31
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka adalah penjabaran dari kerangka teoretis yang mengandung kumpulan materi dari beberapa sumber terpilih untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam pembahasan penelitian. Suatu karya ilmiah harus menggunakan dasar analisis tertentu yang relevan, yaitu sebuah teori. Teori dalam penelitian adalah teori-teori dari para ahli bahasa yang kemudian diterapkan dalam penelitian ini. Dalam kajian pustaka ini, teori yang berkenaan dengan sosiolinguistik, variasi bahasa, bahasa jargon, bentuk, dan fungsi bahasa. Kemudian, pada bagian akhir terdapat suatu bagan kerangka berpikir yang berisikan tentang rasionalitas peneliti dalam permasalahan penelitiannya. 2.1 Bahasa sebagai Alat Komunikasi Bahasa adalah ungkapan yang dapat digunakan untuk menyampaikan suatu maksud kepada orang lain. Suatu maksud tersebut disampaikan oleh seorang penutur agar dapat dipahami oleh orang lain atau lawan tutur. Manusia adalah makhluk sosial yaitu tidak dapat hidup sendirian. Interaksi yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dapat menciptakan suatu hubungan yang erat dan menumbuhkan berbagai bahasa. Tanpa disadari bahwa bahasa adalah hasil karya dari manusia untuk menyampaikan pendapat, menyampaikan berbagai perasaan, dan sebagainya. Apabila tidak ada bahasa, seseorang tidak dapat melakukan komunikasi dengan orang lain. Adanya interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap manusia dapat menghasilkan bahasa yang beragam. Berkembangnya ragam bahasa terjadi apabila bahasa yang digunakan oleh masyarakat sangat beragam dan berada di lingkungan yang cukup luas. Terdapat proses pembagian fungsi antara bahasa

2.1 Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Embed Size (px)

Citation preview

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka adalah penjabaran dari kerangka teoretis yang mengandung

kumpulan materi dari beberapa sumber terpilih untuk dijadikan sebagai acuan

pokok dalam pembahasan penelitian. Suatu karya ilmiah harus menggunakan

dasar analisis tertentu yang relevan, yaitu sebuah teori. Teori dalam penelitian

adalah teori-teori dari para ahli bahasa yang kemudian diterapkan dalam

penelitian ini. Dalam kajian pustaka ini, teori yang berkenaan dengan

sosiolinguistik, variasi bahasa, bahasa jargon, bentuk, dan fungsi bahasa.

Kemudian, pada bagian akhir terdapat suatu bagan kerangka berpikir yang

berisikan tentang rasionalitas peneliti dalam permasalahan penelitiannya.

2.1 Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Bahasa adalah ungkapan yang dapat digunakan untuk menyampaikan

suatu maksud kepada orang lain. Suatu maksud tersebut disampaikan oleh seorang

penutur agar dapat dipahami oleh orang lain atau lawan tutur. Manusia adalah

makhluk sosial yaitu tidak dapat hidup sendirian. Interaksi yang dilakukan oleh

seseorang dengan orang lain dapat menciptakan suatu hubungan yang erat dan

menumbuhkan berbagai bahasa. Tanpa disadari bahwa bahasa adalah hasil karya

dari manusia untuk menyampaikan pendapat, menyampaikan berbagai perasaan,

dan sebagainya. Apabila tidak ada bahasa, seseorang tidak dapat melakukan

komunikasi dengan orang lain.

Adanya interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap manusia dapat

menghasilkan bahasa yang beragam. Berkembangnya ragam bahasa terjadi

apabila bahasa yang digunakan oleh masyarakat sangat beragam dan berada di

lingkungan yang cukup luas. Terdapat proses pembagian fungsi antara bahasa

10

yang satu dengan bahasa yang lain. Adanya satu bahasa tertentu dapat digunakan

dalam keadaan ragam formal, sedangkan bahasa yang lain dapat digunakan dalam

keadaan ragam nonformal atau dapat dikatakan sebagai sarana komunikasi

intradaerah.

Bahasa merupakan sebuah lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

oleh seseorang untuk melakukan kerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri (Kridalaksana dalam Aslinda dan Syafyahya, 2010:1).

Sebagai suatu sistem, bahasa terbentuk karena adanya sebuah aturan, kaidah, atau

pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata

kalimat. Lambang atau simbol yang digunakan oleh suatu sistem bahasa dapat

berupa bunyi dihasilkan oleh alat ucap manusia. Lambang atau simbol yang

digunakan berupa bunyi, maka yang dianggap primer di dalam bahasa adalah

bahasa yang diucapkan atau sering disebut bahasa lisan.

Bahasa merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi dengan orang

lain, meliputi daya cipta dan sistem aturan (Dhieni, 2014:3). Pada setiap manusia,

bahasa dapat ditandai oleh adanya sebuah daya cipta yang tidak akan pernah habis

dan adanya suatu aturan. Melalui daya cipta, manusia dapat menciptakan berbagai

macam kalimat yang bermakna dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan

yang terbatas. Oleh karena itu, bahasa yang ada pada manusia merupakan upaya

kreatif yang tidak pernah berhenti.

Dalam kehidupannya, bahasa digunakan oleh masyarakat untuk

berkomunikasi. Oleh karena itu, bahasa adalah suatu hal yang hakiki dalam

kehidupan manusia. Menurut Chaer (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2010:2),

terdapat dua belas butir hakikat bahasa sebagai berikut:

11

1. Bahasa adalah sebuah sistem.

2. Bahasa berwujud lambang.

3. Bahasa berwujud bunyi.

4. Bahasa bersifat arbitrer.

5. Bahasa bermakna.

6. Bahasa bersifat konfensional.

7. Bahasa bersifat unik.

8. Bahasa bersifat universal.

9. Bahasa bersifat produktif.

10. Bahasa bersifat dinamis.

11. Bahasa bervariasi.

12. Bahasa adalah manusiawi

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa

adalah sebuah simbol yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi

dengan orang lain. Selain itu, bahasa juga dapat diartikan sebagai bunyi yang

berupa bentuk dan terdapat makna yang digunakan sebagai alat berkomunikasi

dengan orang lain, dapat diucapkan secara lisan maupun tulisan.

Selain itu, dapat diketahui bahwa ketika seseorang berbicara tidak dapat

dilepaskan dari beberapa faktor dalam memilih kata, frasa, hingga kalimat. Hal

tersebut terjadi karena dalam melakukan komunikasi dengan orang lain, tentunya

berdasarkan pada fungsi bahasa. Adanya perbedaan pada kata, frasa, hingga

kalimat yang digunakan, maka fungsi bahasapun juga berbeda.

12

2.2 Fungsi Bahasa

Pada dasarnya, fungsi bahasa ialah tujuan yang sedang kita capai ketika

berbahasa, seperti meminta, menanggapi, menyampaikan sesuatu, dan sebagainya.

