23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganisme. Makhluk- makhluk halus ini tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekelilingnya. Satu- satunya jalan untuk menyelamatkan diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologik yang turun- temurun (Dwidjoseputro, 2005). Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor- faktor lingkungan. Misal, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, sedang faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia (Dwidjoseputro, 2005). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan bakteri, terutama pengendaliannya, dibutuhkan pengetahuan mengenai teknik-teknik khusus dalam penerapannya. 90

(6) Mikrobiologi Pangan n Lingkungan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yoy

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganisme. Makhluk- makhluk halus ini tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekelilingnya. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologik yang turun-temurun (Dwidjoseputro, 2005).Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Misal, bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, sedang faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia (Dwidjoseputro, 2005). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan bakteri, terutama pengendaliannya, dibutuhkan pengetahuan mengenai teknik-teknik khusus dalam penerapannya.

1.2 Tujuan

Mahasiswa mengetahui metode-metode yang biasa dilakukan dalam pengendalian/kontrol mikroorganisme.

Mahasiswa mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan (faktor fisik dan kimia) dapat pula mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR KIMIA

Di dalam alam yang sewajarnya, jarang-jarang bakteri menemui zat-zat kimia yang menyebabkan ia sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya untuk membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni diri sendiri atau meracuni zat makanan yang diperlukannya. Zat-zat yang hanya menghambat pembiakan bakteri dengan tiada membunuhnya disebut zat antiseptik atau zat bakteriostatik. Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau bakterisida. Untuk menentukan batas-batas antar kedua pengertian bakteriostatik dan bakterisida itu sangatlah sukar, dan kedua pengertian itu tidak berlaku bagi spora-spora dan bagi bakteri tahan asam seperti Mycobacterium tuberculosis (Dwidjoseputro, 2005).

Apakah suatu zat kimia itu merupakan suatu antiseptik ataukah suatu germisida, hal ini kebanyakan kali bergantung kepada persenan konsentrasi dan lamanya kena zat tersebut. Sebagai misal kita ambil fenol; suatu larutan fenol 5% merupakan desinfektan, larutan yang lebih encer daripada itu merupakan suatu antiseptik, sedang larutan yang lebih encer lagi malahan menjadi sumber tenaga alias makanan bagi genus Pseudomonas. Bagaimana sifat kerusakan yang diderita bakteri sebagai akibat dari pekerjaan suatu desinfektan, hal ini belum dapat diketahui seluruhnya. Ada desinfektan yang membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali, tetapi zat-zat kimia seperti basa dan asamorganik menyebabkan hancurnya bakteri; mungkin sekali kehancuran ini akibat dari suatu hidrolisis. Pengaruh zat-zat kimia yang lain lagi belumlah diketahui. Pada umumnya kerusakan bakteri itu dapat dibagi atas 3 golongan, yaitu oksidasi, koagulasi, depresi dan ketegangan permukaan (Dwidjoseputro, 2005). Mikrobiologi Pangan DanLingkunganSetiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya berbeda. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah bakteri, kapang dan khamir .Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsungdengan sumbersumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu, saluran pencernaan, dan pernafasan manusia dan hewan. Namun demikian, hanya sebagian saja dari berbagai sumber pencemar yang berperan sebagai sumber mikroba awal yang selanjutnya akan berkembang biak pada bahan pangan sampai jumlah tertentu.Dalam batasbatas tertentu kandungan mikroba dalam bahan pangan tidak banyak berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tesebut. Akan tetapi, apabila kondisi lingkungan memungkinkan mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat, maha bahan pangan akan rusak karenanya (Sardjono dan Wibowo,1988).Menurut Sardjono dan Wibowo(1988), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan dapat bersifat fisik dan kimia atau biologis.Faktor-faktor tersebut meliputi :a.Faktor intrinsik, merupakan sifat-sifat fisik, kimia, dan struktur yang dimiliki oleh bahan pangan itu sendiri.b.Faktor ekstrinsik yaitu kondisi lingkungan pada penanganan dan penyimpanan bahan pangan, seperti suhu kelembaban, susunan gas di atmosfir.c.Faktor implisit yang merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu sendiri. Faktor ini sangat dipengaruhi oleh susunan biotik mikroba dalam bahan pangan.

