82) 5 Titik Tertinggi

a. Pengukuran Kedua

Titik T1 T6 T7 T2 T3Total

(X)Jumlah

Lalat11 7 3 0 0 21

b. Pengukuran Kedua

Titik T5 T6 T1 T7 T2Total

(X)

18

Jumlah

Lalat3 2 2 1 0 8

3) Rata-rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi

I = 21 / 5 = 4,2

II = 8 / 5 = 1,6

Kesimpulan :

Hasil pengukuran pertama dan kedua kepadatan lalat

Fakultas Farmasi memiliki nilai kepadatan yang berbeda

pada pengukuran pertama termasuk Kategori Sedang,

sedangkan pengukuran Kedua termasuk Kategori Rendah hal

ini dikarenakan pada pengukuran pertama masih banyak

terdapat beberapa orang yang makan sedangkan pada

pengukuran kedua Kantin Farmasi sudah sepi.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, R dan Heru R (2006).Studi tentang Perbedaan Jarak

Perumahan ke TPA Sampah Open Dumping dengan Indikator Tingkat

Kepadatan Lalat dan Kejadian Diare (Studi di Desa Kenep Kecamatan

Beji Kabupaten Pasuruan).http://www.journal.

Unair .ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-06.pdf (Diakses

tanggal 2 Maret 2012)

Jannah, Dewi Nur. (2006). Perbedaan Kepadatan Lalat pada Berbagai

Warna Fly

Grill.http://www.adln.fkm.unair.ac.id/gdl .php?

19

mod=browse&op=read&id=adlnfkm-adln-s2-2006-

dewinurjan-283 (Diakses tanggal 1 Maret 2012)

Kepmenkes.(2007). Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan

Kerja (K3) di Rumah

Sakit.www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/ KMK%20432-

IV%20K3%20RS.pdf. (Diakses tanggal 1 Maret 2012)

Wulan, Audry (2009). Pengukuran Kepadatan Lalat di Area TPA Ngronggo

Salatiga.http://audrywulan.blogspot.com/2009/11/penguk

uran-kepadatan-lalat-di-area-tpa.html (Diakses

tanggal 2 Maret 2012)

Lampiran

20

Gambar 1. Pengukuran Kepadatan Lalat di Kantin FKM (Fakultas

Kesehatan Masyarakat) Pukul 14.30-16.00

Gambar 2. Pengukuran Kepadatan Lalat di Kantin FST

(Fakultas Sains dan Teknologi) Pukul 14.20-15.00

21

Gambar 3. Pengukuran Kepadatan Lalat di Kantin FF (Fakultas

Farmasi)

Pukul 14.00-14.30

Gambar 4. Pengukuran Kepadatan Lalat di Kantin FIB

(Fakultas Ilmu Budaya).

Pukul 15.00-16.00

22

23