Upload
faizal-angga-felani
View
2.081
Download
39
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI SPESIES MIKROALGA DARI BERBAGAI CARA HIDUPNYA
Oleh
Nama : Faizal Angga F.NIM : B1J007152Kelompol : 1Rombongan : IAsisten : Andrian Putra Bahari
LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alga merupakan organisme yang dianggap sebagai nenek moyang tumbuhan saat
ini. Alga memiliki beberapa karakteristik yang juga dimiliki oleh tumbuhan saat ini
seperti pigmen klorofil. Alga secara morfologi dapat terbagi menjadi dua golongan yaitu
mikroalga (alga dengan ukuran mikroskopis) dan makroalga (alga yang berukuran
makro). Namun, secara spesifik bentuk tubuh beserta ukurannya tidak akan sama persis
dengan tumbuhan dan ukuran tubuhnya sekalipun dalam bentuk makro tidak mudah
dilihat dengan mata telanjang. Mikroalga merupakan tumbuhan thalus yang berklorofi
dan mempunyai pigmen tumbuhan yang dapat menyerap cahaya matahari melalui proses
fotosintesis. Hidup di air tawar, payau, laut dan hidup secara terestrial, epifit, dan
epizoic.
Mikroalga merupakan mikroba tumbuhan air yang berperan penting dalam
lingkungan sebagai produser primer, disamping bakteri dan fungi yang ada disekitar
kita. Sebagian mikroalga bersifat fotosintetik, mempunyai korofil untuk menangkap
energy matahari dan karbon dioksida menjadi karbon organic yang berguna sebagai
sumber energy bagi kehidupan consumer seperti kopepoda, larva moluska, udang dan
lain-lain. Selain perannya sebagai produsen primer, hasil sampinga fotosintesa
mikroalga yaitu oksigen juga berperan bagi respirasi biota disekitarnya. Pengetahuan
tentang fikologi telah berkembang pesat setelah beragam jenis alga dengan
karakteristiknya masing-masing berhasil diidentifikasi.
Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang, sebagai tumbuhan
dan dikenal sebagai fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang
berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air.
Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan
alami bagi zooplankton baik masih kecil maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat
digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan. Namun fitoplankton tertentu
mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebihan.
Contoh kelas Dinoflgellata tubuhnya memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin
(racun), dalam keadaan blooming dapat mematikan ikan. Dewasa ini fitoplankton telah
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain bidang : bidang
perikanan, industri farmasi dan makanan suplemen, pengolahan limbah logam berat,
sumber energi alternatif biodiesel.
Keberadaan mikroalga atau kelimpahan mikroalga di lingkungan sangat bervariasi
terutama di areal yang lembap. Kelimpahan mikroalga di alam yang begitu luas belum
sepenuhnya dimanfaatkan oleh manusia. Hal ini dikarenakan kurangnya identifikasi dari
mikroalga.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman mikroalga
ditinjau dari berbagai cara hidupnya di alam.
C. Tinjauan Pustaka
Sampai saat ini kurang lebih 20.000 jenis mikroalga telah teridentifikasi dan
hanya sedikit yang telah dapat diisolasi dan dikultur. Beberapa mikroalga tidak dikultur
karena belum ada yang mencoba untuk mendapatkannya. Beberapa juga belum dapat
dikultur karena perkembangan metode isolasi dan kultur mikroalga belum begitu baik.
Berbagai jenis mikroalga merupakan organisme fotosintetik, kebanyakan uniseluler, dan
struktur reproduksinya kurang berkembang baik (Labeda, 1990).
Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintetik dengan morfologi sel yang
bervariasi, baik uni-selular maupun multiselular (membentuk koloni kecil). Sebagian
besar mikroalga tumbuh secara fototrofik, meskipun tidak sedikit jenis yang mampu
tumbuh secara heterotrofik. Ganggang hijau-biru prokariotik (cyanobacteria) juga
termasuk dalam kelompok mikroalga. Dalam Bergey's Manual of Systematic Bacteria,
kelompok mikroorganisme ini ditempatkan bersama-sama dengan klas
Oxyphotobacteria, dalam divisi Gracilicutes (Kurniawan dan Gunarto, 1999).
