12
Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 90– 101 Vol. 41. No.1 ISSN 0126 - 4265 90 PENGARUH SEDIMENTASI TERHADAP TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU Adriman 1 , Ari Purbayanto 2 , Sugeng Budiharso 3 dan Ario Damar 4 Diterima : 8 Januari 2013 Disetujui: 10 Februari 2013 ABSTRACT The objectives of this study is to analyze efect of sedimentation on coral reef in RMCA Bintan Timur. A survey on rate sedimentation and ecosystem coral reef condition has been conducted in Regional Marine Conservation Area (RMCA) Bintan Timur. Eleven station were selected for the observace and measurement. Efect of sedimentation on coral reef analysis conducted by the method of regression. The results showed that the sedimentation influced negatively of life coral reef in RMCA Bintan Timur. Keywords: sedimentations, coral reef ecosystem, regression, Bintan Timur PENDAHULUAN 1 Kabupaten Bintan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 240 pulau-pulau kecil serta memiliki sumberdaya pesisir dan laut yang sangat potensial. Wilayah pesisir Kabupaten Bintan memiliki ekosistem terumbu karang seluas 17.394,83 ha (DKP, 2007). Ditemukan 14 famili dan 78 jenis karang dengan kondisi buruk sampai sedang (LIPI, 2007). Dalam rangka untuk menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang dan pemanfaatan sumberdaya hayati yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan, sejak tahun 2006 pemerintah telah menetapkan kawasan pesisir timur Pulau Bintan sebagai salah satu lokasi COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and 1) Staf Pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru 2) Guru Besar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Periaran FPIK IPB Bogor 3) Dosen Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB Bogor 4) Dosen Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB Bogor Management Program). Secara administrasi lokasi Coremap ini berada pada dua kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan. Selanjutnya Pemerintah Kabupaten Bintan telah menetapkan kawasan pesisir timur Pulau Bintan ini sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Bintan dengan SK Bupati Bintan No. 261/VIII/2007 dengan luas kawasan 116.000 ha. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Bintan telah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan ekonomi, seperti lokasi penangkapan ikan dan wisata bahari dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan (stakeholders). Pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai lokasi penangkapan ikan dan wisata bahari ini telah berdampak positif terhadap ekonomi. Namun sayangnya berbagai kegiatan lainnya seperti kegiatan penambangan bauksit, granit dan pasir darat telah berdampak negatif terhadap terumbu

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang DI Kawasan Konservasi Laut Daerah Bintan Timur Kepulauan Riau

Embed Size (px)

Citation preview

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 90– 101 Vol. 41. No.1ISSN 0126 - 4265

90

PENGARUH SEDIMENTASI TERHADAP TERUMBU KARANGDI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH BINTAN TIMUR

KEPULAUAN RIAU

Adriman1, Ari Purbayanto2, Sugeng Budiharso3 dan Ario Damar4

Diterima : 8 Januari 2013 Disetujui: 10 Februari 2013

ABSTRACT

The objectives of this study is to analyze efect of sedimentation on coralreef in RMCA Bintan Timur. A survey on rate sedimentation and ecosystem coralreef condition has been conducted in Regional Marine Conservation Area(RMCA) Bintan Timur. Eleven station were selected for the observace andmeasurement. Efect of sedimentation on coral reef analysis conducted by themethod of regression. The results showed that the sedimentation influcednegatively of life coral reef in RMCA Bintan Timur.

Keywords: sedimentations, coral reef ecosystem, regression, Bintan Timur

PENDAHULUAN1

Kabupaten Bintan merupakansalah satu kabupaten di ProvinsiKepulauan Riau yang terdiri dari 240pulau-pulau kecil serta memilikisumberdaya pesisir dan laut yangsangat potensial. Wilayah pesisirKabupaten Bintan memilikiekosistem terumbu karang seluas17.394,83 ha (DKP, 2007).Ditemukan 14 famili dan 78 jeniskarang dengan kondisi buruk sampaisedang (LIPI, 2007).

