Upload
egixsaputra
View
84
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
ACARA IV
KARAKTERISTIK BEBERAPA BAHAN PANGAN
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara “Karakteristik Beberapa Bahan Pangan”
ini bertujuan untuk:
a. mengenal karakteristik fisik dan
organoleptik beberapa bahan pangan yang sudah umum dikenal dari
golongan kacang-kacangan, serealia dan minyak.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Biji kakao kering dipanggang agar menghasilkan citarasa dan warna
yang dikehendaki, dikupas, kemudian digiling. Panas gesekan dalam
penggilingan menyebabkan sebagian isi biji sekitar 55% meleleh menjadi
lemak nabati, yang dikenal mentega cocoa. Cokelat yang telah membeku
menjadi padat tidak manis (unsweetened), bahkan pahit, yakni cokelat
yang lazim dijual dalam bentuk kotak-kotak berukuran satu ounce untuk
pembuatan kue. FDA mempersyaratkan agar cokelat yang tidak manis
mengandung lemak 50-58%. Salah satu keistimewaan cokelat adalah
lemaknya meleleh pada suhu 30o-36oC, berarti hanya sedikit di bawah
suhu tubuh. Akibatnya pada suhu kamar bahan ini relatif keras dan cukup
renyah, namun langsung meleleh begitu dimasukkan ke dalam mulut,
sambil melepaskan berbagai aroma dan rasa lembut seperti beludru ketika
bersentuhan dengan lidah. Milk chocolate (coklat susu) umunya
mengandung cairan coklat lebih sedikit (10-35%) dibanding dark
chocolate (30-80%) karena penambahan padatan susu mengurangi
persentasenya. Itu sebabnya cokelat susu memiliki rasa lebih lembut, tidak
begitu pahit dibanding dark chocolate. Mutu cokelat tergantung dari
banyaknya faktor, termasuk kehalusan penggilingan biji cacao (di pasaran
ada sekitar 20 tingkat kekasaran), cara dan lama pemanggangan, tahap
conching, tempering, dan proses lain, dan tentu daja kandungan mentega
cocoa serta bahan lain (Wolke, 2005).
2. Tinjauan Teori
Selama pengempaan akan terjadi perubahan-perubahan kimia dan
fisik. Pengurangan lemak lebih banyak menyebabkan padatan melepaskan
cita rasa cokelatnya dan terkadang membuat cita rasa menjadi lebih kasar.
Cita rasa cokelat yang asli tidak akan berpindah ke dalam lemak walaupun
lemak dan bungkil dicampurkan kembali. Saat kombinasi, kekurangan
lemak sekitar 2-4% dapat diimbangi dengan penambahan pasta kakao.
Sifat fisik dan kimia lemak kakao dilihat dari berat jenis (padat dan cair),
indeks bias, bilangan iod, titik cair, kadar asam lemak dan lain sebagainya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas produk kakao adalah bahan
baku biji cokelat (cocoa bean) serta proses produksi untuk menghasilkan
produk kakao (Wahyudi dkk, 2008).
Mutu sensorik merupakan sifat produk/komoditas pangan yang
diukur dengan proses pengindraan menggunakan penglihatan (mata),
penciuman (hidung), pencicipan (lidah), perabaan (ujung jari tangan), dan
pendengaran (telinga). Fungsi uji sensori adalah sebagai alat pemeriksaan
produk pangan, pengendalian proses, dan pengamatan sifat mutu dalam
penelitian. Beberapa sifat fisik penting dalam bahan pangan adalah berat
jenis, titik beku, titik gelatinisasi pati, bilangan penyabunan, dan indeks
bias. Dengan kata lain sifat fisik berhubungan dengan karakteristik bahan
dan komponennya. Salah satu karakter penting yang berhubungan dengan
sifat fisik adalah sifat fungsional dari bahan pangan atau komponennya.
Bulk density adalah massa per volume dari partikel pada bulk. Bulk
density selalu lebih rendah daripada densitas karena jarak yang besar antar
partikel-partikel (Anonima, 2009).
Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit
yaitu asam palmitat (jenuh) dan asam oleat (tidak jenuh). Umunya
komposisi asam lemak minyak sawit terdiri dari laurat, myristat, palmitat,
stearat, oleat, linoleat dan lainya. Minyak kelapa sawit adalah minyak
nabati semipadat. Hal ini karena minyak sawit mengandung sejumlah
besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari C8. warna
minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung. Minyak sawit
berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan
vitamin A. Kerusakan yang terjadi pada minyak kelapa sawit dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti absorbsi bau dan kontaminasi,
aksi enzim, aksi mikroba, serta dan reaksi kimia (Pahan, 2008).
Minyak wijen dapat diperoleh melalui ekstraksi biji wijen yang
dipetik dari tanaman wijen yang berumur 4 bulan. Minyak wijen
mangandung asam oleat dan linoleat, masing-masing 47% dan 40% dari
total asam lemak, dan merupakan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak
tersbut (asam oleat dan linoleat) dapat mengikat kelebihan kolesterol
didalam darah sehingga menurunkan kadar kolesterol. Oleh karena itu
minyak wijen sangat baik digunakan sebagai minyak makan atau minyak
goreng. Minyak wijen dinilai memiliki kualitas yang tinggi dan mendapat
sebutan ”the queen of the oil seed”. Minyak wijen juga mengandung
beberapa asam amino essensial, antara lain leusin (Juanda, 2005).