d.Faktor pengolahan, karena perubahan mikroba awal sebagai akibat pengolahan bahan pangan (misalnya pemanasan, pendinginan, irradiasi, penambahan bahan pengawet).Faktor IntrinsikMenurut Anonim (2007), faktor intrinsik dalam bahan pangan berupa kandungan nutrisi, pH pangan, potensial reduksi oksidasi, senyawa antimikroba alamiah dalam pangan , dan stuktur biologi.a. Kandungan NutrisiFungsi utama nutrisi adalah sebagai sumber energi, bahan pembentuk sel, dan aseptor elektron di dalam aksi yang menghasilkan energi. Nutrisi yang diperlukan oleh mikroba meliputi air, sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen, sumber aseptor elektron, sumber mineral dan faktor tumbuh.b.Nilai pHHampir semua mikroba tumbuh pada tingkat pH yang berbeda. Sebagian Bakteri tumbuh pada pH mendekati netral (pH 6,5 7,5). Pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8,0 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali bakteri asam asetat (misalnya: Acetobakter suboxydans) yang mampu tumbuh pada pH rendah dan bakteri Vibrio sp yang dapat tumbuh pada pH tinggi (basa). Sebaliknya, khamir menyukai pH 4,0 5,0 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5 8,5. Oleh karena itu khamir dapat tumbuh pada pH rendah di mana pertumbuhan bakteri terhambat. Untuk pertumbuhan kapang memerlukan pH optimum antara 5,0 7,0 tetapi seperti halnya khamir, kapang masih dapat hidup pada kisaran pH yang luas, yaitu antara pH 3,0 8,5.c.Aktifitas AirAktifitas air (water activity = aw) merupakan parameter yang lebih tepat untuk mengukur aktivitas makroba pada bahan pangan. Untuk meramalkan populasi mikroba yang berperan dalam kerusakan bahan pangan sehingga tipe dan bentuk kerusakan yang terjadi diketahui. Selain ituaw dapat digunakan sebagai indikator dalam usaha pengawetan bahan pangan.d.Potensial Reduksi Oksidasi( Redoks )Elektron (reduksi). Potensial reduksi oksidasi sangat berpengaruh terhadap Potensial reduksi oksidasi menunjukan kemampuan substrat untuk melepaskan elektron (oksidasi) atau menerima kehidupan mikroba. Pada mikroba aerob memerlukan potensial redoks positif(teroksidasi) sedangkan pada mikroba anaerob memerlukan potensial redoks negatif(tereduksi).e.Senyawa AntimikrobaBeberapa bahan pangan memeiliki senyawa antimikroba alamiah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Misalnya, laktinin, anticoliform, dan laktoperoksidase yang terdapat dalam susu. Putih telur mengandung lisosim yang merupakan senyawaantimikroba. Rempah-rempah umumnya mengandung eugenol (antimikroba), kayu manis mengandung aldehid siamat yang dapat menghambat kapang dan bakteri .f.Struktur BiologiStuktur biologi seperti lapisan kulit dan kulit pada kacang kacangan , dan kulit buah, berperan mencegah masuknya mikroba kedalam bahan pangan tersebut.Faktor IntrinsikMenurut Nurwanto (1997), faktorfaktor ekstrinsik yang berpengaruh terhadap kehidupan mikroba antara lain suhu, kelembaban, dan susunan gas di atmosfir.a. SuhuSuhu merupakan faktor fisika yang sangat penting pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kegiatan mikroba. Suhu dapat mempengaruhi lamanya fase lag, kecepatan pertumbuhan, konsentrasi sel, kebutuhan nutrisi, kegiatan enzimatis dan komposisi sel. Berdasarkan pada kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) yaitu thermofil, mesofil, psikhofil, dan psikhotrof.Mikroba thermofil ditemukan pada lingkungan yang bersuhu tinggi, misalnya pada kompos, susu, tanah, dan air laut. Mikroba thermofil hanya dapat pada suhu tinggi, sebab enzim-enzim dan protein-proteinnya lebih resisten terhadap panas. Membran sel pada bakteri thermofil banyak mengandungasamasam lemak jenuh yang mempunyai sifat stabil pada suhu tinggi.Semua mikroba patogen dan sebagian besar mikroba penyebab kerusakan pangan tergolong dalam kelompok mikroba mesofil. Mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 00C termasuk kelompok psikhrofil. Kelompok mikroba ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu obligat psikhofil yang memiliki suhu pertumbuhan optimum kurang dari 200C dan fakultatifpsikhrofil yang memiliki suhu pertumbuhan optimum lebih dari 200C.Mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 00C tetapi memiliki suhu pertumbuhan optimum dan maksimum berbeda dengan mikroba psikhrofil disebut mikroba psikhtrof.b.Kelembaban Udara RelatifKelembaban udara relatif berhubungan dengan aktifitas air (aw). Pangan yang mempunyai nilai aw rendah apabila ditempatkan pada lingkungan yang mempunyai kelembaban udara relatif tinggi akan mudah menyerap air. Semakin banyak air yang terserap akan meningkatkan nilai aw sehingga pangan tersebut mudah dirusak oleh bakteri .c.Susunan Gas di AtmosfirBerdasarkan kebutuhan oksigen sebagai aseptor elektron, mikroba dapat dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu mikroba aerob dan mikroba anaerob. Mikroba aerob adalah mikroba yang dapat menggunakan oksigen sebagai sumber aseptor elektron terakhir bioenerginya .Ada 2 (dua) golongan mikroba aerob, yaitu obligat aerob dan mikroaerofilik. Obligat aerob adalah mikroba yang mutlak membuthkan oksigen, sementara mikroaefilik adalah mikroba yang mutlak membutuhkan oksigen, sementara mikroaerofilik adalah mikroba yang memerlukan oksigen dalam jumlah sedikit .Faktor ImplisitMenurut Nurwanto (1997), faktor-faktor impilisit yang terpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba adalah sinergisme dan antagonisme.a.SinergismeSinergisme adalah kemampuan dua atau lebih organisme untuk melakukan perubahan (biasanya perubahan kimia) dimana tanpa adanya kerja sama diantaranya. Faktor faktor yang berkaitan dengan sinegisme adalah nutrisi perubahan nilai pH, pertumbuhan potensial redoks, perubahan aktivitas air. Penghilangan zat anti mikroba dan kerusakan stuktur biologis.b.AntagonismeKematian atau terhambatnya pertumbuhanya suatu organisme yang disebabkan oleh organisme lain yang mempengaruhi lingkungan pertumbuhan organisme pertama disebut antagonisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi antagonisme antara lain penggunan nutrisi, perubahan nilai pH, perubahan potensial redoks, pembentukan zat-zat antimikroba, dan bakteriofag.Faktor PengolahanMikrobiologi spesifik yang terdapat didalam bahan-bahan pangan dapat dikurangi jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan dan pengawetan pangan. Jenis-jenis pengolahan atau pengawetan pangan yang berpengaruh terhadap kehidupan mikroba, antara lain suhu tinggi, suhu rendah penambahan bahan pengawet dan irridiasi (Nurwanto, 1997).BAB III

