Upload
independent
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana telah di ketahui tujuan perusahaan
adalah memperoleh laba (keuntungan). Hal ini cukup
beralasan karena perusahaan tersebut harus
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pendapatan
dan beban merupakan salah satu unsur penting dalam
pembentukan laba perusahaan, dimana seperti yang
kita ketahui bahwa keberhasilan suatu perusahaan
menjalankan kegiatan suatu usahanya, baik usaha
tersebut bergerak di bidang jasa maupun
manufactur/menghasilkan barang, di ukur berdasarkan
laba yang di peroleh selama periode tertentu. Untuk
itu setiap perusahaan akan terus berupaya untuk
memperbesar laba dengan meningkatkan pendapatan
yang di peroleh dan menekan serendah mungkin biaya
yang terjadi.
Sama seperti perusahaan lain, perusahaan
perhotelan juga menganggap laba sebagai alat untuk
1
mengukur keberhasilan perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usahanya. Dimana besarnya laba perusahaan
di pengaruhi oleh besarnya pendapatan yang di
peroleh, tetapi juga di pengaruhi oleh biaya yang
di keluarkan.
Oleh karena itu, bagaimana perhitungan dan
pengakuan pendapatan secara tepat merupakan hal
penting yang di lakukan perusahaan agar dapat
mengatasi kesulitan dalam menentukan pendapatan
yang di akuinya, sehingga pendapatan yang tercantum
dalam laporan rugi/laba benar-benar menggambarkan
pendapatan yang harus di akui untuk periode
akuntansi yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas maka di anggap
penting bagi penulis untuk mengangkat judul “evaluasi
atas metode pengakuan pendapatan atas laba perusahaan PT
Jakarta Tourisindo”.
1.2. Identifikasi Masalah
2
Berdasarkan uraian pada latar belakang
masalah, dapat di identifikasi berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan, yaitu :
1. Kebijakan penetapan harga yang di terapkan
perusahaan
2. Pengakuan pendapatan terhadap laba perusahaan
1.3. Pembatasan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah tampak bahwa
pendapatan perusahaan di pengaruhi oleh berbagai
faktor-faktor yang sangat kompleks. Oleh karena
itu, agar penelitian dapat dilakukan dengan lebih
fokus dan mendalam, maka permasalahan dalam
penelitian ini perlu di batasi sebagai berikut :
1. Penelitian hanya membahas metode pengakuan
pendapatan atas laba perusahaan
2. Metode pendapatan yang di maksud adalah metode
yang di laksanakan perusahaan, yaitu metode
pengukuran, pengakuan, serta pencatatan
pendapatan
3
1.4. Perumusan Masalah
Adapun masalah masalah yang akan di bahas pada
penulisan judul skripsi ini ada adalah
1. Bagaimana metode pengakuan pendapatan yang di
terapkan oleh perusahaan perhotelan dan
pengaruhnya terhadap laba ?
2. Apakah pengakuan pendapatan yang di terapkan oleh
PT grand cempaka telah sesuai dengan standar
akuntasi keuangan yang berlaku ?
1.5. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk meninjau dan mengevaluasi metode pengakuan
pendapatan yang di gunakan oleh perusahaan
perhotelan
2. Untuk mengetahui pengaruh pengakuan pendapatan
yang di gunakan perusahaan atas laba
3. Memberikan gambaran tentang praktek dan aplikasi
akuntansi pada perusahaan perhotelan.
1.6. Manfaat Penelitian
5
Sedangkan kegunaan/manfaat dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi penulis
a. Dapat mengetahui penerapan pengakuan
pendapatan dan beban yang terjadi di
perusahaan sebagai tambahan ilmu pengetahuan
b. Dapat mengetahui antara perbandingan dan
praktek dalam perusahaan
2. Bagi perusahaan
Dapat memberikan masukan berupa pemikiran yang
berhubungan dengan pengakuan pendapatan dan beban
dalam pencapaian laba.
3. Bagi pihak lain
Sebagai sumber bacaan dan ilmu pengetahuan
tambahan di perpustakaan Universitas Jayabaya
serta sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang
ingin membuat skripsi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pendapatan
2.1.1.1. Pengertian pendapatan
Pada umumnya di setiap usaha atau kegiatan
yang di lakukan mengharapkan suatu timbal balik
dari kegiatan tersebut.Timbal balik dari kegiatan
atau usaha yang di lakukan di sebut penghasilan
atau pendapatan.
Semakin tinggi pendapatan dan semakin rendah
pengeluaran akan meningkatkan laba perusahaan.
Dengan adanya laba yang di hasilkan perusahaan maka
kegiatan perusahaan akan berjalan dengan lancar.
Untuk memperoleh pendapatan yang di inginkan
perusahaan, biasanya pimpinan perusahaan akan
melalukan berbagai kegiatan yang dapat mendukung
sumber pendapatan.
Pengertian pendapatan itu sendiri ada beberapa
macam. Dalam standar akuntansi keuangan (2002,23,2)
7
di katakan bahwa pendapatan adalah sebagai
berikut :
“ arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yangtimbul dari aktivitas normal perusahaan selamadalam satu periode, arus masuk itumengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidakberasal dari kontribusi penanaman modal”.
Definisi menurut PSAK 23 (2009:31) adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal entitas selama satu periode jika
harus harus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.Pendapatan hanya meliputi arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi yang di terima dan
dapat di terima oleh entitas untuk dirinya sendiri.
Jumlah yang di tagih atas nama pihak ketiga,
seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan
manfaat ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak
mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh karena itu,
hal tersebut di keluarkan dari pendapatan. Demikian
juga dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto
manfaat ekonomi meliputi jumlah yang di tagih atas
8
nama prinsipal yang tidak mengakibatkan kenaikan
ekuitas entitas. Jumlah yang di tagih atas nama
prinsipal bukan merupakan pendapatan, yang
merupakan pendapatan adalah komisi yang di terima.
Menurut Soemarso S.R (2005:230) pendapatan
adalah peningkatan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan
atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2012:243)
committe on terminology mendefinisikan revenue
sebagai hasil dari penjualan barang atau jasa yang
di bebankan kepada langganan atau mereka yang
menerima jasa.Definisi ini menggunakan pendekatan
revenue expense.
APB mendefinisikan sebagai kenaikan gross di
dalam aset dan penurunan groos dalam kewajiban yang
di nilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal
dari kegiatan mencari laba. Definisi ini seolah
olah merupakan pendekatan revenue expense, tetapi
9
dari kalimat “ sesuai dengan prinsip akuntansi,
jelas ini menunjukan pendekatan aset liability.
Kemudian Financial Accounting Standard Board (FASB)
memberikan definisi revenue sebagai arus masuk atau
peningkatan nilai aset dari suatu entitas atau
penilaian kewajiban dari entitas atau gabungan dari
keduanya selama periode tertentu yang berasal dari
penyerahan produksi barang, pemberian jasa atas
pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan
kegiatan utama perusahaan yang sedang
berjalan.Definisi ini jelas menggambarkan
pendekatan asset liability.
Definisi menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield
(2011:p955) pendapatan adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
entitas selama suatu periode, jika arus masuk
tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan
memiliki banyak nama seperti sales, fees, interest,
dividen, and royalties.
10
Menurut Skousen, Stice (2010:p161) di
terjemahkan, pendapatan adalah arus masuk atau
penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya)
dari pengiriman atau produksi barang memberikan
jasa atau melakukan aktivitas lain yang merupakan
aktivitas utama atau aktivitas central yang sedang
berlangsung. Dapat di simpulkan bahwa pendapatan
adalah peningkatan aset atau pengurangan
liabilities karena aktivitas bisnis perusahaan yang
menyebabkan terjadinya perubahan ekuitas.
Selanjutnya pengertian pendapatan menurut
Soewardjono (2008:185) adalah aliran masuk aset
atau kenaikan aset lainya pada suatu entitas atau
penyelesaian atau pelunasan kewajiban entitas
tersebut dari penyerahan atau produksi barang,
pemberian atau penyerahan jasa atau kegiatan lain
yang membentuk operasi utama dan berlanjut dari
entitas tersebut.
Beberapa pengertian pendapatan di atas dapat
di simpulkan bahwa pendapatan adalah arus masuk
11
bruto yang di hasilkan dari aktivitas utama
perusahaan selama satu periode akuntansi.
Berdasarkan definisi di atas dapat di simpulkan
bahwa :
1. Pendapatan berpusat pada arus masuk (inflow)
aktiva sebagai hasil dari aktivitas utama
perusahaan.
2. Pendapatan merupakan peningkatan jumlah aktiva
atau penurunan kewajiban yang timbul karena
adanya penyerahan barang atau jasa atau aktivitas
usaha lainya dalam suatu periode baik secara
tunai maupun piutang.
3. Tidak semua peningkatan jumlah aktiva maupun
penurunan kewajiban merupakan pendapatan,
misalnya pembelian aktiva, investasi pemilik,
pinjaman atau juga koreksi rugi laba periode
lalu.
4. Pendapatan terjadi dari peristiwa ekonomi
5. Pendapatan yang berasal dari penerimaan dan
pinjaman atau penanaman modal tidak termasuk
12
pendapatan karena tidak meningkatkan kekayaan
para pemilik perusahaan
6. Pendapatan yang di peroleh merupakan ukuran
keberhasilan kemajuan suatu perusahaan
7. Pendapatan dapat di terima dan menjadi hak
perusahaan
2.1.1.2. Sumber Sumber Pendapatan
Pada umumnya pendapatan timbul dari aktivitas
normal perusahaan atau aktivitas utama perusahaan
yang terjadi berulang ulang.Namun selain itu ada
pendapatan yang di terima dari kegiatan di luar
aktivitas normal perusahaan dan hanya terjadi
sekali kali, misalnya pendapatan dan penjualan
aktiva tetap perusahaan.Penjualan aktiva ini tidak
termasuk aktivitas normal perusahaan. Aktivitas
normal perusahaan adalah seperti penjualan barang
dagangan, penyerahan jasa dan sebagainya yang
terjadi secara berulang ulang. Contoh lain pada
perusahaan perdagangan, dimana aktivitas normalnya
adalah penjualan barang yang tidak di lakukan
13
sesekali tetapi di lakukan berulang ulang dan terus
menerus selama aktivitas perusahaan berlangsung.
Begitu juga pada perusahaan jasa
telekomunikasi, jasa penyewaan, jasa transportasi,
dan sebagainya dimana pendapatan terjadi secara
berulang ulang dan terus menerus selama kegiatan
operasional perusahaan berjalan.
Suwardjono (2008:356) mengatakan pendapatan
dalam perusahaan dapat di klasifikasikan sebagai :
a. Pendapatan operasi, adalah pendapatan yang di
peroleh dari aktivitas utama perusahaan.
b. Pendapatan non operasi, adalah pendapatan yang di
peroleh bukan dari kegiatan utama perusahaan.
Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah
melalui berbagai transaksi tetapi tidak semua
transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan.
Kenaikan jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi
dari :
a. Transaksi modal atau pendapatan yang
mengakibatkan adanya tambahan data di tanamkan
oleh pemegang saham oleh pemegang saham.
14
b. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa
“barang dagangan’’ seperti aktiva tetap, surat
surat berharga, atau penjualan anak atau cabang
perusahaan.
c. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
d. Revaluasi aktiva
e. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran
penjualan produk.
Kesimpulan dari kelima sumber tambahan aktiva
di atas hanya butir kelima yang harus di akui
sebagai sumber pendapatan walaupun laba atau rugi
mungkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan
aktiva selain produk sebagaimana yang di sebutkan
dalam butir ke dua (Suwardjono 2008:355)
Dari penjelasan di atas maka dapat di
simpulkan bahwa sumber sumber pendapatan berasal
dari :
a. Pendapatan operasi (operasi revenue)
Yaitu pendapatan yang berasal dari kegiatan /
aktivitas normal perusahaan sehari hari dan
15
bersifat rutin, yaitu dari penjualan barang dan
jasa
b. Pendapatan di luar operasi
Yaitu pendapatan yang berasal dari transaksi di
luar aktivitas normal / kegiatan utama operasi
perusahaan, sifatnya insidentil dan jarang
terjadi.di dalam laporan rugi laba di muat di
dalam pos tersendiri yaitu pendapatan lain lain.
