35
ABSES SUBMANDIBULA Pendahuluan Abses submandibula merupakan salah satu bentuk abses leher dalam. Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah, dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. Kebanyakan kuman penyebab adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus, kuman anaerob Bacteriodes atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses submandibulla, dan ludovici (Ludwig’s Angina). (1) Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang submandibula. Abses Submandibula 1

ABSES SUBMANDIBULA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABSES SUBMANDIBULA

ABSES SUBMANDIBULA

Pendahuluan

Abses submandibula merupakan salah satu bentuk abses leher dalam. Nyeri tenggorok dan

demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai

kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang

potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber,

seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah, dan leher. Gejala dan tanda klinik

biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. Kebanyakan

kuman penyebab adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus, kuman anaerob Bacteriodes

atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses

submandibulla, dan ludovici (Ludwig’s Angina).(1)

Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang submandibula.

Gambar 1. Abscess of the submandibular neck space are common in children.

1

Page 2: ABSES SUBMANDIBULA

ANATOMI

Pengetahuan tentang ruang-ruang dileher dan hubunganya dengan fasia penting untuk

mendiagnosis dan mengobati infeksi pada leher. Ruang yang dibentuk oleh berbagai fasia pada

leher ini adalah merupakan area yang berpotensi untuk terjadinya infeksi. Invasi dari bakteri

akan menghasilkan selulitis atau abses, dan menyebar melalui berbagai jalan termasuk melalui

saluran limfe.(2)

Pembagian ruang ruang di leher berdasarkan Hollinshead (1954). (3)

1. Di bawah hyoid:

Carotid Sheath

Ruang Pretrakeal

Ruang Retroviseral

Ruang Viseral

Ruang prevertebral.

2. Di atas hyoid:

Ruang submandibula

Ruang submaxilla

Ruang masticator

Ruang parotid

3. Area perifaring:

Ruang retrofaring

Ruang parafaring (lateral Pharyngeal)

Ruang submandibula

4. Area intrafaring:

Ruang paratonsil

Abses paling sering mengenai ruang retrofaring, ruang parafaring (lateral pharyngeal),

dan ruang submandibula.(3)

2

Page 3: ABSES SUBMANDIBULA

Otot milohioid yang memisahkan ruang sublingual dan submental.

Gambar 2. Potongan vertical ruang submandibula.

Ruang submndibula terletak diantara mukosa dasar mulut (sebagai batas superior) dan lapisan

superficial pada fasia servikalis bagian dalam ( sebagai batas inferior). Di bagian inferiornya

dibentuk oleh otot digastrikus. Batas lateralnya berupa kulit, otot platysma, dan korpus

mandibula. Sedangkan dibagian medialnya berbatasan dengan hyoglosus dan milohioid. Di

3

Page 4: ABSES SUBMANDIBULA

bagian anteriornya, ruang ini berbatasan dengan otot digastrikus anterior dan milohioid. Bagian

posteriornya berbatasan dengan ligamentum submandibula dan otot digastrikus posteriornya. (2,3,4,5,6,7)

Ruang submandibula merupakan ruang di atas hyoid yang terdiri dari ruang sublingual dan ruang

submaksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohioid. Ruang

submaksila selanjutnya dibagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot

digastrikus anterior tetapi kedua ruang ini berhubungan secara bebas. Namun ada pembagian lain

yang tidak menyertakan ruang sublingual kedalam ruang submandibula, dan membagi ruang

submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila saja.(1,4,6)

Gambar 3. Submandibular space

Ruang sublingual mengandung kelenjar sublingual, duktus Wharton, dan saraf hipoglosal. Ruang

ini terletak dia atas otot milohioid tetapi masih dianterior lidah, dan dilateral otot intrinsic lidah

(genioglosus dan geniohioid) dan superior dan medial dengan otot milohioid. Dibagian

4

Page 5: ABSES SUBMANDIBULA

anteriornya, berbatasan dengan sepanjang genu mandibula dan bagian posteriornya berhubungan

bebas dengan ruang submaksila.(4,6,8)

