Upload
ari-christian-kusumah
View
86
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PANKREATITIS
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PANKREAS DAN EMPEDU
1. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatura
basar lambung. Pankreas adalah kelenjar panjang yang agak menyempit.
Letaknya di belakang usus duabelas jari dan mengandung sekumpulan sel
yang disebut kepulauan Langerhans.
a. Kelenjar Pankreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar
ludah panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum
sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada
vertebral lumbalis I & II di belakang lambung.
b. Bagian dari Pankreas
Kepala pankreas, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan di
dalam lekukan duodenum yang melingkarnya.
Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya
dibelakang lambung dan di depan vertebra umbalis pertama.
Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri yang sebenarnya
menyentuh limpa.
c. Fungsi Pankreas
Fungsi eksokrin (asinar), yang membentuk getah pankreas yang
berisi enzim-enzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung
ion bikarbonat dalam konsentrasi tinggi. Produk gabungan sel-sel
asinar mengalir melalui duktus pankreas, yang menyatu melalui
duktus empedu komunis dan masuk ke duodenum melalui duktus
pankreatikus, yang bermuara pada papila vateri yang terletak pada
dinding duodenum. Pankreas menerima darah dari arteeri
penkreatika dan mengalirkan darahnya ke vena kava inferior melalui
vena pankreatika.
Fungsi endokrin (pulau langerhans), sekelompok kecilsel epitelium
yang berbentuk pulau-pulau kecil atau kepulauan langerhans, yang
bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan
insulin dan glukagon yang langsung dialirkan ke dalam peredaran
darah dibawa ke jaringan tanpa melewati duktus untuk membantu
metabolisme karbohidrat.
Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke
duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di
intestinum.
d. Hasil Sekresi dan Komposisi Enzim Pankreas
Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan aktivitas
hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islets) Langerhans. Dua
dari hormon-hormon tersebut, insulin dan glukagon memiliki fungsi
penting dalam pengaturan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
Hormon ketiga, somatostatin berperan dalam pengaturan sekresi sel
pulau, dan yang keempat polipeptida pankreas berperan pada fungsi
saluran cerna.
Hormon insulin
Hormon insulin ini langsung dialirkan ke dalam darah tanpa
melewati duktus. Sel-sel kelenjar yang menghasilkan insulin ini
termasuk sel-sel kelenjar endokrin.
Kumpulan dari sel-sel ini berbentuk seperti plau-pulau yang
disebut pulau langerhans.
Insulin akan mengubah kelebihan glukosa darah menjadi glikogen
untuk kemudian menyimpannya di dalam hati dan otot. Suatu saat
ketika tubuh membutuhkan tambahan energi, glikogen yang
tersimpan di dalam hati akan diubah oleh glukagon menjadi glukosa
yang dapat digunakan sebagai energi tambahan.
Getah pankreas
Getah pankreas adalah getah pencernaan yang mempunyai peran
penting dalam mengolah tiga kelompok bahan makanan organik
utama, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Getah pankreas ini
terutama terdiri dari air, bikarbonat, dan enzim yang dapat
dibedakan atas enzim tripsin, enzim amilase, serta enzim lipase.
Getah pankreas dialirkan ke usus duabelas jari melalui dua
saluran di sepanjang pankreas. Pada usus duabelas jari, bikarbonat
menetralisir chymus asam.
Sel-sel yang memproduksi getah pankreas ini termasuk kelenjar
eksokrin, getah pankreas ini dikirim ke dalam duodenum melalui
duktus pankreatikus, duktus ini bermuara pada papila vateri yang
terletak pada dinding duodenum.
Pankreas menerima darah dari arteri penkreatika dan mengalirkan
ke vena kava inteferior melalui vena penkreatika.
Jaringan pankreas terdiri dari atas lobulus dari sel sekretori yang
tersusun mengitari saluran-saluran halus. Saluran ini mulai dari
sambungan saluran-saluran kecil dari lobulus yang terletak di dalam
ekor pankreas dan berjalan melalui badan pankreas dari kiri dan
kanan.
Saluran kecil ini menerima saluran dari lobulus lain dan kemudian
bersatu untuk membentuk saluran utama yaitu duktus wirsungi.
Insulin bersifat anabolik, meningkatkan simpanan glukosa, asam-
asam lemak, dan asam-asam amino. Glukagon bersifat katabolik,
memobilisasi glukosa, asam-asam lemak, dan asam-asam amino dari
penyimpanan ke dalam aliran darah. Kedua hormon ini bersifat
berlawanan dalam efek keseluruhannya dan pada sebagian besar
keadaan disekresikan secara timbal balik. Insulin yang berlebihan
menyebabkan hipoglikemia, yang menimbulkan kejang dan koma.
Defisiensi insulin baik absolut maupun relatif, menyebabkan
diabetes melitus, suatu penyakit kompleks yang bila tidak diobati
dapat mematikan. Defisiensi glukagon dapat menimbulkan
hipoglikemia, dan kelebihan glukagon menyebabkan diabetes
memburuk. Produksi somatostatin yang berlebihan oleh pankreas
menyebabkan hiperglikemia dan manifestasi diabetes lainnya.
Dibetes melitus dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai
penyakit kencing manis. Dimana terjadi karena terjadi peningkatan
kadar gula (glukosa) dalam darah yang berlebihan dan terjadi secara
menahun. Diabetes melitus dapat diklasifikasikan secara etiologi
menjadi dua yaitu Diabetes tipe 1 dan Diabetes tipe 2.
Cairan pankreas mengandung enzim-enzim untuk mencerna
protein, karbohidrat, dan lemak.
Enzim proteolitik pankreas (protease), yaitu
Tripsinogen, yang disekresikan pankreas diaktivasi menjadi
tripsin oleh enterokinase yang diproduksi oleh usus halus. Tripsin
mencerna protein dan pilopeptida besar untuk membentuk
polipeptida dan peptida yang lebih kecil.
Tripsin bekerja atas protein dalam makanan dan membantu
menyempurnakan proses pencernaan makanan di dalam lambung
bersama-sama dengan enzim pepsin yang dihasilkan oleh
lambung.
Kimotripsin, teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin.
Kimotripsin memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap
protein.
Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase, adalah
enzim yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk
mrnghasilkan asam-asam amino bebas.
Lipase Pankreas, yang menghidrolisis lemak menjadi asam lemak
dan gliserol setelah lemak diemulsi oleh garam-garam empedu.
Amilase pankreas, yang menhidrolisis zat tepung yang tiadk
tercerna oleh amilase saliva menjadi disakarida (maltosa, sukrosa,
dan laktosa). Amilase juga berperan dalam melanjutkan proses
pemecahan karbohidrat yang telah dimulai oleh enzim ptyalin dalam
air ludah.
Ribonuklease dan deoksiribosanuklease, yang menhidrolisis RNA
dan DNA menjadi blok-blok pembentuk nukleotida.
e. Struktur Pankreas
Merupakan kumpulan kelenjar yang masing-masing mempunyai
saluran, saluran dari masing-masing kelejar bersatu menjadi duktus
yang jari-jarinya ± 3 mm, duktus ini disebut duktus pankreatikus.
Duktus pankreatikus akhirnya menjadi duktus koledukus dan
melanjutkan ke duodenum ± 7,5 cm di bawah pilorus. Pankreas terletak
di belakang selaput perut atau (retroperitonial), di depan ditutupi
selaput dinding perut dan mendapat darah dari arteri pankreatika, salah
satu cabang dari batang nadi aorta abdominalis.
Pankreas mempunyai 2 macam sel kelenjar, dimana sel itu
dikumpulkan dan menyerupai pulau-pulau yang disebut pulau
langerhans. Pulau-pulau ini membuat insulin yang langsung masuk ke
pembuluh darah dan kelenjar bagian tubuh.
Di dalam pankreas terdapat kelenjar-kelenjar yang membuat ludah
perut atau getah perut yang mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh
kelenjar. Pembuluh ini bersatu ke dalam saluran wirsungi kemudian
masuk ke dalam duodenum pada tempat papila/arteri kelenjar perut
menghasillkan ± 1 liter ludah perut dalam satu hari.
2. Kandung Empedu
a. Pengertian
Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot,
letaknta dalam sebuah lobus disebelah permukaan bawah hati sampai
pinggir depannya, panjangnya 8-12 cm berisi 60 cm3.
b. Lapisan Empedu
Lapisan luar serosa/pareital.
Lapisan otot bergaris.
Lapisan dalam mukosa/viseral disebut juga membran mukosa.
c. Anatomi dan Sekresi Empedu
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli
empedu yang kemudian menjadi duktus hepatica kanan dan kiri. Duktus
hepatica menyatu untuk membentuk duktus hepatic komunis yang
kemudian duktus sisticus dari kandung empedu dan keluar dari hati
sebagai duktus empedu komunis. Duktus empedu komunis bersama
dengan duktus pancreas bermuara di duodenum atau dialihkan untuk
penyimpanan di kandung empedu.
d. Duktus Sistikus
Panjangnya ± 3½ cm yang berjalan dari lekuk empedu berhubungan
dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum.
e. Sterkobilin
Memberi warna feses dan sebagian di absorpsi kembali oleh darah
dan membuat warna pada urin yang disebut urobilin.
f. Fungsi Empedu
Sebagai persediaan getah empedu dan membuat getah empedu
menjadi kental.
Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah
setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 ml sehari yang
digunakan untuk mencerna lemak 80% dari getah empedu pigmen
(warna) insulin dari zat lainnya.
g. Bagian dari Kandung Empedu
Fundus vesikafelea, merupakan bagian kandung empedu yang paling
akhir setelah korpus vesikafelea.
Korpus vesikafelea, begian dari kandung empedu yang di dalamnya
berisi getah empedu.
Leher kandung kemih. Merupakan leher dari kandung empedu yaitu
saluran yang pertama masuknya getah empedu ke badan kandung
empedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam kandung empedu.
Duktus sistikus. Panjangnya ± 3½ cm yang berjalan dari lekuk
empedu berhubungan dengan duktus hepatikus membentuk saluran
empedu ke duodenum.
Duktus hepetikus, saluran yang keluar dari leher.
Duktus koledukus, saluran yang membawa empedu ke duodenum.
h. Kendali Sekresi Aliran Empedu
Sekresi empedu diatur oleh faktor impuls parasimpatis dan hormon
sekretin dan CCK. CCK dilepas untuk mengkontraksi otot kandung
empedu dan merelaksasi sfingter oddi, cairan empedu kemudian
didorong ke dalam duodenum.
i. Komposisi Getah Empedu
Getah empedu adalam suatu cairan yang disekresi setiap harinya
oleh sel hati yang dihasilkan setiap hari 500-1000 cc, sekresinya
berjalan terus menerus, jumlah produksi meningkat sewaktu mencerna
lemak.
