Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah.
Kualitas pendidikan merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan di Indonesia. Hasil Human Development Index
(HDI), Indonesia pada tahun 2005 menempati peringkat 110
dari 177 negara di dunia. Posisi ini menunjukkan rendahnya
kualitas sumber daya manusia Indonesia dibandingkan dengan
negara-negara tetangga. Banyak faktor yang mempengaruhi
kualitas sumber daya manusia diantaranya adalah kualitas
perguruan tinggi yang mempunyai dampak terhadap kualitas
mahasiswanya.
Diterbitkannya Undang-Undang No.23 Tahun 2003 mengenai Badan
Hukum Milik Negara (BHMN) yang mengurangi bahkan
menghapuskan subsidi terhadap perguruan tinggi negeri
mengakibatkan persaingan dunia pendidikan semakin ketat.
Perguruan tinggi berlomba-lomba untuk meningkatkan jumlah
mahasiswanya dengan membuka banyak jalur masuk mahasiswa
baru. Di lain pihak, perguruan tinggi swasta mengalami
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 1
kesulitan untuk mendapatkan mahasiswa baru sehingga proses
seleksi bukan merupakan hal yang utama dalam menyeleksi
mahasiswa baru.
Berdasarkan hal tersebut, perguruan tinggi swasta harus
mempunyai cara-cara yang baru untuk menarik minat calon
mahasiswa. Salah satu cara dengan meningkatkan fasilitas
kampus dan terus menjaga kepuasan konsumen dalam hal ini
adalah mahasiswa perguruan tinggi tersebut. Kepuasan
konsumen merupakan hal yang penting dalam menjaga nama baik
suatu institusi perguruan tinggi. Semakin baik kepuasan
konsumen menyebabkan akan semakin banyak peminat yang akan
masuk ke perguruan tinggi tersebut.
STIE Indonesia Banking School, merupakan sekolah tinggi yang
memfokuskan diri di bidang perbankan. Persaingan yang ketat
sesama perguruan tinggi mengharuskan STIE IBS untuk terus
meningkatkan kualitas layanannya kepada mahasiswa sehingga
kepuasan konsumen akan terus terjaga. Sejak STIE IBS berdiri
pada tahun 2004, belum ada penelitian mengenai kepuasan
pelanggan di IBS, hal ini mengilhami peneliti untuk
melakukan penelitian mengenai Kepuasan Konsumen Mahasiswa
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 2
Angkatan 2006-2008 terhadap Pelayanan di STIE Indonesia
Banking School melalui metode penilaian kuantitatif yang
standar untuk pelayanan jasa yaitu metode SerPef (Service
Performance) meliputi faktor-faktor kualitas interaksi,
kualitas lingkungan fisik dari jasa, dan kualitas hasil
dengan skala pengukuran Likert.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian kepuasan pelanggan mahasiswa angkatan
2006 – 2008 terhadap pelayanan di STIE Indonesia Banking
School adalah:
1. Untuk mengetahui apakah mahasiswa IBS angkatan 2006 –
2008 puas atau tidak puas akan pelayanan dari institusi
IBS
2. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang memberikan
dampak positif terhadap kepuasan konsumen
3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang memberikan
dampak negatif terhadap kepuasan pelanggan
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 3
Manfaat dari penelitian kepuasan pelanggan mahasiswa
angkatan 2006 – 2008 terhadap pelayanan di STIE Indonesia
Banking School adalah:
a. Membantu pengambil keputusan di STIE IBS untuk
mengetahui kepuasan konsumen
b. Membantu pengambil keputusan di STIE IBS untuk membuat
kebijakan-kebijakan yang membangun
c. Membantu faculty member untuk mengetahui keunggulan dan
kelemahan yang sudah dilakukan selama ini.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 4
BAB II.
TINJAUAN TEORITIS
Penelitian Kepuasan Konsumen Mahasiswa Angkatan 2006-2008
terhadap Pelayanan di STIE Indonesia Banking School
berdasarkan atas teori-teori mengenai perilaku konsumen,
keputusan pembelian, dan respon konsumen berupa kepuasan
konsumen. Teori-teori diatas ditentukan oleh persepsi dan
pengalaman konsumen setelah mereka mengkonsumsi produk /
jasa. Berikut ini penjabaran atas teori-teori dimaksud:
2.1. Perilaku Konsumen
Keputusan pembelian sendiri merupakan salah satu perilaku
konsumen dalam pembelian. Hal ini membuat pada tahun 1990-an
kecenderungan perusahaan untuk mengikuti perilaku konsumen
dimulai (Assael, 2001). Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 5
Perilaku konsumen dapat dipelajari dengan cara dua
pendekatan, yakni pendekatan manajerial dan pendekatan
holistik (Assael, 2001). Pendekatan manajerial cenderung
bersifat mikro dan kognitif. Sifat mikro terjadi karena
pemahaman perilaku konsumen dilakukan secara individual
berdasarkan sikap, persepsi, gaya hidup dan karakteristik
demografi. Sifat kognitif terjadi karena menekankan proses
pemikiran konsumen individual dan faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen. Pendekatan holistik berorientasi makro
karena cenderung terfokus kepada sifat pengalaman konsumsi
daripada proses pembelian. Penelitian ini dilakukan
berdasarkan atas pendekatan manajerial, karena lebih
mengarah kepada proses pengambilan keputusan pembelian
konsumen dibandingkan dengan pengalaman konsumsi. Perilaku
pembelian konsumen merupakan proses keputusan yang dibuat
oleh konsumen dalam melakukan pembelian. Proses pengambilan
keputusan ketika akan melakukan pembelian bervariasi dari
satu konsumen ke konsumen lainnya. Interaksi antara pemasar
dan konsumen tercemin dalam model perilaku konsumen Assael
(2001).
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 6
Gambar 2.1 : Model perilaku konsumen
Sumber : Assael (2001).
Menurut Ajzen (1991) perilaku konsumen dapat didekati dari
beberapa tingkatan dimulai dari perhatian ekstrim proses
psikologi ke konsentrasi pada intitusi sosial di sisi lain.
Pada tingkat menengah cenderung difokuskan pada psikologi
personal dan sosial, pemanfaatan individual secara penuh
yang memproses informasi yang ada melemahkan pengaruh faktor
biologi dan lingkungan pada perilaku. Konsep yang mengarah
kepada disposisi perilaku, seperti sikap sosial dan keanehan
pribadi, merupakan peran penting dalam usaha memprediksi dan
menjelaskan perilaku manusia. Kontrol perilaku yang
disadari bersama dengan niat perilaku, digunakan secara
langsung untuk memprediksi pencapaian. Alasan rasional untuk
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 7
Konsumen individu
Proses pengambilan keputusan konsumen
Respon konsumen
Pengaruh lingkungan
Umpan balik ke konsumenEvaluasi pasca pembelian
Umpan balik ke lingkunganPengembangan strategi pemasaran
hipotesis ini yaitu dengan membuat niat konstan, usaha yang
digunakan untuk membawa arah perilaku ke kesimpulan
berhasil, sama dengan meningkatkan kontrol perilaku yang
dirasakan. Norma sosial, sikap dan kontrol perilaku yang
dirasakan secara bersama-sama akan membentuk niat konsumen.
