Upload
unsri
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBANDINGAN
IP ADDRESS V.4 dan V.6
Disusun Oleh :
AGUNG YUNAS SETIAWAN
(09021381320047)
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Misi awal Internet adalah sebagai jaringan komunikasi non-profit. Pada awalnya,
Internet didesain tanpa memperhatikan dunia bisnis. Kemudian hal ini menjadi masalah
sekarang dan di masa depan. Dengan semakin banyaknya penghuni Internet, baik pencari
informasi maupun penyedia informasi, maka kebutuhan akan pengalamatan di Internet
makin membengkak. Kebutuhan besar akan IP address biasanya terjadi di jaringan komputer
perusahaan dan LAN-LAN di lembaga pendidikan.
IP address sebagai sarana pengalamatan di Internet semakin menjadi barang mewah
dan ekslusif. Tidak sembarang orang sekarang ini bisa mendapatkan IP address yang valid
dengan mudah. Oleh karena itulah dibutuhkan suatu mekanisme yang dapat menghemat IP
address. Logika sederhana untuk penghematan IP address ialah dengan meng-share suatu
nomor IP address valid ke beberapa client IP lainnya. Atau dengan kata lain beberapa
komputer bisa mengakses Internet walau kita hanya memiliki satu IP address yang valid.
Salah satu Mekanisme itu disediakan oleh Network Address Translation (NAT).
Protokol internet pertama kali dirancang awal tahun 1980-an. Pada saat itu hanya
digunakan untuk menghubungkan beberapa node saja dan tidak diprediksikan akan tumbuh
secara global seperti sekarang ini. Pada awal tahun 1990-an mulai disadari bahwa internet
mulai tumbuh ke seluruh dunia dengan pesat, pada saat itu juga orang-orang mulai
menyadari cepat atau lambat alamat IPv4 yang sebesar 32 bit akan semakin terbatas dan
sulit didapatkan pada masa-masa mendatang, selain itu internet sekarang ini mulai
melewatkan aplikasi multimedia, sehingga ada beberapa masalah timbul pada traffic
internet seperti masalah priority, bottleneck, dsbnya. Solusi untuk mengatasi keterbatasan
alamat IPv4 ini adalah penggunaan NAT (Network Address Translation) dan CIDR (classes
interdomain routing). Kedua digunakan dalam rangka penggunaan alamat IP secara hemat
dan efisien. Namun solusi seperti NAT tidaklah menyelesaikan persoalan secara utuh. Ada
beberapa hambatan muncul bila menggunakan NAT, seperti kesulitan pada aplikasi VoIP,
kesulitan pada aplikasi IPSec, lalu lintas Muticast yang tidak dapat melewati NAT, dan NAT
itu sendiri sebagai single failure box dimana bila mesin penyedia NAT rusak maka semua
koneksi client dengan internet menjadi terputus.
Alasan utama untuk mulai beralih ke IPv6 adalah terbatasnya ruang pengalamatan.
Padamasa sekarang ini bukan komputer saja yang terhubung ke internet namun peralatan
sehari-hari seperti telepon seluler, smartphone, PDA, home appliances, dan sebagainya juga
terhubungkan ke internet, dapatkan anda bayangkan seberapa banyak alamat IP yang
dibutuhkan untuk menghubungkan semua itu ke internet. Diperkirakan pada 1 sampai 7
tahun kedepan merupakan masa transisi dari IPv4 ke IPv6. Secara eksplisit berdasarkan
kesepakatan IETF memang tidak ada tanggal pasti kapan umur IPv4 akan berakhir, namun
masa transisi dari IPv4 ke IPv6 merupakan proses yang bertahap dan selama transisi harus
ada jaminan bahwa proses tersebut tidak mengganggu aktifitas internet.
Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar lebih mengetahui mengenai teknologi IP versi
6 (IPV6) di dalam dunia jaringan. Tulisan ini juga bertujuan untuk menunjukkan hubungan
IPV6 ini dengan teknologi terkait seperti dunia bisnis, game, voip dan mengetahui transisi
antara ipV4 dengan ipV6.
Manfaat
- Mengerti akan perbandingan ip address v.4 dan ip address v.6 dalam hal range
alamat, pengalamatan yang efisien dan konfigurasi antar ip v4 dan ip v6 serta
kemanannya.
- Memberi pemahaman terhadap transisi antara ipV4 dengan ipV6
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Koneksi
Pada dasarnya pengertian interkoneksi adalah adannya keterhubungan antara satu
objek dengan objek yang lain sehingga terjadi komunikasi. Menurut Kamus Komputer
karangan Jack Febrian pengertian dari Koneksi atau connection adalah “Link antara dua
entiti. Koneksi dapat terjadi antara host, antara program-program yang berjalan atas host,
serta antara program yang berjalan atas host yang sama (di antara entiti-entiti pada lapisan
jaringan berbeda).”
Transmission Control Protocol/Internet Protokol (TCP/IP)
Protokol Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TPC/IP) merupakan
protokol yang didesain untuk melakukan fungsi-fungsi komunikasi data pada jaringan
komputer yang masing-masing protokol bertanggung jawab atas bagian-bagian tertentu dari
komunikasi data. Sehingga dengan demikian tugas masing-masing protokol lebih jelas dan
sederhana, protokol yang satu tidak perlu mengetahui cara kerja protokol yang lain selama
protokol tersebut masih dapat saling melakukan proses mengirim dan menerima data.
Pengertian protokol sendiri dalam Kamus Komputer yang dikarang oleh Jack Febrian
adalah “Merupakan kumpulan dari aturan-aturan yang berhubungan dengan komunikasi
data antara alat-alat komunikasi supaya komunikasi data dapat dilakukan dengan benar.”
Sedangkan Internet protokol dapat dikatakan sebagai identitas dari pemakai
internet, sehingga antara satu alamat dengan alamat yang lain tidak boleh sama. Namun
sesungguhnya alamat IP tersebut bukan merujuk kepada komputer, karena yang menjadi
identitas sebuah komputer pada jaringan merupakan alamat yang dipasangkan pada sebuah
Interface atau Ethernet Card yang ada pada komputer. Sehingga ini menyebabkan jika
terdapat 2 (dua) interfaces / ethernet dalam satu komputer, maka diperlukan dua buah
alamat yang berbeda untuk masing-masing Card. Jika disimpulkan protocol TCP/IP adalah
salah satu jeni protocol yang memungkinkan kumpulan komputer untuk berkomunikasi
dengan suatu standar yang telah ditentukan. Protokol TCP/IP ini menjadi fleksibel dan dapat
di implementasikan dengan mudah di berbagai platform komputer dan interface jaringan,
karena sebagian besar protokol ini tidak spesifik terhadap satu jenis komputer dan interface
jaringan. Sekumpulan protokol TPC/IP dimodelkan dalam empat Layer/Lapisan TPC/IP.
TCP/IP terdiri atas empat lapis kumpulan protol yang bertingkat. Keempat lapisan tersebut
adalah :
1. Network interface Layer, pada model OSI dapat merupakan gabungan dari layer-layer
Physical, dan Data Link . Lapisan ini bertanggung jawab mengirim dan menerima data
ke/dari media fisik. Media fisik dapat berupa kabel, serat optic, atau gelombang radio,
sehingga lapisan ini harus mampu menerjemahkan sinyal listrik menjadi data digital yang
dimengerti computer, yang berasal dari komputer lain.
2. Internet Layer, pada mode OSI sama dengan Network Layer. Protokol pada lapisan ini
bertanggung jawab dalam proses pengiriman data ke alamat yang tepat.
3. Transport Layer, protokol di lapisan ini bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi
antar dua komputer. Protokol tersebut adalah TCP (Transmission Control Protocol) dan
UDP (User Datagram Protocol).