Dalam rangka untuk menjagakelestarian ekosistem terumbukarang dan pemanfaatan sumberdayahayati yang terkandung di dalamnyasecara berkelanjutan, sejak tahun2006 pemerintah telah menetapkankawasan pesisir timur Pulau Bintansebagai salah satu lokasi COREMAP(Coral Reef Rehabilitation and

1) Staf Pengajar di Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru

2)Guru Besar Departemen PemanfaatanSumberdaya Periaran FPIK IPB Bogor

3)Dosen Program Studi PengelolaanSumberdaya Alam dan Lingkungan IPBBogor

4)Dosen Departemen Manajemen SumberdayaPerairan FPIK IPB Bogor

Management Program). Secaraadministrasi lokasi Coremap iniberada pada dua kecamatan, yaituKecamatan Gunung Kijang danKecamatan Bintan. SelanjutnyaPemerintah Kabupaten Bintan telahmenetapkan kawasan pesisir timurPulau Bintan ini sebagai KawasanKonservasi Laut Daerah (KKLD)Kabupaten Bintan dengan SK BupatiBintan No. 261/VIII/2007 denganluas kawasan 116.000 ha.

Ekosistem terumbu karang di

Kabupaten Bintan telah sejak lama

dimanfaatkan untuk berbagai

kegiatan ekonomi, seperti lokasi

penangkapan ikan dan wisata bahari

dengan melibatkan banyak

pemangku kepentingan

(stakeholders). Pemanfaatan

ekosistem terumbu karang sebagai

lokasi penangkapan ikan dan wisata

bahari ini telah berdampak positif

terhadap ekonomi. Namun

sayangnya berbagai kegiatan lainnya

seperti kegiatan penambangan

bauksit, granit dan pasir darat telah

berdampak negatif terhadap terumbu

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

91

karang. Burke et al. (2002)

melaporkan, bahwa 25% terumbu

karang di di Asia Tenggara termasuk

Indonesia terancam akibat

pembangunan di wilayah pesisir, dan

21% terancam akibat sedimentasi

dan pencemaran dari darat.

Selanjutnya CRITIC Bintan (2009)

melaporkan penurunan tutupan

karang haidup di KKLD Bintan

Timur diduga akibat kekeruhan dan

sedimentasi dari kegiatan

penambangan bauksit, granit dan

pasir darat.

Sedimentasi yang terjadi di

ekosistem terumbu karang akan

memberikan pengaruh semakin

menurunnya kemampuan karang

untuk tumbuh dan berkembang.

Menurut Tomascik (1991), beberapa

kegiatan manusia yang berhubungan

erat dengan sedimentasi adalah

semakin tingginya pemanfaatan

hutan dan lahan pertanian, kegiatan

pengerukan, pertambangan dan

pembangunan konstruksi. Pengaruh

sedimentasi yang terjadi pada

terumbu karang telah disimpulkan

oleh beberapa peneliti, terdiri atas: 1)

menyebabkan kematian karang

apabila menutupi atau meliputi

seluruh permukaan karang dengan

sedimen ; 2) mengurangi

pertumbuhan karang secara

langsung; 3) menghambat planula

karang untuk melekatkan diri dan

berkembang di substrat; 4)

meningkatkan kemampuan adaptasi

karang terhadap sedimen (Fabricius,

2005).

Berdasarkan permasalahan di

atas maka penelitian ini dilakukan

untuk mengkaji kondisi terumbu

karang, laju sedimentasi, kondisi

kuaitas perairan di KKLD Bintan

Timur; dan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh sedimentasi

terhadap terumbu karang.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diKKLD Bintan Timur KepulauanRiau. KKLD Bintan Timur secaraadministrasi berada di wilayahKecamatan Gunung Kijang danKecamatan Bintan Pesisir. Penelitiandilaksanakan pada bulan Juli 2010 –September 2011.

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

92

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di KKLD Bintan Timur Kepulauan Riau

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang diperlukandalam penelitian ini adalah dataprimer dan data sekunder. Dataprimer dikumpulkan dengan metodesurvei, pengamatan dan pengukuranlangsung di lapangan.

Pengamatan terumbu karangdilakukan pada 11 stasiun yang telahditetapkan dengan menggunakanmodifikasi dari metode transekkuadrat (English et al., 1997). Dalammetode ini terdapat tiga tahapan yangdilakukan, yaitu pembentangan rollmeter, pemasangan pasak, danpengambilan foto transek.