Niat konsumen dan kontrol perilaku yang disadari membentuk
perilaku konsumen.
Perilaku konsumen dapat dipahami dengan pengambilan
keputusan pembelian konsumen. Menurut Ajzen (1991) hal ini
dapat dijelaskan dalam teori perilaku terencana.
Gambar 2.2 : Teori perilaku terencana
Sumber : Ajzen (1991)
Teori Perilaku Terencana yang dikemukakan Azjen (1991),
mengemukakan tiga konsep bebas yang menentukan niat yaitu :
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 8
Kontrol keperilakuan
yang dipersepsikanNorma subjektif
Sikap
Niat Perilaku pembelian
Sikap. Sikap terhadap perilaku yang berkenaan dengan evaluasi
tentang kesukaan atau ketidaksukaan atau penilaian terhadap
perilaku.
Norma Subyektif. Prediktor kedua adalah norma subyektif, yaitu
tekanan atau pengaruh lingkungan sosial yang membentuk atau
tidak membentuk perilaku.
Kontrol Perilaku. Prediktor ketiga adalah kontrol perilaku,
yaitu penyederhanaan kesulitan dalam membentuk perilaku,
dengan asumsi refleksi dari pengalaman masa lalu dengan
mengatasi halangan dan rintangannya. Bagian terpenting dari
kontrol keperilakuan aktual adalah self evident: sumber daya
dan kesempatan yang tersedia bagi seseorang dapat
menyebabkan perilaku dalam mencapai tujuan. Kontrol perilaku
sangat berperan penting dalam teori perilaku terencana.
Kontrol perilaku bersama dengan perilaku niat dapat
digunakan secara langsung untuk memprediksi tujuan perilaku.
Keputusan pembelian yang dibuat konsumen dapat dipahami
dengan perilaku pembelian konsumen. Proses pengambilan
keputusan pembelian konsumen harus dapat dipengaruhi oleh
pemasar yang baik sehingga konsumen dihadapkan pada pilihan
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 9
pengambilan keputusan membeli atau tidak. Ketika konsumen
memutuskan untuk membeli maka dilanjutkan dengan proses
pengambilan keputusan produk yang akan dibeli. Kemudian
diikuti dengan proses pengambilan keputusan seberapa banyak
produk yang diputuskan tersebut akan dibeli kemudian
akhirnya membuat keputusan mengenai berapa kali produk
tersebut akan dibeli (Piani, 2004).
2.2. Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction)
Menurut Oliver (2003) yang dikutip oleh Christopher Lovelock
dan Jochen Wirtz (2007), customer satisfaction adalah evaluasi
purna beli, dimana persepsi terhadap kinerja alternatif
produk/jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan
sebelum pembelian. Sedangkan menurut Lovelock dan Wirtz
(2007), kepuasan konsumen adalah perasaan konsumen entah itu
puas atau tidak yang merupakan dampak dari pengalaman
konsumsi ketika membandingkan antara pelayanan yang diterima
atau barang yang didapat dengan ekspektasi konsumen
tersebut.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 10
Secara umum pengertian kepuasan atau ketidakpuasan konsumen
merupakan hasil dari adanya perbedaan antara harapan dengan
kinerja yang dirasakan. Atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa kinerja yang ada dalam suatu produk,
sekurang-kurangnya harus sama dengan seperti apa yang
diharapkan konsumen.
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Nilai, yang didefinisikan sebagai pengkajian secara
menyeluruh manfaat dari suatu produk, yang didasarkan pada
persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh
pelanggan dan apa yang telah diberikan oleh produk tersebut.
Seth Newman Gross mengembangkan 8 faktor yang bisa
mempengaruhi terbentuknya kepuasan pelangggan. Penjelasan
dari faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Suatu model yang menunjukkan bahwa konsumen memilih
untuk membeli produk atau tidak berdasarkan lima komponen
nilai, yakni:
Nilai fungsi : manfaat produk dikaitkan dengan
kemampuan produk tersebut untuk memenuhi fungsinya dari
sudut pertimbangan ekonomi.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 11
Nilai sosial : manfaat produk dikaitkan dengan
kemampuan produk tersebut untuk mengidentikkan
penggunanya dengan satu kelompok sosial tertentu.
Nilai emosi : manfaat suatu produk dikaitkan dengan
kemampuan produk tersebut untuk membangkitkan perasaan
atau emosi penggunanya.
Nilai epistem : manfaat suatu produk dikaitkan dengan
kemampuan produk tersebut untuk memenuhi keingintahuan
pemakainya.
Nilai kondisi : manfaat suatu produk dikaitkan dengan
kemampuan produk tersebut untuk memenuhi keperluan
penggunanya pada saat kondisi tertentu.
2. Daya saing, suatu produk hanya memiliki daya saing bila
keunggulan produk tersebut dibutuhkan oleh pelanggan.
Keunggulan suatu produk jasa terletak pada keunikan serta
kualitas pelayanan produk jasa tersebut kepada para
pelanggan.
3. Persepsi pelanggan, yakni proses dimana individu
memilih, mengorganisasikan serta mengartikan stimulus
yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 12
Meskipun demikian, makna dari proses persepsi tersebut
juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu individu yang
bersangkutan.
4. Harga, dimana harga yang rendah dapat menimbulkan
persepsi produk tidak berkualitas sehingga konsumen
tidak percaya pada kinerja perusahaan. Sebaliknya, harga
yang tinggi menimbulkan persepsi produk tersebut sangat
berkualitas. Namun harga yang tinggi dapat dipersepsikan
sebagai rasa ketidakpercayaan penjual kepada pemiliknya.
5. Citra, dimana citra produk yang buruk dapat menimbulkan
persepsi produk tidak berkualitas, sehingga pelanggan
mudah marah untuk kesalahan terkecil sekalipun. Citra
yang baik menimbulkan persepsi produk berkualitas,
sehingga pelanggan dapat dengan lebih mudah memaafkan
suatu kesalahan yang terjadi pada suatu produk meskipun
tidak untuk kesalahan selanjutnya.
6. Tahap pelayanan, dimana kepuasan pelanggan ditentukan
oleh berbagai jenis layanan yang didapatkan oleh
pelanggan selama ia menggunakan beberapa tahapan
pelayanan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 13
tahap awal pelayanan menimbulkan persepsi berupa kualitas
pelayanan yang buruk untuk tahap pelayanan selanjutnya,
sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan
secara keseluruhan.
7. Momen pelayanan (situasi pelayanan), dimana situasi
pelayanan dikaitkandengan kondisi internal pelanggan
sehingga mempengaruhi kinerja pelayanan. Kinerja
pelayanan ditentukan oleh pelayan, proses pelayanan, dan
lingkungan fisik dimana pelayanan diberikan.
