23
Nama : Muh. Kholid Ismatulloh NIM : E92213058 Fak. Jur. Smt : Ushuluddin. Perbandingan Agama. II RESUME BUKU “FILSAFAT ISLAM” Judul Buku : Filsafat Islam Pengarang : Drs. Sudarsono, S.H. Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta Halaman : ix + 161 halaman Cetakan : Cetakan Pertama, April 1997 RC No. : 001/97 ISBN : 979-518-668-X A. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PADA MASA ILMU KALAM 1. KHAWARIJ Khawarij adalah golongan yang keluar dari kelompok pengikut Khalifah Ali bin Abi Thalib. Aliran Khawarij timbul sebagai protes terhadap “Majelis Taklim” di Daumatul Jandal yang merupakan perjanjian damai antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 37 M. Aliran Khawarij mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan ajaran agama yang amat terkenal

Resume Buku Filsafat Islam

  • Upload
    uinsby

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Nama : Muh. Kholid Ismatulloh

NIM : E92213058

Fak. Jur. Smt : Ushuluddin. Perbandingan Agama.

II

RESUME BUKU “FILSAFAT ISLAM”

Judul Buku : Filsafat Islam

Pengarang : Drs. Sudarsono, S.H.

Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta

Halaman : ix + 161 halaman

Cetakan : Cetakan Pertama, April 1997

RC No. : 001/97

ISBN : 979-518-668-X

A. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PADA MASA ILMU KALAM

1. KHAWARIJ

Khawarij adalah golongan yang keluar dari kelompok

pengikut Khalifah Ali bin Abi Thalib. Aliran Khawarij

timbul sebagai protes terhadap “Majelis Taklim” di

Daumatul Jandal yang merupakan perjanjian damai antara

Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi

Sufyan pada tahun 37 M.

Aliran Khawarij mengemukakan pendapat yang

berkaitan dengan ajaran agama yang amat terkenal

pendapat mereka mengenai dosa besar yang tidak disertai

dengan taubat dapat mengakibatkan keluar dari Islam.

Dengan demikian dosa besar mengakibatkan kekafiran

(kufur). Adapun pendapatnya yang berkaitan dengan

masalah mamah, aliran ini berpendapat bahwa imam

diangkat atas dasar pemilihan. Siapa saja yang muslim,

adil, berilmu, dan zuhud dapat dipilih sebagai imam.

Seorang imam tidak harus dari keturunan Quraisy.

Menurut perintah Rasulullah, wajib hukumnya umat Islam

taat kepada imam walaupun ia berasal dari keturunan

orang hitam. Apabila imam tidak menyimpang dari

kebenaran, sejalan dengan ketentuan – ketentuan agama

Islam wajib ditaati, tetapi jika menyimpang dari

kebenaran, berlaku tidak adil, maka wajib dimakzulkan.

2. MURJIAH

Murjiah merupakan satu aliran yang muncul di

Damsyik, ibukota Kerajaan Umayyah, disebabkan oleh

beberapa pengaruh Masehi pada pertengahan kedua dari

abad pertama Hijriyah.

Van Vloten, seorang orientalis Belanda berpendapat

bahwa nama Murjiah ini diambil dari firman Allah yang

berbunyi:

106. ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan

(manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik

daripadanya atau yang sebanding dengannya. tidakkah kamu

mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu?

Sedangkan Nicholson (1868 – 1945) berpendapat :

“Murjiah merupakan satu kata yang diambil dari kata

“arja-a” dalam arti menimbulkan “harapan” dan “cita-

cita”. Berdasarkan ini, mereka berkata : tidaklah

sesuatu maksiat akan merusak keimanan seseorang dan

tidak pula ketaatan akan berguna bagi seorang yang

kafir.

3. MU’TAZILAH

Aliran Mutazilah lahir pada masa pemerintah Bani

Umayyah. Mutazilah dari kata kerja yakni: ‘Azala :

artinya : berpisah. Mereka adalah pengikut dari Abul

Husail Wasil bin ‘Atha yang memisahkan diri dari

gurunya yang bernama Hasan Basri. Ada sebagian pendapat

bahwa aliran Mutazilah muncul sejak zaman sahabat.

