Upload
instiperjogja
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FISIKA INDUSTRI
DISUSUN OLEH :
NAMA : ANDREAS KAWAR SEMBIRING B
NIM : 14/17112/THP
JURUSAN : TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
KELOMPOK : V
ACARA V : TERMOKOPEL
CO.ASS : NURLAILA FATMAWATI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANINSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA2015
I. Acara : Termokopel
II. Tanggal : 09 Maret 2015
III. Tujuan
1. Untuk memahami timbulnya gerak energi listrik
yang diakibatkan dari perbedaan suhu.
2. Membuat pengalih ragaman nilai tegangan keluaran
termokopel kebesaran suhu.
3. Mengukur suhu benda
IV. Dasar Teori
Prinsip kerja termokopel berdasar pada sebuah
fenomena fisika yang disebut thermoelectric effect.
Thermoelectric effect merupakan efek yang
berhubungan dengan konversi dari perbedaan
temperatur menjadi tegangan listrik dan sebaliknya.
Penemuan thermoelectric effect merupakan hasil dari
eksperimen tiga ilmuwan yang berbeda, yaitu Thomas
Johann Seebeck (1821) dari Jerman, Jean Charles
Peltier (1834) berkebangsaan Prancis, dan W.
Thompson (1851)yang melanjutkan penemuan Lord
Kelvin tentang arus termal ( Tipler, 1998 )
Penemuan Termokopel pada awal 1820, Thomas
Seebeck mencoba mencari relasi antara kelistrikan
dan panas. Pada tahun 1821 ia menggabungkan dua
kabel konektor dari metal yang berbeda membentuk
sebuah loop rangkaian di mana ujung dari tiap kabel
dari metal beda jenis dihubungkan. Ketika ada
perbedaan temperatur antara kedua sambungan metal,
ternyata rangkaian tersebut dapat membelokkan jarum
kompas (terinduksi medan magnet). Kemudian, ia
menyebutnya thermomagnetic effect. Kemudian seorang
Fisikawan Denmark bernama Oersted mengoreksinya
dengan menamakan efek tersebut thermoelectric
effect, dan percobaannya menghasilkan tegangan
berkisar mikrovolt per Kelvin. Efek ini secara
khusus kemudian disebut Seebeck Effect.
Kemudian Peltier (1834) menemukan keberadaan
panas pada sambungan listrik yang terbuat dari
dua metal berbeda. Efek ini dinamakan sama dengan
namanya. Saat aliran arus listrik melalui
sambungan metal yang terbuat dari Efek tersebut
dikemukakan oleh ahli fisika Thomson, Peltier dan
Seebeck, dalam kaitan matematis.
VAB = (πAB)T2 - (πAB)T1 + A - B)
VAB = beda potensial antara kedua ujung kawat.
(πAB)T = tenaga gerak listrik Peltier pada suhu
T
σAB = konduktivitas chromel (A) dan alumel (B)
Persamaan di atas memperlihatkan bahwa
akan bernilai besar dan mudah diukur bila
atau . dasar inilah yang digunakan untuk
memilih 2 jenis kawat guna membuat termokopel
sebagai alat ukur suhu.
material A dan material B, dihasilkan panas dari
metal A dan diserap oleh metal B searah dengan
aliran arus listrik. Lalu, W. Thompson (1851)
melengkapi penjelasan thermoelectric effect ini
dengan menjelaskan keterkaitan pemanasan dan
pendinginan konduktor arus listrik dengan gradient
temperatur konduktor tersebut.
Fenomena di atas dapat terjadi karena saat salah
satu ujung material konduktor dipanaskan sehingga
temperaturnya lebih tinggi dibandingkan ujung yang
lain, elektron di ujung sisi yang panas memiliki
energi termal yang lebih tinggi dibandingkan
elektron di ujung yang lebih dingin. Elektron
dengan energi ini lebih besar ini kemudian
“menyebar”, sampai di ujung ujung yang lebih
dingin. Namun, kenetralan atom tetap terjaga,
sehingga distribusi elektron ini membentuk muatan
negative pada ujung dingin (keberadaan elektron
yang banyak) dan muatan positif pada ujung yang
panas (karena holes, kekosongan elektron pada
atomnya). Maka sebagai konsekuensinya terbentuk
tegangan elektrostatik yang berhubungan dengan
redistribusi elektron akibat energi termal.
