37
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi). Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan. Beberapa komponen penunjang sendi antara lain kapsula sendi, ligamen (ligamentum), tulang rawan hialin (kartilago hialin), cairan sinovial atau cairan sendi. Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang dihasilkan dari ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam hialuronat. Asam hialuronat ini menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan sendi dapat berfungsi sebagai pelumas. Cairan synovial akan memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehingga tidak terjadi gesekan dalam pergerakan sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Cairan sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk kedalam cairan itu berada diarea antara tulang pada sendi tersebut. Indikasi memeriksa cairan sendi diberikan oleh bertambah banyaknya cairan itu dan 1 | Pemeriksaan cairan sendi

PEMERIKSAAN CAIRAN SENDI

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hubungan dua tulang disebut  persendian

(artikulasi). Sendi merupakan hubungan antar

tulang sehingga tulang dapat digerakkan. Beberapa

komponen penunjang sendi antara lain kapsula

sendi, ligamen (ligamentum), tulang rawan

hialin (kartilago hialin), cairan sinovial atau

cairan sendi. Cairan sendi adalah cairan pelumas

yang terdapat pada sendi yang dihasilkan dari

ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam

hialuronat. Asam hialuronat ini menyebabkan cairan

sendi bersifat kental sehingga cairan sendi dapat

berfungsi sebagai pelumas.

Cairan synovial akan memberikan nutrisi bagi

tulang rawan sehingga tidak terjadi gesekan dalam

pergerakan sendi. Pemeriksaan cairan sendi

dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab

peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi.

Cairan sendi diambil menggunakan jarum yang

ditusuk kedalam cairan itu berada diarea antara

tulang pada sendi tersebut.

Indikasi memeriksa cairan sendi diberikan

oleh bertambah banyaknya cairan itu dan

1 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

pemeriksaan laboratorium membantu diagnosis

kelainan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana proses metabolisme cairan sendi?

2. Bagaimana patofisiologi cairan sendi?

3. Apa saja jenis pemeriksaan yang dilakukan

pada cairan sendi, Serta persiapan

pemeriksaan cairan sendi?

4. Bagaimana abnormalitas cairan sendi?

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFENISI SENDI

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota

tubuh dapat bergerak dengan baik, juga merupakan

suatu penghubung antara ruas tulang yang satu

dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang

tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis

persendian yang diperantarainya. Sendi merupakan

tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi

dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:

1. sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan

kartilago, antara tulang dihubungkan dengan

2 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua

subtipe yaitu sutura dan sindemosis;

2. sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus

oleh kartilago hialin, disokong oleh

ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi

menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan

simpisis; dan

3. sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan

sendi yang dapat mengalami pergerakkan,

memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya

dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi

membungkus tendon-tendon yang melintasi

sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga

dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan

cairan sinovial yang berwarna kekuningan,

bening, tidak membeku, dan mengandung

leukosit. Asam hialuronidase bertanggung

jawab atas viskositas cairan sinovial dan

disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan

sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber

nutrisi bagi rawan sendi.

Jenis sendi sinovial :

(1) Ginglimus : fleksi dan ekstensi,

monoaxis ;

3 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

(2) Selaris : fleksi dan ekstensi, abd &

add, biaxila ;

(3) Globoid : fleksi dan ekstensi, abd &

add; rotasi sinkond multi axial ;

(4) Trochoid : rotasi, mono aksis ;

(5) Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral

fleksi, sirkumfleksi, multi axis.

Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan

sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan yang

mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang

lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan,

cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan

berkurang cairan kembali ke belakang.

Tulang rawan merupakan jaringan pengikat

padat khusus yang terdiri atas sel kondrosit, dan

matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-

sabut protein yang terbenam di dalam bahan dasar

amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3

macam tulang rawan, yaitu :

1. tulang rawan hialin, yang terdapat terutama

pada dinding saluran pernafasan dan ujung-ujung

persendian;

2. Tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis,

aurikulam dan tuba auditiva; dan

3. tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus

fibrosus, diskus intervertebralis, simfisis

4 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago

hialin menutupi bagian tulang yang menanggung

beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun

oleh kolagen tipe II dan proteoglikan yang

sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan

tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi

menerima beban yang kuat. Perubahan susunan

kolagen dan pembentukan

proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau

penambahan usia

          

Sebagian besar sendi kita adalah sendi

sinovial. Permukaan tulang yang bersendi

diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan

licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi

sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat

yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi membran

5 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk

“meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat

oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang,

menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi

gerakan yang dapat dilakukan.

Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang

mempunyai mempunyai fungsi ganda yaitu untuk

melindungi ujung tulang agar tidak aus dan

memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin,

serta sebagai penahan beban dan peredam benturan.

Agar rawan berfungsi baik, maka diperlukan matriks

rawan yang baik pula.

Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :

o Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering

rawan sendi, mengandung 70-80% air, hal

inilah yang menyebabkan tahan terhadap

tekanan dan memungkinkan rawan sendi elastic

o Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat

kering rawan sendi, sangat tahan terhadap

tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin

tebal, sehingga rawan sendi yang tebal

kolagennya akan tahan terhadap tarikan

Disamping itu matriks juga mengandung

mineral, air, dan zat organik lain seperti

enzim.

B. PATOFISIOLOGI

6 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Inflamasii mula – mula mengenai sendi

sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat

febrin dan infiltrasi seluler. Peradangan yang

berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, teutama

pada sendi articular kartilago dari sendi. Pada

persendian ini granulas membentuk panus, atau

penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk

ketulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat

karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi

artilago artikuler. Kartilag menjadi nekrosis.

Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan

tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan

subluksasi atau disiokasi dari persendian.

Proses fagositosis menghasilkan enzim – enzim

dalam sendi. Enzim – enzim tersebut akan memecah

kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi

membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus.

Panus akan menghancurkan tulang rawan dan

menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan

permukaan sendi yang akan mengalami perubahan

generative dengan menghilangnya elastisitas otot

dan kekuatan kontraksi otot.

7 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

C. JENIS PEMERIKSAAN CAIRAN SENDI

1. Pemeriksaan Cairan Sendi

Pemeriksaan ini dikenal dengan nama formal

yaitu: analisis cairan sinovial, tetapi

mempunyai nama lain berupa analisis cairan

sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk

membantu mendiagnosis penyebab peradangan,

nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Cairan

sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk ke

dalam cairan itu berada (area diantara tulang

pada sendi tersebut).  Cairan sinovial menjadi

pelumas dalam sendi. Cairan sinovial akan

memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehingga

tidak dapat aus selama penggunaan (gesekan

dalam pergerakan sendi).

Analisis cairan sendi terdiri dari

serangkaian uji yang dilakukan untuk mendeteksi

perubahan yang terjadi akibat dari penyakit

tertentu. Ada beberapa karakteristik cairan

sinovial yang patut dikaji antara lain:

8 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

1. Karakteristik fisik: evaluasi dari

penampilan secara umum dari cairan

sinovial, meliputi kekentalan

(viskositas).  Karakteristik fisik yang

normal berupa: cairan bening, berwarna

jernih hingga kekuningan, dan kental

(viskositas tinggi akibat kandungan asam

hialuronat, ketika mengambilnya dengan

jarum membentuk ‘string’ beberapa inchi

layaknya cairan kental pada umumnya).

Perubahan yang terkait pada aspek fisik

ini yaitu: cairan keputihan (berawan)

disebabkan oleh hadirnya mikroorganisme

dan sel darah putih) dan berwarna

kemerahan akibat hadirnya sel darah merah.

Antara cairan sinovial berawan dan

kemerahan dapat terjadi dalam satu

spesimen.

2. Karakteristik kimia: mendeteksi perubahan

zat kimia tertentu pada cairan sinovial,

meliputi: glukosa (level glukosa di dalam

cairan ini lebih rendah daripada level

glukosa darah dan dapat menurun lebih

signifikan lagi pada inflamasi dan infeksi

sendi, protein (kandungan protein

9 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

meningkat akibat peradangan infeksi), asam

urat yang meningkat (pada Gout).