Mikroalga terkadang hidup dengan bersimbiosis dengan organisme lain seperti
fungi. Simbiosis antar keduanya dapat membentuk lichen. Mikroalga mendapatkan
perlindungan sedangkan jamur mendapatkan nutrisi dari mikroalga. Identifikasi
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri yang beraneka
ragam dari individu-individu. Kemudian mencari perbedaan-perbedaan yang mantap
sifatnya diantara individu-individu yang nampaknya sama. Sel mikroalgae dapat dibagi
menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae merupakan bentuk unicellulair. Dari 8 divisi algae, 6
divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya perikanan sebagai pakan alami. Setiap
divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada kelompoknya, tetapi
spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari lainnya. Ada 4
karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikro algae yaitu tipe jaringan
sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu
morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni / filamen adalah
merupakan informasi penting didalam membedakan masing-masing group.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini meliputi pipet tetes, beaker glass,
mikroskop cahaya, object glass, cover glass, botol kecil/Konica, planktonet, ember.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel mikroalga dari air
kolam, akuades steril dan formalin.
B. Metode Praktikum
1. Cara kerja Identifikasi Spesies Mikroalga dari Berbagai Cara Hidupnya
Sampel mikroalga dari air diambil dengan planktonet dan dimasukan botol.
Dengan menggunakan pipet tetes sampel mikroalga diambil satu tetes dan
diteteskan diatas objek glass, tututp dengan cover glass diamati dibawah
mikroskop.
Identifikasikan dan klasifikasikan jenis mikroalga yang diperoleh menggunakan
buku identifikasi diantaranya Bold and Wynne (1985) ; Lee, R.E (1989) ;
Sachlan (1982) dan lain-lain.
2. Diagram Alir Cara Kerja
Sampel mikro alga
Ambil satu tetes menggunakan pipet tetes
Teteskan diatas object glass dan tutup dengan cover glass
Amati dibawah mikroskop
Identifikasi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Foto Hasil Praktikum
Haematococcus sp. Euastrum insulare
Derepyxis sp. Melosira varians
Phacus sp.
B. Pembahasan
Berdasakan hasil praktikum identifikasi mikroalga dapat diketahui mikroalga
yang didapatkan antana lain : Phacus sp., Euastrum insulare, Derepyxis sp., Melosira
varians, dan Haematococcus sp.. Mikroalga tersebut memiliki klasifikasi/deskripsi
masing-masing antara lain :
Klasifikasi Melosira varians menurut Panggabean (2007) :
Divis : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Bangsa : Centrales
Suku : Melosiraceae
Marga : Melosira
Jenis : Melosira varians
Menurut Taw (1990), struktur umumnya dapat dijelaskan secara sederhana :
1. Bentuk sel bilateral dan sentrik.
2. Habitat di air tawar, air laut, dan tanah yang basah.
3. Dinding sel terdiri dari pektin dengan suatu panser yang terdiri atas kersik di
sebelah luarnya.
4. Panser kersik tidak menutup seluruh sel, terdiri atas dua bagian yang merupakan
wadah dan penutup.
5. Permukaan kedua panser mempunyai liang-liang halus sebagai jalan untuk keluar
lendir.
6. Mempunyai inti dan kromatofora yang berwarna kuning-coklat yang
mengandung klorofil-a, karotin, santofil, dan karotinoid lain yang menyerupai
fikosantin. ada beberapa yang tidak mempunyai warna.
7. Di dalam sel terdapat pirenoid yang tidak dikelilingi oleh tepung.
8. Hasil asimilasi ditimbun di luar kromatofora, berupa tetes minyak dalam plasma
dan vakuola, kadang juga ada leukosin.
