Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran peting dalam upaya untuk mencerdaskan dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Menurut UU SISDIKNAS NO.20 Tahun 2003, pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal dan informal. Salah satu bagian dari pendidikan formal adalah
sekolah.
Menurut Nana Sudjana (2009), pembelajaran di sekolah memiliki tiga komponen penting
yang terdiri dari guru, siswa, dan mata pelajaran. Guru sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar,
sehingga guru harus tepat dalam memilih metode dan media pembelajaran yang akan digunakan.
Salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di SMA adalah kimia. Menurut Permendiknas
Tahun 2006, tujuan dari mata pelajaran kimia adalah agar siswa mampu memahami tentang
konsep, teori, hukum, prinsip serta keterkaitannya antara satu dengan yang lain dan
penerapannya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi di dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman siswa dalam mata pelajaran kimia dapat dilihat dari aktifitas belajar saat mengikuti
seluruh proses pembelajaran.
Secara garis besar, aktifitas belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti metode mengajar,
media pembelajaran, interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa (Muhibin,
2012).
1
Nilai-nilai ulangan semester II tahun ajaran 2015/2016 menunjukkan hasil belajar siswa
kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru masih rendah yaitu < 78. Hasil observasi terhadap proses
pembelajaran kimia di kelas XI IPA 5 pada materi hidrolisis garam ,menunjukkan aktivitas
belajar yang masih rendah selama proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dalam
meyampaikan materi hanya menjelaskan materi pembelajaran dengan memberikan rumus,
contoh soal, dan latihan soal. Ketika di berikan kesempatan bertanya, siswa belum
memperlihatkan aktivitas bertanya dan mengeluarkan pendapat. Dalam proses pembelajaran,
siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan yang disampaikan oleh guru.
Dari aktifitas yang terjadi di dalam kelas, dapat dilihat bahwa siswa kurang tertarik
mengikuti proses pembelajaran karena tidak ada media yang digunakan sehingga siswa merasa
bosan dan bingung dengan pelajaran kimia yang menyebabkan banyak materi yang tidak mereka
pahami. Ketika diadakan ulangan, siswa terpaksa menghafal.
Salah satu penyebab rendahnya aktivitas belajar siswa adalah tidak adanya media yang
digunakan oleh guru. Media adalah alat bantu yang berguna untuk membantu proses
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk dapat
menciptakan pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, tertarik dan lebih
paham dengan materi yang dipelajari.
Permasalahan aktivitas siswa kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru perlu diatasi dengan
melakukan tindakan perbaikan. Aktifitas belajar siswa saat proses pembelajaran berlangsung
sangat diperlukan. Dalam pembelajaran kooperatif, peran media pembelajaran sangat
berpengaruh dan menunjang jalannya proses pembelajaran. Media pembelajaran akan membuat
siswa tidak bosan dan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga akifitas
siswa lebih terlihat dan meningkat (Sadiman,2008).
Media yang digunakan untuk meningkatkan aktifitas dan ketuntasan belajar kimia siswa
kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru adalah media question box. Media question box dipilih
sebagai alternatif pemecahan masalah karena: 1) sangat sederhana dan mudah dibuat 2) dapat
digunakan untuk semua materi dalam mata pelajaran kimia 3) mengkondisikan setiap individu
siswa untuk lebih aktif baik dalam berdiskusi, tanya jawab, maupun menyelesaikan tugas. 4)
Dari segi perolehan belajar, telah banyak peneletian yang menujukkan peningkatan aktivitas
2
belajar dengan menggunakan media question box. Salah satunya penelitian dalam mata pelajaran
kimia oleh Juniarni pada tahun 2010 yang menunjukkan peningkatan aktivitas belajar sebesar
6,63 %.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan mendorong penulis melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Akvifitas Belajar Dengan Menggunakan Media
Pembelajaran Question Box Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam Di Kelas XI IPA 5
SMAN 2 Pekanbaru”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang teah dikemukakan, maka dibuat suatu perumusan masalah
yaitu :
1. Bagaimanakah media pembelajaran Question Box dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru ?
2. Bagaimanakah media pembelajaran Question Box dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran
Question Box di kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa denga menggunkan media pembelajaran
Question Box di kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian tindakan kelas ini dibagi dua, yaitu sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau masukan
bagi pengembangan ilmu pengetahuan yaitu dengan menerapkan media pembelajaran question
box untuk penelitian tindakan kelas dibidang pembelajaran kimia tingkat SMA.