4. Application Layer, sama dengan model OSI, untuk session layer dan presentation layer
karena dirasa tidak diperlukan kembali / manfaatnya sedikit maka keduanya tidak
dipakai lagi. pada lapisan ini terletak semua aplikasi atau protocol-protokol tingkat tinggi
yang menggunakan protocol TCP/IP.
Dalam TCP/IP, terjadi penyampaian data dari protokol yang berbeda pada Lapisan yang lain.
Jika suatu protokol menerima data dari protokol lain di Layer atasnya, protokol tersebut
akan menambahkan informasi tambahan miliknya ke data tersebut. Informasi ini memiliki
fungsi yang sesuai dengan fungsi protokol tersebut. Setelah itu, data ini diteruskan lagi ke
protokol pada Layer dibawahnya. Hal sebaliknya terjadi jika suatu protokol menerima data
dari protokol lain yang berada di bawahnya. Jika data ini dianggap valid, maka protokol akan
melepas data tambahan tersebut, untuk kemudian meneruskan data ke protokol lain yang
berada pada Layer di atasnya.
Keunggulan TCP/IP :
Open Protokol Standard
Independent terhadap perangkat keras komputer, system operasi, dll. Ideal untuk
menyatukan mesin-mesin dengan perangkat keras dan lunak yang berbeda
walaupun tidak terhubung ke internet.
Tidak tergantung pada perangkat keras jaringan tertentu, sehingga TCP/IP cocok
untuk berbagai macam jaringan, misal Ethernet ,ring, dial-up,line, x-25 dan lain-
lain.
Cara Pengalamatan bersama
Memungkinkan device TCP/IP mengidentifikasi secara unik device yang lain di
seluruh jaringan walaupun ia merupakan jaringan global (dunia).
Protokol level tinggi yang distandarkan untuk konsistensi sehingga menyediakan servis user
yang luas.
Internet Protokol Versi 4 (IPv4)
Pada awal perkembangan internet digunakan IPv4 yang penggunaanya masih
dirasakan sampai sekarang. Alamat IPv4 merupakan sistem pengalamatan pada jaringan
yang direpresentesikan dengan sederetan angaka berupa kombinasi 4 (empat) deret
bilangan antara nol sampai dengan 255 (dua ratus lima puluh lima).
Pada awalnya IPv4 merupakan bilangan 32 bit yang terbagi menjadi empat segmen ,
sehingga masing-masing segmen memiliki sederet bilangan biner berjumlah delapan bit yang
masing-masing segmen dipisahkan oleh tanda titik (.). Kemudian dari bilangan biner tersebut
dikonversikan menggunakan bilangan desimal. Akan tetapi dari 32 bit tersebut tidak
semuanya bisa digunakan diantaranya adalah alamat yang isinya hanya angka nol atau satu
(0.0.0.0) karena alamat tersebut digunakan untuk jaringan yang tidak dikenal dan alamat
yang merupakan kombinasi angka 255 semua (255.255.255.255), karena alamat tersebut
digunakan sebagai alamat (Broadcast). Adapun format alamat IPv4 terdiri dari dua bagian,
Network-ID (Net-ID merupakan bagian dari alamat IP yang berfungsi untuk menunjukkan
jaringan tempat komputer berada) dan Host-ID {host-ID merupakan bagian dari alamat IP
yang menunjukkan alamat lokal / komputernya (local, router)}.
IPv4 memiliki kelas masing-masing disesuaikan dengan besar kecilnya Network yang
terpasang, yaitu meliputi Network ID dan Host ID dari suatu IP address. Secara garis besar
dibagi kedalam lima kelas yaitu kelas A, B, C, D dan E , akan tetapi pada kesempatan kali ini
penulis hanya akan memberikan penjelasan tiga kelas IP saja yaitu kelas A, B dan C
sedangkan kelas D dan E digunakan untuk keperluan multicasting dan keperluan
eksperimental.
Kelas A hanya menggunakan octet pertama untuk menunjukan ID jaringan dan
menggunakan tiga octet yang lain untuk menunjukan ID Host. Bit pertama dari oktet
pertama pada kelas ini selalu diset menjadi 0 (Nol). Karena bit pertama selalu diset 0, maka 7
bit sisanya menunjukan ID jaringan. 7 bit ini memungkinkan adanya 127 alamat jaringan
sehingga kelas A mempunyai 126 alamat yang tersedia. 24 bit sisanya disediakan untuk
penggunaan ID Host dari alamat.16.777.214 atau ( 224 ) Host per jaringan. Karena kelas
address ini menyediakan banyak ID Host per jaringan, maka penggunaan kelas A di
peruntukan bagi perusahaan yang membutuhkan penyediaan akses Host dalam jumlah
sangat besar.
Kelas B menggunakan oktet pertama dan kedua untuk menentukan ID jaringan serta
dua oktet berikutnya untuk ID Host. Dua bit pertama dari oktet pertama pada kelas ini selalu
diset menjadi 1-0 ( Satu-Nol ). Karena dua bit pertama diset menjadi 1-0, maka 14 bit sisanya
menunjukan ID jaringan. 14 bit sisanya menyediakan 16.384 alamat jaringan. 16 bit sisanya
digunakan untuk menyediakan ID Host. Kelas B menyediakan 65.534 (216 ) – 2 Host per
jaringan. Kelas B disediakan untuk jaringan berskala menengah sampai besar.
Kelas C menggunakan tiga oktet pertama untuk menentukan ID jaringan, sedangkan
satu oktet sisanya untuk ID Host. Tiga bit pertama dari oktet pertama pada alamat kelas ini
selalu di set menjadi 1-1-0 (satu-satu-nol). Karena tiga bit pertama di set menjadi 1-1-0 maka
21 bit sisanya menunjukan ID jaringan. 21 bit menyediakan 3.097.152 alamat jaringan, 8 bit
sisanya disediakan untuk penggunaan ID Host dari alamat. Tersedia 254 (28 ) – 2 Host per
jaringan. Kelas address diperuntukan bagi jaringan kecil yang hanya memerlukan nomor
Host dalam jumlah terbatas.
Permintaan untuk ruang alamat IPv4 sedikit di bawah tahun 2005, tetapi masih lebih
tinggi dari tahun sebelumnya. APNIC mengalokasikan ruang setara dengan 3,09/8s
(dibandingkan dengan 3,21 pada 2005, 2,58 pada 2004, dan 1,98 pada 2003). Sebaran relatif
ruang alamat IPv4 di wilayah ini relatif stabil selama beberapa tahun, dengan Jepang, Cina,
dan Korea memiliki alokasi yang terbesar.
Internet Protokol Versi 6 (IPv6)
Internet Protokol versi 6 (IPv6) terkadang disebut dengan nama Next Generation
Internet Protocol merupakan protokol dari hasil pengembangan IPv4. penggunaan IPv6 kali
pertama direkomendasikan pada tanggal 25 Juli di Toronto pada saat pertemuan Internet
Engineering Task Force(IETF). Perancangan IPv6 dilatarbelakangi oleh keterbatasan
pengalamatan pada IP versi sebelumnya yaitu IPv4 yang saat ini memiliki panjang 32 bit dan
dirasa tidak dapat menangani seluruh pengguna internet dimasa depan akibat dari
pertumbuhan jaringan khususnya internet. Menurut sebuah situs mengatakan bahwa saat
ini pengunaan IPv4 di jaringan internet mendekati nilai 85% dan jika perkembangan ini terus
berlanjut, akan menyebabkan persediaan IPv4 akan habis pada tahun 2011.
Untuk format penulisan IPv6, address sepanjang 128 bit dibagi ke dalam 8 bagian
masing-masing bagian dikonversi ke 4-digit nomor heksadesimal dan dipisahkan denga
tanda titik-dua( : ) untuk tiap bagian, sedangkan panjang prefix(0-12 dipisahkan dengan
tanda( / ).
