27
PEMERIKSAAN KOMPONEN DARAH (ANALISIS DARAH) LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DOSEN: DR. drh. R. SUSANTI, M.P. OLEH : EVI ROVIATI NIM : 4001507021 2009 PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 1/24/2009

PEMERIKSAAN KOMPONEN DARAH (ANALISIS DARAH)

Embed Size (px)

Citation preview

PEMERIKSAAN KOMPONEN DARAH (ANALISIS DARAH) LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DOSEN: DR. drh. R. SUSANTI, M.P.

OLEH : EVI ROVIATI NIM : 4001507021

2009

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 1/24/2009

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Darah adalah cairan berwarna merah, yang terdapat dalam tubuh orang dewasa

yang volumenya kurang lebih 5 liter. Darah mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh arteri dan vena, fungsinya adalah mengantarkan oksigen dan sari makanan ke sel-sel yang membutuhkan. Darah terdiri atas beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh, yang terdiri atas komponen korpuskula (45%) dan komponen plasma (55%). Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Bagi tenaga kesehatan, darah merupakan sumber informasi yang tak terhingga nilainya untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang.

Beberapa pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada darah adalah pemerikasaan darah lengkap dan analisis elektrolit plasma. Analisis elektrolit plasma dilakukan dengan pengukuran terhadap natrium, klorida, kalium dan bikarbonat, juga kalsium, magnesium dan fosfat. Pemeriksaan lainnya mengukur jumlah protein (biasanya albumin), gula (glukosa) dan bahan limbah racun yang secara normal disaring oleh ginjal (kretinin dan urea-nitrogen darah).

Sebagian besar pemeriksaan darah lainya membantu memantau fungsi organ lainnya. Karena darah membawa sekian banyak bahan yang penting untuk fungsi tubuh, pemeriksaan darah bisa digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu, pemeriksaan darah relatif mudah dilakukan. Misalnya, dengan pengukuran enzim-enzim hati dan protein dalam darah lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan mengambil contoh hati. Walaupun demikian, dalam dunia medis pemeriksaan darah di laboratorium tersebut dikategorikan sebagai pemeriksaan penunjang, bukan patokan utama. Yang harus diutamakan adalah pemeriksaan kondisi fisik pasien itu sendiri, hasil laboratorium pemeriksaan darah hanya untuk membantu diagnosa.

3

B. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis kadar glukosa, kolesterol,

trigliserida, asam urat, SGPT dan SGOT yang ada pada darah manusia. Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui prosedur analisis beberapa komponen darah, mengetahui hasil analisis darah dari masing-masing sampel, implikasinya terhadap kondisi kesehatan dan kemungkinan adanya kerusakan organ tubuh jika hasilnya mengalami penyimpangan dari jumlah normal. Hasil praktikum ini diharapkan dapat digunakan untuk merekomendasikan kewaspadaan pada pola makan dan perilaku hidup tertentu yang dapat membahayakan hidup dari orang yang diambil sampel darahnya.

4

II. LANDASAN TEORI

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah (Wikipedia, 2008.a).

Susatyo (2008) menjelaskan bahwa korpuskula darah terdiri dari: Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.

Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%) Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.

Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.

Susatyo (2008) menjelaskan bahwa plasma darah adalah cairan jernih dimana sel-sel darah "terendam", sehingga akan selalu terbawa kemana plasma mengalir. Plasma merupakan komponen terbesar dari darah (55%). Komponen plasma antara lain adalah: air (92%), protein, faktor pembekuan darah, dan elektrolit. Beda plasma dengan serum: plasma masih mengandung faktor pembekuan darah, sedangkan serum tidak. Termasuk protein yang ada di dalam plasma adalah antibodi terhadap berbagai penyakit. Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung : albumin bahan pembeku darah immunoglobin (antibodi)

5

hormon berbagai jenis protein berbagai jenis garam (Wikipedia, 2008.a)

Bagian plasma dan sel-sel darah akan memisah jika sampel darah dalam tabung diputar dengan kecepatan tinggi. Setelah mengenal komponen darah, sekarang kita lihat apa yang bisa dilakukan dengan tes darah (NN, 2008). 1. Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan "sederhana" terhadap darah ini bertujuan

untuk mengetahui: Kadar hemoglobin: mendeteksi kemungkinan adanya anemia atau pendarahan.

Kadar normal: 12-18. Jumlah sel darah putih (leukosit): mendeteksi kemungkinan adanya infeksi.

Kadar normal: 5.000 - 10.000. Jumlah sel darah merah (eritrosit): mendeteksi kemungkinan adanya anemia.

Kadar normal: 4,2 - 6,2 juta. Jumlah trombosit: mendeteksi kemungkinan adanya pendarahan. Kadar normal:

150 - 450 ribu. Angka hematokrit: mendeteksi kemungkinan adanya kekurangan cairan plasma

yang menyebabkan angkanya tinggi, atau kekurangan produksi sel darah merah yang menyebabkan angkanya rendah. Kadar normal: 42 - 52.

Laju endap darah: mendeteksi kemungkinan adanya peradangan. Kadar normal 0 - 15.