16
c. Pendapatan luar biasa (extra ordinary revenue)
Yaitu pendapatan yang merupakan pendapatan yang
jarang terjadi dalam suatu periode akuntansi
perusahaan dan di luar aktivitas normal
perusahaan.
2.1.1.3. Karakteristik dan Sifat Pendapatan
Pendapatan sebagai produk perusahaan hendaknya
di artikan secara luas, dimana pendapatan terjadi
dan terkait di dalam seluruh operasional
perusahaan.Pendapatan berkaitan erat dengan
kenaikan kotor dalam jumlah rupiah atau nilai
aktiva dan modal biasanya berwujud aliran kas masuk
ke unit usaha.
Karena itu rekening pendapatan di gunakan
untuk mencerminkan dan mengukur kenaikan atau
sumber ekonomi perusahaan yang berasal dari
kegiatan usaha perusahaan tanpa memperhitungkan
pengurangan pengurangan.Bagi pemilik perusahan,
pendapatan biasanya di pandang sebagai pendapatan
netto, yaitu kelebihan aliran sumber ekonomi yang
17
masuk di atas aliran potensi jasa yang keluar dari
suatu usaha dalam bentuk biaya biaya yang dapat di
bebankan. Bila aliran masuk lebih kecil dari aliran
keluar maka akan terjadi rugi. Secara umum konsepsi
tentang pendapatan sebagai kenaikan aktiva kotor
lebih berarti dan bermanfaat di bandingkan dengan
konsepsi neto (dari sudut pandang pemilik),
khususnya untuk tujuan tujuan pengelolaan dan
perencanaan penuh.
Menurut Syafri harahap (2012:81) terdapat 3
sifat dan komponen dari revenue :
Pada umumnya revenue telah di tafsirkan sebagai :
1. Arus masuk net asset sebagai akibat dari
penjualan barang dan jasa.
2. Arus keluar barang dan jasa dari perusahaan
kepada pelanggan
3. Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata
mata penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan
selama periode tertentu.
18
Perbedaan itu timbul akibat perbedaan
pandangan terhadap apa yang di anggap termasuk
dalam revenue :
Ada 2 pandangan tentang revenue, yaitu sebagai
berikut :
1. Secara luas revenue di anggap termasuk seluruh
hasil dari perusahaan dan kegiatan investasi.
Termasuk revenue ialah seluruh perubahan net
asset yang timbul dari kegiatan produksi dan dari
laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva dan
investasi.
Sikap ini di anut oleh accounting terminology
bulleting no. 2 yang menjelaskan revenue sebagai
berikut :
Revenue berasal dari penjualan barang dan
pemberian jasa dan di ukur dengan jumlah yang di
bebankan kepada langganan, klaim atas barang dan
jasa yang di siapkan untuk mereka. Juga termasuk
laba dari penjualan atau pertukaran aset (kecuali
surat berharga), hak deviden dari investasi dan
19
kenaikan lainya pada ekuitas pemilik kecuali yang
berasal dari modal dan penyesuaian modal.
2. Secara sempit revenue hanya yang berasal dari
kegiatan produksi, tidak termasuk laba rugi yang
berasal dari penjualan aktiva tetap. Definisi ini
membedakan istilah revenue dengan laba rugi, AAA
pada tahun 1957 mendefinisikan net income sebagai
berikut :
Kelebihan revenue di bandingkan dengan biaya yang
di bebankan dengan biaya yang di bebankan di
tambah dengan laba rugi perusahaan lainnya yang
berasal dari penjualan, pertukaran, atau
penggantian aset lainya.
Definisi pendapatan menurut suwardjono
(2008:185) adalah aliran masuk aset atau kenaikan
aset lainya pada suatu entitas atau penyelesaian
atau pelunasan kewajiban entitas tersebut dari
penyerahan atau produksi barang atau penyerahan
jasa atau kegiatan yang membentuk operasi utama dan
berlanjut dari entitas tersebut.
20
Pendapatan memiliki beberapa sifat dan
karakteristik, yaitu :
a. Pendapatan itu berdasarkan kepada transaksi
sesungguhnya yang di perlihatkan oleh perusahaan
dalam penghasilan utama yang berasal dari
penjualan barang dan jasa di kurangi dengan biaya
biaya yang di perlukan untuk mencapai penjualan
tersebut
b. Pendapatan akuntansi itu berdasarkan dalil
periode.
c. Pendapatan akuntansi itu berdasarkan pada prinsip
penghasilan
d. Pendapatan akuntansi itu memerlukan pengukuran
biaya berkenaan dengan harga pokok historis bagi
perusahaan
e. Pendapatan akuntansi itu menghendaki bahwa
penghasilan yang telah di realisasikan selama
periode harus di kaitkan dengan biaya relevan
yang bersangkutan
Sifat dari ekuitas pendapatan terdiri dari dua
pendekatan terhadap konsep pendapatan, yaitu :
21
a. Pertama, pendekatan yang memusatkan perhatian
kepada arus masuk harta (inflow of asset) yang
timbul akibat kegiatan operasional perusahaan dan
akan menambah nilai harta perusahaan.
b. Kedua, pendekatan yang memusatkan perhatian
kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan
dan menstransfernya ke konsumen atau produsen
lain. Jadi konsep pendapatan di tinjau baik
sebagai arus masuk aktiva bersih maupun sebagai
arus keluar barang dan jasa.
Perbedaan penafsiran sifat pendapatan semakin
di persulit oleh perbedaan pandangan mengenai
komponen apa saja yang di masukkan ke dalam
pendapatan. Pada dasarnya ada dua komponen mengenai
pandangan tersebut, menurut pandangan yang sangat
luas, pendapatan itu meliputi seluruh hasil dari
aktiva usaha dan aktiva investasi. Pandangan ini
memperkenalkan pendapatan sebagai seluruh
perubahan aktiva netto yang di sebabkan oleh
aktivitas penciptaan pendapatan dan keuntungan atau
22
kerugian lain akibat penjualan aktiva tetap dan
investasi.
Dari penafsiran karakteristik dan sifat
pendapatan di atas dapat di simpulkan bahwa :
a. Pendapatan itu berdasarkan kepada transaksi
sesungguhnya yang di perlihatkan oleh perusahaan
dalam penghasilan utama yang berasal dari
penjualan barang dan jasa di kurangi dengan biaya
biaya yang di perlukan untuk mencapai penjualan
tersebut
b. Pendapatan akuntansi itu berdasarkan dalil
periode.
c. Pendapatan akuntansi itu berdasarkan pada prinsip
penghasilan
d. Pendapatan akuntansi itu memerlukan pengukuran
biaya berkenaan dengan harga pokok historis bagi
perusahaan
e. Pendapatan akuntansi itu menghendaki bahwa
penghasilan yang telah di realisasikan selama
periode harus di kaitkan dengan biaya relevan
yang bersangkutan
23
2.1.1.4. Pengukuran Pendapatan
PSAK 23 tahun 2010 paragraf 08, pendapatan
dapat di ukur dengan nilai wajar imbalan yang di
terima atau dapat di terima.
PSAK No.23 tahun 2010 paragraf 09, Jumlah
pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya di
tentukan oleh persetujuan antara entitas dan
pembeli atau pengguna asset tersebut.Jumlah
tersebut di ukur dengan nilai wajar imbalan yang di
terima atau dapat di terima oleh entitas di kurangi
jumlah diskon dagang dan rabat volume yang di
perbolehkan oleh entitas.
PSAK No.23 tahun 2010 paragraf 10, pada
umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara
kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau
setara kas yang di terima atau yang dapat di
terima.
Namun, jika arus masuk dari kas atau setara
kas di tangguhkan maka nilai wajar dari imbalan
tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari
24
kas yang di terima atau dapat di terima. Misalnya,
entitas dapat memberikan kredit bebas bunga kepada
pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli
dengan tingkat bunga di bawah pasar sebagai imbalan
dari penjualan barang. Jika perjanjian tersebut
secara efektif merupakan transaksi keuangan, maka
nilai wajar imbalan di tentukan dengan
pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan
dengan menggunakan tingkat bunga tersirat
(imputed). Tingkat bunga tersirat yang di gunakan
adalah yang paling mudah di tentukan antara :
a. Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa
dari penerbit dengan penilaian kredit yang sama
atau
b. Tingkat bunga yang mendiskontokan nilai nominal
intrument tersebut ke harga jual tunai saat ini
dari barang atau jasa
Untuk memperoleh informasi yang bisa di
gunakan di dalam pengambilan keputusan oleh
manajemen maka harus di lakukan dengan hati hati
terhadap pengukuran pendapatan. Untuk itu cara yang
25
paling baik adalah dengan menggunakan nilai tukar
yang merupakan hasil kesepakatan dengan pembeli
ketika transaksi penjualan atas barang jasa. Hal
ini terjadi karena transaksi transaksi dalam dunia
usaha sering kali di lakukan dalam mata uang asing,
sedanagkan tingkat kurs (nilai tukar) mata uang
asing terhadap rupiah dari waktu ke waktu tidak
selalu tetap. Hal ini menimbulkan masalah dalam
perlakuan akuntansi pada setiap neraca :
a. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang
asing di laporkan ke dalam mata uang rupiah
dengan menggunakan kurs tanggal neraca.
b. Pos non moneter tidak boleh di laporkan dengan
menggunakan kurs tanggal neraca tetapi harus di
laporkan dengan menggunakan kurs tanggal
transaksi.
c. Pos non moneter yang di nilai dengan nilai wajar
dalam mata uang asing harus di laporkan dengan
menggunakan kurs yang berlaku pada saat ini
tersebut di tentukan.
26
Di dalam transaksi penjualan kredit harus di
cadangkan sejumlah nilai tertentu hingga
pembayaran akhir di lakukan. Hal ini sangat
penting mengingat perusahaan harus menunggu
pembayaran selama jangka waktu kredit dan bila
pembayarannya dalam periode yang cukup lama maka
perlu di perhitungkan bunganya sehingga pendapatan
yang akan di peroleh sebenernya lebih kecil di
bandingkan bila penjualan di lakukan dengan tunai.
Pada dasarnya pendapatan yang di terima
perusahaan berkaitan dengan asset dalam transaksi
pertukaran. Oleh karena realisasi aset ini di
nyatakan dalam kas, maka pendapatan di nyatakan
setelah di kurangi :
a. Sales return (retur penjualan) dan allowance
(pengurangan harga)
Barang dagang yang di jual mungkin di kembalikan
oleh pelanggan atau karena kerusakan atau alesan
lain lain. Apabila retur penjualan dan
pengurangan harga terhadap penjualan kredit, maka
penjual akan mengirim nota kredit. Nota ini
27
menerangkan jumlah yang di kurangkan dari
perkiraan pelanggan atau pembeli serta alasan
yang menyertainya.
Efek dari return penjualan dan pengurangan harga
adalah berkurangnya penjualan dan uang kas atau
piutang dagang yang di terima. Apabila perkiraan
piutang yang di debit, maka saldo perkiraan ini
pada akhirnya periode akan menunjukan penjualan
bersih. Karena retur penjualan dan pengurangan
harga tidak di prediksi maka di anjurkan agar
retur penjualan dan pengurangan harga di catat
di sebelah debit dan pada pos perkiraan sendiri.
Apabila atas penjualan ini uangnya sudah di
terima (penjualan tunai), maka uang hasil
penjualan tersebut di kembalikan atau dengan
kata lain mengkreditkan akun cash dan mendebet
akun retur penjualan dan pengurangan harga sesuai
dengan nilai barang yang di kembalikan. Kalau
uangnya belum di terima (penjualan kredit) maka
retur penjualan dan potongan harga di kurangkan
langsung ke piutang dan pencatatannya adalah
28
retur penjualan dan potongan harga sebelah debet
dan kreditnya piutang dagang.
b. Sales discount (potongan tunai)
Pengertian dari potongan tunai (sales discount)
adalah potongan yang di berikan apabila
pembayaran di lakukan lebih cepat dari jangka
waktu kredit.