Perkembangbiakan dengan cara :
1. Membelah : mula-mula protoplas membesar, tutup dan wadahnya lepas pada ikat
pinggangnya. Masing-masing bagian pada dua sel-sel anakan itu lalu membuat
wadahnya, sehingga dari tiap pembelahan terjadi dua individu, yang satu sama
dengan sel induk, yang kedua lebih kecil.
2. Pembentukan auksospora : sebelum suatu sel mencapai minimum, panser
dilepaskan, protoplas tumbuh menjadi sebesar sel normal, baru kemudian
membuat panser lagi.
3. Seksual melalui oogami : sel-sel dengan reduksi membuat gamet yang haploid
(sel telur dan spermatozoid).
Melosira varians mempunyai bentuk sel yang simetri radial atau konsentrik
dengan satu titik pusat. Selnya bisa berbentuk bulat, lonjong, silindris, dengan
penampang bulat, segitiga atau segiempat. Habitat di air laut, yang merupakan
penyusun plankton. Panser bulat dengan tonjolan yang radial atau konsentris. Terdapat
alat melayang yang berupa duri, sayap atau dengan perantara lender (Insan, 2009).
Klasifikasi Phacus sp. (Panggabean, 2007) :
Divisi : Euglenophycota
Kelas : Euglenophyceae
Bangsa : Euglenales
Suku : Euglenaceae
Marga : Phacus
Jenis : Phacus sp.
Menurut Brotowidjoyo (1995), Phacus mirip juga dengan Euglena, tetapi selnya
lebih kaku karena memiliki keel, kloroplast discoid, tanpa pirenoid, paramylum bodi
besar berbentuk seperti donat dan terletak di tengah sel. Partamylum bodi Lepocinclis
berbentuk cincin tetapi di kedua sisi anterior. Tubuhnya yang memanjang dengan suatu
evaginasi (reservoir) di bagian ujung anterior. Vakuola kontraktil berupa suatu kantung,
dan dua flagella muncul dari dinding tersebut. Sebuah pigmen berupa suatu bintik atau
berupa stigma dan bertempat di area dasar flagella yang panjang yang berfungsi untuk
fotoreseptif. Pada Peranema yang tidak berwarna, kedua flagella panjang yang muncul
dari suatu alur berupa jalan kecil ke arah belakang. Tubuh tertutup oleh pelikel dan
bersifat fleksibel dan punggung yang longitudinal akan tampak dengan mikroskop
elektron.
Menurut Panggabean (2007), klasifikasi Euastrum insulare :
Kingdom: Plantae
Phylum : Streptophyta
Class : Zygnematophyceae
Order : Zygnematales
Family : Desmidiaceae
Genus : Euastrum
Species : Euastrum insulare
Euastrum insulare kelas Zygnematophyceae merupakan alga berwarna hijau
yang mengandung klorofil a dan b dengan satu inti. Dinding sel kelas ini terdiri dari
selulosa. Uniseluler atau koloni berbentuk benang yang tidak melekat pada substrat dan
sebagian besar dari kelas ini hidup di air tawar. Tidak membentuk oospore maupun
gamet flagel. Reproduksi dari kelas Zygnematophyceae dengan cara kopulasi dua sel,
gamet tidak berflagel bersatu menjadi zigot lalu berkecambah (Baugis, 1979).
Klasifikasi Haematococcus sp. menurut Panggabean (2007) :
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa : Volvocales
Suku : Haematococcaceae
Marga : Haematococcus
Jenis : Haematococcus sp.
