33
MEMAHAMI PROTES SOSIAL PUISI ANGKATAN ’66 ABSTRAK Latarbelakang: pemilihan puisi danpendekatan (HISTORIS-BIOGRAFIS) Unsur-unsur kesejarahan suatu puisi merupakan unsur- unsur yang bersangkutan atau melatarbelakangi lahirnya suatu puisi. Unsur-unsur tersebut dapat berupa peristiwa-peristiwa kesejarahan, kehidupan pengarang beserta segala pemikirannya, serta perkembangan dan pandangan suatu zaman terhadap karya sastra, termasuk didalamnya puisi. Pemahaman unsur-unsur kesejarahan puisi sangatlah penting, terutama untuk mengetahui sejarah dibuatnya puisi tersebut. Adapun cara memahami puisi dengan pedekatan pemahaman unsur-unsur kesejarahan suatu puisi disebut pendekatan historis. Para sastrawan ingin menyatakan pendirian, cita-cita dan politik kebudayaan nasional mereka melalui karya sastra. Bagi mereka kebudayaan adalah perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia. Mereka tidak mengutamakan salah satu sektoral kebudayaan di atas sektor kebudayaan lain. Setiap sektor berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai dengan kodratnya. Kehidupan sastra pada masa ini penuh gejolak, banyak terjadi persaingan antara sastrawan yang mempertahankan seni untuk rakyat dan seni untuk seni. Kelompok seni untuk rakyat tergabung dalam LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) di bawah lindungan PKI. Para sastrawan seni untuk seni sangat mencintai kesenian, berusaha gigih melawan serangan kelompok seni untuk rakyat yang berideologi komunis. Pada tahun 1963, para budayawan, seniman, dan pengarang membangun Manifes Kebudayaan sebagai sikap anti- LEKRA. Kelompok ini menegaskan bahwa Pancasila landasan mereka. Manifes Kebudayaan merupakan pukulan berat bagi Seniman LEKRA. Namun, mereka tidak putus asa dan berusaha menebarkan fitnah dan teror sehingga akhirnya seniman dan sastrawan anggota Manifes Kebudayaan tersebut diusir dari tiap kegiatan, ditutup kemungkinan mengumumkan karya-karyanya, bahkan yang menjadi pegawai pemerintah dipecat dari pekerjaannya oleh presiden Soekarno. Akibatnya, majalah sastra pada saat itu dilarang terbit dikarenakan dianggap menuduh seseorang kontra revolusi, anti-manipol, anti-lisdek, anti-nasakom dan sebagainya.

MEMAHAMI PROTES SOSIAL PUISI ANGKATAN '66

Embed Size (px)

Citation preview

MEMAHAMI PROTES SOSIAL PUISI ANGKATAN ’66

ABSTRAKLatarbelakang: pemilihan puisi danpendekatan (HISTORIS-BIOGRAFIS)Unsur-unsur kesejarahan suatu puisi merupakan unsur-unsur yang bersangkutan atau melatarbelakangi lahirnya suatu puisi. Unsur-unsur tersebut dapat berupa peristiwa-peristiwa kesejarahan, kehidupan pengarang beserta segala pemikirannya, serta perkembangan dan pandangan suatu zaman terhadap karya sastra, termasuk didalamnya puisi.Pemahaman unsur-unsur kesejarahan puisi sangatlah penting, terutama untuk mengetahui sejarah dibuatnyapuisi tersebut.Adapun cara memahami puisi dengan pedekatan pemahaman unsur-unsur kesejarahan suatu puisi disebut pendekatan historis.

Para sastrawan ingin menyatakan pendirian, cita-cita dan politik kebudayaan nasional mereka melalui karya sastra. Bagi mereka kebudayaanadalah perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia. Mereka tidak mengutamakan salah satu sektoral kebudayaan di atas sektor kebudayaan lain. Setiap sektor berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai dengan kodratnya. Kehidupan sastra pada masa ini penuh gejolak, banyak terjadi persaingan antara sastrawan yang mempertahankanseni untuk rakyat dan seni untuk seni.Kelompok seni untuk rakyat tergabung dalam LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) di bawah lindungan PKI. Para sastrawan seni untuk seni sangat mencintai kesenian, berusaha gigih melawan serangan kelompok seni untukrakyat yang berideologi komunis. Pada tahun 1963, para budayawan, seniman, dan pengarang membangun Manifes Kebudayaan sebagai sikap anti-LEKRA. Kelompok ini menegaskan bahwa Pancasila landasan mereka.Manifes Kebudayaan merupakan pukulan berat bagi Seniman LEKRA. Namun, mereka tidak putus asa dan berusaha menebarkan fitnah dan teror sehingga akhirnya seniman dan sastrawan anggota Manifes Kebudayaan tersebut diusir dari tiap kegiatan, ditutup kemungkinan mengumumkan karya-karyanya, bahkan yang menjadi pegawai pemerintah dipecat dari pekerjaannya oleh presiden Soekarno. Akibatnya, majalah sastra pada saat itu dilarang terbit dikarenakan dianggap menuduh seseorang kontra revolusi, anti-manipol, anti-lisdek, anti-nasakom dan sebagainya.

Kelompok LEKRA berhenti beraksi ketika kup kekuasaan yang didalangi PKI(30 September 1965) digagalkan ABRI dan Rakyat Indonesia. PKI dibubarkan, orang-orang LEKRA ditangkap dan karya-karya mereka dilarangdibaca. Presiden Soekarno mengundurkan diri dan digantikan Presiden Soeharto. Inilah awal era Orde Baru, suatu orde yang berusaha memurnikan kembali penggunaan Pancasila sebagai Landasan Negara.

TujuanpenulisanhasilapresiasiMembela kemerdekaan manusia yang diinjak-injak tirani secara mental dan

fisik. Sajak-sajak, cerpen-cerpen, terutama esai-esai yang ditulis merupakan protes sosial dan protes terhadap penginjakan martabat manusia. Puncaknya adalah sajak-sajak Taufiq Ismail, Mansur Samin, Slamet Kirnanto, Bur Rasuanto, dan lain-lain yang ditulis ditengah demonstrasi mahasiswa dan pelajar awal tahun 1966. Sajak-sajak demonstrasi yang dikumpulkan Taufik Ismail dalam Tirani dan Benteng (tahun 1966) merupakan dari suatu period sejak tahun 1966, terbit majalah Horison ynag dipimpin Mochtar Lubis, H.B Jassin, Taufiq Ismail,Goenawan Mohamad, Arief Budiman, dan lainnya.

         Memberi tanggapan terhadap kondisi Negara Indonesia. Adanya rasa kecewa akan Negara Indonesia pada zaman itu dikarenakan banyaknya KKN, kecurangan dalam birokrasi Negara, putusan pemerintah yang rahasia, kejahatan dimana-mana dan yang lainnya.

         Mengajak rakyat Indonesia untuk memiliki rasa nasionalisme mempertahankan Republik Indonesia.