8. Tingkat kepentingan pelanggan, dimana tingkat
kepentingan pelanggan didefinisikan sebagai keyakinan
pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk jasa
yang akan dijadikannya standar acuan dalam menilai
kinerja produk jasa tersebut. Zeithaml, Parasuraman, dan
Berry membuat suatu model konseptual mengenai tingkat
kepentingan pelanggan, dimana menurut model tersebut ada
dua tingkat kepentingan pelanggan yakni adequate service dan
desired service, dimana:
Adequate service adalah tingkat kinerja jasa minimal yang
masih dapat diterima berdasarkan perkiraan jasa yang
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 14
mungkin akan diterima dan tergantung pada alternatif
yang tersedia.
Desired service adalah tingkat kinerja jasa yang diharapkan
pelanggan akan diterimanya, yang merupakan gabungan
dari kepercayaan pelanggan mengenai apa yang dapat dan
harus diterimanya.
Zone of tolerance, adalah daerah diantara adequate service dan
desired service, yaitu daerah dimana variasi pelayanan yang
masih dapat diterima oleh pelanggan.
b. Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Terdapat 4 (empat) metode pengukuran kepuasan, yaitu : (1)
sistem keluhan dan saran (2) ghost shopping (3) lost customer
analysis dan (4) survei kepuasan pelanggan. Survei kepuasan
pelanggan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu :
(1) directly reported satisfaction (2) derived dissatisfaction (3) problem
analysis dan (4) importance/expectation-performance analysis.
Suatu produk atau jasa yang ditawarkan pada seorang
pelanggan memiliki suatu arti kepentingan dan penggunaan.
Keuntungan bisa bersifat tangible atau intangible. Produk atau
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 15
jasa menawarkan suatu kesatuan pelayanan yang memberikan
arti dan kegunaannya.
2.3. Service Performance (SERVPERF)
Service performance adalah kinerja dari pelayanan yang diterima
oleh konsumen itu sendiri dan menilai kualitas dari
pelayanan yang benar-benar mereka rasakan (Cronin dan
Taylor, 1994). Dari sekian peneliti yang tidak sependapat
dengan Parasuraman, Zeithaml, dan Berry adalah Cronin dan
Taylor (1992,1994) yang menyatakan bahwa pengukuran kualitas
jasa seperti yang diajukan model SERVQUAL telah menimbulkan
kebingungan dan mendwi arti. Penulis ini menyatakan bahwa
ukuran yang berdasarkan kinerja akan lebih merefleksikan
kualitas jasa/pelayanan. Skala SERVPERF dinyatakan lebih
tepat dalam mengukur kualitas jasa (Teas, 1994), karena
skala SERVQUAL yang menggunakan perbandingan persepsi dan
harapan untuk mengukur kualitas jasa, mendefinisikan konsep
kualitas jasa yang diterima dihubungkan dengan konsepsi
(persepsi-harapan). Definisi harapan yang digunakan, bukan
sebagai apa yang akan disediakan melainkan apa yang
‘seharusnya’ disediakan oleh penyedia jasa.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 16
Hanya ada sedikit bukti yang mendukung relevansi dari adanya
jarak atau gap yang terdapat diantara harapan dan persepsi
sebagai dasar dalam menilai kualitas jasa sehingga kinerja
jasa/SERVPERF menjadi prediktor yang baik bagi kualitas jasa
dan kepuasan konsumen (Alford dan Sherrell, 1996.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa
service performance adalah penilaian menyeluruh konsumen
terhadap hasil pelayanan yang dirasakan saat menerima
pelayanan dari penyedia jasa, sehingga kualitas
jasa/pelayanan lebih tepat dan spesifik menggunakan model
SERVPERF berdasarkan multilevel model Brady dan Cronin (2001)
dalam Fandy Tjiptono (2004) mengkonseptualisasikan persepsi
terhadap kualitas layanan sebagai model yang bersifat
multilevel dan multi-dimensional. Dalam model Brady dan Cronin
(2001) dalam Fandy Tjiptono (2004), kualitas jasa terdiri
atas tiga komponen utama, yaitu kualitas interaksi, kualitas
lingkungan fisik, dan kualitas hasil. Masing-masing komponen
kemudian dijabarkan lagi ke dalam sub komponen sebagaimana
tersaji dalam gambar berikut ini:
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 17
GAMBAR 2.3 : MODEL DIMENSI SERVPERF
(Sumber : Fandy Tjiptono, Marketing Scale, 2004)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 18
Kualitas Jasa
Kualitas
Kualitas Lingkungan Fisik
Kualitas
Sikap
Perilaku
Keahlian
Ambient Condition
Desain
Faktor Sosial
Waktu Tunggu
Bukti Fisik
Valensi
3.1. Objek Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah STIE Indonesia Banking School
yang beralamat di jalan Kemang Raya no. 35 Jakarta Selatan.
Objek penelitian ini adalah mahasiwa angkatan 2006 sampai
dengan angkatan 2008 berdasarkan pertimbangan bahwa mereka
telah mengikuti proses ajar mengajar lebih dari 1 tahun dan
masih banyak yang aktif mengikuti perkuliahan sehingga
mereka telah memahami proses pelayanan yang diberikan oleh
STIE Indonesia Banking School.
3.2. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan merupakan data primer, dan mahasiswa
menjadi responden penelitian. Responden yang disurvei
adalah mahasiswa yang masih dan aktif mengikuti perkuliahan
selama tahun ajaran 2009/2010.
Penelitian ini menggunakan pertanyaan dalam kuesioner yang
disusun atas metode SerPef (Service Performance) meliputi faktor-
faktor kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik dari
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 19
jasa, dan kualitas hasil dalam pelayanan STIE Indonesia
Banking School kepada mahasiswa dengan skala pengukuran
Likert. Service Perfomance diukur berdasarkan skala SERVPERF dari
Brady Cronin (2001) dengan menggunakan 35 pernyataan yang
dikembangkan dari persepsi konsumen terhadap kinerja yang
diterima dan dirasakan.
3.3. Tehnik Pengumpulan Data
a. Tehnik Penentuan Jumlah Sampel
Tehnik penentuan jumlah sampel adalah dengan menggunakan
rumus slovin dimana populasi diketahui sejumlah 460 orang
sehingga dibutuhkan 214 kuesioner dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Rumus Slovin
N
n = --------------------------
(N.d² + 1)
Dimana:
n = ukuran sampel
N = populasi
d = tingkat ketepatan (presisi) 5% (0,05)
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 20
maka ukuran sampel yang didapat yaitu:
N = 460, n = 460/(460.0.052+1) = 213,95 menjadi 214
kuesioner
b. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel adalah dengan menggunakan
random sampling dan purposive sampling dimana setiap angkatan
mempunyai probability yang telah ditentukan yaitu sebesar
33,33%.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan dan Perkembangannya
Pendirian STIE Indonesia Banking School (IBS) pada awalnya
merupakan pengembangan kegiatan Lembaga Pengembangan
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 21
Perbankan Indonesia (LPPI) sebagai lembaga yang memberikan
jasa pelatihan kepada perbankan dan masyarakat terutama
dalam membentuk tenaga banker professional, melalui kegiatan
pendidikan, pelatihan, penelitian, dan konsultasi.