Mereka adalah golongan pengikut Ali yang memisahkan

diri dari politik terutama di saat turunnya Hasan bin

Ali dari kursi Khalifah. Kelompok ini kemudian

memusatkan diri kepada persoalan-persoalan teologi.

Maka dari itu sebagian pendapat yang beranggapan bahwa

golongan mutakallimin pertama adalah Mutazilah sebab

mereka inilah yang mula-mula mengadakan diskusi dalam

agama secara filsafat.

4. AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH

Hasan Basri adalah seorang Ahli Sunnah Wal

Jamaah. Nama ini tidak pernah menonjol sebelumnya

sebagai satu golongan. Sebab pada dasarnya tidak

diperlukan golongan yang demikian ini diadakan ataupun

berwujud namun dapat diketahui bahwa Islam itu adalah

ajaran-ajaran yang diterima dari tangan manusia pertama

Rasulullah yang oleh beliau dilanjutkan ke tangan para

sahabat dan turun-temurun disambut oleh manusia dari

masa ke masa secara terus-menerus tanpa terputus.

B. TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM

Dari beberapa aliran Ilmu Kalam diatas, kita akan

membahas beberapa tokoh yang terkenal dalam

perkembangan filsafat dalam dunia Islam, diantaranya:

1. AL-KINDI

Nama al-Kindi berasal dari nama sebuah suku,

yaitu: Banu Kindah yaitu suku keturunan Kindah, yang

terletak di daerah selatan Jazirah Arab. Nama lengkap

al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’kub Ibnu Ishak al-Sabah

Ibnu Imran Ibnu al-Asha’ath Ibnu Kays. Ia lahir pada

tahun 185 H (801 M) di Kuffah, nama orang tua Ishaq Ash

Shabbah dengan jabatan Gubernur di Kuffah, pada masa

pemerintahan al-Mahdi dan Harun al-Rasyid dari Bani

Abbas.

Unsur-unsur filsafat yang dapat kita temukan pada

pemikiran al-Kindi adalah:

a. Aliran Pythagoras tentang matematika sebagai

jalan karah filsafat

b. Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal

fisika dan metafisika meskipun al-Kindi tidak

sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya

alam

c. Pikiran-pikiran Plato dalam hal kejiwaan

d. Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-

sama dalam soal etika

e. Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam

soal-soal yang berhubungan dengan Tuhan dan

sifat-sifatNya

f. Aliran Mutazilah dalam memuja kekuatan akal

manusia dan dalam menakwilkan ayat-ayat Qur’an.

Al-Kindi mengemukakan tiga jalan untuk membuktikan

adanya Tuhan, yaitu:

a. Tidak mungkin ada benda yang ada dengan

sendirinya, jadi wajib ada yang menciptakannya

dari ketiadaan dan pencipta itulah Tuhan

b. Dalam alam tidak mungkin ada keragaman tanpa

keseragaman atau keseragaman tanpa keragaman.

Tergabungnya keragaman dan keseragaman bersama-

sama, bukanlah karena kebetulan, tetapi karena

sesuatu sebab. Sebab pertama itulah Tuhan.

c. Kerapian alam tak mungkin terjadi tanpa ada

yang merapikan (mengaturkan)Nya. Yang

merapikannya atau yang mengatur alam nyata

itulah Tuhan.

2. AL-FARABI

Abu Nasr Muhammad al-Farabi (870 – 950 M). Beliau

adalah seorang muslim keturunan Parsi, yang didirikan

di kota Farab (Turkestan), anak Muhammad Ibn Auzalagh

seorang panglima perang Parsi dan kemudian berdiam di

Damsyik. Al-Farabi belajar di Baghdad dan Harran,

kemudian ia pergi ke Syiria dan Mesir.