Dari sudut penjual, potongan ini di sebut sebagai
potongan penjualan sedangkan dari sudut pembeli
di sebut potongan pembelian.Contoh dari potongan
tunai ini adalah syarat pembayaran 2/10 n/30.
Syarat ini berarti bahwa potongan sebesar 2% di
berikan bila pembayaran di lakukan dalam jangka
waktu 10 hari setelah tanggal terjadinya
transaksi, sementara jangka waktu kredit yang di
berikan adalah 30 hari.
Dalam potongan tunai, terdapat dua cara
pencatatan yaitu :
1. Piutang dan penjualan di catat sebesar nilai
netto atau sesuai dengan nilai nominal piutang
atau penjualan pada saat transaksi terjadi.
29
Hal ini terjadi apabila potongan tunai
tersebut tidak di ambil karena pembayaran
terhadap piutang atau penjualan kredit di
lakukan setelah periode potongan yaitu 10
hari.
2. Piutang dan penjualan sebesar nilai bruto,
potongan tunai baru di akui saat pembayaran di
terima dalam periode potongan dan di laporkan
dalam perhitungan rugi laba sebagai pengurang
terhadap jumlah pendapatan.
Potongan tunai di berikan untuk menyamakan nilai
uang yang di terima dalam periode potongan dengan
nilai sekarang dari pendiskontoan uang yang akan
di terima berdasarkan syarat kredit yang di
berikan. Tetapi salah satu tujuan pemberian
potongan tunai adalah untuk mengurangi kerugian
dari piutang ragu ragu.
Di dalam keadaan pasti, jumlah sesungguhnya yang
akhirnya akan di terima dalam bentuk kas, sesudah
di kurangi potongan harus di catat sebagai
pendapatan dari transaksi. Dalam ketidakpastian,
30
prinsipnya tetap sama. Tetapi potongan tunai yang
di harapkan akan di ambil dan kerugian piutang
ragu ragu yang di harapkan haruslah di estimasi.
Jadi pos pos ini merupakan pengurangan dalam
perhitungan pendapatan.
c. Trade discount (potongan perdagangan)
Bentuk lain dari pemberian potongan adalah
potongan perdagangan. Potongan ini di berikan
karena perbedaan cara penjualan dan perbedaan
langganan yang di layani. Misalnya, suatu
perusahaan dapat memberikan potongan 25% apabila
penjualan di lakukan dengan tunai dan potongan
sebesar 20% apabila di lakukan secara kredit.
Pada umumnya, pendapatan kontrak di ukur dan
di nilai berdasarkan nilai total tagihan kepada
pihak pemberi kerja yang telah di sepakati bersama
dengan pihak kontraktor. Pengukuran pendapatan
kontak di pengaruhi oleh macam macam ketidakpastian
yang tergantung pada hasil dari peristiwa di masa
yang akan datang. Perubahan nilai kontrak dari
penetapan harga semula, mungkin dapat terjadi dan
31
hal tersebut telah di sepakati oleh kedua belah
pihak.Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak
dapat meningkat atau menurun di suatu periode ke
periode selanjutnya.
Beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan
bahwa pendapatan dapat di ukur dengan nilai wajar
imbalan yang di terima atau dapat di terima.Jumlah
pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya di
tentukan oleh persetujuan antara entitas dan
pembeli atau pengguna asset tersebut.Jumlah
tersebut di ukur dengan nilai wajar imbalan yang di
terima atau dapat di terima oleh entitas di kurangi
jumlah diskon dagang dan rabat volume yang di
perbolehkan oleh entitas. Menurut PSAK 23 (2009:11)
2.1.1.5. Pengakuan pendapatan
Prinsip realisasi dalam pengakuan pendapatan
di maksudkan untuk dapat menemukan kapan pendapatan
di akui, prinsip realisasi ini kemudian menjadi
satu pengujian bagi ‘waktu dari pendapatan’ (timing
of revenue).Permasalahan utama dalam akuntansi
32
untuk pendapatan adalah menentukan saat pengakuan
pendapatan. Pada prinsip pengakuan pendapatan
(revenue recognation principle), umumnya pendapatan
diakui pada saat (1) direalisasikan atau dapat
direalisasikan dan (2) dihasilkan (earned). Maksud
dari pernyataan tersebut adalah bahwa:
1. Pendapatan dianggap direalisasikan apabila barang
dan jasa, barang dagangan, atau harta lain
ditukar dengan kas atau klaim atas kas;
Pendapatan dianggap dapat direalisasikan apabila
aktiva yang diterima dalam pertukaran segera
dapat konversi (siap ditukar) menjadi kas atau
klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui;
2. Pendapatan dianggap dihasilkan (earned) apabila
entitas bersangkutan pada hakikatnya telah
menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk
mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh
pendapatan itu, yakni apabila proses menghasilkan
laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.
Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai
dengan prinsip di atas, yaitu :
33
1. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada
tanggal penjualan, yang biasanya
diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan pada
pelanggan.
2. Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa
diakui ketika jasa-jasa itu telah dilaksanakan
dan dapat ditagih.
3. Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk
menggunakan aktiva perusahaan seperti bunga, sewa
dan royalti diakui sesuai dengan berlakunya waktu
atau ketika aktiva itu digunakan.
4. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk
diakui pada tanggal penjualan.
Dalam hubungannya dengan realisasi pengakuan
pendapatan, standar akuntansi keuangan (2002;23)
memberikan pengertian sebagai berikut :
1. Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva
oleh pihak pihak lain yang menghasilkan bunga,
royalty, dan deviden harus di akui atas dasar
sebagai berikut :
34
a. Bunga harus di akui atas dasar proporsi waktu
yang memperhitungkan hasil efektif aktiva
tersebut.
b. Royalty harus di akui atas dasar akrual sesuai
dengan sub perjanjian yang relevan
c. Metode biaya, deviden tunai harus di akui bila
hak pemegang saham untuk dalam menerima
pembayaran, di tetapkan.
2. Ikatan akuntansi indonesia berpendapat bahwa,
pendapatan atas jasa yang berasal dari suatu
transaksi dapat di estimasikan dengan andal bila
seluruh kondisi sebagai berikut ini di penuhi :
a. Jumlah pendapatan dapat di ukur dengan handal
b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut akan di peroleh
perusahaan.
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada
tanggal neraca dapat di ukue dengan andal
d. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut di
ukur dengan andal
35
Di samping hal tersebut di atas, pencatatan
terhadap pendapatan di lakukan bila perusahaan
telah mempunyai hak untuk mengakuinya, atau dengan
kata lain barang atau jasa sebagai imbalannya telah
di terima atau di nikmati oleh konsumen. Untuk
barang yang di terima di muka atas barang atau jasa
yang akan datang, menimbulkan penurunan kewajiban
dan bukan merupakan kenaikan aktiva. Misalnya suatu
perusahaan menyewa gedung selama beberapa tahun.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa
pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi berikut
ini : (1) Penjualan barang; (2) Penjualan jasa; (3)
Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain
yang menghasilkan bunga, royalty, dan deviden.
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui
jika :
1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara
signifikan dan telah memindahkan manfaat
kepemilikan barang kepada pembeli;
36
2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan
pengendalian efektif atas barang yang dijual;
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan
andal;
4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang
dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada
perusahaan tersebut; dan
5. Biaya yang terjadi dan akan terjadi sehubungan
dengan transaksi dapat diukur dengan andal.
PSAK No. 23 tahun 2010 paragraf 14, penentuan
kapan entitas telah memindahkan resiko dan manfaat
kepemilikannya secara signifikan kepada pembeli
memerlukan pengujian atas keadaan transaksi
tersebut. Pada umumnya pemindahan resiko, dan
manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang
bersamaan dengan pemindahan hak milik atau
penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli.
PSAK No. 23 tahun 2010 paragraf 15, jika
entitas menahan resiko signifikan dari kepemilikan,
maka transaksi tersebut bukanlah penjualan dan
pendapatan tidak di akui.
37
PSAK No. 23 tahun 2010 paragraf 16, jika
entitas hanya menahan resiko tidak signifikan atas
kepemilikan, maka transaksi tersebut pendapatan di
akui.
PSAK No.23 tahun 2010 paragraf 17, pendapatan
di akui jika hanya kemungkinan besar manfaat
ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas.
PSAK No, 23 tahun 2010 pargraf 18, pendapatan
dan beban sehubungan dengan transaksi atau
peristiwa lain yang sama di akui secara bersamaan.
Proses ini biasanya mengacu pada pengaitan
pendapatan dengan beban.
PSAK No.23 tahun 2010 paragraf 19, jika hasil
yang terkait dengan penjualan jasa dapat di
estimasi secara andal, maka pendapatan sehubungan
dengan transaksi tersebut di akui dengan acuan pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir
periode pelaporan.
PSAK No.23 tahun 2010 paragraf 25, jika hasil
transaksi terkait dengan penjualan jasa tidak
38
dapat di estimasi secara handal, maka pendapatan di
akui hanya berkaitan dengan beban yang telah di
akui yang dapat di pulihkan.
PSAK No.23 tahun 2010 paragraf 27, jika hasil
transaksi tidak dapat di estimasi secara andal dan
kemungkinan kecil biaya yang terjadi akan di
pulihkan, maka pendapatan tidak di akui dan biaya
yang timbul di akui sebagai beban.
PSAK No.23 tahun 2010 paragraf 30, jika bunga
yang belum di bayar telah di akui sebelum pembelian
investasi yang berbunga, maka penerimaan bunga
kemudian di alokasikan antara periode sebelum
pembelian dan sesudah pembelian, hanya bagian
setelah pembelian yang di akui sebagai pendapatan.
PSAK No. 23 tahun 2010, royalty di akui sesuai
dengan syarat perjanjian yang relevan dan
pendapatan juga umumnya di akui dengan dasar
tersebut, terkecuali dengan memperhatikan substansi
perjanjian, akan lebih sesuai untuk mengakui
pendapatan atas dasar sistematis dan rasional lai.
39
Pendapatan yang berhubungan dengan transaksi
penjualan jasa yang dapat diestimasi dengan andal
(bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai
pemakaian yang tuluis dan jujur dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan) harus diakui dengan
acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada
tanggal neraca.
Suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal
jika :
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut akan diperoleh
perusahaan;
2. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi dari
tanggal neraca dapat diukur dengan andal;
3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan
biaya untuk penyelesaian transaksi tersebut dapat
diukur dengan andal.
40
Bila transaksi yang meliputi penjualan jasa
tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan
yang diakui hanya berkaitan dengan beban yang telah
diakui yang dapat diperoleh kembali.
Dengan demikian prinsip realisasi dapat di
artikan sebagai pengakuan pendapatan pada saat
perusahaan menerima uang atau mempunyai tagihan
sebagai imbalan atas barang atau jasa yang di
berikan kepada pihak lain.
Pengakuan dapat pula menyimpang dari prinsip
realisasi, hal ini dapat di jumpai pada perusahaan
– perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan
jangka panjang, yaitu pengakuan pendapatan dapat di
akui pada saat pembangunan masih berjalan.
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan
bahwa pengakuan pendapatan dapat tidaknya di
kategorikan ke dalam prinsip realisasi tergantung
pada bentuk dan bidang suatu perusahaan, sehingga
pengakuan pendapatn dapat di akui.
2.1.1.6. Metode Pengakuan Pendapatan
41
Pada umumnya aktivitas perusahaan berlangsung
secara terus menerus, namun untuk menilai serta
membuat sesuatu keputusan di perlukan informasi
pada waktu waktu tertentu.Atas dasar ini, maka
aktivitas perusahaan di bagi bagi ke dalam periode,
untuk setiap periode biasanya di susun laporan
keuangan.Dalam rangka menyusun laporan keuangan
secara periodik di perlukan suatu metode pengakuan
pendapatan yang sesuai bagi perusahaan.
