Upload
besta-indonesia
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRATIKUM
KELISTRIKAN PERTANIAN
(Rangkaian LDR)
Oleh :
Kelompok : 3 /Shift 5
Hari,Tanggal Pratikum : Senin, 27 Oktober
2014
Nama : Putri Mertza
Untari
NPM : 240110120025
Asisten : 1. Frans Jeckson
2. Daud Septian
3. Rahmad D
4.
Fahmi Azmi
5.
Wahyuning Liyana D
LABORATORIUM INSTRUMEN DAN ELEKTRONIKA
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMENINDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
LDR merupakan salah satu jenis resistor yang
hambatannya akan berubah sesuai pengaruh cahayanya.
Karena hal inilah LDR dimanfaatkan sebagai sensor
cahaya dengan memanfaatkan kepekaan terhadapa perubahan
cahaya untuk mengoptimalkan penggunaan energi listrik.
Oleh karena itu pratikum mengenai rangkaian LDR
ini sangat diperlukan agar para mahasiswa dapat belajar
mengenai pengukuran tahanan dan arus pada rangkaian
LDR. Selain itu pratikum ini juga sangat bermanfaat
bagi mahasiswa untuk mengetahui ilmu dasar dari
pembuatan sensor khusunya sensor cahaya.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya pratikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Pratikan dapat mengukur tegangan yang terjadi pada
rangkaian seri
2. Pratikan dapat menghitung tahan yang terjadi pada
rangkaian sensor cahaya
3. Pratikan dapat menghitung arus yang mengalir pada
rangkaian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LDR
2.1.1 Pengertian LDR
LDR (Light Dependent Resistor), ialah jenis resistor
yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya. Bila
cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan
cahayanya terang nilainya menjadi semakin kecil.
LDR (Light Dependent Resistor) adalah jenis resistor
yang biasa digunakan sebagai detector cahaya atau
pengukur besaran konversi cahaya. Light Dependent
Resistor, terdiri dari sebuah cakram semikonduktor yang
mempunyai dua buah elekrtroda pada permukaannya.
Resistansi LDR berubah seiring dengan perubahan
intensitas cahaya yang mengenainya. Dalam keadaan gelap
resistansi LDR sekitar 10 M dan dalam keadaan terang
sebesar 1 k atau kurang. LDR terbuat dari bahan
semikonduktor seperti cadmium sulfide. Dengan bahan ini
energy dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak
muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat.
Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan.
LDR digunakan untuk mengubah energy cahaya menjadi
energy listrik. Saklar cahaya otomatis dan alarm
pencuri adalah beberapa contoh alat yang menggunakan
LDR. Akan tetapi karena responnya terhadap cahaya cukup
lambat, LDR tidak digunakan pada situasi di mana
intensitas cahaya berubah secara drastis. Sensor ini
akan berubah nilai hambatannya apabila ada perubahan
tingkat kecerahan cahaya.
2.1.2 Prinsip Kerja
Pada saat gelap atau cahaya redup, bahan dari
cakram tersebut menghasilkan elektron bebas dengan
jumlah yang relative kecil. Sehingga hanya ada sedikit
elektron untuk mengangkut muatan elektrit. Artinya pada
saat cahaya redup, LDR menjadi konduktor yang buruk,
atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang
besar pada saat gelap atau cahaya redup.
Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron
yang lepas dari atom bahan semikonduktor tersebut.
Sehingga akan lebih banyak elektron untuk mengangkut
muatan elektrit. Artinya pada saat cahaya terang, LDR
menjadi konduktor yang baik, atau bisa disebut juga LDR
memiliki resistansi kecil pada saat cahaya terang.
Penerapan laindari sensor LDR ini ialah alarm Pencuri.
Misalnya untuk rangkaian system alarm cahaya
(menggunakan LDR) yang aktif ketika terdapat cahaya.