Empedu berwarna kuning kehijauan yang terdiri dari 97% air,
pigmen empedu, dan garam-garan empedu.
Pigmen empedu, terdiri dari biliverdin. Pigmen ini merupakan hasil
penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah
terdisintegrasi. Pigmen utamanya adalah bilirubin yang memberikan
warna kuning pada urine dan feses. Warna kekuningan pada jaringan
(jaundice) merupakan akibat dari peningkatan kadar bilirubin darah
dan ini merupakan indikasi kerusakan fungsi hati, peningkatan
dekstruksi sel darah merah, atau obstruksi duktus empedu oleh batu
empedu.
Garam-garam empedu, yang terbentuk dari asam empedu yang
berikatan dengan kolesterol dan asam amino. Setelah dieksresi
kedalam usus garam tersebut direabsorbsi dari ileum bagian bawah
kembali ke hati dan didaur ulang kembali, peristiwa ini disebut
sebagai sirkulasi enterohepatika garam empedu.
Fungsi dari garam empedu dalam usus halus adalah:
Emulsifikasi lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak
besar dalam usus halus yang kemudian dijadikan globules lemak
lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim.
Absorbsi lemak, garam empedu juga membentu mengabsorbsi zat
terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus
membran sel.
Pengeluaran kolesterol dari tubuh, garam empedu berikatan
dengan kolesterol dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil yang
disebut micelle yang akan dibuang melalui feses.
B. DEFINISI & ISTILAH
1. Pankreatitis Akut
Ialah inflamasi pada pankreas yang terjadi secara tiba-tiba, bisa bersifat
ringan atau berakibat fatal. Salah satu fungsi pankreas adalah mensekresi
enzim, dan pada penyakit pankretitis akut terjadi enzim-enzim ini
terbendung. Terdapat 5 % penderita pankreatitis yang sebelumnya
menderita batu empedu. Batu empedu memasuki duktus koledokus dan
terperangkap dalam saluran ini pada daerah ampula Vater, menyumbat
aliran getah pankreas atau menyebabakan aliran balik getah empedu dari
duktus koledokus ke dlam duktus pankreatikus dan dengan demikian akan
mengaktifkan enzim-enzim yang kuat dalam pankreas. Akibat bendungan
tersebut enzim jadi terakumulasi khususnya oleh tripsin yang akan
merubah enzim non aktif menjadi katif yang akhirnya akan trjadi proses
autodigesti yaitu tercernanya sel pankreas oleh enzim-enzimnya sendiri.
Dalam keadaan normalenzim ini berada dalam bentuk inaktif sampai getah
pankreas mencapai lumen duodenum. Dan pankreas menjadi rusak,
Kerusakan pada pankreas bisa menyebabkan enzim keluar dan masuk ke
aliran darah atau rongga perut, dimana akan terjadi iritasi dan peradangan
dari selaput rongga perut (peritonitis) atau organ lainnya.
a. Etiologi
Batu empedu dan alkoholisme merupakan penyebab terbanyak dari
pankreatitis akut (hampir 80%).
Kebiasaan mengkonsusmsi alkohol dalam waktu yang lama
Meminum alkohol lebih dari 4 ons/hari selama beberapa tahun
bisa menyebabkan saluran kecil pankreas yang menuju ke saluran
pankreas utama tersumbat, akhirnya menyebabkan pankreatitis akut.
Serangan dari suatu pankreatitis bisa dipicu oleh minum alkohol
dalam jumlah sangat banyak atau makan makanan yang sangat
banyak.
Batu empedu
Batu empedu tertahan di sfingter Oddi sehingga menghalangi
lubang dari saluran pankreas.Tetapi kebanyakan batu empedu akan
lewat dan masuk ke saluran usus. Beberapa keadaan lain juga bisa
menyebabkan pankreatitis akut.
Kerusakan pakreas karena trauma tumpul
Infeksi bakteri atu virus
Hiperlipidemia, terutama trigliserida
Penyakit vaskuler iskemik
Kerusakan pakreas setelah endoskopi, pembedahan pankreas atau
pada bagian dekat pankreas, atau setelah pelaksanaan instrumentasi
pada duktus pankreatikus.
Kanker pankreas
Berkurangnya aliran darah ke pankreas, misalnya karena tekanan
darah yang sangat rendah
Pankreatitis bawaan
b. Klasifikasi
Pankreatitis interstitialis atau edematus
Adanya edema da inflamasi yang terbatas pada pankreas
merupakan kejadian utama pankreatitis dalam bentuk yang lebih
ringan. Dalam keadaan ini pasien akan beresiko mengalami syok,
gangguan keseimbangaan cairan, elektrolit, dan sepsis.
Pankreatitis hemoragik akut
Merupakan bentuk pankreatiis interstitialis akut yang lebih lanjut.
Digesti ezimatik kelenjar pankreas tersebut lebih menyebar luas dan
total. Jaringan pankreas jadi nekrotik, dan kerusakannya meluas
sampai padaasistem vaskulatur sehingga darah mengalir masuk
kedalamsubstansi pankreas dan jaringan reteoperitoneal. Komplikasi
lanjut terdiri atas kista atau abses paad pankreas. Pankreatitis
hemoragik akutmemiliki angka mortalitas sebesar 30 %.
Pankreatitis akut idiopatik
Merupakan penyebab 10 hingga 30 % kasus-kasus pankreatitis
akut.
c. Manifestasi klinis
Nyeri abdomen
Nyeri tekan pada abdomen yang disertai nyeri pada punggung
terjadi kaibat iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami
inflamasi sehingga timbul rangsangan pada pada ujung-ujung
saraf.secara khas nyeri terjadi pada bagian tengah ulu hati
(midepigastrium), nyeri sering bersifat aakut terjadi 24 hingga 48
jam setelah makan atau mengkonsumsi alkohol, rasa nyeri ini dapat
bersifat menyebar dan kadang sulit ditentukan lokasinya. Rasa sakit
dapat disertai dengan distensi abdomen, juga sering disertai dengan
muntah.
Ekimosis ( memar )
Ekimosis di daerah piggang dan disekitar umbilikus merupakan
tanda yanag menunjukkan adanya pankreatitis hemoragik yang berat.
Mual dan muntah
Muntahan biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat
mengandung getah empedu.
Hipotensi
Hipotensi yang terjadi biasaanya bersifat khas dan mencerminkan
hipovolemia serta syok yang disebabakan oleh kehilanagan sejumlah
besar caiaran yang kaya protein karena ciaran ini mengalir ke dalam
jaringan ada rongga peritonum. Pasien dapat mengalamai tkhikardi,
sianosis dan kulit yang dingin serta basah, gagal ginjal akautpun
sering dijumpai dalam keadaan ini.
Gangguan pernafasan
Gangguan pernapasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien
dapat memperlihatkan gejala infitrasi paru yang difus, dipsneu,
takipnu dan hasil pemeriksaan gas darah yang abnormal.
2. Kolelitiasis
Kolelitiasis (kalkulus/kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu;
batu empedu mempunyai kran, bentuk dan komposisi yang sangat
bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa
muda tetapi insidennya semakin seing paad individu berusia di atas 0
tahun. Sesudah itu insiden kolelitiasis semakin meningkat hingga suatu
tingkat diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari tiga orang
memilki batu empedu.
a. Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu
empedu di golongkan menjadi 3 :
Batu Pigmen
Kemungkinan terbentuk bila pigmen yang tak terkonyungasi
dalam empedu mengadakan pengendapan (presipitasi) sehingga
terjadi batu. Resiko terbentuknya batu seperti ini sebagian pada
pasien sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini
tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
Batu kolesterol
Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi
penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol
dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu
oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu,
mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh
kolesterol merupakan predisposisi untuk timblnya batu empedu dan
berperan sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam
kandung empedu.
Jumlah wanita yang mederita batu kolesteol dan penyaki kandung
empedu peebandingannya 4 kali lebih banayak daripada laki-laki.
Biasaany berusia 40tahun keatas, multipara dan obesitas. Insidens ini
meningkat pada pengguna pilKB, karena estrogen dan klofibrat
diketahui meningkakan saturai kolesterol bilier. Insidens ini juga
meningkat sehubungan dengan bertambahnya usia, karena
bertambahnya sekresi kolestero olehhati dan menurunnya sintesis
asam empedu.
Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.
b. Faktor Resiko
Jenis KelaminWanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena
kolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon
esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh
kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen
juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil
kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas
pengosongan kandung empedu.
Usia. Resikountuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung
untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia
yang lebih muda.
Berat badan (BMI)Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi,
mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini
karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu
serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
MakananIntake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat
(seperti setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan
terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan
penurunan kontraksi kandung empedu.
Riwayat keluargaOrang dengan riwayat keluarga kolelitiasis
mempunyai resiko lebih besar dibandingn dengan tanpa riwayat
keluarga.
Aktifitas fisikKurangnya aktifitas fisik berhungan dengan
peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan
oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
Penyakit usus halusPenyakit yang dilaporkan berhubungan
dengan kolelitiasis adalah crohn disease, diabetes, anemia sel sabit,
trauma, dan ileus paralitik.
Nutrisi intravena jangka lamaNutrisi intravena jangka lama
mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk
berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati
intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu
c. Manifestasi Klinik
Gejala yang dirasakan bisa bersifat akut atau kronis. Gangguan
epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar
pada kuadran kanan atas abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat
terjadi setelah individu mengkonsumsi makanan yang berlemak atau
yang digoreng.
Rasa nyeri
Rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah dan
bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan
makanan dalam porsi yang besar.
Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum aka
menimbulkan gejala yang khas yaitu getah empedu yang tidak lagi
dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini akan membuat kulit dan membran mukosa berwarna
kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal yang
mencolok pada kulit.
Perubahan warna urine dan feses.
Eksresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna
sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu
akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “ clay –
coloder “.
Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin A, D,
E dan K yang larut lemak. Karena itu, pasien dapat memperlihatkan
gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berjalan
lama. Defisiensi vit K dapat mengganggu pembekuan darah yang
normal.