Sebagian besar karangan-karangan al-Farabi terdiri

dari ulasan dan penjelasan terhadap Aristoteles, Plato,

dan Galenus, dalam bidang-bidang logika, fisik, dan

metafisika. Diantara karangannya ialah:

a. Aghdlu oma Ba’da at-Thabi’ah

b. Al-Jam’u bina Ra’yai al-Hakimain (Mempertemukan

Pendapat Kedua Filosof; Plato dan Aristoteles)

c. Tahsil as-Sa’adah (Mencari Kebahagiaan)

d. ‘Uyun ul-Masail (Pokok-pokok Persoalan)

e. Ara-u Ahl-il Madinah al-Fadilah (Pikiran-

pikiran Penduduk Kota Utama Negeri Utama)

f. Ih-sha’u al-Ulum (Statistik Ilmu)

3. IBNU SINA

Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan di mana

Khilafat Abbasiyah mengalami kemunduran dan negeri-

negeri yang asalnya berada di bawah kekuasaan Khilafat

tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk

berdiri sendiri. Kota Baghdad sendiri sebagai pusat

pemerintahan Khilafah Abbasiyah dikuasai oleh golongan

Bani Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka

berlangsung terus sampai tahun 447 H.

Ibnu Sina mempelajari beberapa bidang ilmu

pengetahuan, antara lain:

a. Ilmu-ilmu agama, dimulai belajar Quran pada

tahun 375 H sewaktu umurnya baru menginjak 5

tahun. Kemudian terus mempelajari ilmu-ilmu

Islam yang lainnya, seperti Tafsir, fiqih,

ushuluddin, tasawuf, dan lainnya. Dalam 5

tahun, pada waktu ia baru mencapai usia 10

tahun, Ibnu Sina sudah hafal Quran, dan telah

menguasai segala cabang ilmu-ilmu agama.

b. Ilmu-ilmu filsafat, setelah umurnya mencapai 10

tahun dia sudah menguasai ilmu-ilmu agama,

ayahnya mulai menyuruhnya belajar ilmu falsafah

dengan segala cabangnya. Dia disuruh belajar

kepada seorang saudagar rempah-rempah untuk

mempelajari “Ilmu Hitung India”.

c. Ilmu politik tidak kurang pentingnya untuk

diketahui, bahwa ilmu politik telah dikenalkan

kepada Ibnu Sina pada umur mudanya. Ayahnya

adalah seorang terkemuka dari aliran

“Ismailiyah” dari partai Syiah. Pada waktu itu

pemimpin propagandis aliran tersebut yang

berpusat di Mesir dibawah pimpinan Fathimiyah,

sering kali berkunjung dan berunding dengan

ayahnya, untuk meluaskan sayap partai itu di

daerah Bukhara. Ibnu Sina selalu disuruh duduk

mendengarkan segala uraian politik mereka.

Saudaranya Abdul Harits mengikuti aliran

ayahnya, menjadi pengikut setia dari partai

Ismailiyah, tetapi Ibnu Sina tidak pernah

tertarik kepada aliran itu.

d. Ilmu kedokteran. Di dalam tingkat terakhir Ibnu

Sina tertarik kepada ilmu kedokteran.

Dipelajarinya ilmu itu sewaktu umurnya 16

tahun, dan dalam waktu satu setengah tahun

selesailah ilmu itu dikuasainya.

4. AR-RAZI

Ar-Razi dilahirkan di Ravy, di Propinsi Khurasan,

dikatakan oleh beberapa ahli telah pandai memainkan

harpa pada usia remajanya, dan oleh yang lain

(dikatakan) telah menjadi seorang penukar uang (Money

changer) sebelum beralih ke filsafat dan kedokteran. Ia

memperoleh reputasi yang demikian baik dalam bidang

yang terakhir (kedokteran), sehingga ia diangkat

menjadi kepala rumah sakit di kota asalnya semasa

usianya kira-kira menjelang tiga puluh tahun, dan

kemudian mengambil alih kepemimpinan rumah sakit di

Baghdad. Pada umumnya ia terkenal, seperti yang

dikatakan sendiri oleh seorang ahli, sebagai “dokter

islam yang tidak ada bandingannya”. Selain itu sedikit

keterangan yang diperoleh berkenaan dengan kehidupan

dan ciri-ciri pribadinya, kecuali ternyata bahwa ia

pernah coba-coba secara iseng dalam kimia, pun seorang

yang pemurah hati, dermawan dan ulet. Ia meninggal

kira-kira pada tahun 925.