IPv6 memiliki beberapa fitur dibandingkan dengan IPv4. adapun fitur yang terdapat
pada IPv6 adalah :
1. Otomatisasi berbagai setting,
Alamat pada IPv4 pada dasarnya statis terhadap host. Biasanya diberikan secara berurut
pada host. Saat ini hal tersebut bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan DHCP
(Dynamic Host Configuration Protocol), tetapi hal tersebut pada IPv4 merupakan fungsi
tambahan saja, sebaliknya pada IPv6 fungsi untuk men-setting secara otomatis disediakan
secara standar . Pada setting otomatis ini terdapat dua cara tergantung dari penggunaan
address, yaitu setting otomatis stateless (tidak perlu menyediakan server untuk pengelolaan
dan pembagian IP address) dan statefull (diperlukan server untuk pengelolaan keadaan IP
address).
2. Format header baru,
Header IPv6 memiliki format baru yang dirancang untuk menjaga overhead header ke nilai
minimum. Hal ini diwujudkan dengan memindahkan field-field opsional dan non-esensial ke
extension header yang ditempatkan setelah header IPv6 itu sendiri. Sehingga membuat lebih
efisien diproses pada router-router perantara.
3. Ruang alamat IP yang besar ,
Alamat IPv6 memiliki ukuran 128 bit, baik alamat sumber maupun alamat tujuan. Meskipun
dengan ukuran 128 bit dapat memberikan peluang kombinasi sebanyak 3,4×1038 , ruang
alamat IPv6 telah dirancang untuk mengizinkan multi-level subnetting dan alokasi alamat
dari suatu backbone Internet ke subnet-subnet individual dalam sebuah organisasi. Dengan
begitu besarnya jumlah alamat yang tersedia, teknik-teknik konversi alamat seperti NAT
menjadi tidak dibutuhkan.
4. Dukungan keamanan yang built-in,
Suite protocol IPv6 memberikan dukungan penuh untuk IPSec. Fitur ini menawarkan solusi
yang reliable untuk keamanan jaringan, dan menjamin interoperability di antara
implementasi-implementasi IPv6 berbeda.
5. Dukungan QoS yang lebih baik,
Field-field baru dalam header IPv6 menetapkan bagaimana trafik-trafik ditangani dan
diidentifikasi sehinggan dukungan QoS mudah diwujudkan.
6. Protokol baru (neighboring node),
Merupakan sebuah seri pesan-pesan internet control message protocol for IPv6 (ICMPv6)
yang berperan mengelola interaksi-interaksi di antara node-node neighbor (neighboring
nodes) atau node-node dalam link yang sama.
7. Ekstensibilitas,
IPv6 dapat mudah memperluas fitur-fitur barunya dengan cara menambahkan header-
header tambahan (extension header) setelah header IPv6 utama. Selain adanya fitur-fitur
baru, IPv6 juga dirancang untuk memperbaiki perbaikan terhadap struktur header pada IPv4,
dimana ada field-field pada IPv4 yang dibuang dan beberapa lainnya digantika dengan field
baru, diantaranya :
1. Header Length
Field Header Length dibuang karena tidak berperan lagi dalam header dengan ukuran
panjang tetap.
2. Identification, Flags, dan Fragment Offset
Field Identification, Flags, dan Fragment Offset (dalam IPv4 header) ketiganya berperan
dalam fragmentasi paket, dimana paket yang dikirimkan dibagi menjadi potongan-potongan
kecil, namun jika ternyata salah satu paket mengalami error, keseluruhan transmisi harus
dibentuk ulang. Pada IPv6, penanganan seperti ini dilakukan host-host dengan mempelajari
dengan mempelajari ukuran Path Maximum Transmission Unit (MTU) melalui prosedur yang
dinamakan Path MTU Discovery.
3. Header Checksum
Field Header Checksum dihapus untuk meningkatkan kecepatan.
4. Type of Service
Field Type of Service digantikan dengan TrafficClass. Field Type of Service ini digunakan untuk
merepresentasikan tipe layanan bersangkutan, reabilitasnya, waktu delay , atau keamanan.
Secara umum karakteristik model pengalamatan pada IPv6 memiliki dasar yang sama
dengan pengalamatan IPv4. Berikut adalah karakteristik model dari pengalamatan dari IPv6:
1. Fungsi inti dari pengalamatan
Dua fungsi utama dari pengalamatan adalah network interface identification dan routing.
Routing merupakan suatu kemudahan untuk melakukan proses struktur dari pengalamatan
pada internework.
2. Pengalamatan Layer jaringan
Pengalamatan IPv6 masih berhubungan satu dengan lainnya dengan network layer pada
jaringan TCP/IP dan langsung dari alamat data link layer.
3. Jumlah pengalamatan IP per device (alat)
Pengalamatan biasanya digunakan untuk menandai perangkat jaringan , sehingga setiap
computer yang terhuung biasanya akan memiliki satu alamat, dan router memiliki lebih dari
satu alamat untuk masing-masing physical Network yang terhubung.
4. Address interpretation and prefix representation
Alamat IPv6 memiliki kesamaan kelas dengan alamat IPv4 dimana masing-masing memiliki
bagian network identifier dan bagian host identifier.
5. Alamat Publik dan Privat
Kedua tipe dari alamat tersebut terdapat pada IPv6, walaupun kedua tipe tersebut di
definisikan dan digunakan untuk keperluan yang berbeda.
Seperti diketahui sebelumnya, IPv6 diciptakan untuk menangani masalah-masalah
yang terdapat pada IP, akan tetapi perubahan dan penambahan pada IPv6 tersebut dibuat
tanpa melakukan perubahan pada inti sebenarnyadari IP itu sendiri. Pengalamatan
merupakan perubahan yang mencolok yang dapat dilihat dari perbedaan antara IPv6 dengan
IPv4, akan tetapi perubahan tersebut merupakan hal bagaimana pengalamatan tersebut
diimplementasikan dan digunakan. Salah satu perubahan penting yang terdapat pada model
pengalamatan dari IPv6 adalah tipe alamat yang didukungnya. Pada IPv4 hanya mendukung
tiga tipe alamat seperti unicat, multicast dan broadcast dengan actual traffic yang paling
banyak digunakan adalah alamat unicast. Pada IPv6 juga memiliki tiga tipe alamat seperti
IPv4 hanya saja dengan beberapa perubahan , yaitu unicast, multicast dan anycast. Selain itu
IPv6 juga memiliki satu tipe alamat lagi yang digunakan untuk keperluan dimasa yang akan
dating yang dinamakan dengan reserved.
1. Alamat Unicast
Alamat ini digunakan untuk komunikasi satu lawan satu dengan menunjuk satu host. Alamat
unicast terbagi menjadi empat bagian yaitu :
a. Alamat Global. Alamat yang digunakan misalnya untuk keperluan alamat geografis.
b. Alamat Link Local adalah alamat yang dipakai dalam satu link.
c. Site Local, yaitu alamat yang setara dengan alamat private, yang dipakai terbatas didalam
site saja. Alamat ini dapat diberikan bebas namun memiliki cirri khas unik didalam site
tersebut serta alamat ini tidak dapat mengirimkan paket dengan tujuan alamat diluar dari
site tersebut.
d. Compatible.
2. Alamat Multicast
Alamat ini digunakan untuk komunikasi satu lawan banyak dengan menunjuk host dari
group. Alamat multicast pada IPv4 didefinisikan sebagai kelas D, sedangkan pada IPv6 ruang
yang 8 bit pertamanya dimulai denga “FF” disediakan untuk alamat multicast.
3. Alamat Anycast
Alamat ini digunakan ketika suatu paket harus dikirimkan ke beberapa anggota dari
grup dan bukan mengirimkan ke seluruh anggota dari grup atau dapat dikatakan menunjuk
host dari group.