KASUS 7 PANKREATITIS
Ny Andrea 34 th, BB 54 kg, TB 160 cm, dibawa ke unit gawat darurat dengan
keluhan sakit hebat pada epigastrium yang muncul secara tiba-tiba dan makin
lama makin hebat. Nyeri ini menyebar ke punggung, perut yang menjalar ke
daerah abdomen bagian bawah. Pada pemeriksaan didapatkan TD 80/60 mmHg,
HR 132x/m lemah, RR 30x/m, suhu 38.5º C, mual dan beberapa kali muntah, kulit
dingin, abdomen tegang, teraba masa pada area epigastrium, nyeri tekan (+),
turgor turun, mukosa mulut kering. Pada pemeriksaan lebih lanjut didapatkan pH
darah 7.3, PO2 = 65 mmHg, PCO2 = 37 mmHg, HCO3 = 15 mEq/l, serum
amilase dan serum lipase meningkat, leukositosis, dan oliguri. Dari pemeriksaan
USG didapatkan adanya cholelithiasis yang disertai pancreatitis. Selama
menunggu penanganan lebih lanjut klien mendapat infuse RL 30-40 tetes/m.
No Item Data Klien Standar Interpretasi
1 BB 54 kg
2 TB 160 cm
3 BMI 21 20-24 Ideal
4 TD 80/60 mmHg Sistolik 110-120
mmHg
Diastolik 70-80
mmHg
Hipotensi
5 HR 132x/m 60-80x/menit Takikardia
6 RR 30x/m 14-20x/menit Tachipnea
7 Suhu 38,5°C 36,5°C-37,5°C Demam
8 pH 7,3 7,35-7,45
9 PO2 65 mmHg 95mmHg - 100
mmHg
Anemia
10 PCO2 37 mmHg 35mmHg – 45 mmHg Normal
11 HCO3 15 mEq/l
12 Serum amilase Meningkat 6,5-48,1 U/j atw 35- Pancreatitis akut
260 unit dikeluarkan
per jam
13 Serum lipase Meningkat 0,2-1,5 U/mL atw 55-
417 U/L
Pancreatitis akut
dan kronik
14 Leukositosis Standar : 5000-
10000
15 Oliguri Sekresi jumlah urine yang berkurang dalam hubungan
dengan asupan cairan, biasanya dinyatakan kurang dari 400
mL per 24 jam.
16 Cholelithiasis Adanya atau pembentukan batu empedu. Batu dalam
kandung empedu (cholecystolithiasis). Batu dalam duktus
choledocus (choledocholithiasis)
C. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Nama : Ny. Andrea
Usia : 34 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
TB : 160 cm
BB : 54 kg
BMI : 21,09 ( normal )
2. Pengkajian
Keluhan Utama
Klien dibawa ke unit gawat darurat dengan keluhan sakit hebat pada
epigastrium yang muncul tiba-tiba makin lama makin hebat.
Paliatif
Menanyakan pada klien tentang apa yang dapat menambah dan
mengurangi terjadinya sakit pada epigastrium.
Quality
Menanyakan kepada klien bagaimana gambaran sakit pada
epigastrium. (Misalnya skala nyeri rentang 1-10).
Timing
Menanyakan pada klien kapan pertama kali terjadi sakit pada
epigastrium.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien mengalami sakit pada epigastrium dan nyeri yang menyebar ke
punggung, perut yang menjalar ke daerah abdomen bagian bawah.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menanyakan pada klien dan keluarga tentang penyakit yang diderita
sebelum dirasakan atau menderita penyakit ini. Dan bagaimana
kebiasaan hidup pasien yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
ini.
Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa
dampak berat pada keadaan atau yang menyebabkan pancreatitis. Hal
ini penting dilakukan bila ada gejala-gejala yang memang bawaan dari
keluarga pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi
Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang sekitar yang
pernah mengalami penyakit pancreatitis, berkumpul dengan orang-
orang yang dampaknya mempengaruhi perilaku pasien semakin buruk
dan memperparah penyakitnya dan lungkungan hidup pasien yang tidak
sehat.
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi, dan penurunan
tekanan darah (Donna D, 1995). Demam merupakan gejala yang umum
biasanya (dari 39° C). demam berkepanjangan dapat menandakan
adanya komplikasi gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis,
kolesistitis atau absese intra abdomen.
Inspeksi
Terlihat abdomen tegang, mukosa mulut kering, kulit dingin dan
lembab, sianosis yang dapat mencerminkan dehidrasi ringan sampai
sedang akibat muntah atau sindrome kebocoran kapiler.
Auskultasi
Pada auskultasi terdengar bunyi timpani, juga terdapat distensi
abdomen bagian atas. Bisisng usus menurun atau hilang karena efek
proses peradangan dan aktivitas enzim pada mortilitas usus.
Palpasi
Adanya distensi abdomen, adanya massa pada abdomen yang tidak
jelas.
Perkusi
Adanya nyeri tekan pada epigastrium.
5. Riwayat Psikososiospiritual
Psikososial
Mengkaji respons emosi klien terhadap penyakit dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat. Dalam lingkungan rumah sakit atau
rumah, perawat dapat mengidentifikasi perubahan fungsional. Mengkaji
mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi
klien terhadap penyakit dan perubahan perannya.
Dalam kasus ini tidak dijelaskan klien menerima atau tidak penyakit
yang diderita. Oleh karena itu, perawat harus dapat menempatkan diri
dalam pemberian perawatan pada klien.
Spiritual
Mengkaji kepercayaan dan praktik-praktik keagamaan klien agar
selama perawatan tidak bertentangan dengan kepercayaan klien. Dan
perawat sebaiknya selalu mengingatkan klien agar tetap beribadah dan
berdoa kepada Tuhan YME menurut agama dan kepercayaannya.
Social cultural
Mengkaji norma, nilai, dan stigma yang berlaku di lingkungan klien
untuk menentukan intervensi keperawatan yang berhubungan dengan
sosialisasi klien. Perawat sebaiknya memberitahukan kepada keluarga
dan kerabat klien agar selalu memberikan motivasi kepada klien untuk
sembuh.
6. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
Pola Tidur dan Istirahat
Pengkajian dilaksanakan meliputi lamanya tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, kesulitan tidur akibat ketidaknyamanan
serta apakah klien mengkonsumsi obat tidur.
Pola Aktivitas
Karena mengalami hematemesis dan melena, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain.
Pola Hubungan dan Peran
Klien mungkin akan berkurang perannya dalam lingkungan sekitar.
Karena klien mengalami keterbatasan gerak dan mungkin gangguan
citra dirinya.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien sirosis hati yaitu timbul
kekhawatiran akibat kondisi penyakitnya dan rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal.
Pola Sensori dan Kognitif
Mengkaji daya sensitif sensori dan kognitif pada semua area tubuh,
terutama pada area yang mengalami gangguan.
Pola Penanggulangan Stress
Pada klien sirosis hepatis timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya.
Mekanisme koping yang ditempuh klien dapat tidak efektif, perawat
harus membimbing klien untuk membetuk koping yang positif.
Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien sirosis hepatis kemungkinan tidak dapat melaksanakan
kebutuhan beribadah dengan optimal karena keterbatasan gerak yang
dialami klien. Perawat harus selalu membimbing klien agar tetap
beribadah sesuai keyakinannya.
7. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien dengan penyakit sirosis hepatis, biasanya dijumpai hasil
laboratorium :
Darah rutin: jumlah leukosit meningkat, nilai hematokrit dan Hb untuk
memantau kemungkinan adanya perdarahan
Kadar amylase dan lipase: kadar puncak amylase meningkat
dalamwaktu 24 jam disertai penurunan cepat ke nilai normal dalam
waktu 48-72 jam. Sedangkan kadar lipase serum meningkat sesudah 48
jam dan akat konstan selama 5-7 hari. Kadar amylase urine juga
mengalami kenaikan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan kadar amylase serum
Fibrinogen, C-reactive protein, PMN (polymorfonuclear): akan
meningkat pada pankreastitis akut
Bilirubin serum: meningkat pada sebagian penderita.
Kalsium : penurunan kadar kalsium (hipokalsemia)
8. Pemeriksaan Diagnostik
Scan-CT : menentukan luasnya edema dan nekrosis
Ultrasound abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi
inflamasi pankreas, abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus
bilier.
Endoskopi : penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa
fistula, penyakit obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankreas.
Catatan : prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.
Aspirasi jarum penunjuk CT : dilakukan untuk menentukan adanya
infeksi.
Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar
berbatasan dengan pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang
lain, adanya udara bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi atau
pembekuan abses, kalsifikasi pankreas.
Pemeriksaan seri GI atas : sering menunjukkan bukti pembesaran
pankreas/inflamasi.
Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim
pankreas (kadar normal tidak menyingkirkan penyakit).
Amilase urine : meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.
Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi
lebih lama.
Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh
penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).
Fosfatase Alkaline : biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh
penyakit bilier.
Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan
permeabilitas kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel).
Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah
timbul penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat
disertai nekrosis pankreas).
Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster;
hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan,
asidosis, insufisiensi ginjal.
Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen
penyebab pankreatitis akut.
LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena
gangguan bilier dalam hati.
Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb
mungkin menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat
(hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan
kedalam pankreas atau area retroperitoneal.
Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama
serangan awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya
kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk.
Urine analisa; amilase, mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin
ada (kerusakan glomerolus).
Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal
pencernaan lemak dan protein (Dongoes, 2000).
FAKTOR RESIKO WANITA
↑ Produksi Garam Empedu & Lesitin
↑ Agregasi Kolesterol
KehamilanObat Kontrasepsi Oral
↑ Hormon Estrogen & Progesteron
↑ Kolesterol
↑ Eksresi Kolesterol ke Empedu
Supply ke Empedu > Kapasitas Solubilisasi Empedu
Supersaturasi Kolesterol
Kolesterol Tidak Dapat Terdispersi
Resiko Tinggi Gg.Keseimbangan Vol.