Sejumlah kecil dari karya-karya ar-Razi yang

sampai kepada kita diantaranya adalah:

a. sekumpulan risalah logika berkenaan dengan kategori-

kategori, demonstrasi, Isagoge, dengan logika,

seperti yang dikatakan dalam ungkapan kalam Islam.

b. Sekumpulan risalah tentang metafisika pada umumnya.

c. Materi mutlak dan partikular.

d. Plenum dan vacum, ruang dan waktu.

e. Fisika.

f. Bahwa dunia mempunyai pencipta yang bijaksana.

g. Tentang keabadian dan ketidakabadian Tuhan.

h. Sanggahan terhadap Proclus.

i. Opini fisika “Plutarch” (Placita Philosophorum).

j. Sebuah komentar tentang Timaeus.

k. Sebuah komentar terhadap komentar Plutarch tentang

Timaeus.

l. Sebuah risalah yang menunjukkan bahwa benda-benda

bergerak dengan sendirinya dan pada dasarnya gerakan

itu adalah milik mereka.

m. Obat pencahar rohani (Spiritual Physic).

n. Jalan filosofis.

o. Tentang jiwa.

p. Tentang perkataan imam yang tidak bisa salah.

q. Sebuah sanggahan terhadap kaum Mutazilah

r. Metafisika menurut Plato.

s. Metafisika menurut ajaran Sokrates.

5. AL-GHAZALI

Abu Hamid Muhammad al-Ghazali lahir pada tahun

1059 M di Ghazaleh suatu kota kecil yang terletak di

dekat Thus di Khurasan (Iran). Ia bergelar Hujjatul

Islam. Sebutan al-Ghazali diambil dari kata-kata

Ghazalah yakni kampung kelahiran al-Ghazali. Sebutan

tersebut kadang-kadang diucapkan dengan al-Ghazzali

(dua Z) istilah ini berakar kata Ghazal artinya tukang

pemintal benang sebab pekerjaan ayah al-Ghazali adalah

memintal benang wol.

Sikap al-Ghazali terhadap filosof dapat dipahami

melalui bukunya Tahafut al-Falasifa dan al-Munqidz min

da-Dlalal, al-Ghazali menentang filosof-filosof Islam.

Bahkan mengkafirkan mereka dalam hal:

a. Pengingkaran kebangkitan Jasmani

b. Membataskan ilmu Tuhan kepada hal-hal yang besar

saja

c. Kepercayaan tentang qadimnya alam dan keazaliannya.

Selain itu al-Ghazali juga telah berpolemik

terhadap filsafat pada umumnya yang tertuang pada di

dalam bukunya yang berjudul Tahafut al-Falasifah. Di

dalam buku ini secara umum al-Ghazali menyerang

pendapat-pendapat filsafat Yunani dan filsafat Ibnu

Sina yang meliputi dua puluh masalah diantaranya:

a. Al-Ghazali menyerang dalil-dalil filsafat

(Aristoteles) tentang azalinya alam dan dunia. Di

sini al-Ghozali berpendapat bahwa alam (dunia)

berasal dari tidak ada menjadi ada sebab diciptakan

oleh Tuhan.

b. Al-Ghazali menyerang pendapat kaum filsafat

(Aristoteles) tentang pastinya keabadian alam. Ia

berpendapat bahwa soal keabadian alam itu terserah

kepada Tuhan semata-mata. Mungkin saja alam itu

terus-menerus tanpa akhir andaikata Tuhan

menghendakinya. Akan tetapi bukanlah suatu kepastian

harus adanya keabadian alam disebabkan oleh dirinya-

sendiri diluar firasat Tuhan.

c. Al-Ghazali menyerang pendapat kaum filsafat bahwa

Tuhan hanya mengetahui soal-soal yang besar saja,

tetapi tidak mengetahui soal-soal yang kecil

(juziyat).

d. Al-Ghazali juga menentang pendapat filsafat bahwa

segala sesuatu terjadi dengan kepastian hukum sebab

dan akibat semata-mata, dan mustahil ada

penyelewengan dari hukum itu. Bagi al-Ghazali segala

peristiwa yang serupa dengan hukum sebab dan akibat

itu hanyalah kebiasaan (adat) semata-mata, dan bukan

hukum kepastian. Dalam hal ini jelas al-Ghazali

menyokong pendapat ijraul-‘adat dari al-Asy’ari.

