77
LAPORAN ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN KADAR DEBU dan ASPEK LINGKUNGAN FISIK serta PENGGUNAAN APD KARYAWAN di Industri Pembuatan Traffic Lamp CV. QUIN Jl. Ring Road Barat, Tundan, Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) Disusun Oleh : 1. Hesti Palupi H.S (P07133110062) 2. Joko Harjono (P07133110066) 3. Okvendri Abrihari (P07133110079) 4. Riza Nurita Arum (P07133110084) 1

ADKL KELM 5 JADI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ADKL KELM 5 JADI

LAPORAN

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN KADAR DEBU dan

ASPEK LINGKUNGAN FISIK serta PENGGUNAAN APD KARYAWAN

di Industri Pembuatan Traffic Lamp CV. QUIN

Jl. Ring Road Barat, Tundan, Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)

Disusun Oleh :

1. Hesti Palupi H.S (P07133110062)

2. Joko Harjono (P07133110066)

3. Okvendri Abrihari (P07133110079)

4. Riza Nurita Arum (P07133110084)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGA

2012

1

Page 2: ADKL KELM 5 JADI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Analisis Dampak

Kesehatan Lingkungan ini.

Laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuntas Bagyono, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan

Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Yogyakarta

2. Bambang Suwerda, S.ST,M.Sc selaku Dosen pengampu Mata Kuliah

Analisis Dampak Kesehatn Lingkungan.

3. Rekan-rekan tercinta mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuannya.

4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah banyak membantu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga

laporan ini bermanfaat. Amin.

Yogyakarta, Mei 2010

Penulis

2

Page 3: ADKL KELM 5 JADI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan

mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki

nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Dalam pelaksanaannya

mulai bahan dari bahan baku, proses pengolahan maupun hasil akhir

yang berupa hasil produksi dan hasil buangannya (sampah) banyak

diantaranya terdiri dari bahan bahan-bahan yang dapat mencemari

lingkungan seperti bahan logam, bahan organik, bahan korosif,

bahan-bahan gas, dan lain-lain bahan yang berbahaya, baik untuk

para pekerja maupun masyarakat disekitar proyek industri tersebut.

Begitu halnya dengan CV. Quin, yang mana di Indonesia hanya ada

satu untuk industri traffic lamp dan pembuatannya cukup banyak

jumlahnya.

Di Indonesia, industri pembuatan lampu lalu lintas bergerak di

bawah Dinas Perhubungan untuk membuat fasilitas atau

perlengkapan yang digunakan di jalan raya. CV. Quin selain

memproduksi rambu-rambu lalu lintas, juga membuat marka jalan,

lampu penerangan, paku marka. CV. Quin merupakan anak

perusahaan dari PT. Qumicon Indonesia yang berada di Jl. Kapt P.

Tendean 50 Yogyakarta yang juga merupakan kantor dari industri

tersebut. Kegiatan yang ada pada PT. Qumicon Indonesia terbagi

menjadi dua yaitu mekanik dan elektrik. Untuk kegiatan elektrik

berjalan di kantor dan kegiatan mekanik di CV. Quin.

Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa industri

pembuatan traffic lamp juga memberikan dampak yang dapat

merugikan kesehatan dan lingkungan sekitarnya, misalnya limbah dari

kamar mandi yang langsung dibuang ke sungai, limbah dari sisa-sisa

3

Page 4: ADKL KELM 5 JADI

bahan pelumas seperti tiner, cat-cat yang langsung dibuang begitu

saja tanpa pengolahan terlebih dahulu, pembakaran bahan sisa uliran

besi dan APD bekas serta sampah-sampah yang dapat mencemari

lingkungan.

Untuk itu perlu adanya analisis dampak lingkungan terhadap

pabrik industri pembuatan traffic lamp CV. Quin yang berada di Jl.

Ring Road Barat Tundan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Hal ini dilakukan agar masyarakat disekitar pabrik mengetahui dan

mengerti akan adanya kemungkinan pengaruh industri tersebut bagi

lingkungan dan masyarakat. CV. Quin berdiri sejak tahun 1995.

Proses produksi traffic lamp pada PT. Qumicon Indonesia itu

sendiri meliputi : perancangan bahan baku yang berupa komponen

elektronik dan penunjang, merakit komponen tersebut kemudian

dilakukan tes dan terakhir disatukan dengan tiang. Dalam hal ini,

pengendalian kualitas sangat dibutuhkan sebelum masuk ke proses

berikutnya. Dari kantor itu sendiri kemudian barang dikirim ke CV.

Quin untuk disatukan dan dikirim. Untuk kegiatan di CV. Quin

meliputi : pemotongan pipa besi dan alumunium, pengelasan dan

pengecatan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal

26 Mei 2011, industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN berada dekat

dengan perumahan penduduk tepatnya di belakang industri tersebut.

Pengolahan sisa produksi hanya dilakukan dengan pembakaran diluar

ruang produksi. didapatkan juga bahwa kadar debu yang tinggi yang

mengganggu kenyamanan pekerja yaitu sebesar 9,00 mg/m3 dan

suhu ruangan yaitu sebesar 32 0C. Sebagai gambaran awal, batas

timur pabrik berupa pemukiman penduduk, batas barat berupa jalan

raya, batas utara berupa pabrik susu bendera dan batas selatan

kampus Stikes Alma Ata. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka

4

Page 5: ADKL KELM 5 JADI

perlu dilakukan penelitian tentang dampak proses produksi industri

pembuatan traffic lamp CV. Quin terhadap lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Apakah kadar debu dan aspek lingkungan fisik serta penggunaan

APD karyawan di industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN sudah

sesuai dengan baku mutu yang ada ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui intensitas kebisingan di CV. QUIN

2. Mengetahui pengetahuan karyawan tentang penggunaan APD

pada saat bekerja.

3. Mengetahui kadar debu udara ambient di lingkungan CV. QUIN

4. Mengetahui perkiraan dampak risiko pada karyawan dan

lingkungan sekitar CV. QUIN

D. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Masalah

Penelitian ini membatasi pada dampak pencemaran udara dengan

paramater partikel debu serta kondisi fisik lingkungan kerja yaitu

suhu dan kebisingan serta penggunaan APD karyawan.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Jl. Ring Road Barat Tundan,

Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

3. Waktu

Waktu penelitian adalah bulan Mei - Juni 2012.

5

Page 6: ADKL KELM 5 JADI

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan terutama pada

Analisis Dampak Kesehatan lingkungan.

2. Bagi CV. QUIN

Memberi gambaran tentang dampak kesehatan lingkungan disekitar

pabrik.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang membutuhkan data

penelitian ini, sehingga dapat melakukan penelitian selanjutnya

dengan desain penelitian yang lebih sempurna.

6

Page 7: ADKL KELM 5 JADI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri

Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah

barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi

untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Secara umum

definisi mengenai industri bermacam-macam namun pada dasarnya

pengertiannya tidak berbeda satu sama lainnya, adapun definisi

menurut Sukirno industri adalah perusahaan yang menjalankan

kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan itu

antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik

pembuatan rokok. Dari beberapa pengertian industri maka secara

garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari

beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan

menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang atau

jasa (Prabusetiawan, 2009).

Industrialisasi adalah pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi

atau setengah jadi. Dalam pelaksanaannya mulai dari bahan baku,

proses pengolahan maupun hasil akhir yang berupa hasil produksi

dan hasil buangannya (sampah) banyak diantaranya terdiri dari

bahan-bahan yang dapat mencemari lingkungan seperti bahan logam,

bahan organis, bahan korosif, bahan-bahan gas, dan lain-lain bahan

yang berbahaya, baik untuk para pekerja maupun masyarakat

disekitar proyek industri tersebut. (Supardi, 1994).

B. Pencemaran Udara

Pencemaran udara diartikan sebagai masuk atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke

udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau

oleh proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat

7

Page 8: ADKL KELM 5 JADI

tertentu yang menyebabkan udara berkurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran udara memberikan dampak terhadap sistem

kehidupan makhluk hidup dan sistem yang tidak termasuk dalam

sistem kehidupan. Pencemaran udara mempengaruhi sistem

kehidupan makhluk hidup seperti gangguan kesehatan, ekosistem

yang berkaitan baik dengan manusia maupun yang tidak berkaitan

dengan manusia, serta ekonomi ekosistem.

Polusi adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang akan

mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan dan terganggunya

kesehatan serta ketenangan hidup makhluk hidup (Supardi, 1994).

Apabila pencemaran udara tidak dapat dikendalikan lagi dan

melampaui ambang batas normal, maka akan mempunyai dampak

yang akan merugikan baik terhadap kesehatan/kehidupan dan

ekonomi.

Penyebab pencemaran udara oleh kegiatan manusia, seperti :

1. Debu/partikel dari kegiatan industri

2. Penggunaan bahan – bahan kimia yang disemprotkan

3. Gas buang hasil pembakaran bahan bakar fosil

Udara yang telah tercemar akan mengakibatkan gangguan pada

sistem pernafasan pada manusia. Gas tersebut akan menyerang

hidung, tenggorokan dan saluran nafas sampai ke paru – paru (Sunu

Pramudya, 2001).

C. Debu (Menurut Pudjiastuti, Pusat Kesehatan Kerja DEPKES 2002)

1. Pengertian

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut

sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate

Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500

mikron. Dalam Kasus Pencemaran udara baik dalam maupun di

ruang gedung (Indoor and Out Door Pollution) debu sering

8

Page 9: ADKL KELM 5 JADI

dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk

menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Partikel debu akan

berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan

melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh

manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan

terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus

pandanng mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia

sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat

rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan

ukuran dan bentuk yang relatif berbeda beda.

