24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran peting dalam upaya untuk mencerdaskan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut UU SISDIKNAS NO.20 Tahun 2003, p endidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar  dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat , bangsa dan n egara . Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal. Salah satu bagian dari pendidikan formal adalah sekolah. Menurut Nana Sudjana (2009), pembelajaran di sekolah memiliki tiga komponen penting yang terdiri dari guru, siswa, dan mata pelajaran. Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar, sehingga guru harus tepat dalam memilih metode dan media pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di SMA adalah kimia. Menurut Permendiknas Tahun 2006, tujuan dari mata pelajaran kimia adalah agar siswa mampu memahami tentang konsep, teori, hukum, prinsip serta keterkaitannya antara satu dengan yang lain dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi di dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman siswa dalam mata pelajaran kimia dapat dilihat dari aktifitas belajar saat mengikuti seluruh proses pembelajaran. Secara garis besar, aktifitas belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti metode mengajar, media pembelajaran, interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa (Muhibin, 2012). 1

Proposal Penelitian PTK

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran peting dalam upaya untuk mencerdaskan dan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Menurut UU SISDIKNAS NO.20 Tahun 2003, pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan terdiri atas

pendidikan formal, nonformal dan informal. Salah satu bagian dari pendidikan formal adalah

sekolah.

Menurut Nana Sudjana (2009), pembelajaran di sekolah memiliki tiga komponen penting

yang terdiri dari guru, siswa, dan mata pelajaran. Guru sebagai fasilitator dalam proses

pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar,

sehingga guru harus tepat dalam memilih metode dan media pembelajaran yang akan digunakan.

Salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di SMA adalah kimia. Menurut Permendiknas

Tahun 2006, tujuan dari mata pelajaran kimia adalah agar siswa mampu memahami tentang

konsep, teori, hukum, prinsip serta keterkaitannya antara satu dengan yang lain dan

penerapannya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi di dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahaman siswa dalam mata pelajaran kimia dapat dilihat dari aktifitas belajar saat mengikuti

seluruh proses pembelajaran.

Secara garis besar, aktifitas belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti metode mengajar,

media pembelajaran, interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa (Muhibin,

2012).

1

Nilai-nilai ulangan semester II tahun ajaran 2015/2016 menunjukkan hasil belajar siswa

kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru masih rendah yaitu < 78. Hasil observasi terhadap proses

pembelajaran kimia di kelas XI IPA 5 pada materi hidrolisis garam ,menunjukkan aktivitas

belajar yang masih rendah selama proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dalam

meyampaikan materi hanya menjelaskan materi pembelajaran dengan memberikan rumus,

contoh soal, dan latihan soal. Ketika di berikan kesempatan bertanya, siswa belum

memperlihatkan aktivitas bertanya dan mengeluarkan pendapat. Dalam proses pembelajaran,

siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan yang disampaikan oleh guru.

Dari aktifitas yang terjadi di dalam kelas, dapat dilihat bahwa siswa kurang tertarik

mengikuti proses pembelajaran karena tidak ada media yang digunakan sehingga siswa merasa

bosan dan bingung dengan pelajaran kimia yang menyebabkan banyak materi yang tidak mereka

pahami. Ketika diadakan ulangan, siswa terpaksa menghafal.

Salah satu penyebab rendahnya aktivitas belajar siswa adalah tidak adanya media yang

digunakan oleh guru. Media adalah alat bantu yang berguna untuk membantu proses

pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk dapat

menciptakan pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, tertarik dan lebih

paham dengan materi yang dipelajari.

Permasalahan aktivitas siswa kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru perlu diatasi dengan

melakukan tindakan perbaikan. Aktifitas belajar siswa saat proses pembelajaran berlangsung

sangat diperlukan. Dalam pembelajaran kooperatif, peran media pembelajaran sangat

berpengaruh dan menunjang jalannya proses pembelajaran. Media pembelajaran akan membuat

siswa tidak bosan dan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga akifitas

siswa lebih terlihat dan meningkat (Sadiman,2008).

