Upload
amanda-stevens
View
39
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
PROGRAM PEMETAAN DAN PENELITIAN DASAR
TAHUN ANGGARAN 2005
LAPORAN
PEMETAAN GEOLOGI BERSISTEM DAN POTENSI ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL PERAIRAN
MUARA SUNGAI BERAU KALIMANTAN TIMUR
Oleh:
TIM MUARA SUNGAI BERAU
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMER DAYA MINERAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI
DAN SUMBERDAYA MINERAL PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
GEOLOGI KELAUTAN 2005
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,
akhirnya penulis bersama seluruh anggota Tim Penyelidikan Geologi Kelautan dan
Pemetaan Bersistem Perairan Muara Sungai Berau Lembar Peta Tanjung Redeb
(1918) dan Muaralasan (1917) Kalimantan Timur, dapat menyelesaikan penulisan
Laporan Akhir ini. Dalam rangkaian yang dimulai dari awal persiapan
penyelidikan, pelaksanaan lapangan, pemrosesan data di laboratorium sampai
kepada penulisan akhir laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
dari segenap personil baik yang terlibat langsung sebagai anggota tim maupun di
luar anggota tim. Oleh karena itu penulis merasa perlu secara khusus
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat sebagai berikut;
1. Bapak Ir. Subaktian Lubis M,Sc., selaku Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan sekaligus sebagai Pemimpin dan
Penanggung Jawab Utama Proyek Penyelidikan dan Pemetaan Geologi
Kelautan di Lingkungan Puslitbang Geologi Kelautan, Balitbang ESDM,
Departemen ESDM, yang telah mengizinkan dan memberi kesempatan
kepada penulis untuk memimpin tim penyelidikan ini.
2. Bapak Ir. Sukardjono, sebagai Pemimpin Pelaksana Kegiatan Keproyekan di
Lingkungan Puslitbang Geologi Kelautan dan para jajaran stafnya, yang
telah memberikan bimbingan baik teknis maupun administratif selama
pelaksanaan penyelidikan sampai pembuatan laporan.
3. Secara khusus juga penulis sangat berterima kasih kepada Bapak Dr. Ir.
Wahyu Hantoro selaku Tenaga Ahli Utama Tim, yang telah banyak
membantu memberikan masukan selama persiapan, pelaksanaan sampai
pemrosesan data lapangan.
4. Akhirnya juga kepada semua rekan-rekan yang secara langsung maupun
tak langsung membantu terselesaikannya penulisan Laporan Akhir ini.
ii
Laporan ini adalah hasil penyelidikan geologi dan geofisika kelautan
perairan muara Sungai Berau Kalimantan Timur yang tercakup dalam dua lembar
peta: Lembar Peta Tanjung Redeb (1918) dan Muaralasan (1917) Kalimantan
Timur, yang dalam penelitiannya menyangkut aspek paleontologi, geokimia,
mineralogi, biologi, dan fisika material. Penelitian laboratoris kelima aspek tersebut
dilakukan secara seksama dan terintegrasi yang pada deduksi akhirnya diharapkan
dapat menjelaskan gejala besar perubahan lingkungan geografis daerah
penyelidikan sejak periode pra-antropogenik dan periode antroposen-moderen.
Sedangkan proyek penyelidikannya itu sendiri merupakan implementasi
tahun kedua dari program lima tahun (2004-2009) dari Nota Kesepahaman antara
ICOMAR (Indonesian Consortium on Coastal and Marine Research) yang diketuai
oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang mana PPPGL- Balitbang
ESDM sebagai salah satu anggotanya, dan KNAW-WOTRO Belanda, yang tertuang
dalam Memorandum of Understanding (MOU).
Terakhir penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya dan juga dapat ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian yang
lebih mendalam.
Bandung, 26 Februari 2006
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .................................................................................... i
Halaman Pengesahan .......................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................ v
Daftar Gambar .................................................................................... vii
Daftar Foto ......................................................................................... viii
Daftar Tabel ........................................................................................ ix
Daftar Lampiran ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Penyelidikan .......................................... 2
1.3 Letak Daerah Penyelidikan ................................................... 2
1.4 Sasaran Hasil Penyelidian ..................................................... 3
1.5 Jadwal Kegiatan dan Personil Tim ......................................... 4
BAB II GEOLOGI REGIONAL ................................................................. 7
2.1 Geologi Regional Tanjung Redeb & Muaralasan ...................... 7
2.2 Geologi Tektonik Daerah Selidikan dan Cekungan Tarakan ...... 9
BAB III METODE DAN PERALATAN .......................................................... 13
3.1 Metode Penentuan Posisi .................................................... 13
3.2 Metode Geofisika ................................................................ 14
3.2.1 Pemeruman ....................................................................... 15
3.2.2 Metode Seismik Laut .......................................................... 16
3.3 Metode Geologi .................................................................. 18
iv
3.3.1 Pengambilan Contoh Sedimen ............................................. 18
3.3.2 Analisa Laboratorium .......................................................... 19
BAB IV HASIL PENYELIDIKAN DAN PEMBAHASAN .................................... 21
4.1 Lintasan Survey ................................................................... 21
4.2 Batimetri ............................................................................. 23
4.3 Seismik dan Kontur Isopach ................................................. 27
4.4 Sedimen Permukaan Dasar Laut ........................................... 29
4.4.1 Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut ............................. 29
4.4.2 Hasil Pemerian Megaskopis .................................................. 32
4.5 Hasil Analisa Mineral Berat .................................................. 34
4.6 Suseptibilitas Magnetis ....................................................... 35
4.7 Mikrofauna ......................................................................... 35
4.8 Unsur-unsur Utama ........................................................... 39
BAB V KESIMPULAN .............................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 37
v
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sudah barang tentu
mempunyai banyak ragam potensi sumberdaya alam baik di daratan maupun di
lautnya. Namun sampai kini data dan informasi mengenai sumberdaya alam
tersebut terutama yang terdapat di lautan masih sangat kurang, demikian pula
potensi sungai-sungai besar yang terkait langsung antara tiga sistem yaitu
daratan, lautan dan atmosfer atau iklim. Hal ini tentulah patut diantisipasi dalam
rangka pembangunan ketahanan di sektor kelautan nasional. Bahkan telah
berulang kali tercantum dalam GBHN yang dilanjutkan oleh PRONAS
menyebutkan bahwa,”…data dan informasi kelautan terus digali, dikumpulkan dan
diolah melalui peningkatan kegiatan survei dan penelitian dalam rangka
inventarisasi kekayaan laut dan daratan. …”.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) sebagai
instansi pemerintah, merupakan salah satu instansi yang memiliki peranan sangat
penting dalam mengemban misi Program Pembangunan Nasional tersebut.
Khususnya dalam inventarisasi data dasar geologi , geofisika dan lingkungan dasar
laut dan area yang terkait di seluruh perairan Nusantara. Untuk merealisasikan
program inventarisasi tersebut, Proyek Penyelidikan Geologi Kelautan (PGK) telah
menyusun program pemetaan kawasan perairan pantai dan laut secara tematis
untuk seluruh perairan Indonesia dan penyelidikan-penyelidikan lain yang terkait
langsung dengan geologi kelautan, yang pelaksanaannya telah dilakukan sejak
tahun 1990. Untuk tahun anggaran 2005 PGK-PPPGL telah memilih salah satunya
adalah sistem darat-laut sungai Mahakam dan Berau, Kalimantan Timur sebagai
daerah penyelidikan aspek sedimentologi beserta faunanya dalam kerangka
perubahan iklim.
Pada tahun ini penyelidikan dilakukan dalam suatu kerjasama riset bersama
badan riset Belanda: KNAW-WOTRO, di bawah payung Memorandum of
Understanding (MOU) kerjasama riset Indonesia-Belanda. Hal ini dilakukan dengan
vi
harapan dapat lebih menambah pengetahuan moderen mengenai segala aspek
yang berkaitan dengan maksud dan tujuan penyelidikan.
1.2 Maksud dan Tujuan Penyelidikan
Maksud diadakannya kegiatan penyelidikan ini adalah untuk melakukan
pemetaan geologi dasar laut perairan muara sungai Berau sebagai kegiatan
lanjutan program pemetaan dasar laut bersistem berskala 1 : 200.000. Juga
dimaksudkan sebagai kegiatan inventarisasi data dan informasi yang berkaitan
dengan pengembangan keilmuan dalam cabang sedimentologi yang
menggambarkan model dampak perubahan lingkungan di daratan daerah aliran
sungai Berau Kalimantan Timur ini. Hal lain yang juga penting dimaksudkan disini
adalah untuk melakukan studi perbandingan aspek sedimentologi dan fauna-
mikrofauna antara lingkungan air tawar (sungai) dan air laut (muara sungai),
dalam kaitannya dengan kondisi iklim moderen dan masa lampau.
Adapun tujuan penyelidikan adalah untuk mendapatkan gambaran awal
tentang kondisi geologi-geofisika moderen daerah selidikan, dan perbandingan
kondisi lingkungan pengendapan lampau dan masa kini.
1.3 Letak Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan terletak pada perairan muara sungai Berau,
Kalimantan Timur seperti terlihat pada Gambar 1, (dalam kotak). Pada peta
meliputi peratasan dua Lembar Peta yaitu Lembar Peta Tanjung Redeb (LP-1918)
di sebelah utara dan Lembar Peta Muaralasan (LP-1917) di selatan. Atau pada
posisi geografis 1o41’55” – 2o25’40” Lintang Utara dan 117o o30’00”- 118 43’27”
Bujur Timur.
Secara adminstratif di utara dibatasi oleh daerah Kabupaten Bulongan,
termasuk dalam wilayah Kabupaten Berau, di timur berbatasan atau termasuk
dalam wilayah Laut Sulawesi dan di selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Kutai Kertanegara.
vii
Muara Berau
KALIMANTAN TIMUR
Delta Mahakam
Gambar 1. Lokasi daerah penyelidikan: Perairan Muara Sungai Berau
1.4 Sasaran Hasil Penyelidikan
Sesuai dengan maksud dan tujuan penelidikan, maka sasaran yang akan
dicapai pada hasil penyelidikan ini adalah data dan informasi dalam bentuk peta-
peta, tabel-tabel hasil analisa dan rekaman seismik analog. Peta-peta tersebut
adalah:
- Peta Lintasan Survey
- Peta Batimetri
- Peta Isopach
- Peta Lokasi Pengambilan Contoh, dan
- Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut.
Sedangkan dalam bentuk penyajian tabel adalah:
- Tabel Posisi Navigasi dan kedalaman laut
- Tabel Pemerian Contoh Inti
viii
- Tabel Statistik Granulometri
- Tabel Mikrofauna
- Tabel Kelompok Mineral Logam non-logam magnetik
- Tabel Kurva Kemagnetan Materi Contoh Inti, dan
- Tabel Unsur Utama Sedimen Permukaan Dasar Laut.
1.5 Jadwal Kegiatan dan Personil Tim
Kegiatan penyelidikan lapangan dilakukan mulai tanggal 8 sampai dengan 28
Oktober 2005, menggunakan Kapal Riset Geomarin I milik Puslitbang Geologi
Kelautan. Adapun rincian waktu kegiatan seperti terlihat pada Tabel 1.