LPPI melakukan kegiatannya dengan mengambil alih kegiatan
IBI di bidang pendidikan, pelatihan, penelitian, dan
konsultasi sejak Akhir Agustus 2003. Selama masa peralihan
sampai akhir 2003, lembaga ini masih melakukan kegiatannya
dengan nama IBI, dan sejak tahun 2004 menjadi LPPI.
Dengan pengalamannya yang panjang dalam dunia pendidikan dan
pelatihan, mulai tahun 2000 dilakukan berbagai kajian untuk
menganalisis kemungkinan pendirian sekolah tinggi untuk
mempersiapkan tenaga akademisi yang dapat dikembangkan
menjadi tenaga professional terutama dibidang keuangan dan
perbankan. Pendirian IBS dilakukan dengan penuh kesadaran
untuk meningkatkan standar pendidikan dan pelatihan dibidang
ekonomi, manajemen, dan akuntansi di Indonesia, dengan focus
di bidang keuangan dan perbankan. Proses pendidikan yang
dilaksanakan IBS dirancang sesuai dengan pola yang telah
diterapkan di LPPI dalam pendidikan dan pelatihan para
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 22
banker yang professional baik pada tingkat teknis
(operasional) manajerial maupun professional.
Penyelenggaraan pendidikan di IBS berlangsung sehari penuh
(full-day school). Para mahasiswa tidak hanya akan dididik dan
dilatih menjadi banker professional, tetapi juga akan
dibentuk budaya dan perilakunya menjadi seorang manajer yang
bertanggung jawab, berdisiplin dan menghargai waktu,
bersemangat tinggi dan penuh inisiatif dalam memecahkan
masalah teknis dan manajerial. Untuk itu diharapkan selama
masa pendidikan , para mahasiswa akan terbiasa dengan
suasana kerja para manajer professional sehingga benar-benar
siap untuk memasuki dunia kerja.
Saat ini STIE IBS memiliki program S1 reguler dengan program
studi Akuntansi dan Manajemen, S1 ekstensi, dan S2 MM,
Adapun jumlah mahasiswa S1 reguler tahun ajaran 2010/2011
adalah berjumlah 699 mahasiswa, terdiri dari 411 mahasiswa
akuntansi dan 288 manajemen.
4.1.2. Visi, Misi dan Sasaran Organisasi STIE Indonesia
Banking School
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 23
Sesuai dengan keinginan untuk mnciptakan kader yang
berintegritas, berilmu pengetahuan dan trampil, maka Visi
IBS adalah terwujudnya banking school terkmuka di Indonesia
dan bertaraf intrnasional. Hal ini menunjukkan adanya suatu
harapan yang kuat agar IBS dapat memperlihatkan adanya best
practices di dalam mempersiapkan sumber daya manusia di
lingkungan perbankan. Sejalan dengan visi tersebut, misi IBS
adalah untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi yang mampu
menghasilkan lulusan bermulti kompetensi, yaitu:
1. Berkepribadian, jujur, dan mansiri
2. Menguasai bidang perbankan dan keuangan
3. Menguasai teknologi informasi dan komunikasi
4. Memiliki akuntabilitas dan responsibilitas
5. Memiliki ketrampilan khusus di bidang perbankan
melalui program sertifikasi
6. Menguasai bahasa Inggris dengan TOEFL score 500 atau
IELTS 5,5 ke atas.
Dalam periode lima tahun dewasa ini, IBS masih akan
memusatkan perhatiannya terhadap penyelenggaraan teaching-
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 24
learning process, sehingga kegiatan utamanya masih tertuju pada
penyelenggaraan proses ajar mengajar. Oleh sebab itu upaya
untuk menjalin hubungan kerja atau networking terutama
ditujukan untuk memperkuat dan memantapkan proses ajar
mengajar dimaksud. Namun pada saat yang sama juga dilakukan
berbagai kegiatan tridharma perguruan tinggi lainnya, baik
penelitian maupun pengabdian masyarakat. Kegiatan-kegiatan
tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan diri kearah
research university, yang baru direncanakan untuk dapat
dilaksanakan pada lima tahun berikutnya. Dalam jangka
panjang, IBS bercita-cita agar dapat mempersiapkan diri
menjadi entrepreneur university.
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1. Karakteristik Responden
Total kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa STIE
Indonesia Banking School sebanyak 302 rangkap yang terdiri
dari mahasiswa angkatan 2006 sampai dengan angkatan 2008.
Jumlah responden terbesar adalah mahasiswa angkatan 2007
baik dari jurusan akuntansi dan manajemen sebanyak 37.1 %
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 25
dari total responden. Adapun perincian dari total responden
penelitian ini adalah seperti pada lampiran 1.
Berdasarkan pekerjaan orang tua mahasiswa, dari total 302
responden terdapat 3 responden yang tidak menjawab sehingga
total responden yang valid sebesar 299 responden dengan
persentase terbesar 31.8% adalah pegawai negeri yang
kemudian diikuti oleh pegawai swasta sebesar 27.1% seperti
pada lampiran 2.
Dilihat dari pendapatan orang tua mahasiswa, terdapat 59
responden yang tidak menjawab sehingga total responden yang
valid sebanyak 243 responden. Pendapatan orang tua terbanyak
adalah pendapatan Rp 3 juta – Rp 5 juta dengan persentase
28.8% kemudian pendapatan Rp 1 juta – Rp 3 juta dengan
persentase 24.3%. Hal ini dapat dilihat secara lebih
terperinci dalam lampiran 3.
Berdasarkan alasan mahasiswa memilih untuk berkuliah di STIE
Indonesia Banking School, dari total 302 responden terdapat
1 responden yang tidak menjawab sehingga total responden
yang valid sebanyak 301 responden. Alasan terbanyak
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 26
mahasiswa memilih untuk berkuliah di STIE Indonesia Banking
School adalah atas kemauan sendiri dengan persentase 45.2%
kemudian didorong oleh keinginan keluarga sebesar 38.2%. Hal
ini dapat dilihat pada lampiran 4.
Lampiran 5 menggambarkan profil asal sekolah menengah atas
(SMA) responden penelitian ini dilihat dari 5 persentase
terbesar adalah sebagai berikut ; SMA Al-Azhar 5.2%, SMA 6
Jakarta 4.3%, SMA Lab School 3.6%, SMA 46 Jakarta 3.3% dan
SMA 82 Jakarta 2.6% dari total responden sebanyak 302
responden.