Untuk mengetahui jumlahsedimen yang berasal daratan masukke perairan pesisir melalui sungaidilakukan pengukuran denganmenghitung beban sedimenmelayang (suspended load). Dilokasi penelitian terdapat dua sungai,yaitu Sungai Kawal dan SungaiBatang Galang. Dugaan kandungansedimen yang terangkut di sungai

didasarkan atas kandungan padatantersuspensi hasil analisislaboratorium (Suyono, 1995).

Untuk menentukan lajusedimentasi di ekosistem terumbukarang dilakukan pengukuran denganalat sediment trap. Tabung sedimentrap yang digunakan adalah pipaPVC dengan ukuran diameter 5 cmdan tinggi 11,5 cm, pada bagian atasmemiliki sekat-sekat penutup.Tabung sediment trap dipasang padatiang besi berdiameter 12 cm padaketinggian 20 cm dari dasar perairan(Garder, 1980 dalam English et al.,1997). Tiap stasiun dipasang tigabuah sediment trap, jarak antarsediment trap berkisar 1 sampai 5 mtergantung pada keberadaan terumbukarang untuk menghindari kerusakanakibat pemasangan sediment trap.

Sediment trap dipasangselama 20 hari, sedimen yangterkumpul kemudian dikeringkandalam oven pada suhu 60oC selama24 jam (English et al., 1997).

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

93

Selanjutnya dilakukan pengukuranberat kering sedimen dalam satuanmiligram dengan timbangan analitik.Laju sedimentasi dinyatakan dalamsatuan mg/cm2/hari (Roger et al.,1994).

Disamping pengukuransedimentasi, juga dilakukanpengumpulan data kualitas air yangdikoleksi pada 11 stasiunpengamatan yang telah ditetapkan.Metode pengambilan dan metodeanalisis kualitas air ini mengacu padaAPHA (1989). Parameter-parameteryang diukur langsung (in situ)meliputi: suhu, salinitas, kecerahan,kedalaman, kecepatan arus danoksigen terlarut. Sedangkanparameter yang diukur di

laboratorium adalah TSS, BOD,nitrat (NO3), dan fosfat (PO4).

Data sekunder dari hasil-hasilpenelitian sebelumnya, terutama darihasil penelitian CRITIC COREMAPII -LIPI (2007); Cappenberg danSalatalohi (2009) dan penelitianpihak lainnya yang terkait.

Analisa DataKondisi Terumbu Karang

Kondisi terumbu karangdapat diduga melalui pendekatanpersentase penutupan karang hidupsebagaimana yang dijelaskan olehGomez dan Yap (1988). Adapunkriteria penilaian kondisi ekosistemterumbu karang berdasarkanpersentase penutupan karang hidupdisajikan pada Tabel 1. berikut.

Tabel 1. Kriteria penilaian kondisi ekosistem terumbu karang berdasarkan per-sentase penutupan karang (Gomez and Yap, 1988)

Persentase Penutupan (%) Kriteria Penilaian0 – 24,9 Buruk25 – 49,9 Sedang50 – 74,9 Baik75 - 100 Sangat baik

Laju Sedimentasi

Beban sedimen melayang(suspended load) dalam suatu aliran(sungai) dapat diduga denganpendekatan menurut Suyono (1995)sebagai berikut :

QxCsQS 4,86

Keterangan :QS = beban suspensi(ton/hari)

pada debit QCs = konsentrasi suspensi

(kg/m3) pada debit QQ = debit aliran sungai

(m3/detik).

Debit aliran sungai dihitung denganpersamaan sebagai berikut :

VxAQ Keterangan :

Q = debit sungai (m3/detik)A = luas penampang alur

sungai (m2)V = kecepatan aliran (m/detik).

Perhitungan laju sedimentasi diekosistem terumbu karang dilakukanmelalui persamaan berikut :

2rxhariJumlah

BSLS

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

94

Keterangan :LS = laju sedimentasi

(mg/cm2/hari)BS = berat kering sedimen (mg) = konstanta (3,14)r = jari-jari lingkaran sediment

trap (cm).

Kualitas Air

Data kualitas air yangdiperoleh dianalisis secara deskriptifdan dibandingkan dengan KeputusanMenteri Negara Lingkungan HidupNomor 51 Tahun 2004 tentang BakuMutu Air Laut untuk Biota Laut(Lampiran III).