Penjelasan secara kuantum dengan matematika yang
kompleks memang diperlukan untuk memahami gerak
elektron ini, namun secara sederhana dapat
dijabarkan sebagai berikut. Jika ujung suatu logam
dipanaskan maka elektron pada ujung yang dipanaskan
akan memiliki energi yang cukup untuk berpindah
orbit. Perpindahan orbit ini adalah dari ujung yang
dipanaskan menuju ujung yangtidak dipanaskan.
Perpindahan elektron inilah yang mengakibatkan
ujung yang dipanaskan memiliki polaritas yang lebih
positif dibandingkan ujung yang tidak dipanaskan
sehingga peristiwa ini menimbulkan tegangan. Hukum
ini berlaku pada setiap logam yang memiliki ujung
yang berbeda suhu ( Nugroho, 2009 )
Termopower (Thermoelectric Sensitivity, Seebeck
Coefficient), hasil percobaan Seebeck menunjukkan
bahwa jika yang digunakan sebagai konduktor adalah
dua material yang sama, meskipun panjangnya
berbeda, tidak dapat menghasilkan tegangan listrik.
Ini adalah sebuah sifat yang unik dari fenomena
yang ditemukannya. Namun, jika digunakan dua buah
material yang berbeda dengan memvariasikan
perbedaan temperatur di tiap ujungnya,
thermoelectric effect dapat diamati. Ini
menunjukkan tiap material memiliki suatu sifat
sensitivitas terhadap panas yang disebut
thermoelectric sensitivity, thermopower, atau
Seebeck Coefficient (S). Secara matematis:
V12 = S x (TH - TC)
Dimana V12 adalah tegangan listrik antara ujung
panas dengan ujung dingin. Efek Seebeck pada dua
konduktor dengan koefisien Seebeck yang sama. Hal
ini karena ∑ V = Sa x (TH - TC) - Sb x (TC - TH) =
0(karena Sa = Sb).
Nilai koefisien Seebeck (Sa) suatu konduktor
tergantung pada struktur material bahannya. Berarti
jika bahan berbeda maka memiliki Sa yang berbeda
pula. Secara teoritis Sa nilainya konstan, akan
tetapi pada kenyataannya nilanya berubah
tergatntung pada suhu dan struktur molekul bahan.
Dengan teknik rekayasa material dan metalurgi,
perbedaan Seebeck Coefficient antara ujung-ujung
konduktor bisa diperbesar dan menjadi tegangan yang
dapat diamati dan digunakan sebagai salah satu
piranti sensor elektronika. Dalam fabrikasinya,
prinsip dasar ini secara umum dapat diilustrasikan
sebagai berikut:
Tx adalah temperature yang belum diketahui. Tc
adalah temperature pada ujung voltmeter
(diasumsikan sama untuk setiap kabel).Tv adalah
temperature internal dari elemen dalam voltmeter.
Sa adalah koefisien Seebeck dari termokopel untuk
bagian yang terbuat dari material a. Sb adalah
koefisien Seebeck dari termokopel untuk bagian yang
terbuat dari material. Sc adalah koefisien Seebeck
dari kabel yang digunakan untuk pengukuran
tegangan. VTC adalah tegangan yang terukur dari
termokopel dengan kondisi “open” (impedansi
rangkaian tinggi dan arus minimal)
Dengan hukum Kirchoff untuk tegangan, jumlah
dari seluruh tegangan dalam rangkaian loop tertutup
adalah nol. Persamaan kirchoff untuk rangkaian di
atas dapat ditulis sebagai:
[Sa x (TX - TC)] + [Sb x (TC – TV)] + VTC + [Sc x
(TX- TC)] + ……… + [Sb x (TC – TX) = 0
Dengan penyederhanaan didapatkan:
(Sa – Sb) x (TX - TC) = [VTC]
Dimana Sa dan Sb menentukan polaritas VTC,
biasanya ditulis :
(Sa - Sb) = Sab = -Sba.