Pada zamannya, beliau dianggap telah berhasil

membela kemurnian agama Islam dari dua karangan yang

maha hebat pada waktu itu, yaitu:

a. Serangan dari dunia filsafat yang telah menjadikan

ilmu tentang ke-Tuhanan berupa pengetahuan yang

semata-mata, sehingga memberikan gambaran tentang

Tuhan yang membingungkan.\

b. Serangan dari dunia tasawuf (mistik) dan kebatinan

yang keterlaluan dan membahayakan amal syariat

Islam; terhadap ini beliau berikan tuntutan yang

sesuai dengan syariat Islam. Di dalam tasawuf al-

Ghazali tampak jelas sekali faktor pemikiran

disamping di samping faktor perasaan; sesuai dengan

tuntutan ayat-ayat al-quran tentang pentingnya

faktor akal.

6. IBNU BAJJAH

Ibnu Bajjah dilahirkan di Saragosta pada abad ke-

11 M. Tahun kelahirannya yang pasti tidak diketahui,

demikian pula masa kecil dan masa mudanya. Sejauh yang

dapat dicatat oleh sejarah, ia hidup di Serville,

Granada, dan Fas. Ia menulis beberapa risalah tentang

logika di kota Serville pada tahun 1128 M, dan

meninggal dunia di Fas pada tahun 1138 M ketika

usianya belum tua. Menurut satu riwayat ia meninggal

karena diracun oleh seorang dokter yang iri terhadap

kecerdasan, ilmu, dan ketenarannya.

Ibnu Bajjah juga banyak juga banyak mengarang

buku, antara lain:

1. Beberapa risalah dalam ilmu logika dan sampai

sekarang masih tersimpan di perpustakaan Escurial

(Spanyol);

2. Risalah tentang jiwa;

3. Risalah al-Ittisal; mengenai pertemuan manusia dan

akal-akal;

4. Risalah al-Wada’; berisi uraian tentang penggerak

pertama bagi manusia dan tujuan sebenarnya bagi

wujud manusia dan alam;

5. Beberapa risalah tentang falak dan ketabiban;

6. Risalah Tadbir al-Mutawahhid;

7. Beberapa ulasan terhadap buku-buku filsafat, antara

lain dari AAristoteles, al-Farabi, Porphyrus, dan

sebagainya.

7. IBNU TUFFAIL

Ibnu Tuffail terkenal dengan filosof muslim yang

gemar menuangkan pemikiran kefilsafatannya melalui

kisah-kisah yang ajaib dan penuh dengan kebenaran. Ia

adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail,

dilahirkan di Wadi Asy dekat Grenada, pada tahun 506

H/1110 M. Kegiatan ilmiahnya meliputi kedokteran,

kesusastraan, matematika dan filsafat.

Buku Hay bin Yaqdhan sebagai salah satu karya Ibnu

Tuffail mendapat perhatian banyak kaum intelektual baik

di Barat maupun di dalam kalangan umat Islam sendiri.

Pada prinsipnya Ibnu Tuffail melalui karangannya Hay bi

Yaqdhan ingin mengemukakan kebenaran-kebenaran antara

lain:

a. Urutan-urutan tangga makrifat (pengetahuan) yang

ditempuh oleh akal, dimulai dari objek-objek indrawi

yang khusus sampai kepada pikiran-pikiran universal.

b. Tanpa pengajaran dan petunjuk, akal manusia bisa

mengetahui wujud Tuhan, yaitu dengan melalui tanda-

tandanya pada makhluk-Nya, dan menegakkan dalil-

dalil atas wujud-Nya itu.