3. Karakteristik mikroskopik:  menghitung

sel-sel yang terdapat pada cairan sinovial

(terutama untuk menghitung leukosit)

meliputi: hitung leukosit (batas normal

yaitu <200 sel / mm3, leukosit yang

berlebihan menandakan adanya inflamasi

seperti pada Gout dan rheumatoid artritis,

neutrofilia menandakan infeksi bakteri,

dan eosinifilia menandakan penyakit Lyme),

dan melewati cairan sinovial ke sinar

polarisasi untuk melihat adanya kristal

asam urat (kristal jarum) pada penyakit

Gout.

4. Karakteristik infeksius1: menemukan agen

infeksius (bakteri atau jamur) dalam

cairan sinovial meliputi: pewarnaan gram

(untuk melihat tipe agen infeksius),

pembiakan, uji kerentanan terhadap

antibiotik (sebagai panduan dalam memilih

antibiotik), dan uji BTA jika dikhatirkan

adanya mikrobakterium.

Analisis cairan sendi dilakukan jika menemukan

sesuatu yang mencurigakan di daerah persendian,

berupa:

10 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

(1) nyeri di daerah persendian

(2) eritema meliputi daerah persendian dan

sekitarnya

(3) inflamasi di daerah persendian

(4) akumulasi cairan sinovial.

Prosedur dalam pengambilan cairan sinovial

dikenal dengan arthrocentesis. Setelah dianastesi

lokal, dokter akan melakukan penyuntikan hinga

masuk ke tempat cairan sinovial berada (area

diantara tulang). Selain untuk mengambil spesimen

cairan sinovial, prosedur ini dilakukan juga

dalam:

1. Pengambilan cairan sinovial berlebihan untuk

mengurangi tekanan yang berlebihan.

2. Injeksi kortikosteroid ke dalam cairan

sinovial yang mengalami inflamasi.

Proses Pengambilan Sampel Cairan Sendi

Arthrocentesis dilakukan oleh dokter atau

paramedik terlatih dengan mengunakan alat yang

steril dan tepat.

Pre Analitik

11 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

1. Spuit yang digunakan (19/21 untuk sendi

besar, 23/25 untuk sendi kecil).

2. Digunakan sarung tangan steril.

3. Dilakukan anastesi lokal (lidokain atau

etiklorida spray).

4. Kapas alkohol dan betadine.

5. Empat tabung penampungan tanpa antikoagulan.

Analitik

1. Ditentukan lokasi penusukan, daerah

ektensor lebih aman (bebas saraf) dan beri

tanda.

2. Dilakukan tindakan aseptik pada lokasi.

3. Dilakukan anastesi lokal (inflamasi

lidokain/prokain dengan jarum halus atau

etiklorida spray).

4. Ditusuk daerah yang sudah ditandai dengan

spuit yang berisi 25 µ sodium heparin

(dibilas) dan gunakan jarum yang sesuai

hingga terasa jarum menembus membran

sinovia (seperti menusuk kertas).

5. Dilakukan aspirasi perlahan-lahan (untuk

meminimalisasi nyeri).

6. Spesimen ditampung (sesuai urutan tabung

pertama kali diisi).

12 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

~   Tabung I  (tabung heparin ) steril

untuk pemeriksaan mikrobiologis (gram

dan biakan).

~  Tabung II (tabung EDTA) untuk

pemeriksaan mikroskopis, memeriksa

kristal, dan hitung jenis sel.

~   Tabung III (tanpa EDTA) untuk

pemeriksaan kimia atau imunologi dan

untuk pemeriksaan makroskopis.

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan

sampel:

1. Mengetahui apakah pasien mempunyai gangguan

hemostasis.

2. Melakukan dengan tehnik yang benar dan

berusaha untuk selalu steril.

3. Sampel yang didapatkan sesegera mungkin untuk

dibawa kelaboratoium.

4. Jika akan dikerjakan pemeriksaan glukosa

cairan sendi maka pasien dipuasakan 6-8 jam

terebih dahulu.

5. Bila dikehendaki antikoagulan digunakan

heparin.

6. Bila akan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi

wadah untuk menampung cairan sendi harus

steril

13 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Macam – macam pemerisaan

a. Tes Makroskopik

Volume

Dalam keadaan normal cairan sendi susah

didapat dan biasanya volume normal tidak

melebihi 2 ml. Volume yang melebihi 2 ml

menandakan adanya kelainan, makin besar

volume itu, maka makin luas juga kelainan

yang ada.