Segenap Personil Tim disusun berdasarkan kebutuhan kegiatan di lapangan
maupun ada saat persiapan dan pemrosesan data sampai pembuatan laporan;
seperti terlihat sebagai berikut:
Ir. Duddy A.S. Ranawijaya DEA Kepala Tim/Ahli Geologi
Dr.Ir. Wahyu Hantoro Ahli Sedimentologi & Koral
Dra. Kresna T.D. MSc Ahli Mikrofauna
Ir. Rina Zuraida MSc Ahli Sedimentologi
Ir. Yusuf Adam MSc Ahli Geologi/Geofisika Laut
Ir. Indra Adirana Ahli Geomorfologi Pantai
Eko Saputro S.T. Ahli Geologi
Benita Ariane S.T. Ahli Teknik Lingkungan
Drs. M. Salahudin Ahli GIS
Asep Makmur S.Si. Ahli Teknik Informatika
Hartana S.T. Ahli Teknik Informatika
Novi Sutisna Dipl.Geol. Ahli Geofisika Laut
Drs. Yudi Mulyawan Teknisi Geofisika Laut
Endang Haryono Teknisi Geofisika Laut
Agus Sutarto Teknisi Navigasi
Iswal Teknisi Navigasi
ix
Agam Galih Teknisi Pemercontoh inti
Sugiono Teknisi Pemercontoh inti
R. Diah Eko Raharjo Teknisi Preparasi Contoh
Adrian Ibrahim Teknisi Oseanografi
Mamat Margono Teknisi Selam
Ibnu Kuntjoro Teknisi Logistik
Drs. Wahyu Mulyana Teknisi Logistik
Mayor (P) Rinaldy Security Officer
Irman A. Suprapto Kapten Kapal Survey
Nana Sutisna Noor Mualim I
Sudarisman Mualim II
Mas’ud Sanudin Mualim III
Lesmaya Mualim II
Danu Mursito KKM I
Affandi KKM II
Asep Utang KKM II
Rusnali KKM III
Jojo Suparjo KKM III
Agus Sudrajat Juru Masak
Sumardi Sulaiman Juru Masak
x
i
Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan
Bulan Ke (2005 – 2006) 9 10 11 12 1 2 Minggu Ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4KEGIATAN PENDAHULUAN: Studi Pustaka & Penysunan Proposal Persiapan Kelengkaan Penelitian KEGIATAN LAPANGAN: Perjalanan Percontohan Sedimen Seismik dan Pemeruman KEGIATAN LABORATORIUM: Preparasi Contoh Deskripsi Megaskopis Granulometri Analisa Mineral Berat / Logam Analisa Geokimia Analisa Mikrofauna Analisa Kemagnetan Materi Contoh Inti PENGOLAHAN DATA GEOFISIKA: Pendijiitan Data Pemeruman Interpretasi Data Seismik dan Pembuatan Isopach
PENYUSUNAN LAPORAN: Pembuatan Peta dan Kegiatan Studio lainnya
Penyusunan Laporan Tertulis
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Satuan batuan yang berkembang di daerah penyelidikan dan sekitarnya
secara regional mencakup formasi batuan mulai dari yang berumur Jura sampai
Resen. Namun yang terlibat langsung di dalam daerah aliran sungai Berau
seluruhnya adalah yang berumur Tersier sampai Resen (Situmorang et al, 1995;
Sukardi, et al, 1995) (gambar 2). Batuan-batuan ini tentulah bertanggungjawab
terhadap pasokan sedimen terigenus ke daerah penyelidikan.
Secara keseluruhan, pembentukan material baik sedimen marin ataupun
terigenus tidak terlepas dari setting sejarah geologi dan tektonik regional kawasan
pesisir Kalimantan, laut Sulawesi dan Selat Makasar. Kejadian geologi inilah yang
pada akhirnya menempatkan satuan-satuan batuan tertentu pada tempat-tempat
tertentu sebagai bagian dari sumber sedimen; seperti halnya jajaran kepulauan
terumbu gamping yang tumbuh sebagai atol-atol pada tinggian zona sesar
Maratua dan Mangkalihat.
2.1 Geologi Regional Tanjung Redeb & Muaralasan
Komposisi sedimen terigenus yang tersebar di daerah selidikan sangatlah
bergantung pada pasokan sedimen hasil erosi di daerah aliran sungai Berau,
dimana melampar satuan-satuan batuan dengan berbagai litologinya. Dari tatanan
geologinya, litologi satuan-satuan batuan umumnya adalah batuan sedimen,
hanya pada satu satuan yaitu Batuan Terobosan yang terletak jauh di daerah hulu
sungai (gambar 2).
Urut-urutan satuan batuan yang terlibat sebagai pemasok dari yang berumur
tua sampai yang muda adalah sebagai berikut; Formasi Bangara (Kapur) terdiri
dari perselingan batulempung malih, batulempung terkersikkan, batulempung
hitam bersisipan serpih dengan laminasi tuf, mengandung radiolaria; satuan
batuan merupakan endapan flysch. Formasi Sembakung (Eosen) terdiri dari
batulempung, batulanau dan batupasir di bagian bawah; batupasir kuarsa,
batugamping pasiran, rijang dan tuf di bagian atas. Formasi Tabalar (Eosen –
7
Gambar 2. Daerah Penyelidikan (kotak biru) pada gabungan Peta Geologi Lembar Muaralasan LP-1917 (Sukardi, et al,1995) di Selatan dan Lembar Tanjungredeb di Utara LP-1918 (Situmorang, et al, 1995)
8
Oligosen) terdiri dari napal abu-abu, batupasir, serpih, sisipan batugamping
dan konglomerat alas di bagian bawah; batugamping dolomit, kalkarenit dan
sisipan napal di bagian atas. Formasi Birang ( Oligo-Miosen): perselingan napal,
batugamping dan tuf, di bagian atas dan perselingan napal, rijang dan
konglomerat, batupasir kuarsa dan batugamping di bagian bawah. Batuan
Terobosan (Oligosen – Pliosen) yang berkomposisi andesit, vitrofir, terpropilitkan
dan lava andesit piroksen. Formasi Latih (Miosen Awal – Miosen Tengah):
batupasir kuarsa, batulempung, batulanau dan batubara di bagian atas; bersisipan
serpih pasiran dan batugamping di bagian bawah. Formasi Tabul (Miosen Akhir)
terdiri dari batupasir, batulempung konglomerat dan sisipan batubara. Formasi
Labanan (Miosen Akhir – Pliosen) terdiri dari perselingan konglomerat aneka
bahan, batupasir, batulanau, batulempung disisipi batugamping dan batubara.
Formasi Domaring (Miosen Akhir – Pliosen) terdiri dari batugamping terumbu,
batugamping kapuran, napal dan sisipan batubara muda. Formasi Sinjin (Pliosen)
terdiri dari perselingan tuf, aglomerat, lapili, lava andesit piroksen, tuf terkersikan,
batulempung tufaan dan kaolin, mengandung lignit, kuarsa, felspar dan mineral
hitam.
Kelompok yang berumur Kuarter adalah Formasi Sajau (Kuarter) terdiri dari
perselingan batulempung, batulanau, batupasir, konglomerat disisipi lapisan
batubara, mengandung moluska, kuarsit dan mika. Batugamping terumbu
(Holosen) terdiri dari terumbu, koral dan breksi koral, berwarna putih sampai
kelabu, coklat, kristalin berongga, mengandung koral. Yang termuda adalah
aluvium Resen terdiri dari lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan gambut
berwarna kelabu sampai kehitaman.
2.2 Geologi Tektonik Daerah Selidikan dan Cekungan Tarakan
Daerah selidikan merupakan bagian dari Cekungan Tarakan (Darman et al,
ed., 2000) yang di dalamnya masih terbagi lagi menjadi 4 Sub-cekungan yaitu
Sub-cekungan Tidung, Sub-cekungan Berau, Sub-cekungan Tarakan dan Sub-
cekungan Muara dan Sub-cekungan Mangkalihat; yang masing-masing dibatasi
oleh jalur tinggian-tinggian yang dibentuk karena adanya jalur zona sesar Maratua
9
Gambar 3. Daerah Penyelidikan (kotak biru) diantara tatanan Tektonik Cekungan Tarakan dimana terdapat Sub-cekungan Berau (Lentini & Darman, 1996).
10
dan Mangkalihat (gambar 3). Daerah selidikan termasuk ke dalam Sub-
cekungan Muara. Pada Cekungan besar Tarakan ini sedimentasi telah terjadi sejak
Eosen Tengah berbarengan dengan terjadinya pengangkatan di Selat Makasar
yang memisahkan P. Sulawesi dan Kalimantan dan terjadinya penurunan di
Cekungan ini (Lentini and Darman, 1996).
Struktur geologi di daerah ini terdiri dari lipatan sesar normal, sesar geser
dan kelurusan; menunjukkan arah utama baratlaut-tenggara dan baratdaya-
timurlaut. Struktur lipatan seperti antiklin dan sinklin berarah baratlaut-tenggara
dan baratdaya-timurlaut. Pola seperti ini terbentuk dikarenakan sejarah tektonik
yang mana pada daerah ini telah terjadi empat kali tektonik (Situmorang et al, ed,
1995). Tektonik awal terjadi pada Kapur Akhir atau lebih tua. Gejala ini
mengakibatkan perlipatan, pensesaran dan pemalihan regional derajat rendah
pada Formasi Bangara. Pada Eosen Awal di bagian tengah dan barat terbentuk
Formasi Sembakung dalam lingkungan laut dangkal, diikuti pengendapan Formasi
Tabalar di bagian tenggara pada kala Eosen-Oligosen dan diikuti tektonik kedua.
Sesudah kegiatan tektonik kedua tersebut terjadi pengendapan Formasi
Birang di bagian tengah, timur, selatan maupun di barat pada kala Oligo-Miosen.
Setempat diikuti terobosan andesit yang mengalami alterasi dan mineralisasi.
Disamping itu juga terjadi kegiatan gunung api sehingga terbentuk satuan gunung
api Jelai di bagian barat. Pengendapan Formasi Birang diikuti pengendapan
Formasi Latih di bagian selatan yaitu di Telukbayur dan sekitarnya. Pengendapan
ini berlangsung pada akhir Miosen Awal hingga Miosen Tengah diikuti kegiatan
tektonik ketiga.
Sesudah kegiatan tektonik tersebut pada akhir Miosen Akhir hingga Pliosen
terendapkan Formasi Labanan di baratdaya dan Formasi Domirang di bagian
timur. Sedangkan di bagian utara terjadi pengendapan Formasi Tabul pada akhir
Miosen Akhir diikuti dengan kegiatan gunung api sehingga terbentuk Formasi
Sinjin di daerah baratdaya dan di utara pada kala Pliosen dan selanjutnya diikuti
pengendapan Formasi Sajau pada Plio-pleistosen. Pada kala Pliosen sesudah
pengendapan F. Sajau terjadi kegiatan tektonik keempat, mengakibatkan F. Sajau
dan yang lebih tua di bawahnya terlipat, tersesarkan dan menghasilkan bentuk
11
morfologi seperti sekarang. Secara keseluruhan sejarah sedimentasi ini dapat
terlihat pada tatanan stratigrafi Cekungan Tarakan pada gambar 4.
Gambar 4. Kesebandingan Tatanan Stratigrafi Cekungan Tarakan dan Cekungan lainnya di Kalimantan Timur (Satyana, et al, 1999)
12
BAB III
METODE DAN PERALATAN
Hasil penyelidikan yang berupa data dan informasi-informasi didapat
melalui dua tahapan yaitu tahapan pengambilan data mentah di lapangan
dengan menggunakan kapal riset Geomarin I milik Puslitbang Geologi Kelautan
dan kemudian tahapan pemrosesan data lapangan dan interpretasi yang
dilakukan di laboratorium dan studio. Kedua tahapan itu dilaksanakan dengan
menerapan berbagai metode yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga metode
utama yaitu: metode penentuan posisi lintasan survey, metode pengambilan
data geofisika dan metode pengambilan data geologi. Pada penyelidikan ini,
metode geologi merupakan penunjang utama dalam mencapai tujuan riset.