2. Macam – macam Debu

Dari sifatnya debu dikategorikan pada:

a. Sifat pengendapan, yaitu debu yang cenderung selalu

mengendap karena gaya grafitasi bumi.

b. Sifat permukaan basah, sifatnya selalu basah dilapisi oleh

lapisan air yang sangat tipis.

c. Sifat penggumpalan, karena sifat selalu basah maka debu

satu dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk

gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan

adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk

gumpalan.

d. Debu listrik statik, debu mempunyai sifat listrik statis yang

dapat menarik partikel lain yang berlawanan dengan demikian

partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya

penggumpalan.

e. Sifat opsis, partikel yang basah/lembab lainnya dapat

memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.

9

Page 10: ADKL KELM 5 JADI

Dari macamnya debu juga dapat dikelompokan kedalam

Debu Organik (debu kapas, debu daun-daunan, tembakau dan

sebagainya), Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2,

SiO3, arang batu dan lain-lain) dan Debu Metal (debu yang unsur

logam : Pb, Hg, Cd, Arsen, dan lain-lain). Dari segi karakter zatnya

debu terdiri atas debu fisik (debu tanah, batu, mineral, fiber), kimia

(mineral organik dan inorganik), biologis (virus, bakteri, kista) dan

debu radio aktif. Ditempat kerja jenis jenis debu ini dapat ditemui

di kegiatan pertanian, pengusaha keramik, batu kapur, batu bata,

pengusaha kasur, pasar tradisional, pedagang pinggir jalanan dan

lain-lain.

3. Ambang Batas Debu

Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit

pada saluran pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut

dapat mencapai target organ sebagai berikut :

a. 5-10 mikron = akan tertahan oleh saluran pernafasan

bagian atas

b. 3-5 mikron = akan tertahan oleh saluran pernafasan

bagian tengah

c. 1-3 mikron = sampai dipermukaan alveoli

d. 0,5-0,1 mikron = hinggap dipermukaan alveoli/selaput lendir

sehingga menyebabkan vibrosis paru

e. 0,1-0,5 mikron = melayang dipermukaan alveoli.

Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang

membahayakan adalah berukuran 0,1 – 5 atau 10 mikron. Depkes

mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan

berkisar 0,1 sampai 10 mikron.

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja nomor :

SE-01/MEN/1997 tentang nilai ambang batas (NAB) faktor kimia di

udara lingkungan kerja, ditetapka NAB debu adalah 3,00 mg/m3.

10

Page 11: ADKL KELM 5 JADI

4. Dampak Pencemaran Udara Oleh Debu

Kesehatan juga dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :

a. Gangguan estetik dan fisik seperti terganggunya

pemandangan dan pelunturan warna bangunan dan

pengotoran.

b. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya

penutupan pori pori tumbuhan sehingga mengganggu

jalannya photosintesis

c. Merubah iklim global regional maupun internasional

d. Menganggu perhubungan/penerbangan yang akhirnya

menganggu kegiatan sosial ekonomi di masyarakat

e. Menganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada

mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker pada paru-

paru. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada :

solubity (mudah larut), komposisi kimia, konsentrasi debu, dan

ukuran partikel debu.

5. Pengendalian dan Pencegahan

a. Terhadap sumbernya

Pengontrolan debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara

lain :

1) Isolasi sumber agar tidak mngeluarkan debu di ruang

kerja dengan “Local Exhauster” atau dengan melengkapi

Water Sprayer pada cerobong asap.

2) Subtitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak

mengeluarkan debu.

b. Pencegahan terhadap transmisi

1) Memakai metoda basah yaitu, penyiraman lantai dan

pengeboran basah (Wet Drilling)

2) Dengan alat (Scrubber, Electropresipitator, Ventilasi

Umum)

11

Page 12: ADKL KELM 5 JADI

c. Pencegahan terhadap tenaga kerjanya

Antara lain menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan

menggunakan masker.

D. Suhu

Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata–rata dari

pergerakan molekul–molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang

menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan

(transfer) panas ke benda–benda lain atau menerima panas dari

benda–benda lain tersebut. Panas adalah energi yang dipindahkan

dari suatu obyek ke obyek lainnya karena adanya perbedaan suhu.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan

kerja perkantoran dan industri suhu : 18 – 28 0C.

Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas

dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi. Macam-macam

perpindahan panas, yaitu :

a. Konduksi Perpindahan panas dari suatu molekul ke molekul lain

di sekitarnya.

b. Konveksi Perpindahan panas yang disebabkan gerakan molekul

yang mempunyai energi lebih tinggi.

c. Radiasi Perpindahan panas oleh gelombang elektromagnetik.

Suhu pada umumnya diartikan sebagai besaran yang

menyatakan derajat panas dinginnya suatu benda. Skala suhu yang

biasa digunakan diantaranya Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin.

Gangguan kesehatan akibat suhu yang tidak baik adalah :

- Sistemic disorder

- Heat stroke

- Heat exhaution

12

Page 13: ADKL KELM 5 JADI

a. Skin disorder

- Prickly heat

b. Psychonneurotic disorder

- Heat fatique

- Tropical fatique

E. Kebisingan

1. Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena

tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat

menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan

manusia (Sasongko, 2000). Definisi lain dari kebisingan adalah

bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada

telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis manakala

bunyi-bunyi tersebut tidak diinginkan (Suma’mur, 1996).

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki

sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan

(Kepmenkes RI No.261/MENKES/SK/11/1998). Kebisingan adalah

suara-suara yang tidak dikehendaki bagi manusia. Kualitas suatu

bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya (Suma’mur,

1996:57). Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per

detik/Hertz (Hz). Suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah

gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi.

Intensitas atau arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam

desibel (dB) dengan memperbandingkannya dengan kekuatan

dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan

frekuensi 1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga manusia,

dinyatakan dengan rumus :

SPL = 2010 log pPo

13

Page 14: ADKL KELM 5 JADI

Dengan:

SPL (Sound Pressure Level) = arus tekanan suara (dB)

p = tegangan suara yang bersangkutan (Pa)

po = tegangan suara standar (0,0002 dyne/cm2 = 2x10-5 Pa)

(Dwi P. Sasongko, dkk, 2000:3).

Telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi diantara

16 -20.000 Hz.

2. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memperoleh data

kebisingan di perusahaan atau dimana saja dan mengurangi

tingkat kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan

gangguan (Suma’mur, 1996). Alat yang digunakan dalam

pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter (SLM) dan

Noise Dosimeter (Tambunan, 2005:75). Sound Level Meter adalah

alat pengukur level kebisingan, alat ini mampu mengukur

kebisingan di antara 30-130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20-

20.000 Hz (Suma’mur, 1996). Noise Dosimeter adalah alat yang

digunakan untuk memonitor dosis kebisingan yang telah dialami

oleh seorang pekerja (Benjamin, 2005)

3. Tipe Kebisingan

Jenis kebisingan yang sering dijumpai menurut Suma’mur P. K.

(1996), yaitu :

a. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang

luas (steady state wide band noise)

b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit

(steady state narrow band noise)

14

Page 15: ADKL KELM 5 JADI

c. Kebisingan terputus-putus (intermittent)

d. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise)

e. Kebisingan impulsif berulang.

4. Sumber Bising

Sumber kebisingan dapat diidentifikasi jenis dan bentuknya.

Kebisingan yang berasal dari berbagai peralatan memiliki tingkat

kebisingan yang berbeda dari suatu model ke model lain

(Sasongko, 2000). Proses pemotongan seperti proses

penggergajian kayu merupakan sebagian contoh bentuk benturan

antara alat kerja dan benda kerja yang menimbulkan kebisingan.

Penggunaan gergaji bundar dapat menimbulkan tingkat

kebisingan antara 80-120 dB (Tambunan, 2005). Kebisingan di

bagian moulding perum perhutani berasal dari penggunaan mesin

dalam proses produksi seperti gergaji mesin 115 dB, bor listrik 88

dB, dan mesin-mesin lain (Tambunan, 2005)

5. Nilai Ambang Batas (NAB)

Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja

yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit

atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk

waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu

(KEPMENAKER No. Kep-51 MEN/1999). NAB kebisingan di

tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan

nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa

mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu

kerja terus-menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam

seminggu (Budiono, 2003). Nilai ambang batas yang

diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85 dBA, selama waktu

pemaparan 8 jam berturut-turut.

15

Page 16: ADKL KELM 5 JADI

Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap kebisingan

(NAB Kebisingan) berdasarkan lampiran Keputusan Menteri

Kesehatan No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Nilai Ambang

Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja .

Tabel 1. Intensitas Kebisingan di Ruang Kerja

No.Tingkat Kebisingan

(dBA)

Pemaparan

Harian

1. 85 8 jam

2. 88 4 jam

3. 91 2 jam

4. 94 1 jam

5. 97 30 menit

6. 100 15 menit

Sumber : Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002

6. Pengaruh Kebisingan

Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya

gangguan-gangguan seperti di bawah ini (Departemen Kesehatan

RI, 2003) :

a. Gangguan Fisiologis

Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula

timbul akibat kebisingan. Pembicaraan atau instruksi dalam

pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, pembicara

terpaksa berteriak-teriak selain memerlukan ekstra tenaga

juga menambah kebisingan (Departemen Kesehatan RI,

2003). Contoh gangguan fisiologis : naiknya tekanan darah,

nadi menjadi cepat, emosi meningkat, vasokontriksi pembuluh

16

Page 17: ADKL KELM 5 JADI

darah (semutan), otot menjadi tegang atau metabolisme tubuh

meningkat. Semua hal ini sebenarnya merupakan mekanisme

daya tahan tubuh manusia terhadap keadaan bahaya secara

spontan (Priatna dan Pak Jenal, 2002). Kebisingan juga dapat

menurunkan kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot

untuk melakukan kontraksi dan relaksasi, berkurangnya

kemampuan otot tersebut menunjukkan terjadi kelelahan pada

otot (Suma’mur, 1996).

b. Gangguan Psikologis

Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah

mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu

komunikasi, mengurangi konsentrasi dapat mengganggu

pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena

tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu

konsentrasi (Priatna, 2002) sehingga muncul sejumlah

keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan

untuk melakukan aktivitas. Kebisingan mengganggu perhatian

tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan

terhadap suatu proses produksi atau hasil serta dapat

membuat kesalahan-kesalahan akibat terganggunya

konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik,

juga dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya berupa

meningkatnya kelelahan tenaga kerja (Suma’mur, 1996).

Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat

menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan

pendengaran primer yang akan menyebabkan sensasi suara

gemuruh dan berdenging, dengan timbulnya sensasi suara ini

akan menyebabkan pula stimulasi nucleus ventralateralis

thalamus yang akan menimbulkan inhibisi impuls dari

kumparan otot, dengan kata lain hal ini akan menggerakkan

17

Page 18: ADKL KELM 5 JADI

atau menguatkan sistem inhibisi atau penghambat yang

berada pada thalamus (Ganong, 1999).

Apabila sistem aktivasi lebih kuat maka seseorang

dalam keadaan segar untuk bekerja, sebaliknya manakala

sistem penghambat lebih kuat maka seseorang dalam

keadaan kelelahan (Suma’mur, 1996).

c. Gangguan Patologis Organis

Pengaruh kebisingan terhadap alat pendengaran yang

paling menonjol adalahmenimbulkan ketulian yang bersifat

sementara hingga permanen (Departemen Kesehatan RI,

2003). Kebisingan dapat menurunkan daya dengar, dan tuli

akibat kebisingan (Budiono, 2003).

Ketulian akibat kebisingan yang ditimbulkan akibat

pemaparan terus-menerus dibagi menjadi dua yaitu :

1. Temporary deafness, yaitu kehilangan pendengaran

sementara.

2. Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara

permanen atau disebut ketulian syaraf. Pada pekerja

permanent deafness harus dapat dikompensasi oleh

jamsostek atau rekomendasi dari dokter pemeriksa

kesehatan (Priatna, 2002).

7. Pengendalian Kebisingan

Pengendalian kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan

upaya-upaya sebagai berikut (Kasjono dan Haryono, 2007) :

1. Pengendalian pada sumber

Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam cara ini adalah

sebagai berikut :

a. Meredam bising/getaran yang ada

b. Mengurangi luas permukaan yang bergetar

18

Page 19: ADKL KELM 5 JADI

c. Mengatur kembali tempat sumber

d. Mengatur waktu operasi mesin

e. Pengecilan atau pengurangan volume

f. Pembatasan jenis dan jumlah lalu lintas dan lainnya

2. Pengendalian pada media bising

Langkah – langkah yang bisa dilakukan dengan cara ini

adalah sebagai berikut :

a. Memperbesar jarak sumber bising dengan pekerjaan atau

bila sumber bising adalah lalu lintas pemukiman

b. Memasang peredam suara pada dinding dan langit–langit

c. Membuat ruang kontrol agar dapat dipergunakan

mengontrol pekerjaan dari ruang terpisah

d. Bila sumber bising adalah lalu lintas, bisa dilakukan

dengan penanaman pohon, pembuatan gundukan tanah,

pembuatan pagar, pembuatan jalur hijau

3. Pengendalian pada penerima

Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan

beberapa cara, antara lain :

a. Memberikan alat pelindung diri seperti ear plug, ear muff,

dan gelmet

b. Memberikan latihan dan pendidikan kesehatan dan

keselamatan kerja, khususnya tentang kebisingan dan

pengaruhnya agar pekerja disiplin dalam menggunakan alat

pelindung diri.

c. Tindakan pengamanan juga dapat dilakukan dengan cara

memindahkan tenaga kerja terkena bising.

F. APD (Alat Pelindung Diri)

Usaha pencegahan terhadap kemungkinan penyakit akibat kerja

dan kecelakaan kerja harus dilakukan untuk menghindari dan

mengurangi paparan dan risiko kebisingan. Salah satu upaya

19

Page 20: ADKL KELM 5 JADI

pengendalian adalah melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung

diri (APD). Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja, khususnya pasal 9, 13, dan 14, mengatur tentang penyediaan

dan penggunaan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja, baik bagi

pengusaha maupun bagi tenaga kerja (Budiono, 2003).

Fungsi dari perancangan alat pelindung diri adalah untuk

mencegah bahaya luar agar tidak mengenai tubuh pekerja

(International Labour OfficeGeneva, 1989 : 94). Alat pelindung diri

merupakan seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk

melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi

bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono, 2003).

Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan

pada setiap tenaga kerja. Dari suatu pengamatan yang dilakukan

terhadap 100 orang tenaga kerja di Jawa Barat (dari perusahaan

tekstil) pada tahun 2002, terlihat usaha-usaha yang dilakukan dalam

menanggulangi perasaan “ketidaknyamanan” dalam menggunakan

APD.

Perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang

timbul pada saat menggunakan alat pelindung diri akan

mengakibatkan keengganan tenaga kerja menggunakannya dan

mereka memberi respon yang berbeda-beda (Budiono, 2003). Alasan

pekerja tidak mau memakai adalah tidak sadar/tidak mengerti, panas,

sesak, tidak enak dipakai, tidak enak dipandang, berat, mengganggu

pekerjaan, tidak sesuai dengan bahaya yang ada, tidak ada sangsi,

dan atasan juga tidak memakai (Santoso, 2004). Metode penentuan

APD melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang

dipakai telaah data-data kecelakaan dan penyakit belajar dari

pengalaman industri sejenis lainnya, bila ada perubahan proses,

mesin, dan material diatur dalam Peraturan Perundangan.

20

Page 21: ADKL KELM 5 JADI

Jenis-jenis APD :

a. A.P. Kepala

Topi pelindung/pengaman (Safety Helmet) : melindungi kepala dari

benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus

listrik. Tutup kepala : melindungi kepala dari kebakaran, korosif,

uap-uap, panas/dingin. Hats/cap : melindungi kepala dari kotoran

debu atau tangkapan mesin-mesin berputar. Topi pengaman untuk

penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari tegangan

listrik yang terbatas.

b. A.P. Muka dan Mata ( Face Shield )

Fungsi : melindungi muka dan mata dari lemparan benda – benda

kecil, lemparan benda-benda panas, pengaruh cahaya, pengaruh

radiasi tertentu. Bahan pembuat alat pelindung muka dan mata ,

gelas/kaca biasa/plastik, gelas yang ditempa secara panas. Bila

pecah tidak menimbulkan bagian-bagian yang tajam, gelas dengan

laminasi aluminium dan lain-lain. Yang terbaik adalah jenis gelas

yang ditempa secara panas karena bila pecah tak menimbulkan

bagian-bagian yang tajam. Bila dipasang frame tak mudah lepas.

Dari plastik ada beberapa jenis tergantung dari bahan dasarnya

seperti : selulosa asetat, akrilik, poli karbonat.

c. A.P. Telinga

Sumbat telinga (ear plug) : dapat mengurangi intensitas suara 10

s/d 15 dB. Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi

tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya

(komunikasi) tidak terganggu. Kelemahan : tidak tepat ukurannya

dengan lubang telinga pemakai, kadang-kadang lubang telinga

kanan tidak sama dengan yang kiri. Bahan sumbat telinga : karet,

plastik keras, plastik yang lunak, lilin, kapas. Yang disenangi adalah

21

Page 22: ADKL KELM 5 JADI

jenis karet dan plastic lunak, karena bisa menyesuaikan bentuk

dengan lubang telinga. Daya atenuasi (daya lindung) : 25-30 dB.

Ada kebocoran dapat mengurangi atenuasi + 15 dB

Dari lilin  : bisa lilin murni dilapisi kertas kapas. Kelemahan : lekas

kotor dan kurang nyaman.

Tutup telinga ( ear muff ) : dapat mengurangi intensitas suara 20

s/d 30 dB. Atenuasinya :  pada frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42

dB (35–45 dB). Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan

khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat

telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi, tapi tak lebih dari

50 dB, karena hantaran suara melalui tulang masih ada.

d. A.P. Pernafasan

Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti

: kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap

dan uap logam), pencemaran oleh gas atau uap.

e. A.P. Tangan dan A.P. Kaki

Pada industri ringan/tempat kerja biasa. Cukup dengan sepatu

yang baik. Sepatu pelindung (safety shoes) : dapat terbuat dari

kulit, karet, sintetik atau plastik. Untuk mencegah tergelincir dipakai

sol anti slip. Untuk mencegah tusukan dipakai sol dari logam.

Terhadap bahaya listrik sepatu seluruhnya harus di jahit atau 

direkat tak boleh memakai paku.