Ciri-ciri umum Haematococcus sp:
1. Sel-sel flagelata dan berkoloni dinding glikoprotein
2. Umumnya koloni, diselaputi oleh gelatin, dinding sel mengandung selulosa
3. jumlah flagel 2
4. bentuk koloni bulat, speris atau elipsoid
5. sel dalam koloni ada yang seragam ada yang berbeda
6. Memiliki banyak anggota (Brotowidjoyo, 1995).
Menurut Setiawan (2004), alga bangsa Volvocales dindingnya tidak mengandung
selulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Banyak jenis Chlorophyceae mempunyai
tipe ornamentasi dinding yang berguna dalam klasifikasi. Dinding sel selain disusun
oleh selulosa sebagai penyusun utama, sel-sel tersebut juga biasanya mengandung
vakuola pusat yang besar yang diliputi oleh selapis sitoplasma. Di dalam sitoplasma
terdapat butir kloroplas atau lebih. Kloroplas ini kerap berisi massa protein cadangan,
yang disebut pirenoid, yang juga meupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya
diliputi oleh butiran-butiran pati.
Klasifikasi Derepyxis sp. menurut Panggabean (2007) :
Divisi : Haptophyta
Kelas : Prymnesiophyceae
Bangsa : Isochrysidales
Suku : Derepyxidaceae
Marga : Derepyxis
Jenis : Derepyxis sp.
Derepyxis sp. dari kelas Prymnesiophyceae merupakan kelompok fitoplankton
yang sifatnya uniseluler, warna umumnya coklat keemasan karena ada pigmen a-
carotene, fucoxanthin, diadinoxanthin, dan diatoxanthin. Dalam selnya. Ukuran selnya
sangat kecil, sekitar 2-20 mikrom, atau tergolong nanoplankton. Oleh karena itu, ia tidak
dapat ditangkap dengan jaring plankton, tetapi dapat diperoleh dengan menggunakan
saringan membran seperti saringan Milipore atau Nuclepore, atau dengan cara
pengendapan (Lee, 1980).
Pengetahuan tentang fikologi telah berkembang pesat setelah beragam jenis alga
dengan karakteristiknya masing-masing berhasil dikultur. Berbagai institusi di dunia
telah menyimpan koleksi kultur mikroalga yang potensial dapat dimanfaatkan untuk
berbagai aplikasi (Brotowidjoyo, 1995). Mikroalgae juga berperan sebagai indikator
pencemaran perairan dan agen bioremidiasi (Prihatini et al., 2007).
Banyak penelitian saat ini menggunakan indikasi sintesis biotransformasi yang
menggunakan berbagai jenis alga. Sintesis nanopartikel membuat pemanfaatan deposit
di permukaan padat, untuk menyerap partikel yang mudah. Suatu manfaat penting dari
sintesis metode nanaopartikel yang diuraikan Singaravelu et al., (2007), menguraikan
penggunaan alga laut, bahwa alga ini sangat stabil dan ini akan menjadi solusi yang
sangat penting untuk metode biologi jaman sekarang. Penelitian ini akan mendorong
kearah pengembangan dari proses sintesis alga keemasan dengan menggunakan
bioproses nanopartikel.
Alga merupakan kelompok organisme yang bervariasi baik bentuk, ukuran,
maupun komposisi senyawa kimianya. Alga ini ada berbentuk uniseluler
(contoh Chlorococcus sp), koloni (Volvox sp), benang (filamen) (contoh Spyrogyra sp)
serta bercabang atau pipih (contoh Ulva sp, Sargasum sp., dan Euchema sp) (Cotteau,
1996).
1. Klasifikasi Alga
Alga yang hidup melayang-layang di permukaan air disebut neuston, sedangkan
yang hidup di dasar perairan disebut bersifat bentik. Alga yang bersifat bentik
digolongkan menjadi :
Epilitik (hidup di atas batu)
Epipalik (melekat pada lumpur atau pasir)
Epipitik (melekat pada tanaman)
Epizoik (melekat pada hewan)
Berdasarkan habitatnya diperairan, alga dibedakan atas :
a) Alga subaerial, yaitu alga yang hidup di daerah permukaan
b) Alga intertidal, yaitu alga yang secara periodik muncul dipermukaan karena naik
turunnya air akibat pasang surut.
c) Alga sublitoral, yaitu alga yang hidup di bawah permukaan air.
d) Alga edafik, yaitu alga yang hidup di dalam tanah.