Ketika kita akan mengatur kepekaan LDR (Light Dependent
Resistor) dalam suatu rangkaian maka kita perlu
menggunakan potensiometer. Kita atur letaknya agar
ketika mendapat cahaya maka buzzer atau bell akan
berbunyi dan ketika tidak mendapat cahaya maka buzzer
atau bell tidak akan berbunyi.
Gambar 1. LDR
2.2 Resistor
Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang
didesain untuk mengatur tegangan listrik dan arus
listrik, dengan resistansi tertentu (tahanan) dapat
memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya,
nilai tegangan terhadap resistansi berbanding dengan
arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm:
Resistor digunakan sebagai bagian dari rangkaian
elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah
satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor
dapat dibuat dari bermacam-maca kompon dan film, bahkan
kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan
resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari resistor
adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat
dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien
suhu, derau listrik (noise), dan induktansi.
Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit
hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit
terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain
sirkuit, kebutuhan daya resistor harus cukup dan
disesuaikan dengan kebutuhan arus rangkaian agar tidak
terbakar.
2.2.1 Kontruksi
Komposisi Karbon
Resistor komposisi karbon terdiri dari sebuah
unsur resistif berbentuk tabung dengan kawat atau
tutup logam pada kedua ujungnya. Badan resistor
dilindungi dengan cat atau plastik. Resistor
komposisi karbon lawas mempunyai badan yang tidak
terisolasi, kawat penghubung dililitkan disekitar
ujung unsur resistif dan kemudian disolder. Resistor
yang sudah jadi dicat dengan kode warna sesuai
dengan nilai resistansinya.
Unsur resistif dibuat dari campuran serbuk karbon
dan bahan isolator
(biasanya keramik). Resin digunakan untuk melekatkan
campuran. Resistansinya ditentukan oleh perbandingan
dari serbuk karbon dengan bahan isolator. Resistor
komposisi karbon sering digunakan sebelum tahun
1970-an, tetapi sekarang tidak terlalu populer
karena resistor jenis lain mempunyai karakteristik
yang lebih baik, seperti toleransi, kemandirian
terhadap tegangan (resistor komposisi karbon berubah
resistansinya jika dikenai tegangan lebih), dan
kemandirian terhadap tekanan/regangan. Selain itu,
jika resistor menjadi lembab, panas solder dapat
mengakibatkan perubahan resistansi dan resistor jadi
rusak.
Walaupun begitu, resistor ini sangat reliabel jika
tidak pernah diberikan tegangan lebih ataupun panas
lebih. Resistor ini masih diproduksi, tetapi relatif
cukup mahal. Resistansinya berkisar antara beberapa
miliohm hingga 22 MOhm.
Film Karbon
Selapis film karbon diendapkan pada selapis
substrat isolator, dan potongan memilin dibuat untuk
membentuk jalur resistif panjang dan sempit. Dengan
mengubah lebar potongan jalur, ditambah dengan
resistivitas karbon (antara 9 hingga 40 µΩ-cm) dapat
memberikan resistansi yang lebar. Resistor film
karbon memberikan rating daya antara 1/6 W hingga 5
W pada 70 °C. Resistansi tersedia antara 1 ohm
hingga 10 MOhm. Resistor film karbon dapat bekerja
pada suhu di antara -55 °C hingga 155 °C. Ini
mempunyai tegangan kerja maksimum 200 hingga 600 v.
Film Logam
Unsur resistif utama dari resistor foil adalah
sebuah foil logam paduan khusus setebal beberapa
mikrometer.
Resistor foil merupakan resistor dengan presisi dan
stabilitas terbaik. Salah satu parameter penting
yang memengaruhi stabilitas adalah koefisien
temperatur dari resistansi (TCR). TCR dari resistor
foil sangat rendah. Resistor foil ultra presisi
mempunyai TCR sebesar 0.14ppm/°C, toleransi ±0.005%,
stabilitas jangka panjang 25ppm/tahun, 50ppm/3
tahun, stabilitas beban 0.03%/2000 jam, EMF kalor
0.1μvolt/°C, desah -42dB, koefisien tegangan
0.1ppm/V, induktansi 0.08μH, kapasitansi 0.5pF
2.2.2 Penandaan Resistor
Resistor aksial biasanya menggunakan pola pita
warna untuk menunjukkan resistansi. Resistor pasang-
permukaan ditandas secara numerik jika cukup besar
untuk dapat ditandai, biasanya resistor ukuran kecil
yang sekarang digunakan terlalu kecil untuk dapat
ditandai. Kemasan biasanya cokelat muda, cokelat, biru,
atau hijau, walaupun begitu warna lain juga mungkin,
seperti merah tua atau abu-abu.