METODE KERJA3.1 Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Desember 2009 pukul 08.00.00 10.30 WITA di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan bahan3.2.1 Alat-alat : Jarum Ose Tabung reaksi Cawan petri Lampu bunsen Cotton bud steril Botol selai Aluminium foil

Kapas

Pinset Kertas cakram Beker glass

Kertas label

Rak tabung

3.2.2 Bahan-bahan :

Ditergen Alkohol 95 %

Bayclin

NaCl (5 ml) 0,9%

Media NA

Biakan bakteri3.3 Cara Kerja

3.3.1 Daya Kerja Desinfektan Jarum ose disterilkan menggunakan lampu bunsen

Diambil 1 ose bakteri pada biakan bakteri

Bakteri yang telah diambil menggunakan jarum ose dimasukkan kedalam larutan NaCl. Lalu dihomogenkan.

Menggunakan cotton bud yang telah disterilkan, dicelupkan cotton bud tersebut kedalam campuran larutan NaCl dan bakteri.

Diswapkan cotton bud tersebut secara merata pada media NA.

Kertas cakram diambil menggunakan pinset yang telah steril.

Kertas cakram yang telah diambil dicelupkan kedalam cairan D.

Kertas cakram tersebut diletakkan pada media NA yang telah diswap.

Dilakukan hal yang sama pada cairan Alkohol 95% dan Bayclin pada jarak yang telah ditentukan.

Diberi keterangan dengan menggunakan kertas label pada setiap kertas cakram.

3.3.2 Radiasi Ultraviolet Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Jarum ose disterilkan menggunakan lampu bunsen

Diambil 1 ose bakteri pada biakan bakteri

Bakteri yang telah diambil menggunakan jarum ose dimasukkan kedalam larutan NaCl. Lalu dihomogenkan.

Menggunakan cotton bud yang telah disterilkan, dicelupkan cotton bud tersebut kedalam campuran larutan NaCl dan bakteri.

Diswapkan cotton bud tersebut secara merata pada media NA.

Dilakukan hal yang sama pada ketiga cawan petri yang berisi media NA.

Kemudian masing-masing setengah bagian cawan petri yang telah diswap ditutup menggunakan aluminium foil.