4.2.2 Analisis Responden
Berdasarkan hasil-hasil penelitian karakteristik responden
diatas, maka STIE IBS sebaiknya menerapkan strategi
pemasarannya melalui beberapa cara sebagai berikut:
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 27
1. Dilihat dari tingkat pendapatan orang tua terbesar
sekitar Rp 3 juta – Rp 5 juta alangkah baiknya
penetapan harga pendidikan (biaya masuk kuliah awal,
biaya semester, dan biaya per SKS serta biaya
pendidikan lainnya) ditinjau kembali agar dapat
menarik minat orang tua untuk menguliahkan anaknya ke
STIE Indonesia Banking School serta mencegah kesulitan
pembiayaan perkuliahan saat mahasiswa sudah berkuliah
di STIE Indonesia Banking School.
2. Perlu dibentuk materi promosi yang menekankan kepada
karakteristik dari orang tua responden terbesar yaitu
31.8% berasal dari pegawai negeri seperti kepastian
dalam masa depan. Penekanan tersebut diberikan melalui
media promosi ataupun presentasi pemasaran melalui
penggunaan kalimat-kalimat yang menarik serta data-
data fakta mengenai pencapaian lulusan IBS dalam
bidang pekerjaan khususnya dibidang perbankan yang
memberikan jaminan masa depan yang ditujukan kepada
orang tua calon mahasiswa baru.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 28
3. Berdasarkan alasan terbanyak mahasiswa memilih untuk
berkuliah di STIE Indonesia Banking School adalah atas
kemauan sendiri dengan persentase 45.2% maka sebaiknya
penekanan pada no. 2 yaitu kepastian masa depan dalam
bidang perbankan dapat dilakukan pula pada calon
mahasiswa untuk menimbulkan minat mereka untuk
berkuliah di STIE Indonesia Banking School.
4. Berdasarkan asal SMA responden dengan persentase 5
besar sebagai berikut ; SMA Al-Azhar 5.2%, SMA 6
Jakarta 4.3%, SMA Lab School 3.6%, SMA 46 Jakarta 3.3%
dan SMA 82 Jakarta 2.6% dari total responden sebanyak
302 responden maka penekanan promosi dapat dilakukan
pada sekolah-sekolah tersebut sebagai pasar potensial
bagi STIE Indonesia Banking School walaupun tidak
melupakan SMA-SMA lainnya yang memiliki karakteristik
target pasar dari STIE Indonesia Banking School.
4.2.2. Analisis Hasil Data Penelitian
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 29
A. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara faculty member STIE IBS dengan
mahasiswa secara umum adalah baik dengan tingkat interaksi
yang tinggi diantara mereka. Hal ini terbukti dengan hasil
pernyataan responden sebesar 82.4% yang menyatakan setuju
dan sangat setuju dengan kualitas interaksi yang baik secara
umum dan 58.4% menyatakan setuju dan sangat setuju untuk
kualitas interaksi yang tinggi diantara faculty member dan
mahasiswa STIE IBS.
1. Sikap
Berdasarkan sikap bersahabat dari faculty member STIE IBS,
70.9% responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
faculty member memiliki sikap bersahabat kepada mahasiswa
sebagai konsumen dari STIE IBS.
Kesediaan faculty member membantu mahasiswa berdasarkan hasil
penelitian terbukti baik karena responden menyatakan setuju
dan sangat setuju sebesar 78.1% untuk pernyataan tersebut.
Namun berdasarkan atas pemahaman kebutuhan mahasiswa, 60.6 %
responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju
atas pernyataan tersebut atau dengan arti bahwa faculty member
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 30
dari STIE Indonesia Banking School tidak begitu memahami
kebutuhan mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian dari faktor kualitas interaksi
antara faculty member dengan mahasiswa STIE IBS, sebaiknya
faculty member tetap mempertahankan atau mungkin meningkatkan
kualitas interaksi yang sudah ada dengan cara meningkatkan
rasa kesediaan dalam membantu dan sikap bersahabat dari
faculty member. Apabila sikap membantu dan sikap bersahabat
meningkat maka dapat menciptakan komunikasi yang baik antara
faculty member dan mahasiswa sehingga faculty member STIE
Indonesia Banking School dapat lebih memahami kebutuhan
mahasiswa.
2. Perilaku
Berdasarkan perilaku, responden secara umum menyatakan bahwa
pernyataan-pernyataan mengenai perilaku faculty member
terhadap kebutuhan mahasiswa adalah tidak baik atau tidak
sesuai dengan kebutuhan manusia. Adapun perincian hasil
penelitian ini perilaku faculty member terhadap kebutuhan
mahasiswa adalah sebagai berikut:
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 31
51.6% responden menyatakan tidak setuju dan sangat
tidak setuju dengan pernyataan bahwa perilaku faculty
member dapat diandalkan sehingga perlu dilakukan
evaluasi lebih lanjut mengenai perilaku yang bagaimana
dan faculty member mana sajakah yang perlu memperbaiki
perilakunya.
75.5% responden menyatakan tidak setuju dan sangat
tidak setuju dengan pernyataan bahwa faculty member
merespon dengan cepat kebutuhan mahasiswa. Hal ini
harus diperhatikan karena mahasiswa merupakan konsumen
kita dimana pelayanan yang cepat dan sesuai kebutuhan
konsumen yang diberikan oleh faculty member menjadi kunci
dari kepuasan mahasiswa sebagai konsumen STIE IBS. Agar
kepuasan mahasiswa meningkat dilihat dari respon faculty
member maka sebaiknya faculty member harus dapat
meningkatkan respon terhadap permintaan mahasiswa akan
kebutuhannya dengan cara meningkatkan keahlian kerjanya
serta soft skill melalui pelatihan-pelatihan yang
diberikan oleh pihak eksternal yang ahli dalam
bidangnya.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 32
63.3% responden menyatakan tidak setuju dan sangat
tidak setuju dengan pernyataan bahwa faculty member
memahami kebutuhan mahasiswa dengan arti bahwa faculty
member tidak memahami dengan baik kebutuhan mahasiswa.
Hal ini dimungkinkan karena kurang adanya komunikasi
yang kontinu dan terbuka antara mahasiswa dengan faculty
member sehingga dapat tercapai pemahaman kebutuhan
mahasiswa yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan
dari faculty member ataupun kampus secara umum.
3. Keahlian
Berdasarkan pengamatan responden terhadap keahlian faculty
member, responden secara umum menyatakan bahwa pernyataan-
pernyataan mengenai keahlian faculty member dalam memenuhi
kebutuhan mahasiswa adalah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa
. Adapun perincian hasil penelitian keahlian faculty member
dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa adalah sebagai berikut:
78.8% responden menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan pernyataan bahwa faculty member memahami
pekerjaannya masing-masing. Hal ini sebaiknya tetap
dipertahankan karena dengan keyakinan yang tinggi dari
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 33
konsumen (mahasiswa) terhadap pekerjaan dari penjual
(faculty member/kampus) akan meningkatkan kepuasan
mahasiswa dalam menikmati layanan pendidikan dari STIE
IBS.