Analisis RegresiUntuk mengetahui hubungan

antara laju sedimentasi dengantutupan karang hidup, dilakukananalisis regresi sederhana denganmenggunakan software MicrosoftExcel 2003. Regresi merupakansuatu model matematika yang dapatdigunakan untuk memprediksi suatuvariabel dengan variabel lainnya(Walpole, 1995).

Dalam penelitian ini yangmenjadi variabel dependent (terikat)adalah tutupan karang hidup,sedangkan yang menjadi variabelindependent (bebas) adalah lajusedimentasi. Secara matematis rumusregresi dapat ditulis sebagai berikut(Walpole, 1995).

ɑ = ɑ + bxKeterangan :

ɑ = Variabel terikat (tutupankarang hidup)

X = Variabel bebas (lajusedimentasi)

ɑ = Intersep (perpotongan garisregresi dengan sumbu Y)

b = koefisien regresi

Hubungan laju sedimentasidengan tutupan karang hidupdinyatakan dengan koefisiendeterminasi (R2). Koefisiendeterminasi (R2) ini dapatmenjelaskan keeratan hubunganantara variabel X (laju sedimentasi)dengan variabel Y (tutupan karanghidup). Apabila nilai koefisiendeterminasi (r > 0,5) berarti terdapathubungan yang cukup kuat antaralaju sedimentasi dengan tutupankarang hidup. Sebaliknya, apabilanilai koefisien korelasi (r < 0,5)berarti hubungan antara lajusedimentasi dengan tutupan karanghidup kurang kuat.

HASIL DAN PEMBAHASANKondisi ekosistem terumbu karang

Di Kawasan Konservasi LautDaerah (KKLD) Bintan Timurterumbu karang berkembang denganbaik dan mencakup wilayah yangsangat luas hingga sepanjang 35 km.Terumbu karang ini dapat dijumpaimulai dari Desa Malang Rapathingga Desa Kijang. Lebar rataanterumbu karang berkisar antara 100m hingga 1000 m. Luasan totalterumbu karang yang berada dipesisir Bintan Timur termasuk PulauMapur dan pulau-pulau kecildisekitarnya adalah seluas 6.066,76ha (CRITC Coremap II - LIPI,2007). Dari hasil penelitianditemukan 35 genera karang batudengan kondisi terumbu karangrelatif berbeda. Kondisi terumbukarang ditentukan berdasarkan padapersentase tutupan karang hidupyang terdiri dari hard coral(Acropora dan non-Acropora). Rata-rata persentase tutupan karang hidupAcropora dan non-Acropora padamasing-masing stasiun disajikanpada Gambar 2 berikut.

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

95

52,89

44,33

34,69

54,28

62,38 61,24

48,99

43,31 42,29

36,40

57,25

0

10

20

30

40

50

60

70

Karang

Masiran

Pulau Manjin

MuaraKawal

Karang

Penyerap

Pulau Beralas Bakau

Pulau Busung

Bujur (Nikoi)

Pulau Penyusuk

Pulau Cengom

Pulau Kelong

Pulau GinBesa

r

Pulau GinKecil

%Tutu

pan

kara

ng

hid

up

Gambar 2. Kondisi tutupan karang hidup di beberapa stasiun pengamatan padaKKLD Bintan Timur tahun 2010

Dari Gambar 2 di atas terlihatbahwa persentase tutupan karanghidup hanya termasuk kategorisedang sampai baik (36,40 -62,38%), tidak ada satupun lokasiyang termasuk kategori sangat baikatau kategori buruk. Dari 11 lokasiyang diamati 5 lokasi tergolong baikdengan persentase tutupan karanghidup berada pada kisaran 50 – 74,9% dan 6 lokasi tergolong sedangdengan persentase tutupan karanghidup berada pada kisaran 25 –49,9%. Selanjutnya COREMAP II-LIPI (2009) melaporkan bahwatutupan karang hidup 6 lokasi yangdipantau di kawasan Bintan Timurdan Pulau Numbing ditemukanpersentase tutupan karang hidupberkisar 44,87 – 70,90 % dengan 3lokasi kategori baik dan 3 lokasitergolong sedang. Dengan demikianpersentase tutupan karang hidup dilokasi penelitian tergolong sedangsampai baik.