Pengertianpendekatandanprosedurkerjaapresiasi

CIRI-CIRI PUISI ANGKATAN ’66

 Ciri-ciri Angkatan 661. Muncul puisi-puisi balada2. Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yangmenderita3. Puisinya menggambarkan polemik kehidupan kemasyarakatan,misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dankemiskinan4. Cerita dengan latar perang dalam puisi mulai berkurang,dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyakmengemuka5. Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalampuisi

6. Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) padaawal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosialdan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah

ANALISIS PUISI ANGKATAN 1966

Puisi 1KARANGAN BUNGATiga anak kecilDalam langkah malu-maluDatang ke salembaSore itu.Ini dari kami bertigaPita hitam pada karangan bungaSebab kami ikut berdukaBagi kakak yang ditembak matiSiang tadiKarya : Taufiq Ismail, Tirani, 1966

Puisi 2 SALEMBAAlma Mater, janganlah bersedihBila arakan ini bergerak perlahanMenuju pemakamanSiang iniAnakmu yang beraniTelah tersungkur ke bumiKetika melawan tiraniTaufiq Ismail [Tirani dan Benteng], 1966

Mengakaji Puisi Karangan Bunga Karya Taufiq Ismaildengan Pendekatan Semiotik

Taufik Ismail

Taufik Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Masa kanak-kanak sebelum sekolah dilalui di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia (sekarangIPB), dan tamat pada tahun 1963. Ia adalah dokter hewan dan tergolong penyair yang handal. Sajak-sajaknya dipenuhi protes-protes terhadap ketidakadilan dan penyelewengan yang terjadi di masyarakat. Ia memotret berbagai peristiwa berdarah pada terjadinya demonstrasi besar-besaran terhadap pemerintah pada masa itu. Dia merekam tertembaknya Arif Rahman Hakim saat memimpin demonstrasi mahasiswa di Salemba, dalam sajaknya Salemba; Karangan Bunga; dan Percakapan Angkasa. Sebagian sajaknya dimuat dalam dua buku kumpulan sajak berjudulTirani dan Benteng. Berikut terlampir sebuah puisi karyanya yang berjudul Karangan Bunga.

Karangan Bunga

Tiga anak kecilDalam langkah malu-malu

Datang ke SalembaSore itu.

Ini dari kami bertigaPita hitam pada karangan bunga

Sebab kami ikut berdukaBagi kakak yang di tembak mati

siang tadiApresiasi :Puisi di atas membicarakan peristiwa demonstrasi mahasiswa pada tahun 1966 menentang orde lama. Tiga anak kecil mewakili golongan manusia lemah yang masih suci dan murni hatinya, yang sebenarnya belum tahu apa-apa tentang peristiwa demonstrasi itu.Tetapi mereka bertiga sudah mampu menyatakan duka cita terhadap gugurnya mahasiswa yang ditembak mati oleh penguasa pada waktu itu. Karena itu ketiga anak kecil membawa karangan bunga dalam langkah malu-malu. Tanda kedukaan dilambangkan dengan “pita hitam pada karangan bunga”. Penggambaran melalui tiga anak kecilmenyentuh hati pembaca. Pembaca tentu tidak akan percaya bahwa lukisan itu menggambarkan kenyataan, sebab di tengah-tengah demonstrasi mahasiswa saat itu tidak mungkin ada “tiga anak

kecil” membawa karangan bunga ke Salemba. Jadi semua pernyataan ini bermakna kias dan melambangkan suatu maksud yang hendak dikemukakan oleh penyair. Yakni, kedukaan yang mendalam karena gugurnya pahlawan Ampera.Pemilihan kata, bunyi, lambang, kiasan,versifikasi, dan sebagainya diabdikan untuk kepentingan perwujudan makna tersebut.

2.      Gunawan MuhammadIa merupakan salah seorang pendiri majalah Horison bersama Arif Budiman, HB Jassin dan beberapa orang lainnya. Ia lebih terkenalsebagai esais atau penulis esai yang sangat produktif. Ia juga salah seorang pendiri Majalah Tempo. Dia juga berhasil membuat beberapa sajak. Tulisan-tulisannya banyak dimuat dalam majalah Horison. Selama kurang lebih 30 tahun menekuni dunia pers, Goenawan menghasilkan berbagai karya yang sudah diterbitkan, diantaranya kumpulan puisi dalam Parikesit (1969) dan Interlude (1971), yang diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, Jepang, dan Prancis. Sebagian eseinya terhimpun dalam Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980). Tetapi lebih dari itu, tulisannya yang paling terkenal dan populer adalah Catatan Pinggir, sebuah artikel pendek yang dimuat secara mingguan di halaman paling belakang dari Majalah Tempo. Sejak kemunculannya di akhir tahun 1970-an, Catatan Pinggir telah menjadi ekspresi oposisi terhadap pemikiran yang picik, fanatik, dan kolot. Berikut terlampir salah satu karyanya yang berjudul Di Depan Sancho Panza.

Di Depan Sancho Panza 

Di depan Sancho Panza yang lelah, seorang perempuan bercerita tentang sajak 

yang disisipkan ke dalam hujan yang tak tidur. 

Tentu saja Sancho tak mengerti bagaimana sajak disisipkan 

ke dalam hujan, tapi ia mengerti cinta yang sungguh. Dipegangnya tangan 

perempuan itu dan berkata, ”Jangan cemas.” 

Memang sebenarnya perempuan itu cemas: Seseorang mencintainya dan ia tak tahu 

untuk apa. Ia tak tahu kenapa sajak-sajak tetap terbuang dan laki-laki itu tetap menuliskannya, sementara hujan hanya datang kadang-kadang. Malah guruh lebih sering, 

seperti brisik kereta langit yang menenggelamkan antusiasme yang tak lazim. Atau logat yang asing. 

Atau angan-angan yang memabukkan. 

”Semua ini jadi lucu,” kata perempuan itu. Dan Sancho pun sedih. Sebab ia pernah melihat seorang kurus, 

tua dan majenun, yang memungut sajak yang lumat dalam hujan, yang percaya telah mendengar sedu-sedan 

dan cinta dari cuaca, meskipun yang ia dengar adalah sesuatu yang panjang dan sabar 

seperti gerimis.

            Semiotika adalah ilmu tentang tanda, carakerjanya, penggunaannya, dan apa yang kita lakukandengannya (Zaimar, 1990; Zoest, 1993). Menurut Aminuddin(1997), wawasan semiotikdalam kajian sastra memiliki tigaasumsi. Pertama, karya sastra merupakan gejala komunikasiyang berkaitan dengan pengarang, karya sastra sebagaisistem tanda, dan pembaca. Kedua, karya sastra merupakansalah satu bentuk penggunaan sistem lambang yang memilikistruktur. Ketiga, karya sastra merupakan fakta yang harusdirekonstruksikan oleh pembaca sesuai dengan pengalaman danpengetahuan yang dimilikinya.

Teori semiotik memperhatikan segala faktor yang ikutmemainkan peranan dalam komunikasi, seperti faktor pengirimtanda, penerimaan tanda, dan struktur tanda itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui karya sastra itumerupakan struktur bermakna. Hal ini mengingat bahwa karyasastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yangmempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Dalamusaha menangkap, memberi, dan memahami makna yangterkandung didalam karya sastra, pembacalah yang sangatberperan. Karya sastra tidak akan mempunyai makna tanpa adapembaca yang memberikan makna kepadanya

Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yangmuncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dariperwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul darihubungan sebab-akibat).

     ·         Ikon

Ikon (iconic sign) adalah segala sesuatu yang dapatdikaitkan dengan sesuatu yang lain. Hubungannya terletakpada persamaan atau kemiripan. Tanda ikonik dapatmengungkapkan sesuatu karena antara penanda dan petandamemiliki keserupaan atau kemiripan wujud ataupun kualitas-kualitas tertentu. Ikon adalah ungkapan ‘tanda’ suatu objekberdasarkan persepsi imajinatif yang mengaitkan objektersebut dengan objek lain yang belum tentu ada. Zoestmengurai ikon dalam tiga macam perwujudan: 1) ikon spasialatau topologis, yang ditandai dengan adanya kemiripanantara ruang atau profil dan bentuk teks dengan apa yangdiacunya; 2) ikon relasional atau diagramatik, di manaterjadi kemiripan antara hubungan dua unsur tekstual denganhubungan dua unsur acuan; dan 3) ikon metafora, di sinibukan lagi dilihat adanya kemiripan antara tanda dan acuan,namun antara dua acuan, artinya dua acuan dengan tanda yangsama (Dahana, 2001: 22; Sobur, 2004: 158).

    ·         Simbol

Simbol adalah ungkapan ‘tanda’ suatu objek berdasarkankonsep tertentu, biasanya asosiasi terhadap suatu gagasanumum. 

