Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
6I(onru(nsfttruel PuCrmar Krrceu,ut DAN SodA!{[qM
Parangganrgiduab
Layyin Mahfiana
KewaPaquntingM. Harir Muzakki
Sel<rewris PatyntingYuentie Sova Puspidalia
Paqunting AhliNur Kholis Setiawan
Anas SaidiMarzuki Wahid
Abdul Murlim Sholeh
Parymting PelalsanaKharisul Wathoni
Irma U.H RumtianingMamba'ul Ngadimah
Distrifusi dan PublilasiA. Choirul Anam
Dicefiitkar,OlehPusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN Ponorogo)
Alatnar
Jl. Pramuka 15 Ponorogo 3471Phone: (0352) 48lZ?7 Fax: 0352-41893
E-mail: m. .com
Redaksi mengundang para pembaca dan pemerhati persoalan keagamaan dansosial budaya untuk menyalurkan pemikiran dan gagasannya baik bentpa hasilpenelitian, kajian mendalam, dan book review. Tulisan diketik sebaoyak 20 - 25halaman berspasi 1,5 dan dilengkapi abstrak berbahasa lnggris, diserahkan dalambentuk print out dan file dalam forrnat rtf. Bagi hrlisan yang dimuat menjadi hakpenerbit, dan penulis berhak mendapatkan 3 eksemplar Jumal dan imbalans€pantasnya.
Daftar lsi
Pedoman Tiansliterasi
Dari Penyunting
1
o
ALMANAK KEBATINAN ABOGE: Potret Ajaran danPranata Sosial Kejawen di Desa tmpuran KecamatanSawoo Kabupaten PonorogoM.Irfan Riyadi, dl<k. ......
MASYARAKAI UMMAH: MASYARAKAT HIGHPOLITICS: (Bersama Stmkturalisme: Membaca ldealitasUmmah dalam al.Qur'an)Iswalryuli, d!<k .
DISKRESI HAKM DAN IHTTYAR IGADILAN HUKUM:(Ihtiyar Hakim Pengadilan Agama Magetan dalamMenemukanHukum)Miftalul Hufu ............
RESPON MASYARAKAT TERHADAP DAKWAHJAMAAH TABLIGH: (Studi Kasus di Kabupaten Ponorogo)KhusniatiRofiah
23
4r
REPOSISI HUKUM BISMS MULTILEVEL MARKETINGDI ANTARA HUKUM JUAL BELI DAN IJARAHEl\Masykurah.
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN MOBIUTASVERTIKAL ANAKPETANI DESA: (Studi Fenomenologisatas Masyarakat Desa Mojorejo Ponorogo)
. 101
83
Moh.Mukhlas
Kodifikasia, volume 3 No. 't Tahun 2009
67
t
v Daftar Isi
e KELESTARIAN STIALAWAT GEMBRUNGAN: (lntegmsi
Ajaran Islam dengan Seni Budaya Lokal: Studi Kasus di Desa
Gotak Klorogan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun)Mambaul Ngadhinah, dkk. ............ ..125
ITTIHAD AL-MATALI' DALAM PERSPEKTIF FIQHASTRONOMI: (Studi atas Fatwa MUI Hasil MusyawarahNasional II tahun 1980 dan Relevansinya dengan
Perkembangan Astronomi Modern)Ahn-radJunaidi 149
Kodifikasia, volume 3 No. 1 Tahun 2009
KELESTARIAN SHALAWAT GEMBRU NGAN(lntegrasiAjaran lslam dengan Seni Budaya Lokal:Studi Kasus di Desa Gotak Klorogan Kecamatan
Ceger Kabupaten Madiun)
Mambaul Ngadhimah, dkk.'
Abstrak:Seni Shalawat Gembrungon sebagai salah satu jenis l<esettian
tra&siorul Islnn per-t'omanrrya kian nemdm seiring perken-
bangan xaman. Penelitian kasus ini memfokuskm kajiantettatg Kelestarian Shalawat G emhwtgan: Integr asi AjaranIslam deagan Seni-Budq a lLtkal: Studi Kar;us di Desa G oakKnrogan Geger Maliun. Pendekann kwlitatif dan meng-
gurakan teori struktural fungsional Tabot Parson, netruruurLJd ddt enpdt fungsi penting untuk semua sistem "tindtkan" ,
dikerul dengan skema AGIL (alapntion, goal attainrnent,
integration, dmlatmsq). Hasil pnelitian maunjukkan per-
tama, eksistensi Paguyuban Shalawat Gembrung Saktt(PSGS) diluLung oleh: [a] kemantpumt beradtptasi dalamisi dan pmulisan naskah; [b] kelestmian tujuan pagelaran
Shalaw at G anbrungm yitu rmwk do' a ke s elararan ft wnrwri,syiar Islam, sebagai bentuk ilentitas , dan hiburan kamurwl;
[c] kemunpuan integrai antara nilai-nilai Islam dengan
bulaya lakal Jawa tercermin dalam isinasklh syaix lagu ataumetrum, alat mruik gamelan kendang timplung dan terbang
atau ganbrung; [dl terdapat pola krsejajaran antarabuLayaIslatn dengm budaya J awa dalam isi dan lagu syan shalawatganbrungan, alat musik dan pagelarannya. kdua, faktor
' Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Thrbiyah STAIN Ponorogo
1261 Mambaut Ngadhimah, dkk.
intemal dan el<stemal pendukung PSGS berupa motiuasirehgius, el<spresi estetik dtn iderrtitas, paqanpumaan nasl<ah,
figure pimpinankharismatik, faktor ekstemal SG merupakankesaian tradisiorul Islam ylrrg murah, merakJdt, periT wnmtdah dari insansi terkait. Faktor penghitnbdt intenul d.atl
el<stemal PSGS: SDM yang lemah, isi dmr bahasa naskahs)dir SG kura, monoton dan sulit dipaharti, penghambat
elcstemal: tidak ada dukungan dari aparat pemerintah tei<.aituntuk melestarikan shalawat gembrungan, dan apresiasi
masyarakat sanakin berkurang knerw barryakrqa pilihan
untuk menikmati hiburan dari berbagai jenis rwsik mod.em.
Ketiga, sistem pewarisan SG berjalan secara dlami fir;laluijalur geneabgis (pewarisan melnlui jalur hubungankeluarga)dan dukmgm sosio-kuhural lingkunganrrya.
Kata Kutci: Shalawat G embrungan, Adapcasi, Tujuan,lntegrasi, Pola
PENDAHULUAN
Budaya adalah salah satu kekuatan sejarah. Tetapi apa yang dimak-sud dengan budaya tergantung dariworld uiew si pendefinisi. Ten-tunya ini akan melahirkan sikap dan persepsi yang terfokus padasederatan fenomena dan melupakan fenomena yang lain. Padahaldalam ranah budaya, banyak gejala dan praktik budaya yang tidaktersorot oleh mainstream keilmuan. Dalam kehidupan empirik,banyak sekali budaya-budaya lokal yang mempunyai label atauidentitas keagamaanyang sangat beraneka ragam di berbagai daerahdi seluruh Indonesia. Kebudayaan tersebut lahir di dalam masyarakathuman cukure interaction yanghanya bisa dipacu oleh culture evalts.
Keanekaragaman budaya Indonesia salah satunya masih banyak
di pengaruhi atau memakai literatur Arab dan dikemas sedemikian
rupa sehingga mempunyai nilai seni Islam. seperti me mbacaborzanji,
hadrah, salawat dan sebagainya. Ada juga budaya atau kesenian yang
mempunyai makna yang sama serta dipengaruhi oleh pengaruh lokal.
Kodifikasia, volume 3 No. 'l Tahun 2oo9
Kelestarian Shalawar Gembrungan 1127
Seperti pagelaran janblung diPonorogo dan lcentrung di Magelangyang diwamaii kultur istana dari keraton Mataram.r
Perkembangan terakhir cukup menggembirakan bagi kesenian
kontemporer dan modem bemafaskan keislaman. Lirik lagu-lagu reli-
gius yang dinyanyikan oleh Bimbo telah banyak diikuti oleh band-
band modem saat ini seperti Ungu, Ggi, dan lain-lain yang menjadi
konsumsi publik terutama pada saat bulan Ramadhan. Ini merupakan
bagian terkecil ekspresi formal kesenian yang bemafaskan Islam.