3.1 Metode Penentuan Posisi
Posisi lintasan kapal survey ditentukan dengan menggunakan Sistem
Penetuan Posisi Global (Global Positioning System / GPS), yaitu cara penentuan
penentuan posisi geografis dengan bantuan satelit navigasi sebagai wahana
pemberi sinyal posisi dua dimensi (X,Y) pada proyeksi ortogonal permukaan
bumi. Dalam kegiatan penyelidikan ini digunakan alat penerima sinyal satelit
bermerek Garmin-100 dan Magellan Nav. 5000 dengan perangkat lunak navigasi
lintasan kapal Hypack (foto 1 & 4).
Dengan menggunakan program Hypack, sinyal satelit yang telah
ditransformasi oleh Garmin-100 menjadi data posisi secara otomatis direkam ke
dalam minidisket atau compact disc (CD) dan setiap jangka waktu tertentu yang
kita tentukan dicetak secara diskrit pada kertas biasa (HVS-A4). Sementara itu
pada layar monitor posisi dan arah pergerakan kapal terlihat sepanjang lintasan
survey yang telah direncanakan, sehingga pergerakan kapal tersebut dapat
dikontrol agar tidak menyimpang dari lintasan rencana.
13
Foto 1. Monitor navigasi, menampilkan pergerakan kapal survey
Geomarin I pada garis lintasan yang direncanakan
Adapun komponen-komponen peralatan navigasi tersebut adalah sebagai
berikut:
- GPS Reciever: Garmin-100 & Magellan Nav. 5000 Pro.
- Komputer dengan perangkat lunak Hypack
- Tracking Monitor Wearnes merek GTC & BRG
- Printer merek Panasinic KX-1081, Epson Stylus
- Volumable speaker Samsung
- ZIP: Iomega.
3.2 Metode Geofisika
Metode geosfisika terdiri dari dua jenis yaitu metode yang bersifat
kwantitatif (penyajian secara diskrit/digital) dan analog. Jenis yang pertama
adalah pemeruman dan yang kedua adalah rekaman seismik.
14
3.2.1 Pemeruman :
Yaitu pengambilan data kedalaman dan perekaman morfologi dasar laut
yang dilakukan dengan menggunakan alat echosounder 200 KHz, bermerek
Simrad EA300P (foto 2). Alat ini bekerja secara elektronis dengan memancarkan
gelombang suara sebagai wahana pengukuran kedalaman dasar laut. Data yang
diperoleh adalah berupa tampilan analog kontinyu sekaligus secara diskrit setiap
lima menit tercetak angka kedalamannya pada kertas HVS. Akan tetapi alat ini
hanya efektif bekerja sampai kedalaman sekitar 200 meter. Oleh karena itu
untuk kedalaman yang lebih besar ditentukan berdasarkan pendekatan secara
analog dari rekaman seismik, walau masih memerlukan koreksi dikarenakan
ketelitian yang berbeda.
Untuk sampai kepada informasi penyajian peta batimetri, maka data
tersebut masih harus dikoreksi dengan menggunakan data sekunder pasang-
surut daerah selidikan. Dalam penyelidikan ini digunakan data prediksi pasang-
surut terbitan 2005 dari Dinas Hidrografi TNI-AL.
Foto 2. Peralatan pemeruman Simrad EA300P dengan
tampilan pada monitor: morfologi dua dimensi permukaan dasar laut.
15
3.2.2 Metode Seismik Laut
Metode ini menggunakan energi gelombang yang dipancarkan secara
diskrit dari sumber ledakan hubungan pendek kutub listrik yang kemudian
setelah dipantulkan oleh lapisan-lapisan dasar laut di terima oleh hydrophone
streamer. Sinyal gelomang tersebut kemudian ditransformasi oleh alat
perekam dan dicetak secara analog kontinyu berupa ilustrasi lapisan-lapisan
batuan dasar laut. Energi ledakan (dalam satuan Joule) dapat diatur sesuai
kebutuhan berdasarkan kedalaman laut dan ketebalan lapisan batuan yang kita
perlukan. Sedangkan tampilan analog tadi juga dapat diatur (stacking) pada
kelengkapan alat pencetaknya sesuai kebutuhan penyelidikan berdasarkan
tingkat kualitas aspek-aspek yang ingin kita tonjolkan.
Seismik yang digunakan adalah jenis pantul dangkal (resolusi tinggi)
dengan sumber ledakan Sparkarray saluran tunggal (single channel), (foto 3).
Pada alat ini untuk kedalaman kolom air sampai sekitar 400 meter, dipasok
energi 600 Joule dengan eriode picu ledak ½ atau 1 detik dan kecepatan sapuan
perekaman ¼ detik. Untuk kedalaman yang lebih besar, maka pasokan energi
dapat disesuaikan lagi.
Adapun komponen-komponen peralatan seismik ini adalah sebagai berikut
(foto 4 ) :
- Sumber atau pemasok energi : EG&G 232
- Pemicu bank capacitor: EG&G 231
- Sparkarray EG&G 267
- Perekam dan pencetak analog: EPC3200S
- Hydrophone streamer
- TVG amplifier: TSS 307
- Swell filter: TS 305
- Stacking unit: TSS 312
16
Foto 3. Sumber ledakan seismik Sparkarray
Foto 4. Perekam analog seismik EPC 3200S, Swell filter TS305,
Stacking unit TSS312, dan Garmin 100 (di sudut kanan atas)
17
3.3 Metode Geologi
Metode geologi terdiri dari pengambilan contoh sedimen permukaan dasar
laut dan analisis contoh sedimen di laboratorium.
3.3.1 Pengambilan Contoh Sedimen
Pengambilan contoh sedimen permukaan dasar laut dilakukan dengan
menggunakan penginti gaya berat (gravity corer), (foto 5). Alat ini digunakan
untuk memperoleh contoh sedimen berbentuk inti dengan panjang 1 sampai 2
meter dengan diameter 6 inci, dan biasanya efektif untuk sedimen yang belum
terpadatkan (unconsolidated sediment) dengan ukuran butir lumpur atau yang
lebih halus. Untuk yang lebih kasar seperti pasir sulit didapatkan dikarenakan
tidak bersifat lengket (stiff).
Lokasi pengambilan contoh diposisikan secara sistematis, tersebar agar
dapat mewakili setiap komposisi besar butir pada tempat-tempat
pengendapannya. Sedangkan komposisi tersebut dihasilkan dengan
menggunakan metode ayakan (sieve analysis) atau granulometri, sehingga
menghasilkan nama sedimen berdasarkan komposisi besar butirnya.
Foto 5. Pemercontoh inti (Gravity Corer)
18
3.3.2 Analisa Laboratorium
Analisa contoh sedimen permukaan dasar laut di laboratorium meliputi:
pengamatan litologi secara megaskopis, analisa besar butir / granulometri,
kandungan mineral berat (magnetik, non-magnetik), analisa mikrofauna, analisa
kemagnetan materi contoh (magnetic susceptibility) dan analisa geokimia
sedimen.
Analisa megaskopis adalah pengamatan fenomena-fenomena litologis
yang terdiri dari pengamatan terhadap warna sedimen, besar butir, kandungan
fosil, mineral-mineral penting, struktur sedimen dan arah perubahan-
perubahannya. Metode ini dilakukan pertama kali agar dapat ditentukan lokasi-
lokasi pengambilan sub-contoh secara sistematis terpilih untuk kepentingan
analisa-analisa berikutnya.
Analisa besar butir dilakukan dengan mengayak sedimen secara basah
menggunakan ayakan sedimen dan menghasilkan pengelompokan sedimen
berdasarkan ukuran ayakannya yaitu dari -4phi sampai +8phi, yang kemudian
setiap kelompok ditimbang dan dibuat dalam satuan prosentase per 100 gram
sedimen. Untuk ukuran lebih kecil dari +8phi (lanau) dilakukan dengan metode
pipet, lalu juga ditimbang. Adapun untuk penamaan berdasarkan besar butir ini,
digunakan klasifikasi besar butir Folk (1980).
Kandungan mineral berat pada penyelidikan ini hanya diperlukan sampai
kelompok-kelompok mineral yang bersifat logam magnetis dan non-magnetis.
Untuk analisa ini secara sederhana digunakan cairan bromoform yang
mempunyai berat jenis 2,86. Mineral-mineral yang lebih berat dari 2,86
umumnya adalah mineral logam atau lebih magnetis, sedangkan yang lebih kecil
relatif bersifat kurang magnetis.
Kandungan fosil mikrofauna, dianalisis dibawah mikroskop binokuler. Pada
penyelidikan ini spesies dibatasi hanya untuk ordo foraminifera dan ostrakoda.
Disajikan dalam bentuk tabel. Analisis mikrofauna dilakukan dari contoh sedimen
dasar laut yang dikoleksi dengan menggunakan penginti jatuh bebas (gravity
corer) dan hand corer. Kemudian sampel sedimen dikeringkan dan dengan berat
19
kering yang sama (30 gram), selanjutnya sampel sedimen kering tersebut dicuci
dalam ayakan dengan bukaan berukuran 2, 3, dan 4 phi. Contoh hasil cucian dari
masing-masing ayakan kemudian dikeringkan dalam oven dan siap digunakan
untuk studi mikrofauna.
Studi mikrofauna diutamakan pada ostracoda yang dapat mencirikan
berbagai jenis perairan: air tawar, air payau dan air laut dibandingkan
foraminifera. Penelitian ini dilakukan pada 15 contoh sedimen hasil cucian
(washed residue) dan determinasi ostracoda dilakukan hingga tingkat spesies
bila memungkinkan dan perhitungan spesimen / individu tiap spesies/jenis.
Sedangkan analisis foraminifera hanya dilakukan sepintas sebagai pembanding
dan penunjang atau informasi tambahan apabila tidak ditemukan ostracoda.
Kemudian di lakukan penghitungan indeks diversitas /H(S) yaitu nilai
keanekaragaman spesies dalam setiap contoh yang diperoleh dari rumus
Shannon-Weaver dalam suatu paket program komputer yang dibuat oleh Bakus
(1990) yaitu:
H’ = - S pi log pi
dimana: H’ = indeks diversitas/keanekaragaman pi = ni /N
S = jumlah ni = jumlah spesimen dari spesies i1, i2, i3, dst N = jumlah total spesimen
Tingkat kemagnetan materi contoh sedimen diukur dengan alat
magnetometer terhadap beberapa sub-contoh terpilih dari contoh inti yang
diperkirakan dari lokasinya dapat mewakili alur-alur aktif sedimentasi estuari
Berau. Disajikan secara kwalitatif berupa kurva-kurva kemagnetan contoh inti.
Analisa geokimia dilakukan juga hanya pada contoh permukaan terpilih
secara sistematis dan disajikan dalam bentuk tabel permil setiap oksida ata
sulfida dari unsur-unsur utama (major elements). Dilakukan dengan metode AAS
( Analytic Absorption Spectrometry).
20
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Lintasan Survey
Lintasan survey yang dihasilkan dibuat berdasarkan pertimbangan waktu
yang tersedia, jumlah bahan bakar kapal dan target-target lokasi pengambilan
contoh maupun akuisisi data geofisika. Jumlah panjang lintasan mencapai 817,6
Km (gambar 5).
Kerapatan lintasan secara kwalitatif lebih terkonsentrasi pada bagian
tengah daerah selidikan, yaitu mulai dari mulut kedua sungai Berau lalu ke Timur
sampai Barat daya pulau Maratua (Foto 6). Hal ini sesuai dengan target
penyelidikan yang lebih menekankan pada observasi sedimentasi aktif di depan
mulut sungai dan adanya pengaruh jajaran kepulauan gamping Derawan. Disain
lintasan ini diharapkan dapat membantu dalam mengetahui perbedaan lokasi-
lokasi yang dipengaruhi kehadiran kepulauan gamping di sebelah utara dan yang
tidak di bagian selatannya, serta adanya peran kedua rezim arus: dari sungai
Berau dan rezim arus laut utara-selatan.