57.5% responden menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan pernyataan bahwa faculty member dapat menjawab
segala pertanyaan mahasiswa dengan cepat. Sebaiknya
kecepatan atau respon terhadap pertanyaan mahasiswa
dapat ditingkatkan melalui proses komunikasi yang baik
diantara mahasiswa dan faculty member.
72.4% responden menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan pernyataan bahwa faculty member dapat diandalkan
pengetahuannya dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa akan
pendidikan mereka. Hal ini sebaiknya tetap
dipertahankan atau diperlukan peningkatan pengetahuan
para faculty member agar kepercayaan mahasiswa sebagai
konsumen juga meningkat karena bidang pendidikan
merupakan bidang jasa yang menekankan kepada
kepercayaan konsumen.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 34
B. Kualitas Lingkungan Fisik dari Jasa
Berdasarkan kualitas lingkungan fisik STIE IBS yang
dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya, 59.9%
responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
lingkungan fisik STIE IBS merupakan salah satu yang terbaik
diantara perguruan tinggi lainnya menurut pengetahuan
mahasiswa. Hal ini didukung oleh 62.9% responden yang
menyatakan bahwa lingkungan fisik STIE IBS tergolong sangat
baik. Sedangkan berdasarkan faktor-faktor dalam kualitas
lingkungan fisik dari jasa
1. Ambient Conditions
65.6% responden menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan pernyataan bahwa suasana / atmosfir dari STIE IBS
bagus. Hal ini membuktikan dengan lingkungan fisik
(fasilitas dan sarana serta lingkungan) dari STIE IBS
menciptakan suasana yang bagus dan mendukung untuk jasa
pendidikan.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 35
69.9% responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak
setuju dengan pernyataan bahwa suasana STIE IBS sesuai
seperti kampus yang sempurna dimata mahasiswa (konsumen).
Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan komunikasi antara
pihak kampus dan mahasiswa untuk mengetahui kriteria
kampus yang sempurna dilihat dari lingkungan fisik dari
sudut pandang mahasiswa sebagai konsumen dari STIE IBS.
52% responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak
setuju dengan pernyataan bahwa STIE IBS memahami
pentingnya suasana / atmosfir bagi mahasiswa (konsumen).
Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan komunikasi antara
pihak kampus dan mahasiswa untuk mengetahui kriteria
suasana kampus yang sesuai dengan sudut pandang mahasiswa
sebagai konsumen dari STIE IBS.
2. Desain / Layout
63.6% responden menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan pernyataan bahwa layout dari STIE IBS memberikan
kesan baik bagi mahasiswa. Namun apabila dilihat dari
pernyataan bahwa desain / layout dari STIE IBS sudah
memenuhi kebutuhan mahasiswa, 53.4% responden menyatakan
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 36
tidak setuju dan sangat tidak setuju akan pernyataan
tersebut.
56.6% responden menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan pernyataan bahwa STIE IBS memahami pentingnya
desain fasilitas bagi mahasiswa. Hal ini perlu
diperhatikan dengan cara melibatkan peran serta mahasiswa
melalui senat atau himpunan mahasiswa dalam mendesain
atau membuat layout yang sesuai dengan mahasiswa dan juga
disesuaikan dengan kemampuan STIE IBS secara finansial.
3. Faktor-Faktor Sosial
Berdasarkan pandangan faktor-faktor sosial terhadap
pelayanan STIE IBS yang disebabkan oleh lingkungan fisik
maka hasil penelitian ini adalah:
58.6% responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak
setuju dengan pernyataan bahwa mahasiswa lain memberikan
kesan yang baik tentang pelayanan STIE IBS..
59.6% responden menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan pernyataan bahwa mahasiswa lain tidak mempengaruhi
kemampuan STIE IBS untuk memberikan pelayanan bagi
mahasiswa yang bersangkutan.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 37
63.8% responden menyatakan setuju dan sangat setuju
dengan pernyataan bahwa mahasiswa lain mempengaruhi
persepsi mahasiswa yang bersangkutan terhadap pelayanan
STIE IBS.
Secara umum persepsi mahasiswa terhadap pelayanan STIE IBS
sangat mudah dipengaruhi oleh teman-temannya walaupun secara
kemampuan STIE IBS mampu memberikan pelayanan saat mahasiswa
lainnya juga mendapat pelayanan. Pelayanan yang baik menurut
persepsi mahasiswa perlu terus diperhatikan oleh STIE IBS
karena apabila salah satu mahasiswa memiliki persepsi yang
tidak baik maka tidaklah mungkin dia dapat mempengaruhi
teman-temannya maupun lingkungan disekitarnya.
C. Kualitas Hasil
Berdasarkan kualitas hasil dari pelayanan yang diberikan
STIE IBS maka penelitian ini membuktikan bahwa 59.2%
responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju
dengan pernyataan bahwa mahasiswa memiliki pengalaman sangat
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 38
baik setiap kali berada di STIE IBS. Hal ini harus
diperhatikan karena pengalaman yang tidak baik dari
mahasiswa dapat menimbulkan efek pemasaran yang negatif bagi
perkembangan kedepan dari STIE IBS. Namun 53.7% responden
menyatakan setuju dan sangat setuju dengan pernyataan bahwa
mahasiswa senang dengan pelayanan yang diberikan STIE IBS
kepada mahasiswanya. Hal ini harus tetap dipertahankan dan
diperhatikan secara terus-menerus mengenai kualitas
pelayanan baik hasil maupun dalam proses pelaksanaannya.
1. Waktu Tunggu Pelayanan
Waktu tunggu pelayanan yang dapat diprediksi merupakan
faktor yang harus diperhatikan karena 57.3% responden
menyatakan bahwa waktu tunggu pelayanan tidak dapat
diprediksi.
Hal diatas didukung dengan 52.6% responden yang menyatakan
tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa
STIE IBS menjaga pelayanan secepat mungkin. Namun responden
sebanyak 50.9% menyatakan setuju dan sangat setuju dengan
pernyataan bahwa faculty member STIE IBS memiliki kesadaran
mengenai pentingnya waktu tunggu pelayanan bagi mahasiswa.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 39
Hal ini harus diperhatikan oleh para faculty member STIE untuk
memperhatikan waktu tunggu pelayanan dengan mempercepat
pelayanan tanpa harus menunggu lama serta membuat standar
waktu pelayanan bagi masing-masing unit pelayanan yang ada.
2. Faktor Fisik
Berdasarkan fasilitas fisik yang sudah tersedia di STIE IBS,
62.2% responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap
fasilitas fisik yang menyenangkan mahasiswa dan didukung
oleh 51% responden yang menyatakan bahwa fasilitas fisik
yang ada di STIE IBS saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa. Namun 52.7% responden menyatakan tidak setuju dan
sangat tidak setuju mengenai pemahaman STIE IBS terhadap
jenis fasilitas fisik yang diinginkan oleh mahasiswanya.
Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan komunikasi yang baik
dengan mahasiswa melalui senat atau himpunan dalam pembuatan
fasilitas fisik yang menunjang kegiatan mahasiswa sehingga
fasilitas fisik yang dibuat sesuai dengan keinginan
mahasiswa.
3. Valence (Pengalaman)
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 40
Berdasarkan faktor valence atau pengalaman, 57.4% responden
menyatakan setuju dan sangat setuju dengan pernyataan bahwa
mahasiswa memiliki pengalaman yang baik saat meninggalkan
STIE IBS dan didukung oleh 87.4% responden menyatakan setuju
dan sangat setuju dengan pernyataan bahwa STIE IBS berusaha
memberikan pengalaman baik kepada mahasiswa serta 70.8%
responden menyatakan setuju dan sangat setuju dengan
pernyataan bahwa STIE IBS memahami tipe pengalaman yang
diinginkan para mahasiswa. Hal ini ditindaklanjuti dengan
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengalaman apa
sajakah yang baik bagi mahasiswa STIE IBS.
Kualitas Layanan Jasa
Berdasarkan kualitas pelayanan, 70.2% responden menyatakan
tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa
STIE IBS memberikan pelayanan superior walaupun 58.2%
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 41
responden menyatakan setuju dan sangat setuju bila STIE IBS
berusaha menawarkan pelayanan yang sangat bagus,
Melihat hasil dari kualitas layanan maka usaha STIE IBS yang
baik untuk meningkatkan pelayanan perlu dipertahankan hingga
mencapai pelayanan yang superior menurut mahasiswa. Hal ini
dapat diketahui apabila pelayanan secara kontinu dievalusi
dengan melibatkan mahasiswa.
Pengukuran Kepuasan
Berdasarkan pengukuran kepuasan secara umum, 62.6% responden
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa secara umum
mahasiswa merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh
STIE IBS. Selain itu 53.3% responden menyatakan setuju dan
sangat setuju dengan pernyataan bahwa dilihat dari
pengalaman mahasiswa merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan oleh STIE IBS walaupun 50.7% responden menyatakan
tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa
STIE IBS adalah kampus yang terbaik dibandingkan dengan
kampus lainnya
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 42
Pencapaian atas kepuasan secara umum sebaiknya tetap harus
diteliti lebih lanjut karena melihat faktor-faktor
sebelumnya masih ada yang perlu diperhatikan dan hal ini
terbukti dengan sebagian besar responden yang tidak setuju
bahwa STIE IBS merupakan kampus yang terbaik dibandingkan
dengan kampus lainnya, Untuk itu perlu ditindaklanjuti
dengan mengadakan studi banding dengan kampus-kampus lainnya
khususnya dalam pelayanan kepada mahasiswa sebagai konsumen
dari kampus.
4.3. Masukan-masukan dari Responden
Disamping penelitian mengenai kepuasan pelanggan, peneliti
juga merangkum kritik dan saran dari responden yang
berjumlah 440 kritik dan saran. Hasil rangkuman tersebut
adalah sebagai berikut:
Grafik4.1Masukan- Masukan dari responden
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 43
Sumber: data hasil pengolahan
Peneliti, mengelompokkan kritik dan saran menjadi 10
kelompok, yaitu: parkir, staf IBS, WIFI, perpustakaan,
pelayanan, dosen dan asisten, sarana, hubungan antara fm-
mhs, peraturan, alumni, dan pelatihan.
Berdasarkan grafik diatas, kelompok sarana yang paling
mendapatkan masukan kritikan dan saran paling banyak yaitu
sebesar 105 (23,9 %) masukan, adapun masukan kritik dan
saran antara lain loker mahasiswa yang belum mencukupi,
mengkomersilkan sarana gedung yang semestinya menjadi hak
mahasiswa, toilet yang tidak bersih, fasilitas ibadah yang
kurang memadai, fasilitas internet yang kurang memadai,Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 44
Kelompok peraturan mendapat banyak masukan dan kritikan yang
terbesar kedua, yaitu sebanyak 69 (12,8 %) masukan. Adapun
hal-hal yang mendapatkan kritikan dan masukan, yaitu
kurangnya sosialisasi tata tertib, sangsi terhadap
pelanggaran peraturan yang tidak konsisten, peraturan
tentang kedisiplinan (misalnya busana, pengkuncian ruang
kelas di saat istirahat), tentang absensi mahasiswa.
Kelompok dosen dan asisten juga mendapat banyak masukan dan
kritikan dari responden, yaitu sebanyak 54 (12,7 %).
Kebanyakan saran yang diberikan adalah kualitas dosen dan
asisten dosen dan cara penyampaian materi oleh dosen dan
asisten dosen.
Kelompok hubungan antara faculty member dan mahasiswa mendapat
masukan dan kritik sebanyak 50 (11,4%).
Kelompok peraturan mendapat masukan dan kritik sebanyak 69
(15,7%), meliputi: tidak adanya transparansi dalam
peraturan, peraturan yang tidak konsisten,
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dijabarkan pada bab 4,
maka hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Secara umum kepuasan mahasiswa angkatan 2006-2008
terhadap pelayanan faculty member STIE IBS adalah puas
terbukti dari 62.6% responden menyatakan setuju dan
sangat setuju bahwa secara umum mahasiswa merasa puas
atas pelayanan yang diberikan STIE IBS. Namun secara
umum 50.7% mahasiswa menyatakan tidak setuju dan sangat
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 46
tidak setuju dengan pernyataan bahwa STIE IBS adalah
kampus yang terbaik dibandingkan dengan kampus lainnya.
