Upload
uad-ic
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Institusi pendidikan perguruan tinggi pastinya memiliki
sarana tempat penjualan makanan dan minuman yang khusus
disediakan untuk mahasiswa, dosen, dan staf administrasi, yang
biasa disebut kantin. Keberadaan kantin selain untuk
memudahkan terpenuhinya kebutuhan makanan dan minuman, juga
menjamin kesehatan pengguna kantin.Oleh karena itu dibutuhkan
sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan untuk mencegah
datangnya vektor penyakit, salah satu diantaranya adalah
lalat. Keberadaan lalat sebagai pembawa dan penyebar penyakit
pada manusia, melalui penularan secara mekanis menyebabkan
myasis sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mendukung
penyediaan tempat perkembangbiakannya.
Lalat merupakan serangga dari Ordo Diptera yang mempunyai
sepasang sayap biru berbentuk membran. Semua bagian tubuh
lalat rumah bisa berperan sebagai alat penular penyakit
(badan, bulu pada tangan dan kaki, feces dan muntahannya).
Kondisi lingkungan yang kotor dan berbau dapat merupakan
tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan
bagi lalat rumah (Ahmad, 2002).
Siklus hidup Lalat dalam kehidupan lalat dikenal ada 4
(empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa, dan
dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih
dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali
bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam
1
waktu 8–16 jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas
(dibawah 12 –13 ºC). Telur yang menetas akan menjadi larva
berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase
larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat
yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, setelah itu berubah
menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama
dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada
musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C, kemudian akan
keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900
meter. Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-
20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan
mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya.
Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada
kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5
(lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu,
tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga)
bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin (Rudianto,
2002).
Populasi lalat kantin yang banyak akan menyebabkan
gangguan kepada manusia dan dapat menjadi vektor pembawa
penyakit kepada manusia seperti penyakit yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Menurut Rudianto (2002), penyakit yang
dapat ditularkan oleh lalat antara lain: Desentri, Diare,
Typhoid, dan Cholera.
Suatu kantin dikatakan sehat atau tidak dapat dilihat
dari kepadatan lalat di kantin tersebut.Berdasarkan kepmenkes
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
kerja mengatur bahwa bila kepadatan lalat di sekitar tempat
2
sampah (perindukan) melebihi 2 (dua) ekor per block grill maka
dilakukanpengendalian lalat secara fisik, biologik, dan kimia.
(Kepmenkes, 2004).Sehingga angka laju pertambahan lalat dapat
diminimalisir.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur tingkat
kepadatan lalat yang ada di 6 (enam) area yaitu : kantin
Fakulas Kesehatan Masyarakat (FKM), Kantin Fakulatas Sains dan
Teknologi (FST), kantin Darmawanita, Fakultas Farmasi (FF),
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), dan Fakultas Ilmu
Budaya (FIB) di Universitas Airlangga.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa terampil dalam melaksanakan pemantauan
kepadatan lalat
2. Agar mahasiswa mampu melakukan analisis dari pemantauan
kepadatan lalat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Lalat
Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari Subordo
Cyclorrapha Ordo Diptera yang pada umumnya mempunyai sepasang
sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk
menjaga stabilitas saat terbang (id.Wikipedia.org, 2012).
Selain itu, lalat memiliki kecenderungan untuk memilih
warna alami batang (coklat), dan warna alami dari buah
yaitu warna hijau ( seperti : apel, mangga)
Gambar 2.1. Lalat (en.wikipedia.org )
4
2.2 Pola Hidup Lalat
Adapun pola hidup lalat adalah sebagai berikut :
a. Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah,
benda-benda organik, tinja,sampah basah, kotoran
binatang, tumbuh-tumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk
secara kumulatif sangat disenangi oleh lalat dan larva
lalat, sedangkan yang tercecer dipakai tempat berkembang
biak lalat.