2. Pemeriksaan virus. Keberadaan virus dan parasit penyebab penyakit infeksi umumnya tidak dideteksi secara langsung, melainkan dideteksi keberadaan antibodinya. Antibodi atau immunoglobulin (lg) adalah bentuk khusus dari sel darah putih, yang berfungsi menyerang virus/parasit spesifik yang berbahaya bagi tubuh kita. Adanya antibodi lgM menunjukkan infeksi yang sedang terjadi, sedangkan lgG menunjukkan infeksi antibodi yang bisa dideteksi dari darah:

Hepatitis A: Anti HAV Hepatitis B: Anti Hbs Hepatitis C: Anti HCV Dengue (Demam Berdarah) CMV (cytomegalovirus)

6

Rubella (campak jerman) Toxoplasma

3. Pemeriksaan kolesterol. Kolesterol, yang kita kenal sebagai kolesterol jahat (LDL) dan kolesterol baik (HDL) diproduksi oleh hati, dan kemudian dieluarkan ke dalam aliran darah. Seperti halnya sel-sel darah, LDL dan HDL akan terendam di dalam plasma dan ikut beredar ke seluruh tubuh. Oleh sebab itu, keberadaan LDL dan HDL dapat diukur dari sampel darah. Kadar LDL yang tinggi beresiko terjadinya penyempitan pembuluh darah. Kadar normal LDL: <130. Kadar HDL yang tinggi kita perlukan untuk "mengusir" LDL agar tidak menempel di pembuluh darah. Kadar normal HDL: >60. Kadar lemak darah (trigliserida) juga biasanya ditentukan sekaligus, karena komponen penyusunnya sama dengan LDL dan HDL, hanya saja persentasenya yang berbeda. Kadar normal: <150.

4. Pemeriksaan gula darah. Gula bersifat larut air, sehingga di dalam darah gula akan larut di dalam plasma. Semakin tinggi kadar gula di dalam darah, maka semakin kental darah yang ada di dalam tubuh kita dan semakin lambat alirannya. Lambatnya aliran darah bisa menyebabkan sel-sel tubuh lambat menerima suplai oksigen dan sari makanan serta lebih mudah terbentuknya gumpalan darah. Kadar gula puasa normal: 70 - 110. Kadar gula di atas normal berarti kemugkinan besar menderita diabetes.

5. Pemeriksaan infeski bakteri. Keberadaan bakteri penyebab penyakit yang dapat dideteksi dari darah adalah tifus dan paratifus, menggunakan tes widal.

6. Pemeriksaan fungsi hati. Kesehatan fungsi hati dapat dideteksi dari jumlah enzim yang ada di dalam darah. Makin tinggi kadar enzim, makin besar kemungkinan terjadinya gangguan fungsi hati, misal: hepatitis, batu empedu. Enzim yang biasa diperiksa:

SGOT dan SGPT: kadar normal masing-masing <38 dan <41. Gamma GT: kadar normal 11 - 49.

7. Pemeriksaan fungsi ginjal. Kesehatan fungsi ginjal dapat dideteksi dari kadar creatinine dan ureum di dalam darah. Makin tinggi kadarnya berarti makin besar kemungkinan terjadinya gangguan atau kegagalan fungsi ginjal, karena menunjukkan bahwa kemampuan ginjal mengeluarkan kedua zat tersebut sudah mulai berkurang. Kadar normal:

7

Creatinine: 0,6 - 1,5 Ureum: 16,8 - 46,2

8. Pemeriksaan lain-lain. Beberapa penyakit berikut juga bisa dideteksi dengan pemeriksaan darah:

Kadar asam urat: penyebab bengkak di persendian, terutama jari-jari kaki. Hormon tiroid (T3 dan T4): penyebab denyut jantung terlalu cepat, badan kurus

meskipun banyak makan, dan mata melotot. Penanda tumor: secara normal tidak ada di dalam darah, dihasilkan oleh tumor

jenis tertentu. Hormon estrogen: penyebab mens tidak teratur atau sulit hamil. Kalium dan natrium: penyebab denyut jantung tidak teratur. Agregasi trombosit: penyebab darah mengental dan terbentuk gumpalan darah,

yang meningkatkan terjadinya serangan jantung atau stroke. Menurut Wikipedia (2008.b), dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah

yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Glukosa adalah senyawa polar (larut air) sehingga tak dapat menembus membran plasma yang bersifat non-polar (larut minyak). Agar dapat menembus membran plasma, glukosa memerlukan suatu perangkat pengangkutan yang disebut glukosa transporter (Suryohudoyo, 2000).

Gambar 1. Beberapa bentuk visualisasi molekul glukosa (Wikipedia, 2008.b)

Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus

8

adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah.

Meskipun disebut "gula darah", selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin.

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.

Glukosa sebagai karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (17 kilojoule) energi pangan per gram. Pemecahan karbohidrat (misalnya pati) menghasilkan mono- dan disakarida, terutama glukosa. Melalui glikolisis, glukosa segera terlibat dalam produksi ATP, pembawa energi sel. Di sisi lain, glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam metabolisme lipid. Karena pada sistem saraf pusat tidak ada metabolisme lipid, jaringan ini sangat tergantung pada glukosa.

Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tak pernak secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa.

Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida. Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa. Pati, selulosa, dan glikogen merupakan polimer glukosa umum polisakarida (Wikipedia,2008.b).

Menurut Siswono (2001), Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Tetapi kolesterol

9

berlebih akan menimbulkan masalah, terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Setiap orang memiliki kolesterol di dalam darahnya, di mana 80% diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan.

Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL dan kolesterol LDL. Kolesterol LDL adalah kolesterol jahat, yang bila jumlahnya berlebih di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah. Kolesterol HDL adalah kolesterol baik, yang mempunyai fungsi membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan suatu tanda yang baik sepanjang kolesterol LDL kurang dari 150 mg/dl.

