Upload
midoriolshop
View
220
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LAPORAN PK
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN URIN
NAMA : ALFIN TIARA SHAFIRA
NIM : 131610101007
LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Nama subjek : Alfin Tiara Shafira
Umur Subjek : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil pemeriksaan :
Pemeriksaan Fisis :
Bau : Urin tidak berbau
pH : 7
Berat jenis : 1+0,008 = 1,008
Buih : tidak berbuih
Pemeriksaan Kimia :
Protein : negatif, urin tetap jernih
Karbohidrat : ++, kuning kehijauan dengan endapan agak
kuning.
Bilirubin : negatif, tidak ada perubahan warna atau
coklat.
Pemeriksaan dengan Reagent Strip:
Leukosit : -
Nitrit : -
Urobilinogen : -
Protein : 15 (0,15) ± mg/dL (g/L)
pH : 7
Blood : -
SG : 1,020
Kenton : -
Bilirubin : 1(17) + mg/dL (g/dL)
Glukosa : -
Kesulitan :
- Pengambilan sampel harus dilakukan pada beberapa subjek karena
sampel yang diambil kurang memenuhi syarat.
- Pembacaan hasil dengan reagent strip kurang akurat karena beberapa
faktor yang kurang mendukung.
Pembahasan
Pemeriksaan urin (tes urin) merupakan kemungkinan tes laboratorium
tertua (Frances K. Widmann. 1995). Pemeriksaan tersebut merupakan suatu
pemeriksaan yang digunakan untuk membantu dalam menegakkan diagnosa suatu
penyakit. Tes ini merupakan tes saring yang paling sering diminta oleh dokter,
karena persiapannya tidak membebani pasien seperti pada pengambilan darah atau
punksi sumsum tulang.
Adapun tujuan dari tes urin adalah untuk evaluasi umum terhadap sistem
uropoetik maupun status kesehatan badan. Tes urin dapat secara makroskopis dan
kimia serta mikroskopis untuk mengevaluasi sedimen urin. Analisis kimiawi
meliputi tes protein, glukosa, keton, darah, bilirubin, urobilinogen, nitrit dan
leukosit esterase. Tes mikroskopis untuk melihat eritrosit, leukosit, sel epitel,
torak, bakteri, mucus, kristal, jamur, dan parasit.
Tes urin diindikasikan untuk, 1) tes saring pada tes kesehatan, keadaan
patologik maupun sebelum operasi 2) menentukan infeksi saluran kemih 3)
menentukan kemungkinan gangguan metabolisme 4) menentukan berbagai jenis
penyakit ginjal. Dalam pemeriksaan urin ada 2 hal yang perlu diperhatikan guna
memperoleh hasil yang baik, yaitu bahan urin harus segar (fresh) dan untuk
pemeriksaan sedimen urin harus diperiksa oleh orang yang berpengalaman.
Seperti yang telah dijelaskan di atas untuk mendapatkan hasil yang baik
pengambilan sampel urin sebaiknya masih segar selain itu dilakukan pada urin
pagi hari. Hal ini disebabkan urin pagi hari mempunyai volume dan kadar yang
seragam (uniform), urin satu malam juga mencerminkan periode tanpa asupan
cairan yang lama sehingga unsure yang terbentuk mengalami pemekatan, lebih
kental atau lebih banyak mengandung solute dan mempunyai pH terendah. Variasi
volume dan kekentalan urin pada pagi hari antara orang yang satu dengan yang
lain kecil, sehingga mudah membuat nilai normalnya. Urin yang encer dapat
menyebabkan perubahan morfologis dan merusak bahan yang terkandung di
dalam urin. Selain itu, urin yang encer tidak dapat melihat kelainan dini, pH
rendah merupakan pengawet alami untuk elemen yang ada pada urin.
Dalam keadaan normal jumlah bahan padat (solid constituent) pada urin
selama 24 jam adalah 60 gram, yang terdiri dari 25 gram bahan anorganik. Bahan
organik penting untuk pemeriksaan adalah urea, asam urat, dan kreatinin. Bahan
anorganik terdiri dari klorida, sulfat, fosfat, dan ammonia. Dalam keadaan
patologis, urin akan mengandung protein, karbohidrat, aseton, bahan mepedu dan
hemoglobin. Hormon juga terdapat dalm urin, tetapi kadarnya berbeda-beda.
Adapun cara mengambil sample urin, seperti yang telah dilakukan pada
praktikum pertama yaitu diambil pada urin pancaran tengah. Pengumpulan urin
selesai sebelum aliran urin habis. Aliran pertama urin berfungsi untuk menyiram
sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urin.
Kemudian dilakukan beberapa pemeriksaan, antara lain pemeriksaan fisis
urin, kimiawi, serta dengan alat reagent strip. Pemeriksaan fisis meliputi
pemeriksaan warna, buih, bau, pH, dan berat jenis urin. Sedangkan pemeriksaan
kimiawi meliputi pmeriksaan protein, karbohidrat, dan bilirubin. Untuk
pemeriksaan dengan reagent strip untuk mengetahui kadar nitrit, urobilin,
leukosit, protein, pH, darah, SG (significan gravity), keton, bilirubin, serta
glukosa dalam urin.