Kondisi ini disebabkan olehtekanan dari aktivitas penduduk padamasa silam (penambangan pasir laut,pembuangan limbah tailingpencucian bauksit, tailing

penambangan pasir darat, danpenangkapan ikan dengan bom) yangdampaknya masih berlanjut sampaisaat penelitian dilakukan. Denganadanya Program Coremap Fase II diKabupaten Bintan, maka secaraberangsur kondisi terumbu karangsemakin baik.

Disamping itu, penggunaanalat tangkap seperti penggunaanbubu, bagan tancap juga dapatmerusak terumbu karang dalampengoperasiannya. Ketidaktahuanmasyarakat bahwa alat-alat tersebutjuga merusak terumbu karang danperlu mendapat perhatian, palingtidak masyarakat diberi pengetahuanuntuk mengurangi resiko alattersebut terhadap kerusakan karang.

Selanjutnya persentasetutupan karang dari kategori benthiclifeform di Kawasan Konservasi LautDaerah Bintan Timur kelompokbiotik (karang hidup, karang mati,algae, fauna lain) dan kelompokabiotik yang ditemukan di lokasipenelitian disajikan pada Gambar 3.

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

96

0

10

20

30

40

50

60

70

Karang

Masiran

P.M

anjin

Mua

raKaw

al

Karang

Penyerap

P.B

eralasBakau

P.B

usung

Bujur(Nikoi)

P.P

enyu

suk

P.C

eng

om

P.K

elon

g

P.Gin

Bes

ar

P.G

inKecil

%Tutu

pan

Hard Coral Dead Coral Algae Other fauna Abiotic

Gambar 3. Persentase tutupan karang dari kategori benthic lifeform di KKLDBintan Timur tahun 2010

Dari Gambar 3 terlihat bahwatutupan karang keras (Hard Coralatau HC) men-dominasi tutupanbentik di semua lokasi penelitianberkisar 34,69 – 62,38%, denganpersentase terendah di stasiun 1muara Sungai Kawal sebesar 34,69%, sedangkan yang tertinggi distasiun 6 Pulau Nikoi 62,38 %.Kelompok karang keras terbagikedalam dua kategori karang hidupAcropora dan non-Acropora.

Persentase tutupan karangmati tertinggi ditemukan pada stasiun10 di Pulau Kelong 52,80 % danyang terendah pada stasiun 3 diMuara Kawal sebesar 21,85%.Stasiun 1 Karang Masiran danstasiun 3 di muara Sungai Kawaladalah lokasi yang memiliki nilaitutupan alga tertinggi (20,85%) dan(16,65 %), Hal ini diduga adanya

pengaruh limpasan air Sungai Kawalyang berasal dari daratan yangbanyak mengandung nutrien.Sedangkan stasiun 5 Pulau BeralasBakau, tidak ditemukan alga sebagaipenutup substrat bentik. Biota lain(OT) hampir ditemukan di semuastasiun kecuali stasiun 6 PulauBusung Bujur (Nikoi), stasiun 9Pulau Kelong dan stasiun 11 PulauGin Kecil.

SedimentasiBeban sedimen melayang (suspendedload)

Beban sedimen melayangyang masuk ke perairan KKLDBintan Timur yang berasal dariSungai Kawal dan Sungai GalangBatang serta Sungai Angus disajikanpada Tabel 2.

Tabel 2. Beban sedimen melayang yang masuk ke laut dari masing-masingsungai di Kawasan Konservasi Laut Daerah Bintan Timur tahun 2010

No Nama Sungai Konsentrasi TSS(mg/L)

Debit Sungai(Q) (m3/detik)

Beban TSS (Qs)(ton/hari)

1 Kawal 11,0 2,79 2,6522 Galang Batang 10,0 1,21 1,0453 Angus 47,0 0,62 2,518

Jumlah 68,0 4, 62 6,215Sumber : data primer diolah

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

97

Dari Tabel 2. di atas terlihat bahwajumlah beban sedimen melayang(TSS) yang masuk ke perairan laut diKKLD Bintan sebesar 6,215 ton/hariatau 2.237,4 ton/tahun. Bebansedimen ini berasal hasil erosi didaratan, terutama dari lahan yanggundul. Balai Pengelolaan DASKepri yang melakukan pengamatanpada tahun 2010 melaporkan bahwalaju erosi di DAS Angus DesaMalang Rapat Kecamatan GunungKijang sebesar 1,47 ton/ha/tahun.Beban sedimen melayang ini akan

menyebabkan kekeruhan di perairanyang akan mengurangi cahaya matahari sampai ke dasar perairan.Kondisi ini akan sangat berpengaruhterhadap pertumbuhan terumbukarang.