Selain itu ada juga Trigliserida. Lemak ini terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan, bukan saja yang berbentuk lemak tetapi juga makanan yang berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan, yang tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi. Kadar trigliserida ini akan meningkat bila kita mengkonsumsi kalori berlebihan, lebih besar daripada kebutuhan kita.

Karena kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan : 1. Penyumbatan pada pembuluh darah jantung yang dapat menimbulkan

serangan jantung. 2. Penyumbatan pada pembuluh darah otak yang dapat menimbulkan

serangan stroke. Faktor yang menyebabkan kolesterol tinggi:

1. Faktor genetik Tubuh terlalu banyak memproduksi kolesterol. Seperti kita ketahui 80% dari kolesterol di dalam darah diproduksi oleh tubuh sendiri. Ada sebagian orang yang memproduksi kolesterol lebih banyak dibandingkan yang lain. Ini disebabkan karena faktor keturunan. Pada orang ini meskipun hanya sedikit saja mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol atau lemak jenuh, tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak.

2. Faktor makanan Dari beberapa faktor makanan, asupan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Lemak merupakan bahan makanan yang sangat penting, bila kita

10

tidak makan lemak yang cukup maka tenaga kita akan berkurang, tetapi bila kita makan lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah. Seperti diketahui lemak dalam makanan dapat berasal dari daging-dagingan, tetapi di Indonesia sumber asupan jenis lemak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

Lemak jenuh berasal dari daging, minyak kelapa. Lemak tidak jenuh terdiri dari : asam lemak omega 3, asam lemak omega 6

dan asam lemak omega 9. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa :

Lemak yang berasal dari ikan disebut omega 3 dapat mencegah terjadinya kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

Asam lemak omega 3 dapat menurunkan kadar LDL kolesterol dan meningkatkan kadar HDL kolesterol serta menurunkan risiko terjadinya bekuan dalam pembuluh darah. o Asam lemak omega 6 yang berasal dari sayuran diduga juga dapat mencegah penyakit jantung koroner.

Asam lemak omega 9 dikenal sebagai minyak zaitun, juga ditemukan dalam minyak goreng kelapa sawit yang telah mengalami proses khusus. Asam lemak omega 9 ini dapat menyebabkan peningkatan kadar HDL kolesterol.

Pada sebagian besar kasus, kolesterol berasal dari makanan yang dimakan yaitu makanan yang mengandung lemak jenuh seperti daging hewan dan minyak kelapa.

Lemak tidak jenuh yang terdapat pada minyak goreng apabila digunakan untuk menggoreng dengan pemanasan yang tinggi akan dapat merubah struktur kimianya sehingga dapat berakibat negatif.

Trigliserida adalah lemak. Semua lemak yang kita makan ialah trigliserida. Mereka lalu ditranspor melalui aliran darah untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi tubuh.

Bahan yang satu ini belakangan ramai dibicarakan. Konon, sebagaimana kelebihan kolesterol, yang sejak lama telah diproklamirkan sebagai musuh manusia, warning terhadap trigliserida pun mulai meluncur dari kalangan medis. Sekalipun masih berkelebat banyak kontroversi yang menyangkut bahan ini, makin hari makin terkuak dampak buruknya terhadap kesehatan.

11

Asam lemak yang membentuk trigliserida dimanfaatkan sebagai sumber energi yang diperlukan oleh otot-otot tubuh untuk bekerja atau disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak. Mirip dengan yang terjadi dengan kelebihan kolesterol atau gula darah, kadar trigliserida yang berlebihan dalam darah dapat melahirkan berbagai problem kesehatan. Pengukuran kadar trigliserida mesti dikerjakan setelah puasa selama 12-14 jam(Yahoo answer, 2008).

Asam urat adalah asam lemah yang merupakan produk akhir metabolisme purin. Nukleotid purin merupakan bahan penting untuk komposisi asam nukleat dan sumber energi tubuh. Pada keadaan normal akan terjadi keseimbangan antara pembentukan dan pemecahan nukleotid purin. Sedangkan purin tersebut berasal dari asupan diet purin dan pemakaian ulang purin yang sudah terdapat di dalam tubuh. Untuk mengubah purin menjadi asam urat dibutuhkan enzim xanthine axidase. Bagian tubuh yang mengandung banyak enzim tersebut antara lain adalah hati dan usus.

Hiperurikemi atau peningkatan kadar asam urat darah melebihi 7 mg/dl merupakan kelainan biokimiawi darah pada orang yang kebanyakan tidak disertai oleh kelainan klinik atau kelainan patologi. Peningkatan kadar asam urat darah ini bisa diakibatkan oleh produksi asam urat tubuh yang meningkat, atau pengeluaran (ekskresi) asam urat dari tubuh yang menurun, atau gabungan keduanya.

Kelainan patologi pada jaringan tubuh diakibatkan oleh deposit kristal urat (monosodium urat/MSU) di jaringan tersebut. Jaringan tubuh yang sering terlibat pada keadaan hiperurikemi adalah sendi, jaringan penunjang di sekitar sendi, dan ginjal. Sehingga manifestasi klinis kelainan hiperurikemi kebanyakan terjadi pada jaringan-jaringan tersebut. Manifestasi klinis ini sering disebut sebagai penyakit gout.

Asam urat sebagian besar -- meliputi duapertiga bagiannya – akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal (urin). Sepertiga lainnya dikeluarkan melalui saluran cerna (tinja), dan kurang dari satu persen dikeluarkan melalui keringat (Mariyono, 2005).