Semakin panjang alamat IP maka semakin banyak ruang alamat yang tersedia untuk
pemakainya. Seperti yang telah diketahui bahwa jumlah alamat IPv4 tergolong sangat kecil
untuk mendukung teknologi internet dimasa yang akan datang dimana hal ini merupakan
implikasi dari bagaimana alamat internet tersebut digunakan. Pada IPv4 , alamat IP memiliki
panjang 32 bit yang dibagi menjadi 4 bagian octet yang masing-masing octet terdiri dari
delapan bit. Sehingga jika diasumsikan semua alamat digunakan seluruhnya, maka jumlah
alamat yang tersedia sebanyak 232 atau sama dengan 4.294.967.296 alamat. Berbeda dengan
IPv6 yang menggunakan ukuran sebesar 128 bit yang dibagi menjadi delapan blok 16-bit.
Sama seperti IPv4, jika diasumsikan semua alamat digunakan seluruhnya maka maka jumlah
yang didapat 3,4 x 1038. Perubahan yang lain terdapat pada penulisan alamat IP, dimana
telah diketahui bahwa alamat IPv4 direpresentasikan dalam format dotted-decimal (untuk
gambar lihat pada lampiran).
Untuk IPv6, alamat sebesar 128 bit dibagi kedalam delapan blok 16 bit, dimana
masing-masing blok dikonversi ke empat digit nomor heksadesimal dan dipisahkan dengan
tanda titik dua (“:”) . hasil representasi dinamakan dengan colon-hexadecimal (untuk gambar
lihat pada lampiran)..
Pada pengalamatan IPv6, ada suatu teknik lain yang bisa digunakan untuk
memperpendek penulisan alamat IPv6 setelah melalui notasi heksadesimal. Teknik tersebut
dinamakan kompresi nol (zero compression). Dengan teknik ini dimungkinkan untuk
mengganti bilangan heksadesimal yang merepresentasikan nol kedalam dua karakter titik
dua (“::”).
Tabel. Penggunaan Alternatif Kompresi Nol
Selain dua teknik sebelumnya, terdapat satu teknik lagi yang merupakan salah satu
satu untuk menggabungkan pengalamatan IPv6 seperti terlihat menyerupai pengalamatan
pada IPv4. teknik ini menggabungkan 96 bit pertama dari alamat IPv6 yang menggunakan
notasi heksadesimal serta titik dua dengan 32 bit terakhir yang menggunakan notasi dotted
decimal.
Sebagai contoh dengan menggunakan notasi gabungan, maka alamat IPv6 menjadi
2002:ca78:7801::2002:202.120.120.
Sama halnya dengan kelas alamat IPv4., alamat IPv6 dibagi menjadi jumlah bit
network identifier diikuti dengan jumlah bit host identifier. Prefix pada IPv6 merupakan
sebutan dari network identifier, sedangkan prefix length merupakan banyaknya bit angka
yang digunakan. Prefix biasanya direpresentasikan dengan penambahan karakter garis
miring setelah alamat IPv6. metode tersebut sama digunakan pada penambahan prefix pada
IPv4.
Tahun 2006 merupakan tahun penting bagi IPv6, dengan berakhirnya jaringan
percobaan -bone, penutupan resmi proyek KAME di Jepang, dan berakhirnya layanan
pengembalian DNS ip6.int. Di akhir tahun 2006, ICANN mengumumkan bahwa lembaga itu
telah meratifikasi kebijakan global yang dikembangkan di dalam komunitas RIR untuk
mengubah rincian dari alokasi IPv6 IANA menjadi RIR. Pada tahun 2006, APNIC membuat 41
alokasi IPv6, dengan total 3226 /32. Jepang, Korea, dan Australia merupakan pemegang
jumlah terbesar alamat IPv6 di wilayah ini.
Teori Jaringan Komputer
Pada sub bab ini menjelaskan mengenai teori jaringan komputer beserta sistem
keamanan yang berfokus hanya pada permasalahan yang terkait langsung.
Pengertian Jaringan Komputer
Pada zaman komputer kali pertama diciptakan , komputer masih merupakan barang
yang dinilai sangat mewah , sehingga masih sangat jarang ada lembaga adtau universitas
yang memiliki komputer lebih dari satu buah . Namur dengan berjalannya waktu , komputer
menjadi lebih umum sehingga beberapa lembaga mulai dapat memiliki lebih dari satu
komputer.
Masalah mulai timbul ketika dibutuhkan pertukaran data antara komputer tersebut,
karena pada awalnya pertukaran data dilakukan melalui media tape , disket atau media
lainnya yang dipindahkan dari satu komputer ke komputer lain . Sehingga untuk
memecahkan masalah tersebut diciptakan jaringan yang dapat menghubungkan komputer
dengan komputer lain . Selain masalah pada pertukaran data jaringan komputer dapat
memecahkan masalah komunikasi , dimana manusia dapat saling berkomunikasi satu sama
lain meskipun dalam jarak yang jauh serta masalah pada penggunaan sumber daya secara
bersamaan. Menurut Budi Sutedjo Darma Oetomo, S.Kom., MM pada bukunya yang berjudul
Konsep dan Perancangan Jaringan Komputer menerangkan jaringan komputer adalah :
“sekelompok komputer otonom yang dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan
menggunakaan protokol komunikasi melalui media transmisi atau media komunikasi
sehingga dapat saling berbagi infomasi , program-program, penggunaan bersama
perangkat keras seperti printer , harddisk , dan sebagainya.”
Dengan demikian pengertian jaringan komputer adalah suatu kumpulan atau
beberapa komputer yang dihubungkan sehingga dapat berkomunikasi dan saling bertukar
data dengan waktu yang singkat serta dapat menggunakan sumber daya secara bersama-
sama . Dengan melihat pada pengertian diatas mengenai jaringan komputer , maka dapat
disimpulkan beberapa manfaat dari jaringan komputer :
Jaringan memungkinkan manajemen sumber daya lebih efisien.
Jaringan membantu mempertahankan informasi agar tetap handal dan up to date.
Jaringan memungkinkan penyampaian lebih terpadu.
Jaringan memungkinkan kelompok kerja berkomunikasi lebih efisien.
Keamanan data lebih terjamin.
Menghemat biaya pemeliharaan.
Jenis-Jenis Jaringan Komputer
Dalam membangun suatu jaringan komputer diketahui terdapat beberapa jenis
jaringan yaitu Multicomputer, LAN (Local Area Network) , MAN (Metropolitan Are Network) ,
WAN (Wide Area Network) dan Internet . Untuk tugas akhir ini jenis jaringan yang dipakai
adalah LAN (Local Area Network).
1. Multicomputer
Jenis jaringan ini merupakan system yang berkomunikasi dengan cara mengirim pesan
melalui bus pendek dan sangat cepat.
2. LAN (Local Area Network)
LAN adalah suatu jaringan yang menghubungkan beberapa computer dalam suatu local area.
Pada umumnya digunakan di dalam rumah, perkantoran, perindustrian, universitas atau
akademik, rumah sakit dan daerah yang sejenis. LAN mempunyai ukuran yang terbatas, yang
berarti bahwa waktu transmisi pada keadaan terburuknya terbatas dan dapat diketahui
sebelumnya. Dengan mengetahui keterbatasnnya, menyebabkan adanya kemungkinan
untuk menggunakan jenis desain tertentu. Hal ini juga memudahkan manajemen jaringan.
LAN seringkali menggunakan teknologi transmisi kabel tunggal. Secara garis besar, LAN
adalah sebuah jaringan komunikasi yang :
Bersifat Lokal ( misal, satu gedung atau antar gedung).
Dikontrol oleh satu kekuasaan administrative.