Minyak zaitun merupakan minyak kuning jernih yang didapat dari
pemerasan buah zaitun. Minyak zaitun mengandung banyak lemak yang
mudah dicernakan. Dalm dunia obat-obatan dipakai sebagai obat peluntur,
penawar keracunan atau sebagai salah satu bahan param atau salep. Dalam
perindustrian minyak yang mutunya tak berapa baik, banyak dipakai
dalam pewarnaan, pembuatan soda atau sabun kalium untuk perusahaan
pertenunan (Franklin, 1973).
Penggunaan minyak wijen dalam masakan, dapat berfungsi sebagai
penyeimbang. Minyak wijen juga baik dikonsumsi langsung atau untuk
tetes mata. Beberapa gangguan mata yang bisa disembuhkan dengan
minyak wijen adalah gangguan mata glukoma, mata berair, mata minus
dan mata plus. Kejernihan minyak dipengaruhi oleh berat jenis minyak.
Semakin tinggi berat jenis minyak, maka semakin berkurang tingkat
kejernihan minyak. Hal ini disebabkan adanya kotoran, protein dan
mineral. Adanya kotoran, polimer yang terbentuk atau zat-zat yang berat
molekulnya tinggi akan menambah kekentalan dan berat jenis minyak.
Dekomposisi protein menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih
rendah sehingga sulit terkoagulasikan dan terendapkan, akibatnya akan
mempengaruhi kejernihan minyak. Kejernihan minyak dapat diukur
dengan spektrofotometor (Ali, 2007).
Produk coklat cukup beraneka ragam. Misalnya, ada coklat susu
yang merupakan adonan coklat manis, cocoa butter, gula dan susu. Selain
itu ada pula coklat pahit yang merupakan coklat alami dan mengandung
43% padatan coklat. Jenis-jenis coklat antara lain: Couverture, jenis coklat
terbaik, coklat ini sangat murni dengan persentase lemak kakaonya yang
tinggi sehingga menghasilkan flavor yang sangat baik. Plain Coklat, coklat
jenis ini baik digunakan untuk kue, cake, dll. Milk Coklat, merupakan
campuran gula, cocoa butter, coklat cair, susu dan vanilla. White Coklat,
merupakan campuran gula, cocoa butter, susu dan vanilla. Kakao, produk
yang terbuat dari massa kakao setelah lemak kakaonya dipisahkan.
Minuman Coklat, produk minuman dari coklat yang terdiri dari massa
kakao dan mengandung kadar gula yang tinggi. Produk coklat lain
berbagai jenis kembang gula coklat (Wolke, 2005).
Densitas kamba (bulk density) dan densitas nyata merupakan
salah satu karakter fisik biji-bijian yang sering kali digunakan untuk
merencanakan suatu gudang penyimpanan, volume alat pengolahan
atau sarana transportasi, mengkonversikan harga dan sebagainya.
Densitas kamba adalah perbandingan bobot bahan dengan volume yang
ditempatinya, termasuk ruang kosong di antara butiran bahan,
sedangkan densitas nyata adalah perbandingan bobot bahan dengan
volume yang hanya ditempai oleh butiran bahan, tidak termasuk
ruang kosong diantaranya. Bulk density yang didapatkan dari tepung
millet kuning sebesar 0,56 g/cm3, sedangkan bulk density yang
diperoleh dari tepung millet merah sebesar 0,59 g/cm3. Dari hasil tersebut
dapat dilihat bahwa bulk density tepung millet merah yang dihasilkan
menunjukkan nilai yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena
kandungan air dalam tepung millet merah lebih tinggi dibanding dengan
tepung millet kuning. Sehingga dengan kadar air yang tinggi akan
menyebabkan berat dari bahan yang diukur lebih besar dalam volume
wadah yang sama dan menyebabkan bulk density meningkat ataupun lebih
besar. Kadar air yang tinggi menyebabkan partikel pada tepung menjadi
lebih berat sehingga volume pada rongga partikel menjadi lebih kecil,
karena partikel yang tebentuk semakin besar. Hal tersebut yang
menyebabkan jumlah bulk density yang dimiliki semakin besar
(Prabowo, 2010).
Kerapatan kamba diartikan sebagai salah satu sifat fisik bahan yang
umunya digunakan dalam perencanaan suatu gudang penyimpanan dan
volume alat pengolahan. Dalam penentuan kerapatan kamba perlu
diketahui terlebih dahulu volume solid suatu komoditas yakni dengan
membagi berat air yang dipindahkan dengan densitas air (Abbas, 2007).
Densitas kamba (Bulk density) pada lada hijau segar sebesar
590,32 g/l. Densitas kamba merupakan nilai perbandingan bobot
kamba suatu bahan dengan volume yang ditempatinya, termasuk
ruang kosong yang terbentuk. Dapat diduga bahwa densitas kamba
merupakan salah satu karakteristik buah lada yang lebih ditentukan
oleh sifat genetik/jenis buah lada, cara budidaya serta lingkungan
tumbuhnya Besarnya nilai densitas kamba pada lada hijau segar
dipengaruhi oleh tingginya jumlah air yang terkandung di dalamnya
(Nurdjannah, 2008).