Laju sedimentasi

Dari hasil peneltian diketahui,bahwa rata-rata laju sedimentasi diKKLD Bintan Timur berkisar antara4,528 - 108,690 mg/cm2/hari(ringan sampai sangat berat).

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Karan

gMas

iran

Pulau

Manjin

Mua

raKaw

al

Karan

gPen

yerap

Pulau

Beralas

Bak

au

Pulau

Bus

ungBujur (Nikoi)

Pulau

Pen

yusu

k

Pulau

Cen

gom

Pulau

Kelon

g

Pulau

Gin

Bes

ar

Pulau

Gin

Kec

il

Laju

sedim

enta

si(m

g/cm

2/h

ari)

Trap 1 Trap 2 Trap 3 Rata-rata

Gambar 4. Laju sedimentasi di KKLD Bintan Timur

Laju sedimentasi yangtertinggi terdapat di stasiun PulauGin Kecil, yaitu 108,690mg/cm2/hari dan terendah di stasiunPulau Beralas Bakau 4,528mg/cm2/hari. Tingginya sedimentasidi stasiun Pulau Gin Kecil didugaoleh banyak partikel tersuspensi yangdibawa arus laut yang berasalkegiatan penambangan bauksit disekitar stasiun pengukuran.

Rogers dalam Tomascik et al.(1997) mengatakan bahwa lajusedimentasi dapat menyebabkankekayaan spesies rendah, tutupankarang rendah, mereduksi laju

pertumbuhan dan dan lajurecruitment yang rendah, sertatingginya pertumbuhan karangbercabang.

Kualitas Perairan

Pengetahuan mengenaikarakteristik lingkungan perairan lautyang dicerminkan oleh nilaikonsentrasi beberapa parameterkualitas air, baik secara fisikamaupun kimia sangat diperlukandalam merancang pengelolaan danpengendalian pencemaran perairantersebut. Penilaian ini pada dasarnyadilakukan dengan membandingkan

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

98

nilai parameter kualitas air laut darihasil pengukuran di lapangan denganbaku mutu perairan sesuaiperuntukannya yang berlaku diIndonesia yakni mengacu padaKepmen LH No. 51 Tahun 2004tentang Baku Mutu Air Laut untukBiota Laut. Parameter yang diukurdalam penelitian ini hanya terbataspada parameter yang terkait eratdengan terumbu karang.

Dari hasil pengamatan danpengukuran diketahui bahwasebagian besar parameter kualitas airyang diukur masih berada dibawahbaku mutu air laut untuk kehidupanbiota laut, kecuali paramater nitrat(Kepmen LH No. 51 Tahun 2004,Lampiran III). Konsentrasi paramaternitrat yang terukur untuk semualokasi berkisar 0,079 – 0,351 mg/l,sedangkan baku yang ditetapkanadalah 0,008 mg/l. Disamping itu,pada beberapa lokasi seperti perairanPulau Manjin, Pulau Kelong danPulau Gin Kecil, bahwa parameterBOD telah melampaui baku mutuyang ditetapkan. Nilai parameterBOD yang terukur di ketiga lokasi

tersebut adalah berkisar 20,75 –28,20 mg/l, sedangkan baku mutuyang ditetapkan adalah 20 mg/l.Selanjutnya parameter fosfat yangmelampuai baku mutu hanya terdapatdi perairan Pulau Manjin dan PulauGin Kecil, dimana konsentrasi fosfatyang terukur di kedua lokasi tersebutberkisar 0,019 – 0,027 mg/l (BM0,015 mg/l). Tingginya konsentrasiBOD, nitrat dan fosfat pada ketigalokasi pengamatan di atas, didugadisebabkan adanya masukan dariberbagai kegiatan sekitar perairantersebut seperti buangan penduduk,perhotelan dan kegiatan lainnya yangterbawa arus laut.