Suatu fungsi bahasa tidak dapat dipenuhi apabila tidak ada bentuk bahasa seperti

morfem, kata, makna, tata bahasa hingga wacana. Komunikasi tidak hanya suatu

peristiwa atau suatu tindakan yang sedang terjadi, namun komunikasi memiliki

tujuan dan dirancang untuk memperoleh dampak dari suatu perubahan.

Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang digunakan oleh anggota

masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa

berupa simbol bunyi yang diucapkan secara lisan maupun tulisan dapat dijadikan

sebagai alat komunikasi yang efektif karena terdapat dua pihak yang sedang

berkomunikasi dengan menggunakan cara tertentu yang telah disepakati oleh

mereka. Menurut Keraf (dalam Prasasti, 2016:115), secara umum terdapat

beberapa fungsi umum meliputi:

1) Sebagai alat komunikasi

Bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain dan bertujuan

menyampaikan suatu maksud tertentu kepada orang lain.

2) Sebagai alat untuk mengekspresikan diri

Bahasa digunakan untuk untuk menyampaikan suatu ekspresi kepada

orang lain. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan pikirannya secara

terbuka kepada orang lain dengan berbagai cara.

3) Sebagai alat untuk melakukan adaptasi dengan situasi atau lingkungan

tertentu

13

Seseorang menggunakan bahasa tergantung dengan situasi dan kondisi

yang sedang dihadapi. Apabila dalam keadaan formal maka bahasa yg digunakan

adalah bahasa formal atau sopan, sedangkan ketika dengan teman menggunakan

bahasa non-formal, serta

4) Sebagai alat kontrol sosial

Bahasa diterapkan oleh seseorang yang berada di lingkungan masyarakat

agar sikap, perilaku, dan tutur kata tidak menyimpang. Apabila bahasa yang

digunakan kasar, maka itu adalah cerminan diri orang tersebut.

Fungsi bahasa ialah peran bahasa dalam melakukan komunikasi.

Seseorang yang melakukan komunikasi secara lisan maupun tulisan pastinya

mempunyai harapan agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan.

Menurut Jacobson (dalam Fahmi, 2019:3), terdapat enam macam fungsi bahasa,

meliputi:

1) Fungsi emotif

Bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan suatu perasaan seseorang.

Seperti perasaan senang, gembira, sedih, kecewa, marah, dan sebagainya. Banyak

sekali tujuan seseorang dalam mengungkapkan perasaannya, seperti agar terbebas

dari tekanan emosi dalam hatinya. Apabila tidak tersalurkan, tekanan perasaan

yang ada dalam hati seseorang akan membelenggu jiwanya dan secara psikologis

akan mengganggu keseimbangan jiwanya. Oleh karena itu, dengan bahasa

seseorang akan dapat mengungkapkan emosinya.

2) Fungsi konatif

Bahasa digunakan oleh seseorang untuk memotivasi orang lain agar

bersikap dan berbuat sesuatu. Seseorang menggunakan bahasa untuk memperoleh

14

sebuah tanggapan berupa ucapan atau perbuatan. Komunikasi yang dilakukan oleh

dua pihak (penutur dan lawan tutur), sangat diharapkan oleh penutur agar lawan

tutur memahami maksud dan dapat melakukan sesuatu, entah itu tanggapan atau

ucapan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan harus baik, tepat, dan mudah

dipahami.

3) Fungsi referensial

Bahasa yang digunakan dalam kelompok masyarakat untuk membicarakan

sebuah permasalahan yang memiliki topik tertentu. Melalui bahasa, seseorang

dapat belajar mengenal sesuatu di suatu lingkungan seperti moral, agama, adat

istiadat, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai suatu alat

komunikasi, bahasa memiliki peran sebagai pemersatu antar masyarakat karena

bahasa berfungsi sebagai mengungkapkan maksud dan pikiran seseorang.

4) Fungsi puitik

Bahasa digunakan untuk menyampaikan sebuah amanat. Melalui bahasa

dapat mengungkapkan suatu pikiran, gagasan, perasaan, dan tingkah laku

seseorang. Sebagai sebuah alat komunikasi, bahasa sebagai alat atau media dalam

menyampaikan yang sedang dirasakan oleh seseorang kepada orang lain.

5) Fungsi fatik

Bahasa digunakan oleh seseorang untuk memulai komunikasi dengan

orang lain. Dengan bahasa, seseorang dapat memanfaatkan pengalaman yang

dimiliki dan mempelajari pengalaman tersebut. Dengan demikian, seseorang dapat

terikat dan menjadi bagian dalam suatu masyarakat.

15

6) Fungsi metalingual

Bahasa digunakan untuk membicarakan suatu masalah bahasa dengan

bahasa tertentu.

Berdasarkan fungsi-fungsi bahasa diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam

berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, bahasa sangat berkaitan

dengan masyarakat. Oleh karena itu, karakteristik bahasa, fungsi bahasa, dan

pemakai bahasa sangat berkaitan dan terjadi perubahan di lingkungan masyarakat,

sehingga terdapat suatu studi interdisipliner yang disebut dengan sosiolingiuistik.

2.3 Sosiolinguistik

Dalam linguistik makro mengkaji tentang hubungan bahasa dengan faktor

di luar bahasa. Dengan kata lain bahwa linguistik makro mengkaji tentang

hubungan bahasa dengan masyarakat pemakai bahasa dan situai penggunaan suatu

bahasa. Untuk linguistik makro, peneliti memfokuskan kajian pada subkategori

linguistik makro yaitu sosiolinguistik. Sosiolinguistik berasal dari dua kata, yaitu

sosiologi yang berarti masyarakat dan linguistik yang berarti kajian ilmu bahasa.

Jadi, sosiolinguistik merupakan kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan

kondisi masyarakat.

Menurut Chaer dan Agustina (dalam Evizariza, 2017:48), sosiolinguistik

merupakan cabang ilmu linguistik yang memiliki sifat interdisipliner dengan ilmu

sosiologi yaitu objek penelitiannya memiliki hubungan antara bahasa dengan

faktor-faktor sosial yang ada dalam suatu masyarakat tutur. Sosiolinguistiik

berbicara tentang pemakai dan pemakaian bahasa, situasi tutur, peristiwa tutur,

tempat pemakaian bahasa, dan ragam bahasa. Oleh karena itu, kajian

16

sosiolinguistik berusaha untuk mengetahui tentang masyarakat itu terjadi, sedang

berlangsung, dan tetap ada sampai saat ini.

Dalam kajian sosiolinguistik memang terdapat kemungkinan seseorang

mulai dari masalah di masyarakat kemudian mengaitkan dengan bahasa. Akan

tetapi, hal tersebut juga bisa berlaku sebaliknya yaitu memulai dari bahasa

kemudian mengaitkan dengan gejala di masyarakat. Seperti pendapat dari Appel

(dalam Aslinda dan Syafyahya, 2010: 6) bahwa sosiolinguistik memandang suatu

bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi dan bagian dari masyarakat

serta kebudayaan tertentu. kemudian, pemakaian bahasa merupakan bentuk dari

interaksi sosial yang terjadi dalam situasi sosial yang nyata. Oleh karena itu,

bahasa dalam sosiolinguistik tidak dilihat secara internal, melainkan sebagai

sarana interaksi di dalam masyarakat.