Warna dan kejernihan :

  Warna

Cairan sendi normal tidak berwarna atau

mempunyai warna kekuning-kuningan yang sangat

muda.Jika terjadi warna merah karena adanya

darah biasanya disebabkan oleh trauma pungsi.

Kejernihan

Dalam keadaan normal cairan sendi

jernih.Proses patologis seperti radang dapat

mengubah ciri-ciri itu menjadi agak keruh

sampai keruh sekali. Selain oleh peradangan

kekeruhan mungkin juga disebabkan proses-

proses lain, yakni oleh adanya beberapa macam

Kristal atau oleh sel-sel synovia yang

terlepas.

Pre Analitik

14 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan

khusus.

Persiapan sampel : tidak ada persiapan

khusus.

Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna

dan kejernihan yang berbeda.

Alat : tabung yang steril.

Analitik

Cara kerja :

1. Sampel dimasukan kedalam tabung steril

2. Dilihat warna dan kejernihan sampel .

3. Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih.

Pasca Analitik

Interpretasi :

Kuning jernih : artritis traumatik,

osteoartritis dan artritis rematoid

ringan.

Kuning keruh : inflamasi spesifik dan non

spesifik, karena bertambahnya lekosit.

Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid

dengan efusi kronik, pirai dengan efusi

akut dan obstruksi limfatik dengan efusi.

Seperti nanah atau purulent : artritis

septik yang lanjut.

Seperti darah : pada trauma, hemofilia dan

sinovisitis vilonodularis hemoragik. Bila

15 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

darah terjadi karena trauma pada waktu

aspirasi maka warna merahnya akan

berkurang bila aspirasi diteruskan,

sedangkan jika bukan oleh trauma maka

warna merah akan menetap.

Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang

telah lama (Gandasoebrata,2006).

Bekuan

Cairan sendi normal tidak membeku

karena tidak berisi fibrinogen. Proses

peradangan dapat menyebabkan menyusupnya

fibrinogen ke dalam cairan sendi. Kalau

ada bekuan laporkanlah besarnya bekuan

itu, semakin besar bekuan itu, maka

semakin berat proses inflamasi

Pre analitik

Persiapan pasien : tidak dibutuhkan

persiapan khusus.

Persiapan sampel : tidak ada persiapan

khusus.

Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan

sampel membeku.

Alat : tabung yang steril.

Analitik

Cara kerja :

1. Sampel dimasukan kedalam tabung steril

16 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

2. Dibiarkan sampel selama 1 jam

3. Dilihat ada tidaknya bekuan.

4. Nilai rujukan : tidak membeku.

Pasca analitik

Interpretasi :

Bekuan + : ada proses peradangan

(Gandasoebrata,2006).

Viskositas

Cairan sendi mempunyai nilai

viskositas tertentu, beberapa keadaan

patologis dapat mengurangi viskositas

sehingga cairan itu seolah-olah menjadi

encer.Untuk menguji viskositas isaplah

cairan sendi kedalam semprit 2 ml,

kemudian biarkan cairan itu mengalir

keluar dari semprit (tanpa jarum) dan

perhatikan panjangnya benang lendir yang

dapat dibentuk sampai saat cairan itu

jatuh. Dalam keadaan normal panjangnya

paling sedikit 5 cm. Makin pendek benang

itu, maka makin abnormal, kadang-kadang

viskositas itu rendah sekali sehingga

menetesnya seperti air saja.

Pre analitik

17 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Persiapan pasien : tidak dibutuhkan

persiapan khusus.

Persiapan sampel : tidak ada persiapan

khusus.

Prinsip tes : asam hialuronat dalam cairan

sendi menentukan viskositas cairan.

Alat : spuit atau semprit tanpa jarum.

Analitik

Cara kerja :

1. Dihisap sampel ke dalam spuit atau

semprit tanpa jarum.

2. Diteteskan sampel ke luar dari spuit

tersebut.

3. Diukur panjang tetesan. Atau diambil

sampel dengan jari telunjuk,

direntangkan antara jari telunjuk dan

ibu jari.