2. Hal-hal menyangkut kualitas jasa pelayanan dari faculty
member kepada mahasiswa yang memberikan nilai dan
dampak positif serta nilai dan dampak negatif terhadap
kepuasan mahasiswa dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Tabel 5.1 : Tabel Variabel Kualitas Jasa Pelayanan
VARIABEL POSITIF NEGATIFKUALITAS LAYANAN JASA Pelayanan yang superior VUsaha menawarkan pelayanan ygsangat bagus V
A. KUALITAS INTERAKSI Kualitas interaksi baiksecara umum V
Kualitas interaksi yangtinggi V
1. Sikap V1.1 Sikap bersahabat padamahasiswa V
1.2 Kesediaan membantu mahasiswa V1.3 Pemahaman kebutuhan utamamahasiswa V
VARIABEL POSITIF NEGATIF2. Perilaku2.1 Perilaku faculty member dapatdiandalkan V
2.2 Kecepatan merespon kebutuhan V
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 47
mahasiswa2.3 Pemahaman terhadap kebutuhanmahasiswa V
3. Keahlian3.1 Pemahaman faculty member padapekerjaannya V
3.2 Menjawab atau meresponmahasiswa dengan cepat V
3.3 Keandalan pengetahuan facultymember dalam mengajar mahasiswa V
B. KUALITAS LINGKUNGAN FISIK JASA Terbaik dibandingan perguruantinggi lain V
Lingkungan fisik sangat baik V
1. Ambient Condition(suasana/atmosfir)1.1 Suasana/atmosfir secara umumbagus V
1.2 Suasana kampus yang sempurna V1.3 Pemahaman pentingnya suasanabagi mhswa V
2. Desain/Layout2.1 Desain yang memberikan kesanbaik V
2.2 Desain sudah memenuhikebutuhan mahasiswa V
2.3 Pemahaman desain fasilitasbagi mahasiswa V
3. Faktor-Faktor Sosial3.1 Kesan baik dari mahasiswa lainpada pelayanan V
3.2 Pengaruh mahasiswa lainterhadap kemampuan pelayanan
V
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 48
bagi responden3.3 Pengaruh mahasiswa lain
terhadap persepsi respondenterhadap pelayanan IBS
V
C. KUALITAS HASIL PELAYANAN Pengalaman sangat baik saatdi kampus V
Senang terhadap pelayanansecara umum V
1. Waktu Tunggu Pelayanan1.1 Waktu tunggu dapat diprediksi V1.2 Waktu pelayanan secepatmungkin V
1.3 Kesadaran faculty member thdwaktu tunggu V
VARIABEL POSITIF NEGATIF2. Faktor Fisik2.1 Fasilitas fisik yangmenyenangkan V
2.2 Kesesuaian dengan kebutuhanmahasiswa V
2.3 Pemahaman kampus pada jenisfasilitas fisik yang diinginkanmahasiswa
V
3. Valence (Pengalaman)3.1 Pengalaman baik saatmeninggalkan kampus V
3.2 Usaha kampus dalam memberikanpengalaman baik kepadamahasiswa
V
3.3 Kampus memahami tipepengalaman yg diinginkanmahasiwa
V
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 49
3. Dari hasil masukan kritik dan saran terbuka responden,
sarana menjadi hal yang banyak mendapatkan kritik dan
masukan, yaitu sebesar 224. Selain itu, peraturan juga
mendapatkan masukan yang terbanyak kedua, yaitu sebesar
69.
5.2. Saran
Peneliti memberikan saran pada penelitian ini berdasarkan
atas variabel/faktor yang bernilai dan berdampak negatif
dilihat dari persentase responden yang melebihi 50% untuk
jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju untuk
pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner. Berikut
saran-saran dari peneliti :
1. Peneliti menyarankan agar sebaiknya STIE IBS lebih
sering melakukan studi banding dengan kampus-kampus
lain ataupun melalui kerjasama antar kampus agar lebih
mengetahui bagaimana pelayanan kampus tersebut dapat
memuaskan kebutuhan mahasiswa melalui pelayanan yang
terbaiknya/superior.
2. Peneliti menyarankan agar sikap bersahabat dan
kesediaan faculty member membantu mahasiswa dapat
ditingkatkan melalui kualitas interaksi yang baik
dengan mahasiswa agar dapat memahami kebutuhan
mahasiswa.
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 50
3. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai perilaku faculty member yang bagaimana
serta faculty member mana sajakah yang perlu memperbaiki
perilakunya dalam melayani kebutuhan mahasiswa.
4. Peneliti menyarankan agar perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai mengapa faculty member tidak dapat
merespon kebutuhan mahasiswa dengan cepat. Selain itu
faculty member dapat meningkatkan respon pelayanan
terhadap mahasiwa melalui pelatihan-pelatihan yang
dapat mendukung kecepatan merespon kebutuhan mahasiswa
bergantung kepada posisi pekerjaan dari masing-masing
faculty member.
5. Peneliti menyarankan agar faculty member dapat
meningkatkan komunikasi yang kontinu dan terbuka dengan
mahasiswa sehingga dapat memahami kebutuhan mahasiswa
dengan baik.
6. Peneliti menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai suasana/atmosfir sempurna dimata
mahasiswa dan studi banding dengan kampus-kampus yang
memiliki suasana kampus yang sempurna dimata mahasiswa
agar dapat menciptakan atmosfir kampus yang sempurna
dimata mahasiswa.
7. Peneliti menyarankan agar para faculty member STIE IBS
memperhatikan waktu tunggu pelayanan mahasiswa dengan
mempercepat pelayanan tanpa harus menunggu lama serta
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 51
membuat standar waktu pelayanan bagi masing-masing unit
pelayanan yang ada.
8. Peneliti menyarankan untuk melakukan komunikasi secara
kontinu dan terbuka melalui perwakilan mahasiswa
mengenai pembuatan fasilitas fisik yang menunjang
kegiatan mahasiswa sehingga fasilitas fisik yang dibuat
sesuai dengan keinginan mahasiswa dan disesuaikan
dengan kemampuan pihak kampus.
9. Berdasarkan atas saran dan kritikan terbuka, peneliti
menyarankan agar STIE IBS perlu lebih memperhatikan
sarana seperti loker mahasiswa yang kurang mencukupi,
mengkomersilkan sarana gedung yang semestinya menjadi
hak mahasiswa, toilet yang tidak bersih, fasilitas
ibadah yang kurang memadai serta fasilitas internet
yang kurang memadai. Selain itu peraturan perlu
diperhatikan dengan meningkatkan sosialisasi tata-
tertib, sangsi jelas terhadap peraturan yang tidak
konsisten, peraturan kedisiplinan (busana, pengkuncian
ruang kelas saat istirahat) dan sosialisasi tentang
absensi mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 52
Alford Bruce, Sherrell Daniel L. [1996]. The Role of Affect inCustomer Judgement of Credence-Based Service. New York :Journal of Business Research.
Assael, Henry, 2001. Consumer Behavior and Marketing Action.Singapura, Thomson Learning.
Ajzen, Icek. [1991] “Theory of Planned Behavior”,
Organizational Behavior and Human Decision Processes
50, 179-211.
Cronin, J.J dan Taylor, S.A. [1994], SERVPERF versus SERVQUAL :
Reconciling Performance Based and Perception Minus Expectations
Measurement of Service Quality, Journal of Marketing.
Lovelock, C. dan Wirtz [2007], Service Marketing ; People & Strategy,
6th ed, US : Prentice Hall.
Piani, Valentino [2004], “Consumer Decision Rules for Agent-BasedModels.”http://www.economicswebinstitute.org/essays/consumers.htm..
Sekaran, Uma [2010], Research Methods of Business ; A Skill Building
Approach. John Wiley and Sons.
Teas, R. Kenneth [1994], Expectations, Performances, Evaluation, and
Consumers Perception of Quality, Journal of Marketing. Vol. 57,
Oktober.
Tjiptono, Fandy [2004], Marketing Scales, Yogyakarta : Penerbit
Andi
Survei Kepuasan Mahasiswa 2006-2008 STIE IBS Hal. 53