Ruang submaksila berada di bawah otot milohioid, dan mengandung kelenjar submandibula dan

kelenjar getah bening. Ruang submksila ini berhubungan bebas dengan ruang sublingual

sepanjang tepi posterior otot milohioid. Kelenjar submandibula terletak diantara kedua ruang

tersebut.(2,4)

Ruang submental merupakan ruang yang terbentuk segitiga yang terletak di garis tengah dibawah

mandibula dimana batas superior dan lateralnya dibatasi bagian anterior otot digastricus. Dasar

pada ruangan ini adalah otot milohyoid sedangkan atapnya adalah kulit, facia superficial, otot

platysma. Ruang submental mengandung beberapa nodus limfe dan jaringan lemak fibrous.(2)

ETIOLOGI

Kebanyakan abses disebabkan oleh banyak mikroba, sebagai contoh mereka mengandung

flora campuran, dan dalam studi didapatkan ada lebih dari 5 spesies yang dapat di isolasi dari

satu kasus. (6)

Pada ruang submandibula, infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, tonsil,

sinus, dan kelenjar liur atau kelenjar limfe submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan

infeksi ruang leher dalam lainnya. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan

anaerob. (1,5)

Proliferasi bakteri dan invasi bakteri melalui organ enamel menyebabkan nekrosis tulang

di sekeliling akar gigi. Biasanya ini terjadi pasien yang sedang menjalani pengobatan gigi dan

drainase abses akar gigi. Jika absen akar gigi tidak di drainase dan tidak diperiksa, infeksi dapat

menyebar dengan abses ke bagian leher dan mediastinum. Infeksi kebanyakan menyebar dari

gigi mandibula. Dan di beberapa kasus dari luka mukosa mulut. Abses dapat juga disebabkan

oleh trauma,tonsilitis lidah atau penyakit kelenjar ludah. Infeksi dapat menyebar keruang leher

dalam, ke ruang submandibula, ruang parafaring dan ruang retrofaring. Ruang prevertebral dapat

juga terlibat. Infeksi ruang leher dalam dapat menyebabkan komplikasi berbeda yang dapat

menganca nyawa seperti obstruksi saluran nafas atas dan mediastinitis. Dan ketika ketiga ruang

5

Page 6: ABSES SUBMANDIBULA

submandibula (bilateral submandibula dan ruang sublingual) terinfeksi maka disebut dengan

Ludwig’s angina. (9)

PATOGENESA

Berawal dari etiologi diatas seperti infesi gigi. Nekrosis pulpa karena karies dalam yang

tidak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan jalan bakteri untuk mencapai jaringan

periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke

tulang spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan

masuk ke jaringan lunak. Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan dan tubuh.

Keterangan :

a. Abses submukosa.

b. Abses bukal

c. Abses submandibula

d. Abses perimandibula

e. Abses subkutan

f. Sinusitis maksilaris.

Infeksi odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat (perikontinuitatum), pembuluh

darah (hematogenous), dan pembuluh limfe (limfogenous). Yang paling sering terjadi adalah

penjalaran secara perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di antara jaringan berpotensi

sebagai tempat berkumpulnya pus. Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses

palatal, abses submukosa, abses gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses labial, dan abses

facial. Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses subingual, abses

submental, abses submandibular, abses submaseter, dan angina ludwig. Ujung akar molar kedua

dan ketiga terletak dibelakang bawah linea mylohyoidea (tempat melekatnya m. Mylohyoideus)

yang terletak di aspek daam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan

membentuk abses, pus nya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang

parafaringeal. Abses pada akar gigi menyebar ke ruang submandibula akan menyebabkan sedikit

ketidaknyamanan pada gigi, dan pembengkakan sekitar wajah di daerah bawah. Setelah 3 hari

pembengkakan akan terisi pus. Jika tidak diberikan penanganan, maka pus akan keluar,

menyebabkan terbentuknya fistel pada kulit. Pus tersebut juga dapat menyebar ke jaringan lain

6

Page 7: ABSES SUBMANDIBULA

sekitar tenggorokan, dan ini dapat menyebabkan problem pernafasan. Jadi abses submandibular

merupakan kondisi yang serius. (2,10,11)