4. Hitung panjang rentangan.

5. Nilai rujukan : panjangnya tanpa putus

4-6 cm disebut viskositas tinggi.

Pasca analitik

Interpretasi :

non inflamatorik ® Viskositas tinggi.

Viskositas menurun (< inflamatorik akut

dan septik) hemoragik ®Viskositas

bervariasi (Gandasoebrata,2006).

18 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

b. Mikroskopis

1. Menghitung jumlah sel

Upaya ini dilakukan seperti menghitung

leukosit dalam darah tepi.Akan tetapi cairan

pengencer Turk tidak dapat dipakai karena asam

acetat membekukan mucin yang terdapat dalam

cairan sendi. Pakailah larutan NaCl 0,85 %

sebagai pengganti cairan Turk untuk menghitung

jumlah sel dan kamar hitung Fuchs-Rosenthal

seperti diterangkan dalam bab mengenai cairan

otak.Dalam keadaan normal jumlah sel dalam

cairan sendi kurang dari 200 per µl.

Pertambahan cairan sendi oleh causa bukan

radang dapat meningkatkan jumlah itu sampai

2.000 per µl, sedangkan adanya radang mendorong

angka itu sampai lebih dari 2.000 per µl.

Jumlah lekosit

Hasil hitung lekosit total maupun hitung jenis

lekosit pada sendi dapat membedakan

inflammatory arthritis, non

inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.

Pre analitik

Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan

khusus.

Persiapan sampel :

19 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau

metilen biru dalam NaCl 0,9% untuk cairan

yang jernih.

Jika cairan sendi terlalu kental kemungkinan

sulit untuk dipipet, maka sampel harus

diencerkan dengan buffer hialuronidase.

Bila cairan sendi banyak mengandung

eritrosit, maka digunakan HCl 0,1% atau

saponin 1%, karena  cairan ini dapat

melisiskan eritrosit.

Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan

ke dalam kamar hitung (hemositometer). Dengan

memperhitungkan faktor pengenceran, jumlah

lekosit dalam darah dapat diketahui.

Analitik

Cara kerja :

1. Dipipet sampel ke dalam pipet lekosit sampai

tanda 0,5.

2. Dipipet NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi

pipet beberapa menit agar isi  pipet

bercampur baik.

3. Kemudian dibuang  4 – 5 tetes isi  pipet.

4. Disiapkan kamar hitung dengan cover glass di

atasnya.

5. Diteteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam

kamar hitung

20 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

6. Dihitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4

kotak lekosit dengan menggunakan perbesaran

lensa objektif 10 x dan hasilnya dikali 50

(pengenceran).

7. Nilai rujukan: jumlah lekosit  < 200/mm3.

Pasca analitik

Interpretasi :

Jumlah lekosit 200-500/mm3 penyakit non

inflamatorik (penyakit degeneratif).        

Jumlah lekosit  2.000-100.000/mm3  

menandakan inflamatorik akut.

~  Artritis gout akut : jumlah lekosit

750-45.000/mm3, rata-rata 13.500/mm3.

~  Faktor rematoid : jumlah lekosit  300-

98.000/mm3, rata-rata 17.800/mm3

~  Artritis rematoid : jumlah lekosit

300-75.000/mm3, rata-rata 15.500/mm3.

~  Septik (infeksi) : jumlah lekosit

20.000-200.000/mm3

~  Artritis TB : jumlah lekosit 2.500-

105.000/mm3, rata-rata 23.500/mm3.

~  Atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-

108.000/mm3, rata-rata 14.000/mm3.

~  Atritis septik : jumlah lekosit

15.600-213.000/mm3, rata-rata

65.400/mm3.

21 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

~  Hemoragik : jumlah lekosit 200-

10.000/mm3

2. Menghitung jenis sel

Cairan sendi diperiksa seperti cairan

tubuh yang lain dengan cara membuat sediaan

apus yang dipulas Giemsa atau Wright. Dalam

keadaan normal leukosit berinti segment kurang

dari 25% dari semua jenis sel yang ada dalam

cairan sendi. Semakin tinggi angka itu, maka

semakin akut keadaan patologis.