      ·         Indeks

Indeks (indexical sign) menunjukan pada sesuatu, bukanberdasarkan pada kemiripan tetapi lebih menekankan padaketerkaitan logisnya atau hubungan kausalitasnya (sebab-akibat). Indeks adalah ungkapan ‘tanda’ atau representasisuatu objek akibat hubungan dinamis antara objek yangditerima secara fisik dan mempengaruhi perasaan atauingatan seseorang dalam pembentukan persepsinya.Analisis puisi dengan menggunakan pendekatan semiotik:     Karangan Bunga

Tiga anak kecilDalam langkah malu-maluDatang ke salembaSore itu.

Ini dari kami bertigaPita hitam pada karangan bungaSebab kami ikut berdukaBagi kakak yang ditembak matiSiang tadi.                  Dalam puisi tersebut dapat dianalisis denganpendekatan historis biografis yang memperhatikan unsursymbol-simbol yang digunakan pada puisi tersebut. Padapuisi di atas yang berjudul Karangan Bunga penyairmenggambarkan situasi yang sangat menyedihkan. PuisiKarangan Bunga menggambarkan situasi yang sedang dialamipada saat itu, tepatnya saat peristiwa demonstrasimahasiswa pada tahun 1966 menentang orde lama.            Pada bait Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke salemba Sore itu Tiga anak kecil yang mewakiligolongan manusia lemah, masih suci dan murni hatinya, yangsebenarnya belum tahu apa-apa tentang peristiwa demonstrasiitu di Salemba. Akan tetapi mereka bertiga sudah mampumenyatakan turut berduka cita terhadap peristiwademonstrasi yang terjadi di Salemba. Tiga anak kecil denganlangkah yang malu-malu untuk datang ke Salemba dengan

membawa karangan bunga untuk para pahlawan, yaitu paramahasiswa yang ditembak mati oleh sang penguasa.            Selanjutnya pada bait Ini dari kami bertiga Pita hitampada karangan bunga sangat jelas menggambarkan betapapedulinya tiga anak kecil yang belum tahu apa-apa tentangpersoalan peristiwademonstari yang terjadi di Salemba. Tigaanak kecil tersebut juga menggambarkan rasa sedih dan turutberduka cita dengan membawa dan memberikan sebuah pitahitam yang berada pada seebuah karangan bunga.            Pada bait Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yangditembak mati Siang tadi sudah sangat bisa ditebak, bait inimenggambarkan sebuah kesedihan yang amat mendalam dirasakanoleh banyak pihak, termasuk tiga anak kecil yang membawakarangan bunga dengan pita hitamnya. Pada bait tersebutjuga menggambarkan betapa tiga anak kecil yang sangatberduka cita dengan kejadian di Salemba. Tiga anak kecilsangat berduka cita dengan kejadian di Salemba yang harusmenewaskan mahasiswa. Mahasiswa itu adalah Arif RahmanHakim yang berjuang pada tahun 1966 melawan orde lama.Mahasiwa tersebut mati ditembak oleh sang penguasa dinegeri ini.  

PROTES SOSIAL DALAM PUISI ANGKATAN ’66

B.    Hubungan Antara Peristiwa Kesejarahan Dengan Gagasan Dalam Suatu PuisiSalah satu jalan mengapresiasi puisi adalah dengan cara memahami peristiwa-peristiwa kesejarahan yang melatarbelakanginya. Hal ini dimaksudkan agar pengapresiasian puisi dapat lebih mendalam dan sesuai dengan gagasan atau maksud penulisan puisi tersebut oleh sang penulis.Peristiwa kesejarahan dengan gagasan yang terdapat suatu puisi memiliki hubungan timbal balik. Dengan kata lain, puisi dapat mengambil gagasan atau pokok

pikiran tentang masalah kehidupan suatu negara, suatu bangsa, dan masalah politik pada suatu masa tertentu. Sedangkan disisi lain, puisi mampu menggambarkan kembali peristiwa tersebut serta mampumengabadikannya untuk masa kemudian.Hubungan peristiwa kesejarahan dengan puisi tidak terbatas pada aspek makna yang dikandungnya saja, tetapi juga kata atau simbol-simbol yang digunakannya. Sebagai contoh kata-kata seperti kaum durna, jaket kuning, ganyang palu arit, para tirani,baru dapat dipahami bila kita menghubungkannya dengan peristiwa tahun 1966. Peristiwa kesejarahan disini terbatas pada masalah kenegaraan, kebangsaan,juga masalah sosial politik saja.Terdapat langkah-langkah yang harus dilalui didalam memahami unsur kesejarahan puisi, diantaranya :

1.Memahami tahun, tanggal, atau bulan pembuatan puisi

2.Peristiwa apa yang terjadi pada tahun itu ?3.Memahami peranan penyair dalam tahun itu4.Membaca puisi secara keseluruhan5.Menghubungkan peristiwa kesejarahan tersebut

dengan gagasan dalam puisi

Berikut ini contoh analisis hubungan kesejarahan dengan gagasan dalam suatu puisi.

Tiga anak kecilDalam langkah malu-maluDatang ke SalembaSore itu

Ini dari kami bertigaPita hitam pada karangan bungaSebab kami ikut berdukaBagi kakak yang ditembak matiSiang tadi                        (“Karangan Bunga” Taufik Ismail)

Puisi tersebut sulit dipahami jika hanya diteliti unsur interistiknya saya, jika kita melihat dari sisi historisnya, ternyata puisi tersebut ditulis sekitar tahun 1966, ketika terjadinya perjuangan orde baru yang mengusung Tritura atau tiga tuntutan rakyat. Pelopor masa orde baru ini adalah para mahasiswa UI yang berkampus di Salemba. Pada saat itu banyak pula korban dari pihak mahasiswa yang tertembak saat memperjuangkan Tritura tersebut.Disini dapat kita lihat bahwa Taufik Islmail menulisPuisi “Karangan bunga” dengan mengambil gagasan dariperistiwa. Selain itu disisi lain puisi Taufik Ismail ini mengabadikan kejadian tersebut, sehingga kita dan generasi berikutnya dapat mengetahui tentang peristiwa tersebut.Adapun hubungan kata-kata dan symbol-simbol yang digunakan Taufik Ismail terhadap peristiwa kesejarahan dapat kita lihat pada kata tiga anak kecil yang merupakan tiga tuntutan rakyat yang sedang diperjuangkan saat itu. Salemba merupakan markas mahasiswa UI. Lalu kata-kata waktu sore mengandung arti bahwa sore hari dapat juga menjadi lambang berakhirnya sesuatu, yaitu orde lama.TemaTaufiq Ismail mengemas sejarah dalam puisi-puisinya yang kemudian dia rangkum dalam kumpulan puisinya. Salah satu sejarah yang dia rangkum adalah masa ketika