Cairan
Gg. Termoregulasi
Ampulla vateri
Kristal-kristal terjepit di ampulla vateri/sfingter oddi
Duktus koledokus/biliaris
Kolesterol Menggumpal
Terbentuk Kristal-kristal Monohidrat Padat
Kristal-kristal Menuju Duktus Sistikus
Tekanan di duktus pankreatikus (DP) ↑↑ Inflamasi[muntah]
Iskemik Sel Asinar
Edema Interstitial di Pankreas
Mengaktifkan refleks biliaris
Pelepasan IL-1
Set Temperatur ↑
[demam]
Refluks asam empedu ke DP ↑ Peningkatan Permeabilitas Kapiler
Aktivasi Proenzim Menjadi EnzimTerjadi di Pankreas
Resiko Tinggi Gg. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
[mual]
D. PATOFISIOLOGI
Aktivasi Prematur Tripsin & Zat-Zat Proteolitik Lainnya
Fatique
KalikreinFosfolipase AElastase[serum lipase ↑↑][ serum amilase ↑↑]
[kadar HCO3 ↓↓]
HCO3- berikatan dengan H+
H+ ↑
pH ↓↓
Fagositosis
Memicu respon imun
Enzim memasuki aliran darah Hemoragi
Kerusakan Vaskular[mual]Mencerna FosfolipidMencerna Jaringan Elastin Dinding Vaskuler
EdemaCO ↓
Shift Cairan ke InterstitialSyok Hipovolemik
Permeabilitas Vaskuler ↑
[leukositosis]
Leukosit >>
Nekrosis Sel Asinar
Peritonitis[turgor ↓]
Menekan Saraf Nyeri
Konsentrasi CO2 >>
Supply O2 ke Tubuh >>>
[PCO2 ↓]
Glomerulus Filtration Rate ↓
Flow Darah ke Ginjal <<
SV ↓
Nyeri
Gg. Rasa Nyaman
Abdomen Tegang
Nyeri
Otot Kaku
[kulit teraba dingin]
Gg. Eliminasi Urine
Oliguri
Volume urine yang diproduksi <<
Gg. Pola Nafas Inefektif
[takipnea]Kebutuhan energi ↑
Merangsang pusat nafas
Intoleransi Aktivitas
Shift Cairan ke Peritoneum
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas:
1. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2.
2. Nyeri berhubungan dengan edema.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kebutuhan energi yang meningkat.
4. Gangguan thermoregulasi berhubungan dengan inflamasi pada pankreas.
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan cardiac output.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi,
tidak mengenal sumber informasi.
8. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anorexia.
9. Risiko tinggi sepsis berhubungan dengan kebocoran darah ke aliran darah.
10. Risiko tinggi gangguan keseimbangan cairan: kekurangan volume cairan
berhubungan dengan muntah dan vasodilatasi.
E. ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan TujuanAsuhan Keperawatan
Intervensi Rasional
1 Pola pernapasan tidak
efektif berhubungan
dengan penurunan suplai
O2, ditandai dengan:
DO:
RR 30x/menit
PO2 65 mmHg
DS: -
Tupan:
Klien tidak
mengalami sianosis.
Tupen:
Mempertahankan
ventilasi adekuat
(RR normal 12-
20x/menit)
Mandiri
Tinggikan kepala tempat tidur
30o.
Ajarkan latihan napas dalam
dan batuk efektif.
Ubah posisi secara periodik dan
ambulasi sedini mungkin.
Berikan bantalan pada pagar
tempat tidur dan ajarkan pasien
menggunakannya untuk
istirahat tangan.
Gunakan bantal kecil dibawah
Mendorong pengembangan
difragma atau ekspansi paru
optimal dan meminimalkan
tekanan isi abdomen pada rongga
toraks.
Meningkatkan ekpansi paru
maksimal dan alat pembersihan
jalan napas.
Meningkatkan pengisian udara
seluruh segmen paru.
Pengguanaan pagar tempat tidur
memungkinkan istirahat tangan
untuk ekspansi dada lebih besar.
Penggunaan bantal besar
kepala bila diindikasikan.
Hindari penggunaan pengikat
abdomen.
Kolaborasi
Berikan O2 tambahan.
Awasi/ gambarkan seri GDA/
nadi oksimetri bila
diindikasikan.
menghambat jalan napas.
Dapat membatasi ekspansi paru.
Memaksimalkan sediaan O2
untuk pertukaran dan penurunan
kerja napas.
Menunjukkan ventilasi/
oksigenasi dan status asam-basa.
Digunakan sebagai alat dasar
evaluasi yang perlu untuk/
keefektifan terapi pernafasan.
2 Nyeri berhubungan
dengan edema, ditandai
dengan:
DO:
Nyeri tekan (+)
DS:
Klien mengeluh sakit
Tupan:
Klien mengikuti
program terapeutik.
Klien menunjukkan
penggunaan metode
yang menghilangkan
nyeri.
Mandiri
Pertahankan tirah baring selama
serangan akut. Berikan
lingkungan tenang.
Berikan pilihan tindakan
nyaman (contoh pijatan
punggung); dorong teknik
Menurunkan laju metabolik dan
rangsangan / sekresi GI sehingga
menurunkan aktivitas pankreas.
Meningkatkan relaksasi dan
memampukan pasien untuk
memfokuskan perhatian dapat
hebat pada
epigastrium yang
muncul secara tiba-
tiba dan makin lama
makin hebat.
Nyeri ini menyebar ke
punggung, perut yang
menjalar ke daerah
abdomen bagian
bawah.
Tupen:
Klien mengatakan
nyerinya berkurang.
relaksasi (contoh bimbingan
imajinasi, visualisasi); aktivitas
hiburan (contoh TV, radio).
Pertahankan lingkungan bebas
makanan berbau.
Pertahankan perawatan kulit,
khususnya pada adanya aliran
cairan dari fistula dinding
abdomen.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
Analgesik narkotik, contoh:
meperidin (demerol).
Sedatif, contoh: diazepam;
antispasmodik, contoh:
atropin.
meningkatkan koping.
Rangsangan sensori dapat
mengaktifkan enzim pankreas,
meningkatkan nyeri.
Enzim pankreas dapat mencerna
kulit dan jaringan dinding
abdomen, menimbulkan luka
bakar kimiawi.
Meperidin biasanya efektif
pada penghilangan nyeri dan
lebih disukai daripada morfin.
Untuk meningkatkan istirahat
dan menurunkan spasme
duktus/spasme sehingga
menurunkan kebutuhan
Antasida (contoh:mylanta)
Simetidine (tagamet),
ranitidin (zantac).
Pertahankan pengisapan gaster,
bila menggunakan.
Siapkan untuk intervensi bedah
bila diindikasikan.
metabolik dan sekresi enzim.
Menetralisir asam gaster untuk
menurunkan produksi enzim
pankreas dan menurunkan
insiden perdarahan GI atas
Penurunan sekresi HCl
menutunkan rangsangan
pankreas dan nyeri karenanya.
Mencegah akumulasi sekresi
enzim, yang dapat merangsang
aktivitas enzim pankreas.
Bedah eksplorasi mungkin
diperlukan pada adanya nyeri/
komplikasi yang tak hilang pada
traktus bilier.
3 Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kebutuhan energi yang
meningkat , ditandai
Tupan:
Menyatakan
pemahaman situasi/
faktor risiko dan
Mandiri
Tingkatkan tirah baring atau
duduk. Berikan lingkungan
tenang; batasi pengunjung sesuai
Meningkatkan istirahat dan
ketenangan. Menyediakan energi
untuk penyembuhan. Aktivitas
dengan:
DO:
nyeri tekan (+)
HR 132x/m
lemah
RR 30x/m
DS:
klien mengeluh sakit
hebat pada
epigastrium yang
muncul secara tiba-
tiba dan makin lama
makin hebat.
Nyeri ini menyebar ke
punggung, perut yang
menjalar ke daerah
abdomen bagian
bawah.
program pengobatan
individu.
Tupen:
Klien menunjukkan
kemampuan
kembali dalam
melakukan
aktivitas.
keperluan.
Ubah posisi dengan sering.
Berikan perawatan kulit yang
baik.
Lakukan prosedur keperawatan
dengan cepat dan sesuai
toleransi.
Tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi. Bantu melakukan
latihan rentang gerak sendi aktif/
pasif.
Dorong teknik manajemen
stress, contoh relaksasi
progresif, visualisasi, bimbingan
imajinasi. Berikan aktivitas
dan posisi duduk tegak diyakini
menurunkan aliran darah ke kaki.
Meningkatkan fungsi pernafasan
dan menminimalkan tekanan
pada area tertentu untuk
menurunkan risiko kerusakan
jaringan.
Memungkinkan periode
tambahan istirahat tanpa
gangguan.
Tirah baring lama dapat
menurunkan kemampuan. Ini
dapat terjadi karena keterbatasan
aktivitas yang mengganggu
periode istirahat.
Meningkatkan relaksasi dan
penghematan energi, memusatkan
kembali perhatian, dan dapat
meningkatkan koping.
hiburan yang tepat, contoh
menonton TV, radio, membaca.
Awasi terulangnya anorexia dan
nyeri tekan.
Menunjukkan kurangnya
resolusi/ eksaserbasi penyakit,
memerlukan istirahat lanjut,
mengganti program terapi.
4 Gangguan termoregulasi
berhubungan dengan
inflamasi pada pankreas,
ditandai dengan:
DO:
Suhu 38,5o C
DS: -
Tupan:
Suhu tubuh dalam
batas normal 36,5 –
37,5⁰C
Tupen:
Setelah dilakukan
perawatan selama 1
shif (7 jam), suhu
tubuh klien normal.
Mandiri
Kaji timbulnya demam.
Observasi tanda-tanda vital
setiap 3 jam.
Berikan penjelasan tentang
penyebab demam.
Menjelaskan pentingnya tirah
baring bagi pasien dan
akibatnya jika hal tersebut tidak
dilakukan.
Untuk mengidentifikasi pola
demam pasien.
Tanda-tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien.
Penjelasan yang diberikan pada
keluarga akan memotivasi klien
untuk kooperatif.
Penurunan aktivitas
mengakibatkan menurunnya suhu
tubuh karena metabolisme
menurun.
Menganjurkan pasien untuk
banyak minum ± 2,5 l/24 jam,
dan jelaskan manfaatnya.
Memberikan kompres dingin.
Mencatat asupan dan keluaran.
Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
Kompres dingin akan membantu
menrunkan suhu tubuh.
Mengetahui adanya
ketidakseimbangan cairan tubuh.
5 Gangguan eliminasi
urine berhubungan
dengan penurunan
cardiac output, ditandai
dengan:
DO:
Oliguri
DS: -
Tupan:
Klien dapat
mengosongkan
kandung kemih
secara adekuat
sesuia kebutuhan.
Tupen:
Menunjukkan aliran
urine terus
Mandiri
Observasi dan catat frekuensi
berkemih.
Lakukan palpasi terhadap
adanya distensi kandung kemih.
Tingkatkan pemberian cairan.
Berikan stimulasi terhadap
pengosongan urine dengan
Menentukan apakah kandung
kemih dikosongkan dan saat
kapan intervensi itu diperlukan.
