24
Pemeriksaan Tes Pendengaran Pengikut Arsip Blog 2009 (1) o November (1) Pemeriksaan Audiometri, Rinne, Weber test dan Scwa... Mengenai Saya neeya_koizora i'm may not be perfect,,, but i'm always me... u don't have to love me,,, u don't have to like me,,, but u will RESPECT ME...! Lihat profil lengkapku Senin, 09 November 2009 Pemeriksaan Audiometri, Rinne, Weber test dan Scwabach test LATAR BELAKANG Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di memberan timpani persatuan waktu

Pemeriksaan Tes Pendengaran

Embed Size (px)

Citation preview

Pemeriksaan Tes Pendengaran Pengikut

Arsip Blog ▼   2009 (1)

o ▼   November (1) Pemeriksaan Audiometri, Rinne, Weber test dan

Scwa...

Mengenai Saya

neeya_koizora i'm may not be perfect,,, but i'm always me... u don't have to love me,,, u don't have to like me,,, but u will RESPECT ME...!

Lihat profil lengkapku

Senin, 09 November 2009Pemeriksaan Audiometri, Rinne, Weber test dan Scwabach test

LATAR BELAKANG

Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran

longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa

pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang

seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini

sebagai perubahan tekanan di memberan timpani persatuan waktu

adalah satuan gelombang, dan gerakan semacam itu dalam

lingukangan secara umum disebut gelombang suara.

Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo

gelombang suara dan nada berkaitan dengan prekuensi (jumlah

gelombang persatuan waktu). Semakin besar suara semakin besar

amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada.

Namun nada juga ditentukan oleh factor - faktor lain yang

belum sepenuhnya dipahami selain frekuensi dan frekuensi

mempengaruhi kekerasan, karena ambang pendengaran lebih rendah

pada frekuensi dibandingkan dengan frekuensi lain. Gelombang

suara memiliki pola berulang, walaupun masing - masing

gelombang bersifat kompleks, didengar sebagai suara musik,

getaran apriodik yang tidak berulang menyebabakan sensasi

bising. Sebagian dari suara musik bersala dari gelombang dan

frekuensi primer yang menentukan suara ditambah sejumla

getaran harmonik yang menyebabkan suara memiliki timbre yang

khas. Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara berbagai

alat musik walaupun alat tersebut memberikan nada yang sama.

(William F.Gannong, 1998)

Telah diketahui bahwa adanya suatu suara akan menurunkan

kemampuan seseorang mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal

sebagai masking (penyamaran). Fenomena ini diperkirakan

disebabkan oleh refrakter relative atau absolute pada reseptor

dan urat saraf pada saraf audiotik yang sebelumnya teransang

oleh ransangan lain. Tingkat suatu suara menutupi suara lain

berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada lingkungan yang sangat

kedap suara, Efek penyamaran suara lata akan meningkatan

ambang pendengaran dengan besar yang tertentu dan dapat

diukir.

Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah

gelombang suara di lingkungan eksternal menjadi potensi aksi

di saraf pendengaran। Gelombang diubah oleh gendang telinga dantulang-tulang pendengaran menjadi gerakan-gerakan lempeng kaki

stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga

dalam. Efek gelombang pada organ Corti menimbulkan potensial

aksidi serat-serat saraf. (William F.Gannom,1998)

A. Anatomi system pendengaran (Telinga)

Merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari

telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan

mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut

akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah

untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan

menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir

dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.

Telinga mempunyai resptor bagi 2 modalitas reseptor sensorik :

1. Pendengaran (N. Coclearis)

Telinga dibagi menjadi 3 bagian :

Telinga luar

Auricula

Mengumpulkan suara yang diterima

Meatus Acusticus Eksternus

Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius

eksterna

Canalis Auditorius Eksternus

Meneruskan suara ke memberan timpani

Membran timpani

Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi

gelombang mekanik।

Telinga tengah Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang

menghubungkan rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan

melalui tuba eustachius, yang fungsinya menyamakan

tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Tuba

eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi

dapat terbuka secara alami ketika anda menelan dan

menguap. Setelah sampai pada gendang telinga, gelombang

suara akan menyebabkan bergetarnya gendang telinga, lalu

dengan perlahan disalurkan pada rangkaian tulang-tulang

pendengaran. Tulang-tulang yang saling berhubungan ini -

sering disebut " martil, landasan, dan sanggurdi"- secara

mekanik menghubungkan gendang telinga dengan "tingkap

lonjong" di telinga dalam. Pergerakan dari oval window

(tingkap lonjong) menyalurkan tekanan gelombang dari

bunyi kedalam telinga dalam.