Dilakukan penyinaran menggunakan sinar ultraviolet pada cawan petri 1 dan 2. Cawan petri 1 dilakukan penyinaran selama 30 menit. Cawan petri 2 dilakukan penyinaran selama 60 menit. Cawan petri 3 digunakan sebagai kontrol.

Kemudian ketiga cawan petri tersebut diinkubasi selama 48 jam.

Diamati pola pertumbuhan bakteri yang ada.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Daya Kerja DesinfektanTabel PengamatanGambar sebelum diinkubasiGambar setelah diinkubasi

Keterangan : a : Alkohol 95 %

b : Bayclin

c : Deterjen4.1.2 Radiasi Ultraviolet Terhadap Petumbuhan Mikroorganisme

Menit( koloni

0TBUD

30TBUD

60TBUD

Ket : TBUD = tidak dapat dihitung

No.WaktuGambar sebelum diinkubasiGambar sesudah diinkubasi

1.0

2.30

3.60

4.2 PembahasanDesinfektan merupakan suatu bahan, biasanya zat kimia, yang mematikan sel vegetatif tetapi belum tentu mematikan bentuk-bentuk spora mikroorganisme penyebab penyakit, disebut disinfektan. Istilah ini pada umumnya dipakai untuk substansi yang digunakan terhadap benda mati. Disinfeksi ialah proses yang menghancurkan sel-sel vegetatif penyebab infeksi namun tidak selalu mematikan sporanya (Pelczar & Chan, 1986).Dalam percobaan kali ini hasil yang didapat dari 3 daya hambat desinfektan yaitu Detergen, bayclin, dan alkohol tidak terjadi pertumbuhan bakteri dikarenakan kesalahan pengikubasian yang mengakibatkan banyak cairan didalam media dan tidak adanya bakteri yang muncul. Namun sebenaarnya bakteri yang akan muncul akan banyak dan tidak dapat dihitung.TBUD pada akohol 95% dikarenakan daya hambat pada alkohol sangat kecil sehingga bakteri tidak mudah terhambat pertumbuhannya. TBUD adalah kepanjangan dari Terlalu Banyak Untuk Dihitung. Karena terlalu banyaknya bakteri yang tumbuh pada sekitar kertas cakram dengan jenis desinfektan alkohol 95% sehingga tidak dapat dihitung.Pemakaian desinfektan ini mengakibatkan bakteri terhambat pertumbuhannya karena bakteri sulit atau tidak bisa tumbuh pada kondisi asam kuat. Jenis desinfektan bayclin lebih rendah daya hambatnya di banding dengan desinfektan ditergen. Sedangkan jenis desinfektan alcohol 95% tidak dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang ada di media NA tersebut.Zona bening adalah luas daerah terang menjadi ukuran kekuatan daya kerja desinfektan. Zona bening terdapat pada sekitar kertas cakram yang diberi desinfektan yang telah diinkubasi.

Radiasi ultraungu (sering disingkat UV, dari bahasa Inggris: ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetis terhadap panjang gelombang yang lebih pendek dari daerah dengan sinar tampak, namun lebih panjang dari sinar-X yang kecil. Radiasi UV dapat dibagi menjadi hampir UV (panjang gelombang: 380200 nm) dan UV vakum (20010 nm). Ketika mempertimbangkan pengaruh radiasi UV terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, jarak panjang gelombang sering dibagi lagi kepada UVA (380315 nm), yang juga disebut "Gelombang Panjang" atau "blacklight"; UVB (315280 nm), yang juga disebut "Gelombang Medium" (Medium Wave); dan UVC (280-10 nm), juga disebut "Gelombang Pendek" (Short Wave). Istilah ultraviolet berarti "melebihi ungu" (dari bahasa Latin ultra, "melebihi"), sedangkan kata ungu merupakan warna panjang gelombang paling pendek dari cahaya dari sinar tampak. Beberapa hewan, termasuk burung, reptil, dan serangga seperti lebah dapat melihat hingga mencapai "hampir UV". Banyak buah-buahan, bunga dan benih terlihat lebih jelas di latar belakang dalam panjang gelombang UV dibandingkan dengan penglihatan warna manusia (Sardjono, 1988).Sinar ultraviolet dalam sinar matahari bersifat germicida, dapat membunuh bakteri bentuk vegetatif maupun bentuk spora, walaupun untuk membunuh bentuk spora waktunya harus lebih lama. Karena itu, menjemur pakaian, tempat tidur, alat-alat makan ataupun benda-benda lainnya, penting untuk membunuh mikroba pathogen. Sinar ultraviolet juga digunakan untuk desinfeksi air. Sinar ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruang bedah, ruang industri farmasi di mana obat-obat steril dimasukkan ke dalam vial atau ampul, juga ruangan industri makanan di mana bahan-bahan makanan dimasukkan kedalam kaleng. Walaupun sinar ultraviolet sngar ganas terhadap mikroba, tetapi daya tembusnya kurang, sehingga hanya dapat mematikan mikroba-mikroba yang terdapat pada permukaan saja (Entjang, 2003).