Berdasarkan AICPA (American Institute Of Certifield Publik
Accounting) metode metode pengakuan pendapatan yang
umum di gunakan dalam praktek adalah sebagai
berikut :
a. Pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai
Pendapatan dapat di akui pada saat produksi
selesai, jika produk tersebut telah memiliki
harga pasar tertentu dan pemasaran terjamin atau
untuk produk yang telah di miliki kepastian harga
jual tertentu (dalam hal ini bisa berdasarkan
kontrak penjualan). Untuk jenis produk tertentu
di mungkinkan adanya pengecualian, persediaan
42
barang dapat di nyatakan dengan nilai yang lebih
tinggi dari harga pokok bila di penuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Harga jual dapat di tentukan dengan cukup
tepat
2. Tidak di perlukan kegiatan atau beban
pemasaran
3. Satuan satuan persediaan dapat saling di tukar
Adapun contoh contoh produk yang memenuhi
kriteria tersebut antara lain, logam mulia dan
produk pertanian.
b. Pengakuan pendapatan yang terjadi selama produksi
dikerjakan
Hal ini dilakukan berdasarkan kontrak jangka
panjang.Cara ini umumnya memakan waktu beberapa
periode akuntansi.Pengakuan pendapatan yang
terjadi selama produksi dikerjakan dapat
dilakukan dengan dua pendekatan,yaitu:
1. Pengakuan pendapatan berdasarkan persentasi
dari biaya tahap penyelesaian yang di tentukan
dengan membandingkan biaya yang telah di
43
bebankan dengan taksiran total biaya untuk
menyelesaikan proyek.
2. Pengakuan pendapatan berdasarkan persentase
penyelesaian secara fisik, untuk menaksir
peresentase pekerjaan yang telah di selesaikan
bila perlu dengan tenaga ahli (insinyur atau
arsitek). Penaksiran ini biasanya di dasarkan
pada tahap kemajuan proyek yang bersangkutan
secara fisik. Cara ini biasa di kenal dengan
metode persentase penyelesaian.
c. Pengakuan pendapatan pada saat pembayaran
Dengan hal ini terdapat ketidakpastian yang besar
mengenai koletibilitas piutang yang timbul dari
penjualan barang atau jasa.Pengakuan pendapatan
dapat di tunda sampai saat di terimanya kas,
ketidakpastian ini biasa berhubungan dengan belum
pindahnya hak atas barang sampai di lunasinya
pembayaran.Sehingga terdapat kemungkinan
pembatalan transaksi penjualan yang telah di
lakukan.
44
Contoh yang sering di gunakan untuk untuk
membenarkan penundaan pengakuan pendapatan adalah
penjualan dengan cicilan (instalmen sales).Namun
penerapannya sejauh mungkin di hindarkan, karena
jarang sekali di jumpai situasi yang tagihan atas
penjualan benar benar tidak dapat di pastikan
secara layak.Pengakuan pendapatan pada penjualan
cicilan di lakukan pada setiap penerimaan
pembayaran cicilan.
d. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan
Pengakuan pendapatan pada saat penjualan barang
dan jasa adalah metode yang paling umum di
gunakan dalam perusahaan perusahaan. Menurut
pendapat The AAA Committee on concept and
standarts, hal ini di sebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Harga jual dapat di tentukan dengan pasti
2. Produk yang di jual telah meninggalkan
perusahaan di ganti dengan aset yang lain
sehingga pertukaran terjadi
45
3. Untuk kebanyakan perusahaan, penjualan
merupakan peristiwa keuangan yang paling
penting dalam kegiatan ekonominya
4. Pada saat penjualan, sebagian besar biaya
pengadaan produk dan biaya penjualan barang
dan jasa telah di tentukan.
Dari segi hukum atau yuridis, penjualan dapat di
anggap terjadi apabila telah di lakukan penyerahan
hak milik atas barang yang bersangkutan kepada
pembeli dan perusahaan atau penjualan mempunyai
hak untuk menagih pembayarannya.
Kelemahan dari metode pengakuan pendapatan pada
saat penjualan adalah ketidakpastian mengenai
peristiwa peristiwa setelah terjadi penjualan.
Contoh dari peristiwa tersebut adalah :
a. Kemungkinan adanya retur penjualan
b. Kemungkinan adanya potongan potongan (discount)
Ada 3 macam pemberian potongan, yaitu :
1. Discount yang di berikan kepada pelanggan
yang melakukan pembelian secara tunai atau
46
membayar dalam periode discount (jika
menggunakan pembelian secara kredit/hutang).
2. Trade discount merupakan potongan di berikan
kepada pedagang besar yang biasanya menjual
kembali barang dagangan tersebut.
3. Discount yang di berikan kepada pegawai
perusahaan
c. Bila penjualan di lakukan secara kredit maka
akan ada kemungkinan kemungkinan yang timbul
atas piutang.
Sehubungan dengan masalah ini, untuk
menghitung piutang yang tidak dapat di tagih dapat
di gunakan analisis umur piutang atau persentase
tertentu atas penjualan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di
tarik kesimpulan bahwa pengakuan pendapatan yang
umum di gunakan dalam praktek adalah :
a. Pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai
b. Pengakuan pendapatan yang terjadi selama produksi
di kerjakan
c. Pengakuan pendapatan pada saat pembayaran
47
d. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan
2.1.1.7. Metode Pencatatan Pendapatan
Pendapatan biasanya di akui pada saat
penjualan (penyerahan) karena sebagian besar
ketidakpastian mengenai proses menghasilkan laba
dan harga pertukaran sudah di akui. Tetap pada
kondisi tertentu pendapatan di catat dan di akui
pada saat sebelum penyerahan (penjualan)
Menurut akuntansi, pendapatan di catat
berdasarkan penerimaan kas dan setara kas yang
berikut ini akan di jelaskan mengenai metode
pencatatan pendapatan yang terdiri dari 2 metode
yaitu :
1. Metode cash basis
Adalah suatu sistem di mana pendapatan di catat
dan di akui pada saat penerimaan kas dan tidak
akan di lakukan pencatatan jika kas belum di
terima.
Metode cash basis mempunyai kelemahan yaitu
pencatatan harus berdasarkan penerimaan kas, maka
48
kas dan pendapatan disajikan dan dinilai dalam
laporan keuangan terlalu kecil sekan para pemakai
laporan hingga hal ini dapat menyesatkan para
pemakai laporan keuangan.
2. Metode accrual Basis
Adalah suatu sistem yang mencatat pendapatan pada
saat terjadinya transaksi penjualan barang dan
jasa walaupun kas dan setara kas belum di terima
sebagai hasil dari penjualan tersebut.Jadi
pendapatan di catat pada saat terjadinya hak atas
kas dan setara kas sebagai hasil penjualan
tersebut.
Pemakaian metode ini dalam akuntansi sangat di
prioritaskan karena dengan pemakaian metode
penyajian ini kas dan pendapatan di nilai secara
wajar dan tepat berdasarkan transaksi yang di
lakukan sehingga tidak menyesatkan dalam laporan
keuangannya.
2.1.1.8. Metode Pengukuran Pendapatan
49
Dalam perusahaan, pendapatan di ukur dengan
nilai wajar dari imbalan yang di terima atau yang
dapat di terima adri hasil pertukaran barang dan
jasa dalam suatu transaksi. Nilai tukar barang
dan jasa ini menunjukan ekuivalen kas atau nilai
sekarang yang di diskontokan dari tagihan yang
akhirnya di terima perusahaan dari transaksi
pendapatan. Jadi seluruh hasil pengembalian
(return), potongan (discount), dan pengurangan
pengurangan lainnya dari harga yang di tagih harus
di kurangi dari nilai tukar ekuivalen yang berasal
dari suatu transaksi. Dan dalam banyak
perusahaan, nilai tukar ekuivalen ini biasanya di
tentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan
pelanggan.
Jumlah uang yang ekuivalen ini dapat di
terapkan untuk pengukuran yang di peroleh dari
transaksi non kas. Dengan dasar ini, maka besarnya
pendapatan adalah sama dengan harga tunai dalam
penjualan barang, jasa atau aktiva aktiva lainnya.
50
Ada beberapa elemen dasar yang bersifat
praktis terhadap pengukuran pendapatan dalam
akuntansi keuangan yang memberikan hasil cukup
memuaskan, yaitu :
a. Harga pertukaran di masa lalu (harga pokok
historis)
Harga ini, menggunakan harga pokok sumber daya
tersebut pada saat mendapatkannya. Biasanya di
gunakan untuk mengukur persediaan, equipment,
dan aktiva lain.
b. Harga pertukaran pembelian
Harga ini di identifikasi sebagai harga pokok
pergantian yang timbul oleh sumber daya yang di
ukur dengan harga beli yang berlaku saat
ini. Sering di gunakan untuk menentukan
harga pokok atau harga dasar persediaan.
c. Harga pertukaran penjualan
Harga yang di identifikasikan sebagai harga
yang berlaku saat ini dan kondisi harga
kemungkinan stabil atau perubahan tidak
51
material, misalnya untuk pengukuran logam
mulia.
d. Harga pertukaran masa yang akan datang
Harga ini, mengidentifikasikan harga sebesar
penerimaan tunai di masa datang dan
mendiskontokanya dengan nilai yang berlaku,
sehingga merealisasi dan kesetaraan pendapatan
dapat terjamin. Di gunakan untuk menaksir
harga pokok yang akan datang bila pengakuan
pendapatan atas dasar persentase selesai dan
penjualan kredit.
Dari pernyatan di atas dapat di simpulkan
bahwa dalam perusahaan pendapatan di ukur
dengan nilai wajar dari imbalan yang di terima
atau yang dapat di terima dari hasil pertukaran
barang dan jasa dalam suatu transaksi. Nilai
tukar barang dan jasa ini menunjukan ekuivalen
kas atau nilai sekarang yang di diskontokan
dari tagihan yang akhirnya di terima perusahaan
dari transaksi pendapatan. Jadi seluruh hasil
pengembalian (return), potongan (discount), dan
52
pengurangan pengurangan lainnya dari harga yang
di tagih harus di kurangi dari nilai tukar
ekuivalen yang berasal dari suatu transaksi.
2.1.1.9. Pelaporan Pendapatan Pada Laporan Laba
Rugi
Laporan laba rugi (income statement) adalah
suatu ikhtisar yang melaporkan pendapatan dan beban
selama periode waktu tertentu dengan menggunakan
konsep penandingan (matching konsep).Laporan laba
rugi yang di buat perusahaan memiliki manfaat yaitu
memberi informasi tentang keberhasilan manajemen
dalam mengelola perusahaan (di ukur dengan laba)
dalam suatu periode.
Laporan laba rugi di sajikan dalam dua langkah
antara lain sebagai berikut :
1. Langkah tunggal (single step)
Dalam langkah ini seluruh pendapatan di kumpulkan
menjadi satu, setelah itu di kurangi dengan
seluruh biaya.Laporan laba rugi single step biasa
di gunakan oleh perusahaan jasa.
53
2. Langkah berganda (multiple step)
Dalam langkah ini penyusunan laporan keuangan
secara bertahap mulai dari kelompok pendapatan
dan biaya usaha, pendapatan luar usaha dan biaya
luar usaha, laporan laba rugi multiple step biasa
di gunakan oleh perusahaan dagang dan perusahaan
manufactur.
Laporan laba rugi minimal minimal mencakup pos pos
berikut :
1. Pendapatan
2. Laba rugi usaha
3. Biaya pinjaman
4. Bagian dari laba rugi perusahaan afiliasi dan
asosiasi yang di perlukan dengan menggunakan
metode ekuitas
5. Biaya pajak
6. Laba rugi aktifitas normal perusahaan
7. Pos luar biasa
8. Hak minoritas
9. Laba rugi bersihuntuk periode berjalan
54
2.1.2. Biaya
2.1.2.1. Pengertian Biaya
Biaya merupakan bagian suatu unsur dari harga
pokok dan merupakan unsur yang paling pokok dalam
akuntansi biaya, untuk itu perlu di pahami bahwa
terlebih dahulu pengertian biaya. Untuk lebih
jelasnya pengertian biaya, berikut ini di kutip
beberapa definisi yang di kemukakan oleh para ahli
sebagai berikut :
Menurut L.Gayle Rayburn dalam bukunya
“akuntansi biaya’’ (2010:3) definisi biaya sebagai
berikut :
“Mengidentifikasi, mendefinisikan, mengukur,melaporkan, menganalisis berbagai unsur biayalangsung dan tidak langsung yang berkaitandengan produksi serta pemasaran barang danjasa.’’