Dalam standar industri, “ab” digunakan sebagai
tipe termokopel standar yang artinya dibuat dari
material A ( Tipler, 1998).
Termokopel, khususnya yang berbahan chromel -
alumel, biasanya digunakan di laboratorium pada
beragam disiplin ilmu maupun di industri.
Termokopel memberikan keluaran berupa tegangan
listrik yang bertegangan dan memiliki hubungan
linear dengan suhu benda yang diukur. Tegangan
keluaran itu tidak peka terhadap perubahan panjang
kawat, sehingga dapat digunakan untuk mengukur suhu
benda yang letaknya jauh dari pengukur. Selain itu,
dengan keluaran termokopel berupa tegangan maka
hasil ukur suhu dapat ditampilkan secara digital,
drekam di cakram, atau langsung dicetak. Tidak
kalah menariknya, termokopel ini memiliki kawasan
suhu yang lebar, yaitu dari -273 °C sampai dengan
1000 °C
V. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Termokopel Chromel - Alumel : 1 Unit
2. Termometer Batang : 1 Unit
3. Multimeter Digital : 1 Unit
4. Pemanas Bunsen : 1 Unit
5. Statif : 1 Unit
6. Gelas Beker : 2 buah
7. Mancis : 1 buah
8. Dudukan Gelas Beker Dari Asbes: 1 Unit
9. Penyangga Kaki Tiga : 1 Unit
B. Bahan
1. Air : Secukupnya
2. Es batu : Secukupnya
3. Spritus : Secukupnya
VI.CARA KERJA
A. Teoritis1) Menempatkan salah satu ujung (probe)
termokopel chromel-alumel sebut saja sebagai
ujung suhu referensi ( Tr ) pada gelas beker
yang berisi es mulai mencair dan disebut bersuhu
00 C tempat kan probe termokopel yang lain
kedalam gelas beker yang berisi air sebut saja
sebagai ujung ukur.
2) Menghubungkan pangkal termokopel yang lain
dengan voltmeter digital gunakan dalam sekala
milivolt.
3) Memanaskan air digelas beker (Tu) dengan
unit pemanas , berbahan bakar spirtus ,sampai
mendidih.
4) Mencatat pembacaan suhu air thermometer
setiap kenaikan suhu 5o C dan saat itu pula
dicatat tegangan keluaran termokopel oleh
voltmeter. Jika perubahan suhu terlalu cepat
anda dapat pula mencatat suhu dan tegangan
keluaran termokopel setiap penurunan 5oC dari
saat air mendidih dalam keadaan pemanas
dimatikan.
5) Menghubungkan grafik konversi antara suhu
ait (Tu) dengan tegangan keluaran termokopel
(VAB)
6) Mengukur benda lain disekitar anda yang
bersuhu kurang dari suhu air mendidih catatlah
berapa tegangan yang anda ukur ,yang berarti
pula suhu dari benda itu.Apakah alat ukut
tegangan boleh menggunakan multimeter non
digital
B. Skematis
a.Termokope
l
chromel
–alumel
1) Ditempatkan salah
satu ujung (probe)
termokopel chromel-
alumel sebut saja
sebagai ujung suhu
referensi ( Tr )
pada gelas beker
yang berisi es mulai
mencair dan disebut
bersuhu 00 C tempat
kan probe termokopel
yang lain kedalam
gelas beker yang
berisi air sebut
saja sebagai ujung
ukur.
b.
Termomet
er
batang
c. Multimet
er
digital
d. Unit
pemanas
berbahan
bakar
spirtus
2) Dihubungkan pangkal
termokopel yang lain
dengan voltmeter
digital gunakan
dalam sekala
milivolt.
3) Dipanaskan air
digelas beker (Tu)
dengan pemanas ,
berbahan bakar
spirtus ,sampai
mendidih.
4) Dicatat pembacaan
suhu air thermometer
setiap kenaikan suhu
5o C dan saat itu
pula dicatat
tegangan keluaran
termokopel oleh
voltmeter. Jika
perubahan suhu
terlalu cepat anda
dapat pula mencatat
suhu dan tegangan
keluaran termokopel
e. Statif
f. Gelas
Beker.
g. Dudukan
gelas
beker
dari
asbes.
setiap penurunan 5oC
dari saat air
mendidih dalam
keadaan pemanas
dimatikan.