Media yang digunakan untuk meningkatkan aktifitas dan ketuntasan belajar kimia siswa

kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru adalah media question box. Media question box dipilih

sebagai alternatif pemecahan masalah karena: 1) sangat sederhana dan mudah dibuat 2) dapat

digunakan untuk semua materi dalam mata pelajaran kimia 3) mengkondisikan setiap individu

siswa untuk lebih aktif baik dalam berdiskusi, tanya jawab, maupun menyelesaikan tugas. 4)

Dari segi perolehan belajar, telah banyak peneletian yang menujukkan peningkatan aktivitas

2

belajar dengan menggunakan media question box. Salah satunya penelitian dalam mata pelajaran

kimia oleh Juniarni pada tahun 2010 yang menunjukkan peningkatan aktivitas belajar sebesar

6,63 %.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan mendorong penulis melakukan penelitian

tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Akvifitas Belajar Dengan Menggunakan Media

Pembelajaran Question Box Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam Di Kelas XI IPA 5

SMAN 2 Pekanbaru”.

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang teah dikemukakan, maka dibuat suatu perumusan masalah

yaitu :

1. Bagaimanakah media pembelajaran Question Box dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru ?

2. Bagaimanakah media pembelajaran Question Box dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran

Question Box di kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa denga menggunkan media pembelajaran

Question Box di kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian tindakan kelas ini dibagi dua, yaitu sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau masukan

bagi pengembangan ilmu pengetahuan yaitu dengan menerapkan media pembelajaran question

box untuk penelitian tindakan kelas dibidang pembelajaran kimia tingkat SMA.

2. Manfaat Praktis

- Bagi siswa, untuk meningkatkan peran aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung

dan menjadikannya sebagai model agar selalu berfikir kritis dalam setiap proses

pembelajaran.

4

- Bagi guru, dapat dijadikan alternatif untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya,

dapat membuat guru menujukkan kinerja yang lebih baik sehingga dapat berkembang secara

professional, membuat guru lebih percaya diri dan memndapatkan kesempatan untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh diri sendiri.

- Bagi sekolah, membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan

dibidang guru dan pendidikan sehingga mampu menjadi sekolah favorit.

- Bagi peneliti, menjadi bekal pengetahuan tentang pengelolaan kelas dalam meningkatkan

aktivitas belajar siswa dan dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar.

E. Definisi Operasional

1. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan dan interaksi yang dilakukan selama proses

pembelajaran antara guru dan siswa, siswa dan siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah menjawab pertanyaan,

menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan, berdikusi di dalam kelompok,

mengerjakan soal latihan yang ada di dalam LKS dan soal evaluasi. Aktivitas guru dalam

penelitian ini adalah menyampaikan pendahuluan, memberikan informasi, membimbing

siswa dalam diskusi kelompok, membimbing siswa dalam mengerjakan soal di LKS,

membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pembelajaran, dan membimbing siswa

dalam mengerjakan soal evaluasi.

2. Hasil beajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah seelah

menerima pengalaman belajarnya yang mencangkup kedalam tiga aspek yaitu kognitif,

afektif, psikomotor.

3. Media Question Box merupakan salah satu media pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan dijadikan sebagai alaternatif

tindakan perbaikan kelas yang terdiri atas tahap pembagian kelompok , berdiskusi

kelompok, dan menjawab pertanyaan yang ada di dalam media.

5

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

IGAK Wardani, dkk (2007) mengatakan penelitian tindakan kelas berkembang dari

penelitian tindakan. Dalam penelitian tindakan kelas ada tiga konsep, yakni sebagai berikut :

- Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah.

- Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang

berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu

belajar-mengajar.

- Kelas adalah kelompok siswa yang dalam waku yang sama menerima pelajaran yang sama

dari seorang guru.

Dari penjelasan diatas, maka PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah di

dalam kelas melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga

didapat hasil yang lebih meningkat.

Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualititatif meskipun data yang dikumpulkan

bias saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat desriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti

merupakan instrument utama dalam pengumpulan data dan proses sama pentingnya dengan

produk. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi,

pengelolaan kelas yang dinamis, dan penggunaan media serta sumber belajar yang tepat dan

memadai ( Kunandar, 2011).

Menurut Endang Mulyatiningsih (2011) karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain :

1) Tema penelitian bersifat situasional

2) Tindakan diambil berdarkan evauasi dari refleksi diri

6

3) Dilakukan dalam beberapa putaran

4) Penelitian dilakukan untuk memperbaiki kinerja

5) Dilaksanakan secara kolaboratif atau parisipatorif

6) Sampel terbatas

Penelitian Tindakan Kelas tersusun atas empat komponen utama yaitu perencanaan

(planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection), dimana

hubungan keepat komponen ini dapat dilihat sebagai satu siklus seperti pada gabar 2.1.