b. Jarak Terbang
Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makan
yang tersedia.Jarak terbang efektif adalah 450 - 900
meter. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin,
tetapi sebaliknya lalat akan terbang mencapai 1 km.
c. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari
makanan yang satu ke makanan yang lain. Lalat sangat
tertarik pada makan yang dimakan oleh manusia sehari-
hari, seperti gula, susu, dan makanan lainnya, kotoran
manusia serta darah. Sehubungan dengan bentuk mulutnya,
lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang
basah, sedangkan makan yang kering dibasahi oleh ludahnya
terlebih dahulu lalu dihisap.
d. Tempat Istirahat
Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan,
mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-
langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik,
serta tempat-tempat dengan yang tepi tajam dan
5
permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat ini
terletak berdekatan dengan tempat makannya atau tempat
berkembang biaknya, biasanya terlindung dari angin.
Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5
meter di atas permukaan tanah.
e. Lama Hidup
Pada musim panas, berkisar antara 2-4
pekan.Sedangakan pada musim dingin bisa mencapai 20 hari.
f. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperatur 15oC dan
aktifitas optimumnya pada temperatur 21oC.Pada temperatur
di bawah 7,5oC tidak aktif dan diatas 45oC terjadi
kematian.
g. Kelembaban
Kelembaban erat kaitannya dengan
temperatur setempat.
h. Cahaya
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik,
yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun
dapat aktif dengan adanya sinar buatan.
2.3 Pengertian dan Penjelasan tentang Fly Grill
Fly grill merupakan seperangkat alat yang digunakan
untuk mengukur kepadatan lalat di suatu tempat. Fly grill
dapat dibuat dari bilah – bilah kayu yang lebarnya 1,9 cm
dan tebalnya 1,5 cm dengan panjang masing – masing 82 cm
sebanyak 21 dan dicat warna putih. Bilah – bilah yang telah
disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak 2,2 cm pada
6
kerangka kayu yang telah disiapkan dan pemasangan bilah
kayu pada kerangkanya sebaiknya memakai sekrup sehingga
dapat dibongkar pasang. Fly grill dipakai untuk mengukur
tingkat kepadatan lalat dengan cara meletakkan Fly grill
pada tempat yang akan diukur kepadatan lalatnya. Kemudian
dihitung jumlah lalat yang hinggap di atas Fly grill dengan
menggunakan alat penghitung (hand counter) selama 30 detik.
Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan
kemudian dari 5 kali hasil perhitungan lalat yang tertinggi
dibuat rata – ratanya dan dicatat dalam kartu hasil
perhitungan .
Gambar 2.2. Fly grill dan Hand Counter (dokumentasi
pribadi kelompok)
Selanjutnya angka rata – rata hasil perhitungan
digunakan sebagai petunjuk (indeks) populasi pada satu
lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interpretasi hasil
pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi (Blok
Grill) sebagai berikut :
a) 0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
b) 3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat –
7
tempat berkembangbiakan lalat ( tumpukan
sampah , kotoran hewan dan lain –
lain )
c) 6 – 20 : Tinggi / padat dan perlu pengamanan
terhadap tempat –
tempat berkembangbiakan lalat dan bila
mungkin
direncanakan upaya pengandaliannya.
d) >21 : Sangat tinggi / sangat padat dan perlu
dilakukan pengamanan
terhadap tempat – tempat perkembangbiakan
lalat dan
tindakan pengendalian lalat.
Lalat menyukai tempat-tempat yang berbau menyengat
dan tempat yang cukup lembab. Sedangkan,warna yang
disukai lalat umumnya adalah warna natural seperti warna
cokelat pada batang dan hijau seperti buah atau sayur
segar. Keberadaan lalat memang cukup mengganggu, tidak
hanya dalam estetika saja, tetapi juga menyebabkan
berbagai penyakit. Peran kantin dalam penyebaran penyakit
akibat dari lalat memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Maka dari itu kami mencoba menggunakan fly grill untuk
mengetahui jumlah kepadatan lalat yang ada pada kantin
Universitas Airlangga sebagai dasar dalam melakukan
analisis tindakan preventive.