Sosiolinguistik adalah ilmu antardisipliner antara linguistik dan sosiologi.

Dua bidang ilmu tersebut memiliki kaitan yang erat. Sosiologi adalah bidang ilmu

yang objek kajiannya adalah masyarakat di lingkungan, lembaga, dan suatu proses

sosial yang terjadi di suatu kehidupan sosial. Melalui lembaga masyarakat, proses

sosial, dan problematika yang terjadi di masyarakat akan memperoleh

pengetahuan tentang cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk

bersosialisasi, menyesuaikan diri, dan menempatkan diri dengan lingkungannya.

Kemudian, linguistik adalah bidang ilmu yang objek kajiannya adalah bahasa.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu

antardisipliner yang mengkaji tentang penggunaan bahasa yang terjadi di dalam

masyarakat.

17

Sosiolinguistik memandang bahwa bahasa sebagai sistem komunikasi dan

sistem sosial yang memiliki kedudukan di masyarakat dan kebudayaan tertentu.

Pemakaian bahasa adalah bentuk dari interaksi sosial yang dilakukan oleh

seseorang yang terjadi di situasi masyarakat yang nyata. Oleh karena itu, kajian

sosiolinguistik bersifat kualitatif karena adanya hubungan antara penggunaan

suatu bahasa yang sebenarnya seperti deskripsi tentang bentuk pemakaian bahasa

tertentu yang digunakan oleh seseorang dalam menyampaikan topik dan latar

pembicaraan yang dijelaskan oleh Fishman (dalam Apriliyani, 2016:186).

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Kartomihardjo (dalam Alwi,

2017:321), mengemukakan gagasan mengenai objek kajian sosiolinguistik.

Sosiolinguistik mengkaji tentang hubungan antara penutur dan lawan tutur,

berbagai macam bahasa dan variasinya, penggunaan bahasa sesuai dengan faktor

kebahasaan maupun faktor non-kebahasaan, serta berbagai bentuk bahasa yang

terjadi di dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

sosiolinguistik mencakup bidang kajian yang luas, tidak hanya tentang wujud

formal bahasa dan variasi bahasa, tetapi juga berkaitan dengan penggunaan bahasa

di masyarakat.

Sosiolinguistik lebih memfokuskan pada suatu kelompok sosial dan

variabel linguistik yang digunakan oleh kelompok tersebut dan mencoba untuk

menghubungkan variabel tersebut dengan kondisi sosial seperti jenis kelamin,

umur, kelas sosial ekonomi masyarakat, status sosial, dan lain-lain. Oleh karena

itu, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari

tentang bahasa yang berhubungan dengan kelompok sosial dan variabel bahasa.

18

Secara garis besar terdapat lima macam yang diselidiki oleh

sosiolinguistik yaitu macam-macam kebiasaan (convention) dalam

mengorganisasi ujaran yang berorientasikan pada tujuan sosial studi bagaimana

norma dan nilai sosial mempengaruhi perilaku linguistik. Berbagai variasi telah

dihubungkan dengan kerangka sosial dari para penutur, pemanfaatan terhadap

sumber-sumber linguistik dilakukan secara politis dan aspek sosial secara

bilingualisme.

Sosiolinguistik menyoroti berbagai masalah yang terjadi di masyarakat

yang berhubungan dengan suatu sikap bahasa, perilaku bahasa, perilaku bahasa

dan pemakaian bahasa. Terdapat kemungkinan seseorang mengawali dari sebuah

masalah yang terjadi di masyarakat lalu mengaitkannya dengan bahasa. Akan

tetapi, juga berlaku sebaliknya yaitu memulai dari bahasa kemudian

mengaitkannya dengan gejala sosial.

Trudgill (dalam Latif, 2016:384) mengungkapkan bahwa sosiolinguistik

merupakan bagian dari linguistik yang memiliki keterkaitan dengan bahasa

sebagai suatu gejala sosial dan gejala kebudayaan. Implikasinya yaitu adanya

keterkaitan antara bahasa dengan kebudayaan yang menjadi cakupan dari

sosiolinguistik karena terdapat kebudayaan tertentu pada suatu lingkungan

masyarakat. Berada di lingkungan masyarakat, sosiolinguistik terikat oleh nilai-

nilai budaya di masyarakat seperti nilai dalam penggunaan suatu bahasa. Nilai

memiliki keterkaitan antara sesuatu yang baik dan tidak baik, serta dapat

ditampilkan dalam aturan tertulis maupun tidak tertulis tetapi dipatuhi oleh setiap

masyarakat.

19

Berdasarkan batasan tentang sosiolinguistik tersebut, dapat disimpulkan

bahwa sosiolinguistik meliputi tiga hal yaitu bahasa, masyarakat, dan hubungan

antara bahsa dan masyarakat. Sosiolinguistik mengkaji tentang hubungan bahasa

dengan penutur dan bahasa dalam masyarakat. Tentang bagaimana bahasa itu

digunakan untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, saling bertukar

pendapat, dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, dalam suatu kelompok

masyarakat, terdapat perbedaan latar belakang budaya dan kelas sosial sehingga

pemakaian bahasa dalam suatu kelompok masyarakat menghasilkan berbagai

variasi bahasa.

2.4 Variasi Bahasa

Dalam suatu kelompok sosial, setiap individu menggunakan bahasa untuk

melakukan interaksi dengan individu lain. Pada kenyataannya, setiap individu

tidaklah homogen, tetapi heterogen. Keberadaan individu yang heterogen, dapat

melahirkan ragam atau variasi dalam menggunakan bahasa. Munculnya variasi

bahasa disebabkan karena adanya penutur yang heterogen serta adanya kegiatan

sosial yang dilakukan juga beragam.

Menurut Rokhman dalam Nuryani (2013:15), variasi bahasa merupakan

ragam bahasa yang memiliki pola umum bahasa induknya dan dapat terjadi karena

adanya penggunaan oleh masyarakat dalam lingkup yang luas. Variasi bahasa

akan semakin luas jika digunakan oleh masyarakat bahasa yang terdiri dari

berbagai tempat dengan berbagai perbedaan latar belakang sosial, budaya, tradisi,

adat istiadat, pendidikan, ekonomi, status, agama, dan perbedaan-perbedaan

lainnya. Kemudian, penutur bahasa yang beragam dapat memunculnya berbagai

ragam bahasa yang khas.

20

Ragam bahasa tersebut dimiliki oleh setiap individu sebagai anggota

masyarakat mempunyai bahasa dan memiliki ciri tertentu dalam penggunaan

bahasa dalam menyampaikan topik pembicaraan. Terdapat faktor penyebab

munculnya suatu ragam bahasa seperti adanya faktor sosial, meliputi jenis

kelamin, usia, pendidikan, jabatan, pergaulan, dan sebagainya. Tidak hanya faktor

sosial, tetapi juga faktor situasi, yaitu lawan bicara atau mitra tutur, waktu

berkomunikasi, hingga adanya peristiwa di dalam berkomunikasi. Berdasarkan

beberapa faktor tersebut, maka dapat muncul berbagai jenis ragam bahasa.