Pengguna dalam sebuah LAN dianggap dapat dipercaya.
Biasanya mempunyai kecepatan yang tinggi dan data dalam semua komputer selalu
di sharing.
3. Metropolitan Area Network (MAN)
Metropolitan Area Network (MAN) pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran
lebih besar dan biasanya memakai teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup
kantor-kantor perusahaan yang berdekatan dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pribadi (swasta) atau umum. MAN biasanya mampu menunjang data dan suara, dan bahkan
dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel. MAN hanya memiliki sebuah atau dua
buah kabel dan tidak mempunyai elemen switching, yang berfungsi untuk mengatur paket
melalui beberapa output kabel. Adanya elemen switching membuat rancangan menjadi
lebih sederhana.
4. Wide Area Network (WAN)
Wide Area Network (WAN) mencakup daerah geografis yang luas, seringkali mencakup
sebuah negara atau benua. WAN terdiri dari kumpulan mesin yang bertujuan untuk
menjalankan program-program aplikasi.
5. Internetwork (Internet)
Banyaknya jaringan di dunia ini, seringkali menggunakan pernagkat keras dan perangkat
lunak yang berbeda-beda . Keinginan kebanyakan orang adalah menggabungkan seluruh
jaringan yang ada di dunia , sehingga kebutuhan komunikasi antar computer akan mudah
dipenuhi. Internet merupakan kumpulan jaringan yang saling terinterkoneksi, jika system
yang dikoneksikan tidak sesuai maka diperlukan mesin gateway untuk keperluan
penterjemah agar paket yang dikirim dapat diterima.
Topologi Jaringan Komputer
Topologi adalah cara menghubungkan komputer yang satu dengan komputer yang
lainnya sehingga membentuk sebuah jaringan. Menurut Kamus Komputer Topologi adalah
“Arsitektur komputer jaringan, atau disebut juga dengan network architecture. Bagaimana
suatu jaringan computer disusun sedemikian rupa sehingga mesin lainnya dapat saling
terhubung satu dengan lainnya”
Terdapat jenis topologi pada jaringan yang masing-masing topologi ini mempunyai ciri khas,
dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri.. Untuk jenis topologi yang dapat digunakan
antara lain
1. Topologi Bus
Topologi bus menggunakan sebuah kabel tunggal dimana seluruh workstation dan server
dihubungkan. Keunggulan topologi ini adalah pengembangan jaringan atau penambahan
workstation baru dapat dilakukan dengan tidak menganggu workstation lain. Sedangkan
kelemahan topologi ini bila terdapat gangguan di sepanjang kabel pusat maka seluruh
jaringan akan ikut mengalami gangguan.
2. Topologi Ring
Di dalam topologi Ring semua workstation dan server dihubungkan sehingga terbentuk
suatu pola lingkaran atau cincin. Tiap workstation ataupun server akan menerima dan
melewatkan informasi dari satu komputer ke komputer lain, bila alamat- alamat yang
dimaksud sesuai maka informasi diterima dan bila tidak informasi akan dilewatkan.
Kelemahan dari topologi ini adalah setiap node dalam jaringan akan selalu ikut serta
mengelola informasi yang dilewatkan dalam jaringan, sehingga bila terdapat gangguan di
suatu node maka seluruh jaringan akan terganggu. Sedangkan keunggulan topologi Ring
adalah tidak terjadinya collision atau tabrakan pengiriman data seperti pada topologi
Bus, karena hanya satu node dapat mengirimkan data pada suatu saat.
3. Topologi Star
Topologi ini meruapakan topologi dimana jaringan menggunakan Kontrol terpusat (Hub),
semua link harus melewati pusat yang menyalurkan data tersebut kesemua simpul atau
client yang dipilihnya. Simpul pusat dinamakan stasiun primer atau server dan lainnya
dinamakan stasiun sekunder atau client server. Setelah hubungan jaringan dimulai oleh
server maka setiap client server sewaktu-waktu dapat menggunakan hubungan jaringan
tersebut tanpa menunggu perintah dari server.
Keuntungan :
Paling fleksibel.
Pemasangan/perubahan stasiun sangat mudah dan tidak mengganggu bagian
jaringan lain.
Kontrol terpusat.
Kemudahan deteksi dan isolasi kesalahan/kerusakan.
Kemudahan pengelolaan jaringan.
Kerugian :
Boros kabel
Perlu penanganan khusus
Model Referensi OSI (Open System Interconnection)
Model referensi OSI merupakan model kerangka kerja yang diterima secara global
bagi pengembangan standar yang lengkap dan terbuka. Model OSI membantu menciptakan
standar terbuka antar system untuk saling berhubungan dan saling berkomunikasi terutama
dalam bidang teknologi informasi.
Model referensi OSI secara konseptual terbagi ke dalam 7 lapisan dimana masing-
masing lapisan memiliki fungsi jaringan yang spesifik. Model ini diciptakan berdasarkan
sebuah proposal yang dibuat oleh The International Standards Organization (ISO) sebagai
langkah awal menuju standarisasi protokol Internasional yang digunakan pada berbagai
Layer .
Model OSI memiliki tujuh Layer. Prinsip-prinsip yang digunakan bagi ketujuh Layer tersebut
adalah :
a. Sebuah Layer harus dibuat bila diperlukan tingkat abstraksi yang berbeda.
b. Setiap Layer harus memiliki fungsi-fungsi tertentu.
c. Fungsi setiap Layer harus dipilih dengan teliti sesuai dengan ketentuan standar protocol
internasional.
d. Batas-batas Layer diusahakan agar meminimalkan aliran informasi yang melewati
interface.
e. Jumlah Layer harus cukup banyak, sehingga fungsi-fungsi yang berbeda tidak perlu
disatukan dalam satu Layer diluar keperluannya. Akan tetapi jumlah Layer juga harus
diusahakan sesedikit mungkin sehingga arsitektur jaringan tidak menjadi sulit dipakai.
Model referensi OSI secara konseptual terbagi ke dalam 7 lapisan dimana masing-masing
lapisan memiliki fungsi jaringan yang spesifik, seperti yang dijelaskan dibawah ini :
1. Physical Layer
Physical Layer berfungsi dalam pengiriman raw bit ke channel komunikasi. Masalah desain
yang harus diperhatikan disini adalah memastikan bahwa bila satu sisi mengirim data 1 bit,
data tersebut harus diterima oleh sisi lainnya sebagai 1 bit juga, dan bukan 0 bit. Secara
umum masalah-masalah desain yang ditemukan di sini berhubungan secara mekanik,
elektrik dan interface prosedural, dan media fisik yang berada di bawah lapisan fisik.
2. Data link Layer
Tugas utama data link Layer adalah sebagai fasilitas transmisi raw data dan mentransformasi
data tersebut ke saluran yang bebas dari kesalahan transmisi. Sebelum diteruskan ke
Network Layer, data link Layer melaksanakan tugas ini dengan memungkinkan pengirim
memecag-mecah data input menjadi sejumlah data frame (biasanya berjumlah ratusan atau
ribuan byte). Kemudian data link Layer mentransmisikan frame tersebut secara berurutan,
dan memproses acknowledgement frame yang dikirim kembali oleh penerima. Masalah-
masalah lainnya yang timbul pada data link Layer (dan juga sebagian besar Layer-Layer di
atasnya) adalah mengusahakan kelancaran proses pengiriman data dari pengirim yang cepat
ke penerima yang lambat. Mekanisme pengaturan lalu-lintas data harus memungkinkan
pengirim mengetahui jumlah ruang buffer yang dimiliki penerima pada suatu saat tertentu.
3. Network Layer
Network Layer berfungsi untuk pengendalian operasi subnet. Masalah desain yang penting
adalah bagaimana caranya menentukan route pengiriman paket dari sumber ke tujuannya.