Hubungan Antara LajuSedimentasi dengan TerumbuKarang

Untuk mengetahui hubungansedimentasi terhadap tutupan karanghidup dilakukan analisis regresi. Darihasil analisis diketahui bahwa lajusedimentasi berpengaruh negatifterhadap tutupan karang hidup(Gambar 5).

Y = - 0,1937 X + 55,3311

R2 = 0,2408

0

10

20

30

40

50

60

70

0 20 40 60 80 100

Laju Sedimentasi (mg/cm2/hari)

Tutu

pan

Kara

ng

Hidup

(%)

Gambar 5. Grafik hubungan laju sedimentasi dengan tutupan karang hidup

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

99

Keeratan hubunganselanjutnya dilihat berdasarkankoefisien determinasi (R2). Dari hasilanalisis terlihat bahwa nilai R2 hanyasebesar 24 %, berati sekitar 76%tutupan karang hidup di KKLDBintan Timur dipengaruhi olehfaktor-faktor lain. Adapun faktor-faktor lain yang berpengaruhterhadap terumbu karang di lokasipenelitian adalah kondisi perairan.Kondisi perairan sangat ditentukanoleh nilai atau konsentrasi parameterkualitas air, seperti kedalaman, TSS,kecerahan, suhu, salinitas, unsur hara(nitrat dan fosfat). Kedalamanperairan dan TSS berpengaruhterhadap penetrasi cahaya matahariyang masuk ke dasar perairandimana terumbu karang berada.Pengaruh ini berbanding terbalikdengan kecerahan, yaitu semakindalam perairan dan semakin tinggiTSS maka penetrasi cahaya mataharisemakin berkurang. Kaitan denganterumbu karang adalah, bahwacahaya matahari sangat diperlukanuntuk pertumbuhan karang terkaitdengan fotosintesis alga simbionzooxanthellae. Kecerahan perairan dilokasi pengamatan terumbu karangpada saat penelitian dilakukanberkisar 3,10 – 8,10 m.

Unsur hara nitrat dan fosformerupakan faktor yang palingmenentukan kerusakan terumbukarang (Tomascik, 1991). Hasilpengukuran nitrat dan fosfat di lokasipenelitian cukup bervariasi antarstasiun, yaitu masing-masingberkisar antara 0,069 – 0,351 mg/ldan 0,009–0,027 mg/l. Peningkatankonsentrasi unsur hara di perairanakan memacu produktivitasfitoplankton dan alga bentik. Hal inidiindikasikan dengan peningkatanklorofil a dan kekeruhan, padaakhirnya memacu populasi hewan

filter dan detritus feeder. Pengaruhpeningkatan populasi fitoplanktondan kekeruhan, kompetisi alga bentikserta toksisitas fosfat secarabersamaan dapat menurunkan jumlahkarang (Connel dan Hawker, 1992).

Terumbu karang akantumbuh dengan baik pada substratpasir kasar, sebaliknya akanterganggu pertumbuhannya padasubstrat perairan yang berlumpur(Soekarno et al, 1981). Oleh karenaitu, substrat perairan tempat hidupterumbu karang harus terhindar daritingkat sedimentasi yang tinggi.Menurut Hubbard dan Pocock (1972)dalam Supriharyono (2007) bahwalaju sedimentasi yang tinggi dapatmematikan polip karang, sehinggaakan mempengaruhi tutupan karanghidup. Disamping itu kerusakanterumbu karang di lokasi penelitianselama ini disebabkan olehpenangkapan ikan secara destruktifdengan menggunakan bom, sianidadan alat tangkap destuktif lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Kondisi terumbu karang diKKLD Bintan Timur saat initermasuk kategori sedang sampaibaik dengan persentase tutupankarang hidup 36,40 - 62,38%.

2. Rata-rata laju sedimentasi diKKLD Bintan Timur berkisarantara 4,528 - 108,690mg/cm2/hari (kotegori ringansampai sangat berat).