Berdasarkan definisi minyak sawit menurut CODEX STAN 210-
1999 (CAC 2009), minyak sawit adalah minyak makan yang
diperoleh dari bagian mesokarp (daging) buah sawit, yang saat belum
diproses berwarna coklat kemerahan dan memiliki konsistensi semisolid
pada suhu kamar. Menurut Ong et al. (1995), komponen utama dari
minyak sawit adalah TAG (94%), asam lemak (3-5%), dan komponen
minor (1%) yang terdiri dari karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol,
fosfolipid dan glikolipid, terpen dan gugus hidrokarbon alifatik, serta
elemen sisa lainnya. Warna sampel CPO yang jingga kemerah-
merahan, disebabkan oleh kandungan komponen pigmen karotenoid di
dalamnya (Lidiasari, 2006).
Terigu merupakan hasil olahan biji gandum, yang biasanya
digunakan untuk bahan baku produk pangan, seperti: mi (mi instan,
mi kering, mi basah), biskuit, roti, cake, pasta dan bahan pangan
lainnya. Salah satu kelebihan terigu dibanding komoditas lain terdapat
pada sifat pembentukan gluten. Gluten merupakan campuran antara dua
jenis protein gandum yaitu glutenin dan gliadin. Glutenin memberikan
sifat yang tegar dan gliadin memberikan sifat yang lengket, sehingga
mampu memerangkap gas yang terbentuk selama proses pengembangan
adonan (Ratnaningsih, 2010).
C. Metodologi
1. Alat
a. Timbangan
b. Kuboid besar
c. Kuboid kecil
d. Petridish
e. Jangka sorong
f. Kompor
g. Piknometer
h. Panci
2. Bahan
Tepung-tepungan
Tepung tapioka
Tepung maizena
Tepung sagu
Tepung terigu
Tepung ketan
Tepung panir
Minyak
Minyak sawit
Minyak wijen
Minyak zaitun
Kacang-kacangan
Kacang merah
Kacang hijau
Kacang tanah
Coklat
Dark cooking
White chocolate
Pasta
3. Cara Kerja
a. Menentukan bulk density beberapa jenis tepung.
Berat dan volume kosong wadah diukur
Diisi sampel sampai penuh
Ditimbang wadah dan sampel
Ditentukan bulk density sampel
b. Menentukan sifat organoleptik beberapa jenis minyak.
c. Menentukan sifat pemasakan kacang-kacangan
d. Melihat karakteristik coklat batangan dan pasta
Bahan
Diamati sifat organoleptiknya
Dihitung berat jenis bahan
Dimasukkan dalam piknometer
Bahan
Ditimbang sebanyak 50 gr
Direndam
Dimasak
Dihitung swelling powernya
Dicatat waktu pemasakan
Ditimbang berat setelah dimasak
Diamati sifat organoleptiknya
Bahan
Diamati karakteristik fisik dan organoleptik
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.1 Menentukan Bulk Density Beberapa Jenis Tepung Jenis
tepungBerat bahan (gr) Pengamatan I (petridish) Pengamatan II (kuboid)
Kuboid Petridish
Ukuran(cm)
Isi(cm3)
BulkDensity (g/cm3)
Ukuran(cm)
Isi (cm3) Bulk density (g/cm3)B K
Tapioka
54,9 23,4 35,5 d: 9,5t: 1,4
99,173 0,357 Besar: P: 9,14l: 4,9t: 0,4Kecil: P: 4,5l: 4,5 t: 4,2
Besar: 202,16Kecil: 85,05
Besar: 0,272Kecil: 0,279
Maizena
74,76
33,41
46,742 d: 9,4t: 1,4
97,108 0,481 Besar: P: 8,65 l : 3,5 t: 4,9Kecil: P: 3,8 l: 3,8 t: 4,0
Besar: 148,35Kecil: 57,76
Besar: 0,504Kecil:0,578
Sagu 89,465
36,857
53,61 d:9,1t: 1,9
123,623
0,434 Besar:P: 8,2l: 3,6t: 4,3Kecil: P: 3,7l: 3,7t: 4,3
Besar: 126,936Kecil: 58,867
Besar: 0,704Kecil: 0,626
Terigu 74,32
32,39
45,5 d: 9,23t: 1,6
108,61 0,419 Besar: P: 8,1l: 3,5t: 4
Kecil: P: 3,5l: 3,5t: 4,0
Besar: 113,4Kecil:
49
Besar: 0,655Kecil: 0,66
Ketan 49,3 17,8 42,4 d:8,67t: 1,18
68,5 0,619 Besar: P: 8,4 l: 3,5 t: 4,3Kecil: P: 4,4 l: 3,5t: 4,4
Besar: 126,42Kecil: 67,76
Besar: 0,389Kecil: 0,262
Panir 81,409
30,474
43,037 d: 8,87t: 1,18
72,87 0,591 Besar: P: 8,24 l: 8,67t: 4,14Kecil: P: 3,68l: 3,62t: 4,08
Besar: 125,196Kecil: 54,35
Besar: 0,650Kecil: 0,561
Sumber: Laporan Sementara Pembahasan :
Penentuan besarnya bulk density pada bahan makanan dapat dilakukan
dengan cara menimbang bahan pangan tersebut dan menghitung volume
tempat bahan pangan ditempatkan. Dalam hal ini perhitungan berat bahan
pangan dan volume wadah disesuaikan dengan bahan yang ada misalnya
menggunakan wadah petridish atau menggunakan kuboid. Hasil perhitungan