2. Manfaat Praktis
- Bagi siswa, untuk meningkatkan peran aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung
dan menjadikannya sebagai model agar selalu berfikir kritis dalam setiap proses
pembelajaran.
4
- Bagi guru, dapat dijadikan alternatif untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya,
dapat membuat guru menujukkan kinerja yang lebih baik sehingga dapat berkembang secara
professional, membuat guru lebih percaya diri dan memndapatkan kesempatan untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh diri sendiri.
- Bagi sekolah, membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan
dibidang guru dan pendidikan sehingga mampu menjadi sekolah favorit.
- Bagi peneliti, menjadi bekal pengetahuan tentang pengelolaan kelas dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa dan dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar.
E. Definisi Operasional
1. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan dan interaksi yang dilakukan selama proses
pembelajaran antara guru dan siswa, siswa dan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah menjawab pertanyaan,
menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan, berdikusi di dalam kelompok,
mengerjakan soal latihan yang ada di dalam LKS dan soal evaluasi. Aktivitas guru dalam
penelitian ini adalah menyampaikan pendahuluan, memberikan informasi, membimbing
siswa dalam diskusi kelompok, membimbing siswa dalam mengerjakan soal di LKS,
membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pembelajaran, dan membimbing siswa
dalam mengerjakan soal evaluasi.
2. Hasil beajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah seelah
menerima pengalaman belajarnya yang mencangkup kedalam tiga aspek yaitu kognitif,
afektif, psikomotor.
3. Media Question Box merupakan salah satu media pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan dijadikan sebagai alaternatif
tindakan perbaikan kelas yang terdiri atas tahap pembagian kelompok , berdiskusi
kelompok, dan menjawab pertanyaan yang ada di dalam media.
5
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
IGAK Wardani, dkk (2007) mengatakan penelitian tindakan kelas berkembang dari
penelitian tindakan. Dalam penelitian tindakan kelas ada tiga konsep, yakni sebagai berikut :
- Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah.
- Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang
berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
belajar-mengajar.
- Kelas adalah kelompok siswa yang dalam waku yang sama menerima pelajaran yang sama
dari seorang guru.
Dari penjelasan diatas, maka PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah di
dalam kelas melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga
didapat hasil yang lebih meningkat.
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualititatif meskipun data yang dikumpulkan
bias saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat desriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti
merupakan instrument utama dalam pengumpulan data dan proses sama pentingnya dengan
produk. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi,
pengelolaan kelas yang dinamis, dan penggunaan media serta sumber belajar yang tepat dan
memadai ( Kunandar, 2011).
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011) karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain :
1) Tema penelitian bersifat situasional
2) Tindakan diambil berdarkan evauasi dari refleksi diri
6
3) Dilakukan dalam beberapa putaran
4) Penelitian dilakukan untuk memperbaiki kinerja
5) Dilaksanakan secara kolaboratif atau parisipatorif
6) Sampel terbatas
Penelitian Tindakan Kelas tersusun atas empat komponen utama yaitu perencanaan
(planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection), dimana
hubungan keepat komponen ini dapat dilihat sebagai satu siklus seperti pada gabar 2.1.
Gambar 2.1 Siklus penelitian tindakan kelas (IGAK,dkk, 2007 )
B. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajara merupakan dua istilah yang selalu berkaitan. Makna hakiki dari
belajar dan pebelajaran dalam IPA adalah bahwa pendidikan harus diartikan sebagai proses
pembentukan kompetensi, bukan sekedar transfer pengetahuan oleh guru ke peserta didik. Agar
proses pembelajaran dapat berlangsung, maka harus ada peserta didik yang belajar dan pendidik
yang berperan sebagai perancang, pelaksana, fasilitator, dan penilai proses dan hasil
pembelajaran. Belajar pada dasarnya merupaka proses untuk membantu perkembangan
keterampilan berfikir. Dalam kaitan dengan pembelajaran sains, berfikir merupakan dua hal yang
sangat berkaitan satu sama lain dan disarankan untuk difasilitasi perkembangannya melalui
proses pembelajaran (Wahab Jufri, 2013)
Menurut Wina Sanjaya (2012) belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta
atau informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses pengalaman. Oleh karena itu, setiap
peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa melalui
7
Merencanakan
Mengamati
Melakukan tindakan Refleksi
pengembangan pengetahuan, tindakan serta pengalaman dalam rangka membentuk motorik,
kognitif, dan sosial.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
ayat 20 menyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006),
pembelajaran adalah suatu kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk
membuat belajar secara aktif yang menekan pada penyediaan sumber belajar.