Dapat menandakan adanya
retensi urine.
Mempertahankan fungsi ginjal.
Meningkatan proses perkemihan
dengan merelaksasikan sfingter
menerus, dengan
keluaran urine yang
adekuat.
mengalirkan air, letakan air
hangat dan dingin secara
bergantian pada daerah
suprapubis, letakan tangan pada
air hangat sesuai kebutuhan.
Kolaborasi
Lakukan kateterisasi terhadap
residu urine setelah berkemih
sesuai kebutuhan. Pasang/
pertahankan kateter folley sesuai
dengan kebutuhan.
Berikan pengobatan sesuai
indikasi, seperti vitamin atau
antiseptik urinarius, contoh
methenamin mandelate
(mandelamine).
Pantau BUN, kreatinin, SDP.
urine.
Kateter intermitten atau yang
terus menerus mungkin
diperlukan selama beberapa hari
sampai terjadinya penurunan
pada proses pembengkakan.
Mempertahankan lingkungan
asam yang menghambat
pertimbuhan bakteri atau kuman.
Menggambarkan fungsi ginjal
dan mengidentifikasi komplikasi.
6 Ansietas berhubungan
dengan perubahan
status kesehatan, ditandai
dengan:
DO: -
DS: -
Tupan:
Klien menyatakan
kesadaran terhadap
perasaan dan cara
yang sehat untuk
menghadapi
masalah.
Tupen:
Klien tampak
rileks.
Klien mengatakan
ansietas menurun
sampai tingkat
dapat ditangani.
Mandiri
Dorong menyatakan perasaan.
Berikan umpan balik.
Akui bahwa ansietas dan
masalah mirip dengan yang
diekspresikan orang lain.
Tingkatkan perhatian
mendengarkan pasien.
Berikan informasi yang akurat
dan nyata tentang apa yang
dilakukan, misalnya tirah
baring, pembatasan masukan per
oral, dan prosedur.
Berikan lingkungan tenang dan
istirahat.
Membuat hubungan terapeutik.
Membantu pasien atau orang
terdekat dalam mengidentifikasi
masalah yang menyebabkan
stress.
Validasi bahwa perasaan normal
dapat membantu menurunkan
stress atau isolasi dan meyakini
bahwa “saya satu-satunya”.
Keterlibatan pasien dalam
perencanaan perawatan
memberikan rasa kontrol dan
membantu menurunkan ansietas.
Memindahkan pasien dari stress
luar meningkatkan relaksasi;
membantu menurunkan ansietas.
Dorong pasien atau orang
terdekat untuk menyatakan
perhatian, perilaku perhatian.
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi/ memerlukan
perilaku koping yang digunakan
pada masa lalu.
Bantu pasien belajar mekanisme
koping baru, misalnya teknik
mengatasi stress, keterampilan
organisasi.
Kolaborasi
Rujuk pada perawat spesialis,
psikiatri, pelayanan sosial,
penasehat agama.
Tindakan dukungan dapat
membentu pasien merasa
stressnya berkurang,
memnungkinkan energi untuk
ditujukan pada penyembuhan
atau perbaikan.
Perilaku yang berhasil dapat
dikuatkan pada penerimaan
masalah/ stress saat ini,
meningkatkan rasa kontrol diri
pada pasien.
Belajar cara baru untuk
mengatasi masalah dapat
membantu dalam menurunkan
stress dan ansietas, meningkatkan
kontrol penyakit.
Dibutuhkan bantuan tambahan
untuk meningkatkan kontrol
untuk mengatasi episode akut/
eksaserbasi dengan belajar untuk
menerima penyakit kronis dan
konsekuensinya serta program
terapi.
7 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan ,
ditandai dengan:
DO:-
DS: -
Tupan:
Klien dapat
menghubungkan
gejala dengan faktor
penyebab.
Menyatakan
pemahaman tentang
proses penyakit
(prognosis).
Tupen:
Melakukan
perubahan pola
hidup dan
berpartisipasi dalam
Kaji ulang penyebab khusus
terjadinya episode dan
prognosis.
Diskusikan penyebab lain/
faktor yang berhubungan,
contoh, asupan alkohol,
berlebihan, penyakit kandung
empedu, ulkus duodenum,
hiperlipoproteinemia, beberapa
obat ( kontrasepsi oral,tiazid,
lasix, INH, glukokortikoid,
sulfonamid).
Tekankan pentingnya mengikuti
evaluasi medik dan kaji ulang
gejala yang memerlukan
Memberikan dasar pengtahuan
dimana pasien dapat membaut
pilihan informasi.
Penghindaran dapat membantu
membatasi kerusakan dan
mencegah terjadinya kondisi
kronis.
Periode penyembuhan lama
memerlukan pengawasan ketat
untuk mencegah kambuh/
perawatan. pelaporan segera ke dokter.
Kaji ulang pentingnya mulai
makan lambat dan berlanjut ke
bentuk saring, diet rendah
lrmak, makan frekuensi sering
dan pembatasan kafein, makan
secara bertahap kembali normal
dalam toleransi individu.
Anjurkan menggunakan
pengganti enzim pankreas dan
terapi garam empedu sesuai
indikasi, hindari
makanan.minuman panas.
Anjurkan penghentian merokok.
komplikasi.
Pemahaman tujuan diet
menghindari rangsangan
berlebihan pada pankreas
meningkatkan keterlibatan pasien
dalam pengawasan diri tentang
kebutuhan diet dan berespon
terhadap makanan.
Bila kerusakan permanen terjadi
pada pankreas, defisiensi
eksokrin akan terjadi,
memerlukan penggantian jangka
panjang. Makanan/ minuman
panas membaut enzim tidak aktif.
Nikotin merangsang sekresi
gaster dan aktivitas pankreas
yang tak perlu.
Diskusikan tanda dan gejala
BM, contoh polidipsia, poliuria,
kelemahan, penurunan BB
Kerusakan sel beta dapat
mengakibatkan gangguan
produksi insulin sementara/
permanen.
8 Resiko tinggi gangguan
pemenuhan nutrisi;
kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan
anorexia, ditandai
dengan:
DO:
Mukosa mulut kering
DS:
Mual dan beberapa
kali muntah
Tupan:
Klien tidak
mengalami
malnutrisi.
Tupen:
Menunjukan
peningkatan BB
mencapai tujuan
dengan nilai lab
normal.
Mandiri
Kaji abdomen, catat adanya/
karakter bising usus, distensi
abdomen dan keluhan mual.
Berikan perawatan oral.
Bantu pasien dalam pemilihan
makanan/ cairan yang
memenuhi kebutuhan nutrisi
dan pembatasan bila diet
dimulai.
Distensi abdomen dan atoni usus
sering terjadi mengakibatkan
penurunan/ tak adanya bising
usus.
Menurunkan rangsangan muntah
dan inflamasi/ iritasi membran
mukosa kering sehubungan
dengan dehidrasi dan bernapas
dengan mulut bila NG dipasang.
Penggunaan stimulan gaster,
contoh alkohol dan makanan
penghasil gas dapat
mengakibatkan berulangnya
gejala.
Observasi warna/ konsistensi/
jumlah feces. Catat konsistensi
lembek/ bau busuk.
Catat tanda peningkatan haus
dan berkemih atau perubahan
mental dan ketajaman visual.
Tes urine untuk gula dan aseton.
Kolaborasi
Pertahankan status puasa dan
penghisapan gaster pada fase
akut.
Awasi glukosa serum.
Steatorea terjadi karena
pencernaan lemak tak sempurna.
Mewaspadai terjadinya hipergl
ikemia karena peningkatan
danpengeluaran glukagon atau
penurunan pengeluaran insulin.
Deteksi dini pada penggunaan
glukosa tak adekuat dapat
mencegah terjadinya
ketoasidosis.
Mencegah rangsangan dan
pengeluaran enzim pankreas bila
kimus dan HCl masuk ke
duodenum.
Indikator kebutuhan insulin
karena hiperglikemia sering
terjadi meskipun tidak selalu
Berikan trigliserida rantai
sedang (contoh MCT, portagen).
Berikan obat sesuai indikasi
Vitamin (contoh A,D,E,K)
Penggantian enzim conto
pankreatin (viokase),
pankrelipase (cotazym).
Antikolinergik, contoh
metanhelin bromida
(banthine)
pada kadar cukup tinggi untuk
menghasilkan ketoasidosis.
Pemberian IV kalori, lipid dan
asam amino harus diberikan
sebelum penurunan nutrisi.
Penggantian kebutuhan seperti
metabolisme lemak terganggu,
penurunan absorps/
penyimpangan vitamin larut
dalam lemak.
Untuk memperbaiki defisiensi
untuk meningkatkan
pencernaan dan absorbsi
nutrien
Menurunkan sekresi pankreas
dan gaster dengan penekanan
mekanisme vagal dan
penurunan motilitas.
Insulin Memperbaiki hiperglikemia
menetap karena cedera sel beta
dan peningkatan pengeluaran
glukokortikoid.
9 Risiko tinggi sepsis
berhubungan dengan,
ditandai dengan:
DO:
Teraba masa pada
epigastrium
Serum amilase dan
serum lipase
meningkat
inflamasi
Leukositosis
DS: -
Tupan:
Tidak megalami
demam.
Tupen:
Bebas tanda infeksi.
Mandiri
Tekankan pentingnya mencuci
tangan dengan baik.
Observasi frekuensi dan
karakteristik pernapasan, bunyi
napas. Catat adanya batuk dan
produksi sputum.
Dorong perubahan posisi sering,
napas dalam dan batuk. Bantu
untuk ambulasi secepat mungkin
bila stabil.
Observasi tanda infeksi:
Demam dan distress
pernapasan berhubunagn
Menurunkan risiko kontaminasi
silang.
Akumulasi cairan dan
keterbatasan mobilitas
mencetuskan infeksi pernapasan
dan atelektasis.
Meningkatkan ventilasi segmen
parudan meningkatkan mobilitas
sekresi.
Ikterik kolestatik dan
penurunan fungsi paru
dengan ikterik.
Peningkatan nyeri abdomen,
kekakuan nyeri tekan,
penurunan/ tak ada bising
usus.
Peningkatan nyeri abdomen/
nyeri tekan, demam
berulang (lebih dari 37,9o
C), leukositosis, hipotensi,
takikardia, dan menggigil.
Kolaborasi
Ambil spesimen kultur, contoh
darah, luka, urine, sputum atau
aspirat pankreas.