Salah satu jenis pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan pada hati adalah pemeriksaan enzimatik. Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup dan umumnya terdapat di dalam sel. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara pembentukan enzim dengan penghancurannya. Apabila terjadi kerusakan sel atau peningkatan permeabilitas membran sel, enzim akan banyak

12

keluar ke ruang ekstra sel dan ke dalam aliran darah sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu diagnostik penyakit tertentu.

Pemeriksaan enzim yang biasa dilakukan untuk diagnosa hepatitis antara lain: 1. Enzim yang berhubungan dengan kerusakan sel hati yaitu SGOT, SGPT, GLDH, dan

LDH. 2. Enzim yang berhubungan dengan penanda adanya sumbatan pada kantung empedu

(kolestasis) seperti gamma GT dan fosfatase alkali. 3. Enzim yang berhubungan dengan kapasitas pembentukan (sintesis) hati misalnya

kolinestrase. Secara laboratoris pemeriksaan enzim hati pada hepatitis akut didapati adanya

peninggian SGOT dan SGPT sampai 20-50 kali normal dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT (SGOT/SGPT < 0,7). Selain itu gamma-GT lebih kecil dari SGOT. Albumin dan Globulin dalam batas kadar normal. Fosfatase alkali dapat meninggi bila terjadi gejala kolestasis (penyumbatan kantung empedu). Pada hepatitis kronis, dari pemeriksaan laboratoris didapati adanya peningkatan kadar enzim SGPT 5-10 kali lebih tinggi dari kadar normal, dan ratio albumin-globulin terbalik (Laksmi, 2008).

13

III. MATERI DAN METODE

A. Alat Dan Bahan 1. Spuit 2. Jarum suntik 3. Tabung reaksi 4. Sentrifuge 5. Tabung Ependorf 6. Mikropipetor dan tip steril 7. Rak tabung reaksi 8. Spektrofotometer 9. Sampel darah 10. Kuvet 11. Kit reagen uji glukosa, kolesterol, trigliserida, asam urat, SGPT dan SGOT darah

dari DiaSys Diagnostic Systems GmbH Germany

B. Prosedur

1. Persiapan Sampel Darah Dilakukan pengambilan sampel darah dari vena lengan kanan praktikan,

didahului prosedur sterilisasi permukaan kulit dengan mengusapkan kapas yang dibasahi dengan alkohol 70% pada daerah permukaan kulit yang akan diambil darahnya. Pengambilan sampel dilakukan oleh dokter dengan hati-hati. Terdapat 6 sampel darah yang berasal dari praktikan. Masing-masing diberi label dengan kode 1 (Agus), 2 (Tuti), 3 (Tati), 4 (Ade), 5 (Endang) dan 6 (Nina). Pada sampel 4 hanya diperoleh sedikit darah, sehingga hanya dapat dilakukan tes kolesterol, trigliserida dan asam urat darah.

Darah diinkubasi pada suhu ruang selama kurang lebih 1 jam. Kemudian dipindahkan pada tabung reaksi. Diberi label.

Sampel darah disentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm selama 15 menit, hingga terpisah antara korpuskel dan plasma.

Bagian serum (cairan yang bening) dipindahkan dari gumpalan darah ke tabung Ependorf. Diberi label. Jika terlihat masih terdapat campuran sel darah (terlihat merah atau keruh), maka dilakukan sentrifugasi kembali dengan kecepatan 3500

14

rpm selama 5 menit. Serum dipisahkan kembali dari endapan sel darah pada tabung Ependorf yang baru secara terpisah. Diberi label.

Sampel serum darah siap digunakan untuk analisis mengikuti langkah kerja berikutnya. Analisis darah dalam praktiukum ini menggunakan kit reagen uji darah siap pakai dari DiaSys Diagnostic Systems GmbH Germany.

2. Analisis Glukosa Darah Masing-masing sampel serum darah dipindahkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 10 µL. Demikian pula untuk larutan standar dan akuabides (untuk blangko) diambil 10 µL pada tabung yang terpisah. Diberi label.

Reagent glukosa ditambahkan pada masing-masing tabung sebanyak 1000 µL. Kemudian dicampurkan dan diinkubasi selama 20 menit pada suhu 25° C atau 10 menit pada suhu 37° C. Blanko Sampel atau standar Sampel atau standar - 10 µL Akuabides 10 µL - Reagen Glukosa 1000 µL 1000 µL

Absorbansi dari campuran sampel diukur/dibaca pada panjang gelombang 500 nm melawan blanko. Pengukuran dilakukan tidak lebih dari 60 menit setelah pencampuran.

Analisis ini menggunakan metode “GOD-PAP”, yaitu pengujian fotometrik secara enzimatis.

Kadar Glukosa darah dihitung menggunakan rumus: Glukosa [mg/dl] = ΔA sampel

ΔA standar × konsentrasi standar (100 mg/dl)

3. Analisis Kolesterol Darah Masing-masing sampel serum darah dipindahkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 10 µL. Demikian pula untuk larutan standar dan akuabides (untuk blangko) diambil 10 µL pada tabung yang terpisah. Diberi label.

Reagent kolesterol ditambahkan pada masing-masing tabung sebanyak 1000 µL. Kemudian dicampurkan dan diinkubasi selama 20 menit pada suhu 25° C atau 10 menit pada suhu 37° C.

15

Blanko Sampel atau standar Sampel atau standar - 10 µL Akuabides 10 µL - Reagen Kolesterol 1000 µL 1000 µL

Absorbansi dari campuran sampel diukur/dibaca pada panjang gelombang 500 nm melawan blanko. Pengukuran dilakukan tidak lebih dari 60 menit setelah pencampuran.