Konsep pembelajaran menurut Corey ( Syaiful Sagala, 2011) adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu, dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu dimana pembelajaran merupaka subset khusus pendidikan. Pembelajar mengandung arti
setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampun dan
nilai yang baru dimana guru diminta untuk mengetahui kekmampuan dasar yang dimiliki siswa.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama anatar guru dan siswa dalam
memanfaatkaan segala potensi yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu
sendiri seperti minat, bakat, kemampuan dasar yang dimiliki maupun potensi yang ada diluar diri
siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan
belajar tertentu. Sebagai proses kerjasama, kegiatan belajar tidak hanya menitik beratkan pada
kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, tetapi guru dan siswa bersama-sama berusaha mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan (Wina Sanjaya, 2012).
Hakikat pembelajaran menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterapilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsadan Negara”.
Menurut Wahab Jufri (2013) paradigma baru pembelajaran perlu dikembangkan oleh
setiap pedidik bidang sains adalah pengembangan yang mendidik yakni pembelajaran yang
memiliki karakteristik anatar lain sebagai berikut :
8
1) Menekankan pentingnya proses pembelarana bagaimana cara belajar
2) Mengutamakan strategi yang mendrong dan melanvarkan proses beajar peserta didik
3) Dirancang untuk membantu peserta didik agar memperoleh kecakapan mencari jawaban
atau solusi atas suatu masalah
4) Dirancang dan dilaksanakan bukan untuk sekedar menyampaikan informasi langsung
kepada peserta didik tetapi lebih menekankan pembelajaran berbasis kompetensi dengan
pendekatan kontekstual.
C. Aktivitas dalam Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) pembelajaran dapat diartikan sebagai aktivitas
mengajar dan aktifitas belajar. Aktivitas mengajar berhubungan dengan peranan seorang guru
dalam membimbing untuk mendapatkan pengalaman belajar. Aktivitas belajar siswa yang baik
dapat terjadi apabila guru mengupayakan situasi dan kondisi pembelajaran yang mendukung.
Dalam pelaksanaanya kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa bukan berarti guru tidak
begitu banyak melakukan aktivitas, tetapi guru selalu member petunjuk tentang apa yang harus
dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai, dan mengadakan evaluasi (Ibrahim & Nana,
2003:27). Dengan demikian dalam suatu proses pembelajaran siswa yang harus aktif, fungsi
guru hanya sebatas membantu, sehingga proses kemandirian belajar dapat tercapai.
Menurut Sardiman (2003) Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam
interaksi pembelajaran sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah
laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan belajar, subyek didik atau siswa
harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas.
Dalam proses kemandirian belajar siswa diperlukan aktivitas, siswa bukan hanya jadi obyek
tapi subyek didik dan harus aktif agar proses kemandirian dapat tercapai. Hamalik (2005) juga
menjelaskan nilai aktivitas dalam pembelajaran, yaitu :
1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri.
2) Beraktivitas sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral.
9
3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
4) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan orang
tua dengan guru
7) Pembelajaran dilaksanankan secara konkret sehingga mengembangkan pemahaman
berfikir kritis serta menghindari verbalitas.
8) Pembelajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di
masyarakat.
Menurut Sardiman (2007) Jenis-jenis aktivitas dalam belajar dapat digolongkan sebagai
berikut :
1) Visual activities (aktivitas visual), yang termasuk di dalamnya memperhatiakan gambar,
melakukan percobaan, menanggapi pekerjaan orang lain.