Menurut Darsono dan Ari Purwanti dalam
bukunya “ akuntansi manajemen’’ (2008:49) definisi
biaya sebagai berikut :
“Biaya adalah sebuah kas dan setara kas yangdi korbankan untuk memproduksi ataumemperoleh barang atau jasa yang di harapkan
55
untuk memperoleh manfaat atau keuntungandimasa datang.’’
Menurut Mulyadi (2005:8) biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur dalam uang
yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Mursyidi (2008:14) biaya adalah suatu
pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta
lainya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat di
bebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan
dating.
Menurut Armanto (2006:6) biaya adalah
pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Sebagai akuntan mendefinisikan
biaya satuan moneter atas pengorbanan barang dan
jasa untuk memperoleh manfaat di masa kini atau
masa yang akan datang.
Definisi biaya menurut Carter dan Usry yang
di terjemahkan oleh Krista (2006:29)
mendefinisikan biaya adalah sebagai nilai tukar,
pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat.
56
Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau
pengorbanan pada saat akuisisi di wakili oleh
penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang
dalam bentuk kas atau aktiva lain.
Dari definisi tersebut di atas, dapat di
simpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan ekonomis
dari sumber sumber yang di ukur dalam unit moneter
yang di maksudkan untuk memperoleh atau
memproduksi barang dan jasa dan dapat di kurangkan
pada penghasilan, yang di harapkan dapat
memberikan manfaat pada saat ini atau di masa yang
akan datang.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan bila
kita membicarakan masalah biaya antara lain :
a. Nilai yang di akui baru di anggap sebagai biaya
apabila nilai tersebut di pergunakan untuk
menunjang kebutuhan perusahaan dan perkembangan
perusahaan.
b. Biaya selalu di katakan dengan resiko
perusahaan dalam menjalankan usahanya, dan
57
resiko pengeluaran kas untuk biaya merupakan
hal yang biasa.
c. Pengertian tentang biaya di hubungkan dengan
metode untuk mengukur nilai yang di akui
sebagai biaya.
Biaya merupakan pengorbanan yang harus di
buat dalam setiap transaksi pendapatan dan biaya
di ukur dengan pengeluaran pengeluaran barang dan
jasa yang di pertemukan dengan penghasilan untuk
menentukan laba yang di peroleh dalam periode
tertentu. Beban (expenses) adalah pengeluaran
untuk mendapatkan pendapatan pada suatu periode
tertentu. Beban atau expenses di kurangkan pada
pendapatan untuk memperoleh laba.
Jadi, hubungan biaya dan beban dalam
pencatatan pendapatan adalah biaya harus di
buatkan dalam setiap transaksi pendapatan
sedangkan beban yaitu pengeluaran untuk
mendapatkan pendapatan.
2.1.2.2. Penggolongan Biaya
58
Untuk mengetahui lebih jelas tentang biaya,
dapat dilihat dari penggolongan dan menurut sifatnya.
Untuk itu dalam penelitian ini peneliti akan
membahasnya lebih mendalam sebagai berikut :
Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akutansi Biaya“
(2005 : 13) definisi sebagai berikut :
Dalam akutansi biaya, biaya digolongkan dalam
berbagai macam cara. Umumnya penggolongan ini atas
dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan
tersebut, karena dalam akutansi biaya dikenal konsep
“Different Cost For Different Purposes”
Menurut Mulyadi biaya dapat digolongkan menjadi :
a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran.
b. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan
suatu yang dibiayai.
c. Penggolongan biaya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan.
d. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu
manfaatnya.
59
Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Objek yang
dibiayai menurut L.M Samryn dalam bukunya “Akutansi
Managemen“ (2012 : 61)
Dalam hubungannya sesuatu yang dibiayai, dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan :
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya Langsung adalah biaya yang dapat ditelusuri
secara mudah dan ekonomis ke sebuah objek biaya
tertentu.
Dengan demikian biaya langsung akan mudah
diidentifikasi degan sesuatu yang dibiayai. Dapat
ditelusuri adalah kemampuan untuk membebankan
biaya secara langsung pada objek biaya dengan cara
ekonomis yang memungkinkan dengan sarana penyebab.
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya Tidak Langsung adalah biaya yang yang dapat
ditelusuri secara mudah dan ekonomis ke sebuah
objek biaya tertentu.Biaya tidak langsung meliputi
biaya-biaya yang tidak dapat dengan mudah
ditelusuri hubungannya dengan objek yang dibiayai.
Biaya Tidak Langsung merupakan istilah biaya
60
manufaktur yang terkait dengan objek biaya atau
barang dalam proses kemudian menjadi barang jadi,
namun tidak dapat dilacak ke objek biaya secara
ekonomis. Dari penggolongan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa biaya langsung dan biaya tidak
langsung merupakan klasifikasi dari elemen-elemen
biaya yang dibebankan pada objek biaya.
2.1.2.3. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka
Waktu Manfaat
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)
Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akutansi Biaya“
(2005 : 17) Pengeluaran modal adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akutansi (biasanya periode akutansi adalah satu
tahun kalender).
Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya
dibebankan cost aktiva dan dibebankan dalam tahun
61
yang menikmati manfaatnya dengan cara
didepresiasikan, diamortisasikan atau deplesi.
Biaya akuisisi aktiva tetap, yang ditambahkan
ke aktiva tetap itu sendiri yang meningkatkan
nilai total aktiva tetap, atau memperpanjang
unsur manfaatnya dinamakan dengan pengeluaran
modal (Capital Ekspenditures).
2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)
Biaya-biaya yang hanya menyambung keuntungan
dalam periode berjalan atau biaya yang muncul
sebagai bagian dari proses reparasi dan
pemeliharaan normal disebut dengan pengeluaran
pendapatan (Revenue Expenditures).
Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akutansi Biaya“
(2005 : 16) Pengeluaran pendapatan adalah biaya
yang mempunyai manfaat dalam periode akutansi
terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat
terjadinya pengeluaran pendapatan ini
dibebankan sebagai dan dipertemukan dengan
pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran
biaya tersebut. Contohnya pengeluaran
62
pendapatan antara lain biaya ikan, biaya telex,
dan tenaga kerja.
Dapat disimpulkan bahwa, untuk membandingkan
pendapatan dan beban secara tepat adalah
penting untuk membedakan antara pengeluaran
modal dengan pengeluaran pendapatan.
Pengeluaran modal akan mempengaruhi beban
penyusutan lebih dari satu periode, sementara
pengeluaran pendapatan hanya akan mempengaruhi
beban pada periode berjalan.
63
2.1.2.4. Metode Pengukuran Biaya
Tujuan dari pengukuran biaya adalah untuk
mngukur jumlah yang di bebankan pada periode
berjalan dan menunda ke periode yang akan datang.
Jumlah yang menggambarkan perubahan barang atau
jasa yang akan di pakai dalam periode mendatang
tersebut. Pengukuran biaya yang umum di pakai
adalah sebagai berikut :
a. Harga perolehan historis
Alasan utama menggunakan harga perolehan historis
adalah karena biaya historis di asumsikan dapat
di verifikasi karena menggambarkan pengeluaran
tunai perusahaan.Tetapi biaya historis juga di
anggap menunjukan nilai tukar barang dan jasa
pada waktu di peroleh perusahaan.
b. Harga berlaku (current prices)
Pengukuran biaya yang di gunakan untuk
memproduksi barang atau jasa di dasarkan pada
harga yang sedang berlaku (current prices), karena
pendapatan juga di ukur berdasarkan harga yang
berlaku memiliki keunggulan karena membedakan :
64
(1) laba yang timbul dari transaksi. (2)
keuntungan atau kerugian yang timbul dari
penyimpanan aktiva yang belum terpakai.
c. Harga perolehan pengganti (replacement cost)
Harga berjalan dapat di peroleh untuk menunjukan
harga yang berlaku likuidasi (penjualan) atau
harga perolehan pengganti (replacement
cost).Harga berlaku likuidasi atau ekuivalen kas
berlaku mungkin relevan dalam pengukuran biaya
karena menunjukan biaya oportunitas perusahaan
dalam menggunakan aktiva tertentu.Selanjutnya,
pengukuran beban ini tidak memerlukan spekulasi
tentang kemungkinan penggantian pada masa
datang.Jika terdapat pasar yang baik dimana
barang dapat di perjual belikan dengan kerugian
kecil, mungkin harga likuidasi sangat relevan.
Di pihak lain, harga perolehan pengganti yang
sedang berlaku menggambarkan peramalan yang lebih
baik akan hasil kegiatan perusahaan pada waktu
mendatang jika terlihat kemungkinan kelanjutan
masa lalu ke masa yang akan datang. Salah satu
65
kesulitan dalam menggunakan harga perolehan
pengganti adalah kemungkinan tidak adanya harga
berlaku untuk jenis barang atau jasa yang adanya
harga berlaku yang tersedia untuk jenis barang
atau jasa yang sama yang di peroleh sebelumnya,
atau mungkin tidak terdapat pengukuran yang dapat
di verifikasi atas harga seperti itu.
2.1.2.5. Metode Pengakuan Biaya
Biaya terjadi apabila barang atau jasa di
konsumsi atau di gunakan dalam proses memperoleh
pendapatan. Saat atau pelaporan biaya di lakukan
dengan mencatat kegiatan di dalam perkiraan atau
memasukannya di dalam laporan keuangan.Pelaporan
biaya dapat terjadi secara bersamaan dengan
menggunakan barang atau jasa, atau boleh di lakukan
sesudah kegiatan itu, atau dalam keadaan yang tidak
biasa, boleh mendahului kegiatan itu.
Saat biaya harus di laporkan, sebagian di
tetapkan oleh pendekatan laba yang di anjurkan
entah secara tegas atau pun secara tersirat.
66
Definisi laba sebagai perubahan dalam nilai umumnya
menyarankan bahwa biaya harus di laporkan kapan
saja terjadi penurunan nilai atau jika tidak
terdapat manfaat atau nilai nyata yang akan di
terima pada masa yang akan datang dari penggunaan
barang atau jasa.
Konsep laba yang menekankan arus kas
menyimpulkan bahwa biaya harus di laporkan sedekat
mungkin dengan saat pengeluaran kas yang
sebenernya. Akuntansi akrual yang tradisional
agaknya berada di antara etrem ini tetapi bersandar
pada konsep nilai yang menyarankan bahwa harga
masukan (biaya) harus di tahan sampai pertambahan
nilai I laporkan dengan penggantinya, yaitu harga
ke luar (penjualan).Artinya biaya harus di akui
pada periode dimana pendapatan yang berkaitan di
akui.
2.1.3. Laba
2.1.3.1. Pengertian Laba
67
Laba merupakan hal yang amat sangat penting
bagi perusahaan dan terjadi tujuan pokok bagi suatu
perusahaan yag berkeinginan untuk mencapai
keuntungan dan keberhasilan perusahaan, dalam
mengumpulkan laba yang besar akan mendeskripsikan
pula keberhasilan kinerja manajemen dalam mengelola
dan menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Oleh karena itu, untuk dapat mencapai laba yang
tinggi, maka di perlukan pengakuan secara wajar dan
tepat terutama terhadap pendapatan dan biaya
sebagai unsur unsur pembentukan laba perusahaan
agar di peroleh perhitungan yang tepat terhadap
laba setiap periode.
Menurut PSAK No 23 (2002:23.3) definisi laba adalah
:
“ pengembalian (return) yang melebihi investasi.”
Konsep tentang laba telah di definisikan
sebagai jumlah yang dapat di kembalikan oleh
entitas kepada investornya dengan tetap
mempertahankan tingkat kesejahteraan entitas yang
bersangkutan. Pada dasarnya laba merupakan
68
kelebihan jumlah selisih antara pendapatan dan
biaya biaya yang terjadi selama periode akuntansi,
dan semua unsur unsur dan perhitungannya akan
terlihat di dalam laporan rugi laba perusahaan yang
merupakan suatu ikhtisar transaksi transaksi yang
terjadi, yang menunjukan sumber sumber pendapatan
dan sumber sumber biaya yang terjadi di dalam suatu
periode akuntansi.