G. Pengendalian Pencemaran Industri

Kemajuan teknologi yang diikuti dengan perkembangan industry

memang menciptakan kenikmatan dan kesejahteraan materi bagi

manusia, akan tetapi sebaliknya apabila kemajuan dan

perkembangan tersebut tidak dapat dikendalikan dapat menimbulkan

22

Page 23: ADKL KELM 5 JADI

pencemaran yang berupa bahaya, kerugian dan gangguan–gangguan

dalam kelangsungan hidup manusia, terutama industri yang

menghasilkan produk sampling. Bahaya dan gangguan tersebut

bersifat negative dan pada taraf tertentu dapat mengganggu

kelestarian lingkungan, lebih jauh lingkungan tidak dapat

dimanfaatkan sebagaimana kualitas sebenarnya (Soebagyo, 1992).

Sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi maupun

mengendalikan segala bentuk pencemaran sebagai produk samping

perusahaan industry, maka Menteri Perindustrian dalam surat

keputusannya Nomor : 20/M/SK/1/1986 telah mengeluarkan lingkup

tugas Departemen Perindustrian Dalam Pengendalian Pencemaran

Industri terhadap lingkungan hidup ( Soebagio,1992 ).

Dalam pasal 2 Surat Keputusan tersebut, diatur pengendalian

pencemaran industry, meliputi ( Soebagio,1992 ) :

1. Pencegahan pencemaran industry, baik dalam tahap perencanaan,

pembangunan ataupun pengoperasian industry yang terdiri dari :

a. Pemilihan lokasi, yang dikaitkan dengan rencana tata ruang.

b. Studi yang menyangkut dengan pengaruh dari pemilihan lokasi

industri terhadap kemungkinan pencemaran pada lingkungan

hidup yaitu Studi Analisis Dampak Lingkungan.

c. Pemilihan teknologi proses termasuk desain peralatan dalam

pembuatan produk industry dan penggunaan peralatan untuk

pencegahan pencemaran.

d. Pemilihan system pengadaan penyimpanan, pengolahan,

pengemasan dan pengangkutan bahan baku dan atau produk

industry terutama bahan beracun dan berbahaya.

e. Pemilihan teknologi pengolahan limbah industry termasuk daur

ulang limbah industry.

f. System pengawasan terhadap gejala dan timbulnya pencemaran

industry.

23

Page 24: ADKL KELM 5 JADI

2. Penanggulangan pencemaran industry baik pada tahap

pembangunan maupun pada tahap operasinal yang terdiri dari :

a. Penetapan tentang berlakunya standar kualitas limbah bagi tiap

jenis bidang usaha industry serta penetapan tentang nilai

ambang batas bagi suatu lingkungan.

b. Penelitian pencemaran serta pemberian petunjuk untuk

mengatasinya.

c. Petunjuk mengenai penanganan limbah industry mencemarkan

lingkungan melalui cara penyimpanan sementara, daur ulang,

pemusnahan , pembangunan secara aman seperti penimbunan

di dalam tanah atau pengisolasian ke dasar laut dan lain

sebagainya, baik dalam bentuk turun tangan ataupun dalam

konsultasi.

3. Pencegahan merupakan hal yang pokok dalam memelihara

kesehatan lingkungan dalam bidang perindustrian, sebab pada

umumnya penyakit-penyakit yang terjadi akibat kerja di bidang

industri tidak bisa diobati secara sempurna ( Soebagio,1992 ).

Beberapa tindakan pencegahan antara lain :

a. Terhadap Tempat Kerja

1) Pemakaian alat pendingin untuk ruangan-ruangan yang

panas.

2) Pengisapan debu di ruangan dengan memakai alat pengisap

debu.

3) Pemberian istirahat yang cukup dan tepat sewaktu kerja.

4) Penyediaan alat-alat pertolongan pertama pada kecelakaan.

5) Menjaga kebersihan ruangan kerja.

6) Kalau memungkinkan diadakan substansi terhadap zat-zat

yang berbahaya, kalau tidak diadakan usaha perlindungan

yang baik terhadap bahaya yang mungkin terjadi.

7) Unit-unit operasi yang menimbulkan gas atau uap ke udara

harus memakai sistem tertutup dan ventilasi ke luar tempat.

24

Page 25: ADKL KELM 5 JADI

8) Cara ventilasi keluar tempat harus menutupi unit operasi

sesempurna mungkin untuk menghindari pencemaran bahan

terhadap pekerja di ruangan lain atau lingkungan sekitarnya.

a) Sedapat mungkin bahan-bahan berbahaya diangkut

dengan alat pengangkut mekanik, jangan menggunakan

tenaga manusia.

b) Penyediaan saluran air untuk mencuci bahan berbahaya

baik yang tertumpah maupun yang sengaja.

c) Ventilasi umum untuk mengalirkan udara segar.

d) Usahakan jangan sampai terdapat pencemaran bahan

yang melebihi nilai ambang batasnya (NAB).

b. Terhadap manusianya

1) Jangan memperkerjakan orang yang berpenyakit seperti

penyakit paru-paru, penyakit ginjal dan penyakit hati

yang menahun.

2) Memberikan pengetahuan kepada para pekerja

mengenai bahaya dari bahan-bahan yang dipakai dan

mengenai keselamatan kerja.

3) Pemakaian pakaian pelindung waktu bekerja seperti

sarung tangan, kacamata pakaian kerja.

4) Pakaian pelindung harus dibersihkan atau dicuci setiap

hari.

5) Penyediaan masker udara dan masker gas

6) Membersihkan badan sebelum pulang kerja dan

sebelum makan dan minum

7) Memberikan pertolongan cepat bila terjadi kecelakaan

8) Pemeriksaan secara berkala 6-12 bulan sekali.

9) Peningkatan gizi para karyawan. Misalnya dengan

memberikan makanan bergizi pada waktu jam istirahat.

25

Page 26: ADKL KELM 5 JADI

Umumnya masalah kesehatan dan sanitasi

diperkantoran dititikberatkan pada tindakan kuratif.

Mengenai usaha pencegahan pada faktor-faktor yang

menyebabkan sakit kurang mendapatkan perhatian.

Padahal kalau ingin menurunkan angka sakit para

karyawan, tindakan pencegahan merupakan peranan

penting ( Soebagio,1992 ). Juga aspek-aspek sosial dan

kejiwaan harus menjadi perhatian pula, misalnya salah

pilih pekerjaan atau ketidakcocokan dengan kawan-

kawan atau atasan, sering menimbulkan depresi

(Soebagio,1992).

H. Kerangka Konsep

I. Hipotesis

Ada hubungan antara kebisingan, suhu, pemakaian alat pelindung diri,

dan partikel debu udara ambient di industri pembuatan traffic lamp

(CV. QUIN) dengan penurunan kesehatan tenaga kerja .

26

Industri

Pembuat

an traffic

lamp

- Kebisingan- Partikel

debu- suhu

- Kedisiplinan penggunaan APD (masker, alat pelindung telinga)

- Jarak dengan permukiman

pekerja

- Sehat- Sakit

(gangguan pendengaran, ISPA, dan gangguan kenyamanan)

Page 27: ADKL KELM 5 JADI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan

pendekatan cross sectional kemudian penelitian ini akan dianalisis

secara deskriptif.

B. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juni 2012.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitiannya adalah industri pembuatan traffic lamp “CV.

QUIN” Jl. Ring Road Barat Tundan, Tamantirto, Kasihan, Bantul

Yogyakarta. Pemeriksaan sampel di lakukan di laboratorium

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

C. Objek Penelitian

Obyek pada penelitian ini adalah parameter fisik seperti kebisingan,

debu dan suhu dari industri pembuatan traffic lamp “CV. QUIN” Jl.

Ring Road Barat Tundan, Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta.

Serta keluhan karyawan industri yang bersangkutan.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel bebas

Keberadaan industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN

Definisi operasional :

Keberadaan industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN adalah

upaya untuk mengetahui keadaan atau kondisi dalam industri

tersebut pada saat melakukan proses produksi setiap jam kerja

produktif.

27

Page 28: ADKL KELM 5 JADI

2. Variable terikat

a. Kebisingan

Definisi operasional :

Kebisingan adalah bunyi yang mengganggu dalam satuan dB

yang yang diperoleh dengan sound level meter yang merupakan

salah satu indikator kualitas fisik suatu industri.

b. Suhu.

Definisi operasional :

Suhu adalah derajat panas atau dingin dalam satuan 0C yang

terkandung pada suatu benda yang diukur dengan

menggunakan termometer.

c. Pemeriksaan debu

Debu adalah partikel yang melayang di udara dalam satuan

mg/m3 yang diperoleh dengan pengukuran debu menggunakan

Personal Dust Sampler (PDS) atau Low Volume Air Sampling

(LVAS).

E. Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data yang akan dianalisis berupa data kuantitatif (kadar

debu, kebisingan dan suhu).

2. Teknik pengambilan data

a. Data primer

Data didapatkan dari hasil pengambilan sampel debu industri

pembuatan traffic lamp yang kemudian diperiksa kadar debu

dalam udara serta pengukuran kebisingan di lokasi yang

berasal dari mesin yang digunakan dan suhu ruang industry

tersebut.

b. Data sekunder

Pengamatan secara langsung dari lingkungan sekitar lokasi

industri.

28

Page 29: ADKL KELM 5 JADI

c. Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan debu

dan pengukuran tingkat kebisingan dan suhu langsung di

industri pembuatan traffic lamp.

F. Instrumen Pengumpulan data

1. Alat : Kuesioner

Untuk mengetahui dampak kesehatan lingkungan akibat industri

pembuatan traffic lamp CV. QUIN bagi tenaga kerja. Adapun

kuisioner berisi :

a. Identitas responden

b. Data tentang pengetahuan karyawan terhadap penggunaan

APD pada saat bekerja.

2. Untuk mengetahui dampak kesehatan lingkungan akibat industri

pembuatan traffic lamp CV. QUIN di lingkungan sekitar industry

dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada lingkungan.