Berikan terapi antibiotik yang
sesuai:
Sefalosporin, contoh:
sefoksitin natrium (mefoxin);
mungkin tanda pertama sepsis
dari organisme gram negatif.
Diduga peritonitis.
Abses dapat terjadi 2 minggu
lebih setelah timbulnya
pankreatitis dan harus
diprediksi kapan klien ada
penyimpangan dengan
pengukuran pendukung.
Mengidentifikasi adanya infeksi
dan organisme penyebab.
Antibiotik spektrum luas
secara umum dianjurkan untuk
aminoglikosida plus, contoh
gentamisin (garamycin);
tobramisin (nebicyn)
Siapkan intervensi bedah bila
perlu.
sepsis. Namun terapi akan
didasari pasa kultur organisme
khusus.
Abses mungkin dikeluarkan
secara bedah dengan reseksi
jarinagn nekrotik.
10 Risiko tinggi gangguan
keseimbangan cairan:
kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan muntah dan
vasodilatasi, ditandai
dengan:
DO: -
DS:
Selama menunggu
penanganan lebih
lanjut klien
mendapatkan infuse
Tupan:
Mempertahankan
hidrasi adekuat.
Tupen:
Tanda vital stabil,
turgor kulit baik,
pengisian kapiler
cepat, nadi perifer
kuat, dan secara
individual
mengeluarkan
jumlah urine
adekuat
Mandiri
Awasi TD dan CVP bila ada.
Ukur masukan dan haluaran
termasuk muntah/ aspirasi
gaster, diare. Hitung
keseimbangan cairan 24 jam.
Catat warna dan karakter
Perpindahan cairan (pindah ke
area ke-3) perdarahan, dan
menghilangkan vasodilator (kinin)
dan faktor depresan jantung yang
dipicu oleh iskemia pankreas
dapat menyebabkan hipertensi
berat.
Indikator kebutuhan penggantian/
keefektifan terapi.
Risiko perdarahan gaster tinggi.
RL 30-40 tetes/m drainase gaster juga pH dan
adanya darah.
Timbang berat badan sesuai
indikasi. Hubungkan dengan
perhitungan keseimbangan
cairan.
Catat turgor kulit, kulit/
membran mukosa kering,
keluhan haus.
Observasi/ catat edema perifer
dan dependen. Ukur lingkar
abdomen bila ada asites.
Selidiki perubahan sensori,
contoh bingung, respons lambat.
Penurunan berat badan
menunjukkan hipovolemia;
namun edema/ asites/ retensi
cairan ditunjukan oleh
peningkatan atau BB stabil.
Indikator fisiologi lanjut dari
dehidrasi.
Perpindahan cairan/edema terjadi
akibat peningkatan permeabilitas
vaskuler, retensi natrium dan
penurunan tekanan osmotik kolois
pada kompartemen intravaskuler.
Perubahan mungkin berhubungan
dengan hipovolemia, hipoksia,
ketidakseimbangan elektrolit atau
delirium.
Auskultasi bunyi jantung, catat
frekuensi dan irawa. Awasi/ catat
perubahan irama.
Lihat kulit untuk adanya petekie,
hematoma dan luka tak biasanya
atau perdarahan pungsi vena.
Catat hematuria, perdarahan
membran mukosa, dan isi gaster
berdarah.
Observasi/ laporkan tremor otot
keras, kejang, tanda Chvostek
atau Trousseau positif.
Kolaborasi
Berikan penggantian cairan
sesuai indikasi., contoh cairan
garam faal, albumin, produk
darah, darah, dekstran.
Perubahan jantung/disritmia dapat
menunjukkan hipovolemia
dan/atau ketidakseimbangan
elektrolit, umumnya hipokalemia/
hipokalsemia.
KID dapat diawali dengan
keluarnya protease pankreas aktif
ke dalam sirkulasi. Paling sering
mempengaruhi ginjal, kulit dan
paru-paru.
Gejala ketidakseimbangan
kalsium.
Pilihan cairan pengganti kurang
penting pada kecepatan dan
keadekuatan perbaikan volume.
Awasi pemeriksaan lab, contoh
Hb/Ht, protein, albumin,
elektrolit, BUN, kreatinin,
osmolalitas urine dan natrium,
pemeriksaan koagulasi.
Ganti elektrolit, contoh natrium,
kalium, klorida, kalsium sesuai
indikasi.
Siapkan/ bantu untuk lavase
peritoneal, dialisa
hemoperitoneal.
Mengidentifikasi defisit/
kebutuhan penggantian dan
terjadinya komplikasi, contoh
ATN,KID.
Penurunan pemasukan oral dan
hilang berlebihan mempengaruhi
keseimbangan asam-basa.
Membuang bahan kimia toksik/
enzim pankreas dan
memungkinkan untuk perbaikan
lebih cepat dari abnormalitas
metabolik.
F.
G. NUTRISI
Penatalaksanaan pasien pankreatitis bersifat simptomatik dan ditujukan
untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan per oral harus
dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pancreas.
Pemberian TPN (Total Parenteral Nutrition) pada pankreatitis menjadi
bagian terapi yang penting. Hal ini karena selama serangan pankreatitis akut,
pasien tidak boleh mendapatkan makanan atau cairan melalui mulut.
Perawat harus mengkaji status nutrisi pasien dan mencatat faktor-faktor
yang mengubah kebutuhan nutrisi pasien, seperti :
Kenaikan suhu, pembedahan, drainase.
Lakukan juga pengukuran secara teliti terhadap keseimbangan cairan
(asupan serta keluaran) yang mencakup pengeluaran urin, sekresi
nasogastik serta diare.
Pengukuran Berat Badan setiap hari akan membantu pemantauan status
nutrisi pasien.
TPN dapat diresepkan, disamping pemberian TPN yang harus dilakukan
dengan cermat, perawat perlu memantau respon fisiologik pasien dengan
mengkaji kadar glukosa darah setiap 4 hingga 6 jam.
Setelah gejala akut mereda, pemberian nutrisi oral dapat dimulai secara
bertahap. Diantara serangan-serangan yang akut, diet tinggi karbohidrat tapi
rendah lemak dapat diberikan pada pasien.
Makanan yang berat dan minuman beralkohol harus dihindari.
Diet biasanya adalah diet tinggi protein, tinggi karbohidrat, dengan lemak
yang bisa ditoleransi terhadap peningkatan pada steatorea atau nyeri.
Minyak TRM (Trigliserida Rantai Medium) dapat digunakan untuk
merangsang peningkatan berat badan.
Pengganti enzim pankreatik kadang-kadang diresepkan untuk dimakan
pada setiap waktu makan untuk membantu pencernaan lemak, karbohidrat
dan protein.
Sekresi insulin biasanya terganggu. Jika ditemukan intoleransi glukosa,
pasien harus diperlakukan sebagai pasien diabetik dengan diet yang
dimodifikasi dn insulin jika diindikasikan.
Suplementasi
Jika malabsorpsi lemak menjadi berat mungkin diperlukan Vit A dan E yang
larut dalam air, demikian juga dengan suplemen Seng dan Kalsium.
Rasionalisasi
Pasien mungkin perlu pembatasan lemak dalam dietnya jika ini
menyebabkan steatorea / nyeri.
Minyak TRM dapat digunakan untuk menggoreng / memanggang.
Pemasukan tinggi protein diperlukan.
Ayam yang dikuliti, dipanggang / dibakar, daging rendah lemak, keju
rendah lemak, protein nabati seperti biji-bijian kering & kapri
menyediakan protein dengan pemasukan lemak rendah sampe sedang.
H. MEDICA MENTOSA
Infus Ringer Lactate : Larutan steril kalsium klorida, kalium klorida, natrium
klorida, dan natrium laktat dalam cairan suntik diberikan sebagai cairan dan
pengisi elektrolit melalui infus intra vena. Lactated Ringer’s solutions.
MEDIKAMENTOSA PANKREATITIS
1. Analgesik narkotik,contoh : Meperidin (Demerol)
Petidin (Meperidin) memiliki sifat mirip morfin namun kurang
berakibat pada konstipasi dan retensi urine, dan tidak memiliki sifat
menekan batuk seperti morfin. Kerjanya hanya 2-3 jam, sehingga tidak
cocok untuk nyeri yang menahun. Kegunaan utama adalah sebagai
pramedikasi sebalum bedah dan mengatasi nyeri pasca bedah, khusuanya
bedah abdominal, karena kurang menyebabkan retansi urine dan konstipasi
disbanding morfin. Karena tidak mengurangi kekuatan kontraksi uterus,
obat ini banyak dipakai sebagai analgesic obstetric. Reaksi yang
merugikan dari agens ini serupa dengan morfin, dapat berakibat muntah,
mulut kering, dan pandangan kabur.
2. Sedatif, contoh : Diazepam
Dosis dewasa
- Oral : 2-10 mg 2-4 x sehari, tergantung indikasinya.
- Parenteral : 7-10 mg IM atau IV sebagai permulaan, diulangi 3-4 jam
kemudian bila diperlukan, dan sesuai dengan indikasinya.
Cara Pemberian dan Penyesuaian Dosis
- Pemakaian bersama dengan analgetic narkotik: kurangi dosis
narkotik sampai setidaknya 1/3 nya, dan dinaikkan perlahan-lahan.
Efek samping
Mengantuk, lemas, kebingungan, depresi, sakit kepala, bradikardi,
hipotensi, konstipasi, mual, cegukan, ikterik, batuk, dispnea, gangguan
penglihatan, dan thrombosis vena.
3. Antispasmodik, contoh : Atropin
Obat ini memiliki efek anti sekretori. Antispasmodik melemaskan otot
polos saluran gastrointestinal, biliaris, dan renal. Agens ini dipakai untuk
spasme gastrointestinal, sindrom kolon peka, kolik biliaris dan renal.
a. ATROPINI SULFAS
Komposisi : Sulfas atropine
Indikasi
Parasimpatolitik, antispasmodic, mengurangi sekresi saliva dan
keringat, relaksasi lambung, saluran empedu, kandung kemih,
spasme usus, dan keracunan fosfor organic.
Dosis
250-1000 mcg subkutan. Keracunan fosfor organic 1-2 mg IM
atau IV.
Kontraindikasi
Glaukoma, obstruksi saluran kemih atau saluran cerna, asma,
penyakit hati, atau ginjal berat.
Efek Samping
Peninggian tekanan intra okuler, mydriasis, mulut kering,
penglihatan kabur, takikardia,sembelit, suhu tubuh naik, ruam,
muntah
Kemasan
Ampul 250 mcg/ml 100 ampul @ 1 ml.