Indonesia pada tahun1966. Taufiq Ismail merangkum peristiwa-peristiwa sejarah pada tahun 1966 dalam dua kumpulan puisnya Tirani dan Benteng yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul yang sama, Tirani dan Benteng. Dalamkedua kumpulan puisinya ini, Taufiq jujur kepada para pembacanya mengenai semuayang terjadi pada tahun 1960 hingga 1966.Meski puisi-puisi yang ada di dalamnya merupakan puisi yang ditulis Taufiq daritahun 1960 sampai 1966, bukan berarti sudah telat untuk membaca buku kumpulan puisi ini. Ada berbagai macam peristiwa yang terjadi pada tahun 1960 hingga tahun 1966 yang tidak kita temui atau kita pelajari saat pelajaran Sejarah di sekolah. Sejumlah 73 puisi Taufiq Ismail yang terdapat dalam buku puisi Tirani dan Benteng ini terbagi menjadi tig/a bagian, yaitu Puisi-puisi Menjelang Tirani dan Benteng, Tirani, dan Benteng. Puisi-puisi pada bagian Puisi-puisi MenjelangTirani dan Benteng ditulis Taufiq antara tahun 1960 sampai 1965. Sedangkan puisi-puisi pada bagian Tirani dan Benteng ditulisnya pada hari-hari demonstrasi tahun 1966. Puisi-puisi dalam buku Taufiq Ismail ini bertemakan tentang kecemasan, kesangsian, kebebasan, harapan, angan, cita-cita, dan tekad. Dalam buku ini Taufiq merangkum kejadian-kejadian pada tahun 1966 yang diwarnaidemo mahasiswa memprotes pemerintah dengan gaya berpuisinya. Sebut saja puisi Dari Catatan Seorang Demonstran dan Dari Ibu Seorang Demonstran yang menggambarkan keadaan demo ketika tahun 1966. Taufiq melukiskan kejadian yang dilihatnya dan yang terjadi melalui puisinya dengan bercerita kepada pembaca.Kejadian penembakan terhadap mahasiswa Universitas Indonesia yang sedang berdemo pun ditulis Taufiq dalam puisi-puisinya yang berjudul Karangan Bunga, Percakapan Angkasa, dan Salemba. Tak hanya menceritakan bagaimana suasana dan keadaan pada tahun 1966, puisi-puisi Taufiq pun mampu memberikan emosi yang membuat kita terbawa dalam suasana puisi-puisinya serta merasakan seolah kita berada di keadaan tersebut. Emosi yang dibangun Taufiq itulah yang menjadi dayatarik lainnya pada puisi-puisinya ini.Dalam puisi Karangan Bunga saja, dengan bahasa yang sangat sederhana dan mudah dicerna, Taufiq mampu menyampaikan emosi dan suasana ketika tiga anak kecil datang dan memberi bunga tanda ikut berduka cita atas meninggalnya Arif RachmanHakim. Ya, puisi-puisi Taufiq Ismail memang dikemas dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi dibalik itu, puisinya mengandung emosi danmakna yang dalam.Tak hanya puisi saja yang bisa kita nikmati dalam buku kumpulan puisi ini, berbagai macam foto pada tahun 1966. Foto-foto mengenai demo dan penembakan terhadap Arif Rachman Hakim memenuhi halaman-halaman kumpulan puisi ini. Foto yang disajikan dalam buku ini merupakan kisah dari puisi yang ditulis Taufiq Ismail. Jadi, ketika kita membaca puisi Taufiq Ismail dalam buku ini, kita bisamelihat situasi tahun 1966 melalui foto di halaman sebelah puisi yang kita baca. Taufiq juga mengkritik pemerintah pada tahun 1960-an itu. Taufiq menulis puisi Syair Orang Lapar yang menceritakan seberapapun orang lapar akan tetap mendengarkan Bung Karno berpidato sedangkan pemerintah tak bergerak untuk rakyat yang lapar itu. Atau tengok saja puisi Pengkhianatan Itu Terjadi Pada Tanggal 9 Maret yang menceritakan keadaan pemerintah, lebih tepatnya konflik yang terjadi pada pemerintahan.Selain itu, Taufiq juga menulis hal-hal kecil yang terjadi di sekitar

demonstrasi. Oda Bagi Seorang Supir Truk dan Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya adalah contohnya. Kedua puisi ini ditulis Taufiq dengan menceritakan bagaimana supir truk dan penjual rambutan pada rombongan mahasiswa yang berdemonstrasi. Tidak hanya puisi yang bercerita sejarah dan foto-foto kejadian saat demonstrasi pada tahun 1966, dalam kata pengantar buku ini, Taufiq Ismail menceritakan kronologis yang terjadi pada tahun 1966. Taufiq menceritakan bagaimana pemerintah pada saat itu, bagaimana demonstrasi terjadi, dan hal-hal penting apa saja yang terjadi pada tahun 1966. Selain itu, Taufiq Ismail juga membahas mengenai Lekra dan Manifes Kebudayaan yang pada saat itu menjadi bahanperbincangan banyak orang.Jika anda ingin mengetahui lebih banyak mengenai sejarah Indonesia, terutama yang terjadi pada tahun 1960-an, buku kumpulan puisi Tirani dan Benteng ini bisa menjadi pilihan alternatif anda. Selain mengerti tentang sejarah Indonesia, puisi-puisi yang ada dalam kumpulan puisi ini juga bisa menghibur kita.

PENUTUP

Bab IIPembahasan

2.1  Munculnya Angkatan 66Perbedaan-perbedaan pandangan mengenai seni dan sastra yangberpangkal pada perbedaan-perbedaan politik, sudah sejaklama kelihatan dalam dunia sastra Indonesia. Pada awaltahun 50-an terjadi polemik yang seru antara orang-orangyang membela hak hidup angkatan 45 dengan orang-orang yangmengatakan ”Angkatan 45 sudah mati” yang berpangkal padasuatu sikap politik.Para seniman muda tidak mau mengelompokkan diri dalamkelompok seniman untuk menyamakan persepsi. Semangat yangdimiliki seniman Angkatan 45 tidak mereka warisi dan merekatidak menghayati revolusi fisik dengan baik. Seniman mudaini lebih memfokuskan diri pada menulis cerpen, puisi, dannaskah drama.Periode 50 bukan saja sebagai pengekor Angkatan 45, tetapisudah merupakan penyelamat setelah melalui masa-masakegoncangan. Ciri-ciri periode ini antara lain :

1.    Pusat kegiatan sastra telah meluas keseluruh pelosokIndonesia, tidak hanya berpusat di Jakarta atau Yogyakartasaja.

2.    Kebudayaan daerah lebih banyak diungkapkan demi mencapaiperwujudan sastra Nasional Indonesia.

3.    Penilaian keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkanpada perasaan kepada perasaan dan ukuran Nasional.Pada tahun 1959, merupakan tahun yang membawa perubahandalam dunia kesusastraan sebagai imbas dunia politik.Tujuan sastra pada mulanya mengangkat harkat dan martabatmanusia dalam kehidupan yang memiliki nilai-nilai kebebasandan kemerdekaan. Pada tahun ini sastrawan inginmengembangkan karya sastranya, dilain pihak tekanan-tekananpartai politik yang mulai mengendalikan pemuda Indonesiasehingga muncul PKI, LEKRA, LKN, LESBUMI, HSBI, LESBI danlain sebagainya.Akhirnya Manikebu menjadi konsep sikap dan kepentingan dankepentingan mereka sebagai angkatan dalam kesustraan yangkemudian dikenal dengan ankatan 66. Akibat fitnah PKI,Manikebu dinyatakan sebagai organisasi terlarang. Setelahbangkitnya Orde Baru, tahun 1966, maka, Manikebu sebagaikonsepsi Angkatan Kesusastraan terbaru, dijadikan landasanideal Angkatan 1966. Isi Manikebu antara lain :

1.    Kami para seniman cendikiawan Indonesia dengan inimengumumkan sebuah manifes kebudayaan yang menyatakanpendirian, cita-cita politik kebudayaan kami.

2.    Bagi kami kebudayaan adalah perjuangan untukmenyempurnakan kondisi kehidupan manusia. Kami tidakmengutamakan salah satu sektor kebudayaan lain. Setiapsektor perjuangan bersama- sama untuk kebudayaan itu sesuaidengan kodratnya.

3.    Dalam melaksanakan kebudayaan nasional, kami berusahamencipta dengan kesungguhan yang sejujur-jujurnya sebagaiperjuangan untuk mempertahankan dan mengembangkan martabatdiri kami sebagai bangsa indonesia ditengah-tengahmasyarakat dunia.4.  Pancasila adalah falsafah kebudayaan kami

makalah analisis puisi karya taufik ismail

BAB IIPembahasan

Analisis puisi strata norman ingarden ( Puisi karya TaufikIsmail )A.