Hitung Jenis

Hitung jenis lekosit pada sendi dapat

membedakan inflammatory arthritis, non

inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.

Pre Analitik

Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan

khusus.

Persiapan sampel :

Sampel harus diperiksa < 1 jam setelah

pengambilan.

Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi

atau dari sedimen cairan sendi yang telah

disentrifus (paling baik).

Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas

obyek glass kemudian diwarnai.

22 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Analitik

Cara kerja pewarnaan MGG :

1. Diambil cairan  sendi yang telah

disentrifuge

2. Diteteskan 1-2 tetes cairan sendi diatas

objek glas, kemudian dibuat hapusan di

atas objek glass, dibiarkan mengering.

3. Difiksasi apusan tersebut dengan metanol

selama 5 menit lalu dibilas dengan air

mengalir.

4. Diteteskan  sediaan apusan dengan larutan

May Grunwald  ± 1 – 2 menit.

5. Digenangi dengan larutan buffer pH 6,4

dan diamkan selama 3 menit.

6. Diwarnai dengan larutan Giemsa yang sudah

diencerkan dengan buffer pH 6,4 dan

dibiarkan 5 – 10 menit, cuci dengan air

mengalir lalu keringkan.

7. Diamati apusan di bawah mikroskop dengan

pembesaran 100 x menggunakan oil emersi.

8. Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.

Pasca analitik

Interpretasi :

Jumlah netrofil < normal atau non

inflamatorik®25%  

23 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Jumlah netrofil pada kelompok akut

inflamatorik :

~  Artritis gout akut : jumlah netrofil 48 –

94%, rata-rata 83%.

~  Faktor rematoid : jumlah netrofil  8 –

89%, rata-rata 46%.

~  Artritis rematoid : jumlah netrofil  5 –

96%, rata-rata 65%.

~  Artritis tuberkulosa : jumlah netrofil  29

– 96%, rata-rata 67%.

~  Artritis gonore : jumlah netrofil  2 - 96%

, rata-rata 64%.

~  Artritis septik : jumlah netrofil  75 –

100%, rata-rata 95%.

~  Jumlah netrofil pada kelompok hemoragik :

<50 o:p="">

(Gandasoebrata,2006).

3. Kristal-kristal

Pre analitik

Persiapan pasien : tidak diperlukan

persiapan khusus.

Persiapan sampel : sampel disentrifus

terlebih dahulu.

Prinsip tes : jenis kristal tergantung jenis

kelainan.

24 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Analitik

Cara kerja :

1. Diteteskan satu sampai dua tetes cairan

sendi yang telah disentrifus diatas

objek glass dan ditutup dengan cover

glass.

2. Diperiksa dengan mikroskop lensa

objektif 10x dan 40x.

3. Nilai rujukan : tidak ditemukan kristal

dalam cairan sendi.

Pasca analitik

Interpretasi :

~  Kristal monosodium urat (MSU) ditemukan

pada artritis gout.

~  Calcium pyrophosphate dihydrate (CPPD)

yang ditemukan pada kondro-kalsinosis

(pseudogout).

~ Calcium hydroxyapatite (HA) terdapat pada

calcific periarthritis dan tendenitis.

~  Kristal kolesterol ditemukan pada artritis

rematoid.

C. Kimia

1. Test Bekuan Mucin

Test ini menguji kualitas mucin yang ada dalam

cairan sendi. Mucin adalah satu komplex yang

25 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

tersusun dari asam hialuronat dan protein,

mucin itu membeku oleh pengarah asam acetat.

Dalam keadaan normal dan pada proses non-radang

:

Mucin “berkualitas baik” : terlihat satu

bekuan kenyal dalam cairan jernih.

Mucin “berkualitas lumayan” : menyusun

bekuan yang kurang kuat,bekuan itu tidak

mempunyai batas-batas tegas dalam cairan

jernih.

Mucin “berkualitas buruk” : seperti pada

proses-proses radang teristimewa pada

radang oleh infeksi, bekuan yang terjadi

itu berkeping-keping dalam cairan keruh.

Ø Tes bekuan mucin

Pre analitik

Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan

khusus.

Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.

Prinsip tes : asam asetat dapat membekukan

asam hialuronat dan protein.