8
Metode yang digunakan dalam praktikum penghitugan
kepadatan lalat ini digunakan metode observasi dengan
menggunakan alat fly grill dan hand counter sebagai alat penghitung
lalat. Sehingga, diharapkan dengan menggunakan metode
observasi ini hasil yang didapatkan sesuai dengan kondisi
nyata di tempat tersebut.
3.1 Jadwal dan Tempat Kegiatan
Tabel 1.Time Schedule Kegiatan Kelompok 1
No KegiatanMARET
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
61 Persiapan surat
izin peminjaman
alat untuk
praktikum
kepadatan lalat2 Persiapan
praktikum
kepadatan lalat3 Praktikum
kepadatan lalat4 Evaluasi Hasil5 Persiapan
pembuatan materi
presentasi
praktikum
10
6 Presentasi
Praktikum
Kesling
(Kepadatan lalat
6 fakultas)
Adapun kegiatan yang dilakukan kelompok 1 untuk
praktikum kepadatan lalat adalah sebagai berikut :
Tanggal 12-13: Mempersiapkan surat izin untuk
meminjam alat dan bahan untuk kebutuhan
praktikum penghitungan kepadatan lalat
Tanggal 13 : Persiapan kebutuhan alat kelompok tambahan
yang dibutuhkan sekaligus pengecekan
kebutuhan yang masih belum ada (contoh :
form tingkat kepadatan lalat, alat tulis
menulis, dan lain-lain)
Tanggal 19-23: Praktikum Kepadatan Lalat di beberapa
titik pada kantin di 6 fakultas yaitu FKM,
FST, Kantin Darmawanita, FF, FISIP dan FIB
Universitas Airlangga.
Tanggal 24 :Evaluasi hasil dan memperbandingkan jumlah
kepadatan lalat pada masing-masing fakultas
serta pengkategorian jumlah kepadatan lalat
di masing-masing fakultas.
Tanggal 25 : Mempersiapkan PPT yang dibutuhkan dalam
presentasi hasil praktikum
Tanggal 26 : Presentasi pada mata kuliah praktikum
kesehatan lingkungan
11
Tempat : Praktikum dilaksanakan di kantin FKM (Fakultas
Kesehatan Masyarakat), FST (Fakultas Sains dan
Teknologi), Kantin Darmawanita Rektorat, FISIP
(Fakultas Ilmu Sosial dan Politik), FF (Fakultas
Farmasi), dan FIB (Fakultas Ilmu Budaya).
3.2 Pelaksanaan Praktikum
a. Tanggal Pelaksanaan : 19 – 23 Maret 2012
b. Waktu Pelaksanaan : Pukul 14.00 – 16.00 WIB
c. Alat dan Bahan
Alat :
1. Alat tulis
2. Alat Penghitung (Hand Counter)
3. Fly Grill
4. Stopwatch
5. Kamera Digital
Bahan :
1) Lalat
d. Cara Kerja (Prosedur penghitungan kepadatan lalat)
a. Tentukan lokasi penghitungan kepadatan lalat
b. Keluarkan fly grill dan amati kondisi sekitar
c. Letakkan fly grill pada titik sampling yang telah
ditentukan.
d. Hitung kepadatan lalat di titik tersebut dengan
durasi setiap 30 detik ada berapa lalat yang
menempel.
12
e. Ulangi 2 kali penghitungan kepadatan lalat pada
titik yang berbeda hingga mendapatkan 10 titik.
f. Hitung rata-rata kepadatan lalat setiap titik dari 5
penghitungan tertinggi kemudian dibagi 5.
g. Hasil kepadatan lalat berdasarkan pengukuran pertama
dan kedua dibandingkan kemudian dikategorikan
berdasarkan indeks kepadatan lalat.