JALAN SEGARA

Disinilah penembakan KepengecutanDilakukanKetika pawai bergerakDalam panas matahariDan pelor pembayar pajakNegeri iniDitembuskan ke punggungAnak-anaknya sendiri

1. Lapis Bunyi

Pembahasan lapis bunyi hanyalah ditujukan pada bunyi-bunyi yang bersifat “istimewa” atau khusus, yaitu bunyi-bunyi yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Misalnya pada baris ke-1 ada asonansi a dan i ; pada baris ke-2 ada asonansi e ; di baris ke-3 ada asonansi a ; di baris ke-4 ada asonansi a dan e ; di baris ke-5 ada asonansi a ; di baris ke-6 ada asonansi a ; di baris ke-7 ada asonansi i ; di baris ke-8 ada asonansi u ; dan di baris ke- 9 ada asonansi a. Jadi, yang paling dominan dalampuisi Jalan Segara Taufiq Ismail asonansinya adalah a (dalam panas matahari).                                                                          

2. Lapis Arti

Pada bait pertama puisi Jalan Segara Taufiq Ismail inimelatarbelakangi penembakan di Jalan Segara terhadap parademonstran yang memprotes para pemimpin pada tahun 60-an. Pada bait kedua para pelajar dan mahasiswa berdemonstrasidengan cara berpawai dalam suasana panas terik matahari.

Pada bait ketiga dan bait keempat para pelajar danmahasiswa dihadapi dengan pelor. Pelorlah yang berbicara :mengambil nyawa mereka untuk membayar pajak. Padahal merekatidak lain adalah “anaknya sendiri” : generasi muda yangakan mewarisi kepemimpinan negeri Indonesia.

3.Lapis ketiga-objek : penembakan-latar waktu : panas matahari (siang hari)-latar tempat : dijalan4. Lapis DuniaBait pertama penembakan terhadap para demonstran. Pada baitkedua para pelajar dan mahasiswa yang sedangberdemonstrasi. Bait ketiga dan keempat pelor yangmengambil nyawa para pelajar dan mahasiswa untuk membayarpajak. Padahal mereka adalah generasi muda yang mewarisikepemimpinan negeri Indonesia.5. Lapis MetafisisPenembakan yang di Jalan Segara terhadap para demonstranyang memprotes para pemimpin pada tahun 60-an. Dimana parapelajar dan mahasiswa menjadi korban penembakan yang mananyawa mereka untuk membayar pajak. Padahal mereka adalahgenerasi muda yang mewarisi kepemimpinan negeri Indonesia.

B.KARANGAN BUNGAtiga anak kecil

dalam langkah malu-maludatang ke Salemba

sore itu“ini dari kami bertiga

pita hitam pada karangan bungasebab kami ikut berduka

bagi kakak yang ditembak mati siang tadi”

a.       Lapis bunyi:

tiga anak kecildalam langkah malu-maludatang ke Salembaterdapat asonansi asore ituini dari kami bertigapita hitam pada karangan bunga  terdapat asonansi asebab kami ikut berduka terdapat asonansi abagi kakak yang ditembak mati siang tadi  terdapatasonansi ak dan i

b.      lapis arti :di dalam puisi tersebut, dijelaskan ada tiga orang anakkecil yang berjalan secara malu-malu datang ke Salemba padawaktu sore hari. ketiga anak itu memberikan sebuah karanganbunga yang diikat dengan pita hitam yang berarti merekamerasa ikut berduka karena ada orang yang ditembak matipada siang tadi.

c. Lapis ketiga:-     obyek-obyek yang dikemukakan: tiga anak kecil, orang

yang ditembak mati, karangan bunga dan pita hitam.-     pelaku atu tokoh : tiga anak kecil-      latar waktu: sore hari-      latar tempat: pemakaman

-         dunia pengarang:Ada tiga orang anak kecil yang berjalan secara malu-maludatang ke Salemba pada waktu sore hari. ketiga anak itu

memberikan sebuah karangan bunga yang diikat dengan pitahitam yang berarti mereka merasa ikut berduka karena adaorang yang ditembak mati pada siang tadi.

d.      lapis keempat/duniatiga anak kecil itu merupakan penggambaran dari rakyatkecil yang ikut berduka cita. rakyat kecil tersebutberjalan dengan langkah malu-malu, ini mempunyai arti bahwarakyat kecil itu tidak bisa dengan lancang atau gegabahdalam bertindak. pita hitam dapat diartikan sebagai tandaatau simbol dari duka cita.

e.       lapis kelima/metafisispuisi ini menceritakan bagaimana kita sebagai orang ataurakyat yang ikut berduka cita atas ditembak matinya orang/rakyat kecil. 

C. TENTANG SERSAN NURCHOLIS

Oleh :Taufiq Ismail

Seorang SersanKakinya hilang

Sepuluh tahun yang laluSetiap siang

Terdengan siulnyaDi bengkel arloji

Sekali datangTeman-temannya

Sudah orang resmiDengan senyum ditolaknya

Kartu anggotaBekas pejuang

Sersan NurcholisKakinya hilang

Di jaman RevolusiSetiap siang

Terdengan siulnyaDi bengkel aroloji

6

1.Lapis bunyi            Seorang sersan  : terdapat asonansi s            Kakinya hilang  : terdapat aonansi g            Sepuluh tahun yang lalu  : terdapat asonansi  lu

            Setiap siang  : terdapat asonansi s            Terdengar siulnya             Dibengkel arloji   

2.Lapis arti            Didalam puisi ini dijelaskan seorang (pahlawan)yang kakinya hilang pada zaman revolusi dulu.Dia berjuangmempertaruhkan jiwanya.Namun dia tidak mau dianggap sebagaibekas pejuang.Dia memilih jadi tukang arloji.Seperti yangdijelaskan dari bait pertama sampai bait akhir.

3.Lapis ketiga- objek-objek yang dikemukakan : kakinyahilang,sersan,kartu anggota,bengkel arloji,jaman revolusi.-pelaku atau tokoh : seorang sersan-Latar waktu : siang hari-Latar tempat : bengkel arloji-dunia pengarang :            Seseorang pahlawan yang berjuang di zamanrevolusi dulu sampai dia kehilangan kakinya.Namun dalamcerita ini pengarang tidak mu dianggap sebagai bekaspejuang.

4.Lapis dunia.            Seorang sersan itu merupakan seorang pejuangyang sudah berjuang sampai-sampai kehilangan salah satuanggota badannya,artinya seseorang yang ikhlas berjuang demi Negara ini tetapi dia tidak sombong karena dia tidakmau dianggap sebagai bekas pejuang.

5.Lapis metafisis            Puisi ini menceritakan bagaimana kita harusikhlas dengan apa yang kita kerjakan tanpa mengharapkan

imbalan apapun.Sesuatu yang di kerjakan dengan ikhlas akandibalas oleh Tuhan.Walaupun tidak ada artinya bagi manusia.D.

 SALEMBAAlma Mater, janganlah bersedihBila arakan ini bergerak pelahanMenuju pemakamanSiang iniAnakmu yang beraniTelah tersungkur ke bumiKetika melawan tirani

1.Lapis bunyi            Dalam puisi pembicaraan lapis bunyi “istimewa” atau khusus yaitu yangdipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni.Misalnya dalam bait pertama“bila arakan ini bergerak perlahan” terdapat asonansi r dan h dibaris kedua ada aleterasib.pola sajak akhir bait kedua aa-aa.

2.Lapis arti            Dalam bait pertama “alma mater janganlah bersedih” si aku yang prihatindengan keadaan yang dilihatnya.Makna dari keseluruhan puisi ini adalah mahasiswa yangingin protes.Suasana yang mencekam tapi semangat perjungan mahasiswa itu tidak padam.

3.Lapis ketiga- objek-objek yang dikemukakan : alma mater,pemakaman,kebumi,tirani.- pelaku atau tokoh : si aku.- latar waktu : siang.-latar tempat : pemakaman-dunia pengarang :            Alma mater janganlah bersedih.Si aku yang prihatin dengan keadaannya.Bilaarakan ini bergerak perlahan menuju pemakaman siang ini.Akan tetapi dalam keadaan sepertiitu dia tidak pasrah walauupun dia akan mati.