Resistor awal abad ke-20 biasanya tidak diisolasi,
dan dicelupkan ke cat untuk menutupi seluruh badan
untuk pengkodean warna. Warna kedua diberikan pada
salah satu ujung, dan sebuah titik (atau pita) warna di
tengah memberikan digit ketiga. Aturannya adalah
"badan, ujung, titik" memberikan urutan dua digit
resistansi dan pengali desimal. Toleransi dasarnya
adalah ±20%. Resistor dengan toleransi yang lebih rapat
menggunakan warna perak (±10%) atau emas (±5%) pada
ujung lainnya.
Identifikasi Empat Pita
Identifikasi empat pita adalah skema kode warna
yang paling sering digunakan. Ini terdiri dari empat
pita warna yang dicetak mengelilingi badan resistor.
Dua pita pertama merupakan informasi dua digit harga
resistansi, pita ketiga merupakan faktor pengali
(jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit
resistansi) dan pita keempat merupakan toleransi harga
resistansi. Kadang-kadang terdapat pita kelima yang
menunjukkan koefisien suhu, tetapi ini harus dibedakan
dengan sistem lima warna sejati yang menggunakan tiga
digit resistansi.
Sebagai contoh, hijau-biru-kuning-merah adalah 56
x 104Ω = 560 kΩ ± 2%. Deskripsi yang lebih mudah
adalah: pita pertama, hijau, mempunyai harga 5 dan pita
kedua, biru, mempunyai harga 6, dan keduanya dihitung
sebagai 56. Pita ketiga,kuning, mempunyai harga 104,
yang menambahkan empat nol di belakang 56, sedangkan
pita keempat, merah, merupakan kode untuk toleransi ±
2%, memberikan nilai 560.000Ω pada keakuratan ± 2%.
Tabel 1. Kode Warna pada Resistor
Warna Pitapertama
Pitakedua
Pitaketiga(pengal
i)
Pitakeempat
(toleransi)
Pita kelima(koefisien
suhu)
Hitam 0 0 × 100
Cokelat 1 1 ×101 ± 1% (F) 100 ppm
Merah 2 2 × 102 ± 2% (G) 50 ppm
Jingga (oranye) 3 3 × 103 15 ppm
Kuning 4 4 × 104 25 ppm
Hijau 5 5 × 105 ± 0.5% (D)
Biru 6 6 × 106 ± 0.25% (C)
Ungu 7 7 × 107 ± 0.1% (B)
Abu-abu 8 8 × 108 ± 0.05% (A)
Putih 9 9 × 109
Emas × 10-1 ± 5% (J)
Perak × 10-2 ± 10% (K)
Kosong± 20% (M)
Identifikasi Lima Pita
Identifikasi lima pita digunakan pada resistor
presisi (toleransi 1%, 0.5%, 0.25%, 0.1%), untuk
memberikan harga resistansi ketiga. Tiga pita pertama
menunjukkan harga resistansi, pita keempat adalah
pengali, dan yang kelima adalah toleransi. Resistor
lima pita dengan pita keempat berwarna emas atau perak
kadang-kadang diabaikan, biasanya pada resistor lawas
atau penggunaan khusus. Pita keempat adalah toleransi
dan yang kelima adalah koefisien suhu.