c. Akal manusia ini kadang-kadang mengalami ketumpulan

dan ketidakmampuan dalam mengemukakan dalil-dalil

pikiran, yaitu ketika hendak menggambarkan ke-

azalian mutlak, ketidakakhiran, zaman, qadim, huduts

(baru) dan lain-lain yang sejenis dengan itu.

d. Baik akal menguatkan qadimnya alam atau kebaruannya,

namun kelanjutan dari kepercayaan tersebut adalah

satu juga , yaitu adanya Tuhan.

e. Manusia dengan akalnya sanggup mengetahui dasar-

dasar keutamaan dan dasar-dasar akhlak yang bersifat

amali dan kemasyarakatan serta berhiaskan diri

dengan keutamaan dasar akhlak tersebut, disamping

menundukkan keinginan-keinginan badan kepada hukum

pikiran, tanpa melalaikan hak badan, atau

meninggalkannya sama sekali.

f. Apa yang diperintahkan oleh syariat Islam dan apa

yang diketahui oleh akal yang sehat dengan

sendirinya, berupa kebenaran, kebaikan, dan

keindahan dapat bertemu kedua-duanya dalam satu

titik, tanpa diperselisihkan lagi.

8. IBNU MASKAWAIH

Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Khozim Ahmad Ibn

Muhammad bin Ya’kub bin Miskawaih. Nama itu diambil

dari nama kakeknya yang semula beragama Majusi (Persi)

kemudian masuk Islam. Maskawaih dilahirkan di Ray

(sekarang Teheran), mengenai tahun kelahirannya ada

perbedaan pendapat dari para penulis. Ada yang

menyebutkan tahun 320 H/932 M (yaitu Margoliouth), ada

lagi yang menyebutkan tahun 325 H (seperti Abdul Aziz

Izzat). Sedangkan wafatnya pada tanggal 9 Shafar 421 H

yang bertepatan dengan tanggal 16 Pebruari 1032 M.

Di dalam bukunya “Tahdzib al-Akhlaq Kwa Tath-hir

al-Araq” Miakawaih menguraikan bahwa jika manusia

mempunyai tiga kekuatan yang bertingkat-tingkat sebagai

berikut:

a. An-Nafs al-Bahimiyyah (nafsu kebinatangan) yang

buruk.

b. An-Nafs as-Sabu’iyah (nafsu binatang buas) yang

sedang.

c. An-Nafs an-Nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik.

Maskawaih juga menetapkan prinsip adanya kebenaran

Nubuat (Kenabian) dan adanya kebenaran turunnya wahyu,

hanya saja untuk mencapai tingkatan ini ada dua jalan:

a. Perenungan tentang hakikat segala sesuatu yang wujud

sehingga mempertajam pandangan, sehingga akhirnya

dapat mengenal soal-soal Ketuhanan. Tingkat ini

dapat didapat oleh para filosof.

b. Manusia mungkin sekali tanpa perenungan akal pikiran

tetapi dapat karunia limpahan langsung dari Tuhan

berupa kebenaran (wahyu) tanpa melalui latihan akal

pikiran. Tingkatan ini hanya dapat dicapai oleh

orang-orang terpilih, yaitu para nabi.

9. IBNU RUSYD

Ibnu Rusyd adalah seorang filosof Islam yang cukup

masyhur. Ia adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad Ibn

Rsyd, kelahiran Cordova pada tahun 520 H. Ia berasal

dari kalangan keluarga besar yang terkenal dengan

keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia

(Spanyol). Ayahnya adalah seorang hakim, dan neneknya

yang terkenal dengan sebutan al-Jadd adalah kepala

hakim di Cordova.

Di dunia Islam filsafat Ibnu Rusyd tidak

berpengaruh besar. Oleh sebab itu namanya tidak seharum

nama al-Ghazali. Malah, karena isi filsafatnya yang

dianggap sangat bertentangan dengan pelajaran agama

Islam yang umum, Ibnu Rusyd dianggap orang Zindik.

Karena pendapatnya itu juga dia pernah dibuang oleh

Khalifah Abu Yusuf (pengganti Abu Ya’kub), diasingkan

ke Lucena (Alisana).