4.Lapis dunia            Dipandang dari sudut pandang tertentu si aku begitu berani.Bisa dilihat darikata-kata anakmu yang berani (bait kedua).Pada bait pertama dalam kata alma materjanganlah bersedih.Si aku mencoba tegar dalam menghadapi yang akan terjadi pada dirinya.

5.Lapis metfisis            Dalam puisi ini berisi tentang seseorang yang mencoba tegar menghadapisesuatu yang akan terjadi pada dirinya,walaupun kematian akan tertuju padanya.namun diatetap berani melawan semuanya demi yang dicapainya.E.

    KUTAHU KAU KEMBALI JUA ANAKKUOleh :

Taufik IsmailSaudara-kandungku pulang perang, tangannya merah

Kedua pundak landai tiada tulang selangkaDia tegak goyah, pandangnya pada kami satu-satu

Aku tahu kau kembali jua anakkuTiba-tiba dia roboh di halaman dia kami papah

Ibu pun perlahanmengusapi dahinya tegarTanganku amis ibu, tanganku berdarah

Aku tahu kau kembali jua anakku

Siang itu dia tergolek ibu, lekah perutnyaAku tak membidiknya, tapi tanganku bersimbah

Tunduk terbungkuk matanya sangat papaKami sama rebah, kupeluk dia di tanahKauketuk sendiri ambang dadamu anakku

Usapkan jemari sudah berdarahSimpan laras bedil yang memerahKutahu kau kembali jua anakku

1.Lapis bunyiDalam puisi ini terdapat asonansi a , seperti pada bait pertama dan terdapataliterasi ng “saudara kandungku pulang perang”.Pola sajak pada bait pertama adalah ab-aa.2.Lapis artiSaudara kandungku pulang perang tangan nya merah.Si aku yang membicarakan tentangsaudaranya yang pulang dalam berjuang.Saudaranya yang tidak berdaya,namun ibu si akuyakin kalau anaknya pasti pulang.seperti yang terdapat pada bait pertama.Dalam bait kedua saudara nya jatuh dihalaman,kemudian si ak memapahnya.Ibu mengusap dahianaknya untuk memberikan semangat dan raa prihatinnya kepada anaknya,namun anaknyaberkata tanganku amis ibu.

Dalam bait ketiga si aku tidak dapat melakukan apa-apa.Si aku hanya bisatertunduk melihat matanya yang kesakitan menahan luka.

Dalam bait keempat ibu menyuruh anaknya mengusap sendiri dadanya .Ibu nya tauanaknya akan kembali.

3.Lapis ketiga- objek-objek : pulang perang,tangan merah,tangan amis.-pelaku atau tokoh : si aku,dia,ibu-latar waktu : siang-latar tempat : halaman rumah-dunia pengarang :            Pengarang (si aku) menceritakan tentang saudaranya pulang dari perang.Keadaansaudaranya itu tidak berdaya.Akhirnya terjatuh dihalaman rumah.Si aku selalu membersemangat kepada ibunya begitu juga dengan ibunya yang memberikan kasih saying yang tulus.

4.Lapis dunia            Dipandang dari sudut pandang tertentu,si aku kelihatan sedih melihatsaudaranya pulang perang dengan keadaan yang sudah tidak berdaya.5.Lapis meafisis            Dalam sajak ini lapis itu berupa kepedulian hidup manusia,yang berjuang dalamperang membela Negara ini.Namun keluarga selalu mendukung nya dan memberikan semangatkepada nya.

BAB IIIPenutup

1.KesimpulanSetelah menganalisis beberapa karya Taufik Ismail yakni  Jalan segara,Karangan

bunga,Tentang Sersan Nurcholis,Salemba,Kutahu kau kembali jua anakku.Dapat disimpulkansebagai berikut :a.Dari hasil analisis puisi “Jalan Segara” dapat disimpulkan bahwa puisi ini dapatmemberikan semangat bagi siswa yang ingin suatu keadilan dengan caraberdemonstrasi.Supaya pejabat yang memimpin Negara ini tahu akan rakyat kecil.b.Dalam puisi  “Karangan Bunga” dapat disimpulkan makna dari puisi ini adalah rasakepedulian anak kecik terhadap seseorang yang tertembak mati.Dapat di ambil makna bahwaanak kecilpun mempunyai rasa kepedulian terhadap orang lain.Ini menunjukkan untuk orangyang lebih dewasa agar bisa seperti mereka.

c.Dalam puisi “Tentang Sersan Nurcholis” dapat diambil makna bahwa seseorang yangberjuang tanpa meminta imbalan.Kita harus ikhlas dengan apa yang kita kerjakan.Biar tuhanyang membalas semuanya,asalkan yang kita kerjakan itu berada dijalan kebenaran.d.Dalam puisi “Salemba” dapat disimpulkan seseoran mahasiswa yang protes terhadappemimpin Negara ini.Dia rela mempertaruhkan nyawa nya demi mendapatkan keadilan.e.Dalam puisi “ Kutahu kau kembali jua anakku” Puisi ini sangat besar makna nya untukdibawa dalam kehidupan keseharian kita.Bahwa kita harus membela bangsa ini.Walaupun nyawataruhan nya.2.Saran            Sebaiknya analisis puisi norma roman ingardensangat perlu diperhatikan lagi.Karena menurut saya puisiyang dianalisis ini puisi yang dimiliki masyarakatIndonesia.            Untuk mewujudkan suatu keinginan saya berhrappembaca makalah ini tidak hanya membaca saja,tetapi jugamemberikan saran-saran terhadap makalah ini.

DAFTAR PUSTAKAhttp://zhuldyn.wordpress.com/2011/04/11/kumpulan-puisi-

karya-taufik-ismail/TabelIdentifikasiUnsur-unsurIntrinsikPuisi

TeksPuisi StrukturFisikBunyi Diksi Citraan Majas Saranaretor

ikaGubukdaunkelapadikebunkelapa

Mesodiplosis “kelapa”, alliterasi /k/

Konkret: gubuk,kebun

visual - -

TeksPuisi StrukturBatin (Lapis Makna)Bunyi Diksi Larik Bait Totalitas

MaknaGubukdaunkelapadikebunkelapa

TemaPesanNadaPerasaanNilai

TeksPuisi MaknadanMuatanUnsurSosialMaknaDiksi

MaknaLarik

Makna Bait TotalitasMakna

Unsur-UnsurSosial

Gubukdaunkelapadikebunkelapa

  Pedekatan BiografisMenurut Wellek dan warren (dikutip Ratna, 2008:55),

model biografis dianggap sebagai pendekatan yang tertua.

Dalam pendekatan ini, subjek kreator dianggap sebagai asal-usul karya sastra, dengan kata lain, karya sastra secararelative sama dengan maksud, niat, pesan, dan tujuan-tujuantertentu dari pengarangnya.

Sudah barang tentu, dengan pendekatan ini para penelitisastra termasuk juga puisi mampu mencari asal-usul karyasastra bermula dari pengarangnya. Meski pendekatan semacamini sedikit menyulitkan bagi setiap peneliti untukmelakukan wawancara, mengumpulkan catatan-catanan danpernyataan-pernyataan langsung dari penulis/pencipta karyasastra yang diteliti. Namun dibalik itu semua, akanmemunculkan nilai apresiasi yang tinggi tidak saja bagikarya sastra, tetapi juga bagi penciptanya. Bahkan lebihjauh lagi, para penikmat dan peneliti sastra mampumemperlajari pokok pikiran awal yang mendasari penciptaansebuah karya sastra.

Pendekatan HistorisPendekatan historis mempertimbangkan historisitas karya

sastra yang diteliti, yang dibedakan dengan sejarah sastrasebagai perkembangan sastra sejak awal hingga sekarang,sastra sejarah sebagai karya sastra yang mengandung unsur-unsur sejarah. Pendekatan sejarah menelusuri arti dan maknabahasa sebagaimana yang sudah tertulis, dipahami pada saatditulis, oleh pengarang yang benar-benar menulis, dansebagainya.