3. Bahan

Data primer meliputi sampel debu , kebisingan dan suhu di CV.

QUIN

Alat :

a. Pemeriksaan sampel debu

1) Almari pengering/oven

2) Pinset

3) Desikator

4) Neraca analitik

5) Personal Dust Sampler (PDS)

b. Kebisingan

1) Sound level meter

2) Formulir Bis-1 dan Bis-2

c. Suhu

1) Termohygrometer

29

Page 30: ADKL KELM 5 JADI

G. Tahapan Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Penentuan lokasi penelitian

b. Perijinan

c. Melaksanakan survey pendahuluan

d. Menentukan parameter yang di ukur

e. Persiapan alat dan bahan

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengamatan pada industri

b. Membagikan kuesioner pada para pekerja

c. Pengambilan sampel dan pengukuran parameter yang telah di

tentukan :

1) Pengambilan sampel debu

a. Pengambilan sampel partikel/debu

Alat dan bahan :

1. Glass fiber filter

2. PDS

3. Roll kabel

4. Almari pengering/oven

5. Pinset

6. Desikator

7. Neraca analitik

Cara kerja :

1. Glass fiber dikeringkan dalam almari

pengering/oven selama 1 jam suhu 105oC,

kemudian didinginkan dalam desikator selama 15

menit dan selanjutnya ditimbang dengan neraca

analitik sebagai berat A gram

2. Selanjutnya filter dipasang pada filter holder

30

Page 31: ADKL KELM 5 JADI

3. Memasang inlet pada PDS setinggi 1,5 meter

selanjutnya mengatur kecepatan udara sebesar 2

lpm dengan menombol on lalu memutar pengaturan

lpm sampai bola pada angka 2 selanjutnya

dipaparkan selama 30 menit

4. Setelah sampling selesai, glass fiber diambil dan

dikeringkan dalam almari pengering/oven selama 1

jam suhu 105oC, kemudian didinginkan dalam

desikator selama 15 menit dan selanjutnya

ditimbang dengan neraca analitik sebagai berat B

gram

5. Menghitung kadar debu dengan rumus :

Kadar debu =

(B gram−A gram)Waktu pengambilansampel x LPM

x1000

b. Pemeriksaan suhu

Menggunakan thermohygrometer

Langkah-langkahnya :

1. Alat digantungkan ditembok

2. Biarkan sekitar 10-15 menit

3. Catat suhu yang tertera pada thermohygrometer

c. Pengukuran kebisingan

Alat dan Bahan :

1. Sound level meter

2. Alat tulis

3. Stopwatch

4. Formulir Bis – 1

5. Formulir Bis – 2

31

Page 32: ADKL KELM 5 JADI

Langkah Kerja :

1. Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari

dinding pemantul 2-3 meter

2. Mengecek baterai sound level meter dengan

menggeser tombol power

3. Meletakkan sound level meter pada ketinggian 1-1,2

meter dan mengarahkan mikrofon ke sumber suara

4. Menghidupkan SLM (Sound Level Meter) dengan

tombol switch on/off

5. Stel respon F (fast) pada jenis kebisingan kontinue

dan S (slow) pada kebisingan fluktuatif

6. Menekan tombol CAL untuk mengkalibrasi kemudian

menggeser ke range suara

7. Selanjutnya mencatat angka yang muncul pada

display setiap 5 detik terakhir

8. Mencatat dan memasukkan pada formulir bis-1

9. Melakukan pengukuran selama 10 menit, (120

angka)

10.Melakukan pengelompokan hasil pengukuran

dengan formulir bis-2

11.Menghitung tingkat kebisingan dengan rumus

sebagai berikut :

L = X+(P1)

(P1+P2)x C

Keterangan :

L = Tingkat kebisingan

X = Batas bawah kelas yang mengandung modus

32

Page 33: ADKL KELM 5 JADI

P1 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di

bawahnya

P2 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di

atasnya

C = Lebar kelas

H. Pengolahan Data

Data-data yang telah diperoleh dari pengukuran selanjutnya dilakukan

analisis secara deskriptif kemudian dibandingkan dengan dengan Nilai

Ambang Batas (NAB) baku mutu debu, kebisingan, suhu,

kelembaban, dan pencahayaan yang telah dilakukan. Simpul ADKL

prediksi dampak, identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan.

33

Page 34: ADKL KELM 5 JADI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN terletak di Jl. Ring

Road Barat Tundan, Tamantirto, Kasihan ,Bantul Yogyakarta. Industri

pembuatan traffic lamp memiliki luas lahan sekitar 2000 m2. Ruangan

di dalam industri pembuatan traffic lamp tersebut lantainya terbuat dari

campuran semen dan pasir (plester kasar) dan beratapkan asbes

dengan beberapa ventilasi kecil di bagian dinding selatan dan

beberapa kaca bening di atap. Selain itu, pada bagian atap terdapat

exhauster fan untuk mengurangi jumlah debu di ruangan sebanyak 12

buah tetapi yang beroperasi hanya 5 buah saja yang 7 tidak berfungsi

karena rusak dan belum diperbaiki. Dan juga terdapat banyak lampu.

Batas-batas industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN :

- Sebelah Utara : Pabrik susu bendera

- Sebelah barat : Jalan raya

- Sebelah selatan : Kampus Stikes Alma Ata

- Sebelah timur : Pemukiman penduduk

Industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN terdapat fasilitas

kebersihan seperti tempat cuci tangan dan dua buah kamar mandi

dilengkapi dengan jamban. Namun kedua fasilitas kebersihan yang

ada kondisinya buruk serta limbah dari kamar mandi yang langsung

dibuang ke lingkungan tanpa ada pengolahan lebih dulu. Setiap

harinya industri beroperasi dari jam 08.00-16.00 WIB. Jumlah

karyawan yang bekerja sekitar 25 orang.

34

Page 35: ADKL KELM 5 JADI

B. Hasil

1. Intensitas Kebisingan

Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan menggunakan sound

level meter pada tanggal 21 Juni 2012 diperoleh hasil pengukuran

sebgai berikut :

Formulir Bis- 1 (pengulangan I)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 66,6 70,5 60,2 60,6 57,9 57,4 66,6 56,3 56,5 56,4

2 70,5 69,0 56,8 58,4 69,1 59,4 65,7 55,9 55,5 59,4

3 66,9 69,3 58,7 58,5 66,8 56,2 66,5 59,5 54,9 56,2

4 64,2 68,8 67,1 60,2 66,9 59,5 62,2 56,2 55,8 55,0

5 69,2 64,9 67,4 67,9 58,0 56,6 58,2 54,3 60,1 54,9

6 67,7 67,0 66,0 66,8 66,7 64,9 57,7 54,9 57,5 58,5

7 68,2 66,5 66,4 67,5 67,9 64,5 67,4 54,8 56,6 57,7

8 63,0 70,6 61,4 68,1 67,3 65,3 58,9 55,7 55,3 60,4

9 65,0 69,3 56,8 64,5 65,2 66,0 57,3 66,5 57,2 56,0

10 67,0 55,5 56,5 59,8 66,3 64,0 67,0 66,1 56,0 56,1

11 66,0 66,4 56,8 57,7 59,5 55,3 56,7 60,9 57,0 56,0

12 69,7 60,5 59,0 54,0 72,4 56,4 56,3 54,6 60,4 58,2

Formulir Bis- 1 (pengulangan II)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

162,

1

57,

9

57,

1

69,

1

60,

7

63,

1

58,

7

60,

8

57,

9

56,

0

256,

5

60,

9

60,

4

68,

5

58,

2

57,

7

54,

2

68,

2

68,

5

57,

8

368,

5

61,

4

57,

4

60,

2

57,

0

55,

2

64,

7

71,

0

67,

9

58,

8

4 60, 56, 53, 62, 56, 56, 67, 69, 68, 67,

35

Page 36: ADKL KELM 5 JADI

2 9 2 4 5 5 5 2 3 9

569,

6

59,

8

59,

0

57,

3

54,

3

60,

3

69,

4

62,

7

61,

9

59,

7

663,

8

59,

0621

54,

0

62,

4

58,

2

70,

1

57,

9

59,

0

60,

5

759,

9

69,

4

64,

4

64,

7

63,

1

60,

0

69,

5

55,

1

57,

2

62,

7

860,

8

67,

7

60,

9

60,

5

60,

7

65,

9

57,

8

53,

2

58,

7

58,

9

962,

3

58,

5

56,

5

53,

9

56,

8

68,

1

54,

1

56,

7

62,

3

56,

2

1

0

62,

3

59,

5

54,

9

58,

0

59,

7

67,

5

61,

3

59,

5

65,

8

54,

8

1

1

68,

2

60,

6

58,

3

62,

7

61,

2

60,

7

63,

1

64,

1

64,

7

57,

3

1

2

68,

3

58,

1

60,

2

63,

9

54,

7

55,

7

59,

8

60,

3

59,

9

58,

1

Formulir Bis- 1 (pengulangan III)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 60,6 73,3 67,4 61,0 69,8 56,7 64,0 57,7 66,2 58,1