dari massa bahan dibagi dengan volume bahan merupakan besarnya bulk
density bahan tersebut. Perhitungan bulk density berhubungan dengan
pengangkutan bahan, pemindahan bahan, penyimpanan bahan, dan proses
pencampuran.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan bulk density dengan
menggunakan wadah petridish pada tepung tapioka 0,357 gr/cm3, tepung
maizena 0,481 gr/cm3, tepung sagu 0,434 gr/cm3, tepung terigu 0,419 gr/cm3,
tepung ketan 0,619 gr/cm3, tepung panir 0,591 gr/cm3. Bulk density dengan
menggunakan wadah kuboid besar pada tepung tapioka 0,272 gr/cm3, tepung
maizena 0,504 gr/cm3, tepung sagu 0,704 gr/cm3, tepung terigu 0,655 gr/cm3,
tepung ketan 0,389 gr/cm3, tepung panir 0,650 gr/cm3. Dan Bulk density
dengan menggunakan wadah kuboid kecil pada tepung tapioka 0,279 gr/cm3,
tepung maizena 0,578 gr/cm3, tepung sagu 0,626 gr/cm3, tepung terigu 0,66
gr/cm3, tepung ketan 0,262 gr/cm3, tepung panir 0,561 gr/cm3.
Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa tepung yang memiliki bulk
density paling besar adalah tepung sagu sedangkan yang memiliki bulk
density paling rendah adalah tepung tapioka. kadar air yang tinggi akan
menyebabkan berat dari bahan yang diukur lebih besar dalam volume wadah
yang sama dan menyebabkan bulk density meningkat ataupun lebih besar.
Kadar air yang tinggi menyebabkan partikel pada tepung menjadi lebih berat
sehingga volume pada rongga partikel menjadi lebih kecil, karena partikel
yang tebentuk semakin besar. Hal tersebut yang menyebabkan jumlah bulk
density yang dimiliki semakin besar (Prabowo, 2010).
Dalam perhitungan bulk density yang paling menentukan adalah
massa dan volume dari bahan, tepung maizena memiliki berat yang paling
besar dibandingkan dengan sampel yang lain hal ini menjadi salah satu
faktor bahwa tepung sagu memiliki bulk density paling besar
dibandingkan dengan sampel yang lain. Selain itu bentuk bahan, ukuran
bahan, sifat-sifat dan permukaan, dan cara pengukuran juga
mempengaruhi besarnya bulk density. Begitu juga dengan tepung tapioka
memiliki berat yang paling kecil. Berat sampel mempengaruhi besarnya
bulk density dari bahan tersebut, karena digunakan dalam perhitungan.
Besarnya bulk density juga dipengaruhi oleh bentuk bahan, kadar air
bahan, ukuran bahan, sifat-sifat dan permukaan, dan cara pengukuran.
Tabel 4.2 Menentukan Sifat Organoleptik Beberapa Jenis Minyak
kelompokJenis
minyakWarna dan intensitas
Intensitas kejernihan
Aroma BJ
1 Sawit +++ +++ +++ 0,862 Sawit +++ +++ +++ 0,873 Wijen +++ +++ +++ 14 Wijen + +++ +++ 0.8925 Zaitun +++ +++ +++ 0,8296 Zaitun +++ +++ +++ 0,855
Sum5ber: Laporan Sementara
Pembahasan :
Penentuan sifat organoleptik dari bahan pangan adalah pengujian
terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk
mempergunakan suatu produk. Penentu bahan makanan pada umumnya sangat
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: warna, rasa, tekstur, viskositas dan
nilai gizi. Penentuan berat jenis bahan pangan juga berpengaruh terhadap
penentuan sifat organoleptik bahan pangan tersebut. Salah satunya digunakan
dalam penentuan sifat organoleptik pada minyak.
Dalam penentuan sifat organoleptik dan sifat fisik pada beberapa jenis
minyak bahan yang digunakan adalah minyak sawit, minyak wijen, minyak
zaitun. Prosedur yang digunakan adalah dengan mempersiapkan sampel
kemudian diamati sifat organoleptik dan sifat fisik sampel dalam praktikum
sifat organoleptik dan sifat fisik yang diamati adalah intensitas warna,
intensitas kejernihan dan aroma. Setelah ditentukan sifat organoleptik dan sifat
fisiknya kemudian menetukan berat jenis dari sampel. Dalam menentukan
berat jenis menggunakan alat yang bernama piknometer. Piknometer pertama
diisi dengan air dan piknometer yang kedua diisi dengan minyak sebagai
pembanding dan digunakan untuk perhitungan penentuan berat jenis.
Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang
merupakan bahan vitamin A. Kerusakan yang terjadi pada minyak kelapa
sawit dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti absorbsi bau dan
kontaminasi, aksi enzim, aksi mikroba, serta dan reaksi kimia (Pahan, 2008).
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan intensitas warna
minyak sawit kuning, minyak wijen kuning kecoklatan, minyak jagung sangat
kuning dan minyak zaitun lebih kuning. Pada intensitas kejernihan minyak
sawit lebih jernih, minyak wijen tidak jernih, dan minyak zaitun jernih. Pada
aroma minyak sawit beraroma, minyak wijen sangat beraroma, dan minyak
zaitun lebih beraroma. Besarnya berat jenis pada minyak sawit 0,86, minyak
wijen 0.892, dan minyak zaitun 0,829.
Dari hasil yang diperoleh diketahui minyak yang memiliki warna
paling pekat adalah minyak wijen, minyak yang paling jernih adalah minyak
sawit, minyak yang paling beraroma adalah minyak wijen, yang memiliki
berat jenis paling besar adalah wijen dan yang memiliki berat jenis paling
kecil adalah minyak zaitun. Dari teori diketahui bahwa kejernihan minyak
dipengaruhi oleh berat jenis minyak. Semakin tinggi berat jenis minyak, maka
semakin berkurang tingkat kejernihan minyak. Hal ini disebabkan adanya
kotoran, protein dan mineral. Adanya kotoran, polimer yang terbentuk atau
zat-zat yang berat molekulnya tinggi akan menambah kekentalan dan berat
jenis minyak. Dapat dilihat bahwa hasil percobaan yang telah dilakukan
menyimpang dari teori yang ada.
Tabel 4.3 Menentukan Sifat Pemasakan Kacang-Kacangan Kel
Jenis kacang-kacangan
Berat sebelum direndam
dan dimasak
(gr)
Berat setelah
dimasak (gr)
Swelling power (%)
Waktu pemasak
an (hingga matang)
1 Kacang Merah
50 79,38 58,76 17:52
2 Kacang Merah
50 94 88 22:27
3 Kacang Hijau 50 147,38 194,7 22:194 Kacang Hijau 50 96,59 93,18 23:485 Kacang Tanah 50 69,6 39,2 10:196 Kacang Tanah 50 63,7 27,4 11:20
Sumber: Laporan Sementara
Pembahasan:
Penentuan sifat pemasakan bahan pangan sering dilakukan untuk
mengetahui seberapa lama proses pemasakkan bahan pangan tersebut. Hal ini
berhubungan dengan penetuan swelling power dari bahan pangan yang
digunakan. Swelling power dapat diartikan presentase kenaikan berat bahan
pangan akibat proses pemasakan.
Dalam penentuan sifat pemasakan kacang-kacangan, bahan yang
digunakan adalah kacang merah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah
dan jagung. Prosedur yang digunakan adalah dengan menimbang sampel yang
digunakan kemudian direndam, hasil rendaman kemudian dimasak lama
pemasakan dicatat. Setelah masak sampel ditimbang, kemudian ditentukan
tekstur, rasa dan swelling powernya. Dengan cara menghitung selisih berat
bahan setelah diasak dengan berat bahan sebelum direndam per berat bahan
sebelum direndam dikalikan 100%.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan berat sampel sebelum
direndam untuk semua sampel sama yaitu 50 gr. Waktu pemasakan kacang
merah 17 menit 52 detik, kacang hijau 22 menit 19 detik, kacang tanah 10
menit 19 detik. Berat setelah dimasak kacang merah 79,38 gr, kacang hijau
147,38 gr, kacang tanah 69,6 gr. Untuk swelling power kacang merah 58,76%,
kacang hijau 93,18%, kacang tanah 39,2. Untuk tekstur semua kacang
bertekstur empuk kecuali jagung yang memiliki tekstur agak keras. Untuk rasa
kacang merah, kacang hijau dan jagung tidak berasa atau hambar sedangkan
kacang kedelai dan kacang tanah memiliki rasa manis.
Dari hasil yang diperoleh diketahui kacang yang memiliki waktu
pemasakan paling cepat adalah kacang tanah dan kacang merah, sedangkan
yang memiliki waktu pemasakan paling lama adalah kacang hijau. Kacang
yang memiliki berat setelah pemasakan paling besar adalah kacang hiaju,
sedangkan yang memiliki berat setelah pemasakan paling kecil adalah kacang
tanah. Kacang yang memiliki swelling power paling tinggi adalah kacang hijau
147,38%, sedangkan yang memiliki swelling power paling rendah adalah
kacang tanah 27,4%. Hasil yang disebut diatas dapat disebabkan karena faktor
perendaman bahan sebelum dimasak, tingkat kemampuan bahan dalam
menyerap air dan ketahanan bahan dalam proses pemasakan.