Pemeriksaan pertama yaitu dengan pemeriksaan fisis. Pada pemeriksaan
fisis dengan pengamatan langsung urin subjek berwarna kunig jernih. Ketika urin
dikocok tidak menghasilkan buih, karena subjek mengkonsumsi protein dalam
jumlah sedikit atau bahkan tidak mengkonsumsi protein sebelumnya. Urin subjek
juga memilki bau yang tidak keras hal tersebut disebabkan asam pada urin segar
mudah menguap. Ketika diukur menggunakan pH meter urin subjek pada keadaan
netral dengan pH 7 dan dari hasil pengukuran dengan urinometer berat jenis urin
subjek adalah 1,008. Adapun cara pengaplikasian urinometer yaitu, urinometer
ditera dengan akuades untuk mengecek apakah ada kelebihan atau kekurangan
angka melebihi 0. Jika sudah dilakukan pengecekkan, aquades dibuang diganti
dengan urin, urometer dimasukkan sambil diputar pada sumbunya. Dilanjutkan
dengan membaca angka pada meniscus. Berat jenis tersebut di atas juga masih
dalam standar normal, yaitu masih terletak 1,015-1,020 (1,003-1,030). Berat jenis
urin juga dapat dipengaruhi karena makanan yang dikonsumsi oleh subjek
misalnya, protein, glukosa, dan diodrast. Tiap gram persen protein dalam urin
dapat menaikkan berat jenis urin 0,003. Demikian pula dengan glukosa.
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan kimiawi. Pertama yaitu
pemeriksaan protein dengan prinsip protein dalam suasana asam lemah bila
dipanaskan akan mengalami denaturasi dan terjadi endapan. Berdasarkan
pemeriksaan protein dengan proses kimiawi urin tetap jernih atau kandungan
proteinnya tidak ada sesuai dengan ketika dilakukan pemeriksaan fisis. Yang
kedua pemeriksaan karbohidrat, untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin
sebagai tes penyaring diabetes mellitus. Cara pemeriksaan glukosa urin yaitu tes
reduksi dan enzimatik. Tes reduksi terdiri dari fehling, benedict, dan clinest tablet.
Sedangkan tes enzimatis terdiri dari tes glucose hexokinase. Prinsip tes reduksi
adalah dalam suasana alkali glukosa dapat mereduksi cupri menjadi cupro, cupro
(Cu2O) akan mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah secara
kasar menunjukkan jumlah glukosa. Pada praktikum kali ini kelompok kami
melakukan tes reduksi dengan cara fehling. Fehling merupakan cara pemeriksaan
secara kasar menunjukkan jumlah glukosa. Terdiri dari 2 reagen yaitu fehling
A,dan fehling B. Keduanya dicampur dalam satu tabung reaksi kemudian
ditambahn 1 ml urin yang akan diperiksa. Urin dipanaskan sampai mendidih,
ditunggu beberapa menit agar cairan dingin dan untuk membaca hasilnya.
Berdasarkan pengamatan didapatkan bahwa kandungan karbohidrat subjek (++)
warna kuning kehijauan dengan endapan agak kuning. Pada hari itu subjek
mengaku telah makan 2 kali, makan nasi dan makan mie, sehingga kandungan
glukosa dalam urin cukup banyak. Kemudian pemeriksaan bilirubin dengan cara
Horrison yang menggunakan prinsip bilirubin dapat mereduksi ferilklorida
menjadi senyawa yang berwarna hijau. Reagen yang digunakan adalah fouchet
dan BaCl2 10%. Teknik pemeriksaannya, urin diambil dan dicampur dengan
BaCl2 sama banyak, endapan disaring dan filtrate ditampung dalam tabung reaksi
lain, kertas saring diambil kemudian endapan ditetesi 1-2 tetes fouchet. Dan ketika
diamati hasilnya negative dilihat dari tidak adanya perubahan warna atau coklat.
Kedua pemeriksaan di atas dapat dibandingkan dengan pemeriksaan
metode carik celup dengan alat yang dinamakan dipstick dan reagent strip
merupakan salah satu cara yang cepat untuk mengetahui kondisi kesehatan subjek.
Prinsipnya perubahan warna diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan
skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada botol atau wadah reagent strip.
Berdasrkan hasil pengamatan didapatkan bahwa urin subjek tidak mengandung
leukosit, tidak mengandung nitrit, tidak mengandung urobilin, mengandung
protein 15(0,15) ± mg/dL (g/L), pH 7 , blood negative, SG (specific garfity) atau
berat jenis 1,020, tidak mengandung keton, mengandung bilirubin 1(17) +
(golongan 1 jumlahnya 17), serta tidak mengandung glukosa. Pada beberapa hasil
antara pemeriksaan fisis/kimia dengan pemeriksaan reagent strip terdapat
beberapa perbedaan. Kemungkinan hal tersebut bisa terjadi karena pembacaan
mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, jika
pencahayaan kurang, atau alat sudah buatan lama sehingga warnanya berubah.
Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk
memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual. Pemakaian reagent strip
haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja
dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis
mengambil 1 batang reagent strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali
dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip
harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan
warna.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek
dalam keadaan sehat atau dalam keadaan normal. Apabila di urin terdapat leukosit
dan nitrit berati terdapat infeksi pada ginjal atau saluran kencing. Urobilin
menandakan penyakit hati, adanya protein menandakan penyakit ginjal dan
saluran kencing, pH yang terlalu asam atau basa menandakan infeksi saluran air
kencing, adanya darah menandakan ginjal atau infeksi saluran kencing bahkan
tumor. Gangguan pada berat jenis menandakan penyakit ginjal. Ketone
menandakan diabetes, kelaparan, muntah. Jila terdapat bilirubin abnormal
menandakan penyakit hati, penyakit kuning,dan atau kelebihan glukosa
menandakan diabetes