Buku-buku Ibnu Rusyd yang cukup penting dan sampai

pada kita antara lain:

a. Bidayatul Mujtahid, ilmu fiqh. Buku ini bernilai

tinggi, karena berisi perbandingan madzhabi (aliran-

aliran) dalam fiqh dengan menyebutkan alasan masing-

masing.

b. Faslul-Maqal fi ma baina al-Hikmati was Syariat min

al-Ittishal (ilmu kalam). Buku ini dimaksudkan untuk

menunjukkan adanya persesuaian antara filsafat dan

syariat, dan juga pernah diterjemahkan ke dalam

bahasa Jerman pada tahun 1895 M oleh Muler, pada

tahun 1895.

c. Manahij al-Adillah fi Aqaidi ahl al-Millah (ilmu

kalam). Buku ini menguraikan tentang pendirian

aliran-aliran ilmu kalam dan kelemahan-kelemahannya,

dan sudah pernah diterjemahkan ke dalam bahasa

Jerman pada tahun 1895 M oleh Muler, pada tahun

1895.

d. Tahafutut Tafahut, suatu buku yang terkenal dalam

lapangan filsafat dan ilmu kalam, dan dimaksudkan

untuk membela filsafat dari serangan al-Ghazali

dalam bukunya Tahafut al-Falasifah. Buku ini sudah

pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman juga,

serta ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1952 oleh

Van Den Berg.

10. MOHAMMAD IQBAL

Iqbal lahir di Sialkot, Punjab pada tanggal 9

Nopember 1877 yang bertepatan dengan 3 Dzul Qa’dah 1294

H. Iqbal sudah banyak mengenal beberapa penyair dalam

bahasa Urdu dan Paris. Ia dikenal sebagai seorang

muslim terpelajar yang rindu melihat kebesaran Islam

seperti pada zaman lampau, rindu kepada gemilangnya

kejayaan Islam, yang menghendaki bekerja dan bukti,

bukan lamunan yang menyuruh menengadah saja tanpa amal,

tetapi bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mengangkat

derajat bangsa dan memperjuangkannya menuju kemenangan.

Semua itu tampak dalam syairnya yang telah banyak

diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, dimanapun

beliau menanamkan semangat baru dalam membangun mental

umat Islam, dari lemah menjadi kuat. Beberapa karyanya

antara lain:

a. Payan-i Masriq (Pesan Timur), satu kumpulan sajak

yang tebal sebagai jawaban kepada “Werterliche

Diwan” oleh Goethe, pujangga Jerman yang termasyhur.

Buku ini diterbitkan dalam bahasa Parsi pada tahun

1923.

b. Javid Namah, suatu karya Iqbal yang dianggap baik

(masterpiece) dan dibandingkan oleh para kritikus

dengan mutu karangan Dante: Divina Comedia, juga

diterbitkan dalam bahasa Parsi pada tahun 1932.

c. Asrar-i Khudi, salah satu karya beliau yang juga

berbahasa Parsi yang terbit pada tahun 1915 yang

berisi kehidupan individu manusia sebagai seorang

muslim.

d. Rumuz-i Bekhudi, juga dalam bahasa Parsi dan terbit

pada tahun 1918 yang berisi ajaran kehidupan

masyarakat Islam.

e. The Reconstructions of Religious of Islam, dalam

bahasa Inggris, yang diterbitkan oleh Oxford

University Press pada tahun 1934 dan merupakan

kumpulan ceramah beliau pada tahun 1928 di Madras,

Hayderabad dan Aligaarh dimana filsafat Iqbal

disampaikannya dalam bentuk sebuah tesis. Buku ini

menarik perhatian dunia dan menampakkan betapa pesat

dalam telaah dan pengetahuan beliau mengenai al-

Qur’an. Uraian-uraiannya di dalam ceramah merupakan

uraian yang mendalam untuk menjelaskan kembali ilmu

agama Islam dengan cara modern.