Gambar 2.1 Siklus penelitian tindakan kelas (IGAK,dkk, 2007 )

B. Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajara merupakan dua istilah yang selalu berkaitan. Makna hakiki dari

belajar dan pebelajaran dalam IPA adalah bahwa pendidikan harus diartikan sebagai proses

pembentukan kompetensi, bukan sekedar transfer pengetahuan oleh guru ke peserta didik. Agar

proses pembelajaran dapat berlangsung, maka harus ada peserta didik yang belajar dan pendidik

yang berperan sebagai perancang, pelaksana, fasilitator, dan penilai proses dan hasil

pembelajaran. Belajar pada dasarnya merupaka proses untuk membantu perkembangan

keterampilan berfikir. Dalam kaitan dengan pembelajaran sains, berfikir merupakan dua hal yang

sangat berkaitan satu sama lain dan disarankan untuk difasilitasi perkembangannya melalui

proses pembelajaran (Wahab Jufri, 2013)

Menurut Wina Sanjaya (2012) belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta

atau informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses pengalaman. Oleh karena itu, setiap

peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa melalui

7

Merencanakan

Mengamati

Melakukan tindakan Refleksi

pengembangan pengetahuan, tindakan serta pengalaman dalam rangka membentuk motorik,

kognitif, dan sosial.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1

ayat 20 menyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006),

pembelajaran adalah suatu kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk

membuat belajar secara aktif yang menekan pada penyediaan sumber belajar.

Konsep pembelajaran menurut Corey ( Syaiful Sagala, 2011) adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam

tingkah laku tertentu, dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi

tertentu dimana pembelajaran merupaka subset khusus pendidikan. Pembelajar mengandung arti

setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampun dan

nilai yang baru dimana guru diminta untuk mengetahui kekmampuan dasar yang dimiliki siswa.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama anatar guru dan siswa dalam

memanfaatkaan segala potensi yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu

sendiri seperti minat, bakat, kemampuan dasar yang dimiliki maupun potensi yang ada diluar diri

siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan

belajar tertentu. Sebagai proses kerjasama, kegiatan belajar tidak hanya menitik beratkan pada

kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, tetapi guru dan siswa bersama-sama berusaha mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan (Wina Sanjaya, 2012).

Hakikat pembelajaran menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterapilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsadan Negara”.

Menurut Wahab Jufri (2013) paradigma baru pembelajaran perlu dikembangkan oleh

setiap pedidik bidang sains adalah pengembangan yang mendidik yakni pembelajaran yang

memiliki karakteristik anatar lain sebagai berikut :

8

1) Menekankan pentingnya proses pembelarana bagaimana cara belajar

2) Mengutamakan strategi yang mendrong dan melanvarkan proses beajar peserta didik

3) Dirancang untuk membantu peserta didik agar memperoleh kecakapan mencari jawaban

atau solusi atas suatu masalah

4) Dirancang dan dilaksanakan bukan untuk sekedar menyampaikan informasi langsung

kepada peserta didik tetapi lebih menekankan pembelajaran berbasis kompetensi dengan

pendekatan kontekstual.

C. Aktivitas dalam Pembelajaran

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) pembelajaran dapat diartikan sebagai aktivitas

mengajar dan aktifitas belajar. Aktivitas mengajar berhubungan dengan peranan seorang guru

dalam membimbing untuk mendapatkan pengalaman belajar. Aktivitas belajar siswa yang baik

dapat terjadi apabila guru mengupayakan situasi dan kondisi pembelajaran yang mendukung.

Dalam pelaksanaanya kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa bukan berarti guru tidak

begitu banyak melakukan aktivitas, tetapi guru selalu member petunjuk tentang apa yang harus

dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai, dan mengadakan evaluasi (Ibrahim & Nana,

2003:27). Dengan demikian dalam suatu proses pembelajaran siswa yang harus aktif, fungsi

guru hanya sebatas membantu, sehingga proses kemandirian belajar dapat tercapai.

Menurut Sardiman (2003) Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam

interaksi pembelajaran sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah

laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan belajar, subyek didik atau siswa

harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas.

Dalam proses kemandirian belajar siswa diperlukan aktivitas, siswa bukan hanya jadi obyek

tapi subyek didik dan harus aktif agar proses kemandirian dapat tercapai. Hamalik (2005) juga

menjelaskan nilai aktivitas dalam pembelajaran, yaitu :

1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami

sendiri.