Analisis ini menggunakan metode “CHOD-PAP”, yaitu pengujian fotometrik secara enzimatis.

Kadar kolesterol darah dihitung menggunakan rumus: Kolesterol [mg/dl] = ΔA sampel

ΔA standar × konsentrasi standar (200 mg/dl)

4. Analisis Trigliserida Darah Masing-masing sampel serum darah dipindahkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 10 µL. Demikian pula untuk larutan standar dan akuabides (untuk blangko) diambil 10 µL pada tabung yang terpisah. Diberi label.

Reagent trigliserida ditambahkan pada masing-masing tabung sebanyak 1000 µL. Kemudian dicampurkan dan diinkubasi selama 20 menit pada suhu 25° C atau 10 menit pada suhu 37° C. Blanko Sampel atau standar Sampel atau standar - 10 µL Akuabides 10 µL - Reagen Trigliserida 1000 µL 1000 µL

Absorbansi dari campuran sampel diukur/dibaca pada panjang gelombang 500

nm melawan blanko. Pengukuran dilakukan tidak lebih dari 60 menit setelah pencampuran.

Analisis ini menggunakan metode pengujian kolorimetrik secara enzimatik menggunakan glycerol-3-phosphate-oxidase (GPO).

Kadar trigliserida darah dihitung menggunakan rumus: Trigliserida [mg/dl] = ΔA sampel

ΔA standar × konsentrasi standar (200 mg/dl)

16

5. Analisis Asam Urat Darah Masing-masing sampel serum darah dipindahkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 20 µL. Demikian pula untuk larutan standar dan akuabides (untuk blangko) diambil 20 µL pada tabung yang terpisah. Diberi label.

Reagent 1 asam urat ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi sebanyak 1000 µL, kemudian dicampurkan dan diinkubasi selama 5 menit, lalu ditambahkan dengan reagent 2 asam urat sebanyak 250 µL. Kemudian dicampurkan dan diinkubasi selama 20 menit pada suhu 25° C atau 10 menit pada suhu 37° C. Blanko Sampel atau standar Sampel atau standar - 10 µL Akuabides 10 µL - Reagen 1 asam urat 1000 µL 1000 µL Campurkan, inkubasi 5 menit Reagent 2 asam urat 250 µL 250 µL

Absorbansi dari campuran sampel diukur/dibaca pada panjang gelombang 500

nm melawan blanko. Pengukuran dilakukan tidak lebih dari 60 menit setelah pencampuran.

Analisis ini menggunakan metode pengujian fotometrik secara enzimatis menggunakan TBHBA (2,4,6-tribromo-3-hidroxybenzoic acid).

Kadar asam urat darah dihitung menggunakan rumus: Asam urat[mg/dl] = ΔA sampel

ΔA standar × konsentrasi standar (6 mg/dl)

6. Analisis SGPT Darah Masing-masing sampel serum dipindahkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 100

µL. Diberi label. Reagent 1 SGPT ditambahkan pada masing-masing tabung sebanyak 1000 µL.

Kemudian dicampurkan dan diinkubasi selama 5 menit, lalu ditambahkan dengan reagent 2 SGPT sebanyak 250 µL. Kemudian dicampurkan. Sampel 100 µL Reagen 1 SGPT 1000 µL Campurkan, inkubasi 5 menit Reagent 2 SGPT 250 µL

17

Absorbansi dari campuran sampel diukur/dibaca pada panjang gelombang 365 nm setelah 1 menit, 2 menit dan 3 menit dari pencampuran terakhir.

Analisis ini menggunakan metode pengujian-UV yang dioptimalisasi menurut IFCC (International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine).

Kadar SGPT darah dihitung menggunakan rumus: SGPT [U/L] = ∆E/menit × faktor (3971)

7. Analisis SGOT Darah Masing-masing sampel serum dipindahkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 100

µL. Diberi label. Reagent 1 SGOT ditambahkan pada masing-masing tabung sebanyak 1000 µL.

Kemudian dicampurkan dan diinkubasi selama 5 menit, lalu ditambahkan dengan reagent 2 SGOT sebanyak 250 µL. Kemudian dicampurkan. Sampel 100 µL Reagen 1 SGOT 1000 µL Campurkan, inkubasi 5 menit Reagent 2 SGOT 250 µL

Absorbansi dari campuran sampel diukur/dibaca pada panjang gelombang 365

nm setelah 1 menit, 2 menit dan 3 menit dari pencampuran terakhir. Analisis ini menggunakan metode pengujian-UV yang dioptimalisasi menurut

IFCC (International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine) yang telah dimodifikasi.

Kadar SGOT darah dihitung menggunakan rumus: SGOT [U/L] = ∆E/menit × faktor (3971)

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan analisis kadar glukosa, kolesterol, trigliserida, asam urat,

SGOT dan SGPT darah berupa data mentah hasil absorbansi pada spektrofotometer dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 1. Sementara itu, hasil perhitungannya berupa data kadar glukosa, kolesterol, trigliserida, asam urat, SGOT dan SGPT darah dari masing-masing sampel disajikan dalam tabel berikut ini. Kode Nama Glukosa

(mg/dl) Kolesterol

(mg/dl) Trigliserida

(mg/dl) Asam Urat

(mg/dl) SGPT (U/L)

SGOT (U/L)