Barometer utama untuk mengetahui kadar keislaman dari ekspresi
kesenian yang beraneka ragam tersebut adalah ketaatan asas/kon-
sistersi ekspresi itu sendiri dalam panjang nafas keislaman, dan kesung-
guhan isi pesan yang dibawakan dalam lagu itu sendiri. Kita bisa melihat
apakah seniman atau budaya kita sudah memenuhi barometer ter-sebut sehingga budaya atau kesenian tersebut dapat dikatakan ber-
nafaskan Islam.
Madiun merupakan kabupaten yang memiliki keanekaragaman
budaya, khususnya dalam hal kesenian tradisional sebagai warisan
nenek moyang yang telah diperkenalkan sejak dahulu secara turun-temurun. Jenis kesenian tradisional yang berkembang dan menjadi
representasi masyarakat Madiun, ad alah drngl<rek, shalawat gembnng-
an,2 maulid diba, al-habsyi, burdah, barjanji, shalawat nabi, wayangprruai dan sebagainya.
I Di Jawa para wali abad ke l5 dan 16 M, telah membangun teori musik dan estetika
Islam, yang terkenal di antaranya ialah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Dengan menerapkan
asas-asas esteoka suff ke dalam penggunaan instrumen gamelan, Sunan Bonang umpamanya
berhasil menjadikan gamelan sebagai sarana kontemplasi (tafr&ar) dan pembebasan jiwa(rrlamid) dari kungkungan dunia material. Lantas sejak itu gamelan Jawa dan Madura berbeda
dari gamelan Bali, yang bertahan sebagai gamelan Hindu.? Shalawat Gembrungan adalah seni membaca shalawat yang diiringi dengan alat
musik tradisional tetbang, kendang dan timplung. kesenian inibiasanya ditampilkanpadaacara-acara pra dan dan pascakelahiran bayi (lering-kering bali) dan beberapa perhelatan
keagamaan geiryar mrharam, dtn rutiid Nabi Satr,. Sedang malird diba, al-habsyi, burdah,
baqanji, slwlawat rwbi juga seni membaca shalawat yarrg diiringi musik rebana dan atau
kompangan.r Wayang Purwa adalah salah satu jenis kesenian masyarakat Jawa digelar oleh seomng
dalang dilengkapi dengan uzlogo, dan seperangkat musik gamelan serta cerita rakyatyangdiambil dari pakem pewayangan.
Kodifikasia, volume 3 No. 1 Tahun 2009
1281 Uambaul Ngadhimah, dkk.
Hasll grand tour menunjukkan bahwa kesenian shalawat gem-brungan sebagai salah satu bentuk penegasan jawanisasi kesenianIslam bisa ditemukan di desa Gotak Klorogan, Geger, Madiun danbeberapa paguyuban lainnya yang menyebar di sekitar kabupatenMadiun. Gmuan menunjukkan seni Shalawat Gembrungan perfor-manya kian memudar seiring perkembangan zaman. Atas dasar ter-sebut peneliti tertarik untuk menggali kesenian Shalawat Gembrung-an sebagai salah satu bentuk apresiasi akademisi dalam melestarikanbudaya tradisional Islam.
Tema pokok penelitian ini adalah Kelestarian Shalawar Gem-brungan: Integrasi Ajaran Islam dengan Seni-Budaya Lokal (StudiKasus di Desa Cotak Klorogan Geger Madiun). Untuk mengeksplo-rasi persoalan tersebut, penelitian ini menfokuskan pada persoalan:bagaimana paguyuban Shalawat Cembrungan mempertahankaneksistensinya; faktor-faktor pendukung dan penghambat serta sisrempewarisan Shalawat Gembrungan.
Penelitian ini secara teoritis diharapkan bisa memberikan pema-haman yang mendalam tentang seni budaya lokal yang berhubung-an dengan pengembangan keilmuan agama Islam. Secara praktis diha-rapkan penelitian ini bisa memberikan kontribusi kepada pembuatkebijakan (sake holfur), dalam hal ini pemerintah desa dan daerahserta paguyuban seni shalawat gembrungan dalam rangka meningkat-kan mutu dan pengembangan seni budaya lokal agar tetap bisa suruil.,e.
Penelitian terdahulu yang membahas tentang Integrasi kese-nian Islam dengan Budaya Jawa antara lain dilakuka n oleh pertanu,Muh. Syafrudin, dkk., Sinlnrisme Budaya Jawa.lslam (Sejarah danPeratwn Sefi J emblung Kawrg\Yecona daltm Peaybar ar fuonw Islomdi Kabupatea Pcmorogo).a Hasil penelitian menunjukkan bahwa seni
Jemblung Katong \Tecana merupakan kesenian asli ciptaan RadenKatong sebagai upaya membaurkan seni jemblung dengan ajaranIslam sebagai media penyebaran Islam ke tengah-tengah masyarakat
{ Muh. Syaftudin, dkk., Sin&nrtrne Briday lawa-Islan (Sejaruh dan Perarun SrriJenblungKaa ng'l(lecaw dalanPaqebatan Aganaklan di Kabupatar Pavxogo), PonorogorE Thrbiyah, UNMUH, 2003.
Kodifikasia, volume 3 No. I Tahun 2009
Kelestarian Shalawat Cembrungan 1129
Ponorogo yang memiliki agama, kepercayaan, dan budaya lokal yang
telah lama mapan. Thmpaknya dalam proses dialogis antar kedua-
nya, budaya Jawa lebih mewarnai dibanding ajaran Islam dalam
seniJemblung Katong'Wecana. Salah satu dampaknya karena pro-
ses akulturasi dan inkulturasi budaya, menyebabkan terbentuk'nya budaya "sinkretik" di kalangan masyarakat Muslim Ponorogo.
Ke&,n,penelitian Yusnita Ade dkk., yang berjudul RudatMutinra
BulayayangTersanhuqi.5 Rudat adalah kesenian tradisional khas Jawa
Barat (Iasikmalaya, Banten dan lainnya) yang merupakan perpaduan
unsur tari, syair shalawat, dan olah kanuragan yang berpadu dengan
tabuhan terbang dan tepuk tangan. Rudat terdiri dari sejumlah
musik perkusi yang dimainkan oleh setidaknya delapan orang
penerbang (pemain musik) yang mengiringi tujuh hingga dua belas
penari. Menurut beberapa tokoh rudat, nama Rudat diambil dari
nama alat yang dimainkan dalam kesenian ini. Alat musik tersebut
berbentuk bundar yang dimainkan dengan cara dipukul.
Dua penelitian di atas membahas perpaduan budaya lokal dan
Islam dan keduanya dilakukan di daerah berbeda. Penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti jelas berbeda dengan kedua penelitian
di atas. Penelitian ini ini akan difokuskan bagaimana paguyuban kelom-
pok shalawat gembrungan mampu menjaga eksistensinya' apa faktor
mendukung dan menghambatnya serta bagaimana sistem pewarisan-
nya.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif-analitis serta menggunakan kerangka teori struktural
fungsional Thlcott Parsons. Penelitian ini dilakukan pada Paguyuban
Shalawat Gembrung Sakti (PSGS) di Desa Gotak, Klorogan, Geger,
Madiun. Data primer diperoleh dengan teknik observasi, dokumen
(syair-syair shal.awat),dan wawancara dengan para informan terdiri
dari pimpinan dan pemain shalawat gembrungan. Data sekunder
berupa dokumen tentang kerangka teori, kesejarahan shalawat gem-
brungan, dilengkapi data dari Pemerintah Desa, atau Diknas' Pene-
5 Yusnita Ade, dkk., Rudat Mutiata Budaya lang Tersembunli, dalam http'//
elanjumalistik.blogspot.com/2008/06/rudat.htm/. diakses pada tanggal 02 Januari 2009.