2) Beraktivitas sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral.

9

3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.

4) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan orang

tua dengan guru

7) Pembelajaran dilaksanankan secara konkret sehingga mengembangkan pemahaman

berfikir kritis serta menghindari verbalitas.

8) Pembelajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di

masyarakat.

Menurut Sardiman (2007) Jenis-jenis aktivitas dalam belajar dapat digolongkan sebagai

berikut :

1) Visual activities (aktivitas visual), yang termasuk di dalamnya memperhatiakan gambar,

melakukan percobaan, menanggapi pekerjaan orang lain.

2) Oral activities (aktivitas lisan) seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, member

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities (aktivitas mendengarkan) sebagai contoh : mendengarkan : uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities (aktivitas menulis) seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5) Drawing activities (aktivitas menggambar), misalnya : menggambar, membuat peta,

diagaram, grafik.

6) Motor activities(aktivitas gerak), yang termasuk didalamnya antara lain : melakukan

percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun beternak.

7) Mental activities (aktivitas mental), sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, membuat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities (aktivitas emosional), seperti misalnya, menaruh minat, merasa

bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

10

Ciri-ciri adanya aktivitas dalam pembelajaran menurut Nana Sudjana (2009) antara lain :

turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya

kepada siswa lain atau guru bila ada yang kurang dimengerti, berusaha mencari berbagai

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok dengan

cara mendiskusikan tugas kelompoknya, melatih diri dalam mengerjakan soal.

Menurut Wina Sanjaya (2012) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran antara lain :

1) Adanya perhatian dan motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.

3) Adanya keterlibatan siswa dalam menjawab, mengajukan pertanyaan, dan berusaha

memecahkan masalah yang diberikan.

4) Terjadinya interaksi yang multi-arah baik antara siswa dengam siswa atau anatara guru

dengan siswa.

5) Adanya keterlibatan siswa untuk mengvaluasi atau melaksankan kegiatan semacam tes

secara mandiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

D. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Wina Sanjaya (2007) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan

belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu yang heterogen terdiri

dari 4-6 orang siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran

kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum

selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2005) berpendapat bahwa untuk mencapai

hasil yang maksimal, lima unsur gotong royong harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan

11

positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,komunikasi antar anggota dan evaluasi proses

kelompok.

Wahab Jufri (2013) mengemukakan model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase

seperti pada table 2.1

Tabel 2.1 Sintaks umum model pembelajaran kooperatif

Fase ke Indikator Kegiatan Guru

1. Penyampaian tujuan dan

pemberian motivasi pada peserta

didik

Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai pada pembelajaran terserbut dan

memotivasi peserta didik belajar

2. Penyajian informas-informasi

terkait materi pelajaran

Menyajikan informasi kepada peserta didik dengan

jalan demosntrasi atau lewat bahan bacaaan

3. Pengorganiasasian peserta didik

dalam kelompok-kelompok

belajar

Menjelaskan keopada peserta didik bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan transisi

secara efisien

4. Pembimbingan kelompok

peserta didik untuk bekerja dan

belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada

saat mereka mengerjakan tugas

5. Penilaian hasil belajar (evaluasi) Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

6. Pemberian penghargaan Meberikan penghargaan tertentu atas hasil belajar

individu maupun kelompok.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana

dikemukakan Slavin ( dalam Isjoni, 2009) yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban

individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

1) Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh

penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas

kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai

12

anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling

membantu, dan saling peduli.

2) Pertanggung jawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota

kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok

yanng saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga

menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri

tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai

perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu.

Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau

tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi

kelompoknya.

Menurut Trianto (2010) penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh

guru dengan melakukan tahapan berikut :

1) Menghitung skor individu

Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor dasar dengan

skor kuis pada setiap kali tatap muka. Selisih kor tersebut dijadikan patokan untuk menentukan

perolehan poin yang akan disumbangkan setiap anggota kelompok terhadap masing-masing

berdasarkan kriteria yang ditentukan seperti tabel 2.2.

Tabel 2.2 skor perkembangan individu

Kriteria Perolehan Skor Perkembangan

Jika skor kuis turun lebih dari 10 poin dari skor dasar 0

Jika skor kuis turun antara 1-10 poin dari skor dasar 10

Sama dengan skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20

Jika skor kuis lebih besar dari 10 point diatas skor dasar 30

13

2) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok,

yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi

dengan jumlah anggota kelompok. Kelompok kooperatif yang berhasil memenuhi criteria untuk

predikat tertentu diberikan penghargaan pada table 2.3.