Berbeda dengan sejarah sastra, pendekatan historismemusatkan perhatian pada masalah bagaimana hubungannyaterhadap karya yang lain, sehingga dapat diketahui kualitasunsur-unsur kesejarahannya. Pendekatan historis dengandemikian mempertimbangkan relevansi karya sastra sebagaidokumen sosial. Dengan hakikat imajinasi karya sastra

adalah wakil zamannya dan dengan demikian merupakanrefleksi zamannya. Tugas utama sejarah sastra adalahmenempatkan karya sastra dalam suatu tradisi, tetapibagaimana cara menempatkannya adalah tugas pendekatan yangdibantu oleh teori dan metode.

Menurut Ratna (2008:66) yang menjadi objek kajianpendekatan historis diantaranya sebagai berikut.

1)        Perubahan karya sastra dengan bahasanya sebagai akibatproses penerbitan ulang.

2)        Fungsi dan tujuan karya sastra pada saat diterbitkan.3)        Kedudukan pengarang pada saat menulis.4)        Karya sastra sebagai wakil tradisi zamannya.

Aminuddin. 2011. Pengantar Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Jogjakarta: Gadjah

Mada University Press.Waluyo, Herman J. 2011. Teori dan Apresiasi Sastra. Jakarta: Erlangga.

MANSUR SAMINMansur samin adalah seorang penyair, teaterawan, juga

beberapa kali terlibat dunia film. Mansur Samin merupakanadik kandung H. Ali Husin Samin Sirgegar – ayah Ahmad SaminSiregar. Samin merupakan nama kakek Ahmad Samin Siregar.

Mansur Samin lahir diBatangtoru, Tapanuli Selatan 14mei 1945, beliau pergi meninggalkan banyak torehan karyayang termaktub pada sejumlah buku, antara lain kamus Bahasa

Angkola/ mandailing-Indonesia(1978), kumpulan terjemahansastra angkola/mandailing (1992), Morfologi dan SintaksisBahasa Nias  (1984), kamus isitilah seni drama (1985),kamus Karo-Indonesia (1985), khazanah, biografi sastrawanSumatera utara (1986), struktur sastra lisan Melayu Serdang(1990) dan sastra lisan karo  (1993), apresiasi puisi(1994) dan Genta, Guru Besar dan Sarjana USU Baca Puisi,kumpulan Puisi dan Essay (1997).

Beliau juga banyak menulis drama dan cerita anak-anak.Karya-karyanya: Perlawanan (1966), Kebinasaan Negeri Senja(1968), Tanah Air (1969), Dendang Kabut Senja (1988),Sajak-sajak Putih (1996), Sontanglelo (1996), Srabara(1996). Ia juga banyak menulis cerita anak-anak, yaitu:Hadiah Alam, Hidup adalah Kerja, Kesukaran Terkalahkan,Percik Air Batang Toru, Warna dan Kasih, dan Urip yangTabah.

PIDATO SEORANG DEMONSTRAN(Karya Mansur Samin)

Mereka telah tembak teman kitaketika mendobrak sekretariat negara

sekarang jelas bagi saudarasampai mana kebenaran hukum di Indonesia

Ketika kesukaran tambah menjadipara menteri sibuk ke luar negeri

tapi korupsi tetap meraja

sebab percaya keadaan berubahrakyat diam saja

Ketika produksi negara kosongpara pemimpin asyik ngomong

tapi harga-harga terus menanjaksebab percaya diatasi dengan mupakat

rakyat diam sajaDi masa gestok rakyat dibunuhpara menteri saling menuduhkaum penjilat mulai beraksimaka fitnah makin berjangkit

toh rakyat masih terus diam sajaMereka diupah oleh jerih orang tua kita

tapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnahKita dituduh mendongkel wibawa kepala negara

apakah kita masih terus diam saja?

MUATAN SEJARAH 60-andalam “PIDATO SEORANG DEMONSTRAN”

Oleh: Frety Amora Pradiska

Mansur samin adalah seorang penyair, teaterawan, juga beberapa kaliterlibat dunia film. Ia lahir di Batangtoru, Tapanuli Selatan 14mei 1945, ia pergi meninggalkan banyak torehan karya yangtermaktub pada sejumlah buku, antara lain kamus BahasaAngkola/ mandailing-Indonesia(1978), kumpulan terjemahansastra angkola/mandailing (1992), Morfologi dan SintaksisBahasa Nias  (1984), kamus isitilah seni drama (1985),kamus Karo-Indonesia (1985), khazanah, biografi sastrawanSumatera utara (1986), struktur sastra lisan Melayu Serdang(1990) dan sastra lisan karo  (1993), apresiasi puisi(1994) dan Genta, Guru Besar dan Sarjana USU Baca Puisi,kumpulan Puisi dan Essay (1997).

Ia juga banyak menulis drama dan cerita anak-anak.Karya-karyanya: Perlawanan (1966), Kebinasaan Negeri Senja(1968), Tanah Air (1969), Dendang Kabut Senja (1988),Sajak-sajak Putih (1996), Sontanglelo (1996), Srabara

(1996). Adapun karyanya yang berupa cerita anak, yaitu:Hadiah Alam, Hidup adalah Kerja, Kesukaran Terkalahkan,Percik Air Batang Toru, Warna dan Kasih, dan Urip yangTabah.

Seperti yang kita ketahui, karya sastra adalah tiruankenyataan yang telah melalui proses kreatif. Di dalamnya,terdapat torehan kehidupan dari zaman ke zaman. Ibaratpepatah, “sambil menyelam minum air”. Menyelami karyasastra berarti menyelami kehidupan, budaya, dan sejarah.Kenyataan sejarah menyebutkan bahwa perkembangan sastrawanIndonesia menunjukkan perhatian yang cukup serius terhadap bidang politik. Mulai dari para pengarang zaman perang sampai pasca kemerdekaan banyak yang aktif dalam bidang politik. Pada masa-masa tertentu, bahkan beberapa pengarang malah lebih terkenal dengan sebutan politikus daripada sastrawan karena pengarang tersebut menyibukkan diri mereka dalam organisasi pergerakan nasional yang tentunya berkaitan dengan bidang politik.

Perkembangan sastra Indonesia pada periode ’60—’80anmengalami problematika, mulai dari masalah sosial hinggapermasalahan politik. Berawal dari mulai terbentuknyaLembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) pada tahun 1950. LEKRAyang pada awalnya belum merupakan organ kebudayaan dariPKI, lalu akhirnya menjadi organ kebudayaan PKI, dansemenjak itu PKI sendiri semakin mengembangkan sayapnyakembali untuk menguasai pemerintahan Indonesia. Sampai padatahun 1959 melalui Dekrit Presiden, dibentuklah ManifestoPolitik (Manipol) sebagai dasar haluan negara. Malangnya,hal ini semakin memperluas ruang gerak PKI yaitu denganmemberikan angin kepada Presiden Soekarno untuk menjaditiran (diktator) dan pada pihak lain mengobarkanketidakpuasan rakyat melalui berbagai macam slogan yangdibuat.

Tidak berhenti sampai disini. Menjelang 1 Oktober1965, PKI semakin melebarkan sayapnya dengan melakuanmetode komunisme melalui LEKRA, yaitu dengan menterororang-orang atau golongan yang dianggap tidak sepahamdengan PKI. Akhirnya, banyak seniman dan budayawan

yang bergabung denganLEKRA. Alasannya, mereka tak ingindibunuh apabila tidak segera bergabung.Adapun pengarang danbudayawan yang tetap kukuh pada non-komunismebergabungdengan organisasi-organisasi kebudayaan yang bernaung dibawah partai Nasakom pada saat itu.