5) Dihubungkan grafik
konversi antara suhu
air (Tu0 dengan
tegangan keluaran
termokopel (VAB).
6) Diukur benda lain
disekitar anda yang
bersuhu kurang dari
suhu air mendidih
catatlah berapa
tegangan yang anda
ukur ,yang berarti
pula suhu dari benda
itu.Apakah alat ukut
tegangan boleh
menggunakan
multimeter non
digital?
VII. HASIL PENGAMATAN
A.Hasilpengamatan.
1. Tabel hasil pengamatan padasaatpenaikansuhu .
No Suhu (Co) Tegangan (V)
1 30 0,1 x 10-3
2 35 10,8 x 10-3
3 40 1,0 x 10-3
4 45 1,2 x 10-3
5 50 1,8 x 10-3
6 55 2,1 x 10-3
7 60 2,2 x 10-3
8 65 2,2 x 10-3
9 70 2,5 x 10-3
10 75 2,7 x 10-3
∑ 525 16,6 x 10-3
2. Tabel hasil pengamatan
padasaatpenurunansuhu.
No Suhu (Co) Tegangan (V)
1 75 2,7 x 10-3
2 70 2,5 x 10-3
3 65 2,3 x 10-3
4 60 2,0 x 10-3
5 55 1,9 x 10-3
6 50 1,5 x 10-3
7 45 1,4 x 10-3
8 40 1,2 x 10-3
9 35 0,9 x 10-3
10 30 0,8 x 10-3
∑ 525 17,2 x 10-3
B. Hasil Perhitungan.
1.Tabel hasil pengamatan pada saat kenaikansuhu
No Xn Xn-X Xn-X Xn-X 2
1. 0,1.10-3 -
1,56.10-
3
1,56.10-
3
2,4336.10-6
2. 0,8.10-3 -
0,86.10-
3
0,86.10-
3
0,7396.10-6
3. 1,0.10-3 -
0,66.10-
3
0,66.10-
3
0,4356.10-6
4. 1,2.10-3 -
0,46.10-
3
0,46.10-
3
0,2116.10-6
5. 1,8.10-3 -
0,14.10-
3
0,14.10-
3
0,0196.10-6
6. 2,1.10-3 -
0,44.10-
3
0,44.10-
3
0,1936.10-6
7. 2,2.10-3 -
0,54.10-
3
0,54.10-
3
0,2916.10-6
8. 2,2.10-3 - 0,54.10- 0,2916.10-6
0,54.10-
3
3
9. 2,5.10-3 -
0,84.10-
3
0,84.10-
3
0,7056.10-6
10. 2,7.10-3 -
1,04.10-
3
1,04.10-
3
0,0816.10-6
∑ 16,6.10-3 0 7,08.10-
3
6,404.10-6
a. Nilai rata-rata (
= Xn∑ = 16,6 x 10-3= 1,66 x10-3
n 10
b. Deviasi rata-rata (a)
a = = 7,08 x10-3 = 0,708 x10-3
n 10
c. Deviasi standar (s)
s = = = 0,8435 x 10-3
d. Deviasi rata-rata relatif (A)
A = x 100 % = x 100 % = 42,652
%
e. Deviasi standar relatif (S)
S = x 100 % = x 100 % = 50,813
%
f. Hasil pengukuran ( + a)
+ a = 1,66x 10-3+ 0,708x 10-3= 2,368 x 10-3
- a = 1,66x 10-3– + 0,708x 10-3= 0,952 x
10-3
g. Ketelitian
100%-A = 100% - (42,051) % = 57,349 %
2. Tabel hasil pengamatan padasaat
penurunansuhu .