Kodifikasia, Volume 3 No. 'l Tahun 2009
1301 Uambaut Ngadhimah, dkk.
litian dilakukan dengan reknik/ca ra now bdll sarnpling atau sampelmengge linding d arikey infammt.
PEMBAHASAN
,4,. I-andasan Teori
IGntowijoyo (1998) mengemukakan bahwa kesenian yang meru-pakan ekspresi dari keislaman itu setidaknya punya tiga karakteristik:(1) dapat berfungsi sebagai ibadah, tazkiyah, dan tasbih, (2) dapatmenjadi identitas kelompok, dan (3) dapat berfungsi sebagai syiar.Shalawat secara khusus merujuk pada berkah yang dimohonkankaum Muslimin atas Nabi Muhammad Saw Sebagaimana lirmanAllah dalam QS. Al-Ahzab, 33:56.
*u '-ia 'r" i$ t6 6. /' e ,;;- ri;sxr'i:r'ty
tg rr4," Sesmgthny a Allah dm malail,at-mahilacrrya beslwlawat, wwknabi. Hai orang- or ang y angberiman, bershahwatlah kaljan unuktubi dan ucaplunlah salan pmghamatan"
Seni shalawat Cembrungan sesungguhnya telah memiliki ke-tiga karakteristik tersebut. Seni shalawat jelas mengandung ibadahdan tasbih serta syiar, karena di dalamnya berisikan ajaran Islammengenai shalawat terhadap Nabi Saw. dan syair-syair yang saratdengan tasbih terhadap Allah Swt. dengan membaca shalawat mengan-dung nuansa kesejukan dan cerminan dari sikap keberagamaan sese-orang atau suatu kelompok. Dengan sendirinya, seni shalawat mem-berikan identitas atas kehidupan kaum Muslimin, yang dapat dilihatdan dirasakan oleh orang lain.
Strategi adaptasi dalam suatu masyarakat tercermin pada petakognitif mereka yang dipelajarinya melalui proses sosialisasi. Berbagaipengalaman mereka dikategorisasikan dalam sebuah peta kognitifkebudayaan sehingga memungkinkan seseorang atau organisai tetapsaruiual. Menurut Thlcott Parsons -dalam karya belakangannya-
KodifiLasia, volume f N.l I Tahun 2OO9
6 Rocher, Taboct Parsons, 40,7 Ritzer & Goodman, Gori Sosiolo$ Modem, l2l. Bandingkan dengan J. Dwi
Narwoko,Sosbiogi:ltkPargatar datTetuDoi, flakarta: PrenadaMedia, 2004), 349-350.
Kodifikasia, Volume 3 No. 1 Tahun 2009
Kelestarian Shalawat Gembrungan 1131
ada empat fungsi penting untuk semua sistem "tindakarf', terkenal
dengan skema AGIL. Suatu fungsi (function) adalah kumpulan
kegiatan yang ditunjukkan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu
atau kebutuhan sistem.6 Dengan menggunakan definisi ini Parsons
yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem
yakni alaptatbn (A) , goal attainm.eat (G) , integratian (I) , dan latensi
(L). Agar tetap bertahan (s ruiue), suatu sistem harus mempunyai
empat fungsi ini:7
l. Adaptatbn (Adaptasi); sebuah sistem harus menanggulangi
situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diridengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan
kebutuhannya.?.. Goal anainmeru (Pencapaian lirjuan); sebuah sistem harus men-
definisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3. Integatian (Integrasi); sebuah sistem harus mengatur antar hu-
bungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga
harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya.
4. Latencl (t-atersiatau pemeliharaan pola); sebuah sistem harus
melengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi indi-vidual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan me-
nopang motivasi.Teori fungsionalisme struktural Thlcott Parsons, kiranya dapat
dipakai sebagai kerangka konseptual yang diharapkan marnpu
menjelaskan kelestarian Shalawat Gembrungan. Dengan anggapan,
bahwa kelestarian Shalawat Gembrungan pada dasamya terintegrasiatas dasar komitmen anggotanya akan nilai-nilai ajaran Islam, me-lalui proses penyesuaian dan institusionalisasi dengan seni-budayalokalJawa dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan syiar Islammelalui seni vokal dan musik untuk menghadapi situasi dan kondisieksternal, agar mampu melangsungkan kehidupan paguyuban atauorganisasinya (suruiue) dan memungkinkan dapat mengantisipasiperistiwa-peristiwa yang akan datang.
1321 Mambaul Ngadhimah, dkk.
B. Upaya Paguyuban Shalawat Gembrung Sakti Mempertahan.kan Eksistensinya
Sejarah Shalawat Gembrungan menunjukkan ada proses perubah-an-perubahan dan adaptasi, baik dari sisi naskah/syair yang dibaca,alat musik, pertunjukan baik tempat dan wakru. Di bagian pemba-hasan ini akan dibahas bagaimana shalawat gembrungan meng-alami adaptasi.
Shalawat Gembrungan adalah kesenian tradisional yangberkembang dl Jawa Timuq Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sebagaiperpaduan uruzr rrutsik, syair shalawat, yangberpadu dengan abuhanterbang dmplung kendang dan rcrl,tdang diselingi tepuk tangan. Gem-brungan sebagai musik perkusi dimainkan oleh setidaknya delapanorang (pemain musik dan dhalang) yang diiringi tujuh atau sejumlahanggota sebagai penjawab syair. Secara historis tidak banyak yangmengetahui siapa yang menciptakan kesenian gembrungan ini, kare -na sekarang sesepuh yang mengetahui seluk.beluk gembrung sangatsedikit dan sebagian besar sudah meninggal.
Menurut pemain gembrungan kawakan Mbah Notodikromosdari desa Ginuk, Magetan, Shalawat Gembrung sudah ada sejakzaman "Kewalian" sekitar abad 14- 15 M. kemungkinan besar dinntisoleh Sunan Bonang atau Sunan Kalijaga. Hal lni ditunjukkan darialat musik gamelan yang digunakan, seperri rimplung, dan kendangsedang terbang besar atau gembrung kemungkinan merupakan alatmusik hasil modifikasi dari bedrg. Musik gembrung digelar pada mo-men-momen tertentu untuk mengundang seluruh masyarakat, ditui u-
kan untuk menghibur rakyat sekaligus digunakan sebagai mediadakwah Islam pada jaman Hindu-Budha.
1. Adaptasi Naskah Gembrungan
Naskah Gembrungan Salawat Khotaman Nabi dalam penelitian inidilihat sebagai suatu "tindakarf'yang dengan mengikuti Parson ber-
u MbahNotodikromo (alm.) adalahmantanlurahdaoKamituwotahun 1930.1979M,
Desa Ginuk, Kec. Sukomoro (sekarang Kec. Karas) , Kah Magetan Demikian dituturkan kembali
oleh cr.rcu Beliau Muhyar dan Muh. [-adi, wawancara pada tanggal 18 Juni 2@9.
Kodifikasia, Volume 3 No 1 rahtln ?oos
Kelestarian Shalawat Gembrungan 1133
makna sebagai kumpulan kegiatan yang ditunj ukkan ke arah peme -
nuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem, sehingga kate-
gori-kategori AGIL (sebagaimana telah dilelaskan dalam bab IItentang landasan teori penelitian ini) akan diterapkan untuk meng'
analisis naskah gembrungan.
Pesan-pesan Islam secara tegas dan jelas terepresentasikan
dalam bahasa khasnya yang unik, yakni bahasa Arab. Dilihat dari
sistem wacana kebahasaan, jelas bahwa bahasa Arab dengan segala
keunikan - dengan bahasa-bahasa yang lainnya termasuk bahasa
Jawa - dan karakternya mempunyai watak yang khas dari sistem
bahasa yang lain, yakni dari aspek intonasi, pelafalan, bunyi huruf-
nya dan nuansa budaya yang melatarinya. Sementara pesan-pesan
Islam dalam bahasa Arab jika hendak disampaikan ke audien, pem'
baca atau pendengar non Arab - untuk tujuan-tujuan universalnya
- yang memiliki karakter budaya yang lain dan berbeda termasuk
di dalamnya sistem bahasanya, jika disampaikan secara mentah,jelas akan menimbulkan "tensi" atau "ketegangarl' akibat perbedaan
sistem budaya.