C. AKTUALITAS PEMIKIRAN KEFILSAFATAN DALAM ISLAM

1. AL-QUR’AN, MU’JIZAT DAN KENABIAN

Pertama, bahwa al-Qur’an itu berbentuk lafaz

yang mengandung arti bahwa apa yang disampaikan

Allah melalui Jibril kepada nabi Muhammad dalam

bentuk makna dan dilafadzkan oleh nabi dengan

ibaratnya sendiri tidaklah disebut al-Qur’an.

Kedua, bahwa al-Qur’an itu adalah berbahasa

Arab, yang mengandung arti bahwa al-Qur’an yang

dialihbahasakan ke dalam bahasa lain atau yang

diibaratkan dengan terjemahan selain bahasa Arab

tidaklah sah.

Ketiga, bahwa al-Qur’an itu diturunkan kepada

nabi Muhammad yang berarti bahwa wahyu Allah yang

disampaikan kepada nabi-nabi terdahulu tidaklah

disebut al-Qur’an tentang kehidupan dan syariat

yang berlaku bagi umat manusia.

Keempat, bahwa al-Qur’an itu dinukilkan

secara mutawatir, mengandung arti bahwa ayat-ayat

yang tidak mutawatir tidak disebut sebagai al-

Qur’an.

2. ETIKA DAN KETATANEGARAAN

Di dalam pembahasan kefilsafatan pemakaian

istilah etika disejajarkan dengan istilah akhlak.

Dalam pemikiran akhlaknya Ibnu Bajjah membagi

perbuatan-perbuatan manusia ke dalam dua jenis,

yaitu:

a. Perbuatan yang timbul dari motivasi naluri dan

hal-hal lain yang berhubungan dengan-Nya, baik

dekat ataupun jauh.

b. Perbuatan yang timbul dari pemikiran yang lurus

dan kemauan yang bersih dan tinggi, dan bagian

ini disebut “perbuatan-perbuatan manusia”.

D. KOMENTAR REVIEWER TERHADAP BUKU INI

Filsafat merupakan salah satu jalan yang

sangat menjanjikan bagi kita untuk mengetahui sosok

Tuhan tidak hanya sekadar “Tuhan” bagi seorang

awam. Filsafat dapat menjelaskan hal-hal yang pada

hakikatnya bukan derajat manusia untuk mencapainya.

Filsafat Islam adalah filsafat yang telah

memasuki ranah pemikiran muslim. Filsafat Islam

digunakan untuk memberikan kepuasan kepada para

pencari Allah dan yang menginginkan sosok Tuhan

yang dapat dipikirkan dengan akal manusia yang

terbatas. Filsafat dalam Islam didasarkan atas al-

Qur’n dan as-Sunnah, sebagian kalangan melarang

pemfilsafatan agama Islam. Sedangkan yang lain

membolehkannya.

Buku ini telah menjelaskan secara rinci mulai

dari pemikiran aliran-aliran dalam Ilmu Kalam,

tokoh-tokoh filosof Islam, hingga aktualitas

filsafat Islam. Buku ini sangat membantu sebagai

referensi tentang tokoh-tokoh muslim.

Setiap buku selalu memiliki kelebihan dan

kekurangan. Ada hal yang cukup mengganjal pikiran

saya, yaitu kesalahan-kesalahan dalam pengetikan.

Nampaknya kesalahan dalam pengetikan dianggap remeh

oleh sebagian orang. Namun menurut saya itu adalah

satu hal yang sangat penting, terutama bagi mereka

yang awam. Contohnya yaitu kesalahan pengetikan

“Danmatul Jandal”, yang seharusnya “Daumatul

Jandal”. Atau “Usahul Fiqhi” yang seharusnya “Ushul

Fiqhi”. Kesalahan-kesalahan yang terlihat remeh

tersebut dapat menimbulkan perbedaan makna.

Kemungkinan besar bukan hanya penulis saja

yang memiliki kesalahan. Pe-review pun tetap

mungkin memiliki kesalahan yang sama. Untuk itu Pe-

review membuka pintu kritik dan saran selebar-

lebarnya untuk membangun pendapat yang konstruktif

bagi Pe-review. Akhir kata terima kasih telah

membaca review ini, dan Wassalam.