Bila pada saat yang sama dalam sebuah subnet terdapat terlalu banyak paket, maka ada
kemungkinan paket-paket tersebut tiba pada saat yang bersamaan. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya bottleneck. Pengendalian kemacetan seperti itu juga merupakan
tugas Network Layer. memungkinkan jaringan-jaringan yang berbeda seperti protocol yang
berbeda, pengalamatan dan Arsitektur jaringan yang ber beda untuk saling terinterkoneksi.
4. Transport Layer
Fungsi dasar transport Layer adalah menerima data dari session Layer, memecah data
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil bila perlu, meneruskan data ke Network Layer, dan
menjamin bahwa semua potongan data tersebut bisa tiba di sisi lainnya dengan benar.
Selain itu, semua hal tersebut harus dilaksanakan secara efisien, dan bertujuan dapat
melindungi Layer-Layer bagian atas dari perubahan teknologi hardware yang tidak dapat
dihindari.
5. Session Layer
Session Layer mengijinkan para pengguna untuk menetapkan session dengan pengguna
lainnya. Sebuah session selain memungkinkan transport data biasa, seperti yang dilakukan
oleh transport Layer, juga menyediakan layanan yang istimewa untuk aplikasi-aplikasi
tertentu. Sebuah session digunakan untuk memungkinkan seseorang pengguna log ke
remote timesharing system atau untuk memindahkan file dari satu mesin kemesin lainnya.
6. Presentation Layer
Pressentation Layer melakukan fungsi-fungsi tertentu yang diminta untuk menjamin
penemuan sebuah penyelesaian umum bagi masalah tertentu. Pressentation Layer tidak
mengijinkan pengguna untuk menyelesaikan sendiri suatu masalah. presentation Layer
memperhatikan syntax dan semantik informasi yang dikirimkan contoh layanan
pressentation adalah encoding data.
7. Application Layer
Application Layer memiliki fungsi untuk menentukan terminal virtual jaringan abstrak,
serhingga editor dan program-program lainnya dapat ditulis agar saling bersesuaian. Untuk
menangani setiap jenis terminal, satu bagian software harus ditulis untuk memetakan fungsi
terminal virtual jaringan ke terminal sebenarnya. Fungsi Application Layer lainnya adalah
pemindahan file. Sistem file yang satu dengan yang lainnya memiliki konvensi penamaan
yang berbeda, cara menyatakan baris-baris teks yang berbeda, dan sebagainya. Perpindahan
file dari sebuah sistem ke sistem lainnya yang berbeda memerlukan penanganan untuk
mengatasi adanya ketidak-kompatibelan ini. Tugas appication Layer, seperti pada surat
elektronik, remote job entry, directory lookup, dan berbagai fasilitas bertujuan umum dan
fasilitas bertujuan khusus lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Pertumbuhan internet yang sangat cepat baik di segi pemakai internet di rumah,
perkantoran, sekolah, instansi-instansi maupun perkembangan pesat perangkat
telekomunikasi yang sudah mulai menggabungkan IP ke dalam teknologinya (convergence)
di seluruh dunia telah menyebabkan alamat IPv4 dengan format 32 bit binary yang sudah
digunakan sejak awal keberadaan internet, tidak bisa lagi menampung kebutuhan
pengalamatan internet setelah jangka waktu 20 tahun kedepan atau bahkan lebih cepat dari
itu.
Demikian hasil riset dan perhitungan para pakar dari komunitas terbuka internet (The
Internet Engineering Task Force , IETF) menyebutkan
Dengan hanya 32 bit format address hanya bisa menampung kebutuhan :
32
= 2 IPv4 Address
= 4,294,967,296 IPv4 Address
Bayangkan, penduduk dunia saat ini adalah 6,5 Milyard. Jika nantinya masing2
punya satu komputer, 1 Lapotop (mobile), 1 PDA, 2 Handphone (GSM & CDMA). Lalu setiap
perangkat butuh 1 IP address untuk bisa connected each other. Berapa jumlah IP yang
dibutuhkan untuk taruhlah 3 Milyard penduduk dunia (bahkan dari 4 milyard IP versi 4 ini
tidak keseluruhan bisa dipakai )?
Kekurangan alamat IPv4 ini tentu saja akan membuat perkembangan internet
khususnya komunikasi data akan menjadi terganggu karena tidak ada lagi IPv4 yang bisa
dialokasikan untuk setiap computer, perangkat lain yang akan terkoneksi baik ke internet
maupun antar perangkat.
Langkah antisipasi awal sebenarnya sudah dilakukan dengan teknologi NAT
(Network Address Translation) yang bekerja dengan cara melakukan penterjemahan satu
alamat IPv4 public ke banyak IPv4 private. Sehingga satu alamat IPv4 public bisa
dipergunakan untuk banyak perangkat yang akan terkoneksi ke internet.
Teknologi ini sudah berkembang luas namun memiliki keterbatasan untuk
interkoneksi antar jaringan yang cukup besar dan berbeda kebijakan pengalamatan,
berikutnya kebutuhan gateway untuk penterjemahan alamat, serta keterbatasan
pengembangan protocol internet terutama untuk aplikasi yang langsung terhubung satu
sama lain (peer-to-peer) seperti Peer-to-Peer Games dan VoIP misalnya yang membutuhkan
IPv4 public untuk bisa bekerja dengan baik.
Pada tahun 1992 IETF selaku komunitas terbuka internet membuka diskusi para
pakar untuk mengatasi masalah ini dengan mencari format alamat IP generasi berikutnya
setelah IPv4 (IPng, IP Next Generation) yang kemudian menghasilkan banyak RFC (request
for comments) yakni dokumen stardard yang membahas protocol, program, prosedur serta
konsep internet IPv6. Setelah melalui pembahasan yang panjang, pada tahun 1995
ditetapkan melalui RFC2460 alamat IP versi 6 sebagai IP generasi berikutnya (IPng) pengganti
IP versi 4.
IPv6 ini menggunakan format 128 bit binary sehingga bisa menampung kebutuhan :
128
= 2 IPv6 Address
= 340,282,366,920,938,463,463,374,607,431,768,211,456 IPv6 Address
Pengembangan IPv6 sampai saat ini sudah dilakukan oleh banyak pihak yang ada di
seluruh dunia termasuk Service Provider, Internet Exchange Point, ISP regional, Militer serta
Universitas. Untuk Indonesia sendiri sudah dialokasikan 17 prefix IPv6 untuk berbagai
organisasi, mobile operator, IXP dan ISP. Dan berdasarkan data statistic dari badan
pengembangan dan penyedia tunnel broker SixXS (www.sixxs.net) hingga saat ini yang aktif
hanya 7 prefix dari 7 ISP (indo.net, Indosatnet serta CBN, pesatnet, NTT).
Protokol IPv6 ini memiliki beberapa fitur baru yang merupakan perbaikan dari IPv4,
diantaranya:
• Memiliki format header baru
• Range alamat yang sangat besar
• Pengalamatan secara efisien dan hierarkis serta infrastruktur routing
• Konfigurasi pengalamatan secara stateless dan statefull
• Keamanan
• Dukungan yang lebih baik dalam hal QoS
• Protokol baru untuk interaksi node
• Ekstensibilitas
• Kualitas Layanan
Format Header
Header pada IPv6 memiliki format yang baru yang didesain untuk menjaga agar
overhead header minimum. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan field-field yang
tidak diperlukan serta beberapa field opsional yang ditempatkan setelah header IPv6.
Akan tetapi header pada IPv4 dan IPv6 sama sekali tidak interoperable. IPv6 bukan
merupakan superset dari fungsionalitas yang kompatibel dengan IPv4. Maka itu, suatu host
atau router harus mengimplementasikan kedua protocol IPv4 dan IPv6 agar dapat mengenal
dan memproses format header keduanya. Header IPv6 sendiri besarnya adalah hanya dua
kali dari besar header dari IPv4, meskipun alamat IPv6 empat kali lebih besar dari IPv4 (128
bit vs 32 bit).