Perbedaan sistem budaya tersebut kiranya dapat menjelaskan
paling tidak salah satu motif terjadinya suatu tipe ketegangan, yakni
kondisi ketidak sesuaian antara keadaan suatu sistem pesan Islam
dalam bahasa Arab dan suatu keadaan yang diinginkan, tegasnya,
dalam konteks kesusasteraan (literatur) Jawa pada umumnya dan
dalam kasus gembrungan pada khususnya, antara audiens (baca:
masyarakat Jawa) dan pesan Islam (baca: bahasa Arab) di sisi lainharus direalisasikan. Hal ini sekaligus juga menjelaskan daya kreatifpara da i lokal (awa) untuk secara kreatifdan inovatif mengembang-
kan ajaran Islam, supaya misi-misinya tersebarkan dan dapat "dipa-
hami" umat lokalnya, sekaligus merefleksikan mengapa naskah gem-
brungan ini sebagai salah satu dari sekian banyak hasil kreasi tersebut
lahir.
Secara umum subjek material naskah Gembrungan Salawat
Khataman Nabi ini berisikan tentang dan diadaptasi dari pujian ke-
pada Nabi yang berisi kisah mi raj-nya Nabi saw dan aspelcaspek umum
doktrin Islam seperti: teologi, syari'ah dan tasawwuf. Dari aspek
Kodifikasia, volume 3 No. 1 Tahun 2009
1341 Uambaul Ngadhimah, dkk.
sumber, banyak sekali literatur-literatur dalam bahasa Arab tentangriwayat isra' mi'raj-nya Nabi Muhammad saw. Satu di antaranya dandiduga sebagai sumber naskah gembrungan adalah sebuah kitabatau risalah tentang kisah rru'rdJ Nabi oleh Nalm al-Din al-Ghaythidengan anotasi (hqlo,h) oleh Ahmad al-Dardiri. Di kalangan pesan-
tren tradisional kitab ini lebih dikenal sebagai kitab "Mi'raj Dardiri".eKeseluruhan "tindakan" pembuatan naskah salawat gembrung-
an itu sendiri haruslah dipandang sebagai adaptasi atas motif-morifyang telah disebutkan di atas. Dari sekedar laporan (riwayar) hadisdan penjelasan-penjelasan terkait sesuai pernak-pernik teknik di-siplin keilmuan para ahli hadits tentang materi ml'ra7 digubah men-jadi tembang (sekar) ber-metrum khas tertenru. Terdiri dari enam-belas metrum bupuh) lagu-lagu dalam naskah gembrungan kha.taman Nabi ini diorganisir dan disistematisasi. Kecuali pzpzh keem-pat (bermetrum Kinanthi) keseluruhan lagu dalam naskah gembrung-
an ini agaknya tidak mengikuti merum-merrum konvensional yang
biasa dikenal seb agai Tn(Eopdt ata:u tembang agengyang kala itu dike -
nal dalam kesusastraan Jawa kuno.t0Indikasi adaptasi juga nampak pada gaya alur dari keseluruhan
wacana naskah gembrungan di mana terdapat dialog-dialog antartokoh-tokoh nabi, malaikat dan nuansa-nuansa yang dikembangkan-nya yang secara selintas berwatakkan fragmentaris. Artinya, sesuai
kesenian-kesenian yang akrab di khalayak seperti wayang, ketropakdan kesenian sejenis. Melihat adanya aktor ddang, nilogo, atau pen-bauak, dalam pementasan seni gembrungan yang khas kaum santri inijelas adalah merupakan penyesuaian dengan seni-seni konvensional.
Apa yang disebut para filolog atau pembaca moderen terhadapnaskah klasik Jawa Islam - termasuk pada naskah gembrungan ini
- sebagai "problem-problem transliterasi" atau pelafalan (pronoun.
' Lihar Ahmad al-Dardiri, Haslilah al-Imdm al.'kif Bilhh Abi al.Barakah Say iAhmad. al.Da ii'alaQislLshat al-Mi'rajlt alAllmat al-Hammam Barakat al.Atrlm Najmal-Dn al-Gayhi, (lndonesia: Dar Ihya'Kutub al-'Arabiah, rr). Secara tradisional, hadisarau dwayar tentang ilra'mi raj ini dikenal dengan sebutan "hadis baynama". Lihat lbid., 2.
m Ada sekitar I I menum rembang mocopat atau tembang ageng, anrara lain pangkur,
Dandanggula, Kinanri, Maskumambangdan lain.lain.
Kodifikasia, Volume 3 No. 't Tahun 2009
Kelestarian Shalawat Gembrungan 1135
ciatioru) dari kata-kata Arab ke dalam dialek lokal Jawa juga meng-
alami proses adaptasi,lr Sebagai contoh dalam kata'kata "aluamah"
dalam bahasa Ar ab ltwwamah atau sr.rfiah menjadi "supiyah".
Namun pada perkembangannya, dalam kasus naskah Gem-
brungan versi paguyuban Gembrung Sakti Gotak Klorogan telah
direvisi berulangkali sesuai perkembangan wawasan mereka akan
literatur berbahasa Arab. Pada naskah yang ada versi Gembrungan
revisi atau adaptasi ini dilakukan dengan menulis ulang naskah dari
edisi Arab pegon-nya yang atas inisiatif seorang anggotanya (K. Karim
Sudrajat) disalin ke dalam tulisangedril (Latin), sebagaimana terlihat
sekarang (edisi tahun 2008Mll479H).
Z. Adaptasi Pagelaran Shalawat Gembrung
Pada awal mulanya shalawat gembrungan dimainkan di masjid atau-
pun di pondok sabilit thahirin. Setelah shalat Isya', para anggota-
nya berkumpul di masjid membacakan shalawat sambil diikuti ter-
bang besar dan kecil juga kendang. Latihan ini dilakukan tidak
setiap malam, akan tetapi sesuai dengan waktu luang yang mereka
miliki. Lama kelamaan bacaan shalawat ini membentuk sebuah seni
shalawat dan tidak hanya dinikmati oleh pemainnya saja tetapijuga orang lain. Misalnya ditampilkan di masjid dalam peringatan
hari-hari besar Islam, seperti: peringatan Maulid Nabi Saw. pda bulan
Maulud, Rajab, dan Muharram serta hajatan masyarakat. Misalnya
dalam acara keting-keting bali atau selamatan pra dan pasca kelahiran
banyi, seperti pr^t tingkebdn (hamil tujuh bulan), pasca: sepdsdrdn
(banyi 5 hari), a4iqahan danpiton-piton (banyi berusia tujuh bulan).Menurut beberapa anggota shalawat gembrungan pagelaran
SG dahulunya dimulai jam 8 malam hingga dini hari, sekitar pukul
4 pagi.r2 semalam penuh mereka mendendangkan shalawat ini dirumah orang yang memiliki hajat. Sedangkan akhir-akhir ini, jangka
l'Lihat GWJ. Drewes, Drecri.ons fot'tra,"dlzrs o:.TheMJstir Puh.7d,anyJa aL&:cl;,ris
Kitab Forh al-Rfunar ad ltsln&naiot Nqotiqs uith dL A2txr.dix cn Pdenl,@lg M@uscrptt
ordAuors (fhe Hague-Nijhoff Verhandelingen van Het Konir ijk lnstituutvoor'Ilal, tand and
Volkenkunde, t9?7), 1.! wawancara dilakukan pada uncgal 6 Mei 2@ dengan salah satu anggota stnlawat
gemtrungar'"
Kodifikasia, volume 3 No. I Tahun 2009
1361 Mambaul Ngadhimah, dkk.
waktu yang mereka butuhkan lebih singkat dan pendek. Shalawatgembrungan dimulai setengah sembilan sampai jam dua belas ma-lam. Perubahan waktu disebabkan karena pertimbangan bagi ang-gota yang keesokan harinya harus bekerja mencari nafkah.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa shalawat gem-brungan mengalami perubahan dan adaptasi untuk mempertahan-kan eksistensinya. Perubahan-peruhaban tersebut bisa dilihat daritempat dan waktu pertunjukan. Jika dari dulu sampai sekarang shala-wat gembrungan tersebut hanya dimainkan di masjid dengan kelom-poknya dan dilaksanakan malam hari setelah barangkali tidak akanbertahan hingga saat ini. Gntu tampilnya shalawat gembrungan dimasjid dalam cara acara memperingari mauludan, rojaban dan mu-harram memberi nuansa baru, semangat baru, penghormatan sertapenghargaan bagi anggotanya. Grlebih undangan dari warga untuktampil di rumahnya dalam acara hajatan sepasaran, aqiqahan danpiton-piton baik dari dalam maupun luar daerah.