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata kelompok Predikat kelompok

<10 Kelompok tidak berbintang

11-15 Kelompok berbintang satu

16-20 Kelompok berbintang dua

>20 Kelompok super

(Wahab Jufri,2013)

E. Media Pembelajaran Question Box

Penerapan media questions box dalam pembelajaran di kelas akan mengurangi

ketergantungan siswa terhadap guru, karena siswa terus dipacu untuk mencari informasi terbaru.

Sudah saatnya proses pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru. Question box dalam

penelitian ini berisi tentang soal-soal yang akan didiskusikan oleh tiap-tiap kelompok. Box

pertama berisi kumpulan soal, lalu box box berikutnya berisi tahapan-tahapan dalam

mengerjakan soal yang berada pada box pertama. Masing-masing perwakilan kelompok yang

sudah dibentuk oleh peneliti mengambil soal yang berada di box pertama. Berdasarkan soal yang

diambil dari box pertama, maka masing-masing kelompok mendapat pembagian nama kelompok.

Box yang berisi tahapan-tahapan dalam mengerjakan soal memiliki jenjang yang semakin

bertingkat. Peneliti hanya memilih tiga jenjang dari keenam jenjang dari ranah kognitif yaitu

memahami, menerapkan, dan menganalisis. Peneliti menyusun soal mulai dari C2 untuk

digunakan sebagai alat ukur kemampuan berpikir kritis karena soal C1 dianggap terlalu mudah,

sedangkan C5 dan C6 dianggap terlalu sulit untuk siswa kelas XII SMA. Question box berisi

enam soal untuk setiap pertemuan. Setiap kelompok akan mendiskusikan masing-masing dua

soal.

14

F. Pengaruh Media Pembelajaran Question Box terhadap Aktivitas Belajar Kimia

Siswa

Menurut Syahlil (2011: 1-4), kegiatan pembelajaran dengan media questions box dipilahkan

menjadi tiga langkah, yaitu orientasi kelompok, bekerja kelompok, dan evaluasi kolektif.

1) Pertama, orientasi kelompok. Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan

diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang

akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan

tujuan, materi, waktu, langkah langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh

siswa, serta system penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang

diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi berkaitan dengan tata kerja dan prosedur

kerja dalam mendiskusikan masalah dapat terjadi antara guru dan siswa, namun pada

akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.

2) Kedua, kerja kelompok. Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti

kegiatan pembelajaran dengan media question box. Kerja kelompok siswa dapat berupa

kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang

dipelajari sesuai dengan pertanyaan yang diambil oleh kelompoknya dari questions box.

Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan

eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Waktu untuk

bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi pertanyaan soal dari

questions box yang harus dikerjakan dan didiskusikan bersama.

3) Ketiga, evaluasi kolektif. Pada akhir kegiatan diskusi kelompok diharapkan semua siswa

telah mampu memahami masalah yang sudah dikaji bersama sesuai dengan materi

pertanyaan questions box. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk

mengetahui pemahaman mereka terhadap masalah yang dikaji. Penilaian individu ini

mencakup penguasaan ranah kognitif dengan keterampilan-keterampilan dalam

menyampaikan ide atau pendapat, dan dalam menyampaikan pertanyaan. Langkah

tambahan, setelah evaluasi adalah pemberian penghargaan. Guru perlu untuk

15

memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor

dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan skor tes

individual. Menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok dengan cara

menjumlahkan skor yang didapat siswa di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung

rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok diantara

anggota kelompok dalam kelas tersebut. Pada akhir proses pembelajaran guru

memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas dan didiskusikan pada

pertemuan itu, sehingga terdapat kesamaan pemahaman pada semua siswa. Evaluasi

belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai pretes, selama pembelajaran, serta hasil

akhir belajar siswa baik individu maupun kelompok. Selama proses pembelajaran,

evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap, keterampilan dan kemampuan berpikir serta

berkomunikasi siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan

berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan atau argumentasi, kemauan untuk

bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama, merupakan contoh aspek-aspek

yang dapat dinilai selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan prosedur evaluasi

yaitu penilaian individu adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap

materi yang dikaji, meliputi ranah kognitif dengan keterampilanketerampilan dalam

menyampaikan ide atau pendapat, dan dalam menyampaikan pertanyaan.

G. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis

dalam penilitian ini adalah :

1. Penerapan media pembelajaran Question Box dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa.

2. Penerapan media media pembelajaran Question Box dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 semster genap tahun jaran 2015/2016

dikelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru.

B. Rancangan Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan secara

kolaboratif, dimana peneliti dan guru bekerja sama selama proses pembelajaran. Pelaksanaan

tindakan dilakukan oleh guru dan peneliti sebagai pengamat.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa yang

merupakan hasil dari aktivitas belajar melalui penerapan media pembelajaran Question Box.

Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Setiap siklus yang dilaksanakan dalam penelitian dapat dilihat dari gambar 3.1

Gambar 3.1 Rancangan penelitian tindakan kelas ( Suharsimi Arikunto, 2010)

17

Merencanakan

Mengamati

Melakukan tindakan Refleksi Siklus I

Mengamati

Melakukan tindakan RefleksiSiklus II

Merencanakan

?

C. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

a) Observasi awal di kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru untuk mengetahui

permasalahan apa yang dihadapi guru dikelas yang berkaitan dengan aktivitas belajar

siswa maupun proses belajar mengajar.

b) Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah.

c) Menyusun RPP dengan langkah-langkah pembelajaran menggunakan media

pembelajaran Question Box.

d) Menyusun lembar kerja siswa (LKS), soal evaluasi berupa tes tertulis untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada setiap akhir pertemuan.

e) Menyusun lembar obeservasi aktifitas guru dan siswa.

f) Membagi siswa kedalam kelompok dengan tingkat prestasi yang berbeda berdasarkan

hasil belajar siswa pada materi sebelumnya yaitu larutan penyangga.

g) Melakukan sosialisasi tentang proses pemeblajaran yang akan dilakukan di kelas XI

IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru.

2. Tahap Pelaksanaan

Semua tindakan yang tekah dirancang di dalam RPP dan skenario perbaikan

dilaksanakan selama proses pembelajaran.

3. Tahap Observasi

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pada setiap

siklus. Tujuannya adalah untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama proses

pemeblajaran dengan menerapkan media pembelajaran Question Box. Observasi

aktivitas guru dengan siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang

telah disiapkan.

4. Tahap Refleksi

18

Data diperoleh berupa lembar observasi dan tes hasil belajar siswa dianalisis dan

kemudian diadakan refleksi. Jika terdapat permasalahan maka dilakukan perencanaan

ulang, dan menentukan langkah perbaikan untuk siklus selanjutnya.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 5 SMAN 2 Pekanbaru tahun ajaran

2015/2016 yang berjumlah 36 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 24 siswa

perempuan.

E. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

3. Hasil belajar siswa.

F. Kriteria Keberhasilan Tidakan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah terjadi peningkatan aktivitas belajar

siswa dengan menggunaka media pembelajaran Question Box. Kriteria keberhasilan

dapat dilihat pada table 3.1.

Tabel 3.1 kriteria keberhasilan tindakan

Kriteria Indikator keberhasilam tindakan

Aktivitas Belajar siswa a. ≥ 50 % siswa aktif bertanya

b. ≥ 50 % siswa aktif mengajukan

jawaban/ pendapat

c. ≥ 78 % siswa aktif mengerjakan

soal-soal latihan

d. ≥ 78 % siswa akttif berdiskusi

e. ≥ 61 % rata-rata keempat indikator

KetuntasaN belajar f. ≥ 78 % siswa yang mencapai

ketuntasan belajar klasikal (KKM =

78)

19

G. Instrumen Penelitian

1. Instrumen pembelajaran (perangkat pemeblajaran) :

a) Silabus

b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c) Skenario pembelajaran

d) Lembar Kerja Siswa (LKS)

2. Instrumen pengumpulan data :

a) Lembar observasi aktivitas siswa

b) Lembar observasi aktivitas guru

c) Soal evaluasi setiap pertemuan

d) Soal ulangan harian

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Peneliti melakukan observasi saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti mengisi

lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang telah disediakan pada setiap pertemuan.

2. Tes

Data perkembangan perkembangan pemahaman siswa terhadap materi yang merujuk

kepada hasil belajar dilihat dari tes setiap akhir pertemuan (soal evaluasi) dan ulangan

harian diakhir pokok bahasan.

I. Teknik Analisa Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah data yang dikumpulkan yaitu lembar

observasi aktivitas guru dan siswa serta nilai hasil belajar siswa pada akhir pertemuan. Data

yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan tindakan dianalisis secara

deskriptif dengan menggunakan teknik presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi

didalam kegiatan pembelajaran (Kunandar, 2011).