2. Reproduksi Alga
a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan sel menghasilkan dua sel
anak yang masing-masing akan menjadi individu baru. Reproduksi dengan cara
pembelahan sel umumnya terjadi pada alga bersel tunggal. Alga berbentuk
koloni tanpa filament atau yang berbentuk filament umunya bereproduksi
melalui fragmentasi. Fragmentasi adalah terpecah-pecahnya koloni menjadi
beberapa bagian.
Selain melalui pembelahan sel dan fragmentasi, alga juga dapat
bereproduksi melalui pembentukan zoospora. Zoospore merupakan sel tunggal
yang diselubungi oleh selaput yang dapat bergerak atau berenang bebas dengan
menggunakan satu atau lebih flagella. Setiap zoospore merupakan calon individu
baru.
b. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual melibatkan peleburan dua gamet untuk membentuk zigot
dan tumbuh menjadi individu baru. Terdapat dua tipe reeproduksi seksual, yaitu
isogami dan oogami. Pada tipe isogami, gamet jantan dan gamet betina
berukuran sama besar dan umumnya dapat bergerak. Apabila zigot gamet betina
dan jantan mengalami dormansi, maka disebut zigospora.
Pada tipe oogami, ukuran gamet jantan berbeda dengan betina. Gamet
betina memiliki ukuran yang lebih besar dan tidak bergerak dan sebaliknya
gamet jantan berukuran kecil dan bergerak. Jika zigot yang terbentuk tidak
berkecambah tetapi mengalami dormansi maka disebut oospora (Sastrawijaya,
1991).
Pigmen lain yang terdapat di dalam sel-sel alga adalah:
Fikosianin = warna biru;
Xantofil = warna kuning;
Karoten = warna keemasan;
Fikosantin = warna pirang;
Fikoeritrin = warna merah.
Salah satu biota alga yaitu fitoplankton merupakan organisme yang mempunyai
peranan besar dalam ekosistem perairan dan menjadi produsen primer. Keberadaan
fitoplankton dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan lingkungan perairan
yang disebabkan ketidakseimbangan suatu ekosistem akibat pencemaran. Analisis
struktur, kemelimpahan dan model distribusi kemelimpahan fitoplankton juga dapat
memberikan gambaran kondisi perairan sungai (Singaravelu, 2007)..
Berdasarkan cara hidupnya mikroalga dapat diklasifikasikan menjadi (Insan,
2009):
1. Fitoplankton
Hidup bebas mengambang/ melayang di air. Cara bergerak terbawa bebas
mengikuti arus air (pasif). Ada yang aktif disebut neuston.
2. Fitobentos
Hidup melekat pada substrat/ sesuatu di dasar perairan. Berdasarkan ukuran
dibedakan menjadi makroalga bentos dan mikroalga bentos. Tergantung tipe
substrat, rerumputan/ tumbuhan air dan arus air. Tipe substrat: stabil misalnya batu
dan tidak stabil misalnya pasir.
3. Alga simbiotik
Hidup bersama dan saling berasosiasi dengan organisme lain. Keuntungan adanya
simbion adalah inang mendapat makanan sedangkan alga mendapat perlindungan/
lingkungan tetap dan zat-zat makanan. Kerugiannya daerah penyerapan hara/ sinar
untuk inang berkurang/ sempit.
a. Lichen Alga (phycobion)
Chlorophyta : Trebouxia, Pseudotrebouxia
Cyanobacteria : Nostoc, Chroococcus
b. Binatang di atas rambut-rambut mati, cangkang siput, dan di dalam kerangka
serangga/ laba-laba. Contoh: zoochlorella pada cangkang siput, Cladophora
pada sel kura-kura laut.
4. Aerial algae
1. Tumbuh di permukaan tanah yang lembab dan cukup sinar matahari untuk
fotosintesis.
Contoh: alga hijau di tanah asam, Cyanobacteria di tanah netral.