2) Oral activities (aktivitas lisan) seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, member
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities (aktivitas mendengarkan) sebagai contoh : mendengarkan : uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities (aktivitas menulis) seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5) Drawing activities (aktivitas menggambar), misalnya : menggambar, membuat peta,
diagaram, grafik.
6) Motor activities(aktivitas gerak), yang termasuk didalamnya antara lain : melakukan
percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun beternak.
7) Mental activities (aktivitas mental), sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, membuat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities (aktivitas emosional), seperti misalnya, menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
10
Ciri-ciri adanya aktivitas dalam pembelajaran menurut Nana Sudjana (2009) antara lain :
turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya
kepada siswa lain atau guru bila ada yang kurang dimengerti, berusaha mencari berbagai
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok dengan
cara mendiskusikan tugas kelompoknya, melatih diri dalam mengerjakan soal.
Menurut Wina Sanjaya (2012) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran antara lain :
1) Adanya perhatian dan motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
2) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
3) Adanya keterlibatan siswa dalam menjawab, mengajukan pertanyaan, dan berusaha
memecahkan masalah yang diberikan.
4) Terjadinya interaksi yang multi-arah baik antara siswa dengam siswa atau anatara guru
dengan siswa.
5) Adanya keterlibatan siswa untuk mengvaluasi atau melaksankan kegiatan semacam tes
secara mandiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
D. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Wina Sanjaya (2007) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu yang heterogen terdiri
dari 4-6 orang siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2005) berpendapat bahwa untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur gotong royong harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan
11
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,komunikasi antar anggota dan evaluasi proses
kelompok.
Wahab Jufri (2013) mengemukakan model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase
seperti pada table 2.1
Tabel 2.1 Sintaks umum model pembelajaran kooperatif
Fase ke Indikator Kegiatan Guru
1. Penyampaian tujuan dan
pemberian motivasi pada peserta
didik
Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada pembelajaran terserbut dan
memotivasi peserta didik belajar
2. Penyajian informas-informasi
terkait materi pelajaran
Menyajikan informasi kepada peserta didik dengan
jalan demosntrasi atau lewat bahan bacaaan
3. Pengorganiasasian peserta didik
dalam kelompok-kelompok
belajar
Menjelaskan keopada peserta didik bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien
4. Pembimbingan kelompok
peserta didik untuk bekerja dan
belajar
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas
5. Penilaian hasil belajar (evaluasi) Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
6. Pemberian penghargaan Meberikan penghargaan tertentu atas hasil belajar
individu maupun kelompok.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana
dikemukakan Slavin ( dalam Isjoni, 2009) yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban
individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
1) Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh
penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas
kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
12
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling
membantu, dan saling peduli.
2) Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota
kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok
yanng saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga
menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri
tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu.
Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau
tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.
Menurut Trianto (2010) penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh
guru dengan melakukan tahapan berikut :
1) Menghitung skor individu
Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor dasar dengan
skor kuis pada setiap kali tatap muka. Selisih kor tersebut dijadikan patokan untuk menentukan
perolehan poin yang akan disumbangkan setiap anggota kelompok terhadap masing-masing
berdasarkan kriteria yang ditentukan seperti tabel 2.2.
Tabel 2.2 skor perkembangan individu
Kriteria Perolehan Skor Perkembangan
Jika skor kuis turun lebih dari 10 poin dari skor dasar 0
Jika skor kuis turun antara 1-10 poin dari skor dasar 10
Sama dengan skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
Jika skor kuis lebih besar dari 10 point diatas skor dasar 30
13
2) Menghitung skor kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok,
yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi
dengan jumlah anggota kelompok. Kelompok kooperatif yang berhasil memenuhi criteria untuk
predikat tertentu diberikan penghargaan pada table 2.3.
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata kelompok Predikat kelompok
<10 Kelompok tidak berbintang
11-15 Kelompok berbintang satu
16-20 Kelompok berbintang dua
>20 Kelompok super
(Wahab Jufri,2013)
E. Media Pembelajaran Question Box
Penerapan media questions box dalam pembelajaran di kelas akan mengurangi
ketergantungan siswa terhadap guru, karena siswa terus dipacu untuk mencari informasi terbaru.