3, Tirjuan (Goal Attainment) Seni Tiadisional ShalawatGembrungan
Sebuah perkumpulan orang-orang yang melakukan aktifitas tertentupasti memiliki tujuan. Aktifitas yang dilakukan itu mengarah pada satutujuan bagi anggota. Grleblh aktifitas itu diulang-ulang dan para ang-gotanya melakukan hal itu penuh dengan kesadaran. Begitupun yangterjadi pada paguyuban shalawat gembrungan sakti di Gotak, Kto-rogan.
Anggota paguyuban ini menyakini bahwa melantunkanshalawat termasuk bagian dari ibadah. Shalawat merupakan do'adan sanjungan untuk Nabi Muhammad SA'\[ dan bagi yang mem-bacanya mendaparkan Ibadah. Gntu kenyakinan semacam inidapat menentram hati. Syair-syair yang terkandung dalam nyayiantersebut syarat dengan nilai-nilai agama dan penuh dengan pesanmoral. Selain shalawat terdapat pujian-pujian yang mengagungkanAllah S\7T Pujian-pujian kepada Allah diyakini sebagai ibadahdan termasuk dari perintah-Nya. Bahkan dalam al.Qur'an dikata-kan bahwa langit dan bumi, dan semua yang ada di antara keduanya
Kodifikasia, Volume 3 No. I Tahun 2OO9
Kelestarian Shalawat Gembrungan 1137
senantiasa memuji-Nya. Siapapun yang ingin mendekatkan dirikepada-Nya harus banyak menyebut nama-Nya dan memuji-Nya,
termasuk apa yang dilakukan oleh paguyuban shalawat gembrung-
an ini. Syair-syair yang dilantunkan ini juga mengandung ajaran tasa'
wufyang berisikan ajaran aqidah, syari'ah dan tasawufatau akhlak.
4. Integrasi Alat Musik, Syair dan Lagu dalam Shalawat
Gembrungan
Untuk melihat alat musik Shalawat Gembrungan sebagai hasil inre-grasi Islam dengan budaya Jawa meminjam kacamata Geertz yang
membagi 3 karakter bagi masyarak atl^wat priyayi, saltttri dan obuqdn.
Rakyat Jawa sebelum kedatangan Islam telah mengenal kesenian
Hindu-Budha. Masuknya agama Islam ke Jawa dilalaanakan dengan
damai dan menggunakan pendekatan kultural, dengan melakukan
adaptasi dan akulturasi budaya lokal. Misalnya saja dalam hal alat
musik Gamelan sebagai alat musik yang biasa dipakai masyarakat
priyayi dan abangan, oleh Sunan Bonang diadopsi sebagai alat keleng-
kapan seni wayang, dengan lakon hasil modifikasi cerita sejarah Hindudipadu dengan Islam. Wayang sebagai sarana untuk dakwah Islam
secara perlahan dan berkesinambungan menjadi sarana hiburanyang bisa diterima kalangan priyayi, abangan dan khususnya santri.
Integrasi budaya Jawa dan Islamll dalam substansi pewayangan
memberikan inspirasi para ulama' selanjutnya (diasumsikan pada za,inn
B lntegrasi budaya Islam-Jawa ini salah satunya dilakukan oleh Sultan AgungAnyokrokusumo yang menjadi raja ketiga Dinasi Mataram lslam telah berhasil melakukanlangkah budaya yang amat bermakna. Yaitu mengintegrasikan penanggalanJawa (Thhun
Saka yang berbosis perhitungan peredaran matahari/solar) dengan penanggalan lslam (Thhun
Hijriyah yang berbasis perhitungan peredaran bulan 4unar) sehingga menjadi penanggalan
Jawa resmi yang berbasis perhitungan peredaran bulan 4unar sebagaimana kira kenal sekarang.
Untuk memudahkan proses integrasi kultural itu di dalam ingatan kolektifmasyarakatJawamaka nama-nama bulanJawa pun diambildari nama bulandalam tahun Hijriyahdenganberbagai penyesuaian. BulanMuharam, disebut Suro, Sya'bandisebur Ruwah, Ramadan
disebut Pasa dan Dzulhijjah dixbut bulan Besar Kalau dalam konsep tahun Hijriyah tidakada nama tahun penanda windu, maka dalam Tahun Jawa baru hasil penetapan SultanAgung ada nama tahun yang berputar melewati siklus windu (siklus delapan tahunan).
Nama.namanya pun diambil dari bahasa Arab, seperti Alip, Ehe, Dal dan seterusnya.
Kodifikasia, volume 3 No. I Tahun 2oo9
1381 Mambaut Ngadhimah, dkk.
kerajaan Mataram)ra untuk mengembangkan seni tradisional yangIslami, yakni Shalawat gembrung. Kelahiran Shalawat Gembrungsebagai salah satu bentuk integrasi budaya JawaJslam, ditandai denganadaptasi naskah shalawat gembrung (dari Bahasa fuab, menjadi ArabJawa (pegon) kemudian Latin Jawa-Melayu), dan alat musik gem-brung yang diadopsi dari Gamelan Jawa (kendang.timplung) danalat musik Islam (terbang sebagai alat musik santri merupakan hasilmodifikasi seni musik khas TiongkokJslam). Upaya integrasi budayaIslam-Jawa dalam seni shalawat gembrung ini dilakukan dalam rangkasyiar Islam sekaligus sebagai media hiburan rakyat, sekaligus sebagaiimbangan atas kesenian yang dikembangkan kalangan priyayi danabangan.
Kekhasan shalawat gembrung yang dimainkan oleh kalangansantri pada perkembangannya identik dengan jenis musik yang
digemari oleh kalangan muslim santri. Berbeda dengan seni dongkrek
di lingkungan Madiun atau seni reog di lingkungan Ponorogo yangidentik dengan seni lokal yang dimainkan kalangan abangan dandinikmati masyarakat pada umumnya. Persebaran shalawat Gem-brung merata sampai Jawa Barat, Jawa Gngah dan Jawa Timursecara umum dikembangakan oleh kalangan santri pada sekitar abad
18 sampai dengan 19 M. Semarak seni shalawat gembrung dikalang-an masyarakat Jawa sebagai media hiburan dan dakwah Islam men-dapat apresiasi positifmasyarakat muslim (santri). Sebagai subyek(pemain seni gembrung) dan obiek (penikmat gembrung) sama-sama mempunyai kesadaran untuk terus melestarikan seni shalawatgembrung sebagai salah satu bentuk identitas muslim-jawa (santri),yang membedakan dari kalangan priyayi dan abangan.
Shalawat Khotaman Nabi sebagai syair gembrung secara sub.stantif merupakan bentuk integrasi nilai-nilai yang memadukan
r{Asumsi penulis yang berbeda dari pendapat pemain gembrung yang telahdiwawancarai dalam penelitian lni, berangkat dari naskah shalawat gembrung lang mengalamiadaptasi dari Bahasa Arab, mengalami penerjemahan dalam Bahasa Arab Jawa (pegon) , laluditerjemahkan dalambahasa l-atinJawa, dengan menggunakan pola ftagmen (dialog anrartokoh) dalam bahasa Jawa dan Melayu.