1 Agoes 140,57 208,2* 150 4,128 21,84 21,84 2 Tuti 155,74 144,65 133,5 4,376 55,59* 33,75* 3 Tati 119,29 135,5 113,35 3,385 17,87 11,91 4 Ade - 71,63 160,65 4,122 - - 5 Endang 65,91* 99,93 326,17* 7,359* 43,68* 17,87 6 Nina 69,52* 195,66 214,08* 3,45 15,88 15,88 Normal 70-115 < 200 < 200 ♂= 2,3-6,1

♀=3,6-8,2 ♂ < 31 ♀ < 41

♂ < 31 ♀ <35

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Analisis Darah Hasil pengamatan menunjukkan hasil pengukuran yang bervariasi antara satu

sampel dengan sampel lain. Data hasil pengamatan yang diberi tanda bintang (*) menunjukkan bahwa data tersebut berada di luar kisaran normal. Misalnya, kadar glukosa pada sampel 5 dan 6 di bawah kisaran normal. Hal ini memiliki dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, kadar glukosa darah yang dimiliki oleh pemilik sampel memang sedang rendah pada saat pengambilan darah, walaupun mereka dalam kondisi 1-2 jam sesudah makan. Dilihat dari kondisi kesehatan sampel 5 (Endang) ternyata dalam keadaan demam dan sampel 6 (Nina) merupakan ibu menyusui. Kemungkinan kedua adalah kesalahan praktikan pada saat melakukan pengujian, yaitu ketika pengambilan sampel maupun reagen menggunakan mikropipet kurang hati-hati. Sampel atau reagen masih ada yang tertinggal pada tip mikropipet pipet yang mengakibatkan reaksi antara glukosa yang ada pada serum sampel yeng beraksi dengan reagen hanya sebagian.

Prinsip dari pengujian glukosa ini adalah oksidasi secara enzimatis oleh enzim glukosa oksidase. Indikator kolorimetri adalah quinoneimine yang terbentuk dari 4-

19

aminoantipyrine dan fenol oleh hidrogen peroksida di bawah aksi katalitik enzim peroksidase (Reaksi Trinder).

Glukosa + O2 GOD Asam glukonat + H2O2 2 H2O2 + 4-aminoantipyrine + fenol POD Quinoneimine + 4 H2O Pengukuran kadar glukosa dalam serum darah terutama digunakan untuk

diagnosa dan monitoring perawatan para penderita diabetes mellitus. Aplikasi lain adalah dalam deteksi hipoglikemia pada bayi yang baru lahir, eksklusi karsinoma sel pulau-pulau langerhans pada pankreas dan juga evaluasi dari metabolisme karbohidrat pada berbagai penyakit (DiaSys, 2007).

Pengujian kadar gula darah pada prinsipnya menerangkan berapa banyak kandungan kadar gula yang terdapat dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.

Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah.

Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf.

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.

20

Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen atau karena pencernaan makanan, maka hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenesis), yang mengurangi level gula darah.

Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin, sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan ("resistensi insulin"). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang terdapat di dalam darah (Wikipedia, 2008).

Hasil analisis kadar kolesterol darah menunjukkan bahwa dari 6 sampel, 5 di antaranya masih dibawah batas normal. Hanya satu sampel yang berada sedikit di atas batas normal, yaitu sampel 1 milik Agoes. Hal ini menjadi peringatan agar waspada dan lebih memperhatikan diet untuk mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi. Namun dalam tes ini hanya menganalisis kadar kolesterol total dalam darah. Padahal ada beberapa jenis kolesterol, diantaranya yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL).

Analisis kolesterol dalam praktikum ini menggunakan prinsip hidrolisis dan oksidasi secara enzimatik. Indikator kolorimetriknya adalah qiunoneimine yang dibentuk dari 4-aminoantipyrine dan fenol oleh hidrogen peroksida melalui aksi katalitik enzim peroksidase (reaksi Trinder).

Cholesterol ester + H2O CHE Cholesterol + Asam lemak Cholesterol + O2 CHO Cholesterol-3-one + H2O2 2 H2O2 + 4-aminoantipyrine + fenol POD Qiunoneimine + 4 H2O Kolesterol adalah suatu komponen dari membran sel dan merupakan suatu

prekursor dari hormon steroid dan asam empedu yang disintesis oleh sel-sel tubuh dan diserap bersama makanan. Kolesterol diangkut dalam plasma melalui lipoprotein, yaitu kompleks antara lipid dan apolipoprotein. Terdapat empat kelas lipoprotein, yaitu high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), very low density lipoprotein (VLDL) dan silomikron. LDL berperan dalam pengangkutan kolesterol menuju sel-sel permukaan, sementara HDL bertanggung jawab dalam pengambilan kolesterol dari sel. Keempat kelas lipoprotein yang berbeda memperlihatkan hubungan yang berbeda

21

dengan aterosklerosis. Kolesterol-LDL (LDL-C) berkontribusi pada pembentukan plak aterosklerosis di dalam tunica intima arteri dan berkorelasi kuat dengan insiden penyakit jantung koroner (PJK) dan mortalitas yang berhungan dengannya. Bahkan dengan kadar kolesterol total darah dalam kisaran normal, peningkatan konsentrasi LDL-C mengindikasikan resiko yang tinggi. HDL-C memiliki efek protektif menghadapi pembentukan plak dan menunjukkan hubungan yang terbalik dengan insiden PJK. Kenyataannya, nilai HDL-C yang rendah menghadirkan faktor resiko yang independen. Determinasi level kolesterol total individu (TC) digunakan untuk tujuan penyaringan, sementara untuk pengujian resiko yang lebih baik dibutuhkan pengukuran tambahan untuk HDL-C dan LDL-C.