2 59,9 75,0 66,9 60,8 70,1 64,3 66,5 59,1 69,5 68,0

3 59,2 71,3 67,0 65,8 66,5 63,2 61,6 59,3 71,4 68,8

4 59,3 59,4 68,1 61,7 68,7 66,5 57,2 67,3 68,6 67,8

5 59,6 66,0 64,9 62,9 68,1 67,8 55,7 56,5 69,3 67,7

6 55,5 62,1 66,9 60,8 67,0 56,7 56,2 64,2 67,0 68,5

7 54,8 67,5 67,8 67,1 65,4 56,4 58,2 65,7 70,2 68,4

8 73,5 67,8 69,8 67,4 56,5 56,0 59,1 56,4 70,7 69,0

9 68,5 68,5 66,5 68,8 57,4 57,1 56,9 54,8 70,0 67,9

10 72,1 69,0 68,4 61,3 55,9 56,5 58,5 55,0 67,7 67,3

36

Page 37: ADKL KELM 5 JADI

11 71,5 66,5 69,4 58,5 57,8 66,3 56,5 55,8 67,0 67,3

12 74,6 66,8 65,5 66,9 55,9 63,7 55,5 58,5 65,4 70,4

Formulir Bis- 2 (pengulangan I)

Kelas

IntervalJumlah Prosen

Jumlah

Kumulatif

Persentase

Kumulatif

50-54 2 1,66 % 2 0,54 %

55-59 55 45,83 % 57 15,53%

60-64 16 13,33 % 73 19,89%

65-69 42 35 % 115 31,33%

70-74 5 4,16 % 120 32,69 %

Formulir Bis- 2 (pengulangan II)

Kelas

IntervalJumlah Prosen

Jumlah

Kumulatif

Persentase

Kumulatif

50-54 7 5,83 % 7 1,80%

55-59 43 35,83% 50 12,88%

60-64 44 36,66% 94 24,22%

65-69 23 19,16% 117 30,15%

70-74 3 2,5% 120 30,92%

Formulir Bis- 2 (pengulangan III)

37

Kelas

IntervalJumlah Prosen

Jumlah

Kumula

tif

Persentase

Kumulatif

50-54 36 30 % 36 8,35 %

55-59 16 13,33 % 52 12,06 %

60-64 53 44,16 % 105 24,36%

65-69 13 10,83 % 118 27,37 %

70-74 2 1,66% 120 27,84 %

Page 38: ADKL KELM 5 JADI

Analisis tingkat kebisingan :

Pengulangan I

L = X+(P1)

(P1+P2)x C

= 55+(53)53+39

x 5

= 57,88

Pengulangan II

L = X+(P1)

(P1+P2)x C

= 60+(1)1+21

x 5

= 60,22

Pengulangan III

L = X+(P1)

(P1+P2)x C

= 60+(37)37+40

x 5

= 62,40

Rata-rata tingkat kebisingan :

= 57,88 + 60,22 + 62,40

38

Page 39: ADKL KELM 5 JADI

3

= 60,16 dB

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kebisingan

No. Pengulangan Hasil (dB)

1. Pertama 57,88

2. Kedua 60,22

3. Ketiga 62,40

Rata-rata 60,16

Hasil pengukuran kebisingan pada tabel diatas, tingkat

kebisingan tertinggi terjadi pada pengulangan ketiga yaitu sebesar

62,40 dB sedangkan untuk tingkat kebisingan terendah terjadi

pada pengulangan pertama yaitu sebesar 57,88 dB . Dalam hal ini

hanya diambil satu titik dengan 3 kali pengulangan. Dari ketiga

pengulangan tersebut tingkat kebisingan yang diukur masih

memenuhi Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan yaitu 85 dB.

Rata-rata hasil pengukuran kebisingan di CV. QUIN adalah

sebesar 60,16 dB.

2. Kadar Partikel Debu

Pengukuran kadar partikel debu dilakukan pada tanggal 06

Juni 2012. Berdasarkan hasil pengambilan sampel menggunakan

PDS (Personal Dust Sampler) 2 lpm dan pemerikasaan sampel

udara di Laboratorium Kimia Jurusan Kesehatan Lingkungan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta diperoleh hasil pengukuran

sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Penimbangan Kertas Saring

No. Awal /A (gram) Akhir /B (gram) Hasil (mg/m3)

39

Page 40: ADKL KELM 5 JADI

1. 16,5581 16,5583 10

2. 17,2102 17,2108 30

3. 15,5148 16,5153 25

Rata-rata 21,66

Cara Perhitungan :

Titik 1 = (B gram−A gram)

Waktu pengambilansampel x LPMx1000

= 16,5583−16,5581 gram

10menit x2 lpmx1000

= 0,000220

x 1000

= 0,01 gram/m3 = 10 mg/m3

Titik 2 = (B gram−A gram)

Waktu pengambilansampel x LPMx1000

= 17,2108−17,2102 gram

10menit x2 lpmx1000

= 0,000620

x 1000

= 0,03 gram/m3 = 30 mg/m3

Titik 3 = (B gram−A gram)

Waktu pengambilansampel x LPMx1000

= 16,5153−16,5148 gram

10menit x2 lpmx1000

= 0,000520

x 1000

= 0,025 gram/m3 = 25 mg/m3

Hasil pengukuran partikel debu pada tabel diatas yaitu

kadar partikel debu tertinggi terdapat pada titik kedua yaitu

sebesar 30 mg/m3 sedangkan untuk kadar partikel debu terendah

terdapat pada tiitk pertama yaitu sebesar 10 mg/m3. Hasil

40

Page 41: ADKL KELM 5 JADI

pengukuran partikel debu yang dilakukan pada 3 titik, ketiga titik

tersebut belum memenuhi baku mutu yang ada yaitu sebesar 3,00

mg/m3. Rata-rata hasil pengukuran kadar partikel debu adalah

21,66 mg/m3.

3. Pengukuran Suhu

Pada tanggal 29 Mei 2012 pukul 10.55 WIB dilakukan

pengukuran suhu dengan menggunakan thermohygrometer. Hasil

pengukuran sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil pengukuran suhu

Titik Hasil (0C)

1. 33

2. 34

3. 31

Rata-rata 32,66

Dari tabel pengukuran suhu di atas, dapat diketahui bahwa

suhu ruangan tertinggi terdapat pada titik 2 yaitu sebesar 34 0C

sedangkan suhu ruangan terendah terdapat pada titik ketiga

yaitu sebesar 310C. Hasil pengukuran suhu yang dilakukan

pada 3 titik tersebut belum memenuhi baku mutu yang ada

yaitu sebesar 18-28 0C. Rata-rata hasil pengukuran suhu di CV.

QUIN adalah sebesar 32,66 0C.

4. Rekap Hasil Kuesioner Karyawan di CV.QUIN

No. Nama

Pendidi

kan

terakhir

Umur

(tahun)

Lama

kerja

(tahun)

P

1

P

2

P

3

P

4

P

5

P

6

P

7

P

8

P

9

P

10

1 Sukiman SMP 36 4 a b B B b B b a b C

2 Junadi SMP 42 3 a b B B B A a a b C

41

Page 42: ADKL KELM 5 JADI

3 Tohir SMK 45 6 a a B A b B b a b C

4 Supardi SMP 41 1,5 a b B A b B b a b C

5 Herman SMK 39 2 a a B A b A a a b C

6 Hadi SMA 38 3,5 b a B B b B b a b C

7 Supriyono SMP 44 4 b a B A b A a b b C

8 Agus SMK 42 2 b a B A b A a b b B

9 Heru SMK 28 2 a b B B b B b a b C

10 Rusdi SMP 37 4 a b B B b B b a b C

11 Rahmad SMA 38 6 b c A A b B b a b C

12 Tono SMP 37 5 a a A B b A b a b B

13 Ahmad SMP 32 5 b c A A b B b a a A

14 Wagimin SMA 29 4 b b A B b A a a b B

15 Komar SMP 30 4 a c B B b A b a b C

16 Yanto SMK 44 12 a b B A b A b b a b

17 Darmono SMP 40 10 a a B B a A b b a b

18 Budi SMA 41 3 b b B A a A b a b b

Keterangan :

1. a. Sering b. Kadan-kadang c. Tidak sama sekali

2. a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali

3. a. Baik b. Cukup c. Buruk

untuk no. 3- 9

a. Ya b. Tidak

Dari 18 orang karyawan yang mengisi lembar kuesioner yang

diberikan, untuk pendidikan terakhir karyawan paling banyak

adalah lulusan SMP yaitu sebanyak 9 orang sedangkan sisanya

sebanyak 4 orang lulusan SMA dan sebanyak 5 orang lulusan

SMK. Untuk umur karyawan dibuat range dengan lebar kelas 5

dan dimulai dari umur 28 tahun. Dari hasil pengelompokkan umur

tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata umur karyawan tertinggi

42

Page 43: ADKL KELM 5 JADI

pada range 38-42 tahun sebanyak 8 orang. Untuk lama bekerja

dibuat range dengan lebar kelas 3 dan dimulai dari 1 tahun. Dari

hasil pengelompokkan lama bekerja dapat diketahui bahwa rata-

rata lama bekerja tertinggi pada range 4-6 tahun sebanyak 9

orang.

5. Kedisiplinan Pemakaian Alat Pellindung Diri

Industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN menyediakan

fasilitas APD bagi karyawannya yaitu berupa masker dan sarung

tangan. Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada karyawan

di CV. QUIN tersebut dari 18 orang karyawan sebanyak 11 orang

sering menggunakan APD pada saat bekerja dan 7 orang lainnya

hanya kadang-kadang memakai APD pada saat bekerja. Untuk

penggantian APD berupa masker dan sarung tangan setiap

seminggu sekali diketahui sebanyak 8 orang karyawan hanya

berganti 1 kali kemudian ada 3 orang yang dalam seminggu

berganti masker dan sarung tangan sebanyak 3 kali dan untuk

lainnya sebanyak 7 orang dalam seminggu berganti 2 kali.