Tabel 4.4 Melihat Karakteristik Coklat Batangan dan Pasta kel Jenis coklat Kenampakan Aroma Rasa Tekstur 1 Dark
cooking +Gelap (coklat pekat)
+++sedap
manis Lembut (agak lembek)
2 White chocolate
+++Putih cerah
+++sedap
Manis, legit gurih, sperti ada campuran vanili dan vanila
Lembut saat dimakan, lengket di lidah
3 Coklat Pasta ++Agak gelap
+++harum
Tidak terlalu manis, ada rasa vanila
Agak kasar
4 Dark cooking
+Coklat gelap
+++sedap
Tidak terlalu manis, rasa coklat terasa
agak keras
5 White chocolate
+++Putih cerah
+++sedap
manis lembut
6 Coklat Pasta ++Agak gelap
++Agak sedap
Manisnya pas
halus
Sumber: Laporan Sementara Pembahasan :
Dipasaran ada beberapa jenis coklat diantaranya: Couverture, jenis
coklat terbaik, coklat ini sangat murni dengan persentase lemak kakao-nya
yang tinggi sehingga menghasilkan flavor yang sangat baik. Biasanya
digunakan untuk pembuatan produk coklat buatan tangan. Sebelum digunakan
coklat jenis ini di-temper (dilelehkan) terlebih dahulu. Plain Coklat, coklat
jenis ini baik digunakan untuk kue, cake, dll. Persentase massa kakao
bervariasi antara 30% - 70%. Semakin tinggi konsentrasi massa kakao semakin
baik flavornya. Milk Coklat, merupakan campuran gula, cocoa butter, coklat
cair, susu dan vanilla. Coklat jenis ini paling banyak dikonsumsi. Massa
kakaonya cukup rendah hanya 20% dan rasanya lebih manis dibandingkan
plain coklat. Cokelat yang satu ini pasti disukai anak-anak karena bisa
langsung disantap dengan rasa yang manis dan lembut karena mengandung
susu. Jika hendak membuat kue, cokelat jenis ini bukanlah pilihan yang baik.
Selain kandungan cokelatnya relatif sedikit, cokelat ini mudah hangus bila
dilelehkan. White Coklat, merupakan campuran gula, cocoa butter, susu dan
vanilla. Tidak mengandung massa kakao, flavor dihasilkan dari lemak kakao.
Selain dikonsumsi langsung juga digunakan untuk dekorasi. Cokelat ini terbuat
dari lemak cokelat, gula, dan vanili. Ia tak mengandung cokelat padat. Karena
mudah hangus, ada baiknya dimasak dengan hati-hati. Kakao, produk yang
terbuat dari massa kakao setelah lemak kakaonya dipisahkan. Minuman Coklat,
produk minuman dari coklat yang terdiri dari massa kakao dan mengandung
kadar gula yang tinggi (Wanti, 2008).
Dalam melihat karakteristik bahan pangan sering dilakukan untuk
mengenali sifat dari bahan pangan tersebut. Dengan tujuan setelah mengenali
sifat baik fisik maupun organoleptik dari bahan pangan dapat mengetahui
bahan pangan mana yang tepat untuk digunakan dalam pembuatan suatu
produk makanan.
Dalam melihat karakteristik coklat batangan dan pasta bahan yang
digunakan adalah dark cooking, white chocolate, dan coklat pasta. Prosedur
yang digunakan adalah dengan menyiapkan sampel yang digunakan kemudian
mengamati karakteristik coklat dilihat dari kenampakan, aroma, rasa dan
tekstur. Milk chocolate (coklat susu) umunya mengandung cairan coklat lebih
sedikit (10-35%) dibanding dark chocolate (30-80%) karena penambahan
padatan susu mengurangi persentasenya. Itu sebabnya cokelat susu memiliki
rasa lebih lembut, tidak begitu pahit dibanding dark chocolate. Mutu cokelat
tergantung dari banyaknya faktor, termasuk kehalusan penggilingan biji cacao
(di pasaran ada sekitar 20 tingkat kekasaran), cara dan lama pemanggangan,
tahap conching, tempering, dan proses lain, dan tentu daja kandungan mentega
cocoa serta bahan lain (Wolke, 2005).
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan kenampakan dari dark
cooking berbentuk padat, white chocolate berbentuk padat, pasta berbentuk
cair. Untuk aroma dark cooking lebih beraroma, white chocolate sangat rasa
susu, pasta lebih beraroma coklat. Untuk rasa dark cooking lebih terasa coklat,
white chocolate lebih terasa susu, pasta sangat terasa coklat. Untuk tekstur dark
cooking keras, white chocolate keras, pasta tidak keras, chocochips lebih keras,
coklat bubuk tidak keras dan meises kurang keras.
Salah satu keistimewaan cokelat adalah lemaknya meleleh pada suhu
30o-36oC, berarti hanya sedikit di bawah suhu tubuh. Akibatnya pada suhu
kamar bahan ini relatif keras dan cukup renyah, namun langsung meleleh
begitu dimasukkan ke dalam mulut, sambil melepaskan berbagai aroma dan
rasa lembut seperti beludru ketika bersentuhan dengan lidah. Milk chocolate
(coklat susu) umunya mengandung cairan coklat lebih sedikit (10-35%)
dibanding dark chocolate (30-80%) karena penambahan padatan susu
mengurangi persentasenya. Itu sebabnya cokelat susu memiliki rasa lebih
lembut, tidak begitu pahit dibanding dark chocolate. Mutu cokelat tergantung
dari banyaknya faktor, termasuk kehalusan penggilingan biji cacao (di pasaran
ada sekitar 20 tingkat kekasaran), cara dan lama pemanggangan, tahap
conching, tempering, dan proses lain, dan tentu daja kandungan mentega cocoa
serta bahan lain (Wolke, 2005).