Dalam beberapa tahun terakhir, percobaan-percobaan klinis yang terkontrol menggunakan diet, perubahan gaya hidup dan/atau beberapa obat telah menunjukkan hasil bahwa penurunan total kolesterol dan kadar LDL-C dapat mengurangi resiko PJK secara darastis (DiaSys, 2007).

Oetoro (2008) menyebutkan bahwa kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya, LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima. LDL disebut lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas.

LDL yang telah menyusup ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dpat melekatkan dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima.

Disamping itu LDL-teroksidasi juga menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi makrofag. Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi sel busa. Sel busa yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah.

22

Keadaan ini akan semakin memburuk karena LDL akan teroksidasi sempurna juga merangsang sel-sel otot pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin banyak. Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar.

Gambar 2. Plak dan Penyumbatan Pembuluh darah Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah,

meninggalkan "luka" pada dinding pembuluh darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis.

Sementara itu, untuk analisis kadar trigliserida menunjukkan terdapat 2 sampel yang hasilnya berada di atas ambang batas normal trigliserida, yaitu sampel 5 (Endang) dan 6 (Nina). Prinsip determinasi trigliserida adalah pemisahan secara enzimatik dengan lipase lipoprotein. Indikatornya adalah quinoneimine yang dibentuk dari 4-aminoanti-pyrine dan 4-chlorofenol oleh hidrogen peroksida melalui aksi katalitik enzim peroksidase.

Trigliserida LPL Gliserol + asam lemak Gliserol + ATP GK Gliserol-3-fosfat + ADP Gliserol-3-fosfat + O2 GPO Dihidroksiaseton fosfat + H2O2 2 H2O2 + Aminoantipyrine + 4-Chlorofenol POD Quinoneimine + HCl + 4 H2O

23

Trigliserida adalah ester gliserol dengan tiga asam lemak dan merupakan lipid yang paling banyak secara alami. Trigliserida diangkut dalam plasma dengan terikat pada bentuk apolipoprotein dari VLDL dan silomikron. Pengukuran trigliserida digunakan dalam penapisan status lipid untuk mendeteksi resiko ateroskelrosis dan dalam monitoring pengukuran penurunan lipid. Studi terbaru menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi trigliserida yang dikombinasi dengan peningkatan konsentrasi LDL-C menunjukkan resiko yang sangat tinggi terhadap penyakit jantung koroner. Level trigliserida yang tinggi juga terjadi pada berbagai penyakit liver, ginjal dan pankreas (DiaSys, 2007).

Kadar trigliserida yang tinggi akan memperburuk risiko terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah jantung dan otak, jika bersamaan dengan didapatkan kadar kolesterol LDL yang tinggi dan kadar kolesterol HDL yang rendah (Siswono, 2001).

Hasil analisis asam urat pada sampel darah menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki kadar asam urat darah yang normal, hanya ada satu sampel yang kadar asam uratnya di atas batas normal, yaitu sampel 5 (Endang). Prinsip analisis asam urat dalam praktikum ini adalah Oksidasi asam urat menjadi allantoin oleh uricase. Reaksi hidrogen peroksida yang terbentuk dengan 4-aminoantipyrine dan asam 2,4,6-tribromo-3-hidroksibenzoat (TBHBA) menjadi quinoneimine.

Asam urat + H2O + O2 Uricase Allantoin + CO2 + H2O2 TBHBA + 4-aminoantipyrine + 2 H2O2 POD Quinoneimine + 3 H2O Asam urat dan garam-garamnya merupakan produk akhir dari metabolisme purin.

Dalam gout, komplikasi yang paling umum dari hiperurisemia, peningkatan level serum asam urat mengakibatkan pembentukan kristal monosodium urat di sekitar persendian. Penyebab lebih jauh dari peningkatan konsentrasi asam urat darah adalah penyakit ginjal dengan penurunan ekskresi produk limbah metabolisme, kelaparan, penyalahgunaan obat dan peningkatan konsumsi alkohol. Level asam urat yang tinggi juga menunjukkan faktor resiko tidak langsung dari penyakit jantung koroner. Hipouricemia jarang ditemukan dan berhubungan dengan kelainan metabolik bawaan yang jarang.

Pada pemeriksaan SGPT dan SGOT juga sebagian besar sampel memperoleh hasil yang normal. Terdapat dua sampel yang mengalami penyimpangan, yaitu sampel 2 (Tuti) dengan level SGPT dan SGOT yang lebih tinggi dari batas normal, dan sampel 5 (Endang) yang memiliki level SGPT saja yang tinggi.

24

Metode pengukuran SGPT mengikuti reaksi transaminase berikut ini. L-Alanin + 2-Oksoglutarat ALAT L-Glutamat + piruvat Piruvat + NADH + H+ LDH D-Laktat + NAD+

Sedangkan pengukuran SGOT mengikuti reaksi transaminase berikut ini. L-Aspartat + 2- Oksoglutarat ASAT L-Glutamat + Oksaloasetat Oksaloasetat + NADH + H+ MDH L-Malat + NAD+ Pada pengujian-pengujian ini ditambahkan P-5-P. Penambahan piridoksal-5-

fosfat (P-5-P) menstabilkan reaksi transaminase dan menghindarkan hasil rendah yang palsu dalam sampel yang mengandung P-5-P, misalnya pada pasien yang dengan infark miokardia, penyakit liver dan pasien yang mendapat perawatan intensif.