GEJALA KLINIS

Secara umum, gejala abses adalah :

Nyeri

Bengkak

Eritema pada jaringan

Trismus

Demam

Pembengkakan pada abses biasanya :

Terasa nyeri

Panas

Kurang dari 2 minggu

Berkembang sangat cepat

Disertai sakit gigi atau terlihat karies gigi (9)

Gejala klinis abses submandibula meliputi demam tinggi, nyeri leher disertai pembengkakan di

bawah mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada

dasr mulut, trismus, indurasi submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem. (1,9)

DIAGNOSIS

Diagnosis di tegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang .

a. Anamnesis

Sesuai etiologi yang paling sering mengakibatkan abses submandibula, dari anamnesis di

dapatkan adanya riwayat sakit gigi, mengorek atau mencabut gigi atau adanya riwayat

higiene gigi yang buruk. Dari anamnesis juga didapatkan gejala berupa sakit pada dasar

mulut dan sukar membuka mulut. (1,5,9)

b. Pemeriksaan fisik

7

Page 8: ABSES SUBMANDIBULA

Pada pemeriksaan tanda vital biasa ditemukan demam. Selain itu juga ditemukan adanya

pembengkakan di bawah dagu. Bila di palpasi, akan terasa kenyal dan terdapat pus. (1,9,10)

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa CT scan. CT scan merupakan

pencitraan pilihan yang dipakai untuk infeksi leher dalam karena dapat mengetahui

lokalisasi kumpulan abses yang tidak dapat diperiksa. CT scan menunjukkan lokasi,

batas-batas, dan hubungan infeksi ke struktur neurovascular sekitarnya. Pada CT scan

abses terlihat sebagai lesi densitas rendah, ataupun gambaran air fluid level. Selain itu

foto panoramik rahang juga dapat membantu untuk menentukan tempat fokal infeksinya. (4,12)

Dapat juga dilakukan kultur darah bila terjadi sepsis dan kultur abses untuk pengobatan

yang tepat terhadap kuman penyebab. (4)

8

Page 9: ABSES SUBMANDIBULA

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan abses submandibula meliputi:

- Penatalaksanaan terhadap abses

- Penatalaksanaan terhadap penyebab(1,2)

Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara

parenteral. Abses submandibula sering disebabkan oleh infeksi gigi dan paling sering

menyebabkan trismus. Maka sesegera mungkin setelah trismus hilang, sebaiknya pengobatan

terhadap penyebab segera dilakukan.

9

Page 10: ABSES SUBMANDIBULA

Pola Kepekaan kuman anerob terhadap antibiotik

Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan

terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.

10

Page 11: ABSES SUBMANDIBULA

Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid, tergantung letak

dan luas abses.

Insisi dan drinase abses

Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi adalah Ludwig’s angina. Ludwig’s angina adalah infeksi

berat yang melibatkan dasar mulut, ruang submental, dan ruang submandibula. Penyebab dari

Ludwig’s angina ini pun bisa karena infeksi lokal dari mulut, karies gigi, terutama gigi molar dan

premolar, tonsilitis, dan karena trauma ekstraksi gigi. Dapat juga disebabkan oleh kuman aerob

maupun anaerob.(5,13)

11

Page 12: ABSES SUBMANDIBULA

Ludwig’s angina merupakan peradangan selulitis atau flegmon dari bagian superior ruang

suprahioid. Ruang potensial ini berada antara otot-otot yang melekatkan lidah pada tulang hioid

dan otot milohioideus. Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada

jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan ke belakang. Dengan demikian dapat

menyebabkan obstruksi jalan nafas secara potensial.(14)

Gejalanya sangat cepat. Dapat menyebabkan trismus, disfagia, leher membengkak secara

bilateral berwarna kecoklatan. Dan pada perabaan akan terasa keras. Yang paling berakibat fatal

adalah Ludwig’s angina tersebut dapat menyebabkan lidah terdorong ke atas dan belakang

sehingga menimbulkan sesak nafas dan asfiksia karena sumbatan jalan nafas yang kemudian

dapat menyebabkan kematian.(2,4,5,13,14)