Kodifikasia, volume 3 No. 1 Tahun 2oO9
Kelestarian Shalawat Gembrungun 1139
aqidah,l5 syariahr6 dan tasawuf.rT Shalawat Khotaman Nabi yang
dibaca pada saat pagelaran gembrung substansi materi naskahnya
berorientasi pada aqidah sebagai bentuk bangunan fondasi keiman-
an, syari'ah/ fiqih bersifat empirik dan kalam yang rasional, dan
bangunan akhlak yang termanifestasikan dalam syair yang bemuansa
tasawuf. Tentu saja substansi materi dalam naskah gembrung di-warnai dinamika pemikiran Islam pada waktu itu -sekitar abad 15-
16 M- yang didominasi teologi atau faham keagamaan Asy'ariah,
fiqih Syaf iyah dan tasawuf al-Gazali. Shalawat gembrung yang sarat
dengan nilai-nilai tasawuf diperlukan karena ia berurusan dengan
rasa, dan rasa yang halus melahirkan tindakan yang mengandung
aspek seni atau estetika yang bemafaskan Islam. Msi integratif dalam
shalawat gembrung yang memadukan nilai tauhid, syari'ah, nilaiakhlak dan nilai estetika, membuktikan bahwa seni gembrung me-
ngandung tiga unsur: benar, baik dan indah.
Lagu yang dimainkan dalam pagelaran Shalawat Gembrung
menurut pemain gembrung biasanya berkisar pada me trum (wa7an
si'ir, timbangan syai wtwk dtlnaguknt): lagukinanti, dandangula, nijildatammwuknw-yang bias digunakan dalam langgam Jawa. Menuruthasil penelitian lagu yang ber-metrum dandangula, mijil, maupunasmarand,ana, tidak ditemukan dalam naskah gembrung yang ada.
Namun hanya metrum kinanti ada di beberapa syair pada halaman 5.
Metrum Linanti dalam syair shalawat gembrung tersebut disebut olehpengarangnya dengan metrum "Sekar Mahangsi Langun Lagu Lilo".t8
ENaskah gembrung pada hal. 6-7, 16. b€risikan materi tentang rukun Islam danrukun lman.
blEntang turunnya perintah shalat kepada Rasulullah pada waktu lsro' Mi'roj, didalam syair ada dialog antara Muhammad dengan Nabi Musa. Lihat pada lampiran NaskahGembrung, hal.8.
IrMisalnyasyairgembrungyangberisikanajatantasawufpadalbid.5,lihatpula
lampirannaskah 9,10, I1,12, 13,14.
Gunging umat den mituhu. Ing ngilmu kawan perkawis.
Kang dhihin ngilmu syarengat, ngilmu thoriqot ping kalih.Hakel,at ngilmr ping tigo, Ma'nfat r.1il'lut krlaltg tLsJb.
ts Dalam Naskah lainnya yang dinrlis dengan hurufArab latin Oqgcrr) , naskah Anonin\Shalavtot Kuaman Nabi, Kebonsari, Geger, Madiun, t.th.
Kodifikasia, volume 3 No. 'l Tahun 2009
1401 Mambaul Ngadhimah, dkk.
Sementara itu jenis metrum-metrum lainnya dalam naskah shalawatgembrung disebutkan antara lain seperti:1. Sekar Mahangsi Langun Lagu Lilo2. Sekar Serdul Vager Gito3. Sekar Guriso Lagu Allah4. Sekar Hangsun Lagu Alon5. Sekar Maduretno Lagu Rendeg
6. Sekar Sumelang
7. Sekar Asto Gungsul lagu Berni8. Sekar Sumali Citro Lagu Kombor9. Sekar mangkar Lagu Angkup10. Sekar Jangkrik Genggong, dan sebagainya.
Melihat kenyataan di atas, rupanya pengarang lagu ShalawatGembrung mengadopsi metrum lagu lcinanri yang biasa dipakai masya-rakat Jawa baik dari kalangan priyay idan abongm, namun demikianada upaya kreatifitas untuk memberi metrum yang khas dan unikserta bercirikan gembrung sebagai seni yang bernafaskan Islam. De-ngan demikian integrasi dalam metrum syair dan lagu gembrung lebihdominan wama Islam-Jawa, daripada metrum lagu yang biasa dipakaidalam syair lagu dalam budaya Jawa pada umumnya.
Bentuk integrasi Islam.Jawa pada pagelaran gembrung ini bisadilihat dari busana yang dipakai. Pada tahun 1900-1970-an pakaianyang dikenakan pemain gembrung berwarna hitam dengan kainsarung atau celana komprang berwarna hitam dan sebagian pemainmemakai blankon dikepalanya. Mengapa memakai warna hitamJHal ini dilakukan sebagai bentuk adaptasi dengan budaya Jawa, dimana biasanya seorang seniman memakai baju hitam. Dalam mitologiIslamJawa juga tumbuh keyakinan bahwa Sunan Kalijaga salah satu
anggota Wali Sembilan dan seniman kawakan yang merintis integrasiseni Islam-Jawa juga mempunyai kebiasaan memakaibaju berwarnahitam.
Dalam budaya Islam dan Jawa keselamatan dan ketenrramanatau harmoni hanya bisa dicapai manusia dengan cara memper-banyak berdo'a pada Tirhan dengan ritual-ritual, memperbanyak
Kodifikasia, volume 3 No. 1 Tahun 2OO9
Kelestarian Shalawat Gembrungan 1141
lakon seperti puasa, tidak tidur, berzikir' Di Jawa ada kepercayaan
bahwa seseorang yang berkeinginan untuk meningkatkan spiritua-
litas dirinya harus mau memperbany aklakttirakat atau puasa semen-
tara di malam hari harus membiasakan berjaga atau mengurangi
tidur. Shalawat gembrung sebagai media dakwah sekaligus media
untuk meningkatkan spiritualitas subjek (pemain) dan objek (penik-
mat seni), dengan semalam suntuk melaksanakan pagelaran berarti
memperbanyak mele'an atau tidak tidur sebagai sarana latihan spiri-
tual bentuk tirakat, prihatin dan mujahadah serta untuk menjaga
keamanan. Budaya Jawa yang menjunjung tinggi nilai spiritualitas
dan ajaran Islam dalam mengekspresikan dan melatih diri melalui
mujahadah, rialat, riayadhoh guna mendekatkan diri kepada Allah
Swt. melalui membaca shalawat gembrungan.
Dari sisi bentuk apresiasi masyarakat yang merespon secara
positifpagelaran gembrung di era 1990 ke bawah, merupakan bukti
tah*a seni shalawat gembrung merupakan salah satu dari sekian banyak
jenis kesenian rakyat yang mampu memberikan hiburan sekaligus
mempunyai nilai lbadah (religius). Dengan biaya yang relatif murah
atau bemilai ekonomis dan merakyat gembrung bisa ditanggap rakyat
bawah, menengah dan atas. Shalawat gembrung juga menjadi iden-
titas musik santri, dan bentuk ta'd.him santri kepada Kyainya dengan
melestarikan gembrung sebagai kegemaran Kyainya' Dengan terus
melestarikannya berarci regenerasi pemain gembrung menjadi lestari
dan melegenda dan ada kebanggaan tersendiri bagi pemain dan
penikmat gembrung sebagai santri atau Muslim karena bisa meles-
tarikan kesenian tradisional khas Islam.
5. Pola yang Dipertahankan dalam Shalawat Gembrungan
Kesenian tradisional Shalarvat Gembrungan terbentuk dalam pola
kesejajaran antara budaya Islam dan budaya Jawa dalam tujuan,
syair, lagu dan alat musik. Semangat pesan dalam syair gembrung sarat
dengan pesan penting ajaran Islam. Naskah gembrung mengalami
proses adaptasi dengan budaya lokal dalam hal ini bahasa Jawa, Sha-
iawat Nabi yang awalnya disusun dalambahasa Arab diterjemahkan
ke dalambahasa LatinJawa. Syair gembtung dikemas dalam bentuk
Kodifikasia, volume 3 No. 1 Tahun 2009
1421 Mambaul Nsadhimah, dkk.
fiagmen, ada proses dialog antar tokoh untuk menegaskan penting-nya pesan Islam, pola_semacam ini diadopsi dari kesenianwayangdalam budaya Jawa. '
_ Alat musik gembrung merupakan hasil adaptasi alat musik seni
tradisional Jawa gamelan dengan mengadopsi kendang dan tim_plung dipadu padankan dengan alat musik terbang besar aiau disebutgembrung (sebagai hasil adaptasi seni musik Islam-Tiongkok).Perpaduan alat musik Jawa-Islam dalam gembrung mengindikasikanadanya kesejajaran penggunaan alat musikJawa dan Islam, sehinggamenghasilkan wama musik yang khas dan bisa membangkitkansemangat kecintaan pada Islam.