Di dua mulut sungai dilakukan survey sampai agak masuk ke dalam sungai.
Ini diaksudkan untuk mendapatkan data akuisisi dan contoh sedimen yang
diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan lingkungan pengendapan
dari front delta sampai delta pro ke arah laut. Juga dari contoh inti agar dapat
memberikan gambaran vertikal perubahan litologi dan mikrofauna sejak ribuan
tahun yang lalu sampai saat ini.
Lintasan di utara sekitar pulau Maratua dibuat berdasarkan target dugaan
akan memotong liniasi struktur tektonik di utara P. Maratua. Sedangkan lintasan-
lintasan yang di selatan dimaksudkan sebagai referensi untuk lokasi yang berezim
arus marin. Lintasan paling selatan berarah barat-timur dimaksudkan untuk
mendapatkan penampang rekaman seismik lapisan sedimen yang ditransport oleh
rezim marin utara-selatan. Sedangkan lintasan-lintasan yang memotongnya
diharapkan mendapatkan gambaan sebaran lapisan sedimen yang searah arus.
27
Foto 6. Laguna P.Kakaban (di Baratdaya) dan
laguna P. Maratua (di Timurlaut)
4.2 Batimetri
Sebaran kontur batimetri daerah selidikan teramati sangatlah bervariasi,
mulai dari kedalaman 5 meter di mulut sungai sampai lebih dari 1500 meter di
timurlaut P. Maratua (gambar 6). Pada kedalaman 0 – 10 meter lebih terlihat
sebaran kontur untuk lobe – lobe estuari atau delta muara Berau. Sebaran ini
terhenti pada kedalaman 15 meter dan membentuk orientasi lurus utara-selatan.
Bentuk sebaran ini kemungkinan terjadi karena adanya arus utara-selatan yang
lebih dominan sehingga sanggup menghentikan transportasi sedimen dari muara
ke arah timur.
Di bagian tengah terlihat lebih landai dengan kedalaman dari 20 sampai 60
meter dan bentuk penyebaran garis kontur menyebar ke selatan. Hal ini
dimungkinkan karena di bagian utara banyak terdapat sumber-sumber sedimen
yaitu gugus kepulauan gamping dan juga daratan Kalimantan Timur di baratnya.
27
Gugus kepulauan tersebut ternyata juga berfungsi sebagai batas penghalang
jatuhnya sedimen ke jurang di sebelah timurnya; sehingga terlihat seperti bentuk
anak tangga. Hal ini diperkirakan sangat berhubungan dengan struktur tektonik
regional daerah ini, yang mana kerapatan kontur yang memanjang dari baratlaut-
tenggara pada kedalaman 60 – 400meter tersebut merupakan liniasi struktur
tektonik, selain yang terdapat di timurlaut P. Maratua. Lentini & Darman (1996)
mengilustrasikan adanya Zona Sesar Maratua (Maratua Fault Zone) (gambar
4)yang sejajar dengan liniasi tersebut dan tepat melalui jajaran pulau Maratua
sampai pulau Sambit di tenggaranya. Adapun bentuk-bentuk laguna pada pulau
Kakaban dan Maratua, hal tersebut dikarenakan terdapatnya tinggian bawah laut
yang memanjang zona sesar Maratua dan zona sesar Mangkalihat (gambar 3 &7).
Dari pola kontur secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa terdapat
empat satuan geomorfologi bawah laut di daerah selidikan yang dikontrol oleh
liniasi zona sesar besar Maratua dan Mangkalihat dan pasokan sedimen; yaitu,
front delta – delta pro dengan kedalaman 0 – 10 meter yang terletak tepat di
depan mulut-mulut sungai dan membentuk lobe-lobe delta, ke arah timur dibatasi
oleh pola kontur relatif lurus utara-selatan yaitu lereng terjal sempit dengan
kedalaman 10-18 meter. Kemudian “dataran transisi” dengan kedalaman 20 – 40
meter dicirikan dengan kejarangan kontur yang semakin besar ke selatan dan di
utaranya banyak dikontrol oleh kehadiran jajaran kepulauan gamping Derawan
sedangkan di sebelah selatan tidak terdapat pulau. Ke arah timur dataran ini
dibatasi oleh lereng terjal sempit relatif lurus, berarahbaratlaut – tenggara yang
nampak lebih dikontrol oleh pola struktur tektonik regional. Selanjutnya adalah
“dataran yang lebih dalam” dengan kedalaman 60 – 400 meter, bercirikan dimensi
memanjang baratlaut-tenggara dengan kerapatan yang sangat rendah; ke timur
dibatasi oleh jajaran pulau Maratua berarah bartlaut-tenggara dan juga lereng
terjal sampai 1500 meter terutama di timur laut P. Kakaban. Yang terakhir paling
timur adalah dataran cekungan luar dengan kedalaman lebih dari 400 meter.
Dataran ini tidak banyak didapatkan data dikarenakan kedalaman laut yang besar
dan dianggap telah murni sebagai lingkungan rezim marin. Konfigurasi diantara
dataran transisi, dataran yang lebih dalam dan dataran cekungan luar, teramati
27
Gambar 7. Penampang Seismik multi channel yang menggambarkan Sub-cekungan Muara yang di barat dan timurnya dibatasi oleh 2 zona sesar yang membentuk Tinggian bawah laut dan ditumbuhi terumbu gamping (Pertamina).
27
sebagai bentuk anak-anak tangga dengan batas-batas lereng terjal, sempit dan
memanjang.
4.3 Seismik dan Kontur Isopach
Terdapat tiga pola rekaman seismik di daerah selidikan yaitu, pertama: pola
perlapisan paralel menerus, kedua: pola lapisan terputus-putus dan berubah-
rubah orientasi dan ketiga: pola kombinasi keduanya. Pola pertama sering
dijumpai tentunya pada lokasi-lokasi yang terbebas dari jajaran kepulauan
gamping seperti di selatan (lihat lampiran Rekaman Seismik: line-3, 5, 20), di
timur (lihat lampiran Rekaman Seismik: line-3, 4, 30), dan di depan muara selatan
(line-24, 25). Pola kedua umumnya terdapat pada kawasan jajaran kepulauan
terumbu gamping, seperti di sekitar P. Derawan, P. Semama, P. Sangalaki, P.
Kakaban dan P. Maratua (line-7, 9, 10, 28, 16). Sedangkan pola ketiga menempati
kawasan barat-timur mulai dari sebelah barat jajaran kepulauan Derawan-
Semama ke timur sampai barat Kakaban.
Yang mengontrol terbentuknya ketiga pola tersebut diperkirakan adalah
selain jenis sedimen tergenus dari sungai Berau, juga sedimen kasar gampingan
dari kepulauan terumbu gamping. Kontrol lainnya adalah morfologi dasar laut
yang membentuk anak-anak tangga dengan batas tebing-tebing sempit dan terjal
yang mana batas-batas tersebut berasosiasi dengan hadirnya tinggian zona sesar
Maratua dan Mangkalihat (Lentini & Darman, 1996).
Pola rekaman yang pertama umumnya mudah ditarik garis batas antara
horison teratas dengan di bawahnya, sedangkan pola-pola rekaman seismik yang
lain agak sulit karena sering dijumpai pembauran pola horison pada beberapa
bagian. Sehingga pada akhirnya terbentuklah pola kontur isopach (gambar 8)
yang menggambarkan penyebaran ketebalan sedimen horison teratas.
Teramati pada peta kontur isopach bahwa ketebalan-ketebalan yang besar
umumnya terdapat pada pusat atau tengah-tengah sub-cekungan baik yang besar
seperti di bagian selatan daerah selidikan maupun yang kecil seperti di utara
diantara pulau-pulau gamping; dan di depan mulut-mulut dantara lobe-lobe delta
front. Hal ini sangat jelas dikarenakan bentuk dasar-dasar cekungan yang
27
Gambar 8. Peta Isopach Lapisan horison teratas Rekaman Seismik Pantul Saluran Tunggal Perairan Muara Sungai Berau
27
memang sangat dimungkinkan terjadinya pemerangkapan sedimen, seperti
terlihat pada gambar 5: lapisan sedimen terkonsentrasi pada bagian tengah
diantara dua tinggian zona sesar (Zona Sesar Maratua dan Mangkalihat).
4.4 Sedimen Permukaan Dasar Laut
Sebaran lokasi-lokasi pengambilan contoh inti sedimen permukaan dasar
laut, seperti terlihat pada gambar 9, dilakukan bedasarkan kepentingan terpadu
antara pengambilan data akuisisi geofisika dan geologi, sehingga diharapkan
memperoleh informasi yang saling mendukung dalam memahami sejarah
sedimentasi secara umum daerah selidikan. Lokasi-lokasi tersebut tentunya harus
terletak sama pada posisi lintasan survey. Pada daerah yang lebih kompleks (di
bagian utara) terdapat kerapatan lokasi contoh yang lebih tinggi, dan di selatan
demikan sebaliknya.
Hasil analisa granulometri seperti terlihat pada Tabel statistik Analisa Besar
Butir (lihat lampiran Tabel Hasil Analisa Besar Butir) menunjukkan penyebaran
besar butir mulai dari lempung sampai kerikil. Pada tabel ini, terinci sebaran besar
butir secara menyeluruh untuk setiap contoh, dan kemudian diakhiri dengan
penamaan setiap contoh berdasarkan tekstur besar butir menggunakan klasifikasi
Folk (1980) dan perangkat lunak Kumod (Susilohadi, 1990). Maka dihasilkan: pasir
(S), lanau (Z), lanau pasiran (sZ), pasir kerikilan (gS), kerikil pasiran (sG), pasir
sedikit kerikilan ((g)S) dan pasir lumpuran sedikit kerikilan ((g)mS).
4.4.1 Sebaran sedimen permukaan dasar laut:
Sebaran sedimen permukaan dasar laut di daerah selidikan melampar mulai
dari mulut sungai sebelah dalam di barat sampai lepas pantai di timur (gambar
10). Dari luas pelamparan masing-masing sedimen secara berurutan adalah
sebagai berikut: pasir (S) seluas 27,5 % menempati 2 daerah yaitu jalur
memanjang di tengah berarah baratlaut-tenggara dan tepat pada lereng
baratlaut-tenggara dan di bagian timur laut melingkupi perairan P. Maratua. Lanau
pasiran (sZ) seluas 24 % menempati sejak mulut sungai yang di utara sampai
jalur memanjang baratlaut-tenggara di bagian tengah daerah selidikan. Kemudian
27
lanau (Z) seluas 20,5 % menempati bagian baratdaya sejak dari mulut sungai
yang di selatan sampai ke tenggara. Kerikil pasiran (sG) seluas 12,5 % terletak di
bagian tengah memanjang ke tenggara. Pasir sedikit kerikilan ((g)S) seluas 7 %
menempati dua lokasi yaitu di utara tengah dan ujung tenggara. Pasir lumpuran
sedikit kerikilan ((g)mS) seluas 5 % terdapat di bagian utara tengah membentuk
juga jalur memanjang baratlaut-tenggara. Kemudian yang terkecil dengan luas
3,5 %, pasir lanauan (zS)menempati di bagian selatan tengah daerah selidikan.