3.3 Lembar Pengukuran
a. Form Pengukur Kepadatan Lalat
HASIL PENGUKURAN TINGKAT KEPADATAN LALAT
DI Kantin FKM, FST, Darmawanita, FISIP, FF, FIB
BULAN : Maret 2012
A. Lokasi Pengukuran : FKM
1) Hasil Pengukuran 10 Titik
Pengukuran
ke-
Periode Waktu (30 Detik)Total
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 0 5 4 8 2 0 7 2 3 1 322 5 2 6 5 0 4 11 1 0 0 342) 5 Titik Tertinggi
a. Pengukuran Pertama
Titik T4 T7 T2 T3 T9Total
(X)Jumlah
Lalat8 7 5 4 3 27
b. Pengukuran Kedua
13
Titik T7 T3 T4 T1 T6Total
(X)Jumlah
Lalat11 6 5 5 4 31
c. Rata-Rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi
I = 27/5 = 5,4
II = 31/5 = 6,2
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengukuran pertama dan kedua kepadatan
lalat Fakultas Kesehatan Masyarakat termasuk Kategori
Tinggi atau Padat.
B. Lokasi Pengukuran: Kantin FST
1) Hasil Pengukuran 10 Titik
Pengukuran
ke-
Periode Waktu (30 Detik)Total
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 0 0 0 8 0 4 2 1 0 2 172 0 0 0 0 0 2 0 5 0 4 112) 5 Titik Tertinggi
a. Pengukuran Pertama
Titik T4 T6 T7 T10 T8Total
(X)Jumlah
Lalat8 4 2 2 1 17
b. Pengukuran Kedua
Titik T8 T10 T6 T4 T5 Total
14
(X)Jumlah
Lalat5 4 2 0 01 11
3) Rata-rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi
I = 17/5 = 3,4
II = 11/5 = 2,2
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengukuran pertama dan kedua kepadatan lalat
Sains dan Teknologi termasuk Kategori Sedang.
C. Lokasi Pengukuran: Kantin Darmawanita Universitas Airlangga
1) Hasil Pengukuran 10 Titik
Pengukuran
ke-
Periode Waktu (30 Detik)Total
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 22 0 0 1 0 5 0 0 0 0 1 72) 5 Titik Tertinggi
a. Pengukuran Pertama
Titik T7 T3 T6 T2 T1Total
(X)Jumlah
Lalat1 1 0 0 0 2
b. Pengukuran Kedua
15
Titik T5 T3 T10 T2 T1Total
(X)Jumlah
Lalat5 1 1 0 0 7
c. Rata-rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi
I = 2/5 = 0,4
II = 7/5 = 1,4
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengukuran pertama dan kedua kepadatan
lalat Kantin Darmawanita termasuk Kategori Rendah.
Nb. Dikarenakan Fakultas Kedokteran Hewan mengalamai kendala
masalah perizinan dan administrasi maka pengukuran dipindah ke
Kantin Darmawanita Universitas Airlangga
D. Lokasi Pengukuran: Kantin FISIP
1) Hasil Pengukuran 10 Titik
Pengukuran
ke-
Periode Waktu (30 Detik)Total
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 0 1 0 0 0 0 - - - - 12 0 0 0 0 0 - - - - - 0
2) 5 Titik Tertinggi
a. Pengukuran Pertama
Titik T2 T1 T3 T5 T6Total
(X)
16
Jumlah
Lalat1 0 0 0 0 1
b. Pengukuran Kedua
Titik T2 T1 T3 T5 T6Total
(X)Jumlah
Lalat0 0 0 0 0 0
3) Rata-rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi
I = 1 / 5 = 0,2
II = 0 / 5 = 0
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengukuran pertama dan kedua FISIP termasuk
Kategori Rendah
E. Lokasi Pengukuran: FIB
1) Hasil Pengukuran 10 Titik
Pengukuran
ke-
Periode Waktu (30 Detik)Total
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 1 0 5 0 0 8 26 - - - 402 0 5 0 0 0 10 35 - - - 502) 5 Titik Tertinggi
a. Pengukuran Pertama
Titik T7 T6 T3 T1 T5Total
(X)Jumlah
Lalat26 8 5 1 0 40
b. Pengukuran Kedua
Titik T7 T6 T2 T1 T5 Total
17
(X)Jumlah
Lalat35 10 5 0 0 50
3) Rata-rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi
I = 40 / 5 = 8
II = 50 / 5 = 10
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengukuran pertama dan kedua kepadatan
lalat Sains dan Teknologi termasuk Kategori Tinggi atau
Padat.