Terdapat dua pandangan mengenai bahasa. Pertama, variasi bahasa dilihat

sebagai akibat dari adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman

fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa telah ada untuk memenuhi fungsinya yaitu

sebagai alat untuk melakukan interaksi dalam berbagai kegiatan yang terjadi di

masyarakat. Menurut Chaer dan Agustina (dalam Junaidi, 2016:8), membedakan

variasi bahasa menjadi empat, yaitu variasi bahasa dari segi penutur, pemakaian,

dan keformalan.

2.1.1 Variasi dari Segi Penutur

Berdasarkan segi penutur, variasi bahasa dibedakan menjadi empat jenis,

yaitu idiolek, dialek, kronolek, sosiolek (Chaer dan Agustina, 2004:66).

Pertama, idiolek yaitu ragam bahasa yang bersifat individu. Masing-

masing individu memiliki ciri tersendiri untuk membedakan diri dengan individu

lainnya. Hal tersebut karena setiap individu memiliki ciri yang khas yang tidak

dimiliki oleh individu lain. Perbedaan tersebut didasarkan oleh faktor fisik yaitu

meliputi perbedaan alat ucap, sedangkan faktor psikis yaitu intelektual, watak, dan

lain-lain.

21

Kedua, dialek atau bahasa areal, geografis dan regional yaitu ragam bahasa

yang berada dalam satu tempat dan tempat tertentu. Ketiga, kronolek yaitu ragam

bahasa yang digunakan oleh suatu kelompok masyarkat pada masa tertentu.

Keempat, sosiolek yaitu ragam bahasa yang berhubungan dengan golongan,

status, dan kelas sosial penutur.

Selanjutnya, variasi bahasa berdasarkan tingkat, golongan, status, dan

kelas sosial penutur seperti akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot,

dan ken. Akan tetapi, peneliti memilih jargon sebagai fokus dalam penelitian ini.

Jargon merupakan ragam bahasa yang digunakan secara terbatas oleh kelompok

sosial tertentu.

2.1.2 Variasi dari Segi Penggunaan

Evizariza (2017:51), menyatakan bahwa variasi bahasa berdasarkan segi

penggunaan, pemakaian, dan fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register.

Variasi berdasarkan penggunaan ini digunakan pada bidang yang tentunya

berbeda-beda. Misalnya digunakan dalam bidang sastra, militer, jurnalistik, dan

keilmiahan. Kemudian, ragam bahasa register yang memiliki hubungan dengan

bahasa yang digunakan untuk suatu kegiatan tertentu. Ragam bahasa register

sering dikaitkan dengan masalah dialek.

2.1.3 Variasi dari Segi Keformalan

Variasi bahasa disebabkan oleh adanya interaksi sosial yang dilakukan

oleh setiap individu atau kelompok yang sangat beragam, dapat dilihat dari segi

waktu, tempat, situasi, dan cara dalam penggunan bahasa. Oleh karena itu, setiap

individu atau kelompok harus mampu menggunakan jenis variasi bahasa yang

pantas digunakan dalam bermasyarakat.

22

Variasi bahasa berdasarkan segi keformalan menurut Martin Joos (dalam

Chaer dan Leonie Agustina, 2004:70) dibagi menjadi lima macam ragam bahasa

yaitu ragam beku, ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab.

Akan tetapi, peneliti menjelaskan dua variasi bahasa dari segi keformalan yang

memiliki keterkaitan dengan peneliti yaitu:

a) Ragam santai, yaitu bahasa dalam situasi tidak resmi dan lawan tuturnya

adalah keluarga atau teman pada waktu santai atau beristirahat. Pembicaraan yang

dilakukan tidak terikat dengan aturan berbicara yang baik. Pembicaraan berjalan

dengan begitu saja, tanpa ada perencanaan sehingga ragam bahasa santai yang

dilakukan oleh pembicara tidak kaku. Mereka menggunakan bahasa yang

biasanya digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.

b) Ragam akrab, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh penutur yang

memiliki hubungan akrab, seperti anggota keluarga maupun teman yang sudah

akrab. Ciri-cirinya yaitu tidak pernah mengambil bahasa itu sendiri sebagai topik

pembicaraan atau menggunakan kode bahasa yang bersifat pribadi.

Dua variasi bahasa berdasarkan segi keformalan tersebut, memiliki

keterkaitan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan yaitu penggunaan

bahasa jargon pada komunitas Aremania. Hal tersebut terjadi karena penggunaan

bahasa jargon sangatlah santai digunakan oleh mereka. Kemudian, dengan adanya

interaksi dan komunikasi yang dilakukan antar anggota komunitas Aremania

dapat terjadinya keakraban dan bahasa yang digunakan dalam menyampaikan

topik pembicaraan berjalan dengan baik.

23

2.5 Jargon

Di berbagai bidang profesi, terdapat bahasa khusus yang hanya dipahami

oleh anggota bidang tersebut. Misalnya pada bidang kesehatan, pendidikan,

kepolisian, tukang, dan lain sebagainya pasti memiliki bahasa yang digunakan

untuk kelancaran berkomunikasi dan tidak dapat dipahami oleh bidang lainnya.

Bahasa khusus tersebut disebut dengan jargon. Pemakaian jargon dalam sebuah

komunitas bertujuan untuk membuat bahasa yang eksklusif atau bahasa yang

hanya dimengerti oleh kelompok dan sebagai perwujudan dari eksistensi sebuah

kelompok.

Jargon merupakan salah satu bentuk variasi bahasa yang dilihat dari segi

pemakaiannya. Menurut Purita (2019:2) jargon adalah kosakata khusus yang

dipergunakan dalam bidang kehidupan atau lingkungan tertentu. Kosakata yang

digunakan memiliki ciri khusus yang tidak dapat dimengerti oleh orang atau

kelompok lain. Hal tersebut terjadi agar interaksi antaranggota dapat berjalan

dengan lancar dan baik. Seperti bahasa yang digunakan oleh montir-montir, guru

bahasa, dan tukang kayu. Alasannya agar kosakata yang digunakan oleh bidang

tertentu tidak digunakan juga dalam bidang lain.

Jargon adalah bahasa umum yang digunakan oleh suatu kelompok tertentu

untuk melakukan komunikasi, namun jargon ini meskipun bukan bahasa yang

biasa digunakan oleh masyarakat umum. Akan tetapi, jargon ini juga bukan

merupakan bahasa yang bersifat rahasia, hanya saja tidak biasa digunakan oleh

masyarakat umum. Bahasa khusus yang digunakan oleh masyarakat sangat

berguna demi kepentingan tertentu. Penciptaan jargon pun juga bersifat dinamis

dan bergantung pada kebutuhan pemakai jargon. Jargon hanya digunakan oleh

24

kelompok tertentu saja saat berkomunikasi dengan sesama anggota kelompok

tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa jargon adalah ungkapan

atau bahasa khusus yang digunakan oleh sekelompok orang pada bidang tertentu

dan kelompok lainnya tidak dapat memahami maksud dan makna jargon yang

digunakan tersebut. Karakteristik jargon sangat menyerupai bahasa lokal dan

mempunyai kosakata khusus yang berguna sebagai alat komunikasi dengan

penutur lainnya.