Alat dan bahan :

1. Tabung reaksi

2. Pengaduk

3. Aquades

26 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

4. Asam asetat glacial

5. Asam asetat 7 N

Analitik

Cara kerja :

1. Kedalam 1 tabung reaksi dimasukan 4mL

aquadest.

2. Dimasukan sebanyak 1 mL cairan sendi.

3. Diteteskan 1 tetes larutan asam asetat 7 N.

4. Diaduk kuat-kuat dengan batang pengaduk.

5. Kemudian diperiksa hasil reaksi segera

setelah diaduk dan setelah 2 jam.

Nilai rujukan

Terlihat satu  bekuan kenyal dalam cairan

jernih ® Mucin baik : normal.

Pasca analitik

Interpretasi :

Mucin sedang : jika  bekuan   kurang  kuat

dan  tidak  mempunyai batas tegas dalam

cairan jernih. Misalnya  pada RA.

Mucin buruk : jika  bekuan yang  terjadi

berkeping-keping dalam cairan keruh,

misalnya karena infeksi.

2. Test Glukosa

Pre analitik

Persiapan pasien : pasien harus berpuasa 6-12

jam sebelum pengambilan sampel.

27 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Persiapan sampel :  tidak hemolisis, cairan

sendi disentrifus terlebih

dahulu.

Analitik

Cara Kerja:

Tes Glukosa menggunakan alat Cobas Mira

1. Masukkan 50 μl sampel cairan sendi ke dalam

tabung mikro

2. Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai

dengan nomor pemeriksaan

3. Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai

program tes (protein, glukosa, LDH)

4. Masukkan nomor identitas penderita dan

program tes

5. Pengukuran akan dilakukan secara otomatis

6. Hasil tes akan keluar pada print out

Nilai rujukan:  Perbedaan  antara  glukosa

serum dan glukosa cairan sendi adalah < 10 mg%.

Pasca analitik

Interpretasi :

Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10

mg="" o:p="">

Kelompok inflamatorik :

~   arthritis gout akut ® perbedaannya  0 –

41 mg%, rata-rata 12 mg%.

~   faktor rematoid ® perbedaannya  6 mg%.

28 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

~   artritis rematoid ® perbedaannya  0 – 88

mg%, rata-rata 31 mg%.

Kelompok septik :

~   artritis tuberkulosa ®  perbedaannya  0

– 108 mg%, rata- rata 57 mg%.

~   artritis gonore ®  perbedaannya  0 – 97

mg%, rata-rata  26 mg%.

~   artritis septik ®  perbedaannya  40 – 122

mg%, rata-rata  71 mg%.

~   Kelompok hemoragik ®  perbedaannya < 25 mg

% (

3. Test Laktat dehidrogenase (LDH)

Pre analitik

Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.

Persiapan sample : tidak ada persiapan khusus.

Analitik

Tes Laktat dehidrogenase (LDH) menggunakan alat

Cobas Mira

1. Masukkan 50 μl sampel cairan sendi ke dalam

tabung mikro.

2. Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai

dengan nomor pemeriksaan.

3. Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai

program tes (protein, glukosa, LDH).

4. Masukkan nomor identitas penderita dan

program tes.

29 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

5. Pengukuran akan dilakukan secara otomatis.

6. Hasil tes akan keluar pada print out.

Nilai rujukan : 100-190 U/L

Pasca analitik

Interpretasi : LDH meningkat pada RA, gout dan

artritis karena infeksi, tetapi tetap normal

pada penyakit sendi generative (Kadir. A,

2012).

4. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi sebagai pemeriksaan

penunjang dibutuhkan untuk melihat struktur

yang dicurigai mengalami kelainan. Pemeriksaan

rontgen merupakan modalitas utama (sekitar 60-

70% kelainan muskuloskeletal dapat ditegakkan

diagnosis). Berikut penjelasan dari temuan

radiologik yang meliputi penyakit pada sendi:

1. Celah sendi

Pada sendi normal, tulang yang

berhubungan tidak bertemu secara langsung.