E. Kesimpulan
1. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa tepung yang memiliki bulk
density paling besar adalah tepung sagu sedangkan yang memiliki bulk
density paling rendah adalah tepung tapioka. Hal ini disebabkan karena
tepung sagu memiliki berat yang paling besar dibandingkan dengan
sampel yang lain dan begitu juga dengan tepung tapioka memiliki berat
yang paling kecil.
2. Minyak yang memiliki warna paling pekat adalah minyak wijen, minyak
yang paling jernih adalah minyak sawit, minyak yang paling beraroma
adalah minyak wijen, yang memiliki berat jenis paling besar adalah
minyak wijen dan yang memiliki berat jenis paling kecil adalah minyak
zaitun. Semakin tinggi berat jenis minyak, maka semakin berkurang
tingkat kejernihan minyak. Hal ini disebabkan adanya kotoran, protein dan
mineral.
3. Kacang yang memiliki waktu pemasakan paling cepat adalah kacang
merah dan kacang tanah, sedangkan yang memiliki waktu pemasakan
paling lama adalah kacang hijau.
4. Kacang yang memiliki swelling power paling tinggi adalah kacang hijau
194,7%, sedangkan yang memiliki swelling power paling rendah adalah
kacang tanah 27,4%.
5. Kenampakan dari dark cooking berbentuk padat, white chocolate
berbentuk padat, pasta berbentuk cair. Untuk aroma dark cooking lebih
beraroma, white chocolate sangat rasa susu, pasta lebih beraroma coklat,.
Untuk rasa dark cooking lebih terasa coklat, white chocolate lebih terasa
susu, pasta sangat terasa coklat. Untuk tekstur dark cooking keras, white
chocolate keras, pasta tidak keras.
DAFTAR PUSTAKA
Wolke, Robert. 2005. Kalo Einstein Jadi Koki. Gramedia. Jakarta.
Anonima. 2009. Mutu Pangan. http://aqela.blogsome.com. Akses tanggal 28 Oktober 2012.
Wahyudi T. dkk, 2008. Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pahan, Iyung. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Juanda, Dede J.S. 2005. Wijen Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
Ali, Iskandar. 2007. Menggempur Gangguan pada Mata dengan Tanaman Obat. Agromedia. Jakarta.
Franklin. 1973. Ensiklopedi Umum. Kanisius. Yogyakarta.
Prabowo, Bimo. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia Tepung Millet Kuning dan Tepung Millet Merah. Skripsi Tek. Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Abbas, Akhmadi. 2007. Karakteristik Fisik Wortel terhadap Penanganan Pasca Panen dan Penerapan QC. SEMNAS Teknik Kimia. Yogyakarta.
Nurdjannah, Nanan. 2008. Pengaruh Perndaman dalam Asam Organik dan Metoda Pengeringan Terhadap Mutu Lada Hijau Kering. Bul. Littra. Vol. XIX No. 2.
Lidiasari, Eka dkk. 2006. Kajian Mutu dan Sifat Fisik Minyak Sawit Kasar. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Volume 8 No. 2 Hal 143. Sumatera Selatan.
Ratnaningsih. 2010. Pembuatan Tepung Komposit dari Jagung, Ubikayu, Ubijalar dan Terigu untuk Produk Mi. Prosding Pekan Serealia Nasional. Bogor.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU PENGETAHUAN BAHAN
Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Anindya K. (H3111006)
2. Eka Wahyu (H3111019)
3. Hanik Tri Wahyuni (H3111032)
4. Narumi Dyah S. (H3111045)
5. Risto Arsowati (H3111057)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
LAMPIRAN
Percobaan 1: Menentukan Bulk Density Beberapa Jenis Tepung
Analisa Data:
1. Tepung tapioka
Petridish
Diketahui : D = 9,5 cm
t = 1,4 cm
Berat bahan = 35,5 gr
Volume =
=
= 99,173 cm3
Bulk Density =
=
= 0,357 gr/cm3
Kuboid
a. Besar
Diketahui: P = 9,14 cm
l = 4,9 cm
t = 0,4 cm