Sumber-sumber utama sedimen permukaan dasar laut daerah selidikan
teramati adalah sungai Berau dari arah barat, jajaran-jajaran kepulauan terumbu
gamping dan sumber sedimen marin dengan lokasi jalur lepas pantai berarah
baratlaut-tenggara. Fraksi kasar terutama yang mengandung kerikil (sG, (g)S,
(g)mS, S) padat ditafsirkan adanya sistem energi transport lebih besar selain
dekat dengan batuan sumbernya yaitu kepulauan terumbu karang. Sedangkan
yang lebih halus (Z, sZ, zS) menunjukkan pola sebaran yang mengarah ke sumber
sedimen terigenus dari lapukan satuan litologi darat Formasi Tabalar yang
didominasi oleh napal, batupasir dan serpih; Formasi Latih berbatuan batupasir
kwarsa, batulempung, dan batubara; Formasi Sinjin berbatuan tufa, aglomerat,
lapili, andesit, dan batulempung tufaan, Formasi Labanan dengan batuan
konglomerat, ormasi Birang dengan batuan napal, batugamping,rijang dan
konglomerat; dan juga aluvium pantai yang terdiridari lumpur, lanau, pasir, kerikil,
kerakal dan gambut. Satuan-satuan bantuan tersebut terlibat dikarenakan
melampar pada daerah aliran sungai Berau.
4.4.2 Hasil pemerian megaskopis:
Dari tabel deskripsi contoh ini (lihat lampiran Tabel Deskripsi Contoh Inti),
umumnya secara vertikal berfraksi lempung. Secara dominan hanya warna
sedimen yang dapat secara genetis menjelaskan lingkungan pengendapannya
atau rezim yang mengontrolnya. Kecuali pada beberapa contoh inti terdapat
sisipan oksidasi, cangkang moluska besar atau material organik seperti gambut.
Pengamatan dan penafsiran terhadap hasil deskripsi contoh inti yang rata-
rata panjangnya tidak sampai 2 meter (lihat foto 6 dan Tabel Deskripsi Contoh
27
Inti), menunjukkan secara vertikal masih dalam lingkungan pengendapan yang
tidak berubah sejak ribuan tahun yang lampau, yang mana sejak 5 ribu tahun
yang lalu (Resen), tinggi muka laut telah stabil pada posisi interglasial terakhir.
Foto 7. Beberapa contoh inti yang mewakili lokasi-lokasi berbeda
Untuk daerah survey Perairan Muara Sungai Berau
28
Rezim sedimentasi marin umumnya terdiri dari lempung abu-abu sampai
abu-abu kehijauan seperti teramati pada lokasi BRAU05-02 dan BRAU05-03.
Terlihat lebih seragam / homogen tanpa sisipan. Hal ini disebabkan oleh stabilnya
arus dominan tahunan berarah utara-selatan dan juga transport fluviatil yang
terigenus sepanjang tahun tidak mencapai daerah ini. Rezim fluviatil terigenus
terlihat di dua contoh : BRAU05-HC23A dan BRAU05-HC24A, dengan perubahan
litologi yang lebih beragam. Perubahan warna dan litologi diperkirakan disebabkan
oleh perubahan litologi yang tererosi dari sumber batuan yang berbeda di daerah
aliran sungai Berau yang disebabkan terjadinya perubahan intensitas muson
dalam skala waktu ribuan tahun namun masih pada tinggi muka laut yang sama.
4.6 Hasil Analisa Mineral Berat
Seperti terlihat pada Tabel Hasil Analisa Mineral Berat (lihat Lampiran)
berdasaran urutan analisanya (pada fraksi 3 phi) yaitu dimulai dengan
pengklasifikasian ke dalam mineral logam dan non logam menggunakan magnet,
kemudian barulah menggunakan bromoform, maka teramati bahwa pada daerah
selidikan sangat sedikit kandungan mineral beratnya maupun logamnya. Rata-rata
kuarng dari 0,002 gram untuk setiap 100 gram contoh. Sedangkan mineral logam
kurang dari 1 gram saja. Nonmagnetik atau nonlogam jauh lebih banyak
dikarenakan banyaknya sumber sedimen gampingan di sebagian besar utara
daerah selidikan.
Data ini dapat diinterpretasikan sebagai cerminan kecilnya energi transport
dominan tahunan untuk fraksi halus sekitar 3 phi. Energi transport yang berarti
arus, adalah baik yang berasal dari sungai Berau , pasang surut maupun arus laut
utara-selatan. Akan halnya kehadiran fraksi kerikilan atau pasiran pada sedimen
permukaan dasar laut, hal tersebut lebih dikarenakan kedekatan jarak sedimentasi
dari sumer batuannya yaitu kepulauan terumbu karang yang lebih bersifat
nonlogam/nonmagnetik.
29
4.7 Suseptibilitas Magnetis
Analisa kemagnetan material ini identik dengan yang dilakukan pada
analisa mineral berat logam. Perbedaannya adalah hanya pada sebaran contoh
yang dianalisis. Pada analisa ini dilakukan dengan peralaan sensor magnetik pada
contoh inti. Sehingga yang dihasilkan adalah variasi sifat kemagnetan materal
secara vertikal. Hal ini secara geologi bermakna pada sejarah sedimentasi di
daerah selidikan dari waktu ke waktu sejak ribuan tahun yang lalu sampai saat ini.
Sedangkan pada analisa mineral berat logam sebelumnya adalah distribusi mineral
logam pada saat sekarang ini.
Pada kurva suseptibilitas magnetik beberapa contoh inti terpilih (lihat
Lampiran Tabel Hasil Pengukuran Suseptibilitas Magnetik) teramati adanya variasi
nilai kemagnetian material secara vertikal. Variasi nilai ini secara teoritis
tergantung dari: kandungan mineral logam, tekstur butiran, materal organik dan
karbonat. Mineral logam akan memberikan nilai yang lebih positif/besar, tekstur
kasar akan lebih positif daripada yang halus, material organik dan karbonat akan
memberikan nilai negatif atau mengurangi nilai suseptibilitas magnetik. Oleh
karena itu dari hasil yang didapat, dapat diinterpretasikan bahwa fluktuasi kadar
atau kandungan kemungkinan besar dikontrol oleh perubahan energi arus atau
perubahan musim selama jangka waktu ribuan tahun yang dapat merubah pula
jenis material sedimen yang sampai ke daerah selidikan.
4.8 Mikrofauna
Daerah penelitian merupakan bagian selatan dari daerah penelitian yang
telah diteliti oleh Dewi dan Illahude (2005) dalam studi ostracoda. Gustiantini dkk
(2005) juga telah melakukan studi foraminifera di daerah yang sama dan lebih
diutamakan di daerah laut lepas. Sedangkan penelitian mikrofauna kali ini lebih
difokuskan pada lokasi dimana interaksi daratan dan lautan mempunyai peranan
penting terhadap kondisi lingkungan setempat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas
mikrofauna, khususnya ostracoda di daerah penelitian sebagai indikator
perubahan lingkungan perairan.
30
Ostracoda umumnya dijumpai dalam sampel sedimen yang diamati kecuali
pada satu titik lokasi BRAU05-12. Jumlah individu/spesimen bervariasi antara 2
(BRAU05-HC24A yang terletak di sungai Berau) dan 331 individu (BRAU05-06
yang terletak diantara muara sungai dan Karang Malalungan). Jumlah spesies
ostracoda juga bervariasi antara 1 spesies (titik lokasi BRAU05-HC24A) dan 45
spesies di titik lokasi BRAU05-02 yang terletak di sebelah selatan Karang
Malalungan. Hasil perhitungan indeks diversitas juga menunjukkan nilai yang
bervariasi antara 1.61 dan 3.81. Nilai indeks diversitas sangat rendah (<2)
ditemukan pada titik-titik lokasi yang terletak di dalam sungai. Sedangkan pada
titik-titk lokasi tidak jauh dari muara sungai mmpunyai nilai indeks diversitas
antara 2 dan 3 yang didominasi oleh keterdapatan sisa-sisa tanaman berwarna
hitam atau lumpur. Sedangkan nilai indeks diversitas tinggi (>2.5) tersebar di titik-
titik lokasi bagian tengah antara muara sungai dan gugus-gugus karang kecuali
dua titik lokasi (BRAU05-10 dan BRAU05-02) yang mempunyai nilai indeks
diversitas sangat tinggi (>3.5).
Hasil determinasi ostracoda, di daerah penelitian dijumpai 79 spesies (Tabel
Hasil Analisa Mikrofauna dan Foto 8) dan ada beberapa spesies dijumpai sangat
melimpah pada titik-titik lokasi tertentu sebagai berikut:
• Borneocythere paucipunctata, melimpah (25-50 spesimen) pada titik lokasi
BRAU05-10) dan sangat melimpah (>50 spesimen) pada titik lokasi
BRAU05-06.
• Bythoceratina paiki melimpah pada titik lokasi BRAU05-06
• Neomonoceratina bataviana melimpah pada titik lokasi BRAU05-06
• Keijella japonica melimpah di BRAU05-05
• Cytherella semitalis dijumpai melimpah pada titik lokasi BRAU05-18.
• Phlyctenophora orientalis (ditemukan melimpah pada titik lokasi BRAU05-03
dan BRAU05-18
• Paranesidea sp. ditemukan sangat melimpah di BRAU05-21
• Bythocytheropteron alatum melimpah di BRAU05-02)
31
Foto 8. Beberapa genera ostracoda di perairan sekitar Berau: 1.Bairdopillata, 2. Paranesidea, 3. Polycop, 4. Keijella, 5. Foveoleberis
6. Foveoleberi, 7. Cytherella; 8. Cytherelloidea; 9. Pistocythereis. 10. Bythoceartina11. Bythocytheropteron 12. Borneocythere 13. Paracypris
14. Macrocypris., 15. Phlyctenophora; 16. Keijella., 17. Neomonoceratina 18. Cytheropteron; 19. Quadracythere; 20. Neoxytheretta; 21. Caudites.
1 2 3
4 5 6
7 89
1011
12
13 14 15
16 17 18
19 20 21
32
Dari hasil analisis sturuktur komunitas ostracoda diatas tampak bahwa
ostracoda dijumpai sangat melimpah dan mempunyai jumlah spesies yang cukup
bervariasi di laut lepas. Sedangkan mikrofauna di sekitar Delta Berau ditemukan
dalam jumlah yang sedikit dan umumnya merupakan spesies air laut. Ada 3
spesies ostracoda penciri daerah transisi antara air laut dan tawar, dua spesies
dari genus Myocyprideis yang hanya ditemukan dalam jumlah sangat jarang
diantara sisa-sisa tanaman. Hal yang cukup menarik adalah ditemukannya
beberapa spesimen dari Alataconcha pterogona di daerah penelitian. Spesies ini
dipercaya merupakan spesies endemik di Laut China Selatan yang kemungkinan
terbawa arus menunju daerah penelitian.
Dari hasil pengamatan foraminifera secara sepintas tampak bahwa
foraminifera bentik lebih dominan dibandingkan dengan foraminifera plangton.
Foraminifera bentik dijumpai sangat melimpah dan mempunyai banyak spesies
ditmeukan pada titik lokasi BRAU05-21. Titik lokasi ini dicirikan oleh keterdapatan
secara melimpah dari beberapa genera seperti Operculina, Calcarina,
Baculogypsina, Amphistegina, Spiroloculina, Quinqueloculina, Elphidium, dan
Textularia. Foraminifera besar yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang
dijumpai dalam kondisi pengawetan sangat bagus dan dalam jumlah sangat
melimpah.
Dari data penelitian ostracoda diatas menunjukkan bahwa pengaruh daratan dan
lautan berdampak pada struktur komunitas ostracoda di daerah penelitian. Hal ini
dapat dilihat dari keterdapatan ostracoda yang sangat jarang di sekitar sungai
Berau namun masih dijumpai beberapa spesimen ostracoda laut di sekitar sungai,
tepatnya pada titik lokasi HC23 dan HC24. Pengaruh daratan juga dapat dilihat
dari keterdapatan material organik berupa sisa-sisa tanaman pada titik-titik lokasi
sekitar muara sungai maupun di lepas pantai. Di lingkungan sekitar terumbu
karang didominasi oleh keterdapatan genera dari Subfamili Baiirdinae
(Bairdopillata dan Paranesidea), dan foraminifera bentik (Calcarina, Operculina
dan Amphistegina) sebagai penciri lingkungan tersebut. Namun bila dilihat dari
posisinya, titik-titk lokasi yang banyak mengandung
33
mikrofauna spesifik tersebut terletak cukup jauh dari pulau-pulau karang, seperti
karang Malalalungan, P. Semama, kecuali BRAU05-18 yang terletak sekitar P.