No Xn Xn-X Xn-X Xn-X 2
1. 2,7.10-3 0,98.10-3 0,98.10-3
0,9604.1
0-6
2. 2,5.10-3 0,78.10-3 0,78.10-3
0,6884.1
0-6
3. 2,3.10-3 0,58.10-3 0,58.10-3
0,3364.1
0-6
4. 2,0.10-3 0,28.10-3 0,28.10-3
0,0784.1
0-6
5. 1,9.10-3 0,18.10-3 0,18.10-3
0,0324.1
0-6
6. 1,5.10-3 - 0,22.10 0,484.10
0,22.10-3 -3 -6
7. 1,4.10-3 -
0,32.10-3
0,32.10-3
0,1024.1
0-6
8. 1,2.10-3 -
0,52.10-3
0,52.10-3
0,2704.1
0-6
9. 0,9.10-3 -
0,82.10-3
0,82.10-3
0,6724.1
0-6
10. 0,8.10-3 -
0,92.10-3
0,92.10-3
0,8464.1
0-6
∑ 17,2.10-3 0 5,6.10-3 3,956.10-6
a. Nilai rata-rata ( ):
= = = 1,72 x 10 -3
b. Deviasi rata-rata (a):
a = = = 0,56 x 10-3
c. Deviasi standar (s)
s = = = 0,6629 x 10-3
d. Deviasi rata-rata relatif (A)
A = x 100 % = x 100 % = 32,5501
%
e. Deviasi standar relatif (S)
S = x 100 % = x 100 % =
38,,5501 %
f. Hasil pengukuran( + a) :
+ a = 1,72x10-3+ 0,56 x10-3 = 2,28 x10-3
– a = 1,72x10-3– 0,56 x10-3 = 1,6 x10-3g
Ketelitian
100 % - A = 100% - (38,3837) % = 67,4418 %
VIII. Pembahasan
Termokopel secara sederhana merupakan
perpaduan antara dua logam yang berbeda jenis,
yang persambungan (kopel) kedua logam diberikan
pengkondisian suhu yang berbeda (panas dan
dingin). Setting alat untuk melakukan kalibrasi
termokopel yaitu, misal kita sebut saja logam X
dan logam Y merupakan bahan logam pada termokopel.
Ujung logam X dan Y disambung dan ujung-ujung yang
lain dihubungkan ke alat ukur listrik dan
dimasukkan ke dalam kondisi suhu dingin (X, dan
untuk ujung yang dikopel ditempatkan pada kondisi
suhu panas (Y).
Termokopel dapat mengukur temperatur dalam
jangkauan suhu yang cukup luas dengan batas
kesalahan pengukuran kurang dari 1⁰ C. Termokopel
terdiri dari 2 jenis kawat logam konduktor yang
digabung pada ujungnya sebagai ujung pengukuran.
Konduktor ini kemudian akan mengalami gradiasi
suhu dan dari perbedaan suhu antara ujung
termokopel/ujung pengukuran dengan ujung kedua
kawat logam konduktor yang terpisah akan
menghasilkan tegangan listrik.
Bila salah satu ujung termokopel ditempatkan
pada gelas beker yang berisi es yang sedang
mencair dan ujung yang lainnya ditempatkan pada
gelas beker yang berisi air mendidih atau air
panas yang dipanaskan dengan unit pemanas berbahan
bakar spritus, maka termokopel akan menghasilkan
suatu tegangan yang dapat dilihat nilainya dengan
menggunakan multimeter digital.
Dari pengamatan tersebut suhu naik adalah suhu
awal 300C tegangannya sebesar 0,1 x 10-3 Volt ,pada
suhu 350C tegangannya sebesar 0,8 x 10-3 , pada
suhu 400C tegangan sebesar 1,0 x 10-3,pada suhu
450C tegangannya sebesar 1,2 x 10-3, pada suhu 500C 1,8 x 10-3,pada suhu ke 550C tegangan sebesar
2,1 x 10-3,pada suhu ke 60 tegangan sebesar 2,2 x
10-3pada suhu ke 650C tegangan sebesar 2,2 x 10 -3
pada suhu ke 700C tegangan sebesar 2,5 x 10-3 dan
pada akhir 750C adalah 16,6 x 10-3. Pada penurunan
suhu hal yang sama juga terjadi. Suhu awalnya pada
750C adalah 2,7 x 10-3 Volt pada suhu ke 700C
tegangan sebesar 2,5 x 10-3 pada suhu 650C tegangan
sebesar 2,3 x 10-3 pada suhu ke 600C tegangan
sebesar 2,0 x 10-3 pada suhu 550C tegangan sebesar
1,9 x 10-3 pada suhu ke 500C tegangan sebesar 1,5 x
10-3 pada suhu 450C tegangan sebesar 1,4 x 10-3 pada
suhu 400C adalah 1,2 x 10-3 V pada suhu 35 0C
tegangan sebesar 0,9 x 10-3dan pada akhirnya suhu
300C tegangan sebesar 0,8 x 10-3.. Perubahan
voltase pun sama antara kenaikan dan penurunan
suhu.