Menurut sofyan syafri harahap (2012:245) gain
(laba / keuntungan dari transaksi tertentu yang
sifatnya insidentil). Di luar laba di atas, ada
lagi penggolongan laba di luar laba tersebut yaitu
yang di kenal dengan istilah gain. Definisi laba
menurut FASB, gain adalah naiknya nilai ekuitas
dari transaksi kejadian lainya yang memengaruhi
entitas selama satu periode tertentu kecuali yang
berasal dari hasil atau investasi dari pemilik.
Menurut soemarso (2005:230) laba adalah
pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan
usaha.Apabila beban lebih besar dari pendapatan,
selisihnya di sebut rugi.Laba atau rugi merupakan
69
hasil perhitungan secara periodic (berkala).Laba
atau rugi yang sebenarnya baru dapat di ketahui
apabila perusahaan telah menghentikan kegiatannya
dan di likuidasikan.
Penetapan laba secara periodic memerlukan
perhatian yang serius.Kegiatan perusahaan berjalan
secara terus menerus tanpa putus.Kegiatan
perusahaan inilah yang mendatangkan laba atau
rugi.Jadi, penetapan laba atau rugi secara periodic
berarti memenggal kegiatan perusahaan yang terus
menerus tersebut.Konsekuensinya adalah bahwa
penggalan-penggalan itu, laba atau rugi harus benar
benar mencerminkan laba yang di peroleh atau rugi
yang di derita pada periode yang
bersangkutan.Penetapan laba sevara periodic juga
mengandung konsekuensi bahwa di dalamnya terdapat
unsur unsur taksiran.Bukan merupakan angka yang
pasti.Oleh karena laba adalah hasil pengurangan
beban terhadap pendapatan, maka kunci kekayaan
penetapan laba atau rugi adalah menentukan jumlah
pendapatan yang bersangkutan.
70
Menurut stice, skousen (2009:240) laba adalah
pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini
mengukur nilai yang dapat di berikan oleh entitas
kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan
yang sama dengan posisi awalnya.
Selanjutnya menurut suwadjono (2008:464) laba
di maknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan
menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba
merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya
total yang melekat dalam kegiatan produksi dan
penyerahan barang / jasa)
Dari pengertian laba di atas, penulis
menyimpulkan bahwa laba adalah selisih lebih antara
pendapatan dan beban yang timbul dalam kegiatan
utama / sampingan di perusahaan selama suatu
periode.
2.1.3.2. Unsur Unsur Laba
Laba di bentuk oleh sejumlah unsur unsur yang
merupakan komponen yang penting bagi penyusunan
laba yaitu :
71
1. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau
penambahan lain atas aktiva suatu entitas atas
penyelesaian kewajiban kewajibannya (atau kondisi
keduanya) yang berasal dari penyerahan atau
produksi barang, pemberian jasa, aktivitas
aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau
operasi inti yang berkelanjutan dari suatu
entitas.
2. Beban adalah arus keluar atau pemakaian lain
aktiva atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi
keduanya) yang berasal dari penyerahan atau
produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanan
aktivitas aktivitas lain yang merupakan aktivitas
operasi utama atau operasi inti yang
berkelanjutan dari suatu entitas.
3. Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva
bersih) yang berasal dari transaksi insidental
atau tidak sering terjadi pada suatu entitas
serta transaksi dan kejadian lain serta keadaan
yang mempengaruhi entitas kecuali yang berasal
72
dari pendapatan yang di peroleh dari pemilik atau
penanaman modal oleh pemilik perusahaan.
4. Kerugian adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih)
yang berasal dari transaksi yang bersifat
ensidental atau tidak sering terjadi serta dari
semua transaksi dan kejadian lain serta keadaan
yang mempengaruhi entitas kecuali yang berasal
atau di hasilkan dari beban atau penanaman modal
oleh pemilik.
2.2. Kerangka Berfikir
Hubungan antara variable bebas dan variable
terikat dapat dijelaskan sebagai berikut. Aspek-
aspek variable bebas yang akan diteliti adalah
pengakuan pendapatan yang dihubungkan dengan biaya
yang terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian
pekerjaan, sedangkan variable terikat adalah laba
perusahaan.
Pada perusahaan yang bergerak dibidang jasa
perhotelan, pada umumnya perusahaan memperoleh
pendapatan dari penyewaan kamar hotel yang dapat
73
diakui satu periode berjalalan.Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya perbedaan pada laba yang
dilaporkan perusahaan.Apabila perusahaan
menggunakan metode pengakuan pendapatan yang
berbeda,dan juga disebabkan atau ditentukan oleh
kapan pengakuan pendapatan dan beban diakui oleh
perusahaan dan metode apa yang digunakan oleh
perusahaan dalam penetapan dan pengakuan serta
pencatatan pendapatan dan beban.
Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti
suatu manajemen jasa perhotelan yang dilakukan oleh
PT. Grand Cempaka Hotel, yang bergerak dalam bidang
perhotelan.Maka penulis akan meneliti metode apa
yang digunakan perusahaan, bersarnya pendapatan
yang diakui pada periode berjalan, jika perusahaan
menggunakan metode persentase penyelesaian dalam
pengakuan pendapatan dan beban untuk suatu periode
akutansi dan pencatatan akutansi yang dilakukan ,
sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dan saran
yang berguna bagi perusahaan.
74
Variabel bebas
Pengakuan pendapatan
Variabel terikat
Laba perusahaan
Analisis kerangka berfikir tersebut diatas
dapat dituangkan dalam bentuk diagram yang sebagai
berikut :
75
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang dipergunakan
dalam menyusun skripsi ini, penulis telah
mengadakan penelitan terhadap suatu perusahaan.
Dalam usaha tersebut, penulis memilih PT GRAND
CEMPAKA, yang berlokasi di Jalan Letjen Suprapto
Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Adapun waktu yang dibutuhkan dalam penelitian
tersebut memakan waktu selama kurang lebih 2 (dua)
bulan, sejak awal bulan 1 Mei 2014 sampai dengan
30 Juni 2014.
3.2. Variabel yang Diteliti
Arti dari variable adalah suatu unsur atau
karakteristik yang sifatnya berubah-ubah. Variabel
yang diteliti oleh penulis dalam penyusunan
skripsi ini antara lain :
76
1. Variabel Independen / Variabel Bebas
Adalah variable yang berdiri sendiri atau tidak
bergantung dengan variable yang lain. Adapun
variable bebas yang digunakan pada skripsi ini
adalah pengakuan pendapatan pada PT JAKARTA
TOURISINDO.
77
2. Variabel Dependen/ Variabel Terikat
Adalah variable yang tergantung pada variable
lain. Dalam penelitian skripsi ini variable
terikatnya adalah laba perusahaan PT JAKARTA
TOURISINDO.
3.3. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penyusunan skripsi ini,
penulis membutuhkan data-data yang menunjang
keakuratan hasil penelitian dari skripsi ini. Data
tersebut terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan
cara observasi, wawancara, dan mengajukan
pertayaan yang berkaitan dengan judul skripsi ini
pada pihak perusahaan agar mendapatkan data yang
lebih akurat dan lengkap. Data primer dibutuhkan
penulis untuk mengetahui komponen-komponen yang
diperlukan oleh perusahaan untuk melakukan
penetapan tarif sewa kamar, serta untuk
mengetahui metode apa yang digunakan oleh pihak
78
hotel dalam menentukan pendapatan perusahaan.
Jenis data primer ini dapat berupa jumlah kamar
yang tersedia, biaya-biaya yang dikeluarkan, dan
besarnya laba yang ditargetkan oleh hotel.
2. Data Sekunder
Data sekunder dapat diperoleh dari lingkungan
eksternal perusahaan,yaitu berupa ensiklopedia,
indeks, petunjuk penelitian yang berhubungan
dengan penelitian dan objek yang ingin dijadikan
oleh penulis sebagai skripsinya. Data ini berguna
sebagai pedoman bagi penulis untuk menentukan
pendapatan berdasarkan metode yang digunakan
oleh perusahaan.
Dalam usaha mengumpulkan data yang diperoleh
untuk penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan
dua metode penelitian, adapun metode tersebut
yaitu:
1. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan ini berguna untuk mendapatkan
data-data primer yang diperlukan untuk melakukan
pembahasan masalah yang diajukan, penelitian ini
79
meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Metode yang digunakan dalam metode ini adalah
dengan melakukan peninjauan langsung pada PT
JAKARTA TOURISINDO
2. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini digunakan untuk memperoleh data-
data sekunder, yaitu dengan cara mencari dan
mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan
organisasi dan akutansi pada industry perhotelan
serta berkaitan dengan metode dalam menentukan
pendapatan perusahaan. Hasil dari penelitian
tersebut kemudian digunakan sebagai landasan
teori untuk melakukan penelitian lapangan dan
memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan.
Semua data yang diperlukan menunjang skripsi
ini, baik berasal dari penelitian lapangan maupun
yang bersal dari penelitian kepustakaan diolah dan
dianalisis. Langkah selanjutnya adalah melakukan
perbandingan antara teori yang melandasi penulisan
ini dengan kondisi yang ada dilapangan, kemudian
dari hasil perbandingan tersebut akan diambil
80
beberapa kesimpulan dan saran-saran yang dapat
dijadikan acuan oleh perusahaan untuk meningkatkan
pengelolaan perusahaan bersangkutan.
3.4. Teknik Analisa Data
Dari data primer dan sekunder yang telah
dikumpulkan dan diolah oleh penulis, kemudian
dilakukan analisis yang berupa kualitatif dan
kuantitatif.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menggunakan teknik analisis data kuantitatif,
yaiu :
1. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif merupakan suatu
analisis data yang dilakukan dengan penerapan dan
perbandingan antara penerapan metode pengakuan
pendapatan dengan teori yang ada, sehingga dapat
diketahui ketetapan metode pengakuan pendapatan
antara teori dengan prakteknya.
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Umum Tempat Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat PT Jakarta Tourisindo
Nama Hotel ini diambil dari daerah dimana
hotel ini berada yaitu Cempaka Putih Jakarta
Pusat, hotel ini dirancang khusus untuk memenuhi
kebutuhan para pelaku bisnis. Sampai dengan tahun
2012 Grand Cempaka Business Hotel meningkatkan
predikatnya sebagai hotel berbintang 4 yang
memiliki 221 buah kamar, dilengkapi dengan ruang 6
pertemuan dengan kapasitas keseluruhan sebanyak
2225 kursi dan tempat parkir dengan kapasitas 300
mobil serta swimming pool dan pool deck cafe.
Grand Cempaka Hotel dibangun di kota Jakarta
bagian Pusat tepatnya di Jalan Let. Jend Suprapto,
Cempaka Putih dan merupakan hotel yang bergabung
dalam salah satu unit PT. Jakarta Tourisindo
sebuah perusahaan daerah di bawah Propinsi DKI
82
Jakarta yang bergerak dalam bidang industri Jasa
Perhotelan dan Pariwisata serta sarana penunjang
lainnya.
Operasional Grand Cempaka Hotel diresmikan
pada tanggal 17 Agustus 1996 dan Soft Opening
dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Bapak
Soeryadi Soedirja pada tanggal 03 Oktober 1996
dengan klasifikasi hotel berbintang empat. Pada
bulan Oktober 2004 pemilik dari Hotel Cempaka
Jakarta berubah namanya dari PD. Wisata Niaga Jaya
menjadi PT. Jakarta Tourisindo. Hotel Cempaka
Jakarta pada bulan April 2005 berubah namanya
menjadi Grand Cempaka Business Hotel dengan
perubahan nama banyak pula perubahan-perubahan
seperti pada lobby, kamar (lantai 7,8 & 17),
penambahan fasilitas seperti Spa dan Hot Spot.
Grand Cempaka Business Hotel terletak
dibagian pusat kota Jakarta, tepatnya di Jalan
Let. Jend Suprapto, Cempaka Putih. Lokasi sangat
strategis berada di Pusat Perniagaan dan
Perbelanjaan (Atrium Senen, Carrefour dan ITC
83
Cempaka Mas). Sepuluh menit dari Pelabuhan Tanjung
Priok dan dua puluh menit dari Bandara
Internasional Soekarno Hatta.