Resistor Pasang-Permukaan
Resistor pasang-permukaan dicetak dengan harga
numerik dengan kode yang mirip dengan kondensator
kecil. Resistor toleransi standar ditandai dengan kode
tiga digit, dua pertama menunjukkan dua angka pertama
resistansi dan angka ketiga menunjukkan pengali (jumlah
nol). Contoh:
"334
"
= 33 × 10.000 ohm =
330 KOhm
"222
"
= 22 × 100 ohm = 2,2
KOhm
"473
"
= 47 × 1,000 ohm = 47
KOhm
"105
"
= 10 × 100,000 ohm = 1
MOhmResistansi kurang dari 100 ohm ditulis: 100, 220, 470.
Contoh:
"100
"
= 10 × 1 ohm =
10 ohm
"220
"
= 22 × 1 ohm =
22 ohmKadang-kadang harga-harga tersebut ditulis "10" atau
"22" untuk mencegah kebingungan.
Resistansi kurang dari 10 ohm menggunakan 'R' untuk
menunjukkan letak titik desimal. Contoh:
"4R7"= 4.7
ohm
"0R22
"
= 0.22
ohm
"0R01
"
= 0.01
ohm
Resistor presisi ditandai dengan kode empat digit.
Dimana tiga digit pertama menunjukkan harga resistansi
dan digit keempat adalah pengali. Contoh:
"1001
"
= 100 × 10 ohm = 1
kohm
"4992
"
= 499 × 100 ohm =
49,9 kohm
"1000
"
= 100 × 1 ohm = 100
ohm"000" dan "0000" kadang-kadang muncul bebagai harga
untuk resistor nol ohm
Resistor pasang-permukaan saat ini biasanya terlalu
kecil untuk ditandai.
2.3 Multimeter
Multimeter atau multitester adalah alat
pengukur listrik yang sering dikenal sebagai VOM (Volt-
Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter),
hambatan (ohm-meter), maupun arus (amperemeter). Ada
dua kategori multimeter: multimeter digital
atau DMM(digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih
akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog.
Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC,
maupun listrik DC.
Sebuah multimeter merupakan perangkat genggam yang
berguna untuk menemukan kesalahan dan pekerjaan
lapangan, maupun perangkat yang dapat mengukur dengan
derajat ketepatan yang sangat tinggi.
Bedasarkan hasil ukurnya multimeter ini dibedakan
menjadi 2 kategori atau jenis ,yaitu : multimeter
digital dan multimeter analog.
Multimeter analog, yaitu multimeter yang pembacaan
hasil ukurnya menggunakan penunjuk jarum. Sedangkan
multimeter digital, yaitu multimeter yang pembacaan
hasil ukurnya berupa digit angka. Masing-masing
multimeter ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada
multimeter digital mempunyai akurasi hasil ukur yang
tinggi bila dibandingkan dengan multimeter analog. Tapi
kekurangan pada multimeter digital adalah sulit untuk
memonitor tegangan yang bergerak naik – turun. Jadi
untuk mengukur tegangan yang tidak stabil menggunakan
multimeter analog lebih baik daripada multimeter
digital.
Berikut ini gambar multimeter digital dan multimeter
analog.