PENCEGAHAN

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi ke dokter secara rutin dan teratur,

penanganan infeksi gigi dan mulut yang tepat dapat mencegah kondisi yang akan meningkatkan

terjadinya Ludwig’s angina.(2)

PROGNOSIS

12

Page 13: ABSES SUBMANDIBULA

Pasien dengan infeksi leher dalam yang diobati dapat sembuh sempurna bila infeksi

ditangani dengan baik dan tepat waktu. Pasien yang mendapat pengobatan yang terlambat dapat

mengakibatkan terjadinya komplikasi dan penyembuhan yang lama. Sekali infeksi leher dalam

ditangani secara sempurna, maka tidak ada kecenderungan untuk kambuh lagi.(4)

KESIMPULAN

13

Page 14: ABSES SUBMANDIBULA

Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang submandibula. Biasanya

disebabkan oleh infeksi yang dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, tonsil, sinus, dan

kelenjar liur atau kelenjar limfa submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang

leher dalam lainnya. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob. Gejala

klinis abses submandibula meliputi demam tinggi, nyeri leher disertai pembengkakan di bawah

mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada dasar

mulut, trismus, indurasi submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem. Pada

pengobatan dapat diberikan antibiotik dosis tinggi dan dapat juga dilakukan insisi dan drainase

abses sesegera mungkin agar tidak terjadi komplikasi. Prognosis umumnya baik bila ditangani

secara tepat dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: ABSES SUBMANDIBULA

1. Fachruddin, D. Abses Leher Dalam. In: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J eds.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi ke-6.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 229

2. Ludwig’s Angina. Available in: http:/dilamhealth.blogspot.com/2010/03/angina-

ludwig.html

3. Hibbert J. Laryngology and Head and Neck Surgery. Oxford: Butterworth-Heinemann.

1997. Page 5,16,17

4. Murray AD, Marcincuk MC. Deep Neck Infection. Available in:

http:/emedicine.medscape.com./article/837048-overview

5. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery. New York: McGraw-Hill.

2003. Page 422-432

6. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4 th ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2006. Page 668-680

7. Ruckenstein MJ. Comprehensive Review of Otolaryngology. Philadelphia: Saunders.

2004. Page 178-179

8. Cummings CW, Robbins KT. Otolaryngology Head and Neck Surgery. 4th Ed.

Pennsylvania: Elsevier Mosby. 2005. Page 64-67

9. Anniko M, Sprekelsen Mb, Bonkowsky V, dkk. Otorhinology Head and Neck Surgery.

New York: Springer. Page 414-415. Available in: http://books.google.co.id/books?