2.6 Bentuk Jargon

Jargon adalah bahasa khusus yang digunakan pada suatu kelompok

tertentu. Bentuk jargon sama halnya dengan bentuk kebahasaan pada umumnya

yaitu dapat berupa kata, frasa, klausa, dan ungkapan. Bentuk bahasa yang dapat

dikatakan sebagai jargon adalah kata atau kode tertentu yang sering digunakan

dan dipahami oleh kelompok tertentu. Jargon berbentuk satuan gramatikal terkecil

dan bentuk istilah yang tercipta melalui proses morfologis seperti afiksasi,

abreviasi, pengulangan (reduplikasi), dan komposisi (Soedjito, 2014:26).

2.6.1 Bentuk Jargon berdasarkan Proses Pembentukannya

2.6.1.1 Bentuk kata dasar

Kata dasar yaitu kata yang menjadi dasar dalam pembentukan suatu kata

yang belum mengalami proses perubahan secara morfologis seperti mengalami

imbuhan, pengulangan kata, hingga pemendekan kata. Seperti kata menang, yang

merupakan bentuk dasar karena tidak memiliki satuan yang lebih kecil. Dalam

penelitian ini, terdapat kata dasar peristilahan karena jargon berupa istilah atau

25

bahasa yang digunakan oleh suatu kelompok sosial untuk berkomunikasi dan

berinteraksi.

2.6.1.2 Afiksasi

Afiksasi merupakan sebuah proses pengimbuhan kata bentuk tunggal

maupun kompleks untuk membentuk sebuah kata dan menghasilkan makna baru.

Dalam proses pemberian afiks pada bentuk atau kata dasar, bentuk dasar

merupakan unsur yang bukan afiks. Terdapat empat macam afiksasi, yaitu prefiks,

sufiks, infiks, dan konfiks. Prefiks adalah bentuk afiks letaknya berada diawal

kata dasar, seperti kata berharap=ber+harap. Infiks adalah bentuk afiks yang

diselipkan pada bentuk dasar, seperti kata gemuruh yang berasal dari kata guruh

memperoleh imbuhan -em. Kemudian, sufiks adalah bentuk afiks yang letaknya

berada di belakang bentuk dasar seperti kata pikiran, sedangkan konfiks adalah

bentuk afiks yang letaknya berada di awal dan akhir bentuk dasar, seperti kata

kemenangan=ke-an+menang.

2.6.1.3 Reduplikasi

Reduplikasi adalah salah satu bentuk proses morfologi yang terjadi

pengulangan kata pada bentuk dasar. Pengulangan pada bentuk dasar yang terjadi

pada keseluruhan atau sebagian kata, yang terdapat variasi pada fonem ataupun

tidak disebut dengan reduplikasi.

Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi adalah suatu mekanisme yang sangat

penting dalam proses pembentukan kata, selain afiksasi, komposisi, maupun

akronim. Reduplikasi tidak hanya bicara tentang masalah morfologi dan

pembentukan kata, tetapi menyangkut masalah fonologi, sintaksis, dan semantik.

Akan tetapi, dalam penelitian terhadap penggunaan bahasa jargon pada komunitas

26

Aremania di kota Malang, hanya menggunakan reduplikasi fonologis dan

morfologi.

Reduplikasi fonologis berlangsung terhadap bentuk kata yang memiliki

status lebih tinggi dari akar. Reduplikasi fonologis tidak menghasilkan makna

gramatikal, tetapi menghasilkan makna leksikal. Contohnya yaitu bertubi-tubi,

kocar-kacil, mondar-mandir. Kemudian, reduplikasi morfologis terjadi pada

bentuk kata dasar yang berupa akar yaitu terjadinya pembentukan afiksasi dan

komposisi. Proses pembentukan kata dapat berupa pengulangan utuh, berubah

bunyi, dan sebagian. Contohnya seperti kata ayo-ayo, lari-lari, tetangga, bolak-

balik, dll.

2.6.1.4 Abreviasi

Abreviasi adalah salah satu bentuk proses morfologi yang berupa

pemendekan kata seperti penyingkatan, pemenggalan, dan akronim. Abreviasi

merupakan proses pemenggalan pada suatu leksem yang menjadi bentuk baru dan

berstatus kata (Kridalaksana dalam Balqis, 2018:4). Terdapat lima macam

abreviasi, yaitu pemenggalan kata, singkatan, akronim, lambing huruf, dan

kontraksi. Akan tetapi, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk akronim

saja. Akronim yaitu proses pemendekan yang berupa gabungan huruf atau suku

kata yang ditulis atau dilafalkan seperti salam satu jiwa (sasaji).

2.6.2 Bentuk Jargon Berdasarkan Sumber Istilah atau Asal Bahasa

2.6.2.1 Kosa Kata Bahasa Asing

Kosa kata pada bahasa asing dapat digunakan ketika dalam penggunaan

bahasa Indonesia maupun serumpun tidak ditemukan istilah yang benar. Oleh

karena itu, dalam peristilahan bahasa Indonesia dapat menggunakan bahasa asing

27

sebagai sumber peristilahan. Adanya sebuah peristilahan baru yang dibentuk dan

tercipta melalui cara menerjemahkan, menyerap, serta menyerap dan

menerjemahkan istilah asing (Waridah, 2008:52).

1) Menerjemahkan Istilah Asing

Sebuah istilah baru dapat dibentuk melalui cara menerjemahkan istilah

asing, seperti our day (hari kita). Dalam menerjemahkan suatu istilah asing, perlu

diperhatikannya suatu kesamaan konsep, bukan kemiripan bentuk luarnya atau

makna harafiah.

2) Penyerapan Istilah Asing

Demi memudahkan suatu pengalihan bahasa, pemasukan istilah asing yang

bersifat internasional, melalui suatu proses penyerapan dapat dipertimbangkan

apabila salah satu syarat atau lebih dapat terpenuhi, meliputi:

a. Istilah serapan yang digunakan lebih baik karena konotasinya.

b. Istilah serapan yang digunakan lebih singkat jika dibandingan dengan

terjemahan bahasa Indonesia.

c. Istilah serapan yang digunakan dapat mempermudah tercapainya kesepakatan

apabila istilah bahasa Indonesia memiliki banyak persamaan atau sinonim.

Suatu proses penyerapan istilah asing dapat berjalan melalui cara

pengubahan atau tidak adanya pengubahan yang berupa penyesuaian sebuah ejaan

dan lafal. Contohnya adalah win, goal, dan good.

3) Penyerapan dan Penerjemahan

Suatu istilah bahasa Indonesia yang dapat dibentuk melalui cara menyerap

dan menerjemahkan sebuah bahasa asing secara bersamaan. Contohnya adalah

skill nya bagus.