Sudah saatnya proses pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru. Question box dalam
penelitian ini berisi tentang soal-soal yang akan didiskusikan oleh tiap-tiap kelompok. Box
pertama berisi kumpulan soal, lalu box box berikutnya berisi tahapan-tahapan dalam
mengerjakan soal yang berada pada box pertama. Masing-masing perwakilan kelompok yang
sudah dibentuk oleh peneliti mengambil soal yang berada di box pertama. Berdasarkan soal yang
diambil dari box pertama, maka masing-masing kelompok mendapat pembagian nama kelompok.
Box yang berisi tahapan-tahapan dalam mengerjakan soal memiliki jenjang yang semakin
bertingkat. Peneliti hanya memilih tiga jenjang dari keenam jenjang dari ranah kognitif yaitu
memahami, menerapkan, dan menganalisis. Peneliti menyusun soal mulai dari C2 untuk
digunakan sebagai alat ukur kemampuan berpikir kritis karena soal C1 dianggap terlalu mudah,
sedangkan C5 dan C6 dianggap terlalu sulit untuk siswa kelas XII SMA. Question box berisi
enam soal untuk setiap pertemuan. Setiap kelompok akan mendiskusikan masing-masing dua
soal.
14
F. Pengaruh Media Pembelajaran Question Box terhadap Aktivitas Belajar Kimia
Siswa
Menurut Syahlil (2011: 1-4), kegiatan pembelajaran dengan media questions box dipilahkan
menjadi tiga langkah, yaitu orientasi kelompok, bekerja kelompok, dan evaluasi kolektif.
1) Pertama, orientasi kelompok. Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan
diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang
akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan
tujuan, materi, waktu, langkah langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh
siswa, serta system penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang
diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi berkaitan dengan tata kerja dan prosedur
kerja dalam mendiskusikan masalah dapat terjadi antara guru dan siswa, namun pada
akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.
2) Kedua, kerja kelompok. Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti
kegiatan pembelajaran dengan media question box. Kerja kelompok siswa dapat berupa
kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang
dipelajari sesuai dengan pertanyaan yang diambil oleh kelompoknya dari questions box.
Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan
eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Waktu untuk
bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi pertanyaan soal dari
questions box yang harus dikerjakan dan didiskusikan bersama.
3) Ketiga, evaluasi kolektif. Pada akhir kegiatan diskusi kelompok diharapkan semua siswa
telah mampu memahami masalah yang sudah dikaji bersama sesuai dengan materi
pertanyaan questions box. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk
mengetahui pemahaman mereka terhadap masalah yang dikaji. Penilaian individu ini
mencakup penguasaan ranah kognitif dengan keterampilan-keterampilan dalam
menyampaikan ide atau pendapat, dan dalam menyampaikan pertanyaan. Langkah
tambahan, setelah evaluasi adalah pemberian penghargaan. Guru perlu untuk
15
memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor
dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan skor tes
individual. Menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok dengan cara
menjumlahkan skor yang didapat siswa di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung
rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok diantara
anggota kelompok dalam kelas tersebut. Pada akhir proses pembelajaran guru
memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas dan didiskusikan pada
pertemuan itu, sehingga terdapat kesamaan pemahaman pada semua siswa. Evaluasi
belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai pretes, selama pembelajaran, serta hasil
akhir belajar siswa baik individu maupun kelompok. Selama proses pembelajaran,
evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap, keterampilan dan kemampuan berpikir serta
berkomunikasi siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan
berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan atau argumentasi, kemauan untuk
bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama, merupakan contoh aspek-aspek
yang dapat dinilai selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan prosedur evaluasi
yaitu penilaian individu adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang dikaji, meliputi ranah kognitif dengan keterampilanketerampilan dalam
menyampaikan ide atau pendapat, dan dalam menyampaikan pertanyaan.
G. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis
dalam penilitian ini adalah :
1. Penerapan media pembelajaran Question Box dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
2. Penerapan media media pembelajaran Question Box dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 semster genap tahun jaran 2015/2016
dikelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru.