Derawan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa telah terjadi akumulasi mikrofauna
akibat terbawa oleh arus dimana habitat sebenarnya di sekitar gugus-gugus
karang menuju titik-titik lokasi tersebut.
4.8 Unsur-unsur Utama
Analisa dengan metode AAS ini dilakukan hanya pada fraksi sangat halus
yang lempung atau lumpur. Hal ini untuk menghindari kesalahan penafsiran kadar
unsur utama pada sedimen insitu. Pada tabel hasil analisa AAS (lihat Lampiran
Tabel Kadar (%) Unsur-unsur Utama), terlihat sebaran oksida unsur-unsur
penentu yang dapat dijadikan indikator bagi stabilitas suatu mineral terhadap
pelapukan kimiawi. Dalam kaitannya dengan media air laut dan juga air meteorik
di daerah aliran sungai Berau maka unsur-unsur penting tersebut adalah: SiO2,
CaO, Al2O3, Fe2O3-FeO, dan MgO. Sebaran dari unsur-unsur tersebut dapat
diinterpretasikan sebagai indeks energi transport juga dan stabilitas mineral
terhadap pelapukan yang berhubungan dengan asal batuan (provenance).
Dari hasil analisa unsur utama terlihat bahwa konsentrasi CaO lebih
terkumpul di utara daerah selidikan. Hal ini sangtlah wajar mengingat di utara
banyak terdapat sumber batuan karbonat berupa terumbu-terumbu karang.
Penyebaran agak ke timur dan sedikit ke selatan dikarenakan litoogi karbonat
yang mudah larut air dan tertransport.
SiO2 secara kualitatif teramati lebih menyebar ke segala arah terutama
dekat dengan mara sungai. Hal ini dikarenakan tingkat kestabilan yang masih
tinggi untuk mineral silikat atau kuarsa. Hanya energi arus yang rendah yang tak
dapat mentransportnya ke tempat-tempat lebih jauh dari tinggian Maratua. Dari
sumber batuan di daratan unsur ini sangat potensial untuk diproduksi,
dikarenakan pada formasi-formasi batuan yang melampar di atas daerah aliran
sungai Berau terdapat banyak jenis batuan yang memungkinkan menghasilkan
unsur ini, seperti anesit, aglomerat, kuarsa, dan lainnya lagi.
34
Alumunium sering berasosiasi dengan mineral lempung, bahkan
merupakan unsur pembentuk utamanya. Sehingga unsur ini pada fraksi lempung
sangatlah mudah dijumpai. Di selatan dan dekat mulut sungai Berau unsur ini
lebih bayak tersebar dibandingkan di utaranya. Hal ini dikarenakan di utara lebih
berkembang mineral sedimen karbonat yang umumnya lebih berat sehingga
menghalangi transport unsur alumunium ini.
Logam berat lainnya yaitu besi dan magnesium, sering dijadikan indikator
bagi kehadiran sedimen terigenus. Perbandingannya dengan unsur kalsium,
dijadikan pertanda bagi dominannya rezim laut atau fluviatil. Di daerah selidikan
teramati logam ini lebih terkonsentarsi di dekat lobe-lobe delta Berau. Ini berarti
pada lokasi-lokasi tersebut terdapat sumber terigen yang lebih dekat.
4.9 Mineral Lempung Sedimen Permukaan dasar Laut
Dari lampiran resume hasil analisa kualitatif mineral lempung sedimen
permukaan dasar laut Perairan Pantai Muara Sungai Berau (lihat lampiran 11),
terlihat bahwa terdapat empat jenis mineral lempung yaitu : Monmorilonit, Ilit,
Smektit dan Scheelite. Selebihnya adalah yang terinterpretasi sebagai karbonat
dan kuarsa. Monmorilonit dan Ilit adalah dua mineral lempung yang dominan.
Keterdapatan secara dominan mineral Monmorilonit ⎨[Si7.71]IV [Al4-xMgx]
IV
O20(OH)4R2+ x/2nH2O⎬ dan Ilit ⎨[Si7Al]IV[Al3.5 R2+0.5]
IVO20(OH)4K1.5⎬ dapat
diinterpretasikan sebagai transportasi dari daratan atau sedimen terigenus, baik
melalui Sungai Berau ataupun transportasi laut Utara – Selatan. Hal ini
dikarenakan keduanya termasuk golongan mika dengan komposisi unsur yang
mengandung natrium, kalium dan magnesium. Demikian pula dengan smektit
⎨[Si8-yAly]IV [Mg6-zR3+z]
IV O20(OH)4R2+ x/2H2O⎬ yang kemudian dapat berubah
menjadi monmorilonit melalui pelapukan kimiawi (van Ranst, E., 1995).
Sedangkan pelapukan tersebut hanya efektif bila terjadi di alam terbuka dengan
sinar matahari yang cukup tanpa ditutupi kolom air laut. Jadi harus terjadi di
daratan.
Penyebaran kedua mineral dominan tersebut cukup merata ke segala
penjuru. Namun pada mulut muara sungai lebih terlihat bahwa komposisi
35
monmorilonit sangat dominan mencapai 27%. Hal ini juga memperkuat penafsiran
bahwa sumber mineral tersebut lebih berasal dari daratan.
Mineral karbonat dan kuarsa yang berukuran lempung yang terdeteksi pada
analisa ini sangat mungkin berasal dari gugusan kepulauan koral yang ada di
daerah selidikan. Sedangkan kuarsa juga sebagai tanda bagi stabilitas mineral
terigenus.
36
BAB V
KESIMPULAN
Dilihat dari geomorfologi dasar laut dan interpretasi rezim arus yang
berkembang daerah penyelidikan merupakan lingkungan pengendapan kombinasi
antara delta dan estuary. Kontrol struktur tektonik dan fluktuasi musim di darat
adalah dua hal yang dominant membentuk satuan geomorfologi moderen perairan
muara sungai Berau ini.
Batimetri daerah studi terbagi menjadi 4 satuan geomorfologi: dataran
delta front – pro dela, dataran transisi, dataran yang lebih dalam dan dataran
dasar cekungan luar. Secara umum membentuk anak-anak tangga dengan batas-
batas berupa lereng sempit terjal dan memanjang berarah umum baratlaut –
tenggara.
Jenis rekaman seismik yang akan dijadikan dasar bagi interpretasi lapisan
horizon terdiri dari tiga: lapiran sejajar dan memanjang, tidak sejajar dan putus-
putus dan kombinasi keduanya. Lapisan isopach horizon paling atas umumnya
terkonsentrasi pada setiap tengah sub-sub cekungan baik sub-sub cekungan yang
agak besar seperti Sub-cekungan Muara maupun cekungan diantara pulau-pulau
di utara daerah selidikan.
Sebaran sediment permukaan dasar laut umumnya terdiri dari fraksi halus
sampai pasir. Keadiran kerikil di beberapa tempat dikarenakan terdapatnya
summer sediment terumbu karang pada tinggian zona sesar Maratua. Yang
terbesar pelamparanya adalah sediment pasir (S) dan yang terkecil adalah pasir
lanauan (zS).
Sebaran lateral dan vertikal dari mineral logam / berat yang didasarkan
pada hasil analisa mineral berat dan suseptibilitas magnetik, lebih menunjukkan
adanya peran energi transport dan jarak terhadap sumber batuannya. Variasi
vertikal menunjukkan variasi intensitas energi transport fluviatil dan laut.
Mikrofauna yang terdiri dari Ostracoda dan Foraminifera umumnya lebih
melimpah kearah laut lepas dan sedikit dijumpai dekat muara dengan spesies laut.
Hal ini menunjukkan terdapatnya peran air dari daratan dan laut.
41
Unsur yang dominan adalah silikat, kecuali pada daerah utara yang lebih
banyak karbonatnya. Unsur-unsur logam sangat kecil dan umumnya hanya
terkonsentrasi dekat-dekat sedimen terigenus.
Mineral-mineral lempung sedimen permukaan dasar laut yang terdapat di
daerah selidikan dimulai dari yang paling dominan adalah monmorilonit, ilit, dan
smektit. Mineral lempung ini tersebar hampir merata di semua tempat. Mineral
lainnya yang terdeteksi sebagai ukuran lempung adalah karbonat dan kuarsa.
42
DAFTAR PUSTAKA
Darman, H., Sidhi, H., editor;2001, The Outline of Indonesian Geology,
Penerbit IAGI, Jakarta. Dewi, K.T. and Illahude, D.; 2005; Ostracoda from Off Derawan Island, East
Kalimantan. Bulletin of Marine Geology 20(1): 1-14. Efendi, L., 1993. Selat Makasar merupakan wilayah kompleks antara
perairan bagian barat dan timur. Proceedings of the 22nd Annual Convention of The Indonesian Association of Geologists. 950-961
Gustiantini, L., Dewi, K.T., and Illahude, D.; 2005; Perbandingan Foraminifera
Bentik dan Plangtonik (P/B ratio) di Perairan Sekitar Pulau Derawan, Kalimantan Timur, Proceeding of Joint Convention The 30th HAGI-34th, IAGI and The 14th PERHAPI Annual Converence and Exhibition, Surabaya: 341-348.
Lentini, Darman, H.; 1996; Geological Map of Tarakan Basin, Bulletin of
Indonesian Petroleum Association. IPA Publishing. Jakarta. Roberts, H.H., Sydow, J.; 1996; The Offshore Mahakam Delta: Stratigraphic
Respons of Late Pleistocene-to-Modern Sea Level Cycle, Proceeding 25th Silver Anniversary Convention of IPA, Jakarta.
Situmorang, R.I., Burhan, G.; 1995; Peta Geologi Lembar Tanjung Redeb,
Kalimantan Timur, Skala 1:250000; P3G-DGSDM DESDM RI. Sukardi B., Djamal, S., Supriatna, S., Santosa, S.; 1995; Peta Geologi Lembar
Muaralasan, Kalimantan Timur, Skala 1:250000; P3G-DGSDM DESDM RI.