28

Berdasarkan paparan di atas, kesimpulannya adalah bentuk jargon dapat

dibagi menjadi dua golongan yaitu berdasarkan proses pembentukannya dan

sumber istilah. Berdasarkan proses pembentukannya meliputi bentuk dasar,

afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan abreviasi). Kemudian, berdasarkan sumber

istilah berupa kosakata bahasa Indonesia, bahasa serumpun, dan bahasa asing.

2.6.2.2 Kosa kata Bahasa Malangan

Bahasa merupakan suatu sistem yang bervariasi atau beragam sehingga

memiliki perbedaan dalam penggunaan bahasa sangat mungkin terjadi. Penutur

dapat memberikan pengaruh besar terhadap bentuk bahasa. Penutur berpengaruh

besar dalam menghasilkan suatu bunyi bahasa. Menurut Kridalaksana (2007:3)

bahasa adalah suatu sistem tanda bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat

tertentu dalam melakukan kerja sama, komunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Oleh karena itu, suatu variasi bahasa dapat terjadi di suatu daerah.

Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Akan

tetapi, seiring berjalannya waktu, dapat terjadinya pergeseran pada bahasa. Bahasa

mengalami perubahan yang sangat cepat karena bahasa tidak dapat dipisahkan

dari masyarakat. Hal tersebut saling berkaitan seperti pada fenomena bahasa

malangan yang terjadi dan digunakan oleh masyarakat di kota Malang. Bahasa

Malangan yang memiliki dua ciri utama, yaitu: Bahasa khas Malang/dialek

Malang (Osob Ngalaman) dan Bahasa Walikan (Osob Kiwalan). Keduanya

menyatu/tidak terpisahkan dalam pemakaian bahasa, baik dalam bahasa lisan

maupun bahasa tulisan.

Bahasa walikan malangan mempunyai nilai historis. Awal mula adanya

bahasa walikan malangan dipergunakan ketika perjuangan rakyat Malang

29

terhadap penjajah Belanda (Setyanto, 2016:5). Perjuangan rakyat Malang bersifat

rahasia dan tersembunyi. Akan tetapi, terdapat suatu kejadian bahwa terdapat

penjajah Belanda yang menyusup, memperoleh, dan membocorkan informasi

mengenai gerakan perjuangan rakyat Malang. Oleh karena itu, muncul sebuah ide

untuk membuat bahasa rahasia yang tidak dapat diketahui orang lain yang saat ini

dikenal dengan nama bahasa walikan. Walikan berasal dari kata walik yang

memiliki arti dalam bahasa Jawa yaitu balik. Oleh karena itu, bahasa walikan

adalah bahasa Jawa yang struktur katanya dibalik. Pembalikan kata tersebut

terjadi hanya sebatas satuan kata.

Bahasa walikan adalah bahasa yang dalam mengucapkan atau

menyampaikan sebuah kata dilakukan secara dibalik dari belakang. Bahasa ini

telah menjadi budaya dan digunakan oleh Arema (Arek Malang) yang mempunyai

ciri khas dalam penggunaan bahasa. Ciri khasnya yaitu dalam pergaulan sehari-

hari mereka menggunakan bahasa walikan. Tidak hanya itu, bahasa walikan

adalah identitas tersendiri untuk masyarakat kota Malang. Menurut Putra

(2016:30), bahasa walikan memiliki ciri-ciri, seperti 1) bahasa atau kata yang

digunakan dibalik tetapi pengucapan dan penyampaiannya sesuai dan

mengandung makna, 2) campuran dari bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa

lainnya, dan 3) tidak semua kata dapat dibalik dan digunakan untuk

berkomunikasi pada konteks tertentu. Kata-kata yang diucapkan oleh masyarakat

harus tetap baik diucapkan, didengar dan memiliki makna, sehingga tidak semua

kata dapat dijadikan sebagai bahasa walikan. Contohnya yaitu singo e rudit. Pada

kalimat tersebut adanya campuran antara bahasa jawa dengan bahasa walikan

yang diterjemahkan menjadi singanya tidur.

30

Menurut Soenarno dalam Setyanto (2016:6), fungsi bahasa walikan atau

malangan meliputi:

a) Sebagai Identitas Diri

Awal mula munculnya bahasa malangan adalah adanya semangat

persaudaraan dan sikap loyalitas terhadap tanah air. Selain itu, bahasa malangan

adalah simbol identitas dari masyarakat kota Malang. Oleh karena itu, bahasa

malangan dapat menjadi suatu kebanggaan oleh masyarakat kota Malang. Ketika

bertemu dan bertegur sapa dengan orang lain, mereka mencoba mengawali

percakapan dengan menggunakan berbagai kosa kata yang berhubungan dengan

bahasa walikan atau bahasa malangan.

b) Sebagai Semangat Cinta Tanah Air

Selain untuk menghargai para pejuang, dengan menggunakan bahasa

malangan dapat selalu mengenang dan melanjutkan perjuangan para pejuang.

Melalui bahasa dan berbagai kosa kata yang diujarkan juga terdapat harapan agar

semangat perjuangan itu tetap ada.

c) Sebagai Upaya Menjalin Keakraban

Bahasa malangan termasuk bahasa yang dapat menciptakan keakraban

untuk pejabat, pebisnis, dan kaum professional lainnya. Jika dilihat dari

penggunaan bahasa walikan, dapat menciptakan kedekatan hubungan dalam

urusan bisnis dan berbagai masalah penting.

d) Sebagai Kebanggaan Tersendiri

Terdapat suatu anggapan bahwa seseorang yang bisa berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa walikan, dapat dikatakan sebagai orang cerdas. Hal

tersebut terjadi karena ketika seseorang berbicara, pikirannya akan terus berputar

31

dan dengan cepat akan bisa menemukan kata-kata yang dibalik yang akan

diucapkan. Apabila seseorang menginginkan kelancaran dalam berbicara dan

menggunakan bahasa walikan yang umum digunakan, itu juga tergolong cerdas

karena pembicaraan mengarah pada topik yang bermakna. Ada yang

menggunakan bahasa walikan dengan menyisipkan beberapa kosa kata walikan

secara lisan maupun tulis. Selain itu, ada yang sebagian besar kalimatnya

menggunakan bahasa walikan dan ada juga yang membalik kata meskipun kata

tersebut terdengar tidak enak.

2.6.6.3 Kosakata Bahasa Jawa

Penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia memiliki pengaruh

yang positif, antara lain; bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata, sebagai

kekayaan budaya bangsa Indonesia, sebagai identitas dan ciri khas dari suatu suku

dan daerah serta menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi. Mulyana (2008:

234) menjelaskan bahwa “bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang

digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari antara

seseorang dengan orang lain oleh masyarakat Jawa”.

Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

dilestarikan dan berkembang. Pemakai bahasa Jawa adalah sebagian besar

masyarakat yang bertempat tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setiap

daerah memiliki perbedaan di setiap bahasa daerahnya. Perbedaan tersebut dapat

dilihat dari lafal, intonasi, dan kosa katanya.

Berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa mengenal beberapa tingkatan.

Bentuk tingkatan tutur bahasa Jawa terbagi menjadi lima, yaitu; ngoko, krama

madya, dan karma inggil. Ngoko digunakan untuk berkomunikasi dengan

32

seseorang yang memiliki usia lebih muda, seperti adek. Krama madya digunakan

untuk berkomunikasi dengan seseorang yang memiliki usia sama, seperti teman.

Dan karma inggil digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang usianya

lebih tua, seperti orang tua, guru. Contohnya kata kamu dalam basa ngoko

menjadi awakmu, dalam basa karma madya menjadi sampeyan, dan dalam basa

karma inggil menjadi panjenengan.

2.7 Makna Jargon

Pada dasarnya, suatu bahasa tidak dapat dipisahkan dari bentuk dan

makna. Bahasa adalah suatu bunyi yang diujarkan oleh manusia yang terwujud

menjadi sebuah bentuk yang memiliki keterkaitan dengan makna. Makna adalah

suatu arti, pengertian, gagasan, konsep, informasi, pesan, maksud dari suatu

bentuk kebahasaan yang berhubungan dengan alam di luar bahasa. Makna bahasa

jargon sama hanya dengan makna bahasa pada semantik. Menurut Pateda

(2010:116) bahwa terdapat tiga jenis makna jargon yaitu makna gramatikal,

leksikal, dan kontekstual.

1) Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang muncul karena adanya pertemuan

antara unsur bahasa yang satu dengan yang lainnya dalam sebuah pembentukkan

kata secara morfologis dan secara sintaksis. Makna gramatikal dapat digunakan

untuk menyampaikan berbagai makna dalam bentuk morfologi. Hal tersebut

terjadi karena memiliki batasan yaitu dalam bentuk kata. Oleh karena itu,

kontruksi morfologis yang berkaitan dengan bentuk jargon yaitu bentuk dasar,

afiksasi, reduplikasi, dan akronim.

2) Makna Leksikal

33

Makna leksikal adalah makna sebenarnya yang memiliki kesesuaian

dengan yang dihasilkan oleh indra penglihatan, pendengaran, dan pengucapan

(makna nyata). Makna ini merupakan dasar kata yang terlepas dari sebuah konteks

penggunaannya. Contohnya adalah kata menang bermakna leksikal unggul,

mengalahkan lawan.

3) Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna pada sebuah leksem yang berada dalam

suatu konteks. Misalnya kata semangat yang diucapkan oleh para suporter

memiliki makna yaitu memberikan dorongan kepada klub sepak bola yang

tertinggal poin dari lawannya.

2.8 Fungsi Jargon

Fungsi penggunaan bahasa jargon sama halnya dengan fungsi pemakaian

bahasa. Dalam hal ini, fungsi jargon yang digunakan adalah menurut teori

Halliday bahwa fungsi bahasa jargon ada enam, meliputi fungsi regulasi,

instrumental, representasi, persona, imajinatif, dan interaksi (Halliday dalam

Aslinda dan Leni, 2010:91). Akan tetapi, dalam penelitian yang peneliti lakukan

terhadap penggunaan bahasa jargon dalam komunitas Aremania ini hanya terdapat

5 fungsi, antara lain:

1) Fungsi Instrumental

Fungsi bahasa adalah menghasilkan berbagai situasi tertentu dan dapat

menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa. Fungsi bahasa yang dilihat melalui

sisi pendengar atau mitra tutur disebut dengan fungsi instrumental. Dalam hal ini,

bahasa berfungsi untuk mengatur tingkah laku mitra tutur. Oleh karena itu,

melalui bahasa, seseorang dapat melakukan suatu kegiatan sesuai dengan apa

34

yang diinginkan oleh penutur. Penutur menggunakan kata atau kalimat yang

menyatakan suatu permohonan, permintaan, perintah, imbauan, hingga rayuan.

2) Fungsi Regulasi

Fungsi bahasa sebagai pengendali, pengawas, dan pengatur suatu

peristiwa. Bentuk tuturannya dapat berupa ancaman, persetujuan, larangan,

perjanjian, hingga penolakan.

3) Fungsi Representasi

Fungsi bahasa yaitu menyampaikan berbagai fatka dan pengetahuan,

membuat suatu pernyataan, menjelaskan, dan melaporkan suatu realita yang

dilihat oleh seseorang. Suatu bahasa dapat dikatakan sebagai fungsi representasi

apabila dilihat dari sisi topik pembicaraan yaitu membicarakan suatu peristiwa

atau objek yang ada di sekitar penutur.

4) Fungsi Interaksional

Fungsi bahasa yaitu dapat menjamin suatu pertahanan dan

keberlangsungan suatu komunikasi antara penutur dan mitra tutur serta dapat

menjalin sebuah interaksi sosial di lingkungan masyarakat. Tuntutan terhadap

pengetahuan mengenai lelucon, logat, jargon, dapat tercapainya sebuah

keberhasilan pada interaksi sosial masyarakat.

5) Fungsi Personal

Fungsi bahasa ini dapat memberi sebuah kesempatan terhadap penutur

atau seseorang dalam mengekspresikan berbagai perasaan perasaan yang sedang

dialaminya. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan oleh seseorang dalam

berkomunikasi dengan orang lain dapat dijadikan sebagai penyampaian dalam

menunjukkan bentuk kepribadiannya. Melalui bahasa yang digunakan oleh

35

penutur dapat diketahui tentang yang sedang dirasakan seperti perasaan marahm

gembira, senang, sedih, dan sebagainya.

Sama halnya dengan pernyataan Jakobson, bahwa terdapat enam faktor

tuturan yang dapat mempengaruhi fungsi bahasa, meliputi penutur, mitra tutur,

pesan kode, konteks, dan saluran komunikasi. Seorang penutur menyampaikan

pesan kepada mitra tutur dan dalam pesan tersebut terdapat konteks yang akan

dipahami oleh mitra tutur. Pesan tersebut berupa kode yang berguna untuk

menggambarkan suatu makna. Kemudian. Adanya saluran komunikasi antara

penutur dan mitra tutur yang memungkinkan terjadinya suatu interaksi dan

komunikasi. Berdasarkan penyataan mengenai faktor tersebut, menurut Jakobson

(dalam Fahmi, 2019:3), terdapat lima macam fungsi bahasa jargon, meliputi:

a) Fungsi emotif

Bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan suatu perasaan seseorang.