Dalam budayaJawa untuk membentuk manusia yang sempumadi mata Tirhan harus melalui pelatihan spiritual yang terlelanyrtan,misalnya dengan tirakat atau puasadan memperbany akmele'an atautidak tidur di malam hari. Melalui pencapaian spiritualitas ini diha-rapkan manusia mencapai derajat yang tinggi di hadapan Ti:han,hatinya menjadi tr,,ening dan tenteram. Demikian pula dalam tradisisufi atau esoterisme Islam, pelatihan spiritual melalui puasa, mem-perbanyak rialat, riyadhah dan rrnrjahalah dengan memperbanyakmembaca al-Qur'an atau Shalawat sangat ditekankan untuk mendekat_kan diri kepada Allah Swt. dengan mencapai derajar yang tinggi disisi Tirhan atau dimensi transendental.
C. Faktor Pendukung Dan penghambat Kelestarian ShalawatGembrung
1. Faktor Internal Pendukung Kelestarian Shalawat Gem.brungan
Pertama, motivasi religius merupakan aspek yang paling menonjoldi antara faktor pendukung bagi eksistensi paguyubanbemb.rngSakti ini. Motivasi religius bagi anggota grup gembrung ini berartibahwa bersholawat ala gembrungan adalah tuntutan dan perintahagama Islam untuk mencintai Nabi Muhammad SA\[ dan me_nyampaikan pesan-pesan dan misi-misi keislaman yang terekspresi-kan dalam keseluruhan naskah Gembrung Sakti. menyangkut aspek-
Kodifikasia, volume 3 No. I Tahun 2009
Kelestaian Shalawat Gembrungan 1143
aspek teologis, syari'ah (hukum Islam) , dan tasawuf atau mistisme
Islam. Kedua, manusia pada dasarnya dan secara naluriah atau
menurut instinknya menyukai hal-hal yan! indah atau keindahan
(estetika). Harmoni yang dihasilkan dari bunyi-bunyian yang dari
aransemen dan dipadukan dengan irama-irama lagu khas metrum(wa7an syi'ir) gembrungan ini. Kesulitan-kesulijan irama nada lagu
yang mereka sebut ngelik $awa: angel tur cilil) terasa bagi mereka
sebagai kepuasaan tersendirijika berhasil mereka lantunkan. Ket(a,
nilai ekonomis sebagai hasil sampingan dari pementasan atau
pagelaran seni gembrungan. Keempd[, para anggota paguyupan GS
akan merasa bangga jika seni jenis ini terekspos lewat pertunjukan
maupun atas undangan para pengundang. Kebanggaan ini muncul
sebagai hasil dari kenyataan bahwa seni ienis ini bagi mereka adalah
seninya kaum santri. Kenyataan ini didukung oleh fakta bahwa
seni ini memang khas dan dikreasikan oleh kaum santri. Identitas
mereka adalah kaum santri yang bangga dengan identitasnya sebagai
pewaris atau pelestari seni ini yang di masa lalu uis-uis berhadapan
dengan kelompok lapisan masyarakat Jawa yang lain, yakni kaumpriyayi dan kaum abdngdnyangmemiliki jenis keseniannya tersendiri
atau berbeda dari kaum santri. Kelrna, keberadaan Shalawat Cembrung
hingga saat ini, didukung dengan adanya peranan Bapak Abadi sebagai
pemimpin dalam mempersatukan atau mengorganisasikan para
anggotanya atau chmismatic author ity,
2. Faktor Eksternal Pendukung Kelestarian ShalawatGembrungan
Pertama, gembrung merupakan kesenian rakyat yang murah. Hal
ini terkait dengan masih adanya semangat gotong royong, rasa ke-
setiakawanan yang ada di masyarakat pedesaan pada umumnya.
Kedua,bagipenikmat gembrung atau orang yang tertarik menang-
gap Shalawat Gembrung mempunyai motivasi keagamaan (bentuk
kesadaran religius). Dengan menanggap gembrung merupakan salah
satu bentuk kecintaan kepada Rasulullah Saw. dan merupakan do'a
semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Beliau
beserta sahabat dan umamya, khu susnya shohibul hajdt. Ketigd, ada
Kodifikasia, volume 3 No. 'l Tahun 2009
1441 Uambaul Ngadhimah, dkk.
rasa bangga dengan menanggap gembrung, oleh karenanya berartimarsnguri.uri tradisi adhiluhung nenek moyang (rornantisme hisroru) .
Tindakan ini merupakan bentuk tanggap sosial untuk mau meles-tarikan kesenian tradisional Islam .Keempat, ketertarikan beberapainstitusi pendidikan seperti UII Madiun, dan atau lembaga pemerin-tah untuk menyelenggarakan festival Gembrung sesara berkalamaupun aksidental, merupakan salah satu upaya untuk melestarikankesenian tradisional shalawat Gembrung. Selain itu juga dukungankemudahan perizinan untuk pementasan seni gembrung oleh aparatpemerintah terkait.
3. Faktor Internal Penghambat Kelestarian ShalawatGembrungan
Pertama, proses regenerasi atau pewarisan pemain gembrung yangtidak terencana menyebabkan kelanjutan paguyuban gembrungsakti belum menentu. Ditandai dengan lemahnya sumber dayamanusia (SDM) kesempatan untuk memperkenalkan dan men-sosialisasikan serta melestarikan seni gembrung sangat minim sekali.Pasalnya, untuk memperkenalkan seni gembrung kepada anak mudasekarang sangat sulit, karena mereka tidak tertarik dengan musikgembrung yang tradisional dan tidak mengalami perkembanganimprofisasi. Anak-anak muda lebih menyukai jenis hiburan musikmodem yang bisa diaransemen ulang dan diimprofisasi. Jika keseniangembrung ini ingin dibumikan kembali atau di eksistensikan kembalimengalami kesulitan dari sisi tenaga pengajar. Karena faktor kesibuk-an dan berbagai tugas keseharian, belum ada orang yang berinisiatifuntuk mau mengajarkan gembrung secara berkala atau reguler.
Keduc, naskah shalawat gembrung sulit untuk dipahami, kare-na disusun dalam bahasa Jawa latin (menurut dialognya kemung-kinan besar disusun zaman kerajaan Mataram). Kesulitan dalam me-mahami suLstansi materi naskah ini salah satu sebab pendengar musikgembrung enggan mendengarkan (menurut sebagian masyarakatmendengarkan gembrung menyebabkan mengantuk).
Ketiga, tidak ada upaya unruk mengaransemen ulang musikgembrung sebagaimana bisa dilakukan pada musik modern. Hal ini
Kodifikasia, volume 3 No. 'l Tahun 2009
Kelestarian Shalawat Gembrungan 1145
menjadi sebab tampilan musik gembrung terkesan monoton dan kuno.
faktor penghambat dari sisi tekstual berhadapan dengan struktur danpenyajian Gembrung; terutama desain gerak, lataq musik dan tatabusana, yang masih berkesan tradisional dan kurang memperhatikansegi estetis. Dan kesulitan pengadaan alat musik gembrung sepertiterbang, timplung dan kendang karena tidak dapar dijumpai dipasar-an, kalau pun ada orang yang menjual itu pun biasanya karena tidakada lagi generasi yang mau meneruskan kesenian tradisional ini.Pengadaan alat musik gembrung biasanya harus berangkat dari ini-siatifsendiri (kelompok) dengan cara membuat alat tersebut sendiriatau bersama-sama kelompok.