Dari pengamatan kenaikan suhu, didapat hasil
yan meliputi harga rata rata yaitu 3,03 x 10-3,
deviasi rata – rata yaitu 0,88 x 10-3 , deviasi
standar yaitu 1,09 x 10-3, deviasi fraksional
yaitu 35,97 %, deviasi rerata yaitu 29,04 %,
ketelitian yaitu 70,96 %. Dari pengamatan
penurunan suhu, didapat hasil yang meliputi harga
rata- rata yaitu 2,8 x 10-3 deviasi rata – rata
yaitu 0,96 x 10-3, deviasi standar yaitu 1,15 x 10-
3, deviasi fraksional yaitu 41,07 %, deviasi
rerata 34,29 %, Ketelitian yaitu 65,71 %..
Dari hasil pengamatan tersebut, praktikan
dapat menyimpulkan bahwa setiap kenaikan suhu yang
terjadi mengakibatkan kenaikan tegangan. Tetapi,
setiap penurunan suhu, akan mengakibatkan
menurunnya nilai tegangan. Oleh sebab itu, untuk
mendapatkan penurunan dan kenaikan suhu yang
tepat, pengamat harus bersabar, berkonsentrasi
serta karja sama dalam kelompok sangat di butuhkan
dalam memperhatikan alat dan bahan yang
digunakan, yaitu es yang mencair dan air yang
panas, agar mendapat hasil yang baik.
XI. Kesimpulan
Dari praktikum termokopel yang telah
dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Termokopel adalah sensor suhu yang banyak
digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam
benda menjadi perubahan tegangan listrik
(voltase).
2. Termokopel bisa di manfaatkan menjadi pembangkit
listrik tenaga panas radio isotop, digunakan
sebagai pengaman pada alat alat
pemanas,digunakan untuk termopile radiasi.
3. Termokopel secara sederhana merupakan perpaduan
antara dua logam yang berbeda jenis, yang
persambungan (kopel) kedua logam diberikan
pengkondisian suhu yang berbeda (panas dan
dingin).
4. Dari pengamatan kenaikan suhu, didapat hasil yan
meliputi harga rata rata yaitu 3,03 x 10-3,
deviasi rata – rata yaitu 0,88 x 10-3 , deviasi
standar yaitu 1,09 x 10-3, deviasi fraksional
yaitu 35,97 %, deviasi rerata yaitu 29,04 %,
ketelitian yaitu 70,96 %.
5. Dari pengamatan penurunan suhu, didapat hasil
yang meliputi harga rata- rata yaitu 2,8 x 10-3
deviasi rata – rata yaitu 0,96 x 10-3, deviasi
standar yaitu 1,15 x 10-3, deviasi fraksional
yaitu 41,07 %, deviasi rerata 34,29 %, Ketelitian
yaitu 65,71 %.
6. Dari grafik dapat dilihat bahwa setiap kenaikan
suhu yang terjadi mengakibatkan kenaikan
tegangan. Tetapi, setiap penurunan suhu, akan
mengakibatkan menurunnya nilai tegangan.
7. Praktikum gagal dilaksanakan dikarenakan alat-
alat pada saat praktikum tidak memadai salah
satunya rusaknya multimeter digital,tidak ada
satupun multimeter yang dapat digunakan di
laboratorium fisika.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Buku Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. InstitutPertanian Stiper.Yogyakarta.
Nugroho Djoko, 2009 . Mandiri Fisika Untuk SMA Kelas 3 .Erlangga. Jakarta.
Purwadi dkk, 2000. Panduan Praktikum Fisika Dasar FMIPAUGM. Yogyakarta.