B. Rancangan Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan secara
kolaboratif, dimana peneliti dan guru bekerja sama selama proses pembelajaran. Pelaksanaan
tindakan dilakukan oleh guru dan peneliti sebagai pengamat.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa yang
merupakan hasil dari aktivitas belajar melalui penerapan media pembelajaran Question Box.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Setiap siklus yang dilaksanakan dalam penelitian dapat dilihat dari gambar 3.1
Gambar 3.1 Rancangan penelitian tindakan kelas ( Suharsimi Arikunto, 2010)
17
Merencanakan
Mengamati
Melakukan tindakan Refleksi Siklus I
Mengamati
Melakukan tindakan RefleksiSiklus II
Merencanakan
?
C. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan
a) Observasi awal di kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru untuk mengetahui
permasalahan apa yang dihadapi guru dikelas yang berkaitan dengan aktivitas belajar
siswa maupun proses belajar mengajar.
b) Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah.
c) Menyusun RPP dengan langkah-langkah pembelajaran menggunakan media
pembelajaran Question Box.
d) Menyusun lembar kerja siswa (LKS), soal evaluasi berupa tes tertulis untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada setiap akhir pertemuan.
e) Menyusun lembar obeservasi aktifitas guru dan siswa.
f) Membagi siswa kedalam kelompok dengan tingkat prestasi yang berbeda berdasarkan
hasil belajar siswa pada materi sebelumnya yaitu larutan penyangga.
g) Melakukan sosialisasi tentang proses pemeblajaran yang akan dilakukan di kelas XI
IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru.
2. Tahap Pelaksanaan
Semua tindakan yang tekah dirancang di dalam RPP dan skenario perbaikan
dilaksanakan selama proses pembelajaran.
3. Tahap Observasi
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pada setiap
siklus. Tujuannya adalah untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama proses
pemeblajaran dengan menerapkan media pembelajaran Question Box. Observasi
aktivitas guru dengan siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan.
4. Tahap Refleksi
18
Data diperoleh berupa lembar observasi dan tes hasil belajar siswa dianalisis dan
kemudian diadakan refleksi. Jika terdapat permasalahan maka dilakukan perencanaan
ulang, dan menentukan langkah perbaikan untuk siklus selanjutnya.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru tahun ajaran
2015/2016 yang berjumlah 36 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 24 siswa
perempuan.
E. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa.
F. Kriteria Keberhasilan Tidakan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah terjadi peningkatan aktivitas belajar
siswa dengan menggunaka media pembelajaran Question Box. Kriteria keberhasilan
dapat dilihat pada table 3.1.
Tabel 3.1 kriteria keberhasilan tindakan
Kriteria Indikator keberhasilam tindakan
Aktivitas Belajar siswa a. ≥ 50 % siswa aktif bertanya
b. ≥ 50 % siswa aktif mengajukan
jawaban/ pendapat
c. ≥ 78 % siswa aktif mengerjakan
soal-soal latihan
d. ≥ 78 % siswa akttif berdiskusi
e. ≥ 61 % rata-rata keempat indikator
KetuntasaN belajar f. ≥ 78 % siswa yang mencapai
ketuntasan belajar klasikal (KKM =
78)
19
G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen pembelajaran (perangkat pemeblajaran) :
a) Silabus
b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c) Skenario pembelajaran
d) Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Instrumen pengumpulan data :
a) Lembar observasi aktivitas siswa
b) Lembar observasi aktivitas guru
c) Soal evaluasi setiap pertemuan
d) Soal ulangan harian
H. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Peneliti melakukan observasi saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti mengisi
lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang telah disediakan pada setiap pertemuan.
2. Tes
Data perkembangan perkembangan pemahaman siswa terhadap materi yang merujuk
kepada hasil belajar dilihat dari tes setiap akhir pertemuan (soal evaluasi) dan ulangan
harian diakhir pokok bahasan.
I. Teknik Analisa Data
Proses analisa data dimulai dengan menelaah data yang dikumpulkan yaitu lembar
observasi aktivitas guru dan siswa serta nilai hasil belajar siswa pada akhir pertemuan. Data
yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan tindakan dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan teknik presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi
didalam kegiatan pembelajaran (Kunandar, 2011).