2. Permukaan batu, di antara batu dan banyak (endolitic), bentuk coccoid.
Contoh: Cyanobacteria
3. Kulit pohon dan daun.
Contoh uniseluler : Aponococcus, Protococcus, Filamen: Trentepohlia
4. Salju. Permukaan salju terlihat berwarna merah atau hijau.
Contoh: Chlamydomonas nivalis
Sel ada yang tunggal/ soliter, koloni, palmeloid/ agregasi, amoeboid dan
filamen. Sel-sel alga ada yang berflagel dan ada yang tidak berflagel. Macam-macam
bentuk sel pada alga dan beberapa contoh spesiesnya sebagai berikut:
1. uniselular
a. berflagel
Jumlah dan susunan flagel bermacam-macam. Tipe ini sebagai alga eukaryotik
primitif. Contoh: Trachelomonas, Chlamydomonas, Ochromonas, Euglena
b. non flagel
Sel tunggal dan tidak mempunyai flagen. Contoh : Chlorella, Cyclotella
2. koloni
a. berflagel
Koloni berubah jumlah dan susunan selnya. Contoh : Volvox, Stephanosphaera
b. non flagel
Sel terkumpul dalam koloni reguler dan dikelilingi lendir/ mucilaginous.
Contoh: Pandorina
3. agregasi palmeloid
Spesies berflagel, tetapi pada tingkat palmeloid, sel mengeluarkan lendir dan tidak
berflagel. Contoh : Kurchneriella, Gloeocystis.
4. amoeboid atau sel-sel rhizopodial
Sel tunggal atau berkoloni, amoeboid, dinding tipis kadang tertutup struktur lain,
seperti bentuk mangkok atau lorikel. Contoh : Chrysamoeba
5. filamen
a. tidak bercabang. Contoh : Erytrotrichia
b. bercabang. Contoh : Tolypotrix, Callithamnion. Cabang palsu pada Scytonema
IV. KESIMPULAN
Setelah pelaksanaan praktikum identifikasi mikroalga dapat disimpulkan bahwa
identifikasi mikroalga dari alam dapat diketahui mikroalga yang didapatkan antara lain :
Phacus sp., Euastrum insulare, Derepyxis sp., Melosira varians, dan Haematococcus
sp..
DAFTAR REFERENSI
Baugis, P. 1979. Marine Planton Ecology. American Elsevier Publishing Company, New York.
Brotowidjoyo, M. D., D. Triwibowono dan E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty, Yogyakarta.
Cotteau, P. 1996. Microalgae. In: Manual on Production and Use of Live Food for Aquaculture. FAO Fisheries
Insan, A. Illalqisny. 2009. Modul Praktikum Fikologi. Fakultas biologi Unsoed, Purwokerto
Lee, R. E. 1980. Phycology. Cambridge University Press. Cambridge.
Panggabean. 2007. Potensi Pemanfaatan Alga Laut Sebagai Penunjang Perkembangan Sektor Industri. Makalah Ilmiah Ketua Jurusan Kimia. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Prihatini, N. B., W. Rachmayanti, W. Wardhana. 2007. Pengaruh Variasi Fotoperiodisitas Terhadap Pertumbuhan Chlorella Dalam Medium Basal Blod. Biota Vol 12 (1): 32-39.
Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Setiawan, Andi. 2004. Potensi Pemanfaatan Alga Laut Sebagai Penunjang Perkembangan Sektor Industri. Makalah Ilmiah Ketua Jurusan Kimia. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Singaravelu G., J.S. Arockiamary, V. Ganesh Kumar, K. Govindaraju. 2007. A novel extracellular synthesis of monodisperse gold nanoparticles using marine alga, Sargassum wightii Greville. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces 57 (2007) 97–101.
Sutomo. 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp., dan Chaetoceros gracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal Terhadap Pertumbuhan C. Gracilis di Laboratoriun. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. No. 37: 43-58
Taw, Nyan. 1990. Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal Mikroalga. Proyek Pengembangan Udang, United nations development Programme, Food and Agriculture Organizations of the United Nations.