43
DATA PENGAMBILAN SAMPEL DAERAH : PERAIRAN BERAU DAN SEKITARNYA, KALIMANTAN TIMUR WAKTU : OKTOBER 2005 KATIM : Ir. DUDDY ARIFIN SR, DEA
No
Urut
Tanggal
No. Contoh
X
Y
Kedalaman
(M)
Panjang
(Cm)
Alat
Litologi
1 16/10/05 Berau-05.01 687880.8 194726.8 335 Dlm plastik Gc Pasir 2 Berau-05.02 658894.1 195230.2 51 53 Gc Pasir lanauan 3 Berau-05.03 637964.4 195393.8 39 124 Gc Lempung 4 Berau-05.04 622437.6 195336.1 8 102 Gc Lempung 5 Berau-05.05 617797.4 211837.9 7 53 Gc Lempung 6 17/10/05 Berau-05.06 639971.2 211774.2 44 56 Gc Lempung 7 Berau-05.07 472462.5 212011.2 130 Dlm plastik Gc Pasir halus 8 Berau-05.08 685738.2 277962.3 362 Dlm plastik Gc Pasir halus 9 Berau-05.09 666277.6 277380.8 263 Dlm plastik Gc Pasir kasar 10 Berau-05.10 636795.8 227606.6 48 120 Gc/Air Lempung 11 Berau-05.11 623965.1 227486.4 10.5 101 Gc/Air Lempung 12 Berau-05.12 438587.5 239024.1 64 81 Gc Lempung 13 Berau-05.13 438587.5 239024.1 34 74 Gc Lempung 14 Berau-05.14 661007.6 239024.9 330 Dlm plastik Gc Pasir lempungan 15 Berau-05.15 656469.1 249027.7 370 Dlm plastik Gc Pasir lempungan 16 Berau-05.16 653909.3 258095.2 390 Dlm plastik Gc Pasir lempungan 17 18/10/05 Berau-05.17 618476.8 244384.3 6 Dlm plastik Gc Pasir kasar 18 Berau-05.18 629607.8 249242.4 23 104 Gc/Air Lempung 19 Berau-05.19 637359.1 251639.9 52 Dlm plastik Gc Pasir 20 22/10/05 Berau-05.20 683232.8 250039.3 348 Dlm plastik Gc/Air Pasir 21 Berau-05.21 653282.5 219560.8 43 82 Gc/Air Pasir lempungan 22 23/10/05 Berau-05.22 629723.7 218904.3 38 174 Gc/Air Lempung 23 Berau-05.23 607289.8 239343.8 7 Gc/Air Lempung 24 Berau-05.23A 117°55´40.2" 02°10´19.1" 1 178 Hc Lempung 25 Berau-05.24 593789.8 223831.8 16 191 Gc/Air Lempung 26 Berau-05.24A 117°51´14.3" 02°01´26.1" 0.5 205 Hc Lempung 27 24/10/05 Berau-05.25 669346 235890.4 218 Dlm plastik Gc/Air Pasir 28 Berau-05.26 657003.1 230365.9 39 Dlm plastik Gc/Air Pasir 29 Berau-05.27 661359.7 212796 25 Dlm plastik Gc/Air Pasir
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-18 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 629607.8 Kedalaman Air (m) : 23
Y: 249242.4 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 18/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
. - . - . - . - . * 0 Zona oksidasi. Lanau, light olive grey ( 5Y 6/2)3 - . - . - . - . -
. - . - . - . - .- . - . - . - . - * 8 Lanau pasiran, olive (5Y 5/2)
10 . - . - . - . - .- . - . - . - . -. - . - . - . - .
16 . . . . . . . . . Pasir, putih, hitam, sedang - sangat halus, pecahan moluska,. - . - . - . - . klastik
20 - . - . - . - . -. - . - . - . - .- . - . - . - . -. - . - . - . - .
29 . . . . . . . . . . Pasir, putih, hitam, sedang - sangat halus, pecahan moluska,30 . - . - . - . - .
- . - . - . - . -. - . - . - . - .
35 . . . . . . . . . . Pasir, putih, hitam, sedang - sangat halus, pecahan moluska,. - . - . - . - .. - . - . - . - .
56,5 . . . . . . . . . . Pasir, putih, hitam, sedang - sangat halus, pecahan moluska,. - . - . - . - .
60 - . - . - . - . -61 . . . . . . . . . . Pasir, putih, hitam, sedang - sangat halus, pecahan moluska,
- . - . - . - . -80 . - . - . - . - .81 - - - - - - Lempung, olive, (5Y 5/2)
. - . - . - . - .85 - . - . - . - . - * 84
. - . - . - . - .- . - . - . - . -
104 . - . - . - . - .
*
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-21 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 653282,5 Kedalaman Air (m) : 43
Y: 219560,8 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 22/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
.- . .- . . * 0 Pasir lempungan, olive, top: 5Y 6/2, 5Y 5/2.3 - . .- . .-
.- . .- . . 3 cm: spots berupa pasir halus, karbonat, cangkang moluska, foram,10 - . .- . .- pecahan koral.11 .- . .- . . * 12 11 cm: spots berupa pasir halus, karbonat, cangkang moluska, foram
- . .- . .- pecahan koral..- . .- . .- . .- . .- * 52
.- . .- . .80 - . .- . .- banyak mengandung pelecypoda berukuran 2 cm
*
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-12 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 438587,5 Kedalaman Air (m) : 64
Y: 239024,1 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 17/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
- - - - - - * 0 Lempung, dark grey, 5Y 5/23 - - - - -
- - - - - - 3 cm: spot karbon, hitam - - - - -
10 - - - - - - Lempung, olive, 5Y 5/1, gradasi - - - - - * 12- - - - - -
15 - - - - - 15 cm: spot karbon, hitam- - - - - -
20 - - - - -- - - - - -
24 - - - - -- - - - - - 27 cm: spot karbon, hitam
27 - - - - -30 - - - - - -
- - - - -- - - - - - - - - - - Lempung, olive, 5Y 5/2, gradasi
39 - - - - - - 39 cm: spot karbon, hitam40 - - - - -
- - - - - - * 41- - - - - - Lempung, dark grey, 5Y 4/1 - - - - -- - - - - -
75 - - - - - 75 cm: spot karbon, hitam- - - - - -
80 - - - - -- - - - - - Lempung, olive, (5Y 5/2)
84 - - - - - * 83
*
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-04 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 622437,6 Kedalaman Air (m) : 8
Y: 195336,1 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 16/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN1 - - - - - - * 0 Lempung, olive brown, 2,5Y 4/3
- - - - -5 - - - - - - * 5 Lempung, olive grey, 5Y 4/28 - - - - - 5 - 8 cm: spot karbon, hitam
10 - - - - - -- - - - - -
28 - - - - - 28 cm: spot karbon, hitam30 - - - - - - Lempung, dark grey, 5Y 4/1
- - - - -50 - - - - - -
- - - - -53 - - - - - - 53 - 55 cm: spot karbon, hitam55 - - - - -
- - - - - * 77- - - - - -
100 - - - - -
*
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-03 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 637964.4 Kedalaman Air : 39
Y: 195393.8 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 16/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
0,5 - - - - - - * 0 Lempung, light olive brown (2,5Y 5/3) - - - - -- - - - - -
20 - - - - - Lempung, olive grey, 5Y 5/2, mengandung fragmen pecahan molusk- - - - - - hancur - - - - - - - - - -
50 - - - - - - * 50 - - - - -
124 - - - - -
k
*
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-13 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 438587,5 Kedalaman Air (m) : 34
Y: 239024,1 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 17/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
- - - - - - Lempung, olive grey, 5Y 5/2, mengandung fragmen koral dan molus - - - - - 1 - 5 cm- - - - - -- - - - - - - - - - - * 29,5
30 - - - - - -75 ⎯⎯⎯⎯⎯
*
t
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-06 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 639971,2 Kedalaman Air (m) : 44
Y: 211774,2 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 17/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN1 - . - . - . - * 0 Lanau pasiran, grayish brown, 2,5Y 5/4. Pasir mengandung karbona
. - . - . - . - moluska- . - . - . -. - . - . - . -
10 - . - . - . - Lanau, olive grey, 5Y 5/2, cangkang pelecypoda, pasir. - . - . - . -
55 ⎯⎯⎯⎯⎯
d
*
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU 2005-05 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 617797,4 Kedalaman Air (m) : 7
Y: 211837,9 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 16/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
. - . - . - . - . * 0 Lanau, dark olive grey, 5Y 3/2, mengandung bahan organik berupa - . - . - . - . - pecahan cangkang. - . - . - . - .. - . - . - . - .- . - . - . - . -
25 . - . - . - . - . * 25. . - . . . . - . .
30 . - . - . - . - . Lanau pasiran, olive grey, 5Y 4/3, mengandung bahan organik hitam. . . - . - . . . . cangkang. - . - . - . - .- . - . - . - . -- . - . - . - . -
50 . . . . - . - . -- . - . - . - . -
54 . - . - . - . - . * 54
a
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-05 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 617797,4 Kedalaman Air (m) : 7
Y: 211837,9 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 16/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
. - . - . - . - . * 0 Lanau, dark olive grey, 5Y 3/2, mengandung bahan organik daun hit- . - . - . - . - cangkang.. - . - . - . - .- . - . - . - . -
10 . - . - . - . - .- . - . - . - . -. - . - . - . - .- . - . - . - . -. - . - . - . - .
20 - . - . - . - . -. - . - . - . - .- . - . - . - . -
25 . - . - . - . - . * 25- . - . - . - . -
30 . . - . - . - . . . Lanau pasiran, olive grey, 5Y 4/3, mengandung bahan organik hitam- . - . - . - . - cangkang. - . - . - . - .. . . . - . - . - .. - . - . . . . . -
40 - . - . - . - . -. . - . - . - . -- . - . - . - . -. - . - . - . - .. . . - . . - . - .
50 . - . - . - . - .. . - . - . - . . .
54 . - . - . - . - . * 54
*
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-05 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 617797,4 Kedalaman Air (m) : 7
Y: 211837,9 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 16/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
. - . - . - . - . * 0 Lanau, dark olive grey, 5Y 3/2, mengandung bahan organik daun hia- . - . - . - . - cangkang. - . - . - . - .- . - . - . - . -
10 . - . - . - . - .- . - . - . - . -. - . - . - . - .- . - . - . - . -. - . - . - . - .
20 - . - . - . - . -. - . - . - . - .- . - . - . - . -
25 . - . - . - . - . * 25- . - . - . - . -
30 . - . - . - . . . Lanau pasiran, olive grey, 5Y 4/3, mengandung bahan organik hitam- . - . - . - . - cangkang. - . - . - . - .. . . . - . - . - .. - . - . - . - .
40 - . - . - . - . -. - . - . - . - .- . - . - . - . -. - . - . . . . . .- . - . - . - . -
50 - . - . - . - . -. . . . . . - . - .
54 - . - . - . - . - * 54
*
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-22 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 629723,7 Kedalaman Air (m) : 38
Y: 218904,3 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 23/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN1 - - - - - - * 0 Lempung, light olive brown, 2,5Y 5/4, zona oksidasi.
- - - - -- - - - - - - - - - -
10 - - - - - - Lempung, grey, 5Y 5/1, mengandung fragmen cangkang 0,5 cm - - - - -- - - - - - - - - - -- - - - - -
50 - - - - - 52 cm: fragmen kayu busuk, 2 cm- - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - -
126 - - - - - - 126 cm: karbon - - - - -- - - - - - - - - - -- - - - - -
155 - - - - - 155-165 cm: pasir putih, sedang-kasar, pecahan cangkang + koral.- - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - -
173 - - - - - - 173-174 cm: pasir karbonat174 - - - - -
- - - - - -
e
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-10 Kapal : Geomarin IPosisi UTM) : X: 636795,8 Kedalaman Air (m) : 48
Y: 227606,6 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 17/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
0,5 - - - - - - * 0 Lempung, light olive brown, 5Y 2,5/1. - - - - -- - - - - - - - - - -
10 - - - - - - - - - - - * 11- - - - - - - - - - -- - - - - -
20 - - - - -- - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - 28 cm: bahan organik berwarna putih, bulu (?), lempung abuabu (gr
30 - - - - - - * 28 mengandung sedikit fragmen cangkang. - - - - -- - - - - - - - - - -- - - - - -
95 - - - - - Pelecypoda utuh, 3 m.- - - - - - - - - - -
121 - - - - - - - - - - -
a
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-23 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 607289,8 Kedalaman Air (m) : 7
Y: 239343,8 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 23/10/205 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
0,5 . - . - . - . - . * 0 Lanau, olive, 5Y 4/3, mengandung spot hitam.4 - . - . - . - . - 4 cm: Remah kayu, coklat hitam, 2 cm.
. - . - . - . - .- . - . - . - . -
10 . - . - . - . - . Lanau pasiran, dark olive grey, 5Y 3/1.. - . - . - . - .
36 - . - . - . - . - 36 cm: Remah kayu, coklat hitam, 2 cm.- . - . - . - . - Lanau pasiran, dark olive grey, 5Y 3/1.. - . - . - . - .- . - . - . - . -. - . - . - . - .