id=13fPEPZQqoQC&pg=PA414&dq=submandibular+space+abcess,

+otorhinolaryngology&hl=id&ei=I1ttTJ7FGou4vgOqvJC3DQ&sa=X&oi=book_result&

ctbook-thumbnail&resnumb=1nfed=0CCjQ6wEwAA#v=onepage&q=submandibular

%20space%20abscess%2c%20otorhinolaryngology&f=false

10. Mansjoer A, Trianti K, Savitri R, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Jakarta: Penerbit

Media Aesculapius. 2001. Page 149-150

11. Dental Health International Netherland. Available in: http.//www.dhin.nl/boh_part4.htm

12. Treatment. Available in: http.//www.ebmedicine.net/topics.thp?

pactionshowtopicseg&topics_id=32&seg_id=577

13. Ballenger JJ. Disease of Nose, Throat and Ear. 12th Ed. Philadelphia: Lea & Febiger;

1980. Page 280-290

15

Page 16: ABSES SUBMANDIBULA

14. Adams JL, Boies LR, Higler PA. Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6. Jakarta: EGC;

2007. Page 345-346

STATUS ORANG SAKIT

16

Page 17: ABSES SUBMANDIBULA

SMF ILMU PENYAKIT TELINGA,HIDUNG,TENGGOROK BEDAH KEPALA

LEHER

RSU DR.PIRNGADI

I. ANAMNESA PRIBADI

Nama : Sherty ardina

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswi

Suku : Minang

Agama : Islam

Alamat : Jln. Kapten muslim solo tengah 190 Medan

II.ANAMNESA PENYAKIT

A. Keluhan Utama : Bengkak dibawah dagu sejak 3 hari yang lalu

B. Telaah :

Hal ini telah dialami pasien sejak ± 11 hari yang lalu. Awalnya os menderita

sakit gigi kemudian tiba-tiba bengkak pada daerah dibawah dagu kemudian

bengkak tersebut di rasakan semakin membesar, bengkak dan nyeri. Kemudian

mengoleskan daerah yang bengkak dengan Gentian Violet.

Nyeri tenggorokan (+), sakit menelan (+) dialami OS sejak 11 hari yang lalu.

Demam(+) dialami OS sejak 11 hari yang lalu.

Sukar membuka mulut dialami OS sejak 10 hari yang lalu.

Riwayat sakit gigi (+) dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Batuk (-), Pilek (-)

RPT : tidak ada

RPO : tidak ada

17

Page 18: ABSES SUBMANDIBULA

PEMERIKSAAN FISIK

A. HIDUNG Kanan Kiri

Cairan

Encer : (-) (-)

Kental : (-) (-)

Darah : (-) (-)

Nanah : (-) (-)

Berbau : (-) (-)

Tumpat : (-) (-)

Penciuman : baik baik

Sakit : (-) (-)

Gatal : (-) (-)

Bersin-bersin : (-) (-)

B. TELINGA Kanan Kiri

Cairan :

Encer (-) (-)

Kental (-) (-)

Darah (-) (-)

Nanah (-) (-)

Gatal : (-) (-)

Dikorek : (-) (-)

Sakit : (-) (-)

Bengkak : (-) (-)

Pendengaran : Normal Normal

Tinnitus : (-) (-)

Mengunyah sakit : (-) (-)

18

Page 19: ABSES SUBMANDIBULA

C. KERONGKONGAN Kanan Kiri

Sakit leher : (+) (-)

Sakit menelan : (+) (-)

Seperti ada dahak : (-) (-)

Terasa sakit : (-) (-)

Gatal : (-) (-)

Lendir : (-) (-)

Berbunyi : (-) (-)

ANAMNESA PENYAKIT : Asma : (-), Alergi hidung : (-), Kulit gatal : (-), Migren: (-)

ANAMNESA UMUM : Demam : (+), Batuk : (-), Pilek : (-), Sering minum obat : (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK

a) Status Present

Sensorium : Compos mentis

KU/KP/ KG : Sedang / Sedang / sedang Anemia : (-)

TD : 130/80 mmHg Sianosis : (-)

Pernafasan : 30 x/i Dyspnoe : (-)

Nadi : 80 x/i Edem : (-)

Suhu : 38 °C Ikterus : (-)

b) PEMERIKSAAN UMUM

Kepala

Mata : RC +/+, pupil isokor, Conj.palp.inf anemis (-).Sclera ikterik(-)

Telinga : Dalam batas normal

19

Page 20: ABSES SUBMANDIBULA

Hidung : Dalam batas normal

Mulut : Lihat status lokalisata

Leher : Bengkak (+), tertutup perban karena sudah di insisi

Abdomen : Dalam batas normal

Genitalia : Perempuan, Tidak di lakukan pemeriksaan

Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan

c) STATUS LOKALISATA

1.TELINGA Kanan Kiri

Daun telinga

Bentuk : normal normal Bisul : (-) (-) Luka : (-) (-) Cairan : (-) (-) Fistel congenital: (-) (-) Tumor/Kista : (-) (-)

Pemeriksaan Aurikuler

Benjolan : (-) (-) Fistel : (-) (-) Luka : (-) (-) Nanah : (-) (-) Darah : (-) (-) Granulasi : (-) (-) Nyeri Tekan : (-) (-)

Liang telinga

Luas : Normal Normal Benjolan : (-) (-) Cairan : (-) (-) Encer : (-) (-) Nanah : (-) (-)