4. Antasida, contoh : Mylanta
Normalnya pH lambung bersifat asam dan keasaman ini bertambah
setelah makan. Nyeri ulkus paling hebat saat ini. Antasida menetralkan
sebagian secret asam ini. Pada dosis standar (10-15ml cairan), antasida
hanya mengatasi nyerinya, tetapi dengan dosis tinggi yang sering diberi,
akan berefek menyembuhkan ulkus. Dosis ini antara 20-40 ml dan dapat
diberi sering kali (setiap jam selama waktu siang).
Antasida dipakai untuk mengobati ulkus ventrikuli, ulkus duodeni,
dyspepsia, dan esofagitis. Campuran aluminium hidroksida dengan
magnesium hidroksida adalah capuran umum pada banyak obat (Mylanta,
Gastrogel, Aludrox, Simeco).
Antasida hendaknya diberi segera setelah makan dan sebelum tidur
malam. Dosis tambahan dapat diberikan di antara waktu makan untuk
mengurangi nyeri. Dosis umumnya adalah 1 sampai 2 tablet setiap minum
(sebaiknya dikunyah agar cepat bekerja).
Reaksi merugikannya adalah antasida dapat mengganggu absorbsi
antibiotik, khususnya tetrasiklin.
5. Simetidin (tagamet), ranitidin (zantac).
Simetidin (Tagamet) merupakan golongan obat Antagonis Reseptor-H2
terdapat dalam bentuk tablet 200mg dan 400mg, dan ampul 200mg
(200mg/2ml); ranitidine (Zantac) sebagai tablet 150mg dan 300mg, dan
ampul 50mg (50mg/2ml); dan famotidin (Pepcidine) sebagai tablet 20mg
dan 40mg. Ketiganya adalah antagonis reseptor-H2 (histamine-2). Histamin
ditemukan pada banyak bagian tubuh. Selain berefek vaskuler seperti
untuk alergi, histamine juga meningkatkan sekresi asam lambung. Obat di
atas memblok kerja histamine ini pada reseptor H2 dan menghambat
sekresi basal dan nocturnal asam lambung.
Reaksi merugikan dari penggunaan agens ini termasuk sakit kepala,
pusing, mengantuk, bingung (pada lansia), diare, konstipasi, kembung,
ruam, ginekomastia (pasien pria), hipotensi dan takikardia.
a. TAGAMET
Komposisi : Simetidin
Kemasan : Tablet 200mg, 50 tablet dan tablet 400mg, 30 tablet.
b. ZANTAC
Komposisi : Ranitidin HCl
Kemasan
- Tablet : 75 mg 60 tablet
150mg 30 tablet
300mg 30 tablet
- Sirup : 75mg/5ml 60ml 100ml
- Ampul : 50mg/2ml 5 ampul
Vitamin (contoh A,D,E,K)
Penggantian enzim conto pankreatin (viokase), pankrelipase
(cotazym).
c. COTAZYM FORTE
Komposisi :
- Enzim pancreas (lipase, protease, amylase) 170mg
- Ekstrak empedu sapi (ox bille) 65mg
- Selulosa 10mg
Indikasi : Defisiensi enzim pancreas relatif/mutlak
Dosis : 2-3 tablet saat atau sesudah makan
Kontra indikasi : alergi protein hewani
Efek Samping : Hiperurikemia, hiperurikosuria
Kemasan : Tablet → 30 tablet
6. Antikolinergik, contoh metanhelin bromida (banthine)
Obat antikolinergik mengurangi sekresi asam lambung dengan
menghambat aktivitas nervus vagus. Ini berakibat penurunan motilitas
gastrointestinal (efek antispasmodic). Agens ini dipakai dalam pengobatan
ulkus ventrikuli, ulkus duodeni, dan kolon spastic (colitis). Dapat dipakai
bersama antacid. Sejak ada antagonis reseptor H2, obat antikinergik
terutama dipakai sebagai tambahan dengan dosis rendah. Agens ini
diberikan 30-60 menit sebelum makan dan sebelum tidur.
Reaksi merugikan dalam penggunaan agens ini termasuk mulut kering,
pandangan kabur, pupil dilatasi, takikardia, konstipasi, sukar berkemih,
pusing, bingung, dan impoten. Karena antikolinergik memperlambat
motilitas lambung, dapat berakibat tertahannya obat di lambung, sehingga
kecepatan absorbsi terganggu. Antikolinergik dikontraindikasikan pada
glaucoma, hipertrofi prostat, refluks esophagus, dan esofagitis.
7. Antibiotik. Sefalosporin, contoh: sefoksitin natrium (mefoxin);
aminoglikosida plus, contoh gentamisin (garamycin); tobramisin
(dartobcin)
a. GARAMYCIN
Komposisi : Gentamisin sulfat
Dosis :
- Infeksi sistemik : 1mg/kgBB tiap 8 jam
- Infeksi sistemik parah : 1,5mg/kgBB tiap 8 jam
- Infeksi saluran kemih : 120mg/hari selama 7-10 hari
Kemasan :
- Vial : 20mg/2ml 1 vial
80mg/2ml 1 vial
- Ampul: 60mg/1,5ml 1 ampul
b. DARTOBCIN
Komposisi : Tobramisin sulfat
Indikasi :
Infeksi SSP, septicemia, sepsis neonatal, infeksi saluran cerna,
peritonitis, infeksi saluran nafas bawah, kulit, tulang, jaringan lunak,
luka bakar.
Dosis :
Dewasa : 3mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis sama
Efek samping :
Ototoksisitas, nefrotoksisitas, blockade neuromuscular
Interaksi Obat :
Penggunaan bersama antibiotika lain yang neurotoksik dan atau
nefrotoksik, diuretika kuat, anestesi, penghambat neuromuscular.
Kemasan : Vial 80mg/ml vial 2ml
I. PRODUKSI DAN PENDISTRIBUSIAN PRODUK-PRODUK EMPEDU
DAN PANKREAS
1. Pankreas
Pancreas dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi sangat berbeda.
Sel-sel eksokrin yang berkelompok-kelompok disebut sebagai asini
yang menghasilkan unsur getah pancreas (enzim-enzim digestiv). Hasil
sekresi enzim tersebut mencakup amylase, tripsin, lipase.
Sel-sel endokrin atau pulau langerhans menghasilkan secret endokrin,
yaitu insulin dan glucagon yang penting untuk metabolism karbohidrat.
a. Sekresi enzim-enzim pankreas
Bagian-bagian eksokrin pancreas : hasil sekresi bagian eksokrin
pancreas dikumpulkan dalam duktus pankreatikus yang akan bersatu
dengan duktus koledokus dan memasuki duodenum pada ampula vater.
Disekeliling ampula terdapat sfingter oddi yang secara parsial
mengendalikan kecepatan pengaliran hasil sekresi pancreas maupun
kelenjar empedu ke dalam duodenum.
Hasil Sekresi pancreas mengandung enzim-enzim untuk
mencernakan tiga jenis makanan utama: protein, karbohidrat, dan
lemak. Sekresi ini juga mengandung sejumlah besar ion bikarbonat,
yang memegang peranan penting dalam menetralkan asam kimus yang
dikeluarkan dari lambung ke dalam duodenum.
Enzim-enzim proteolitik yang paling penting adalah tirpsin,
kimotripsin, dan karboksipolipeptidase. Yang kurang penting adalah
beberapa elatase dan nuclease. Sejauh ini yang paling banyak adalah
tripsin. Tripsin dan kimotripsin memisahkan seluruh dan sebagian
protein yang dicerna menjadi peptida berbagai ukuran tetapi tidak
menyebabkan pelepasan asam-asam amino bentuk tunggal, jadi
menyelesaikan pencernaan sebagian besar protein menjadi bentuk asam
amino.
Enzim pencernaan pancreas untuk karbohidrat adalah amylase
pancreas, yang akan menghidrolisis serat, glikogen, dan sebagian besar
karbohidrat lain (kecuali selulosa)untuk membentuk disakarida dan
beberapa trisakarida.
Enzim utama untuk mencerna lemak dalah lipase pancreas, yang
mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan
monogliserida ; kolesterol esterase, yang menyebabkan hidrolisis ester
kolesterol; dan fosfolipase, yang memecah asam lemak dari fosfolipid.
Saat disntesis dalam sel-sel pancreas, enzim-enzim proteolitik ini
terdapat dalam bentuk tidak aktif berupa berupa tripsinogen,
kimotripsinogen, dan prokarboksipolipeptidase, yang semuanya secara
enzimatik tidak aktif. Semua enzim ini akan menjadi aktif hanya
sesudah disekresikan ke dalam traktus intestinal. Tripsinogen diaktifkan
oleh enzim yang disebut enterokinase , yang disekresikan oleh mukosa
usus ketika kimus berkontak dengan mukosa. Juga, tripsinogen dapat
menjadi aktif secara otokatalisasi oleh tripsin yang sudah terbentuk dari
tripsinogen. Kimotripsinogen diaktifkan oleh tripsin untuk membentuk
kimotripsin, dan prokarboksipolipeptidase diaktifkan dengan cara yang
serupa.
Pancreas bagian endokrin. Pilau-pulau langerhans yaitu bagian
endokrin pancreas, merupakan kumpulan sel yang tersusun dari sel alfa,
sel beta, dan sel delta. Hormone yang diproduksi sel beta disebut insulin
untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan memfasilitasi masuknya
glukosa ke dalam sel jaringan hat, otot dan jaringan lain tempat glukosa
disimpan sebagai glikogen atau dibakar untuk mengahasilkan energy.
Sel alfa menyekresikan glucagon. Efek glucagon ( yang berlawanan
dengan efek insulin) terutama adalah menaikkan kadar glukosa darah
melalui konversi glikogen menjadi glukosa dalam hati. Glokagon
disekresikan oleh pancreas sebagai respon terhadap penurunan kadar
glukosa darah.
Sel delta menyekresikan somatostatin. Somatostatin menimbulkan
efek hipoglikemik dengan menghambat pelepasan horon pertumbuhan
dari hipofisis dan glokagon dari pancreas.
b. Sekresi bikarbonat
Sekresi bikarbonat dirangsang oleh sekretin. Bila kimus yang asam
dengan ph kurang dari 4,5 sampai 5,0 masuk ke dalam duodenum dari
lambun, kimus tersebut menyebabkan pelepasan dan pengaktifan
sekretin, yang setelah itu diabsorbsi ke dalam darah. Salah satu zat
poten kimus yang benar-benar menyebabkan pelepasan sekretin adalah
asan hidrokloida, walaupun beberapa zat lain, seperti asam-asam lemak,
juga sedikit berperan untuk pelepasan sekretin.