Gambar 2. Multitester Analog
Cara membaca hasil ukur untuk multimeter digital
memang sangat mudah karena pembacaan hasil ukur yang
keluar pada multimeter digital berbentuk angka atau
digit. Sedangkan untuk pembacaan hasil ukur multimeter
analog bisa dikatakan sedikit sulit bila dibandingkan
dengan multimeter digital karena perlu adanya
perhitungan dari hasil ukur yang ditunjukkan oleh jarum
penunjuk. Oleh karena itu saya akan membahas sedikit
tentang cara membaca multimeter analog di artikel kali
ini. Dan rumus yang dipakai untuk mengetahui hasil ukur
pada multimeter analog adalah sebagai berikut :
Hasil Ukur = BU/SM X JP
Dimana :
BU = Batas Ukur
SM = Skala Maksimum
JP = Jarum Penunjuk
Gambar 3. Cara Membaca Alat Ukur Listrik Analog
Sekarang katakanlah kita mau mengecek tegangan
stopkontak dirumah kita. Apakah dalam kondisi baik atau
tidak. Atau anda ingin mengetahui tegangan di
stopkontak itu benar-benar 220V atau tidak. Maka yang
perlu anda lakukan adalah memutar selector switch
multitester pada batas ukur 250VAC, lalu mencolokkan
probe multitester ke stop kontak dengan hati-hati. Awas
terjadi kejutan listrik karena tegangan 220V cukup
berbahaya. Lalu lihat hasil angka yang ditunjuk oleh
jarum penunjuk. Untuk saat ini katakanlah stopkontak
anda dalam keadaan baik jadi jika anda membacanya
dengan skala maksimum 250 berarti jarum penunjuk akan
menunjukan angka 220. Dan hasil ukurnya adalah batas
ukur dibagi skala maksimum lalu hasilnya dikalikan
angka yang ditunjuk jarum penunjuk, jadi hasilnya
adalah (250/250).220 = 220V.... katakanlah anda
membacanya dengan skala maksimum 50 maka anda melihat
jarum penunjuknya juga harus berubah bukan 220 lagi
tapi 44 maka hasilnya juga akan sama saja yaitu
(250/50).44 = 220V.
Penting untuk diingat dalam pengukuran:
1. Batas ukur harus lebih tinggi dari pada
hasil yang diukur nantinya untuk menghindari hasil
over yang bisa merusak multimeter.
2. Dalam memulai pengukuran dengan
multimeter analog, posisi jarum penunjuk harus
menunjukkan angka 0 atau tak terhingga bila dalam
pengukuran ohm. Ini dilakukan agar di dapat hasil
pengukuran yang akurat. Bila jarum tidak
menunjukkan angka nol anda bisa mensettingnya dengan
memutar knob pengatur hingga jarum menunjuk ke nol.
3. Jangan mengukur tahanan atau ohm suatu
komponen dalam keadaan bertegangan listrik karena ini
bisa merusak multimeter.
4. Berhati-hatilah dalam melakukan
pengukuran. Selalu lakukan sesuai prosedur yang
benar.
Multitester digital pada saat ini lebih banyak
digunakan karena hasil lebih akurat dan pembcaan lebih
mudah. Pada multi meter digital terdapat sekala ukur
dengan tulisan M (Mega), K (Kilo), m (milli), U
(mikro). Cara menggunakan multimeter digital sama
dengan multitester analog.
BAB III
METEDOLOGI PRATIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum
adalah :
1. Breadboard
2. Kabel penghubung
3. Multimeter
4. Baterei
5. Sensor Cahaya (LDR)
6. Sumber cahaya
7. Resistor dengan tahanan 1 KΩ
8. Resistor dengan tahanan 10 KΩ
9. Resistor dengan tahanan 100 KΩ
3.2 Prosedur Pratikum
1. Mengukur tahan LDR
- Mengukur tahanan LDR pada keadaan cahaya terang,
normal dan redup dengan menggunakan multimeter
2. Mengukur arus pada rangkaian LDR
- Pasang komponen resistor 1 KΩ
- Siapkan sumber tegangan DC lalu hubungkan dengan
rangkaian
- Ukur dengan multimeter arus pada keadaaan cahaya
terang, normal, dan redup
- Ulangi percoabaaan diatas dengan memakai resistor
10 KΩ dan 100 KΩ
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil
Pengukuran Tahanan LDR
Keterang
an
I II III Rata-
rataTerang 0,73 0,38 0,46 0,523Sedang 6,59 5,48 7,05 6,373Gelap 134 127 147 136
Pengukuran Arus
1. Resistor 1 KΩ
Keterang
an
I II III Rata-
rataTerang 3,6 2,49 4,07 3,387Sedang 14,0 19,4 26,7 20,03Gelap 0,2 0,3 0,1 0,22. Resistor 100 KΩ
Keterang
an
I II III Rata-
rataTerang 1,06 1,56 1,35 1,323Sedang 0,17 0,15 0,16 0,16Gelap 0,1 0,4 0,3 0,2673. Resistor 10 KΩ
Keterang
an
I II III Rata-
rataTerang 4,22 3,3 3,2 3,573Sedang 0,22 0,23 0,22 0,223Gelap 1,4 1,7 1,8 1,633
1.2 Pembahasan
Pada pratikum kali ini kita melakukan pengujian
LDR pada kondisi yang berbeda yaitu, kondisi terang,
normal, dan gelap dengan tujuan untuk mengetahui nilai
tahanan LDR serta arus pada rangkaian. LDR merupakan
komponen penghambat arus listrik yang memiliki nilai
resistansi yang dipengaruhi oleh cahaya. Serta terdapat
3 jenis resistor yaitu, 1 kΩ ; 10 KΩ ; 100 KΩ yang
digunakan unruk menukur arus.