6. Kondisi Kesehatan Karyawan Saat Bekerja

Berdasarkan kuesioner yang sudah disebar sebanyak 4

orang merasa nyaman dengan kondisi tempat bekerja yang ada

namun 14 orang karyawan yang lain tidak merasa nyaman

dengan kondisi tempat bekerja di CV. QUIN. Sebagian besar

karyawan sebanyak 12 orang tidak mengalami gangguan

kesehatan tetapi ada 6 orang karyawan yang mengalami

gangguan berupa gangguan pendengaran dan gangguan

pernafasan.Selain itu 9 orang karyawan menyatakan sulit

43

Page 44: ADKL KELM 5 JADI

berkonsentrasi dan juga 10 orang karyawan merasa mudah lelah

pada saat bekerja. Kemudian 9 orang karyawan merasakan tidak

sulit berkonsetrasi pada saat bekerja dan 8 orang karyawan tidak

mudah lelah pada saat bekerja. Untuk 16 orang karyawan tidak

merasa mengantuk pada saat bekerja sedangkan 2 orang

karyawan merasa mengantuk pada saat bekerja.

7. Opini Karyawan tentang Kondisi Fasilitas Kebersihan

Di dalam industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN terdapat

fasilitas kebersihan seperti tempat cuci tangan dan kamar mandi.

Dari kuesioner yang disebar sebagian besar karyawan sebanyak

14 orang mempunyai kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

setelah selesai bekerja dan pada saat akan istirahat siang namun

sebanyak 4 orang tidak melakukan cuci tangan dengan sabun.

Kemudian 15 orang karyawan tidak merasa puas dengan kondisi

fasilitas kebersihan yang ada dan 3 orang menyatakan puas.

Menurut 1 orang karyawan berpendapat bahwa kondisi fasilitas

baik lalu ada 6 orang karyawan berpendapat kondisi fasilitas

kebersihan yang ada cukup dan ada 11 orang karyawan

berpendapat kondisi fasilitas kebersihan yang ada buruk.

C. Pembahasan

1. Kebisingan

Kebisingan di industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN

ditimbulkan oleh suara mesin pemotongan besi, pemotong

alumunium dan alat pengebor besi serta kegiatan pengelasan.

Pada saat dilakukan pengukuran kebisingan di CV. QUIN hanya

ada kegiatan pengelasan. Untuk mesin pemotongan besi dan

alumunium serta alat pengebor besi tidak beroperasi. Karena

pada saat dilakukan pengukuran intensitas kebisingan pekerjaan

44

Page 45: ADKL KELM 5 JADI

yang harus dilakukan oleh karyawan pada saat itu hanya

pengelasan , tidak selalu setiap hari semua mesin dioperasikan.

Rata-rata hasil pengukuran kebisingan di CV. QUIN

adalah sebesar 60,16 dB. Hal tersebut menunjukkan tingkat

kebisingan masih memenuhi Nilai Ambang Batas (NAB)

Kebisingan yaitu 85 dBA atau setara dengan 95,625 dB sesuai

dengan Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 bahwa

seseorang berada di intensitas kebisingan 85 dBA maksimal 8

jam per hari. Sehingga, resiko kerusakan pendengaran kecil. Akan

tetapi jika dalam sehari semua mesin operasi dan juga ada

kegiatan pengelasan maka dimungkinkan intensitas kebisingan di

CV. QUIN akan melebihi ambang batas baku mutu kebisingan

pada lingkungan kerja.

Dampak yang dapat ditimbulkan bagi manusia dari

kebisingan yang melebihi ambang batas adalah gangguan fungsi

pendengaran. Menurut Suma’mur (1996) kebisingan dapat

mengakibatkan kelelahan dan menurut Benny (2002) kebisingan

dapat merusak indera pendengaran. Tingkat kebisingan yang

terlalu tinggi dapat diatasi dengan cara pengaturan tata letak

ruang harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kebisingan,

perbaikan dan atau penggantian mesin-mesin yang telah aus

serta perawatan rutin secara berkala, misalnya pemeriksaan gerigi

pada mesin pewarnaan (roll drum) dan pemberian pelumas secara

berkala pada gerigi. Sedangkan pada pekerja, dapat dilakukan

dengan sumbat telinga ( ear plug ) dan tutup telinga ( ear muff ).

Hal ini dilakukan agar para karyawan yang bekerja pada bagian

yang berhubungan dengan kegiatan pengelasan serta

pemotongan besi dan alumunium telinga/pendengarannya dapat

terjaga dengan baik.

45

Page 46: ADKL KELM 5 JADI

Kebisingan dari industry pembuatan traffic lamp tersebut

tidak mengganggu masyarakat di lingkungan sekitarnya karena

suara yang ditimbulkan dari mesin yang digunakan tidak terdengar

sampai keluar industry. Hanya berpengaruh pada lingkungan

internal industry pembuatan traffic lamp.

2. Partikel Debu

Hasil pengukuran kadar partikel debu tertinggi terdapat

pada titik kedua yaitu sebesar 30 mg/m3 sedangkan untuk kadar

partikel debu terendah terdapat pada tiitk pertama yaitu sebesar

10 mg/m3 . Rata-rata hasil pengukuran kadar partikel debu adalah

21,66 mg/m3. Berdasarkan surat edaran menteri tenaga kerja

nomor : SE-01/MEN/1997 tentang nilai ambang batas (NAB) faktor

kimia di udara lingkungan kerja, ditetapka NAB debu adalah 3,00

mg/m3. Kadar debu di CV. QUIN telah melebihi baku mutu

tersebut sehingga, mempunyai resiko yang besar terjadi

gangguan kesehatan pada sistem pernafasan pada karyawan

yang bekerja di CV. QUIN. Kadar debu yang tinggi di CV. QUIN

dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada system

pernafasan dan penyakit akibat kerja karena debu.

Pada saat dilakukan pengukuran kadar debu di lokasi

pada tanggal 06 Juni 2012 dengan menggunakan PDS (Personal

Dust Sampler), kami melakukan kesalahan berkaitan dengan

waktu sampling atau lama pemaparan pada buku pedoman

dituliskan 30 menit sedangkan kami hanya mengambil 10 menit.

Hal tersebut dilakukan dikarenakan pada waktu praktek/ujian kami

terbiasa dengan waktu pemaparan 10-15 menit, kalau 30 menit

terlalu lama. Tetapi akan berpengaruh pada hasil pengukuran

kadar debu yang dilakukan.

Selain itu, pada bagian atap terdapat exhauster fan untuk

mengurangi jumlah debu di ruangan sebanyak 12 buah tetapi

46

Page 47: ADKL KELM 5 JADI

yang beroperasi hanya 5 buah saja yang 7 tidak berfungsi karena

rusak dan belum diperbaiki. Selain itu, tidak adanya ventilasi atau

lubang udara yang berfungsi untuk pertukaran udara dari dalam

ke luar menyebabkan tingginya kadar debu di industry pembuatan

traffic lamp (CV. QUIN). Pengendalian terhadap kadar debu di CV.

QUIN dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengontrolan

debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara lain : memperbaiki

blower yang rusak supaya kadar debu yang tinggi dapat

berkurang. Selain itu bisa dilakukan pencegahan terhadap

transmisi seperti memakai metoda basah yaitu, penyiraman lantai,

pengeboran basahn(Wet Drilling), dengan alat (Scrubber,

Electropresipitator, Ventilasi Umum). Dan juga pencegahan

terhadap tenaga kerjanya antara lain menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) dengan menggunakan masker.

3. Suhu

Dari pengukuran suhu yang dilakukan, dapat diketahui

bahwa suhu ruangan tertinggi terdapat pada titik 2 yaitu sebesar

340C hal ini disebabkan karena pada lokasi titik 2 tersebut

merupakan tempat pemotongan alumunium suhu tinggi / panas

karena banyak lampu neon yang menyala, sedangkan suhu

ruangan terendah terdapat pada titik ketiga yaitu sebesar 310C.

Rata-rata hasil pengukuran suhu di CV. QUIN adalah sebesar

32,660C. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industry untuk baku

mutu suhu 18-28 0C. Dari hasil tersebut suhu ruangan di CV.

QUIN telah melewati baku mutu yang ada. Dampak dari suhu

yang panas tersebut dapat menyebabkan gangguan kenyamanan

pada karyawan di CV. QUIN pada saat bekerja karena suhu yang

panas para karyawan akan sulit untuk berkonsentrasi pada saat

47

Page 48: ADKL KELM 5 JADI

bekerja serta dapat mempercepat kelelahan kerja para karyawan.

Pengendalian suhu ruangan yang panas dapat dilakukan dengan

penambahan alat penata udara seperti AC dan kipas angin. Selain

itu juga dilakukan penambahan ventilasi silang pada industry

pembuatan traffic lamp CV. QUIN supaya udara ruangan tidak

terlalu panas dan terjadi sirkulasi udara.

4. Kuesioner

Dari kuesioner yang sudah disebar pada 18 orang

karyawan di CV. QUIN sebagian besar karyawan menyatakan

bahwa kondisi fasilitas kebersihan/kamar yang ada di CV. QUIN

buruk. Dapat dilihat secara langsung pada lokasi bahwa bak

kamar mandi yang ada kotor dan airnya kotor. Selain itu juga

tempat untuk cuci tangan karyawan setelah selesai bekerja untuk

istirahat kurang memenuhi persyaratan. Sanitasi fasilitas

kebersihan yang ada kurang sehingga perlu dilakukan upaya

pemeliharaan fasilitas kebersihan yaitu dengan cara pembersihan

secara berkala terhadap fasilitas kebersihan tersebut. Apabila

fasilitas kebersihan yang ada sudah tidak layak dilakukan

penggantian alat kebersihan yang lama. Selanjutnya juga

dilakukan pembangunan tempat pencucian tangan yang

memenuhi persyaratan kesehatan sehingga karyawan yang

bekerja merasa lebih nyaman dengan fasilitas kebersihan yang

ada.