Sekretin kemudian menyebabkan pancreas menyekresikan sejumlah
besar cairan yang mengandung ion bikarbonat konsentrasi tinggi
(sampai 145 mEq/ liter) tetapi mengandung ion klorida konsentrasi
rendah.
Mekanisme skretin sangat penting karena dua alasan :
Sekretin mulai dilepaskan dari mukosa usus halus ketik ph isi
duodenum turun di bawah 4,5 sampai 5,0 dan pelepasan nya sangat
meningkat sewaktu ph turun sampai 3,0 dan semakin banyak asam
yang masuk lebih dalam ke duodenum dan jejunum. Keadaan ini
dengan segera menyebabkan banyak sekali pengeluaran getah
pancreas yang mengandung banyak natrium bikarbonat untuk
disekresikan. Asam karbonat dengan segera berdisosiasi menjadi
karbondioksida dan air, dan karbondioksida akan diabsorbsi ke
dalam darah serta dikeluarkan melalui paru-paru, sehingga
meninggalkan larutan natrium klorida yang netral di dalam
duodenum. Dengan cara ini, kandungan asam yang dikeluarkan ke
dalam duodenum dari lambung menjadi netral, dan aktivitas peptic
dari getah lambung dengan segera terhambat.
Sekresi bikarbonat menghasilkan ph yang sesuia bagi kerja enzim-
enzim pancreas. Ezim-enzim ini berfungsi secara optimal pada
medium yang sedikit basa atau netral.
c. Pengaturan sekresi Pankreatik
Rangsangan dasar sekresi pankreatik
Tiga rangsangan dasar yang penting dalam menyebabkan sekresi
pankreatik :
Asetilkolin, yang dilepaskan dari ujung-ujung nervus vagus
parasimpatis demikian juga dari saraf-saraf kolinergik di dalam
system saraf enteric
Kolesistokinin, yang disekresikan oleh mukosa duodenum dan
jejunum bagian atas ketika makanan masuk ke dalam usus halus
Sekretin, yang disekresikan olh mukosa duodenum dan jejunum yang
sama ketika makanan yang sangat asam masuk ke usus halus
d. Fase-fase sekresi pankreatik
Sekresi pancreas terjadi dalam tiga fase yaitu : fase sefalik, fase
gastric, dan fase intestinal
Fase sefalik
Selama fase sefalik sekresi pancreas, sinyal-sinyal saraf yang
sama yang menyebabkan sekresi dalam lambung juga menyebabkan
asetilkolin dilepaskan oleh ujung-ujung nervus vagus dalam
pancreas. Hal ini meyebabkan sejumlah sedang enzim disekresikan
ke dalam duktus dan asinus pancreas, menghasilkan kurang lebih 20
persen dari total sekresi enzim pancreas sesudah makan. Sejumlah
kecil sekresi mengalir keluar dari duktus pankreatikus ke dalam usus
karena hanya sedikit air dan elektrolit yang disekresikan bersamaan
dengan enzim.
Fase gastric
Rangsangan saraf terhadap sekresi enzim berlanjut terus,
menghasilkan lagi sebanyak 5-10 persen dari enzim yang
disekresikan sesudah makan. Walaupun demikian, hanya sejumlah
kecil yang mencapai lumen duodenum karena tidak adanya sekresi
cairan dalam jumlah bermakna secara terus-menerus
Fase intestinal
Sesudah kimus masuk ke dalam usus halus, sekresi pancreas
menjadi sangat banyak, terutama sebagai respon terhadap hormone
sekretin. Selain itu, kolesitokinin menyebabkan peningkatan sekresi
enzim yang lebih besar lagi
2. Kandung Empedu
a. Sekresi empedu oleh hati; fungsi dari sistem empedu
Salah satu dari berbagai fungsi hati adalah untuk mengeluarkan
empedu, normalnya antara 600 dan 1200 ml/hari. Empedu melakukan
dua fungsi penting; pertama, empedu memainkan peranan penting
dalam pencernaan dan absorpsi lemak, bukan akibat enzim apapun
dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak tetapi karena
asam empedu dalam empedu yang melakukan dua hal: (1) asam empedu
membantu mengemulasikan partikel-partikel lemak yang besar dalam
makanan yag menjadi banyak bentuk partikel kecil yang dapat diserang
oleh enzim lipase yang dsekresikan oleh getah pancreas dan (2) asam
empedu membantu trasnspor dan absorpsi prodak akhir lemak yamh
dicerna menuju dan dan melalui membrane mukosa intertinal. Kedua,
empedu bekarja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa
produk buamngan yang penting dari darah. Hal ini terutam meliputi
bilirubin, suatau produk akahir dari penghancuran hemoglobin, dan
kelebihan kolesterol yang dibentuk oleh sel sel hati.
Empedu hati tidak dapat segera masuk ke duodenum; akan tetapi
setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistius
dank e kandung empedu. Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan
pembuluh darah mengabsorbsi air dan garam-garam anorganik sehingga
empedu dalam kandung empedu kira-kira 5 kali lebih pekat
dibandingkan dengan empedu hati
b. Anatomi fisiologi dari sekresi empedu
Empedu disekresikan dalam 2 tahap oleh hati :
Bagian awal disekresikan oleh sel sel hepatosit hati; sekresi awal ini
mengandung sejumlah besar asam empedu, kolesterol. Dan zat zat
organic lannnya. kemudian empedu disekkresikan ke dalam
kanalikuli biliaris kecil yang terletak diantara sel sel hati dalam
lempeng hepatic.
Kemudian empedu megalir ke perifer menuju septa interlobularis,
tepat kanalikuli mengosongkan empedu kedalam duktus biliaris
terminal dan kemudian secara progresif kedalam duktus yang lebih
besar, akhirnya menyampai duktus hepatikus dan duktus biliaris
komunis, dari sini empedu langsung dikosongkan kedalam
duodenum atau dialihkan melalui duktus sistikus kedalam kantung
empedu. Dalam perjalannanya melaui duktus-duktus biliaris ini,
bagian kedua dari sekresi ditambahakan kedalan sekresi empedu
yang pertama. Sekresi tambahan ini berupa larutan ion-ion natrium
dan bikarbonat encer yang disekresikan oleh sel sel epitel sekretoris
yang terletak didalam duktulus dan duktus. Sekresi kedua ini sering
kali meningkatkan jumlah total empedu sebanyak 100%. Sekresi
kedua ini dirangsang oleh sekretin, sehingga menyebabkan
peningkatan ion ion bikarbonat yang menmbah sekresi pancreas
dalam menetralkan asam dari lambung.
c. Pengosongan kantung empedu - peran kolesistokinin
Ketika makanan mulai dicerna didalam traktus gastrointestinal
bagian atas, kandung empedu mulai dikosongkan, terutam sewaktu
makanan berlemak masuk keduedenum sekitar 30 menit setelah makan.
Dasar yang menyebabkan pengosongan adalah kontraksi ritmik dinding
kantung kandung empedu, tetapi efektivitas pengosongan juga
membutuhkan relaksasi yang bersamaan dari sfingter oddi yang
menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis ke dalam duodenum.
Sejauh ini rangsangan yang paling poten dalam menyebabkan
kontraksi kandung empedu adalah hormone kolesistokinin. Hormone
ini adalah hormone kolesistokinin yang sama yang menyebabkan
peningkanan sekresi enzim oleh – oleh asinar pancreas. Rangsangan
untuk melepaskan kolesistokinin ke dalam darah dari mukosa
duodenum terutama adalah makanan berlemak yang masuk ke
duodenum. Selain kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang
secara kurang kuat oleh serat-serat saraf yang menyekresi asetikolin
dari system sarf vagus dan enteric. Keduanya adalah saraf yang sama
yang meningkatkan motilitas dan sekresi dalam bagian lain traktus
traktus gastrointestinal bagian atas. Bahkan dengan kontraksi kandung
empedu yang relative kuat, pengosongan dapat berlangsung sulit karena
sfingter oddi normalnya tetap berkontraksi sebelum secara tonik. Oleh
karena itu, sebelum terjadi pengosongan kandung empedu , sfingter
oddi, juga harus direlaksasi. Paling sedikit terdapat 3 faktor yang
membantu hal ini : pertama kolesistokinin, bukannya merangsang
sfingter Oddi, malah memiliki efek relaksasi, tetapi efek ini saja
biasanya tidak cukup untuk memungkinkan pengosongan yang
bermakna. Kedua, kontraksi ritmik kandung empedu menghantarkan
gelombang peristaltic melalui duktus biliaris komunis menuju sfingter
oddi, menyebabkan suatu gelombang awal relaksasi yang sebagian
menghambat sfingter mendahului gelombang perisaltik. Tetapi ini juga
biasanya tidak cukup untuk pengosongan dalam jumlah besar . ketiga,
ketika gelombang perisaltik usus berjalan pada dinding duodenum, fase
relaksasi dari setiap gelombang dengan kuat merelaksasi otot dinding
usus . sejauh ini hal tersebut kelihatannya merupakan efek paling kuat
dari semua relaksan pada sfingter oddi. Akibatnya, empedu biasanya
masuk ke duodenum dalam bentuk pancaran yang sinkron dengan fase
relaksasi gelombang peristaltic duodenum.
Sebagai ringkasan, kandung empedu mengosongkan simpanan
empedu pekatnya kedalam duodenum terutama sebagai respon terhadap
perangsangan kolesistokinin. Saat lemak tidak terdapat dalam makanan,
pengosongan kandung empedu berlangsung buruk, tetapi bila terdapat
jumlah lemak yang adekuat dalam makanan, normalnya kandung
empedu kosong kososng secara menyeluruh dalam waktu sekitar 1 jam.
d. Garam-garam empedu
Garam-garam empedu disintesis oleh hepatosit dari kolesterol.
Setelah tejadinya konyugasi atau pengikatan dengan asam-asam amino (
taurin dan glisin ), garam empedu disekresikan ke dalam empedu.
Bersama dengan kolesterol dan lesitin, garam empedu diperlukan untuk
emulsifikasi lemak dalam intestinum. Proses ini sangat penting untuk
proses pencernaan dan penyerapan yang efisien. Kemudian garam
empedu akan diserap kembali, terutama dalam ileum distal, ke dalam
darah portal untuk kembali ke hati dan sekali lagi di sekresikan ke
dalam empedu.