Telinga tengah terdiri dari :

Tuba auditorius (eustachius)

Penghubung faring dan cavum naso faringuntuk :

Proteksi: melindungi ndari kuman

Drainase: mengeluarkan cairan.

Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam.

Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)

Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk

diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga

perlimife pada skala vestibule akan berkembang.

Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari :

Koklea

Skala vestibule: mengandung perlimfe

Skala media: mengandung endolimfe

Skala timani: mengandung perlimfe

Organo corti

Memngandung sel-sel rambut yang merupakan resseptor

pendengaran di memberan basilaris.

Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari

"cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah siput.

Sepanjang jalur rumah siput terdiri dari 20.000 sel-sel

rambut yang mengubah getaran suara menjadi getaran-

getaran saraf yang akan dikirim ke otak. Di otak getaran

tersebut akan di intrepertasi sebagai makna suatu bunyi.

Hampir 90% kasus gangguan pendengaran disebabkan oleh

rusak atau lemahnya sel-sel rambut telinga dalam secara

perlahan. Hal ini dikarenakan pertambahan usia atau

terpapar bising yang keras secara terus menerus. Gangguan

pendengaran yang diseperti ini biasa disebut dengan

sensorineural atau perseptif. Hal ini dikarenakan otak

tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang

diperlukan untuk - sebagai contoh mengerti percakapan.

Efeknya hampir selalu sama, menjadi lebih sulit

membedakan atau memilah pembicaraan pada kondisi bising.

Suara-suara nada tinggi tertentu seperti kicauan burung

menghilang bersamaan, orang-orang terlihat hanya seperti

berguman dan anda sering meminta mereka untuk mengulangi

apa yang mereka katakan. Hal ini dikarenakan otak tidak

dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan

untuk sebagai contoh mengerti percakapan. Contoh kecil

seperti menghilangkan semua nada tinggi pada piano dan

meminta seseorang untuk memainkan sebuah melodi yang

terkenal. Dengan hanya 6 atau 7 nada yang salah, melodi

akan sulit untuk dikenali dan suaranya tidak benar secara

keseluruhan. Sekali sel-sel rambut telinga dalam

mengalami kerusakan, tidak ada cara apapun yang dapat

memperbaikinya. Sebuah alat bantu dengar akan dapat

membantu menambah kemampuan mendengar anda. Andapun dapat

membantu untuk menjaga agar selanjutnya tidak menjadi

lebih buruk dari keadaan saat ini dengan menghindari

sering terpapar oleh bising yang keras.

Keseimbangan (N. Vestibularis)

a. Canalis Semisirkularis

Canalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau

deselarisasi anguler atau rotasional kepala, misalnya

ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik,

atau memutar kepala. Tiap – tiap telinga memiliki tiga

kanalis semesirkularis yang tegak lurus satu sama lain.

b. Utrikulus

Utrikulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di

dalam rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan

koklea. Rambut–rambut pada sel rambut asertif di organ ini

menonjol ke dalam suatu lembar gelatinosa di atasnya, yang

gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta

menimbulkan perubahan potensial di sel rambut.

Sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau

deselerasi linear horizontal, tetapi tidak memberikan

informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan konstan.

c. Sacculus

Sacculus adalah struktur seperti kantung yang terletak di

dalam rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan

koklea. Sacculus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus,

kecuali dia berespons secara selektif terhadap kemiringan

kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya bangun dari

tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau deselerasi

loner vertical (misalnya melompat atau berada dalam

elevator).

Fisiologi Pendengaran

Getaran suara ditangkap ol;eh telinga yang dialirkan ke

telinga dan mengenai memberan timpani, sehingga memberan

timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang

pendengaran yang berhhubungan satu sama lain. Selanjutnya

stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian

getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfe

dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala

timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen

rotundum) terdorong kearah luar.

Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion

kalium dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke

cabang N.VIII yang kemudian neneruskan ransangan ke pusat

sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di

lobus temporalis.