20

Page 21: ABSES SUBMANDIBULA

Darah : (-) (-) Serumen : (-) (-) Granulasi : (-) (-) Polip : (-) (-) Fistel : (-) (-) Tumor : (-) (-) Nyeri Tekan : (-) (-) Hiperemis : (-) (-)

Membran Tympani

Bentuk : Normal Normal Warna : Putih mutiara Putih mutiara Reflek cahaya : (+) (+) Atrofi : (-) (-) Pengapuran : (-) (-) Perforasi : (-) (-) Retraksi : (-) (-) Granulasi : (-) (-) Polip : (-) (-)

Tes Pendengaran

Penala 64 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

Penala 128 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

Penala 256 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

Penala 512 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

Penala 1024 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

Penala 2048 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

Penala 4096 Hz : Tidak dilakukan pemeriksaan

Tes berbisik : Tidak dilakukan pemeriksaan

Tes Rinne : (+)

Tes Weber :Tidak ada lateralisasi

Tes Schwabach :Sama dengan pemeriksa

2. HIDUNG

Bentuk : Normal Luka : (-) Cairan : (-) Krusta : (-)

21

Page 22: ABSES SUBMANDIBULA

Bisul : (-) Fraktur : (-)

Rhinoskopi anterior Kanan Kiri

Kavum nasiSecret : (-) (-)

Selaput lendirWarna : biasa biasaPermukaan : Licin Licin

Konka inferior : Normal Normal Konka media : SDN SDN Konka superior : SDN SDN Septum Nasi

Deviasi : (-) (-)Abses : (-) (-)Krusta : (-) (-)

Cairan

Darah : (-) (-)

Nanah : (-) (-)

Polip : (-) (-) Krusta : (-) (-) Tumor : (-) (-) Korpus alienum : (-) (-)

Rhinoskopi Posterior

Kavum nasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Khoana : Tidak dilakukan pemeriksaan

Konka media : Tidak dilakukan pemeriksaan

Meatus nasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Septum nasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Polip nasal drip : Tidak dilakukan pemeriksaan

Tuba eustachius : Tidak dilakukan pemeriksaan

Fosa roascrunuller: Tidak dilakukan pemeriksaan

Adenoid : Tidak dilakukan pemeriksaan

Tumor : Tidak dilakukan pemeriksaan

Sinus Paranasal

22

Page 23: ABSES SUBMANDIBULA

Sinus maksilaris sinus ethmoidalis

Nyeri tekan : (-) (-) Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan Ro-foto (-) (-)

Sinus sphenoidalis sinus frontalis

Nyeri tekan : (-) (-) Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan Ro-foto (-) (-)

MULUT

Bibir

Bentuk :Normal Luka : (-)

Gigi

Caries : (+)

Lidah

Bentuk : Normal Selaput : (-) Luka : (-)

Pallatum molle

Bentuk : SDN Warna : SDN Uvula : SDN Gerakan : SDN

Faring

Selaput lendir : SDN Luka : SDN Selaput : SDN Tonjolan : SDN

Tonsil

Permukaan : SDN Besar : SDN Selaput : SDN

23

Page 24: ABSES SUBMANDIBULA

Sikatrik : SDN Plika anterior : SDN Perlengketan : SDN Kripta : SDN Lakuna : SDN

Laringoskopi Indirek :Tidak dilakukan Pemeriksaan

Pangkal lidah : Tidak dilakukan Pemeriksaan Tonsil lidah : Tidak dilakukan Pemeriksaan Vallekula : Tidak dilakukan Pemeriksaan Epiglotis

Bentuk : Tidak dilakukan Pemeriksaan Warna : Tidak dilakukan Pemeriksaan Luka : Tidak dilakukan Pemeriksaan Beslag : Tidak dilakukan Pemeriksaan

Aritenoid : Tidak dilakukan Pemeriksaan Plika ventrikuli

Warna : Tidak dilakukan Pemeriksaan Luka : Tidak dilakukan Pemeriksaan Benjolan : Tidak dilakukan Pemeriksaan Corpus alienum: Tidak dilakukan Pemeriksaan