Adanya tulang rawan dan cairan sinovial

memberikan gambaran adanya celah di rontgen

(tulang rawan dan cairan tidak terlihat pada

foto polos). Adanya masalah di dalam tulang

rawan dan cairan sinovial berakibat salah

30 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

satunya hubungan antara tulang mendekat

sehingga celah sendi menyempit. Hal ini bisa

diakibatkan degenerasi tulang rawan atau

cairan sinovial.

2. Osteofit

Osteofit merupakan penulangan baru

akibat kompensasi denerasi tulang rawan.

Karena penulangan ini di luar ‘kebiasaan’,

hasil dari penulangan ini menjadi tidak

teratur, osteofit ini bisa menyebabkan nyeri

jika tumbuh dan berinteraksi dengan tulang

lain dalam bergerak.

3. Sclerosis subchondral

Subchondral merupakan lapisan yang berada

di bawah tulang rawan. Karena aliran darah

yang meningkat menyebabkan penebalan lapisan

ini dan bisa membentuk kista subchondral dan

meningkatkan tekanan pada tulang dan

menyebabkan nyeri.

Dapat dilihat foto polos articulatio genu

yang normal (atas: AP, bawah: lateral)

31 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Berikut foto polos dari gambaran penyempitan

sendi, osteofit (multipel), dan sclerosis

subcohndral.

32 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

E. ABNORMALITAS / GANGGUAN SENDI

Persendian dapat mengalami beberapa kelainan

atau gangguan, diantaranya sebagai berikut :

a. Ankiliosis yaitu persendian yang tidak dapat

digerakkan karena seolah-olah kedua tulang

menyatu.

b. Dislokasi yaitu sendi bergeser dari kedudukan

semula.

c. Terkilir atau keseleo yaitu tertariknya

ligamen akibat gerak yang mendadak.

d. Artritis yaitu peradangan pada satu atau

beberapa sendi dan kadang-kadang posisi

tulang mengalami perubahan. Artritis

dibedakan menjadi

e. Gout artritis yaitu gangguan persendian

akibat kegagalan metabolisme asam urat. Asam

33 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

urat yang tinggi dalam darah diangkut dan

ditimbun dalam sendi yang kecil, biasanya

pada jari-jari tangan. Akibatnya ujung-ujung

ruas jari tangan membesar.

f. Osteoartriris yaitu suatu penyakit

kemunduran, sendi tulang rawan menipis dan

mengalami degenarisi. Biasa terjadi karena

usia tua.

g. Reumathoid yaitu suatu penyakit kronis yang

terjadi pada jaringan penghubung sendi. Sendi

membengkak dan terjadi kekejangan pada otot

penggeraknya.

Kelainan sendi akibat infeksi antara lain :

a) Artritis eksudatif yaitu peradangan pada

sendi dan terisi cairan nanah.

b) Artritis sika yaitu peradangan sendi

sehingga rongga sendi menjadi menjadi

kering (kekurangan minyak sinoval).

c) Layuh sendi atau layuh semu yaitu suatu

keadaan tidak bertenaga pada persendian

akibat rusaknya cakraepifisis tulang

hingga sebagian  tulang mati dan

mengering.

34 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Cairan sendi adalah cairan pelumas yang

terdapat pada sendi. Pemeriksaan cairan sendi

dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab

peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi.

Dalam proses pengambilan sampel cairan sendi

yang perlu diperhatikan yaitu sterilitas dalam

proses pengambilan dan menggunakan teknik

pengambilan yang benar. Jenis pemeriksaan dari

cairan sendi diawali dengan pemeriksaan

35 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

makroskopi, pemeriksaan mikroskopi dan

pemeriksaan kimia.

B. Saran

Dari penyususnan makalah ini, masih banyak

kekurangan yang ada maka saran dan kritikan

dari pembaca (Dosen dan teman-teman Mahasiswa)

sangat di harapkan untuk penulis demi

penyempurnaan makalah berikutnya atau masa yang

akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

zier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku AjarKeperawatan Klinis Eds 5. Jakarta : EGC.

36 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i

Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta:

EGC.

Sloane et all. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk

pemula. Jakarta : EGC.

Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajarkeperawatan medical bedah Brunner& Suddarth,Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.

Syarifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk MahasiswaKeperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

37 | P e m e r i k s a a n c a i r a n s e n d i