Kelainan /Ganggaun Fisiologi Telinga

1. Tuli konduktif

Karena kelainan ditelinga luaaar atau di telinga tengah

a. Kelainan telingna luar yang menyebabkan tuli konduktif

adalah astresia liang telinga, sumbatan oleh serumen,

otitis eksterna sirkumsripta, osteoma liang teling.

b. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif

adalah tubakar/sumbatan tuba eustachius, dan dislokasi

tulang pensdengaaran.

2. Tuli perseptif

Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau

kerusakan pada sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang

tersebut mengalamipenurunan atau kehilangan kemampuan total untuk

mendengar suara dan akan terjadi kelainan pada :

a. Organo corti

b. Saraf : N.coclearis dan N.vestibularais

c. Pusat pendengaran otak

3. Tuli campuran

Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak

sempurna sehingga infeksi skunder (tuli persepsi juga).

Kekurangan Pendengaran

Yang dimaksud dengan kekurangan pendengaran adalah keadaan

dimana seorang kurang dpat mendengar dan mengerti suara atau

percakpan yang didengar untuk mendiagnosis kurang pendengaran.

Sebagi dokter umum cukuplah memperhatikan keempat aspek

penting berikuta ini :

Penentuan pada penderita apakah ada kurang pendengaran atau tidak.

Jenis kurang pendengaran

Derajat kurang pendengaran

Menentukan penyebab kurang pendengaran

1. Penentuan pada penderita apakah ada KP atau tidak

Dalam penentuan apakah ada KP atau tidak pada penderita

hal penting yang harus diperhatiakan adalah umur

prnderita. Respon manusia terhadap suara atau percakapan

yang didengranya tergantung pada umur pertumbuhannya.

Usia 6 tahun diambil sebagai batas, kurang dari 6 tahun

respon anak terhadap suara atau percakapan berbeda-beda

tergantung umurnya, sedangkan lebih dari 6 tahun respon

anak terhadap suara atau percakapan yang didengar sama

dengan orang dewasa karena luasnya aspek diagnostik KP.

Pad kedua golongan umur tersbut, maka dalam makalah ini

yang diuraikan hanya diagnosis KP pada anak-anak umur 6

tahun keatas dan dewasa.

2. Jenis KP

Jenis KP berdasarkan lokalisasi lesi :

a. KP jenis hantaran

Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga

luar dan atau telinga tengah.

b. KP jenis sensorineural

Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga

dalam (pada koklea dan N.VIII)

c. KP jenis campuran

Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga

tengah dan telinga dalam.

d. KP jenis sentral

Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada nucleus

auditorius dibatang otak sampai dengan korteks otak.

e. KP jenis fungsional

Pada KP jenis ini tidak dijumpai adanya gangguan atau

lesi organic pada system pendengaran baik perifer

maupun sentral, melainkan berdadasarkan adanya masalah

psikologis atau omosional.

Untuk KP jenis sentral dan fungsional mengingat masih

terbatasnya pengetahuan proses pendengara diwilayah

trsebut, disamping masih belum banyak dikenal teknik

uji pendengaran yang dapat dimanfaatkan untuk bahan

diagnostik, maka pada makalah ini akan dibatasi pada

diagnosis KP jenis hantaran sensorineural dan campuran

saja.

3. Menentukan penyebab KP

Menetukan penyebab KP merupakan hal yang paling sukar

diantara kempat batasan atau aspek tersebut diatas, untuk

itu diperlukan :

a. Anamnesis yang luas dan cermat tentang riwayat

terjadinya KP tersebut

b. Pemeriksaan umum dan khusus (telinga, hidung dan

tenggorokan ) yang teliti.

c. Pemeriksaan penunjang (bila diperlukan seperti foto

laboratorium)

Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes

fungsi pendengaran penderita, yaitu :

a. Tes bisik

b. Tes bisik modifikasi

c. Tes garputala

d. Pemeriksaan audiometri

Tes Fungsi Pendengaran

Pemeriksaan audiometri

Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri.

Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui

aerphon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan

diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran

normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian

dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.

a. Definisi

Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang

berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran).

Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur

ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan

untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang

menimbulkan gangguan pendengaran.

Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk

mengtahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan

sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat

ketajaman pendengaran seseorang da[at dinilai. Tes

audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki

gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada

suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran.

Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang

kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif.

Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :

1) Audiometri nada murni

Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan

alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada

murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-

8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB).

Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala

dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa

pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman

pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang

pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan

didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara.

Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis

dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran

audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran

normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai

ambang baku pendengaran untuk nada muri.

Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan

kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-

2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan

sehari-hari.

Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan

pendengaran

Kehilangan

dalam

Desibel

Klasifikasi

0-15 Pendengaran normal>15-25 Kehilangan pendengaran kecil>25-40 Kehilangan pendengaran ringan>40-55 Kehilangan pendengaran sedang>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang

sampai berat>70-90 Kehilangan pendengaran berat>90 Kehilangan pendengaran berat

sekali

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang

pendengaran psien pada stimulus nada murni. Nilai

ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda.

Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik

berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel,

suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution)

dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila

terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL.

Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction

menggambarkan SNHL.

2) Audiometri tutur

Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang

menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan,

dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi,

untuk mrngukur beberapa aspek kemampuan pendengaran.

Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan audiometri

nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran

digunakan daftar kata terpuilih yang dituturkan pada

penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung

oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan

audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon

kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau

kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau

pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan

disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta

untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar,

dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas

karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar

diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase

kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah

pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada

suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara

kata-kata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah

presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan benar.

Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi

kemampuan pendengaran yaitu :

a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari

sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu

intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya

disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan

dengan satuan de-sibel (dB).

b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk

mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam

kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan

nilai diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran

NDT itu adalah persentasi maksimal kata-kata yang

ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara

barapa saja. Dengan demikian, berbeda dengan

audiometri nada murni pada audiometri tutur

intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada

tingkat nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh

diatasnya.

Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh

mendengar kata-kata yang jelas artinya pada

intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai 50%

tidak dapat menirukan kata-kata dengan tepat.

Kriteria orang tuli :

Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40

dB

Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60

dB

Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas

60-80 dB

Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas

>80 dB

Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan

komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa

pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu

dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada

diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa

terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar

akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara

minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa

frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada

gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. Pada

audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan

vocal dan konsonan tertentu yang dipaparkan

kependrita. Intensitas pad pemerriksaan audiomatri

bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar 40 dB

dan seterusnya, bila mendengar intensitas bisa

diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes

sebelum dilakukan audiometri tentu saja perlu

pemeriksaan telinga : apakah congok atau tidak (ada

cairan dalam telinga), apakah ada kotoran telinga

(serumen), apakah ada lubang gendang telinga, untuk

menentukan penyabab kurang pendengaran.

b. Manfaat audiometri

1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga

2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi

3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian

pada anak-anak

c. Tujuan

Ada empat tujuan (Davis, 1978) :

1) Mediagnostik penyakit telinga

2) Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan

sehari-hari, atau dengan kata lain validitas sosial

pendengaran : untuk tugas dan pekerjaan, apakah butuh

alat pembantu mendengar atau pndidikan khusus, ganti

rugi (misalnya dalam bidang kedokteran kehkiman dan

asuransi).

3) Skrinig anak balita dan SD

4) Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.

1. Test Rinne

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara

hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.

Ada 2 macam tes rinne , yaitu :

a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu

menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid

pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah

pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita

pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes

Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya.

Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat

mendengarnya

b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu

menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum

mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus

akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah

bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih

keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus

(planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar

didepan maetus akustikus eksternus lebih keras.

Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar

didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih

keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

1) Normal : tes rinne positif

2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat

didengar melalui tulang lebih lama)

3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi

getaran garpu tala.

b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau

tidak (tes rinne: +/-)

c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan

tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru

telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik

berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa

misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai

garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai

aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid

pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan

isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita

menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran

kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan

garputala kedepan meatus akustukus eksternus.

2. Test Weber

Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan

hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan

tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya

kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien,

telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika

telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga

maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua

pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka

berarti tidak ada lateralisasi.

Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh

tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada

keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media

purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di

dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala

getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

Interpretasi:

a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah

kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila

antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.

b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:

1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis

media disebelah kanan.

2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya

pada telinga kanan ebih hebat.

3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah

kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan.

4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri

lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan.

5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana

jarang terdapat.

3. Test Swabach

Tujuan :

Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara

pemeriksa (normal) dengan probandus.

Dasar :

Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh

:

Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang

melalui tengkorak, khususnya osteo temporale

Cara Kerja :

Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah

digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan

mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan

akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat

garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan

segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang

yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding).

Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan

mendengar suara, atau tidak mendengar suara.