4.1.2. Kegiatan Usaha PT Jakarta Tourisindo Sarana
dan Fasilitas
Dalam perkembangannya sampai saat ini PT
Jakarta Tourisindo mempunyai 221 buah kamar, juga
menyewakan ruang lain untuk kantor dan ruang atau
gedung pertemuan. Adapun jumlah rincian kamar yang
tersedia dapat dilihat pada table 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 : Tipe Jumlah Kamar dan Tarif Kamar Tahun
2013
Tipe KamarJumlah Tarif
Deluxe 160Rp.
691.000
Grand Deluxe 40Rp.
1.006.000
Junior Suite 16Rp.
1.134.000
Executive Suite 4Rp.
1.203.000
Royal Suite 1 Rp.
5.857.000Sumber : Grand Cempaka Business Hotel
84
1. Harmoni Coffe Shop
2. Cempaka Ballroom dengan kapasitas 400 sampai
dengan 1200 orang
3. Gambir Room, ruang meeting dengan kapasitas 50
sampai dengan 150 orang
4. Live music
5. 24 jam Room Service
6. Kolam Renang (pool deck)
7. Fitness Center dan Sauna
8. Massage Service
9. Laundry dan Dry Cleaning
10. Djakarta Lounge & Bar (JL’o)
11. Tours and Travel
12. Drugstore
13. Business Centre
14. Parking Area untuk 300 mobil
Setiap kamar dilengkapi dengan minibar dan
toiletries, sambungan telephone international,
Televisi dengan 24 saluran termasuk CNN dan
fasilitas internet free WiFi, Grand Cempaka Business
Hotel juga menyediakan kamar suite yang mewah dan
86
dilengkapi dengan living room, pantry dan taman luas
untuk menjamu relasi agar istirahat anda di Grand
Cempaka.
4.1.3. Struktur Organisasi Grand Cempaka Business
Hotel
Grand Cempaka Business Hotel adalah hotel
berbintang empat yang mempunyai masalah-masalah
organisasional yang cukup rumit. Hotel ini
memiliki organisasi formal yang menjamin agar
orang dapat melaksanakan tugas yang mengarah ke
pencapaian tujuan perusahaan.
Setiap struktur organisasi akan lebih dulu
memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Manajemen menganalisa jabatan-jabatan yang
dilakukan, kemudian orang yang berminat dan
kualifikasi tertentu ditarik untuk memegang
jabatan tersebut. Koordinasi tentang kegiatan
setiap karyawan merupakan tanggung jawab merupakan
87
kunci penting bagi manajemen agar tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Struktur organisasi yang ditentukan dengan
baik juga harus mendukung moral karyawan, sehingga
motivasi karyawan akan timbul untuk mencapai
tujuan perusahaan. Karyawan yang mengetahui
tentang apa yang diharapkan dari pekerjaan siapa
atasannya, siapa atasannya dan bagaimana pekerjaan
itu cocok degan struktur organisasi keseluruhan,
semuanya diarahkan untuk membentuk angkatan kerja
yang loyal dan harmonis.
Susunan organisasi dan tugas masing-masing
pada Grand Cempaka Hotel seperti terlihat pada
gambar lampiran secara besar dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. General Manager
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai
berikut.
a. Merencanakan dan melaksanakan setiap tahap
usaha yang menyebabkan kenaikan volume
business dan keuntungan hotel
88
b. Secara terus-menerus mengkaji dan meneliti
operation hotel sehingga mampu menghasilkan
keuuntungan dengan maksimal
c. Mengesahkan anggaran untuk dijadikan pedoman
operation bagi seluruh departemen
d. Menyetujui dan mengesahkan requisitions, work
orders, purchase dan lain-lain.
2. Room Manager
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Membuat budget untuk tahun yang akan datang
b. Meneliti room reservation sheet control terutama pada
saat hotel full occupancy
c. Melakukan inspeksi atau pengawasan kamar yang
diselenggarakan oleh house keeping
d. Bertanggung jawab pada general manager
3. Front Office Supervisor
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Meneliti dan menjawab surat, faximile, e-mail masuk
yang berhubungan dengan reservation atau pesanan
kamar
89
b. Menyiapkan forecast, laporan statistic,
pencapaian targer dan budget tahun yang akan
datang
c. Bertanggung jawab kepada room manager
90
4. Receptionist
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Mencatat dan menyalin pesanan-pesanan kamar
yang baru datang baik melalui surat, faximile, e-
mail ke dalam reservation form
b. Memindahkan data-data pesanan kamar dari
reservation form ke reservation slip
c. Menyiapkan arsip kartu registrasi
d. Bertanggung jawab kepada front office supervisor
5. Bellboy
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Mencatat semua kegiatan tugas bellboy di dalam
errand control sheet
b. Menyiapkan expected arrival atau departure list dan
membagikan kepada yang pihak terkait
c. Menjalin kerjasama dengan front office cashier agar
tidak terjadi keterlambatan pembayaran bill tamu
pada waktu check out
d. Bertanggung jawab kepada receptionist
6. Front Office Cashier
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
91
a. Menerima dan mengecek check out list dari reservation
serta menyiapkan bill
b. Menerima pembayaran dari tamu yang telah check
out dan mengkonfirmasi dengan bagian house keeping
untuk mengecek kondisi kamar
c. Membuat laporan penerimaan pembayaran per hari
dan menyetorkan ke general cashier
d. Bertanggung jawab kepada front office supervisor
7. House Keeping Supervisor
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Menyusun anggaran operasi dan anggaran laundry
tiap tahun
b. Membuat schedule kerja rutin dan khusus yang
berkaitan dengan keadaan hotel sehingga
tercipta koordinasi dengan baik antara lini
c. Membuat program general cleaning serta mengatur
pelaksanaannya
d. Menindak lanjuti laporan kondisi kamar dengan
bekerja sama dengan front office dan engineering
e. Bertanggung jawab kepada room manager
8. Roomboy
92
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Membersihkan kamar tamu sesuai dengan standard
yang telah ditentukan
b. Menerima kunci-kunci sesuai dengan standard yang
telah ditentukan
c. Menerima kunci-kunci sesuai dengan penugasan
yang diberikan house keeper untuk menyiapkan dan
melengkapi line
d. Membersihkan kamar mandi dan melengkapi dengan
guest supplies
e. Bertanggung jawab kepada house keeping supervisor
9. Gardener
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Memelihara, menata tanaman dan taman hotel
b. Bertanggung jawab roomboy
10. Chief Engineering
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Menyusun anggaran engineering department
b. Menyusun dan mengembangkan system pemeliharaan
dan perbaikan peralatan maupun sarana agar
93
masing-masing berfungsi sesuai dengan
kebutuhan
c. Merencanakan dan menyiapkan serta mengevaluasi
desain dan spesifikasi proyek sesuai dengan
permintaan atau petunjuk managemen
d. Bertanggung jawab kepada general manager
11. Repair and Maintenance
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Merawat dan memperbaiki peralatan kamar maupun
property lain yang berhubungan dengan listrik,
air, pengecatan untuk menunjang operasional
hotel
b. Bertanggung jawab kepada chief engineering
12. Food and Beverage Manager
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut
a. Membuat dan menyusun target dan anggaran
tahunan food and beverage department sebagai dasar
perbandingan dengan hasil yang terapai
b. Membuat evaluasi secara periodic terhadap
hasil usaha
94
c. Mengawasi dan menjaga produktivitas dan
perilaku semua staff food and beverage agar sesuai
dengan standard yang berlaku
d. Bertanggung jawab kepada general manager
13. Daily Worker
Tugas dan tanggung jawab adalah sebagai berikut.
a. Menangani langsung tugas dan pekerjaan harian
4.2. Deskripsi Data
4.2.1. Sumber Sumber Pendapatan PT Jakarta
Tourisindo
PT Jakarta Tourisindo memiliki sumber sumber
pendapatan yang berasal dari, di antaranya :
1. Pendapatan dari penjualan harmoni coffe shop dan
room hotel
Harmoni Coffee Shop dan room hotel Sebagai Sarana
Pendukung Operasional Dan Kontribusinya Terhadap
Pendapatan PT Jakarta Tourisindo. Pengolahan
industri perhotelan dimulai sejak zaman dahulu
hingga sekarang ini memiliki fungsi dan tugas
sebagai pemberi jasa pelayanan, penginapan, makan
95
dan minum yang ditujukan kepada pemakai jasa
hotel. Oleh karena fungsinya yang konkrit dan
dikelola secara komersial maka setiap hotel harus
memberikan jasa terbaik kepada tamu hotel dalam
memenuhi segala kebutuhan-kebutuhannya. Salah
satu kebutuhan itu adalah makan dan minum dimana
semua itu bisa didapat dari hotel maupun restoran
yang ada. Dewasa ini sebagia besar dari hotel
yang tengah beroperasi banyak menggunakan sistem
Continental Plan, dimana harga dari penjualan
kamar sudah termasuk dengan sarapan pagi. Sarapan
adalah suatu kebutuhan manusia yang sangat
sensitive, dikonsumsi oleh manusia yang bekerja
aktif maupun yang non aktif, dimana porsinya
lebih sedikit dibuat namun diharapkan dapat
memenuhi gizi yang dibutuhkan, sehingga dapat
menghasilkan energi yang dapat dipakai untuk
beraktifitas. Dengan demikian, setiap hotel
haruslah dapat menciptakan dan memiliki tenaga-
tenaga yang profesional dalam mempersiapkan
sarapan pagi. Sistem kerja dibuat dan diatur
96
sedemikian rupa sehingga pengolahan makanan untuk
sarapan pagi dapat dikonsumsi pada waktu yang
tepat dengan demikian nilai gizi yang terkandung
dalam makanan tetap dalam komposisi yang baik.
Seperti halnya dengan Hotel lain, PT Jakarta
Tourisindo ini para juru masak yang bertugas
benar-benar memperhatikan segala jenis makanan
yang dijual dalam bentuk menu kepada tamu
merupakan hasil pilihan dari olahan yang terbaik.
Pendapatan dari harmoni coffe shop dan room hotel
yaitu pendapatan yang di peroleh dari jasa
pelayanan, penginapan, makan dan minum. Setiap
pelayanan, penginapan, makan dan minum yang di
pesan oleh konsumen di buat rekap penyewaan untuk
di serahkan kepada PT Jakarta Tourisindo agar di
akui oleh PT Jakarta Tourisindo sebagai
pendapatan dan di input ke dalam program.
2. Pendapatan dari jasa pelayanan service
Pendapatan dari jasa pelayanan service yaitu
pendapatan yang di peroleh dan timbul dari
kegiatan service seperti 24 jam room service,
97
kolam renang (pool deck), fitness center dan
sauna, masaage service, dan laundry & dry
cleaning yang menghasilkan pendapatan perusahaan.
3. Pendapatan lain lain, yaitu pendapatan dari
keuntungan yang bersifat tidak rutin atau berasal
dari kegiatan yang tujuan utamanya tidak untuk
memperoleh penghasilan bagi entitas perusahaan di
luar pendapatan operasional. Pendapatan lain lain
di antaranya :
a. Pendapatan jasa giro adalah pendapatan yang di
peroleh dari simpanan dana rekening giro
entitas perusahaan yang bukan merupakan
portofolio investasi.
b. Pendapatan bunga deposito adalah pendapatan
yang di peroleh dari bunga deposit dana
entitas perusahaan yang bukan merupakan
portofolio investasi.
c. Pendapatan deviden
d. Pendapatan sewa gedung
98
4.2.2. Dasar Pengakuan Terhadap Pendapatan PT
Jakarta Tourisindo
4.2.2.1. Pengukuran Dan Penelitian pada PT
Jakarta Tourisindo
Pendapatan di ukur dengan jumlah uang
ekuivalen yang dapat di terima dengan harga yang
di setujui oleh para pihak dan di pertukarkan
dalam bentuk independen. Nilai tukar merupakan
ukuran terbaik untuk mengetahui hasil perolehan
dari penjualan dan pelayanan jasa. Nilai tukar
tersebut di ukur dalam rupiah, bukan dalam dollar
maupun dalam mata uang asing. Jumlah uang yang
ekuivalen ini dapat di terapkan untuk pengukuran
dan di peroleh dari transaksi non kas. Dengan
dasar ini maka besarnya pendapatan adalah sama
dengan harga tunai dalam penjualan sewa room hotel
dan jasa pelayanan service.