F. Lokasi Pengukuran : Farmasi
1) Hasil Pengukuran 10 Titik
Pengukuran
ke-
Periode Waktu (30 Detik)Total
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T101 11 0 0 0 0 7 3 0 0 0 212 2 0 0 0 3 2 1 0 0 0 82) 5 Titik Tertinggi
a. Pengukuran Kedua
Titik T1 T6 T7 T2 T3Total
(X)Jumlah
Lalat11 7 3 0 0 21
b. Pengukuran Kedua
Titik T5 T6 T1 T7 T2Total
(X)
18
Jumlah
Lalat3 2 2 1 0 8
3) Rata-rata Kepadatan Lalat dari 5 Titik Tertinggi
I = 21 / 5 = 4,2
II = 8 / 5 = 1,6
Kesimpulan :
Hasil pengukuran pertama dan kedua kepadatan lalat
Fakultas Farmasi memiliki nilai kepadatan yang berbeda
pada pengukuran pertama termasuk Kategori Sedang,
sedangkan pengukuran Kedua termasuk Kategori Rendah hal
ini dikarenakan pada pengukuran pertama masih banyak
terdapat beberapa orang yang makan sedangkan pada
pengukuran kedua Kantin Farmasi sudah sepi.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, R dan Heru R (2006).Studi tentang Perbedaan Jarak
Perumahan ke TPA Sampah Open Dumping dengan Indikator Tingkat
Kepadatan Lalat dan Kejadian Diare (Studi di Desa Kenep Kecamatan
Beji Kabupaten Pasuruan).http://www.journal.
Unair .ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-06.pdf (Diakses
tanggal 2 Maret 2012)
Jannah, Dewi Nur. (2006). Perbedaan Kepadatan Lalat pada Berbagai
Warna Fly
Grill.http://www.adln.fkm.unair.ac.id/gdl .php?
19
mod=browse&op=read&id=adlnfkm-adln-s2-2006-
dewinurjan-283 (Diakses tanggal 1 Maret 2012)
Kepmenkes.(2007). Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah
Sakit.www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/ KMK%20432-
IV%20K3%20RS.pdf. (Diakses tanggal 1 Maret 2012)
Wulan, Audry (2009). Pengukuran Kepadatan Lalat di Area TPA Ngronggo
Salatiga.http://audrywulan.blogspot.com/2009/11/penguk
uran-kepadatan-lalat-di-area-tpa.html (Diakses
tanggal 2 Maret 2012)
Lampiran
20
Gambar 1. Pengukuran Kepadatan Lalat di Kantin FKM (Fakultas
Kesehatan Masyarakat) Pukul 14.30-16.00
Gambar 2. Pengukuran Kepadatan Lalat di Kantin FST
(Fakultas Sains dan Teknologi) Pukul 14.20-15.00
21
Gambar 3. Pengukuran Kepadatan Lalat di Kantin FF (Fakultas
Farmasi)
Pukul 14.00-14.30
Gambar 4. Pengukuran Kepadatan Lalat di Kantin FIB
(Fakultas Ilmu Budaya).
Pukul 15.00-16.00
22