Ultraviolet adalah sinar radiasi dari matahari dampak buruknya yang bisa terjadi pencairan es di kutub utara & selatan, volume suhu air menjadi naik ,daratan berkurang karena akibat gersangnya tanah,mempercepat penuaan kulit, dan menyebabkan kanker kulit. Tumbuhan mati akibat suhu volume panas tinggi,kehidupan makhluk hidup menjdi terganggu. Satu lagi menyebabkan kemusnahan bagi makhluk hidup yang ada di bumi (Sardjono, 1988).

Ketajaman sinar ultra violet yang mengenai mata bisa mengakibatkan beberapa masalah pada mata, seperti katarak, petrigium, fotokeratitis, dan perubahan degeneratif pada kornea mata. Kondisi tersebut bisa menyebabkan pandangan menjadi buram, iritasi, mata merah, mata berair, kehilangan pandangan sejenak, dan pada kasus tertentu mengalami kebutaan. Seperti halnya kulit yang bisa terbakar oleh radiasi sinar UV, mata juga bisa mengalami kerusakan (Anonim,2008).

Pada mikroba yang mendapat penyinaran 60 menit lebih sedikit pertumbuhan bakterinya daripada mikroba yang mendapat penyinaran 30 menit dan yang digunakan sebagai kontrol. Hal ini dikarenakan sinar UV merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba, yaitu menghambat pertumbuhan mikroba

TBUD adalah singkatan dari Terlalu Banyak Untuk Dihitung. Istilah ini biasanya digunakan jika pertumbuhan mikroba terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung.

Pertumbuhan mikroba pada media yang ditutup menggunakan aluminium foil lebih banyak pertumbuhannya dikarenakan sinar UV yang didapat tidak langsung terkena pada mikrobanya.

Banyaknya mikroba yang tumbuh didalam media dikarena terlalu tebal ketika melakukan swap. Dan terlalu kuat saat melakukan swap sehingga media tercungkil. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu penyinaran yang di berikan secara berbeda setiap cawan petri sehingga pertumbuhannya pun berbeda-beda. Ditaruhnya aluminium foil untuk menutupi sebagian cawan petri dapat juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang tertutup aluminium foil dengan yang tidak tertutup aluminium foil.

Terlalu banyak kesalahan yang terjadi saat praktikum berlangsung. Seperti tercungkilnya media saat dilakukan swap. Letak aluminium foil selalu bergeser sehingga menyulitkan ketika pengamatan.

Saat melakukan percobaan digunakan NaCl 0,9%. Ini dikarenakan NaCl 0,9% merupakan larutan isotonik. Yaitu larutan yang seimbang antara konsentrasi larutan dengan cairan yang ada didalam bakteri tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya bakteri.

BAB V

PENUTUP5.1 Kesimpulan

Bisa melakukan metode dengan menggunakan daya kerja desinfektan dan belum terlalu sempurna saat melakukan metode penyinaran UV.

Pengaruh lingkungan yaitu faktor fisik bisa mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dengan melakukan penyinaran UV terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan faktor kimia pun bisa mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dengan diberinya 3 macam desinfektan (Detergen, alkohol 95%, dan bayclin) dapat menghambat pertumbuhan bakteri di sekitar desinfektan.

5.2 SaranSebaiknya praktikan dapat berhati-hati dalam melakukan swab, jangan sampai media tercungkil karena dapat merusak media.DAFTAR PUSTAKADwidjeseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Yogyakart: KanisiusEntjang, Indah.2001. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT Citra Aditya Bakti: Bandung

Nurwatoro dan Siregar Abbas. 1997.Mikrobiologi Pangan Hewan dan Nabati. Yogyakarta: Kanisius.

Pelczar, J. Michael dan Chan, E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Universitas Indonesia (UI-Press): JakartaSardjono, D. Wiyono dan D Wibowo.1988.Mikrobiologi Pengolahan, PAU Pangandan Gizi. Yogyakarta : UGM Press90