Plika vokalis Bentuk : Tidak dilakukan Pemeriksaan Warna : Tidak dilakukan Pemeriksaan Luka : Tidak dilakukan Pemeriksaan Beslag : Tidak dilakukan Pemeriksaan Gerakan : Tidak dilakukan Pemeriksaan Tumor : Tidak dilakukan Pemeriksaan Corpus alienum: Tidak dilakukan Pemeriksaan

Sinus piriformis : Tidak dilakukan Pemeriksaan Trakea : Tidak dilakukan Pemeriksaan

IV. LABORATORIUM :

DARAH RUTIN HB : 14,11 g/dl Leukosit : 14110/mm3

Ht : 42,7% Trombosit : 412.000/mm3

LED : 68 mm/jamKGD Ad Random: 126 mg/dlLFT SGOT : 17 U/I SGPT : 21 U/I

RFT

24

Page 25: ABSES SUBMANDIBULA

Ureum : 48 mg/dl Creatinin : 0,36 mg/dl

Elektolit Natrium : 132 mmol/dl Kalium : 4,3 mmol/dl Chlorida : 110 mmol/dl

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada tanggal 27 agustus 2012 dilakukan Foto Colli, dengan hasil sebagai berikut :

Trakea letak medial,tulang-tulang intake.

Saran : USG colli atau jaringan lunak leher.

Pada tanggal 27 agustus 2012 dilakukan foto thoraks, dengan hasil sebagai berikut :

Cor dan paru dalam batas normal.

VI. KESIMPULAN

Telah datang seorang pasien Perempuan, 25 tahun dengan keluhan

utama Bengkak dibawah dagu sejak 3 hari yang lalu. Hal ini telah dialami

pasien sejak ± 11 hari yang lalu. Awalnya os menderita sakit gigi kemudian tiba-

tiba bengkak pada daerah dibawah dagu kemudian bengkak tersebut di rasakan

semakin membesar, bengkak dan nyeri. Kemudian mengoleskan daerah yang

bengkak dengan Gentian Violet. Nyeri tenggorokan (+), sakit menelan (+)

dialami OS sejak 11 hari yang lalu.Demam(+) dialami OS sejak 11 hari yang

lalu. Sukar membuka mulut dialami OS sejak 10 hari yang lalu.Riwayat sakit gigi

(+) dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.Batuk (-), Pilek (-).

Karena nyeri semakin memberat maka OS memutuskan untuk berobat ke

RSUPM

VII.DIAGNOSA BANDING

1. Post insisi abses Submandibula

25

Page 26: ABSES SUBMANDIBULA

2. Abses parafaring

VIII.DIAGNOSA SEMENTARA

Post insisi abses submandibula

IX. TERAPI

IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Meroponem 1 gr/ 12 jam

Inj Ketorolac 1 amp/8 jam

Inj Dexamethasone 1 amp/ 12 jam

Inj Ranitidine 1 amp/ 8 jam

Metronidazole drip 500mg / 8 jam

FOLLOW UP

Hari Rawatan XII (01 September 2012)

S : Nyeri berkurangO : Sens : Composmentis TD : 120/80 mmHg Pols : 80 x/i RR : 22 x/i T : 37 °C

P:

IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Meroponem 1 gr/ 12 jam (H.9)

Inj Ketorolac 1 amp/8 jam (kp)

26

Page 27: ABSES SUBMANDIBULA

A : Post Insisi abses Sebmandibula Inj Dexamethasone 1 amp/ 12 jam

Inj Ranitidine 1 amp/ 8 jam

Metronidazole drip 500mg / 8 jam

Hari Rawatan XIII(02 september 2012)

S : Nyeri berkurangO : Sens : Composmentis TD : 120/70 mmHg Pols : 86 x/i RR : 24 x/i T : 37,1 °CA : Post Insisi abses Submandibula

P :

IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Meroponem 1 gr/ 12 jam (H.10)

Inj Ketorolac 1 amp/8 jam (kp)

Inj Dexamethasone 1 amp/ 12 jam

Inj Ranitidine 1 amp/ 8 jam

Metronidazole drip 500mg / 8 jam

Tanggal 03 September 2012 Pasien PBJ

27