Pertama yang kita para pratikan lakukan adalah
mengukur tahanan LDR terlebih dahulu dengan bantuan
multimeter sebanyak tiga kali dengan kondisi cahaya
yang berbeda. Dapat dihasilkan rataan pada kondisi
terang adalah 0,523 KΩ , kondisi normal adalah 6,373 KΩ
dan kondisi gelap 136 KΩ.
Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran arus dengan
resistor yang berbeda-beda. Resistor pertama yang
digunakan adalah resistor 1 KΩ, pada percobaan ini
dapat dihasilkan pada kondisi cahaya terang adalah
3,387 A , pada kondisi normal adalah 20,03 A dan
kondisi gelap 0,2 A. Lalu, pada resistor 100 KΩ pada
percobaan ini dapat dihasilkan pada kondisi cahaya
terang adalah 1,323 A , pada kondisi normal adalah 0,16
A dan kondisi gelap 0,267 A.
Pada resistor 100 KΩ pada percobaan ini dapat
dihasilkan pada kondisi cahaya terang adalah 3,573 A ,
pada kondisi normal adalah 0,223 A dan kondisi gelap
1,633 A. Dari pratikum ini nilai resistansi pada suatu
resistor akan semakin besar seiring berkurangnya
cahaya. Nilai tahanan yang semakin tinggi maka
menghasilkan tegnagan yang semakin besar dan arus yang
semakin kecil.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diberikan pada pratikum kali
ini adalah :
1. LDR merupakan jenis resistor yang nilai
resistansinya dipengaruhi oleh kondisi cahaya pada
lingkungannya
2. Nilai resistansi pada LDR bila semakin terang
cahaya maka nilai resitansinya semakin kecil
begitu juga sebaliknya
3. Besar resistansi mempengaruhi arus
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada pratikum kali ini
adalah :
1. Selalu perhatikan alat pratikum sebelum digunakan.
2. Gunakan alat pratikum dengan hati-hati.
3. Perhatikan cara penggunaan alat pratikum dengan
teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Rivanna. 2013. LDR (Light Dependent Resistor).
Terdapat pada :
http://ilmuinstrumentasi.blogspot.com/2013/03/ldr-
light-dependent-resistor.html (Diakses pada
tanggal 1 November 2014 pukul 23.54 WIB)
Wikipedia.2009.Multimeter. Terdapat pada :
id.wikipedia.org/wiki/Multimeter
(Diakses pada tanggal 19 September 2014 pukul
13.26 WIB)
Dermanto, Trikueni. 2013. Mengenal Multimeter atau Avometer.
Terdapat pada :
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/
2013/09/Mengenal Multimeter.html (Diakses pada
tanggal 19 September 2014 pukul 13.50 WIB)
Zubir,Bidawi. 2013. Cara Menggunakan Multimeter. Terdapat
pada :
http://pecintalistrik.blogspot.com/2013/09/cara-
menggunakan-multimeter-multimeter.html (Diakses
pada tanggal 19 September 2014 pukul 14.15 WIB)
Wikipedia.2014. Resistor. Terdapat pada :
http://id.wikipedia.org/wiki/Resistor
(Diakses pada tanggal 19 September 2014 pukul
14.43 WIB)
LAMPIRAN