Anlisis data dilakukan dengan teknik pengukuran sebagai berikut :

20

a. Data hasil pengamatan aktivitas guru

Analisa data hasil pengamatan aktivitas guru dilakukan dengan cara menghitung

presentase aktivitas yang dilakukan guru selama proses pembelajaran, kemudia

dikategorikan ke dalam lima criteria yang dapat dilihat pada table 3.2. Presentase

aktivitas guru selama proses pembelajaran dapat dihitung dengan rumus :

Persentase= skor total aktivitas yangdilakukan guruskor maksimum

x100 %

Tabel 3.2 Kriteria Aktivitas Guru

No % Interval Kriteria Keterangan

1. 81%-100% Sangat Baik A

2. 61&-80,9% Baik B

3. 41%-60,9% Cukup C

4. 21%-40,9% Kurang Baik D

5 0%-20,9% Tidak Baik E

(Suharsimi Arikunto, 2010)

b. Data hasil pengamatan aktivitas siswa

Analisis data hasil pengamatan aktivitas siswa dilakukan dengan cara menghitung

presentase aktivitas setiap siswa dalam setiap indikator, kemudian dikategorikan kedalam

lima criteria yang dapat dilihat pada table 3.3. Presentase aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dapat dihiitung dengan rumus :

Persentase= skor total tiap indikatorskor maksimum

x100 %

Tabel 3.3.Kriteria aktivitas siswa

21

No % Interval Kriteria Keterangan

1. 81%-100% Sangat Baik A

2. 61&-80,9% Baik B

3. 41%-60,9% Cukup C

4. 21%-40,9% Kurang Baik D

5 0%-20,9% Tidak Baik E

(Suharsimi Arikunto, 2010)

c. Ketuntasan hasil belajar siswa Analisis ketuntasan hasil belajar kimia individu dilakukan dengan cara menghitung perolehan hasil belajar dari nilai evaluasi setiap akhir pertemuan dan nilai ulangan harian dengan rumus :

Persentase= skor total jawaban yangbenarskor maksimum

x100 %

Siswa yang memperoleh nilai minimal 78 dinyatakan telah tuntas. Setelah diperoleh data ketuntasan belajar kimia individu, maka dilakukan perhitungan presentase jumlah siswa yang telah ditakan tuntas untuk mata pelajaran kimia. Persentase ketuntasan dapat dihitung dengan rumus :

Persentase= jumlahsiswa yang tuntasjumlahseluruh siswa

x 100%

Selain itu, analisis data juga dilakukan dengan menghitung ketuntasan indikator yang terdiri atas :

a) Persentase ketuntasan indikator tiap individu per satu indikator dapat dihitung dengan rumus :

Persentase= skor yangdiperoleh dalam satuindikatorskor maksimumsatu indikator

x100 %

Setelah di dapatkan persentase untuk tiap indikator, kemudian dikategorikan

tuntas (T) jika mencapai minimal 78 dan tidak tuntas (TT) jika mendapat persetase dibawah 78.

b) Persentase ketuntasan indikator individu yang tuntas dapat dihitung dengan rumus :

22

Persentase= jumlahindikator yang tuntasjumlahseluruh indikator

x 100 %

c) Persentase ketuntasan indikator klasikal dapat dihitung dengan rumus

Persentase= jumlahsiswa yang tuntas indikatorjumlah seluruh siswa

x 100 %

DAFTAR PUSTAKA

23

Anita Lie. 2010. Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang Kelas.

Grasindo. Jakarta

Depdiknas.2006. Pemendiknas No. 41/2007 : Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. BSNP. Jakarta

Dimyati dan Mudjioni. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta

IGAK Wardani, Kusmwaya Wihardid, dan Noehi Nasution. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.

Universitas Terbuka. Jakarta

Kunandar. 2011. Langkah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

Guru. Rajawali Press. Jakarta

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Poses Belajar Mengajar. Rajawali. Jakarta

Sadirman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali. Jakarta

Syahlil . 2011. Questions Box, Inovasi Media Pembelajaran di Sekolah. SMK YPM 8 Sidoarjo.

Sidoarjo

Suharsimi Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta

Wahab Jufri. 2013. Belajar dan Pengembangan Sains. Putaka Reka Cipta. Bandung

Wina Sanjaya. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta

24