3. Sebagian besar parameter kualitasair yang diukur masih beradadibawah baku mutu air laut untukkehidupan biota laut, kecualiparamater nitrat.

4. Laju sedimentasi berpengaruhnegatif terhadap tutupan karanghidup di KKLD Bintan Timur.

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

100

SARAN

Untuk meningkatkan kondisikarang hidup di KKLD BintanTimur diperlukan kerjasama yangbaik semua stakeholders diKKLD Bintan Timur dalammengelolakegiatan yang dapatmerusak terumbu karang.

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public HealthAssociation. 1989. StandardMethod for Examination ofWater and Waste Water 14th

Ed. APHA-AWWA-WPFC,Port Press. Washington DC.

Burke L, Selig, E, Spalding M. 2002.Reef at Risk in Southest Asia.World Resources Institute(WRI), Washongton, DC.

Cappenberg HEW, Salatalohi A.

2009. Monitoring Terumbu

Karang Bintan (Bintan Timur

dan Pulau-pulau Numbing).

Coremap II –LIPI . Jakarta.

[CRITC- COREMAP II- LIPI] CoralReef Information andTraining Centre- Coral ReefManagement Program PhaseII- Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. 2007.Studi Baseline Ekologi diKabupaten Bintan KepulauanRiau. Coremap II – LIPI.Jakarta.

[CRITC] Coral Reef Information andTraining Centre Bintan. 2009.Monitoring Kondisi TerumbuKarang di KKLD BintanTimur. Tanjung Pinang.

[COREMAP II – LIPI] Coral ReefRehabilitation andManagement Program PhaseII-Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia. 2009.Monitoring KesehatanTerumbu Karang KabupatenBintan (Bintan Timur danNumbing). Jakarta.

Connell DW and DW Hawker (Ed).1992. Pollution in TropicalAquatic System. CRC Press,Inc. London

DKP. 2007. Penyusunan RencanaTata Ruang Gugus PulauUntuk PengembanganInvestasi di Gugus PulauBintan dan Nipah. DirektoratJenderal Kelautan Pesisir danPulau-pulau Kecil, DirektoratTata Ruang Laut, Pesisir danPulau-pulau Kecil. Jakarta.

English SC, Wilkinson, Baker V.1997. Survey Manual forTropical Marine Resources.Second edition. Australia.Australian Institute ofMarine Science. Townsville.

Fabricius KE. 2005. Effects of

Terrestrial Runoff on the

Ecology of Coarl and Coarl

Reefs: Review and Synthesis.

Marine Pollution Bulletin 50:

125-146.

Gomez ED, Yap HT. 1988.Monitoring Reef Condition.In Kenchington RA, HudsonBET, editor. Coral ReefManagement Handbook.UNESCO Regional Officefor Science and Technologyfor Sounth East Asia. Jakarta.

LIPI. 2007. Studi Baseline Ekologidi Kabupaten BintanKepulauan Riau. Coremap II– LIPI. Jakarta.

Rogers CS, Garrison G, Grober R,dan Hillis MA. 1994. CoralReef Monitoring Manual for

Pengaruh Sedimentasi Terhadap Terumbu Karang Berkala PerikananTerubukVol41 No.1 Februari 2013

101

the Caribbean and WesternAtlantic. National ParkService. Virgin IslandNational Park.

Soekarno, M Hutomo, MK Moesadan P Darsono. 1981.Terumbu Karang diIndonesia. Sumberdaya,Permasalahan danPengelolaannya. ProyekPenelitian PotensiSumberdaya Alam Indonesia.Lembaga OseanografiNasional - Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia.Jakarta.

Supriharyono. 2007. PengelolaanEkosistem Terumbu Karang.Penerbit Djambatan. 129halaman.

Suyono MS. 1995. Hidrologi Dasar.Yogyakarta. FakultasGeografi Universitas GadjahMada.

Tomascik T. 1991. Coral ReefEcosystem. EnvironmentalManagement Guidelines.Kantor Menteri Negara KLH.166 hal.

Tomascik, T., Mah AJ, Nontji A,Moosa K. 1997. The Ecologyof the Indonesian Seas: PartOne. Periplus Edition (HK)Ltd. Singapore.

Walpole RE. 1995. Pengantar

Statistik. Gramedia Pustaka,

Jakarta.