Range Alamat
IPv6 memiliki 128-bit atau 16-byte untuk masing-masing alamat IP source dan
destination. Meskipun secara logika 128 bit telah dapat menampung sekitar 3.4 x 1038
kemungkinan kombinasi, tetapi pada IPv6 juga dapat diimplementasikan berbagai level
subnetting dan alokasi alamat dari backbone internet ke subnet individual atau organisasi.
Baru sebagian kecil dari sekian banyak alamat yang dapat dipakai dalam IPv6,
sehingga masih tersedia cukup banyak alamat untuk penggunaan dimasa mendatang.
Dengan tersedianya sedemikian banyak alamat yang dapat digunakan, maka teknik
konservasi alamat seperti NAT tidak lagi diperlukan.
Pengalamatan secara efisien dan hierarkis
Alamat global dari IPv6 yang digunakan pada porsi IPv6 di internet, didesain untuk
menciptakan infrastruktur routing yang efisien, hierarkis, dan mudah dipahami oleh
pengembang. Pada jaringan IPv6, router backbone memiliki table routing yang lebih kecil
berdasarkan infrastruktur ruting dari ISP.
Konfigurasi alamat secara stateless dan stateful
Untuk mempermudah konfigurasi, IPv6 mendukung konfigurasi pengalamatan
secara statefull, seperti konfigurasi alamat menggunakan server DHCP, atau secara stateless
yang tanpa menggunakan server DHCP. Pada konfigurasi kedua, host secara otomatis
mengkonfigurasi dirinya sendiri dengan alamat IPv6 untuk link yang disebut dengan alamat
link-lokal dan alamat yang diturunkan dari prefik yang ditransmisikan oleh router local.
Bahkan, tanpa adanya router sekalipun, host yang berada pada link yang sama dapat secara
otomatis mengkonfigurasi dirinya sendiri dengan alamat link local dan berkomunikasi tanpa
harus mengkonfigurasi secara manual.
Keamanan
Pada IPv4 Walapun dapat dipakai untuk mengamankan jaringan IPv4, header IPsec
adalah fitur pilihan tambahan pada standar IPv4 sedangkan pada IPv6 IPsec berkembang
sejalan dengan IPv6. Header IPsec sudah menjadi fitur wajib pada standar implementasi
IPv6.
Dukungan terhadap IPsec merupakan requirement yang ada pada protocol IPv6 ini.
Requirement ini memberikan dukungan terhadap keamanan jaringan yang diperlukan dan
menawarkan interoperabilitas antara implementasi IPv6 yang berbeda.
Dukungan QoS yang lebih baik
Field baru yang ada pada header IPv6 mendefinisikan bagaimana trafik ditangani dan
diidentifikasi. Identifikasi trafik menggunakan field Flow Label pada header IPv6 yang
memungkinkan router mengidentifikasi dan memberikan perlakuan special terhadap paket
yang ditransmisikan dari source ke , destination. Dikarenakan trafik diidentifikasikan di
header IPv6, maka dukungan QoS dapat tetap diimplementasikan meskipun payload paket
terenkripsi melalui IPsec.
Protokol baru untuk interaksi node
Protokol Neighbor Discovery pada IPv6 merupakan serangkaian pesan Internet
Control Message Protocol untuk IPv6 (ICMPv6) yang memanage interaksi antara node yang
bertetangga untuk node-node yang berada dalam link yang sama. Neighbor Discovery ini
menggantikan Address Resolution Protokol yang berbasis broadcast, ICMPv4 Router
Discovery, dan ICMPv4 Redirect Message dengan multicast dan unicast yang lebih efisien
yaitu Neighbor Discovery.
Ekstensibilitas
IPv6 dapat dengan mudah ditambahkan fitur baru dengan menambahkan header
ekstensi setelah header IPv6. Tidak seperti opsi yang ada pada header IPv4, yang hanya
mendukung 40 byte opsi, ukuran dari header ekstensi IPv6 ini hanya terbatasi oleh ukuran
dari paket IPv6 itu sendiri.
Kualitas Layanan
IPv4 Menggunakan mekanisme best effort tanpa membedakan kebutuhan. IPv6
Menggunakan mekanisme best level of effort hal ini bisa memastikan kualitas layanan.
prioritas pengiriman paket data didasarkan atas kebutuhan tingkat latency tinggi atau
kecepatan tinggi.
Stuktur IPv6
1. Header IPv6 Header IPv6 ini akan selalu ada dengan ukuran yang tetap yaitu 40 bytes.
Header ini merupakan penyederhanaan dari header IPv4 dengan menghilangkan bagian
yang tidak diperlukan atau jarang digunakan dan menambahkan bagian yang menyediakan
dukungan yang lebih bagus untuk komunikasi masa depan yang sebagian besar adalah trafik
real-time. Beberapa perbandingan kunci dari header IPv4 dan IPv6 :
a. Jumlah header field berkurang dari 12 (termasuk option) pada header IPv4
menjadi 8 pada header IPv6.
b. Jumlah header field yang harus diproses oleh router antara (intermediate router)
turun dari 6 menjadi 4 yang membuat proses forwarding paket IPv6 normal
menjadi lebih efisien.
c. Header field yang jarang terpakai seperti fields supporting fragmentation dan
option pada header IPv4 dipindahkan ke extension header IPv6.
d. Ukuran header IPv6 memang bertambah dua kalinya, yaitu dari 20 bytes pada
header minimum IPv4 menjadi tetap sebesar 40 bytes. Namun keuntungannya
adalah header untuk pengalamatan menjadi 4 kali lebih panjang dari IPv4 (dari
32 menjadi 128 bit) yang menyebabkan tersedianya jumlah alamat yang jauh
lebih besar.
2. Extension headers Header dan extension header pada IPv6 ini menggantikan header dan
option pada IPv4. Tidak seperti options pada IPv4, extension headers IPv6 tidak memiliki
ukuran maksimum dan dapat diperluas untuk melayani kebutuhan komunikasi data di IPv6.
Jika pada header IPv4 semua option akan dicek dan diproses jika ada maka pada extension
headers IPv6 hanya ada satu yang harus diproses yaitu Hop-by-Hop Options. Hal ini akan
meningkatkan kecepatan pemrosesan header IPv6 dan meningkatkan kinerja forwarding
paket IPv6. Extension header yang harus didukung oleh setiap titik IPv6 yaitu :
Hop-by-Hop Options header
Destination Options header
Routing header
Fragment header
Authentication header
Encapsulating Security Payload header
3. Protocol Data Unit (PDU) dari layer yang lebih tinggi (upper layer)
Protocol Data Unit (PDU) layer yang lebih tinggi pada dasarnya terdiri dari header protokol
layer yang lebih tinggi dan payload yang terkandung di dalamnya misalnya saja TCP, UDP
atau ICMPv6.
TRANSISI IPV4 DAN IPV6
Bagi sebuah perusahaan penyedia layanan jaringan ataupun provider, perlu
dilakukan proses transisi pada jaringan dari IPv4 kepada IPv6 seiring dengan semakin
bertambahnya permintaan konektivitas pelanggan dan juga semakin berkembangnya jumlah
konten berbasis IPv6. Proses transisi dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya
adalah dengan melakukan upgrade pada perangkat maupun jaringan yang terkait.
Di Indonesia yang jaringan IPv4-nya telah tersebar secara luas, dapat dilakukan 3
buah langkah urutan metoda transisi yang akan dipaparkan pada bagian selanjutnya. Ketiga
langkah urutan metoda transisi ini dapat dinilai sebagai langkah paling efektif untuk
bermigrasi secara bertahap karena berangkat dari perombakan paling minimum hingga
mencapai tahap mature. Berikut pemaparan ketiga langkah transisi yang dimaksud.