5. Kepedulian Masyarakat

Masyrakat beranggapan positif karena masyarakat tidak

merasa terganggu dengan keberadaan industry pembuatan traffic

lamp CV. QUIN.

6. Simpul ADKL

48

Page 49: ADKL KELM 5 JADI

Berikut adalah simpul ADKL yaitu prediksi dampak di CV.

QUIN pada :

a. Simpul 1

Simpul ini berisi sumber pencemar, dalam hal ini di CV.

QUIN sumber pencemarnya adalah debu dan suhu dari proses

kegiatan di CV. QUIN. Untuk upaya pengendalian debu dapat

dilakukan dengan penyiraman lantai dan penambahan

scrubber. CV. QUIN telah melakukan upaya penanganan debu

dengan pemakaian masker bagi tenaga kerjanya. Selain itu

juga CV. QUIN telah memasang blower pada atap sebanyak 12

buah tetapi yang beroperasi hanya 5 buah lainnya tidak

beroperasi karena rusak.

b. Simpul 2

Media perambatan pencemar di CV. QUIN adalah udara.

Debu dapat berpindah tempat melaui udara, manusia yang

terus menerus terpapar oleh debu berisiko gangguan sistem

pernafasan. Sedang pada manusia yang bekerja akibat suhu

panas dapat mengganggu kenyamanan pada saat bekerja

beresiko gangguan pendengaran dan menimbulkan kelelahan

kerja.

c. Simpul 3

Yang terpajan pada kegiatan CV. QUIN adalah para

pekerja yang bekerja di CV. QUIN.

d. Simpul 4

Beberapa karyawan di CV. QUIN yang bekerja

menggunakan APD saat bekerja. Itupun hanya kadang-kadang.

Beberapa karyawan mengeluhkan gangguan kenyamanan

akibat suhu yang panas dan debu yang bertebaran.

7. Identifikasi dan Evaluasi Jalur Pemajanan

Lima elemen jalur pemajanan :

49

Page 50: ADKL KELM 5 JADI

a. Sumber pencemar

Sumber pencemar di CV. QUIN berupa debu yang berasal dari

lantai yang kotor dan suhu panas yang berasal dari panas

lampu neon yang menyala terus-menerus serta kurangnya

ventilasi umum. Pencemaran udara yang berupa suhu dan

partikel debu telah di atas ambang batas.

b. Media lingkungan

Mekanisme transportasi polutan ke lingkungan dengan melalui

udara yang secara konveksi yaitu berupa perpindahan

pencemar melalui suatu media dalam hal ini media

perpindahan pencemar melalui aliran udara. Kecepatan udara

mempengaruhi luas penyebaran partikel debu. Bangunan dapat

menjadi penghalang partikel debu.

c. Titik pemajanan

Titik potensial terjadi kontak antara manusia dengan media

lingkungan tercemar yaitu terjadi pada udara tertutup di dalam

ruangan.

d. Lintas pemajanan

Pencemar yang berupa partikel debu kontak dengan manusia

melalui sistem pernapasan, kontak kulit, dan mata (indera

penglihat) dapat menyebabkan gangguan pernapasan, alergi,

dan iritasi mata. Masyarakat sekitar CV. QUIN tidak ada yang

pernafasan dan pendengarannya terganggu.

e. Populasi penerima (terpajan)

Orang yang terpajan atau berpotensi untuk terpajan adalah

mereka para pekerja di CV. QUIN.

8. Perkiraan Dampak Kesehatan

Pencemaran udara oleh debu dan suhu dan sanitasi yang

buruk tidak hanya berdampak terhadap makhluk hidup saja,

tetapi juga berdampak buruk pada lingkungan. Kemungkinan

50

Page 51: ADKL KELM 5 JADI

perkiraan dampak terhadap kesehatan dikemudian hari yang

muncul jika karyawan dan lingkungan sekitar terus menerus

terpapar oleh debu dan suhu panas serta sanitasi yang buruk

adalah sebagai berikut :

a. Karyawan CV. QUIN

Pengaruh utama kadar debu terhadap karyawan yang

bekerja di CV. QUIN adalah apabila terhirup menyebabkan

gangguan sistem pernafasan, jika terkena mata dapat

menyebabkan iritasi pada mata. Dari hasil penelitian ukuran

tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut :

a. 5-10 mikron = akan tertahan oleh saluran pernafasan

bagian atas

b. 3-5 mikron = akan tertahan oleh saluran pernafasan

bagian tengah

c. 1-3 mikron = sampai dipermukaan alveoli

d. 0,5-0,1 mikron= hinggap dipermukaan alveoli/selaput

lendir sehingga menyebabkan vibrosis paru

e. 0,1-0,5 mikron = melayang dipermukaan alveoli.

Suhu yang panas apabila karyawan terpajan terus-

menerus akan mengakibatkan gangguan kenyamanan pada

saat bekerja seperti sulit berkonsentrasi saat bekerja. Selain

itu cepat mengalami kelelahan kerja. Dan juga karena suhu

yang panas dapat mengakibatkan karyawan mengalami

anemia.

Sanitasi yang buruk karena kondisi fasilitas

kebersihan yang kotor dan kumuh akan menyebabkan

gangguan kenyamanan bagi karyawan yang bekerja di CV.

QUIN.

b. Lingkungan

51

Page 52: ADKL KELM 5 JADI

Debu yang tinggi akan menyebabkan udara di

lingkungan sekitarnya menjadi kotor dan tidak sehat. Suhu

yang panas juga akan menyebabkan lingkungan yang ada

pada area tersebut menjadi terasa panas. Sanitasi yang buruk

tentang kondisi fasilitas kebersihan akan mengganggu

lingkungan seperti pembuangan limbah dari kamar mandi dan

tempat cuci tangan yang tidak ada pengolahan limbahnya dan

langsung dibuang ke lingkungan sekitar akan menurunkan

kualitas lingkungan tersebut dan menimbulkan pencemaran

bagi lingkungan itu sendiri.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengukuran parameter-parameter yang

ditentukan dan didapatkan kesimpulan bahwa :

1. Rata-rata hasil pengukuran Intensitas kebisingan di CV.QUIN

adalah sebesar 60,16 dB. Dibandingkan dengan baku mutu yang

ada menurut Kep. MenKes No.1405/Menkes/SK/XI/2002 bahwa

seseorang berada di intensitas kebisingan 85 dBA atau setara

52

Page 53: ADKL KELM 5 JADI

dengan 95,625 dB maksimal 8 jam per hari. Hal tersebut

menunjukkan tingkat kebisingan yang berada di CV. QUIN masih

memenuhi Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan.

2. Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada karyawan di CV.

QUIN sebanyak 18 orang karyawan ada 11 orang yang sering

menggunakan APD pada saat bekerja dan 7 orang lainnya

hanya kadang-kadang memakai APD pada saat bekerja.

3. Rata-rata hasil pengukuran kadar partikel debu adalah 21,66

mg/m3. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja nomor :

SE-01/MEN/1997 tentang nilai ambang batas (NAB) faktor kimia

di udara lingkungan kerja, ditetapkan NAB debu adalah 3,00

mg/m3. Hasil pengukuran yang dilakukan dibandingkan dengan

baku mutu yang ada telah melebihi baku mutu.

4. Dengan adanya analisis dampak kesehatan lingkungan yang di

lakukan pada CV. QUIN dapat memperkirakan dampak yang

ditimbulkan baik bagi karyawan dan lingkungan sekitar.

B. Saran

1. Bagi CV. QUIN sebaiknya dilakukan beberapa tindakan untuk

meningkatkan kenyamanan tempat kerja sehingga karyawan

yang bekerja apabila bekerja tidak merasa terganggu. Tindakan

yang perlu dilakukan seperti :

a. Memperbaiki exhaust fan yang rusak supaya dapat

beroperasi lagi dan kadar debu yang ada di CV. QUIN

dapat berkurang dan bisa mencapai di bawah baku mutu

yang ada. Dilakukan penyiraman lantai sebelum bekerja

atau dilakukan setelah bekerja supaya kadar debu yang

ada bisa berkurang.

b. Menambah jumlah ventilasi silang yang ada supaya

udara yang ada di dalam ruangan CV. QUIN bisa

berganti dengan udara luar sehingga tidak terlalu panas

53

Page 54: ADKL KELM 5 JADI

dan pekerja merasa nyaman saat bekerja. Bisa juga

ditambahkan kipas angin dan sebaiknya pihak CV. QUIN

menghemat atau mengurangi penggunaan lampu neon

yang ada. Apabila tidak dipakai supaya dimatikan.

c. Bagi pihak CV. QUIN sebaiknya untuk masalah

penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), setiap seminggu

sekali bagi karyawan yang bekerja agar dapat mengganti

APD 2 kali. Dan juga memperbaiki sarana fasilitas

kebersihan yang ada seperti kamar mandi dan WC serta

tempat cuci tangan yang layak.

2. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut

tentang analisis dampak kesehatan lingkungan supaya

mengikuti langkah kerja yang benar sesuai pedoman yang ada

untuk setiap pemeriksaan parameter yang ditentukan

sehingga data atau hasil pengukuran yang diperoleh lebih

valid dan sesuai dengan kondisi yang terdapat pada lokasi

pengukuran.

54