Anlisis data dilakukan dengan teknik pengukuran sebagai berikut :
20
a. Data hasil pengamatan aktivitas guru
Analisa data hasil pengamatan aktivitas guru dilakukan dengan cara menghitung
presentase aktivitas yang dilakukan guru selama proses pembelajaran, kemudia
dikategorikan ke dalam lima criteria yang dapat dilihat pada table 3.2. Presentase
aktivitas guru selama proses pembelajaran dapat dihitung dengan rumus :
Persentase= skor total aktivitas yangdilakukan guruskor maksimum
x100 %
Tabel 3.2 Kriteria Aktivitas Guru
No % Interval Kriteria Keterangan
1. 81%-100% Sangat Baik A
2. 61&-80,9% Baik B
3. 41%-60,9% Cukup C
4. 21%-40,9% Kurang Baik D
5 0%-20,9% Tidak Baik E
(Suharsimi Arikunto, 2010)
b. Data hasil pengamatan aktivitas siswa
Analisis data hasil pengamatan aktivitas siswa dilakukan dengan cara menghitung
presentase aktivitas setiap siswa dalam setiap indikator, kemudian dikategorikan kedalam
lima criteria yang dapat dilihat pada table 3.3. Presentase aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dapat dihiitung dengan rumus :
Persentase= skor total tiap indikatorskor maksimum
x100 %
Tabel 3.3.Kriteria aktivitas siswa
21
No % Interval Kriteria Keterangan
1. 81%-100% Sangat Baik A
2. 61&-80,9% Baik B
3. 41%-60,9% Cukup C
4. 21%-40,9% Kurang Baik D
5 0%-20,9% Tidak Baik E
(Suharsimi Arikunto, 2010)
c. Ketuntasan hasil belajar siswa Analisis ketuntasan hasil belajar kimia individu dilakukan dengan cara menghitung perolehan hasil belajar dari nilai evaluasi setiap akhir pertemuan dan nilai ulangan harian dengan rumus :
Persentase= skor total jawaban yangbenarskor maksimum
x100 %
Siswa yang memperoleh nilai minimal 78 dinyatakan telah tuntas. Setelah diperoleh data ketuntasan belajar kimia individu, maka dilakukan perhitungan presentase jumlah siswa yang telah ditakan tuntas untuk mata pelajaran kimia. Persentase ketuntasan dapat dihitung dengan rumus :
Persentase= jumlahsiswa yang tuntasjumlahseluruh siswa
x 100%
Selain itu, analisis data juga dilakukan dengan menghitung ketuntasan indikator yang terdiri atas :
a) Persentase ketuntasan indikator tiap individu per satu indikator dapat dihitung dengan rumus :
Persentase= skor yangdiperoleh dalam satuindikatorskor maksimumsatu indikator
x100 %
Setelah di dapatkan persentase untuk tiap indikator, kemudian dikategorikan
tuntas (T) jika mencapai minimal 78 dan tidak tuntas (TT) jika mendapat persetase dibawah 78.
b) Persentase ketuntasan indikator individu yang tuntas dapat dihitung dengan rumus :
22
Persentase= jumlahindikator yang tuntasjumlahseluruh indikator
x 100 %
c) Persentase ketuntasan indikator klasikal dapat dihitung dengan rumus
Persentase= jumlahsiswa yang tuntas indikatorjumlah seluruh siswa
x 100 %
DAFTAR PUSTAKA
23
Anita Lie. 2010. Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang Kelas.
Grasindo. Jakarta
Depdiknas.2006. Pemendiknas No. 41/2007 : Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. BSNP. Jakarta
Dimyati dan Mudjioni. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta
IGAK Wardani, Kusmwaya Wihardid, dan Noehi Nasution. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
Universitas Terbuka. Jakarta
Kunandar. 2011. Langkah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Rajawali Press. Jakarta
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Poses Belajar Mengajar. Rajawali. Jakarta
Sadirman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali. Jakarta
Syahlil . 2011. Questions Box, Inovasi Media Pembelajaran di Sekolah. SMK YPM 8 Sidoarjo.
Sidoarjo
Suharsimi Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta
Wahab Jufri. 2013. Belajar dan Pengembangan Sains. Putaka Reka Cipta. Bandung
Wina Sanjaya. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta
24