Alanin Aminotransferase (ALAT/ALT), yang sebelumnya disebut Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) dan Aspartat Aminotransferase (ASAT/AST), yang sebelumnya disebut Glutamat Aksaloasetat Transaminase (GOT), merupakan perwakilan yang paling penting dari kelompok enzim-enzim, aminotransferase atau transaminase, yang mengkatalisis konversi asam-asam α-keto menjadi asam amino oleh perpindahan kelompok amino.

Sebagai enzim spesifik liver, ALAT adalah satu-satunya yang meningkat secara signifikan dalam penyakit hepatobiliari. Peningkatan level ASAT dapat terjadi dalam hubungannya dengan kerusakan jantung dan otot rangka, seperti juga parenkim liver. Oleh sebab itu, pengukuran ASAT dan ALAT secara paralel dapat membedakan kerusakan hari dari kerusakan jantung dan otot rangka. Rasio ASAT/ALAT digunakan untuk diagnosa difensial dalam penyakit liver. Jika rasio < 1 mengindikasikan kerusakan liver ringan, dan jika rasio > 1 maka berhubungan dengan penyakit liver yang parah dan kronis (DiaSys, 2007).

25

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam praktikum ini, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini. 1. Hasil analisis darah dari 6 sampel yang diambil darahnya, sebagian besar memiliki

level glukosa, kolesterol, trigliserida, asam urat, SGPT dan SGOT yang normal. Kecuali pada sampel 1 (Agoes) yang memiliki level kolesterol sedikit lebih tinggi, sampel 2 (Tuti) yang memiliki level SGPT dan SGOT yang tinggi serta sampel 6 (Nina) yang memiliki nilai kadar glukosa rendah tetapi kadar trigliserida yang tinggi. Khusus untuk sampel 5 (Endang) memiliki level glukosa rendah, trigliserida, asam urat dan SGPT tinggi. Hal ini dapat terjadi karena Endang sedang mengalami demam karena infeksi virus.

2. Hasil pemeriksaan darah sebagai data pendukung dalam diagnosa suatu penyakit seseorang dapat menunjukkan status kondisi kesehatan seseorang.

B. Saran Dari hasil, pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai

berikut ini. 1. Karena praktikum ini merupakan kali pertama praktikan melakukan pemeriksaan

analisis darah, dimungkinkan terjadi kekurangtelitian dalam melakukan analisis. Oleh sebab itu, diharapkan agar dapat lebih teliti dan berhati-hati dalam melakukan tugas laboratorium dan analisis darah maupun hal lain di kemudian hari.

2. Bagi praktikan yang diambil sampelnya, harap memperhatikan hasil yang diperoleh. Untuk yang hasil pemerikasaannya di luar kisaran normal diharapkan dapat memperhatikan kesehatannya lebih baik lagi, dengan diet sehat seimbang, bergaya hidup sehat dan berolah raga secara teratur.

26

DAFTAR PUSTAKA DiaSys. 2007. Mannuals for Kit Diagnostic Reagent for Quantitative in vitro

Determination of Glucose (GOD), Cholesterol, Triglycerides, Uric Acid, ALAT (GPT) and ASAT (GOT) in Serum or Plasma on Photometric System. Holzheim, Germany: DiaSys Diagnostic Systems GmbH.

Kalbe Nutrisional. 2008. Info Tes Kesehatan: Cara Mengetahui Tingginya Glukosa

Dalam Darah. Artikel. Didownload pada tanggal 21 Januari 2009 dari situs http://www.tanyadokter.com/healthtest.asp?id=1001016

Mariyono, H.H. 2005. Seputar Peningkatan Kadar Asam Urat Darah. Artikel.

Didownload pada tanggal 21 Januari 2009 dari situs http://www.mail-archive.com/[email protected]/

NN. 2008. Menyingkap Pemeriksaan Darah. Didownload pada tanggal 21 Januari

2009 dari situs http://www.bluefameforums.com/medicalcentre/ Oetoro, S. 2008. Cara Cerdas Menyikapi Kolesterol. Artikel. Didownload pada tanggal

21 Januari 2009 dari situs http://www.medicastore.com/kolesterol/ Siswono. 2001. Bahaya dari Kolesterol Tinggi. Artikel. Didownload pada tanggal 21

Januari 2009 dari situs http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid997059568,35248

Suryohudoyo, P. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Jakarta: CV

Sagung Seto. Susatyo, 2008. Memahami Pengukuran Kadar Gula Darah. Artikel. Didownload pada

tanggal 21 Januari 2009 dari situs http://www.forkom-jerman.org/index.php?option=com_content&view=article&id=100:memahami-pengukuran-kadar-gula-darah&catid=38:konsultasi-kesehatan&Itemid=86

Wikipedia. 2008.a. Darah. Artikel. Didownload pada tanggal 21 Januari 2009 dari

situs http://id.wikipedia.org/wiki/Darah Wikipedia. 2008.b. Gula Darah. Artikel. Didownload pada tanggal 21 Januari 2009

dari situs http://id.wikipedia.org/wiki/Gula darah Wikipedia. 2008.c. Hitung Darah Lengkap. Artikel. Didownload pada tanggal 21

Januari 2009 dari situs http://id.wikipedia.org/wiki/Hitung_darah_lengkap Yahoo Answer. 2008. Apakah fungsi utama dari trigliserida darah? Berapakah batas

normal kadar trigliserida dalam darah? . Artikel. Didownload pada tanggal 21 Januari 2009 dari situs http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081201155339AAXwdLF

27

Lampiran 1. Foto-foto Dokumentasi Pelaksanaan Praktikum

Foto 1. Pengmbilan sampel darah

Foto 2. Sentrifugasi sampel darah dalam sentrifuge

Foto 3. Hasil sentrifugasi