4. Faktor Eksternal Penghambat Kelestarian Shalawat Gem.brungan
Pertama, tidak ada dukungan dari pemerintah terkait untuk me-lestarikan kesenian tradisional Shalawat Gembrung. Yakni tidakada upaya pemerintah untuk sosialisasi gembrung, berupa promosi-promosi, pagelaran, ataupun segala bentuk ekspose kepada masyara-
kat umum. Kedua, apresiasi masyarakat semakin berkurang, karenasemakin banyak pilihan jenis hiburan rakyat yang notabene keseni-an modern.Dewasa ini banyak sekali hiburan-hiburan yang dinik-mati oleh masyaraakat yang merupakan hiburan dad adopsian dariluar. Sehingga untuk memperkenalkan kesenian ini, mungkin mas ya-
rakat akan menganggap kesenian gembrung ini adalah kesenian yang
istilahnya kuno. Sehingga masyarakat lebih memilih hiburan- hiburanyang sedang trend saat ini.
D. Sistem Pewarisan Shalawat Gembrung
Perkembangan beragam seni tradisional sampai modern di ling-kungan global ini, merupakan realitas yang harus dihadapi olehsemua jenis kesenian yang ada di Indonesia, termasuk keseniantradisional shalawat gembrung. Kader-kader muda semakin jauh dariseni lokalyang bernuansa tradisional, mereka lebih menyukai musikmodern yang lebih beragam dan menarik serta dikemas secara
Kodifikasia, volume 3 No. 1 Tahun 2oo9
146]| Mambaul Ngadhimah, dkk.
artistik. Kenyataan demikian melatarbelakangi tumbuhnya kesa-
daran bagaimana suatu paguyuban seni tetap bisa bertahan dan lestari,
harus bisa beradaptasi dengan tuntutan kebutuhan konsumen seni.
Untuk bisa mewujudkan eksistensinya sebuah kelompok senimanmampu tampil suruive dengan mau mengidentifikasi dan meng-akomodasikan berbagai kebutuhan untuk mempertahankan eksis-
tensinya, salah satunya proses regenerasi.Pewarisan seni lokal bisa terlaksana melalui dua model, pertama:
melalui sistem genealogi atau pewarisan melalui jalur hubungan darahatau keluarga, dan kedua, secara sosial kemasyarakatan di tempattersebut kulturnya mendukung kesuburan seni lokal yang dimaksud.Paguyuban seni gembrung sakti sebagai salah saru kelompok gem-
brung yang berusaha untuk tetap eksis dan survive di tengah per-saingan globali, menyadari bahwa proses regenerasi untuk kelestari-an paguyuban keseniannya belum terencana secara baik dan berke-sinambungan.
Pola (latencl) yang diterapkan dalam proses regenerasi pagu-yuban Shalawat Gembrung Sakti belum terencana, terbukti denganbelum adanya perekrutan anggota baru secara formal.le Meskipunsebagian pemain senior sudah pada meninggal dunia (wafat), tidakada upaya untuk mencari penggantinya. Paguyuban gembrung saktimembuka kesempatan bagi siapa saja (baik dari keluarga maupunorang lain) yang tertarik dan berkeinginan untuk menjadi berga-bung anggota paguyuban Shalawat Gembrung Sakti. Dari sini,sistem regenerasi paguyuban gembrung sakti terjadi secara alami,tidak ada upaya khusus yang dilakukan untuk melestarikan keseniangembrungan kecuali hanya dengan pagelaran secara berkala. Secara
sosiologis keberadaan Gembrung Sakti dari Gotak Klorogan GegerMadiun diuntungkan dengan budaya keberagamaan masyarakatNahdliyyin (tradisional), keberadaan Pondok Pesanrren Gotak de-ngan Masjid Darushalihinnya dan Panti Asuhan "Al-Karimah". Kedua
lembaga pendidikan non-formal ini secara berkelanjutan alami me-
E Wawancara dengan K. Abdul Karim dan Bpk. Abadi dan Bpk. Sahudi tanggal 6Mei 2009.
Kodifikasia/ Volume 3 No. I Tahun 2OO9
Kelestarian Shalawat Gembrungan lt+l
lahirkan generasi-generasi muslim yang menyukai seni yang berna-
faskan Islam, seperti Kompangan, Hadrah, dan Gembrung. Meski'pun tidak ada jaminan, bahwa para generasi muda tersebut mau
melestarika seni Shalawat Gembrung, namun ada upaya untuk mem-
berikan pendidikan kesenian gembrung yang bernafaskan Islam.
Masyarakat Cotak Klorogan yang mayoritas Nahdliyyin secara
kultural menggemari kesenian Islami baik yang modern maupun
tradisional. Membaca shalawat seperti Barzanji, Diba'iyah, Sarafil
Anam menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Masyarakat Kloro-gan beranggapan dengan membaca Shalawat merupakan bentuk
do'a untuk Rasulullah Saw. dan diharapkan syafa'at beliau menyebar
kepada umatnya, serta sebagai bentuk rasa cinta kepada Rasulullah
dan pemenuhan kebutuhan spiritual (kepuasan batin). Tirjuan mulia
fuoal) dalam pembacaan seni shalawat ini adalah salah satu bentuk
kesadaran para santri klorogan untuk tetap melestarikan kesenian
yang berciri khas Islam, termasuk Gembrung. Siapa lagi yang mau
nguri-uri (menjaga kelestariannya) kesenian tradisional Islami shala'
wat gembrung, jika bukan kalangan muslim sendiri. Secara sosial-
budaya masyarakat Gotak Klorogan yang tradisional-agraris sangat
mendukung tumbuh suburnya kesenian yang islami, namun kondisi
zaman yang terus berubah sebagai kelanjutan dari modernisasi juga
berpengaruh kepada kegemaran masyarakat terhadap pola kesenian
yang bernafaskan Islam.
KESIMPULAN
Kajian tentang kelestarian Shalawat Gembrungan ini menyimpul-
kan bahwa: kesenian tradisional Islam hanya akan lestari apabila
mampu mempertahankan tujuan semata-mata untuk mencari kese-
lamatan, ketentraman dan keharmonisan hidup disertai dengan ke-
mampuan beradaptasi dalam syair, alat musik, lagu dan modelpagelarannya didukung oleh apresiasi masyarakat dan aparat terkaitserta kelangsungan regenerasi secara alami dan terencana.
Kodifikasia, Volume 3 No. 1 Tahun 2009
1481 Mambaul Nsadhimah, dkk.
DAFTARPUSTAKA
Ade, Yusnita dkk. Rudat Muthra Budaya yng Tersembunyi, dalamhttp. //elanj umalistik.blogspot.comZ@8/06/rudat.htnV. diaksespada tanggal 02 Januari 2009.
Anonim. Ktab Slwlawat Kuanwn Nabi Muhannud. Sarp. Gem-brungan Korogan, Geger, Madiun, (t.ttp.: t.th.).
Drewes, G.\ J. 1977. Directirms for Trauellers on The Mystb path,
Zakariyla al-Araaris Knb Fath al.Raltman and its IndaesiunAdoptations with an Appenlix an Palembang mantscipts anlalors. The Hague-Nijhoff: Verhandelingen van Her KoninlijkInstituut voor Taal, Land and Volkenkunde.
Moleong, Lexy J. 1998. Meadobgi Penelitian ldtaktatif, Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Nasikun. 1984. Sisrem Sosiellnlcrnesia. Rajawali Press: Jakarta.Parsons, Glcott. 1990. "Prologomena to a Theory of Social Institu-
tions", American Srrciological Reuieu. 1955:319 -333.Parsons, Talcott, and Shils, Edward A. (eds.). 1951.'liward a Genero)
'[bu1 of Actbn. Cambridge, Mass.: Hardvard University Press.futzer, George & Douglas J. Goodman, Modern S ocblogicalTheorl,
terj. Alimandan, ?ori Sosbb$Modem,Jakarta: IGncana, 2004.Rocher, Guy. 1975, Talcott Parsons anL American Sociology, New
York: Barnes and Noble.
Kodifikasia. v.,t,rme 3 N6 1 T,h,'h 2oos