1. IPv6-to-IPv4 tunneling
Metoda ini memungkinkan transmisi paket IPv6 di atas jaringan IPv4. Paket IPv4
dapat ditransfer tanpa ada gangguan seperti kondisi eksisting, sedangkan untuk paket IPv6,
akan ditambahkan header paket IPv4 sehingga jaringan akan melihat paket ini sebagai paket
IPv6. Alamat IP tujuan bagi paket yang headernya ditambahkan tersebut adalah alamat
tujuan IPv4 yang ditambahkan dengan 32 bit alamat IP di depannya, yaitu biasanya berupa
prefiks 2002::16/16, sedangkan alamat IP sumber paket tetaplah berupa alamat IP host
maupun router yang mengirimkan paket. Secara umum, segmentasi jaringan dapat terbagi
menjadi 4 level seperti pada Gambar 1, yaitu terdiri atas jaringan customer, akses, transport,
dan internet. Untuk mengimplementasikan metoda IPv6-to-IPv4 tunneling, maka perangkat
yang digunakan oleh pelanggan perlu dikondisikan agar mampu mendukung fitur IPv6,
sementara jaringan akses serta transport dibiarkan tetap IPv4. Elemen pada jaringan yang
menjadi konsiderasi pada metoda ini dititikberatkan pada CE (Customer Edge, bisa berupa
router ataupun perangkat lain) serta IGW (Internet Gateway) karena perangkat tersebut
perlu memiliki kapabilitas penambahan maupun pembongkaran header IPv4.
Gambar 1. Metoda IPv6-to-IPv4 Tunneling
Pro-kontra metoda IPv4-to-IPv6 tunneling:
2.6VPE
Dengan menggunakan 6VPE, provider tidak perlu melakukan perubahan signifikan
pada backbone IP MPLS (Multi Protocol Label Switching) IPv4. 6VPE sendiri merupakan MPLS
bagi IPv6 yang ditransportasikan melalui jaringan transport berbasis IPv4. 6VPE memberikan
keuntungan bagi provider yaitu tidak diperlukannya perombakan pada jaringan transport. Di
sisi lain, jaringan yang berkaitan dengan pelanggan dan akses harus telah berbasis IPv6.
Perangkat-perangkat yang dimaksud dapat berupa CE (Customer Edge), perangkat-
perangkat level akses seperti misalnya BRAS (Broadband Remote Access Server), dan juga
pada IGW (Internet Gateway). Tampilan jaringan adalah seperti pada Gambar 2. Secara
umum jaringan pelanggan dan akses telah terkonvergensi sehingga mendukung IPv6,
sedangkan jaringan transport dibiarkan berbasis IPv4, namun ditambahkan fitur 6VPE untuk
mengakomodasi trafik IPv6 yang melaluinya.
Gambar 2. Metoda 6VPE
Pro-kontra metoda 6VPE:
3. IPv4-to-IPv6 tunneling
IPv4-to-IPv6 tunneling merupakan metoda kebalikan dari IPv6-to-IPv4 tunneling.
Metoda ini biasanya diimplementasikan saat konvergensi IPv6 hampir mencapai tahap
mature, yaitu di mana hampir seluruh konten internet maupun paket telah berbasis IPv6.
Pada dasarnya, IPv4-to-IPv6 tunneling ditujukan untuk mengakomodasi paket dengan
konten IPv4 yang bisa jadi masih eksis di masa IPv6 maturity. Pada metoda ini, masing-
masing jaringan di level pelanggan, akses, dan transport telah berbasis IPv6. Tunnel dibuat di
level CE (Customer Edge) hingga IGW (Internet Gateway). Hal inilah yang menjadi
konsiderasi bagi provider di saat proses sebelum penggelaran karena perangkat tersebut
harus mampu memiliki kemampuan penambahan maupun pembongkaran header IPv6 agar
paket IPv4 dipandang sebagai paket IPv6, dan sebagai hasilnya dapat ditransfer melalui
jaringan IPv6. Tampilan jaringan adalah seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Metoda IPv4-to-IPv6 Tunneling
Pro-kontra metoda 6-to-4 tunneling:
Di samping ketiga buah metoda di atas, masih terdapat pula beberapa metoda yang dapat
digunakan, seperti misalnya NAT (Network Address Translation), NAT444, NAT64, maupun
IPv4 – IPv6 Dual Stack. Metoda-metoda memang dapat digunakan sebagai solusi jangka
pendek, namun dipandang kurang dapat mengkomodasi permasalahan dasar, yaitu
terbatasnya alokasi IPv4, karena keseluruhan metoda tersebut mau tak mau tetap
memerlukan alamat IPv4 secara signifikan.
Perbandingan IPv4 dan IPv6
Panjang alamat 32 bit (4 bytes) Panjang alamat 128 bit (16 bytes)
Dikonfigurasi secara manual atau DHCP IPv4 Tidak harus dikonfigurasi secara manual, bisa
menggunakan address autoconfiguration.
Dukungan terhadap IPSec opsional Dukungan terhadap IPSec dibutuhkan
Fragmentasi dilakukan oleh pengirim dan
pada router, menurunkan kinerja router.
Fragmentasi dilakukan hanya oleh pengirim
Tidak mensyaratkan ukuran paket pada link-
layer dan harus bisa menyusun kembali
paket berukuran 576 byte.
Paket link-layer harus mendukung ukuran
paket 1280 byte dan harus bisa menyusun
kembali paket berukuran 1500 byte
Checksum termasuk pada header. Cheksum tidak masuk dalam header.
Header mengandung option. Data opsional dimasukkan seluruhnya ke
dalam extensions header.
Menggunakan ARP Request secara broadcast
untuk menterjemahkan alamat IPv4 ke
alamat
link-layer.
ARP Request telah digantikan oleh Neighbor
Solitcitation secara multicast.
Untuk mengelola keanggotaan grup pada
subnet lokal digunakan Internet Group
Management Protocol (IGMP).
IGMP telah digantikan fungsinya oleh
Multicast Listener Discovery (MLD).
BAB IV
KESIMPULAN
Pada bagian ini akan dijelaskan efek dari implementasi jaringan komputer menggunakan
IPv6 serta aktifitas pemantauan jaringan komputer .
1. Penggunaan IPv6 sebagai pengganti IPv4 dapat mengatasi masalah keterbatasan alamat
IP didunia , dimana ruang yang dimiliki oleh IPv6 lebih besar sekitar empat kali lipat dari
alamat IPv4 yang digunakan samapi dengan sekarang.
2. Pemantauan jaringan komputer yang dilakukan dapat mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan. Karena sebelum adanya kebocoran pada sistem jaringan administrator dapat
mengetahui jalor (port) yang terbuka namun seharusnya tertutup.
3. IPv6 menggunakan IPSec sebagai protokol keamanan. IPSec adalah sebuah protokol yang
digunakan untuk mengamankan transmisi datagram dalam sebuah internetwork
berbasis TCP/IP. Terdapat beberapa standar untuk melakukan enkripsi data dan juga
integritas data pada lapisan kedua dalam DARPA Reference Model (internetwork layer).
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://www.asraafrizon.com/2014/11/pengalamatan-ip-versi-4ipv4.html
http://belajaripv6.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/TCP/IP
https://id.wikipedia.org/wiki/Alamat_IP_versi_6
http://ilmu-sebelas.blogspot.co.id/2012/06/mengenal-internet-protocol-ip.html
http://tipnya.blogspot.co.id/2013/01/perbedaan-ipv4-dengan-ipv6-kelebihan.html
http://ecgalery.blogspot.co.id/2011/03/strategi-implementasi-transisi-ipv4-ke.html