Berat bahan = 81,1 gr
Volume = P x l x t
= 9,14 x 4,9 x 0,4
= 202,16 cm3
Bulk Density =
=
= 0,272 gr/cm3
b.Kecil
Diketahui: P = 4,5 cm
l = 4,5 cm
t = 4,2 cm
Berat bahan = 23,4 gr
Volume = P x l x t
= 4,5 x 4,5 x 4,2
= 85,05 cm3
Bulk Density =
=
= 0,279 gr/cm3
2. Tepung maizena
Petridish
Diketahui : D = 9,4 cm
t = 1,4 cm
Berat bahan = 119 gr
Volume =
=
= 97,108 cm3
Bulk Density =
=
= 0,481 gr/cm3
Kuboid
a. Besar
Diketahui: P = 8,65 cm
l = 3,5 cm
t = 4,9 cm
Berat bahan = 74,76 grVolume = P x l x t
= 8,65 x 3,5 x 4,9
= 148,35 cm3
Bulk Density =
=
= 0,504 gr/cm3
b.Kecil
Diketahui: P = 3,8 cm
l = 3,8 cm
t = 4 cm
Berat bahan = 33,41 gr
Volume = P x l x t
= 3,8 x 3,8 x 4
= 57,76cm3
Bulk Density =
=
= 0,578 gr/cm3
3. Tepung sagu
Petridish
Diketahui : D = 9,1 cm
t = 1,9 cm
Berat bahan = 53,61 gr
Volume =
=
= 123,623 cm3
Bulk Density =
=
= 0,434 gr/cm3
Kuboid
a. Besar
Diketahui: P = 8,2 cm
l = 3,6 cm
t = 4,3 cm
Berat bahan = 89,465 gr
Volume = P x l x t
= 8,2 x 3,6 x 4,3
= 126,936 cm3
Bulk Density =
=
= 0,704 gr/cm3
b. Kecil
Diketahui: P = 3,7 cm
l = 3,7 cm
t = 4,3 cm
Berat bahan = 36,857 grVolume = P x l x t
= 3,7 x 3,7 x 4,3
= 58,867 cm3
Bulk Density =
=
= 0,626 gr/cm3
4. Tepung Terigu
Petridish
Diketahui : D = 9,23 cm
t = 1,6 cm
Berat bahan = 45,5 gr
Volume =
=
= 108,61 cm3
Bulk Density =
=
= 0,419 gr/cm3
Kuboid
a. Besar
Diketahui: P = 8,1 cm
l = 3,5 cm
t = 4 cm
Berat bahan = 74,32 gr
Volume = P x l x t
= 8,1 x 3,5 x 4
= 113,4 cm3
Bulk Density =
=
= 0,655 gr/cm3
b. Kecil
Diketahui: P = 3,5 cm
l = 3,5 cm
t = 4,0 cm
Berat bahan = 32,39 gr
Volume = P x l x t
= 3,5 x 3,5 x 4,0
= 49 cm3
Bulk Density =
=
= 0,66 gr/cm3
5. Tepung Ketan
Petridish
Diketahui : D = 8,67 cm
t = 1,18 cm
Berat bahan = 42,4 gr
Volume =
=
= 68,5 cm3
Bulk Density =
=
= 0,619 gr/cm3
Kuboid
a. Besar
Diketahui: P = 8,4 cm
l = 3,5 cm
t = 4,4 cm
Berat bahan = 49,3 gr
Volume = P x l x t
= 8,4 x 3,5 x 4,4
= 126,42 cm3
Bulk Density =
=
= 0,389 gr/cm3
b. Kecil
Diketahui: P = 4,4 cm
l = 3,5 cm
t = 4,4 cm
Berat bahan = 17,8 gr
Volume = P x l x t
= 4,4 x 3,5 x 4,4
= 67,76 cm3
Bulk Density =
=
= 0,262 gr/cm3
6. Tepung Panir
Petridish
Diketahui : D = Tepung Ketan
Petridish
Diketahui : D = 8,87 cm
t = 1,18 cm
Berat bahan = 43,037 gr
Volume =
=
= 72,87 cm3
Bulk Density =
=
= 0,591 gr/cm3
Kuboid
c. Besar
Diketahui: P = 8,24 cm
l = 8,67 cm
t = 4,14 cm
Berat bahan = 81,409 gr
Volume = P x l x t
= 8,24 x 8,67 x 4,14
= 125,196 cm3
Bulk Density =
=
= 0,650 gr/cm3
d. Kecil
Diketahui: P = 3,68 cm
l = 3,62 cm
t = 4,08 cm
Berat bahan = 30,474 gr
Volume = P x l x t
= 3,68 x 3,62 x 4,08
= 54,35 cm3
Bulk Density =
=
= 0,561 gr/cm3
Percobaan 3: Menentukan Sifat Pemasakan Kacang-Kacangan
1. Kacang merah (Kelompok 1)
Diketahui: Berat sebelum direndam = 50 gr
Berat setelah dimasak = 79,38 gr
Swelling Power =
%
=
= 58,76 %
2. Kacang Merah (Kelompok 2)
Diketahui: Berat sebelum direndam = 50 gr
Berat setelah dimasak = 94 gr
Swelling Power =
%
=
= 88 %
3. Kacang Hijau (kelompok 3)
Diketahui: Berat sebelum direndam = 50 gr
Berat setelah dimasak = 147,38 gr
Swelling Power =
%
=
= 194,7 %
4. Kacang Hijau (kelompok 4)
Diketahui: Berat sebelum direndam = 50 gr
Berat setelah dimasak = 96,59 gr
Swelling Power =
%
=
= 93,18 %
5. Kacang tanah (Kelompok 5)
Diketahui: Berat sebelum direndam = 50 gr
Berat setelah dimasak = 69,6 gr
Swelling Power =
%
=
= 39,2 %
6. Kacang Tanah (kelompok 6)
Diketahui: Berat sebelum direndam = 50 gr
Berat setelah dimasak = 63,7 gr
Swelling Power =
%
=
= 27,4 %