60 - . - . - . - . - * 60. - . - . - . - .- . - . - . - . -. - . - . - . - .- . - . - . - . -
70 . - . - . - . - . dijumpai kantong-kantong pasir, lapisan-lapisan pasir putih -hitam, h- . - . - . - . - mengandung pecahan cangkang.. - . - . - . - .
114 . - . - . - . - . 114 cm: Remah kayu, hitam coklat, 2 cm.- . - . - . - . - * ## 116 cm: remah kayu.
130 . - . - . - . - . 130 cm: Remah kayu, hitam coklat, 2 cm.- . - . - . - . -
142 . - . - . - . - .
*
a
k
e
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-24 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 593789,8 Kedalaman Air (m) : 16
Y: 223831,6 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 23/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN2 - - - - - - * 0 Lempung, dark greyish brown, 2,5Y 4/2, mengandung bercak-berca
- - - - - menunjukkan oksidasi.- - - - - -
30 - - - - - - - - - - - Lempung, dark greyish brown, 2,5Y 4/2, bergradasi, spot hitaam, bio- - - - - - - - - - - * 35
80 - - - - -- - - - - - Lempung, very dark greyish brown, 2,5Y 3/2, gradasi, batas bawah t - - - - - karbon, cangkang 2 mm.- - - - - -- - - - - -
147 . . . . . - - - Pasir kasar lempungan, grey, 5Y 5/1, batas atas dan bawah tegas, k150 . . - - . . . . . cangkang, cangkang moluska 1 - 4 mm.152 . . . . - - . . . * ##
- - - - - - - - - - - Lempung berlapis, grey. 5Y 5/1, homogen, flek hitam. Bioturbasi- - - - - -
192 - - - - - -
*
m
h
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-23A Kapal : Geomarin IPosisi : 117051'14.3"BT Kedalaman Air (m) : 1
02001'26.1"LU Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 23/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
- - - - - - * 0 Lempung, olive brown, 2,5Y 4/4, banyak spot material organik hitam - - - - - mengandung fragmen moluska, bioturbasi.- - - - - -
70 - - - - - - - - - - - Lempung pasiran, olive grey, 5Y 4/2, flek hitam, pasir sangat halus, - - - . . . . bivalvia berwarna putih, utuh, berukuran5cm - - - - -
78 . . . - - - - 80 - - - - -
- - - - - - - - - - - Lempung, olive brown, 2,5Y 4/4, banyak spot material organik, hitam- - - - - - mengandung fragmen moluska, bioturbasi.
88 - - - - -90 . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - - - . Pasir lempungan, very dark grey, 5Y 3/1, sangat halus, tersusun ole
100 . . . . - - . . . * 99 terigen (volkanik?), bioturbasi.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . * ##. . . . . . . . . .
140 . . . . . - - -. . . . . . . . . . * ## . . . . . . . . .
174 . . . . . . . . . .
*
k
t
g
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-24A Kapal : Geomarin IPosisi : 117051'14.3" Kedalaman Air(m) : 0,5
02001'26.1" Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 23/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
- - - - - - * 0 Lempung, olive brown, 2,5Y 4/4, spot karbon, mengandung fragmen - - - - - moluska, bioturbasi.- - - - - - - - - - -- - - - - - Lempung, dark greyish brown, 2,5Y 4/2, mengandung fragmen cang
20 - - - - - cangkang- - - - - -- - - - - - - - - . . . Lempung pasiran, very dark greyish brown, 2,5Y 3/2, spot hitam, bio
90 - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - - - Lempung, black, 2,5Y 3/0, bioturbasi, mengandung banyak cangkan - - - - - 1 mm - 1 cm.- - - - - - - - - - - * ##
192 - - - - -
*
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-11 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 623965,1 Kedalaman Air (m) : 10,5
Y: 227486,4 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 17/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
0,5 - - - - - - * 0 Lempung, dark greyish brown, 2,5Y 4/2, teroksidasi. - - - - -- - - - - - - - - - - Lempung lanauan, very dark greyish brown, 2,5Y 3/2.- - - - - - - - - - -
78 - - - - - - 78 cm: flek/spot hitam, fragmen karbonat, 1 mm.80 - - - - -
- - - - -- . - . - . - . - Lempung lanauan, very dark greyish brown, 2,5Y 3/2. - - - - -- - - - - -
100 - - - - -
*
c
n
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTANPEMERIAN CONTOH SEDIMEN PENGINTI JATUH BEBAS
DAERAH PERAIRAN: DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR
No. Contoh : BRAU05-02 Kapal : Geomarin IPosisi (UTM) : X: 658894,1 Kedalaman Air (m) : 51
Y: 195230,2 Geologiwan : D.A.S. RanawijayaTanggal : 16/10/2005 Wahyu Hantoro
cm0 LITOLOGI PEMERIAN
. . . . . - - - . * 0 . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . Pasir lempungan, grey, 5Y 5/1, sangat halus, mengandung fragmen . . . . . . . . . . moluska berukuran 0,5 - 2 mm, dan material terigenus
10 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . Pasir lempungan, dark olive grey, 5Y 3/2, sangat halus, pecahan ca . . . . . . . . . .
50 . . . - - - - . . . . . . . . . . * 51
53 . . . . . . . . . .
*
ANALISA : MINERAL BERAT DAERAH : PERAIRAN BRAU DAN SEKITARNYA – KALIMANTAN TIMUR KA.TIM : Ir. DUDDY ARIFIN S.R,DEA WAKTU : OKTOBER 2005
Nomor Berat 3 Phi Hasil Ket
Urut Contoh Asal 3 Phi Magnit Non Mag Di
Bromoform MB 1 Berau-05.01 100.0 2.2484 0.6722 1.5762 1.5762 0.0010 2 Berau-05.02 100.0 2.4919 0.3803 2.1116 2.0006 0.0025 3 Berau-05.03 100.0 0.3194 0.0065 0.3129 0.3129 0.0006 4 Berau-05.04 100.0 0.0540 0.0000 0.0540 0.0540 0.0000 5 Berau-05.05 100.0 1.0840 0.3906 0.6934 0.6934 0.0009 6 Berau-05.06 100.0 1.3455 0.2118 1.1337 1.1337 0.0005 7 Berau-05.07 50.0 5.7838 0.5928 5.1910 2.0005 0.0012 8 Berau-05.08 0.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 9 Berau-05.09 50.0 0.1496 0.0214 0.1282 0.1282 0.0012
10 Berau-05.10 100.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 11 Berau-05.11 100.0 0.2550 0.0980 0.1570 0.1570 0.0007 12 Berau-05.12 100.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 13 Berau-05.13 100.0 0.8509 0.0075 0.8434 0.8434 0.0015 14 Berau-05.14 100.0 8.0370 0.3729 7.6641 2.0000 0.0017 15 Berau-05.15 100.0 4.2279 0.4052 3.8227 2.0006 0.0025 16 Berau-05.16 100.0 1.8639 0.5133 1.3506 1.3506 0.0019 17 Berau-05.17 100.0 12.4203 0.9526 11.4677 2.0008 0.0024 18 Berau-05.18 100.0 1.5240 0.2424 1.2816 1.2816 0.0030 19 Berau-05.19 100.0 10.6164 0.0075 10.6089 2.0006 0.0005 20 Berau-05.20 0.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 21 Berau-05.21 100.0 1.4580 0.0593 1.3987 1.3987 0.0028 22 Berau-05.22 100.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 23 Berau-05.23 100.0 3.5933 1.3006 2.2927 2.0004 0.0021 24 Berau-05.24 100.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 25 HC23A 100.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 26 HC24A 100.0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 27 Berau-05.25 50.0 4.8271 0.0606 4.7665 2.0045 0.0015 28 Berau-05.26 100.0 0.8043 0.0226 0.7817 0.7817 0.0007 29 Berau-05.27 100.0 1.4187 0.0006 1.4181 1.4181 0.0005
A A
Tabel 1. Ostracoda di dasar perairan sekitar Berau
No.
Spesies Ostracoda BR
AU
05-0
2
BR
AU
05-0
3
BR
AU
05-0
4
BR
AU
05-0
5
BR
AU
05-0
6
BR
AU
05-1
0
BR
AU
05-1
1
BR
AU
05-1
3
BR
AU
05-1
8
BR
AU
05-2
1
BR
AU
05-2
2
BR
AU
05-2
3
BR
AU
05-2
4
BR
AU
05-H
C23
BR
AU
05-H
C24
BR
AU
05-1
2
1 Actinocythereis scutigera 6 1 1 32 Alataconcha pterogona 4 3 13 Alocopocythere guojoni 1 1 24 Alocopocythere kendengensis 3 1 15 Argilloecia sp 1 5 1 16 Atjehella semiplicata 17 Bairdopillata paracratericola 12 28 Bairdopillata parralcyanicola 2 269 Borneocythere paucipunctata 23 73 30
10 Bythoceratina hastata 5 1 811 Bythoceratina nelae 4 212 Bythoceratina paiki 11 2 1 36 3 113 Bythocytheropteron alatum 31 1 15 1 114 Callistocythere sp. 2 215 Caudites sp. 1 316 Copytus posterosulcus 117 Coquimba sp. 4 2 218 Cushmanidea subjaponica 119 Cypheropteron sinense 920 Cytherella cf. C. semitalis 3 11 14 221 Cytherella incohota 5 10 1 9 1 2 2 122 Cytherella semitalis 13 15 2 4 13 1 27 123 Cytherelloidea cingulata 7 3 1 7 7 524 Cytherelloidea leroyi 125 Cytherelloidea malaysiana 1 126 Cytheropteron miurense 4 127 Cytheropteron pulchinella 128 Foveoleberis brevirostrata 1 4 2 829 Foveoleberis cypraeoides 23 0 1 19 830 Hemicytheridea cf. H. reticulata 2 4 2 231 Hemicytheridea reticulata 11 2 4 8 2 2 11 232 Hemikrithe orientalis 1 1 1 3 1 1 133 Henryhowella keutapangensis 2 2 434 Keijella japonica 7 27 1 235 Keijella kloempritensis 1 11 736 Keijella multisulcus 6 637 Keijella reticulata 6 2 238 Keijia demissa 1 239 Keijia labyrinthica 2 240 Lanckacythere multifora 141 Loxoconcha paiki 142 Loxoconcha sp. 2 143 Macrocypris decora 1 2444 Mutilus sp. 1 1 145 Mutilus sp. 2 146 Myocyprideis sp. 2 147 Myocyprideis sp. 1 1 248 Neocytheretta adunca 15 7 7 2 149 Neocytheretta novella 350 Neocytheretta snellii 2 6 2 1 751 Neocytheretta spongiosa 2 1 852 Neocytheretta vandijki 1 153 Neomonoceratina bataviana 16 39 2 554 Neomonoceratina delicata 1 655 Neomonoceratina entemon 456 Neomonoceratina indonesiana 2 157 Paracypris sp. 3 1 7
No. contoh
58 Parakrithella sp. 1 1 459 Paranesidea sp. 12 4 1 4660 Phlyctenophora orientalis 14 28 3 2 11 1 1 25 22 961 Pistocythere bradyi 162 Pistocythereis bradyiformis 5 1 6 1 263 Pistocythereis cribriformis 15 16 1 24 4 2 164 Pistocythereis euplectella 2 3 9 6 1 465 Polycope reticulata 266 Pontocyris attenuata 367 Pterygocythere 468 Quadracythere sp. 369 Sinocytheridea bawean 1 1 470 Spinoceratina spinosa 271 Stigmatocythere kingmai 2 172 Stigmatocythere rugosa 1 173 Tanella gracilis 174 Unidentified231 2 11 3 175 Unidentified (Eucytherura) 10 176 Venericythere papuensis 1 177 Xestoleberis hanai 6 678 Xestoleberis communis 15 279 Xestoleberis sp. 3