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi
biasanya di tentukan oleh persetujuan antara
perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tetap
tersebut. Jumlah tersebut di ukur dengan nilai
99
wajar imbalan yang di terima perusahaan di kurangi
diskon yang di perbolehkan oleh perusahaan.
Pengukuran pendapatan pada PT Jakarta
Tourisindo di ukur sebagai nilai wajar atas
keuntungan yang di terima, besarnya keutungan di
dasarkan pada permintaan kebutuhan para clien atau
dapat di terima untuk kepentingan perusahaan.
Nilai wajar di maksudkan sebagai suatu jumlah
dimana suatu kewajiban di selesaikan antara pihak
yang memahami atau berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar kemungkinan kurang dari jumlah
nominal kas di terima atau dapat di terima. Nilai
dari penjualan sewa room hotel dan jasa pelayanan
service menunjukan nilai wajar di terima oleh
perusahaan dalam bentuk kas dan piutang.
4.2.2.2. Pengakuan Pendapatan pada PT Jakarta
Tourisindo
PT Jakarta Tourisindo bergerak dalam bidang
pelayanan dan pengembangan serta usaha lain yang
terkait dengan jasa senanstiasa berorientasi pada
100
masyarakat umum. Menurut prinsip akuntansi
mengenai pendapatan atas jasa tersebut telah di
berikan dan di buat fakturnya. Jika di lihat
pengakuan pendapatan pada pelayanan jasa PT
Jakarta Tourisindo ini telah sesuai dengan
ketentuan dalam prinsip akuntansi.
Pengakuan pendapatan pada PT Jakarta
Tourisindo di akui pada saat aktivitas pelayanan
jasa telah di berikan atau pada saat selesainya
kegiatan pelayanan, atau telah di terbitkan
nota/tagihan/kwitansi. Selain itu, PT Jakarta
Tourisindo dalam mengakui pendapatannya dengan
metode accrual basis yaitu pendapatan di catat
pada saat barang di serahkan atau jasa di berikan
atau di serahkan tanpa memperhatikan kapan uang
kas akan di terima atau dengan kata lain pada saat
jumlah tersebut sah untuk di akui sebagai
pendapatan dan terealisasi pada masa yang akan
datang.
Hal hal yang mendasari PT Jakarta Tourisindo
menggunakan kriteria pengakuan pendapatan dari
101
hasil penjualan jasa berdasarkan accrual basis,
yaitu :
a. Mengingat sifat dari pada cash flow perusahaan
yang selalu mempertimbangkan keseimbangan
antara pendapatan dengan biaya.
b. Saat penjualan terjadi, dalam hal penjualan
sewa room hotel dan jasa pelayanan service yang
telah di lakukan, maka pendapatan telah di akui
berdasarkan transaksi penjualan sewa room hotel
dan jasa pelayanan service.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
pada umunya lebih cocok untuk menggunakan metode
accrual basis, karena akhir periode akan lebih
jelas kelihatan pendapatan yang benar benar telah
terjadi dan atau yang telah terealisasi. Jika
hasil suatu transaksi tidak dapat di estimasi
dengan andal dan kecil kemungkinan biaya yang akan
terjadi akan di peroleh kembali, pendapatan tidak
dapat di akui sebagai beban. Saat menentukan
pendapatan di akui, dapat di tinjau bila besar
kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan
102
mengalir ke perusahaan dapat di ukur dan di
prediksi dengan andal.
4.2.2.3. Pencatatan Akuntasi
PT Jakarta Tourisindo bergerak dalam bidang
pelayanan dan pengembangan serta usaha lain yang
terkait dengan jasa senantiasa berorientasi pada
masyarakat umum. Kegiatan tersebut menitikberatkan
pada pelaksanaan fungsi dan di kelola secara
professional, ekonomis dan etis. Setiap perusahaan
memiliki kebijakan yang berbeda beda dalam
pencatatan akuntansinya, dalam hal ini PT Jakarta
Tourisindo mencatat pendapatan sebagai penerimaan
atas jasa sewa room hotel dan jasa pelayanan
service. Setiap terjadinya penerimaan pendapatan
dari jasa yang di berikan kepada para klien maka
PT Jakarta Tourisindo membuat jurnal sebagai :
1. Pada saat penerimaan pendapatan dari sewa room
hotel :
Kas/piutang xxx
Pendapatan sewa room hotel xxx
103
2. Pada saat penerimaan pendapatan dari jasa
pelayanan service :
Kas/piutang xxx
Pendapatan jasa pelayanan service
xxx
Pendapatan dari PT Jakarta Tourisindo ini di
bedakan menjadi 2 (dua), yaitu pendapatan
operasional dan pendapatan lain lain. Pendapatan
operasional adalah pendapatan yang timbul dari
kegiatan PT Jakarta Tourisindo kepada pelanggan
atau konsumen. Sedangkan pendapatan lain lain
adalah pendapatan dari keuntungan bersifat tidak
rutin atau berasal dari kegiatan yang tujuannya
tidak untuk memperoleh penghasilan bagi entitas
perusahaan di luar pendapatan operasional.
Berikut ini jurnal untuk mencatat pendapatan
operasional pelayanan konsumen :
1. Pada saat pengakuan penghasilan
Kas dan setara kas xxx
104
Piutang pelayanan/ sewa room hotel
xxx
Pendapatan operasional sewa room hotel
xxx
Pendapatan operasional jasa pelayanan
service xxx
2. Pada saat di tutup ke saldo laba di akhir
periode
Pendapatan operasional sewa room hotel
xxx
Pendapatan operasional jasa pelayanan
service xxx
Ikhtisar laba/rugi
xxx
Untuk penyajian pendapatan operasional
pelayanan klien yaitu pendapatan operasional
pelayanan klien di sajikan secara bruto dan
sebagai kelompok pos dalam laporan hasil usaha,
pendapatan operasional pelayanan klien di rinci
dan di sajikan terpisah untuk setiap pos
105
berdasarkan strukturnya. Sedangkan untuk
pengungkapan pendapatan operasional pelayanan
klien, hal hal yang harus di ungkapkan yaitu
rincian berdasarkan sifat dan jumlah untuk setiap
pos pendapatan operasional pelayanan klien.
Berikut ini adalah jurnal untuk pendapatan lain-
lain :
1. Pada saat pengakuan dan penerimaan
Kas dan setara kas xxx
Pendapatan lain-lain xxx
2. Pada saat akhir periode untuk pendapatan yang
masih harus di terima
Pendapatan yang masih harus di terima xxx
Pendapatan lain-lain
xxx
3. Pada saat di terima di muka
Kas dan setara kas xxx
Pendapatan lain-lain di terima di muka
xxx
4. Pada akhir periode untuk pendatapan yang di
terima di muka
106
Pendapatan lain-lain di terima di muka xxx
Pendapatan lain-lain
xxx
Untuk penyajian pendapatan lain lain,
pendapatan lain lain di sajikan sebagai pos
sendiri dalam laporan hasil usaha sebesar jumlah
neto yang telah di terima selama periode berjalan
atau hak yang harus di terima. Sedangkan untuk
pengungkapan pendapatan lain-lain yaitu entitas
perusahaan harus mengungkapkan jenis dan jumlah
pendapatan lain-lain.
4.2.3. Evaluasi atas penerapan pengakuan
pendapatan di PT Jakarta Tourisindo
hubungannya dengan PSAK No 23 (revisi 2010)
PT Jakarta Tourisindo bergerak dibidang jasa
perhotelan dan serta senantiasa berorientasi
107
kepada kepentingan masyarakat. Di dalam hal ini di
bahas sebagai evaluasi penerapan pengakuan
pendapatan, yang di nilai pada saat klien
pemesanan barang dan meminta jasa serta menerima
pembukti pembayaran (kwitansi pembayaran) pada
saat itu pendapatan sudah di akui sebagai
pendapatan di bayar di muka. Pendapatan belum di
akui, karena belum selesainya atau
terselesaikannya transaksi barang dan jasa atau
belum di terimanya kwitansi pembayaran tunai dari
klien.
Pengukuran yang di akui oleh PT Jakarta
Tourisindo ini di ukur dengan nilai wajar atas
imbalan yang di terima atau yang dapat di terima
besarnya imbalan pelayanan jasa berdasarkan pada
tarif yang berlaku. Jadi, pada saat pengakuan
pendapatan di lakukan bukan pada saat penerimaan
kas atau setara kas akan tetapi akan tetapi pada
saat melaksanakan pelayanan jasanya kepada klien
atas dasar transaksi yang telah di sepakati. Dan
ini telah sesuai dengan PSAK No. 23 tahun 2010
108
yaitu pendapatan di ukur dengan nilai wajar
imbalan yang di terima atau dapat di terima.
Selain itu, PT Jakarta Tourisindo dalam mengakui
pendapatannya menggunakan metode accrual basis
yaitu pendapatan saat barang di serahkan atau jasa
di berikan atau di serahkan tanpa memperhatikan
kapan uang kas akan di terima atau dengan kata
lain pada saat jumlah tersebut sah untuk diakui
sebagai pendapatan dan dapat terealisasi pada masa
yang akan datang.
Pencatatan akuntansi pada PT Jakarta
Tourisindo di catat setelah terjadinya penerimaan
pendapatan jasa yang di berikan kepada klien maka
bagian akuntansi langsung mencatat dan membuat
jurnal. Jurnal yang di buat tergantung dari
sumbernya di kelompokan sesuai dengan bidang jasa
yang di terima oleh klien atau yang telah di
berikan oleh PT Jakarta Tourisindo.
Atas dasar pengakuan pendapatan secara akrual
maka secara otomatis mempengaruhi dalam pengakuan
beban. Beban untuk memenuhi dasar akrual tersebut
109
maka pengakuan beban adalah pada saat aliran
keluar dari kas atau setara kas. Beban langsung
yang berhubungan dengan kegiatan PT Jakarta
Tourisindo di akui pada saat selesainya pelayanan
jasa. Beban ini langsung di akui atas dasar metode
accrual yaitu saat timbulnya beban langsung
sejalan dengan di akuinya pendapatan usaha. Sesuia
dengan PSAK No 23 tahun 2010 paragraf 18, yaitu :
“Pendapatan dan beban sehubungan dengan
transaksi atau peristiwa lain yang sama di akui
secara bersamaan; proses ini biasanya mengacu pada
pengaitan pendapatan dengan beban.
110
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari uraian mengenai analisa pendapatan dari
PT Jakarta Tourisindo di atas, maka penulis
memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pengakuan dan pencatatan pendapatan yang
dilakukan oleh PT Jakarta Tourisindo yaitu
menggunakan metode accrual basis. Sedangkan
Pengakuan pendapatan pada PT Jakarta Tourisindo
di akui pada saat aktivitas pelayanan jasa
telah di berikan atau pada saat selesainya
kegiatan pelayanan, atau telah di terbitkan
nota/tagihan/kwitansi atau di terimanya
pembayaran tunai.
2. Sumber dan jenis pendapatan pada PT Jakarta
Tourisindo terdiri dari pendapatan operasional
dan pendapatan non operasional. Kedua
pendapatan ini di akui pada periode terjadinya
111
pendapatan bukan pada periode penerimaan atau
pembayaran.
3. Dari analisa tersebut, bahwa dalam penerapan
praktik akuntansi dan pengakuan pendapatan pada
PT Jakarta Tourisindo telah sesuai dengan PSAK
No 23 revisi 2010 mengenai pendapatan.
5.2. Saran
Mengenai analisa pendapatan pada PT Jakarta
Tourisindo maka penulis ingin memberikan saran
yaitu sebagai berikut :
1. Mengenai pengakuan pendapatan, PT Jakarta
Tourisindo harus tetap berpedoman pada PSAK No
23 mengenai pendapatan, dan harus tetap
mengikuti perkembangan dan perubahan pada PSAK,
khususnya PSAK No 23 mengenai pendapatan
apabila terjadi revisi di dalam PSAK tersebut.
2. Dengan penggunaan metode pencatatan acrual
basis penerapan akuntansinya maka perusahaan
akan dapat membuat keputusan yang lebih baik
serta laporan keuangan yang di sajikan oleh
112