Seperti perasaan senang, gembira, sedih, kecewa, marah, dan sebagainya. Banyak

sekali tujuan seseorang dalam mengungkapkan perasaannya, seperti agar terbebas

dari tekanan emosi dalam hatinya. Apabila tidak tersalurkan, tekanan perasaan

yang ada dalam hati seseorang akan membelenggu jiwanya dan secara psikologis

akan mengganggu keseimbangan jiwanya. Oleh karena itu, dengan bahasa

seseorang akan dapat mengungkapkan emosinya.

b) Fungsi konatif

Bahasa digunakan oleh seseorang untuk memotivasi orang lain agar

bersikap dan berbuat sesuatu. Seseorang menggunakan bahasa untuk memperoleh

sebuah tanggapan berupa ucapan atau perbuatan. Komunikasi yang dilakukan oleh

dua pihak (penutur dan lawan tutur), sangat diharapkan oleh penutur agar lawan

36

tutur memahami maksud dan dapat melakukan sesuatu, entah itu tanggapan atau

ucapan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan harus baik, tepat, dan mudah

dipahami.

c) Fungsi referensial

Bahasa yang digunakan dalam kelompok masyarakat untuk membicarakan

sebuah permasalahan yang memiliki topik tertentu. Melalui bahasa, seseorang

dapat belajar mengenal sesuatu di suatu lingkungan seperti moral, agama, adat

istiadat, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai suatu alat

komunikasi, bahasa memiliki peran sebagai pemersatu antar masyarakat karena

bahasa berfungsi sebagai mengungkapkan maksud dan pikiran seseorang.

d) Fungsi fatik

Bahasa digunakan oleh seseorang untuk memulai komunikasi dengan

orang lain. Dengan bahasa, seseorang dapat memanfaatkan pengalaman yang

dimiliki dan mempelajari pengalaman tersebut. Dengan demikian, seseorang dapat

terikat dan menjadi bagian dalam suatu masyarakat.

e) Fungsi metalingual

Bahasa digunakan untuk membicarakan suatu masalah bahasa dengan

bahasa tertentu.

Kemudian, terdapat pernyataan mengenai fungsi bahasa yang disampaikan

oleh Karl Buhler bahwa fungsi dasar bahasa sebagai suatu alat komunikasi yang

terjadi antara penutur dan mitra tutur tentang suatu atau disebut dengan organon

model of linguistic. Organon memiliki fungsi sebagai alat untuk menyampaikan

suatu informasi kepada orang lain. Terdapat tiga komponen yang dapat terjadinya

suatu komunikasi, yaitu pengirim, penerima, dan informasi. Berdasarkan

37

pernyataan tersebut, terdapat tiga fungsi bahasa jargon menurut Karl Buhler

(dalam Muliadi, 2016:53), meliputi: (1) fungsi ekspresif, (2) fungsi representatif,

dan (3) fungsi appeal dari pendengar.

1) Fungsi Ekspresif

Dalam fungsi ini, terdapat korelasi antara penutur dengan lambang bahasa.

Bahasa adalah sebuah penyebab dan digunakan untuk mengungkapkan perasaan

atau hal-hal yang dirasakan oleh penutur.

2) Fungsi Representatif

Bahasa merupakan simbol yang digunakan untuk membicarakan objek dan

keadaan yang sedang terjadi (menggambarkan sesuatu).

3) Fungsi Apelatif

Adanya korelasi antara bahasa sebagai simbol dengan mitra tutur atau

pendengar. Tujuannya yaitu agar mitra tutur melakukan sesuatu atau sebagai daya

tarik dalam mengarahkan perilaku dan perasaan mitra tutur.

2.9 Komunitas Aremania

Arema adalah salah satu klub sepak bola di Indonesia yang berdiri tanggal

11 Agustus 1987. Sebelum adanya Aremania, klub sepak bolah Arema hanyalah

didukung oleh geng-geng pemuda kota Malang dan terkenal dengan perilaku yang

sangat brutal. Ketika berada di stadion, setiap geng tersebut saling unjuk

kemampuan dalam mendukung Arema. Akan tetapi, hal tersebut malah membuat

keadaan semakin panas dan terjadinya bentrokan antar suporter Arema. Semakin

berjalannya waktu, para suporter mulai merubah pola pikir mereka dengan tidak

melakukan perilaku brutal. Para suporter sadar bahwa perilaku brutal akan

mempengaruhi dan merugikan klub sepak bola Arema. Oleh karena itu, mereka

38

akan berusaha menjadi pendukung atau suporter yang professional. Seiring

berjalannya waktu, pendukung atau suporter Arema mulai merubah sikap dan

perilakunya. Suporter Arema diakui menjadi suporter terbaik se-Indonesia.

Penampilan suporter Arema dikenal sangat sportif, kreatif,dan atraktif.

Pada dasarnya, komunitas Aremania beranggotakan warga asli kota

Malang. Mereka berasal dari berbagai daerah di wilayah kota maupun kabupaten

Malang. Di kota Malang terdapat berbagai komunitas Aremania. Setiap komunitas

memiliki identitas sendiri. Akan tetapi, saat ini anggota komunitas Aremania

sudah tersebar dimana-mana. Tidak hanya di wilayah kota Malang, namun juga

terdapat di kota-kota lain di Indonesia, seperti Aremania Blitar, Aremania Batavia,

Aremania Jakarta, dan lain sebagainya. Kebanyakan dari mereka adalah imigran

dari berbagai daerah yang bekerja di kota Malang maupun di luar kota Malang

yang tetap mendukung klub sepak bola Arema.

Anggota komunitas Aremania bersifat heterogen. Heterogenitas ini

meliputi bidang pendidikan, profesi, agama, usia, wilayah, budaya, gender, dan

lain-lain. Tidak hanya dari kalangan remaja saja, tetapi juga terdapat dari kalangan

tua yang dapat dikatakan sebagai senior. Aremania adalah sebutan untuk

pendukung bagi kaum laki-laki. Untuk kaum perempuan dapat disebut dengan

Aremanita.

Kelompok sosial yang satu dengan lainnya pasti tidaklah sama dan

mempunyai ciri tertentu merupakan konsep bahasa sebagai identitas. Melalui

bahasa, suatu kelompok sosial dapat berkomunikasi satu sama lain. Seperti dalam

suporter atau komunitas Aremania. Dengan jumlah suporter yang sangat besar,

Aremania memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Meskipun memiliki

39

perbedaan, mereka dapat melakukan komunikasi dan interaksi dengan

menggunakan bahasa.

Adanya perbedaan setiap anggota komunitas Aremania, pastinya mereka

memiliki variasi bahasa yang berbeda-beda tergantung darimana asal mereka.

Anggota komunitas Aremania sering berkomunikasi menggunakan bahasa atau

tuturan yang sulit dimengerti oleh orang lain. Akan tetapi, tuturan tersebut tidak

rahasia karena bebas digunakan oleh siapapun, yang terpenting adalah dapat

dimengerti dan dipahami dengan baik.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dalam komunikasi yang dilakukan oleh

komunitas Aremania terdapat penggunaan kosa kata yang tidak biasanya

digunakan oleh orang lain. Kosa kata tersebut dapat dilihat dengan menggunakan

perspektif sosiolinguistik. Kosa kata tersebut dapat disebut dengan jargon. Jargon

memiliki sifat khas yang hanya dapat dipahami oleh komunitas Aremania. Jargon

yang terjadi secara sengaja atau tidak sengaja muncul karena adanya respon dari

suatu keadaan di lingkungan Aremania. Jargon Aremania adalah bahasa yang

digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama anggota

komunitas Aremania.