Pada tanggal 17 Agustus 1963, diumumkan ManifesKebudayaan (Manikebu). Dengan adanya Manikebu, dapatdijadikan sebagai juru selamat bagi pengarang maupunpenyair yang selama ini mendapatkan tekanan mentaldanteror dari LEKRA. Akan tetapi, bagi LEKRA dengan adanyaManifes Kebudayaan mereka menjadi lebih mudah untukmenghancurkan orang-orang yang selama ini tidak sepahamdengan mereka.

Di tengah perlawanan dari pihak Manikebu kepada LEKRA,Soekarno menyatakan bahwa Manifes Kebudayaan ‘terlarang’, danhal ini merupakan pukulan hebat bagi pihak ManifesKebudayaan, semua pihak Manikebu diusir dari setiapkegiatan, dilarang untuk mempublikasikan karya-karyanya,dan dilakukanpembersihan besar-besaran di seluruh penjurutanah air. Para pengarang dan seniman dilarang untukmempublikasikan karya-karyanya melalui Manifes Kebudayaan,dan secara terpaksa, pihak pengarang, penyair dan senimanManikebu mempublikasikan karyanya dengan nama samaran.Situasi ini memberikan ciri-ciri kepada karya sastraperiode ini. Di tengah sajak-sajak, cerpen-cerpen danessai-essai yang menyanyikan kemenangan oleh pihak LEKRA,muncul perlawanan dari pengarang dan penyair yang inginmembela martabat manusia, ingin membela kemerdekaan manusiayang diinjak-injak oleh tirani mental dan fisik. Sajak,cerpen dan essai-essai yang ditulis pada masa itu banyakyang bertemakan protes sosial-politik serta protes terhadappenginjak-injakan martabat manusia.

“Pidato Seorang Demonstran” adalah salah satu sajakkarya Mansur Samin yang syarat akan protes sosial-politik.Beliau menggambarkan kondisi rakyat Indonesia pada tahun60-an. Bagaimana perlakuan keji militer, kesewanang-wenangan pemerintah, dan penderitaan rakyat saat itu iatorehkan dalam Pidato Seorang Demonstran. Adanya krisis

sosial, politik, dan ekonomi tergambar jelas dalampuisinya.

PIDATO SEORANG DEMONSTRANKarya: Mansur Samin

Mereka telah tembak teman kitaketika mendobrak sekretariat negarasekarang jelas bagi saudarasampai mana kebenaran hukum di Indonesia

Ketika kesukaran tambah menjadipara menteri sibuk ke luar negeritapi korupsi tetap merajasebab percaya keadaan berubahrakyat diam saja

Ketika produksi negara kosongpara pemimpin asyik ngomongtapi harga-harga terus menanjaksebab percaya diatasi dengan mupakatrakyat diam saja

Di masa gestok rakyat dibunuhpara menteri saling menuduhkaum penjilat mulai beraksimaka fitnah makin berjangkittapi rakyat masih terus diam saja

Mereka diupah oleh jerih orang tua kitatapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnahKita dituduh mendongkel wibawa kepala negaraapakah kita masih terus diam saja?

1966Puisi “Pidato Seorang Demonstran” berisi sejarah

bangsa Indonesia pada tahun 60-an. Pada saat itu, terjadibeberapa peristiwa penting yang menggambarkan kondisi

sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia tahun 60-an.Pada tanggal 23 Februari 1966 terjadi peristiwa demonstrasimahasiswa dan pelajar di depan gedung Sekretariat Negara.Mereka melakukan demo untuk menolak pelantikan kabinet 100Menteri dalam Dwikora. Para mahasiswa  ingin kabinetDwikora dibebaskan dari intervensi menteri-menteri Gestapu,yaitu dengan cara memasukkan menteri-menteri yang anti-Gestapu. Akan tetapi, Soeharto, yang pada saat itu memegangkekuasaan atas “Surat Perintah 11 Maret”, malah memasukkanlebih banyak menteri-menteri Gestapu dalam kabinet Dwikora.

 Demonstrasi yang awalnya hanya upaya menggagalkanpelantikan kabinet Dwikora yang baru, namun padakenyataannya malah berujung pada penembakan terhadapmahasiswa karena bentrokan-bentrokan lebih lanjut memangtak terelakkan lagi. Dalam insiden penembakan itu, duaorang mahasiswa tewas tertembak, yang salah satunya adalahmahasiswa kedokteran UI, Arief Rachman Hakim. Arieftewas pada hari ke-3 demonstrasi yaitu tanggal 25 Februari1966. Ia tewas sebagai pahlawan AMPERA. Peristiwa initercermin dalam bait pertama “Pidato Seorang Demonstran”.

Bait kedua dan ketiga menggambarkan kondisi ekonomimasyarakat Indonesia saat itu. Terjadinya inflasi yangmencapai 650% begitu menyengsarakan rakyat. Beberapa faktoryang berperan kenaikan harga ini adalah keputusan Suharto-Nasution untuk menaikkan gaji para tentara 500% danpenganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa yangmenyebabkan mereka kabur. Dalam kondisi demikian, rakyatpun tetap tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya bisa diamdan patuh pada “tirani”.

Dini hari menjelang tanggal 1 Oktober 1965, terjadilahperistiwa pembunuhan para perwira tinggi militer Indonesia.Oleh karena itu G 30S/PKI juga disebut dengan Gestok, yaituGerakan 1 Oktober seperti yang ada pada baris pertama baitkeempat “Di masa gestok rakyat dibunuh”. Peristiwa tersebuttelah menewaskan 6 perwira tinggi Angkatan Darat yaitu:

1.       Letjen TNI Ahmad Yani2.       Mayjen TNI Raden Suprapto3.       Mayjen TNI Mas Tirtodarmo

4.       Mayjen TNI Siswondo Parman5.       Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan6.       Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo  Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran

utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya,putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau, LettuCZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhantersebut.Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadikorban:

1.       Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmiWakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)

2.       Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem072/Pamungkas, Yogyakarta)

3.       Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem072/Pamungkas, Yogyakarta)

      Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasidi Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya.Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.

Dalam isu adanya upaya kudeta terhadap pemerintahanSoekarno oleh “Dewan Jenderal” tersebut, yang dituduhbersalah atas pembunuhan keenam jenderal tersebut adalahpara pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyalkepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol Untung,Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu.Peristiwa ini ditorehkan oleh Mansur Samin dalam bait ke-4“Pidato Seorang Demonstran”.

Adapun dalam bait ke-5, Mansur Samin berusaha membukamata rakyat Indonesia agar berani melawan tirani. Rakyatjangan diam saja. Mereka dibayar oleh jerih payah rakyat.Mereka makan dan hidup enak dari uang rakyat. Tidaksepantasnya rakyat diinjak-injak, diperlakukan sewenang-wenang bahkan dituduh mendongkel wibawa kepala negara dandihukum bahkan dibunuh dengan alasan itu. Menyaksikan danmengalami keadaan seperti itu, apakah rakyat masih diamsaja?

Dengan membaca puisi ini, setidaknya menimbulkan rasapenasaran tentang sejarah Indonesia tahun 60-an, khususnyabagi pembaca yang asing dengan “sejarah”. Akan muncul dibenaknya berbagai pertanyaan. Peristiwa apa saja yangterjadi saat itu? Bagaimanakah kondisi bangsa Indonesiasaat itu? Kenapa dalam puisi ini tertulis seperti ini?Dengan adanya stimulus ini, ia akan berusaha mencarijawabannya dengan bertanya pada orang yang dianggap tahuatau dengan membuka lembaran-lembaran sejarah yang telahusang dan berdebu.

Rasanya, 5 bait, 23 baris, dan 110 kata dalam sajak“Pidato Seorang Demonstran” telah mewakili dahsyatnyaperistiwa sejarah tahun 60-an yang terjadi di Indonesia.Penyair begitu apik merangkai kata-kata sederhana namunbermuatan sejarah yang padat. Melalui puisi ini, banyak halbisa kita dapat. Banyak hal bisa kita pelajari. Ingatlahbahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakansejarah.