41
Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (Vol. 1, No. 2: Pebruari, 2019) 299 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42 Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan perekonomian global yang terjadi saat ini di rasakan sangat merosot tajam sehingga mengakibatkan kondisi perekonomian di setiap negara menjadi tidak stabil, terutama pada negara-negara berkembang. Agar tetap mampu bertahan pada situasi seperti ini, maka diperlukan usaha yang kuat dari pemerintah untuk memperbaiki perekonomian negaranya demi mencapai kesejahteraan rakyat. Maka terciptalah wadah ekonomi yang mampu bertahan di tengah-tengah situasi ekonomi yang tidak terkendali ini. Wadah yang sesuai untuk perekonomian di Indonesia tersebut adalah Koperasi, karena merupakan wadah perekonomian rakyat yang bersifat sesuai dan di laksanakan berdasarkan atas asas kekeluargaan (Astari,2015). Seperti yang dijelaskan dalam UU No. 25 Bab 1 Ayat 1 tahun 1992 yang menyatakan bahwa : “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang -orang atas badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan dengan tujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945“. Pada dasarnya koperasi dikelola dengan tujuan mensejahterakan anggotanya dan masyarakat pada umumnya, bukan mengejar keuntungan semata. Sekalipun koperasi tidak mengutamakan keuntungan, akan tetapi usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha, bukan untuk memupuk kekayaan. Sehingga pada akhir periode usahanya diharapkan dan ditargetkan menghasilkan Sisa Hasil Usaha (Septiani,2015). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA(SHU) KOPERASI SIMPAN PINJAM(KSP) DI KODYA DENPASAR TAHUN 2013-2017 NI WAYAN INTAN NILASARI email: [email protected] Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstrak Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Sisa hasil usaha (SHU) koperasi juga menjadi salah satu elemen penting dalam meningkatkan kesejahteraan para anggotanya, termasuk pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris apakah jumlah anggota,jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja mempengaruhi sisa hasil usaha koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar tahun 2013-2017. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 15 Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar tahun 2013-2017. Penentuan besarnya jumlah sampel menggunakan teknik purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh bukti empiris bahwa jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap sisa hasil usaha (SHU), sedangkan jumlah anggota, jumlah simpanan,dan modal kerja tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha(SHU). Kata kunci : Sisa hasil usaha, jumlah anggota koperasi simpan pinjam, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, jumlah modal kerja.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (Vol. 1, No. 2: Pebruari, 2019)

299 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadaan perekonomian global yang terjadi saat ini di rasakan sangat merosot tajam

sehingga mengakibatkan kondisi perekonomian di setiap negara menjadi tidak stabil, terutama

pada negara-negara berkembang. Agar tetap mampu bertahan pada situasi seperti ini, maka

diperlukan usaha yang kuat dari pemerintah untuk memperbaiki perekonomian negaranya demi

mencapai kesejahteraan rakyat. Maka terciptalah wadah ekonomi yang mampu bertahan di

tengah-tengah situasi ekonomi yang tidak terkendali ini. Wadah yang sesuai untuk

perekonomian di Indonesia tersebut adalah Koperasi, karena merupakan wadah perekonomian

rakyat yang bersifat sesuai dan di laksanakan berdasarkan atas asas kekeluargaan (Astari,2015).

Seperti yang dijelaskan dalam UU No. 25 Bab 1 Ayat 1 tahun 1992 yang menyatakan

bahwa : “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atas badan hukum

koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan dengan tujuan memajukan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun

tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan

makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945“.

Pada dasarnya koperasi dikelola dengan tujuan mensejahterakan anggotanya dan

masyarakat pada umumnya, bukan mengejar keuntungan semata. Sekalipun koperasi tidak

mengutamakan keuntungan, akan tetapi usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi harus tetap

memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan

kemampuan usaha, bukan untuk memupuk kekayaan. Sehingga pada akhir periode usahanya

diharapkan dan ditargetkan menghasilkan Sisa Hasil Usaha (Septiani,2015).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA(SHU)

KOPERASI SIMPAN PINJAM(KSP) DI KODYA DENPASAR TAHUN 2013-2017

NI WAYAN INTAN NILASARI

email: [email protected] Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstrak

Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang mendorong pertumbuhan

perekonomian nasional. Sisa hasil usaha (SHU) koperasi juga menjadi salah satu elemen penting

dalam meningkatkan kesejahteraan para anggotanya, termasuk pada Koperasi Simpan Pinjam

(KSP) di Kodya Denpasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris apakah

jumlah anggota,jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja mempengaruhi sisa

hasil usaha koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar tahun 2013-2017. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini berjumlah 15 Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar tahun

2013-2017. Penentuan besarnya jumlah sampel menggunakan teknik purposive sampling. Alat

analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan pembahasan hasil

penelitian, maka diperoleh bukti empiris bahwa jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap

sisa hasil usaha (SHU), sedangkan jumlah anggota, jumlah simpanan,dan modal kerja tidak

berpengaruh terhadap sisa hasil usaha(SHU).

Kata kunci: Sisa hasil usaha, jumlah anggota koperasi simpan pinjam, jumlah simpanan,

jumlah pinjaman, jumlah modal kerja.

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

300 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Dalam UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1 menyatakan bahwa Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,

penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalamtahun buku yang bersangkutan. Salah satu

bentuk keberhasilan koperasi dapat dilihat dari perolehan SHU yang lebih baik setiap tahunnya

karena koperasi sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang ekonomi tidak terlepas dari

pendapatan yang diperoleh selama satu tahun SHU.Mengingat kegunaan dan fungsi dari

penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi koperasi setiap tahunnya

menjadi sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat menupuk modal sendiri yaitu dengan dana

cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur

modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau

digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman

tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila koperasi dapat meningkatkan perolehan

SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinyaakan memperkuat struktur finansialnya

(Satriawati, 2013).

Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)

dalam koperasi adalah jumlah anggota. Anggota koperasi adalah individu-individu yang

menjadi bagian dari koperasi tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Jumlah

anggota koperasi adalah jumlah pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (Iswari,

2016).Sebagai anggota koperasi wajib membayar sejumlah uang untuk simpanan pokok dan

simpanan wajib koperasi. Bertambahnya jumlah anggota akan membuat perkembangan koperasi

menjadi lebih besar karena simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen

yang turut serta menentukan besar kecilnya perkembangan koperasi. Bertambahnya para

anggota yang memanfaatkan haknya untuk mendapatkan pinjaman baik berupa uang ataupun

barang secara tidak langsung dapat meningkatkan SHU, karena SHU diperoleh oleh anggota

dan untuk anggota, maka apabila jumlah pinjaman anggota mengalami kenaikan maka akan

mengakibatkan kenaikan SHU, demikian pula sebaliknya (Anggara,2010). Hasil penelitian

Ayuk (2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010), Septiani(2015) menyatakan bahwa jumlah

anggota berpengaruh positif terhadap SHU.Sedangkan Sulistiowati(2012) Dewi(2017) dan

Buana(2014) menyatakan jumlah anggota tidak berpengaruh terhadap SHU.

Faktor lainnya adalah jumlah simpanan. Jumlah simpanan adalah jumlah uang yang

disetorkan anggota kepada koperasi. Jumlah simpanan tersebut merupakan komponen penting

dalam usaha koperasi.Dimana simpanan ini meliputi simpanan pokok,simpanan wajib, dan juga

simpanan sukarela (Nurmawati, 2016). Sebagai pemilik, anggota dapat berpartisipasi

menginvestasikan dananya, partisipasi anggota dalam menginvestasikan dana tersebut

disampaikan dalam bidang keuangan yang dinyatakan dengan pemenuhan kewajiban

pembayaran simpanan. Semakin banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun

bukan anggota akan semakin meningkatkan Sisa Hasil Usaha koperasi (Yolamalinda,2013).

Hasil penelitian Ayuk (2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010) menyatakan bahwa jumlah

simpanan berpengaruh positif terhadap SHU. Sedangkan Dewi(2017) dan Weni (2015)

menyatakan jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap SHU.

Jumlah pinjaman juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

peningkatan SHU (Ayuk,2012). Jumlah pinjaman adalah jumlah hutang yang diberikan oleh

masing-masing koperasi simpan pinjam berdasarkan kesepakatan pihak peminjam dengan

koperasi dengan imbalan bunga yang telah ditentukan (Ayuk,2012). Sebagai pelanggan,

anggota dapat berpatisipasi dengan melakukan aktivitas keuangan yaitu mendapatkan pinjaman.

Semakin banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun bukan anggota akan

semakin meningkatkan Sisa Hasil Usaha koperasi (Yolamalinda,2013). Hasil penelitiaan

Ayuk(2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010) menyatakan bahwa jumlah simpanan dan

jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap SHU. Sedangkan Dewi(2017) dan Weni(2015)

menyatakan jumlah simpanan dan jumlah pinjaman tidak berpengaruh terhadap SHU.

Aktivitas koperasi tidak terlepas dari efektifitas modal kerja.Modal kerja adalah aktiva

lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu berputar dalam periode tertentu.

Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

301 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas, sedangkan elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar atau seluruh aktiva yang diharapkan dapat kembali menjadi

bentuk asalnya dalam satu tahun atau siklus kegiatan normal usaha (Iswari,2016). Hal ini berarti

bahwa yang perlu diperhatikan dalam modal kerja ialah kas, piutang, dan persediaan. Semakin

tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka semakin cepat waktu pengembalian atas modal

yang telah di investasikan (Wijayanti,2010). Hasil penelitian Nurfarhana(2013), Ayuk(2012),

Nurmawati(2015) menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh positif terhadap SHU.

Sedangkan Weni(2015) menyatakan jumlah modal kerja tidak berpengaruh terhadap SHU.

Semakin pesatnya kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi yang terus berkembang

akan banyak mempengaruhi pola hidup masyarakat dan terjadinya persaingan usaha disegala

bidang. Tentunya semua perusahaan khususnya koperasi tidak ingin ketinggalan dalam

memperoleh informasi yang handal untuk meningkatkan kinerja perusahaan.Jadi karena adanya

persaingan usaha tersebut, koperasi harus waspada terhadap kekuatan dan kelemahan koperasi,

untuk itu koperasi harus mampu melihat potensi dirinya agar dapat dimanfaatkan sebaik-

baiknya. Adanya bantuan laporan keuangan tersebut, pengurus diharapkan mampu melihat atau

menganalisa faktor-faktor mana yang mendukung dan mana yang menghambat jalannya

perkembangan koperasi (Anggara,2010).

Sesuai latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti ingin melakukan penelitian

dengan judul :”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017”

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah Jumlah Anggota berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan

Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?

2) Apakah Jumlah Simpanan berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi

Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?

3) Apakah Jumlah Pinjaman berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan

Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?

4) Apakah Jumlah Modal Kerja berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi

Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah :

1) Untuk menguji jumlah anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi simpan pinjam

(KSP) di Kodya Denpasar.

2) Untuk menguji jumlah simpanan terhadap sisa hasil usaha (SHU) koperasi simpan pinjam

(KSP) di Kodya Denpasar.

3) Untuk menguji jumlah pinjaman terhadap sisa hasil usaha (SHU) koperasi simpan pinjam

(KSP) di Kodya Denpasar.

4) Untuk menguji jumlah modal kerja terhadap sisa hasil usaha (SHU) koperasi simpan

pinjam (KSP) di Kodya Denpasar.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis dan praktis

bagi semua kalangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Kegunaan-kegunaan tersebut antara

lain:

1) Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan atau mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang diperoleh secara teoritis di bangku kuliah, terutama ilmu pengetahuan

tentang perkoperasian simpan pinjam sehingga mendapat pengalaman baru dalam pemikiran

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

302 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

atau pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, dan jumlah modal kerja terhadap sisa hasil usaha (SHU).

2) Bagi Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja

sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki

kinerja untuk dapat berjalan lebih baik.

3) Bagi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Hasil dari penelitian ini sebagai sumbangan/ tambahan kepustakaan serta referensi bagi

mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut terhadap masalah yang terkait.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi

2.1.1 Pengertian Koperasi

Koperasi berasal dari kata “cooperation” yang artinya kerjasama.Pengertian koperasi

menurut Undang-Undang Perkoperasian No.25 tahun 1992, yaitu badan usaha yang

beranggotakan seorang atau badan hukum koperasi dengan dengan berlandaskan kegiatan

pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan. Tujuan koperasi yang tercantum dalam UU No.25 Bab II pasal 3 tahun 1992

menyebutkan bahwa:

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam

rangka mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

Aktivitas yang dilakukan oleh koperasi berlandaskan pada tiga landasan utama

koperasi, yaitu Pancasila, UUD 1945, dan Asas Kekeluargaan, sedangkan tujuan dibentuknya

koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat

pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 (Nurmawati,2015).

2.1.2 Fungsi dan Peran Koperasi

Dalam pasal 4 UU No.25 Tahun 1992 menguraikan fungsi dan peran koperasi adalah:

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi

dan sosialnya;

2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan

masyarakat;

3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian

nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya;

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang

merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

2.1.3 Prinsip Koperasi

Menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu:

1) Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

b. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis

c. Pembagian hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha

masing-masing anggota

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

e. Kemandirian

2) Dalam pengembangan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi

sebagai berikut:

a. Pendidikan perkoperasian

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

303 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

b. Kerjasama antar koperasi. Prinsip koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja koperasi sebagai badan usaha

dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang membedakan dari badan usaha lainnya.

a. Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan koperasi mengandung makna bahwa menjadi

anggota koperasi tidak boleh dipaksakan siapapun. Sikap kesukarelaan juga mengandung

makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan

syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka

memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi

dalam bentuk apapun.

b. Prinsip demokrasi menunjukan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan

keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam

koperasi.

c. Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan

modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa

usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan

nilai kekeluargaan dan keadilan.

d. Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan

bukan sekedar untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang

diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas

besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti

tidak melebihi suku bunga yang berlaku dipasar.

e. Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada pihak

lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan, dan

usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang

bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggung jawabkan perbuatan

sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.

Untuk pengembangan dirinya koperasi juga melaksanakan dua prinsip koperasi yang

lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar Koperasi, hal tersebut merupakan

prinsip koperasi yang penting dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan

anggota, dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan koperasi. Kerja sama dapat

dilakukan antar koperasi ditingkat lokal, regional, nasional, dan internasional

(Nurmawati,2015).

Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip koperasi sampai saat

ini masih sangat relevan sampai dengan perubahan ekonomi yang terjadi, bahwa dalam

persaingan yang ketat pun, prinsip-prinsip koperasi telah diadopsi oleh organisasi-organisasi

non koperasi dan terbukti telah memberikan manfaat yang lebih kepada organisasi-organisasi

tersebut.

2.1.4 Landasan Koperasi

Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 dimana menyebutkan bahwa dasar dari

perekonomian Indonesia adalah berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan

landasan yang menjadi dasar dari koperasi dimana pada koperasi terdapat tiga landasan

koperasi yaitu:

1) Landasan idiil

Landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila.Landasan ini harus dijalankan dan

diamalkan karena pancasila merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia.

2) Landasan Struktural

Landasan operasional dalam koperasi yaitu tata aturan kerja yang harus diikuti dan

ditaati oleh anggota, pengurus, badan pemeriksa, manajer dan karyawan koperasi dalam

melakukan tugas masing-masing di koperasi. Berikut ini adalah landasan operasional koperasi

Indonesia yaitu:

a. UU No.25 Tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian.

b. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi.

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

304 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

3) Landasan Mental Landasan mental koperasi Indonesia adalah kesetiakawanan dan kesadaran pribadi.

Sifat inilah yang harus senantiasa ada dalam aktivitas koperasi. Setiap anggota koperasi harus

memiliki rasa kesetiakawanan dengan anggota koperasi yang lain.

2.1.5 Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

UU No. 17 pasal 1 tahun 2012 menyatakan koperasi simpan pinjam adalah koperasi

yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha.

Menurut Anoraga dan Widiyanti (2007) Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang

bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota

secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan

cara mudah, murah, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

Menurut Burhanuddin (2010) koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang didirikan

guna memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk memperoleh pinjaman atas

dasar kebaikan. Pada dasarnya koperasi simpan pinjam menjalankan fungsi yang hampir sama

dengan bank, yaitu menjalankan penggalian dana masyarakat dan menyalurkan kembali

dalam bentuk kredit pada masyarakat yang membutuhkan. Yang membedakan adalah bahwa

koperasi dimiliki bersama oleh anggotanya dengan hak dan kedudukan yang sama. Sedangkan

bank dimiliki oleh sejumlah orang atau badan sebagai pemegang saham, pengendalian dana

dari masyarakat luas, namun hanya menyalurkan dana yang terhimpun kepada masyarakat

yang mampu memenuhi persyaratan teknis bank.

PP RI No.9 tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh

koperasi pada Bab 1 ketentuan umum pasal 1 menerangkan bahwa kegiatan usaha simpan

pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkan melalui

kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon

anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, simpan pinjam adalah suatu kegiatan

penyimpanan dan penyediaan dana dari dan untuk anggota koperasi, calon anggota koperasi,

dan koperasi lain berdasarkan kesepakatan simpan menyimpan dan pinjam meminjam atas

dasar kebaikan.

2.1.6 Peran Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) ikut mengembangkan perekonomian masyarakat

terutama bagi para anggotanya antara lain:

1) Membantu keperluan kredit para anggota dengan syarat-syarat yang ringan

2) Mendidik para anggotanya agar giat menabung secara teratur sehingga membentuk modal

sendiri.

3) Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

4) Menjauhkan anggotanya dari cengkeraman rentenir.

2.1.7 Prinsip Utama Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam memiliki tiga prinsip utama yaitu:

1) Swadaya

Pengertian koperasi swadaya adalah memiliki prinsip bahwa tabungan hanya diperoleh dari

anggotanya.

2) Setia Kawan

Pengertian Setia Kawan adalah memiliki prinsip bahwa pinjaman hanya diberikan kepada

anggota

3) Pendidikan dan Penyadaran

Pengertian pendidikan dan penyadaran adalah memiliki prinsip membangun watak adalah

yang utama, jadi hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman.

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

305 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

2.1.8 Tujuan Koperasi Simpan Pinjam

Menurut Anoraga dan Widiyanti (2007), tujuan koperasi simpan pinjam adalah

sebagai berikut :

1) Membantu keperluan kredit para anggota yang sangat banyak membutuhkan dengan

syarat dan bunga yang ringan.

2) Mendidik para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk

modal sendiri

3) Mendidik anggota hidup hemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya.

4) Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU)

2.2.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha (SHU)

Sisa hasil usaha merupakan laba bersih seperti lazimnya dalam dunia usaha yang

dilaporkan pada akhir tiap periode. Menurut IAI (2004) Sisa Hasil Usaha adalah penjumlahan

dari partisipasi neto dan laba atau rugi kotor dengan non anggota, ditambah atau dikurangi

dengan pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian pajak penghasilan badan

koperasi. Menurut Rudianto (2010) SHU adalah selisih antara penghasilan yang diterima

selama periode tertentu dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan

itu.

Undang-Undang No.25 tahun 1992 mengenai Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam pasal 45

mengatakan bahwa :

1) Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam

satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk

pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

2) Sisa Hasil Usaha (SHU) setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota

sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan

koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain

dari koperasi, sesuai dengan keputusan rapat anggota.

3) Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sisa hasil usaha

merupakan laba bersih yang akan digunakan oleh anggota untuk memenuhi kebutuhannya.

SHU disisihkan sebagian untuk cadangan dan dana-dana koperasi yang besarnya ditetapkan

dalam rapat anggota. Sebagian lagi sisa hasil usaha ini dibagikan kepada anggota sesuai

dengan besarnya kontribusi anggota terhadap pendapatan koperasi. Hasil dari pembagian SHU

ini berarti anggota telah menerima manfaat berupa manfaat ekonomi tidak langsung. Jika

pendapatan lebih kecil dari beban usaha maka akan timbul kerugian usaha. Pengelolaan usaha

koperasi sebagai badan usaha yangbergerak dibidang ekonomi tidak boleh mengabaikan

adanya kelebihan yang diperoleh dari kegiatan usaha atau yang disebut Sisa Hasil Usaha

(SHU).

2.2.2 Pembagian Sisa Hasil Usaha

Pada dasarnya SHU yang diperoleh koperasi setiap tahunnya dibagi sesuai dengan

aturan yang telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga koperasi yang

bersangkutan. Acuan dasar untuk membagi SHU adalah prinsip-prinsip dasar koperasi yang

menyebutkan bahwa, pembagian SHU yang dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya

jasa usaha masing-masing anggota.

Menurut UU Koperasi NO.25 Tahun 1992 pasal 34 menjelaskan bahwa pembagian

Sisa Hasil Usaha (SHU) yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota koperasi

itulah yang boleh dibagikan kepada para anggota, sedangkan sisa hasil usaha yang berasal dari

usaha koperasi yang diselenggarakan bukan untuk anggota, misalnya dari hasil pelayanan

pihak ketiga tidak boleh dibagikan kepada anggota karena bagian ini diperoleh bukan dari jasa

anggota, sisa hasil usaha ini digunakan untuk pembiayaan tertentu lainnya. Pembagian Sisa

Hasil Usaha koperasi supaya diatur sebagai berikut:

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

306 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

1) Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota, dibagikan untuk:

a. Cadangan Koperasi

b. Para Anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan masing-masing

c. Dana pengurus

d. Dana pegawai/karyawan

e. Dana pendidikan koperasi

f. Dana sosial

g. Dana pembangunan daerah kerja

2) Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan bukan untuk anggota,

dibagikan untuk:

a. Cadangan koperasi

b. Dana pengurus

c. Dana pegawai/karyawan

d. Dana pendidikan koperasi

e. Dana sosial

f. Dana pembangunan daerah kerja

Cara penggunaan sisa hasil usaha diatas, kecuali cadangan diatur dalam anggaran dasar

dengan mengutamakan kepentingan koperasi yang bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan

untuk memupuk modal koperasi sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan,

oleh karenanya cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota walaupun diwaktu

pembubaran (Anoraga dan Widiyanti, 2007).

Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan antara lain

pada fakir miskin, yatim piatu atau usaha-usaha sosial lainnya. Perihal zakat dapat diatur oleh

koperasi yang bersangkutan dalamanggaran dasar maupun ketentuan-ketentuan lain dari

koperasi. Pengguanaan dana pembangunan daerah dilakukan setelah mengadakan konsultasi

dengan pihak pemerintah daerah setempat (Anoraga dan Widiyanti, 2007).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27) menyebutkan bahwa

pembagian Selisih Hasil Usaha harus dilakukan pada akhir periode pembukuan. Jumlah yang

dialokasikan selain untuk koperasi diakui sebagai kewajiban. Dalam hal pembagian tidak

dapat dilakukan karena jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas dalam

anggaran dasar atau anggaran rumah tangga, tetapi harus menunggu rapat anggota, maka sisa

hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam

catatan atas laporan keuangan. Menurut Sitio dan Tamba (2002) secara umum SHU koperasi

dibagi untuk :

1) Cadangan Koperasi

Cadangan koperasi merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak dibagi dan dapat

digunakan untuk memupuk modal sendiri serta untuk memupuk kerugian koperasi.

2) Jasa Anggota

Anggota di dalam koperasi memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pemilik (owner) dan

sekaligus sebagai pelanggan (customer). Dengan demikian, SHU yang diberikan kepada

anggotanya berdasar atas dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri,

yaitu :

a. SHU atas jasa modal, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena jasa atas

penanaman modalnya (simpanan) didalam koperasi.

b. SHU atas jasa usaha, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena jasa atas

transaksi yang dilakukan sebagai pelanggan di dalam koperasi.

3) Dana Pengurus

Dana pengurus adalah SHU yang disisihkan untuk pengurus atas balas jasanya dalam

mengelola organisasi dan usaha koperasi.

4) Dana pegawai

Dana pegawai adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membayar gaji pegawai

yang bekerja dalam koperasi.

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

307 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

5) Dana Pendidikan Dana pendidikan adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membiayai pendidikan

pengurus, pengelola, dan pegawai koperasi sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan

keahlian Sumber Daya Manusia dalam mengelola koperasi.

6) Dana Sosial

Dana sosial adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membantu anggota dan

masyarakat sekitar yang tertimpa musibah.

7) Dana Pembangunan Daerah Kerja

Dana pembangunan daerah kerja adalah penyisihan SHU yang di pergunakan untuk

mengembangkan daerah kerjanya.

2.2.3 Prinsip-Prinsip Pembagian SHU

Menurut Sitio dan Tamba (2002) agar tercermin asas keadilan, demokrasi, transparasi,

dan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip

pembagian SHU sebagai berikut:

1) SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.

Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari anggota

sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari anggota dijadikan sebagai cadangan

koperasi. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam pembagian SHU adalah memisahkan

antara SHU yang bersumber dari hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari

nonanggota.

2) SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri.

SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang

diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengankoperasi. Oleh sebab

itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi

kepada anggota.

3) Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan

Proses perhitungan SHU peranggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus

diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung

secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga

merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu

kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan usaha, pendidikan dalam proses

demokrasi.

4) SHU anggota dibayar secara tunai

SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi

membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat

mitra bisnisnya.

Berdasarkan prinsip-prinsip SHU diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi

berasaskan kekeluargaan, bahkan dalam pembagian-pembagian SHU memiliki prinsip-prinsip

yang identik dengan kekeluargaan. Hal ini dilakukan SHU yang diperoleh masing-masing

anggota dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga koperasi tersebut.

2.2.4 Faktor – faktor yang Memperngaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU)

Besarnya SHU pada koperasi tergantung dari kegiatan yang dilakukan oleh koperasi

itu sendiri. Menurut Yanti(2005), faktor-faktor yang mempengaruhi SHU terdiri dari dua

faktor yaitu:

1) Faktor dari Dalam

a. Partisipasi anggota, para anggota koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan koperasi

karena tanpa adanya peran anggota maka koperasi tidakakan berjalan lancar.

b. Jumlah Modal sendiri, SHU anggota yang diperoleh sebagian dari modal sendiri yaitu dari

simpanan wajib, simpanan pokok, dana cadangan dan hibah.

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

308 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

c. Kinerja pengurus, kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh koperasi, dengan adanya kinerja yang baik sesuai persyaratan dalam

anggaran dasar serta UU perekonomian maka hasil yang dicapai pun juga kan baik.

d. Jumlah unit usaha yang dimiliki, setiap koperasi pasti mempunyai unit usaha, hal ini juga

menentukan seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan usaha tersebut.

e. Kinerja manajer, kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang dilakukan

oleh koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal-hal yang bersifat intern.

f. Kinerja karyawan, merupakan kemampuan seseorang karyawan dalam menjadi anggota

koperasi.

2) Faktor dari Luar

a. Modal pinjaman dari luar

b. Para konsumen dariluar selainanggota koperasi

c. Pemerintah

Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU menurut Iramani dan Kristijadi(2002)

1) Jumlah Anggota Koperasi

Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi, diharapkan akan

meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan SHU yang akan

diperoleh koperasi.

2) Volume usaha

Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang dijalankannya,

sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi akan sangat menentukan

pendapatannya.

3) Jumlah simpanan

Simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut serta

menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut.

4) Jumlah hutang (Pinjaman)

Volume usaha yang harus ditingkatkan oleh koperasi akan terlaksana modal yang mencukupi,

baik yang berasal dari para anggota maupun modal yang digali dari luar (hutang).

2.3 Anggota Koperasi

2.3.1 Pengertian Anggota Koperasi

Menurut Sartika(2002) Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa

koperasi yang dapat menjadi anggota koperasi ialah setiap orang/individu yang mampu

melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana

ditetapkan dalam anggaran dasar koperasi

Masyarakat yang menjadi anggota koperasi adalah mereka yang memenuhi persyaratan

sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Keanggotaan koperasi harus didasarkan pada

kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi, dapat diperoleh setelah syarat

sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi, tidak dapat dipindahtangankan, dan

setiap anggota memiliki kewajiban dan hak yang sama terhadap koperasi sesuai yang diatur

dalam Anggaran Dasar. (UU No.25 Tahun 1992).

Dalam UU No.25 Bab IV pasal 6 Tahun 1992 tentang banyaknya anggota sebagai

syarat pembentukan syarat pembentukan koperasi yaitu:

1) Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang

2) Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi

2.3.2 Hak Anggota Koperasi

Adapun Hak dari setiap anggota koperasi seperti tercantum di dalam ketentuan Pasal

20 ayat (1) UU No.25 tahun 1992, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam Rapat Anggota.

b. Memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus dan pengawas

c. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam anggaran dasar.

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

309 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

d. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus diluar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta

e. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara semua anggota

f. Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam

anggaran dasar.

2.3.3 Kewajiban Anggota

Kewajiban yang utama dari anggota koperasi adalah kewajiban ikut serta secara

perorangan dalam usaha bersama supaya tercapai tujuan bersama dalam kewajiban untuk setia

kepada koperasi. Pasal 20 ayat (1) UU No.25 tahun 1992 menjabarkan kewajiban anggota

adalah:

a. Mematuhi anggaran dasar koperasi

b. Mematuhi anggaran rumah tangga koperasi

c. Mematuhi hasil keputusan-keputusan Rapat Anggota Koperasi

d. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi

e. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan.

2.4 Simpanan

2.4.1 Pengertian Simpanan

Simpanan adalah penyisihan sebagian dari pendapatan secara sadar dan terencana.

Jadi, orang yang menyimpan bukan hanya karena orang tersebut mempunyaikelebihan uang,

tetapi secara sadar dan terenvana menyisihkan sebagian pendapatannya disuatu tempat yang

dianggap aman, menguntungkan, sesuai dengan harapannya untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginannya dimasa yang akan datang. Sejak saat itu sampai sekarang modal koperasi adalah

simpanan, berbeda dengan perusahaan pada umumnya yang menggunakan istilah saham

(Satriawati,2013).

Menurut Sudarsono dan Edilius(2005) sumber modal koperasi terdiri dari beberapa

jenis yaitu berupa simpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan cadangan yang

dikumpulkan dari SHU yang merupakan kekayaan koperasi. Disamping itu koperasi juga

memiliki modal yang bersifat potensial yang didasarkan pada sikap anggota kepada

koperasinya. Modal ini dapat besar dan dapat pula kecil nilainya berkaitan dengan besar atau

kecilnya kesadaran orang dalam berkoperasi. Koperasi dapat juga menambah modalnya yang

berasal dari sumber ekstern yang berasal dari pinjaman atau simpanan dariluar keanggotaan

koperasi.

Modal dari anggota itu sendiri terdiri dari simpanan-simpanan anggota atau bukan

anggota. Menurut Widiyanti (2003) modal itu sendiri diperoleh dari simpanan pokok,

simpanan wajib dan simpanan sukarela berjangka.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal koperasi yang

terdiri dari simpanan-simpanan merupakan sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang

dijalankan oleh koperasi. Simpanan-simpanan tersebut merupakan komponen penting dalam

usaha koperasi.

2.4.2 Macam-Macam Simpanan

1) Simpanan Pokok

Simpanan pokok merupakan modal awal yang sangat penting dalam koperasi. Menurut

Widiyanti (2003) simpanan pokok adalah suatu jumlah uang simpanan yang sama besarnya

bagi setiap anggota dapat diangsur. Simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali oleh

peserta selama ia menjadi anggota koperasi. Sedangkan menurut Hendrajogi(2000)

berpendapat simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk

diserahkan kepada koperasi pada seseorang masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan

besarnya sama untuk semua anggota dan simpanan pokok ini tidak dapat diambil selama yang

bersangkutan masih menjadi anggota.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan simpanan pokok adalah simpanan

tahap awal dan syarat utama untuk menjadi anggota koperasi yang harus dilakukan oleh calon

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

310 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

anggota dengan memberikan sejumlah dana yang telah ditetapkan oleh koperasi tersebut sesuai dalam Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga koperasi. Simpanan pokok ini

akan tetap tercatat dan ada dalam koperasi selama seseorang menjadi anggota sebagai modal

permanen koperasi.

2) Simpanan Wajib

Simpanan wajib merupakan kewajiban setiap anggota koperasi setelah simpanan

pokok. Menurut Widiyanti (2003) simpanan wajib adalah simpanan yang dapat disetor setiap

minggu atau bulan atau menurut waktu yang ditetapkan oleh anggota. Simpanan bisa

digunakan untuk pemupukan modal dapat juga diadakan simpanan khusus dan pinjaman wajib

dari anggota yang bersedia, untuk digunakan sebagai pemupukan modal investas. Sedangkan

menurut Wijaya(2002) simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayar

oleh anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa simpanan wajib merupakan

sumber permodalan koperasi yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan operasional dan

kelangsungan usaha koperasi agar koperasi tersebut dapat berkembang dan mengalami

peningkatan dikemudian hari.Simpanan wajib ini, tidaklah merupakan modal permanen

koperasi.Undang-undang koperasi memberikan petunjuk untuk diatur oleh koperasi sendiri,

baik dalam Anggaran Dasarnya maupun Anggaran Rumah Tangganya.Simpanan wajib dapat

diambil kembali setelah jangka waktun yang ditentukannya habis.

3) Simpanan Sukarela

Simpanan sukarela merupakan simpanan yang selanjutnya setelah simpanan pokok

dan simpanan wajib.Menurut Widiyanti (2003) simpanan manasuka atau simpanan sukarela

adalah member kesempatan kepada anggota yang dapat menyimpan dalam bentuk deposito,

yang dapat diambil kembali menurut perjanjian.

Jadi dapat disimpulkan permodalan koperasi tidak hanya berasaldari simpanan pokok

dan simpanan wajib tapi juga berasal dari simpanan sukarela yang diseterkan oleh anggota

maupun bukan anggota.Ada pendapat yang menyatakan bahwa simpanan sukarela itu

merupakan utang jangka pendek.Artinya, tidak mempunyai ikatan tentang anggota maupun

bukan anggota dapat menyimpan secara sukarela dalam koperasi.Sehingga simpanan sukarela

jelas bukan modal sendiri koperasi.

2.5 Modal Koperasi

2.5.1 Pengertian Modal Koperasi

Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan usahanya

koperasi memerlukan modal.Adapun modal koperasi terdiri atas Modal Sendiri dan Modal

Pinjaman.

Menurut Riyanto(2001) ada dua macam modal yaitu modal sendiri dan modal

asing.Yang dimaksud Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri

(cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham,

modal peserta).Dan yang dimaksud dengan modal asing adalah modal yang berasal dari luar

perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan

merupakan utang yang harus dibayar kembali.

Sedikitnya ada tiga alasan koperasi membutuhkan modal, antara lain untuk :

1) Membiayai proses pendirian sebuah koperasi atau disebut biaya pra-organisasi untuk

keperluan : pembuatan akta pendirian atau anggaran dasar, membayar biaya administrasi

pengurusan izin yang diperlukan, sewa tempat bekerja,ongkos transportasi, dan lain-lain.

2) Membeli barang-barang modal. Barang-barang modal ini dalam perhitungan perusahaan

digolongkan menjadi harta tetap atau barang modal jangka panjang.

3) Modal kerja, modal kerja biasanya digunakan untuk membiayai operasional koperasi

dalam menjalankan usahanya.

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

311 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

2.5.2 Modal Sendiri

Hendar dan Kusnadi(2002) berpendapat bahwa modal anggota adalah simpanan pokok

dan wajib yang harus di bayar anggota kepada koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku

pada koperasi, tiap anggota memiliki hak suara yang sama. Tidak tergantung pada besarnya

modal anggota pada koperasi.

Modal Sendiri menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 adalah modal yang

menangung risiko atau disebut modal ekuiti. Apabila dalam satu tahun buku, koperasi

menderita kerugian maka yang harus menanggung kerugian tersebut adalah komponen Modal

Sendiri. Modal Sendiri menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, sebagai berikut:

1) Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh

anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat

diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

2) Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib

dibayar oleh anggota kepada koperasi dalamwaktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib

tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

3) Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha,

yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kegiatan koperasi bila

diperlukan.

4) Hibah

Hibah adalah pemberian yang diterima koperasi dari pihak lain berupa uang atau barang

secara cuma-cuma.

Bagi koperasi, Modal sendiri merupakan sumber permodalan yang utama, hal tersebut

berkaitan dengan beberapa alasan (Anoraga dan Widiyanti,2007):

1) Alasan Kepemilikan

Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud kepemilikan anggota terhadap

koperasi beserta usahanya. Anggota yang memodali usahanya sendiri akan merasa lebih

bertanggung jawab terhadap keberhasilan usaha tersebut.

2) Alasan Ekonomi

Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah

karena tidak diperkenankan persyaratan bunga.

3) Alasan Resiko

Modal sendiri/anggota juga mengandung resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan modal

dari luar, khususnya pada saat usaha tidak berjalan dengan lancar.

2.5.3 Modal Asing

Modal asing terdiri dari modal pinjaman dan modal penyertaan dimana modal

pinjaman yaitu modal yang berasal dari :

1) Pinjaman dari Anggota

Pinjaman dari anggota adalah pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi.Pinjaman

dari anggota koperasi ini dapat disamakan dengan simpanan sukarela, hanya saja

perbedaannya dalam simpanan sukarela besar kecilnya dari nilai yang disimpan tergantung

dari kerelaan anggota, sedangkan dalam pinjaman koperasi meminjam sejumlah uang

kepada anggota.

2) Pinjaman dari Koperasi Lain

Pada dasarnya diawali dengan adanya kerjasama yang dibuat oleh sesama badan usaha

koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal.

3) Sumber lain yang sah

Adalah pinjaman dari bukan anggota koperasi yang dilakukan tidak melalui penawaran

secara umum.

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

312 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekalipun koperasi bukan merupakan bentuk kumpulan modal, tetapi pengaruh modal dan penggunaanya dalam koperasi tidak

boleh mengaburkan dan mengurangi makna koperasi yang lebih menekankan kemanusiaan

daripada kebendaan.

2.5.4 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat

pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi

perusahaan sehari-hari (Hendrajogi,2000). Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang

diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar

dalam periode tertentu (Gitosudarmo,2002).

Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa modal kerja (working capital) adalah

selisih aktiva lancar setelah dikurangi kewajiban lancar. Modal kerja merupakan ukuran aktiva

lancar yang penting mencerminkan pengamanan dalam pengeluaran lancar atau bisa

dijelaskan sebagai usaha dalam mengefisienkan pengeluaran lancar (Sawir,2005:78).

2.5.5 Macam-Macam Modal Kerja

Menurut Gitosudarmo dan Basri(2002), Modal kerja dalam suatu perusahaan dapat

digolongkan sebagai berikut:

1) Modal Kerja Permanen, yaitu modal kerja yang tetap tertanam di dalam perusahaan

selama perusahaan tersebut melakukan operasinya. Modal kerja harus ada pada

perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal kerja

permanen terbagi menjadi dua :

a. Modal kerja primer adalah sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada

perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya. Aktivanya selalu datang

dan keluar tetapi nilai dana yang terkait di dalamnya adalah tetap tertanam

dalamperusahaan.

b. Modal kerja normal yaitu sejumlah modal kerja yang dipergunakan untuk dapat

menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas normal. Kapasitas ini merupakan

kebutuhan rata-rata dari perusahaan jumlah ini dapat pula dihitung dengan membagi

jumlah biaya dengan tingkat perputaran rata-rata dari modal kerja.

2) Modal Kerja Variabel,yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu denganjumlah

yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Modal kerja

variabel ini adalah bagian dari aktiva lancar yang harus ditambah atau diperluas apabila

situasi menghendaki, dan dikurangi atau diperkecil apabila sudah tidak diperlukan lagi.

Modal kerja variabel dapat dibedakan :

a. Modal kerja musiman yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah

disebabkan oleh perubahan musim.

b. Modal kerja siklus yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah

disebabkan oleh perubahan permintaan produk. Kebutuhan akan jenis modal kerja ini

adalah akibat dari adanya dari gelombang konjungtur perekonomian nasional maupun

internasional.

c. Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya

tidak diketahui sebelumnya.

2.5.6 Komponen Modal Kerja

Komponen modal kerja terdapat pada setiap neraca perusahaan yaitu pada semua

perkiraan aktiva lancar dan kewajiban lancar. Perbedaan perkiraan biasanya disebabkan oleh

perbedaan jenis perusahaan.Perusahaan manufaktur memiliki kebutuhan modal kerja yang

lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan jasa.

Adapun komponen modal kerja (Gitosudarmo,2002)adalah:

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

313 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

1) Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid.Hal ini berarti bahwa semakin besar jumlah kas

yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas

perusahaan. Jumlah kas di dalam perusahaan jangan terlalu besar karena akan banyak

uang yang menganggu sehingga akan memperkecil profitabilitas.

2) Piutang

Rekening piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian dari aktivitas lancar, oleh

karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat

diperhitungkan dengan cara yang seefisien mungkin.Piutang mempunyai tingkat likuiditas

yang lebih tinggi daripada persediaan, karena perputaran dari piutang ke kas

membutuhkan satu langkah saja.Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting

bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit.

3) Persediaan

Persediaan barang merupakan elemen utama dari modal kerja yang selalu dalam keadaan

berputar, di mana secara terusmenerus mengalami perubahan dalam kegiatan perusahaan.

Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi, penjualan secara lancar,

persediaan barang mentah dan barang dalam proses. Persediaan merupakan investasi yang

paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar perusahaan.

2.5.7 Pentingnya Modal Kerja

Setiap perusahaan pasti selalu membutuhkan modal kerja, karena modal kerja selalu

dibutuhkan secara terus-menerus selama perusahaan masih beroperasi maka pimpinan

perusahaan harus selalu menaruh perhatian terhadap pangaturan modal kerja.Modal kerja

merupakan alat untuk mengukur likuiditas perusahaan. Pengaturan modal kerja yang baik,

perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi

dalam jangka pendek (Gitosudarmo,2002).

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan

jumlah aktiva lancar yang dimilik oleh perusahan, namun tidak selalu penggunaan aktiva

lancar diikuti dengan perubahan dan penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahan

(Gitosudarmo,2002). Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja

adalah:

a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan

b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga

atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.

c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu

dalam jangka panjang .

d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap,investasi jangka panjang aktiva tidak

lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang

lancar yang berakibat kurangnya modal kerja.

e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.

f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan

pribadinya.

2.6 Pinjaman

2.6.1 Pengertian Pinjaman

Pinjaman adalah penyediaan sejumlah dana atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara koperasi

simpan pinjam dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan jumlah bunga yang telah disepakati.

1) Pemberian pinjaman

Pemberian pinjaman atau penyaluran dana merupakan salah satu kegiatan usaha yang

mendominasi pengalokasian dana yang dimiliki koperasi simpan pinjam. Oleh karena itu

pemberian pinjaman merupakan sumber utama dari pendapatan simpan pinjam, yang berupa

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

314 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

pendapatan jasa (bunga).Dalam pemberian pinjaman koperasi simpan pinjam harus berhati-hati agar risiko yang dihadapi dapat seminim mungkin.

2) Pengembangan Produk Pinjaman

Mengingat bahwa pemberian pinjaman (penyaluran dana) adalah sumber dari

pendapatan, maka pengelola simpan pinjam harus mampu membuat berbagai jenis produk

pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan para anggota dan calon anggota. Secara garis besar

jenis produk pinjaman terdiri dari :

a. Pinjaman Konsumtif

Pinjaman konsumtif yaitu pinjaman untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif,

misalnya :

1) Pinjaman untuk pembelian elektronik ( TV, radio, kulkas)

2) Pinjaman untuk pembelian meubel ( meja, kursi, almari)

b. Pinjaman Produktif

Pinjaman produktif yaitu pinjaman untuk membiayai kebutuhan usaha, sehingga dapat

memperlancar atau memperbesar kegiatan produksi atau memperbesar omset penjualan.

Selanjutnya secara lebih rinci pinjaman produktif dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Pinjaman Produksi

Pinjaman produksi adalah pinjaman untuk membiayai kegiatan usaha pembuatan

barang atau produksi barang pertanian, perikanan, peternakan dan lain sebagainya

2) Pinjaman Komersial

Pinjaman komersial adalah pinjaman untuk membiayai usaha perdagangan

3) Jenis Pinjaman dan Pengembangannya

Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis

pinjamannya. Dalam praktiknya, pinjaman yang ada dimasyarakat terdiri dari beberapa

jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas pinjaman koperasi simpan pinjam kepada

masyarakat.Pembagian jenis ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu

mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.

Secara umum jenis-jenis pinjaman yang disalurkan oleh koperasi simpan pinjam dan

dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut :

a. Dilihat dari Segi Kegunaan

Dilihat dari segi kegunaan maksudnya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut

apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Dari segi

ini ada dua jenis pinjaman :

1) Pinjaman Investasi

Pinjaman investasi yaitu pinjaman yang biasa digunakanuntuk keperluan

perluasanusaha atau membangun proyek atau pabrik dimana masa pemakaiannya

untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya pinjaman ini digunakan untuk

kegiatan utama suatu perusahaan.

2) Pinjaman Modal Kerja

Pinjaman Modal Kerja merupakan pinjaman yang digunakan untuk keperluan

meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh, pinjaman modal kerja

diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya

yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Pinjaman modal kerja, merupakan

pinjaman yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.

b. Dilihat dari Segi Tujuan Peminjaman

Pinjaman jenis ini dimaksudkan apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai

untuk keperluan pribadi. Jenis pinjaman ini adalah :

1) Pinjaman Produktif

Pinjaman Produktif merupakan pinjaman yang digunakan untuk peningkatan usaha atau

produksi atau investasi.Pinjaman ini diberikan untuk menghasilkan barang atau

jasa.Artinya, pinjaman ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu

baikberupa barang ataupun jasa.

2) Pinjaman Konsumtif

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

315 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Pinjaman konsumtif merupakan pinjaman yang digunakan untuk dikonsumsi ataupun dipakai sevara pribadi.Dalam pinjaman ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang

dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan

usaha.

c. Dilihat dari Segi Jaminan

Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus

dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai pinjaman yang

diberikan. Jenis pinjaman dilihat dari segi jaminan ini adalah sebagai berikut :

1) Pinjaman dengan Jaminan

Pinjaman ini merupakan pinjaman yang diberikan dengan suatu jaminan

tertentu.Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.

Artinya, setiap pinjaman yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang

diberikan si calon peminjam.

2) Pinjaman tanpa Jaminan

Pinjaman ini merupakan pinjaman yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang

tertentu.Pinjaman jenis ini dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si

calon peminjam selama berhubungan dengan koperasi simpan pinjam yang

bersangkutan.

d. Dilihat dari Segi Sektor Usaha

Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda.Oleh karena itu pemberian

fasilitas pinjamanpun berbeda pula. Jenis pinjaman jika dilihat dari sektor usaha sebagai

berikut :

1) Pinjaman Pertanian

Pinjaman ini merupakan pinjaman yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian

rakyat.Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

2) Pinjaman Peternakan

Dalam hal ini pinjaman diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya

peternakan ayam dan untuk pinjaman jangka panjang seperti kambing atau sapi.

3) Pinjaman Industri

Pinjaman industri yaitu pinjaman untuk membiayai industri pengolahan baik untuk

industri kecil, menengah atau besar.

4) Pinjaman Pertambangan

Pinjaman pertambangan yaitu jenis pinjaman untuk usaha tambang yang dibiayainya,

biasanya dalam jangka panjang.Seperti tambang emas, minyak atau timah.

5) Pinjaman Pendidikan

Pinjaman pendidikan merupakan pinjaman yang diberikan untuk membangun sarana

dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang

sedang belajar.

6) Pinjaman Profesi

Pinjaman profesi diberikan kepada kalangan profesional seperti, dosen, dokter atau

pengacara.

7) Pinjaman Perumahan

Pinjaman Perumahan yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian

perumahan.

8) Sektor-sektor usaha lainnya.

2.6.2 Analisa Pinjaman

Analisa pinjaman adalah suatu rangkaian kegiatan yang sangat besar peranan di dalam

pengambilan keputusan kredit. Untuk itu ada beberapa kriteria penilaian yang harus dilakukan

oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan

analisis 5C dan 7P sebagai berikut (Kasmir,2012).

1) Analisis 5C

a. Character( Watak)

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

316 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Character adalah watak / sifat dan kejujuran dari pemohon pinjaman, apakah pemohon pinjaman dapat dijamin mempunyai itikad baik untuk melunasi pinjaman atau tidak.

Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada KSP bahwa sifat atau watak dari orang-

orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercayai. Keyakinan ini tercermin

dari latar belakang calon peminjam baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun

yang bersifat pribadi seperti, cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan

keluarga,hobi dan sosial standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai

kemauan calon peminjam membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik akan

berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. Oleh karena itu pengelola KSP

harus dapat mengamati atau menganalisa kehidupan pribadi pemohon pinjaman.

Sedangkan hal-hal negatif dari karakter calon peminjam yang dapat menghambat

kelancaran pelunasan pinjaman diantaranya ialah : apakah ia suka berjudi, royal, kehidupan

pribadi, pernah tersangkut perkara pidana atau perdata, pernah menunggak, atau

mempunyai istri lebih dari satu dan sebagainya.

b. Capacity (Kemampuan)

Hal ini untuk melihat kemampuan calon peminjam dalam membayar kredit yang

dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba.

Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang

disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang semakin besar kemampuannya

untuk membayar kredit.Sehingga diharapkan usaha pemohon dapat berjalan dengan baik,

mendapatkan laba sebagai jaminan dalam pengembalian pinjamannya.

c. Capital (Modal)

Pemohon diharapkan memiliki modal sendiri (kekayaan bersih) sebagai modal awal

usahanya. Dalam dunia perbankan biasanya lembaga ini tidak akan tersedia untuk

membiayai suatu usaha 100% artinya setiap calon peminjam yang mengajukan

permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya ataumodal sendiri.

Dengankata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang

dimiliki anggota terhadap usaha yang akan dibiayai KSP sedangkan pinjaman berfungsi

sebagai modal tambahan. Dengan adanya kewajiban ini diharapkan rasa memiliki, rasa

tanggung jawab, ada terhadap usahanya.

d. Collateral (Jaminan)

Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon peminjam baik yang bersifat fisik

maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan

juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang

dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Dengan kata lain, sejauh mana

jaminan tersebut dapat diperhitungkan nilai jualnya. Sehingga, jaminan ini bisa berarti pula

kekayaan yang dapat diikat sebagai guna kepastian pengembaliannya sesuai dengan jangka

waktu jika peminjam tidak melewati pinjamannya.

e. Condition (Kondisi)

Dalam menilai kredit hendaknya juga menilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa

datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil

sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan

kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospekusaha tersebut di masa yang

akan datang. Yang perlu dianalisis adalah kondisi ekonomi saat ini (realisasi) pinjaman

sampai dengan jatuh tempo pinjaman.

2) Analisis 7P

a. Personality yaitu menilai dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari

maupun masa lalunya.

b. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-

golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

c. Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah mengambil kredit, termasuk jenis

yang diinginkan nasabah yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil

kredit, termasuk jenis yang diinginkan nasabah.

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

317 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

d. Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

e. Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah

diambil atau dari sumber mana saja untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.

f. Profitabilitas untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

g. Protection tujuannya dalah bagaimana menjaga kredit yang dikuncurkan oleh bank

namun melalui suatu perlindungan.

2.7 Hubungan antar masing-masing Variabel

2.7.1 Hubungan antara Jumlah Anggota dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)

Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi yang dapat

menjadi anggota koperasi ialah setiap orang/individu yang mampu melakukan tindakan

hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran

dasar koperasi (Sartika,2002). Bertambahnya jumlah anggota akan membuat

perkembangan koperasi menjadi lebih besar karena simpanan para anggota koperasi

merupakan salah satu komponen yang turut serta menentukan besar kecilnya perkembangan

koperasi. Bertambahnya para anggota yang memanfaatkan haknya untuk mendapatkan

pinjaman baik berupa uang ataupun barang secara tidak langsung dapat meningkatkan SHU,

karena SHU diperoleh oleh anggota dan untuk anggota, maka apabila jumlah pinjaman

anggota mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan SHU(Anggara, 2010).

2.7.2 Hubungan antara Jumlah Simpanan dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)

Simpanan adalah penyisihan sebagian dari pendapatan secara sadar dan terencana.

Jadi, dari Jumlah Simpanan tersebut digunakan oleh koperasi sebagai modal usaha.Modal

Usaha merupakan sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh koperasi

seperti mengeluarkan kredit. Semakin banyak simpanan maka Modal Koperasi semakin

bertambah sehingga kegiatan operasional koperasi sepertikegiatan simpan pinjam akan

berjalan dengan baik dan nantinya akan meningkatkan SHU (Nurmawati,2015)

2.7.3 Hubungan antara Jumlah Pinjaman dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)

Pinjaman adalah penyediaan sejumlah dana atau tagihan yang berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjammeminjam antara koperasi simpan pinjam dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai

dengan jumlah bunga yang telah disepakati. Pinjaman merupakan salah satu produk utama

koperasi yang juga di konsumsi anggota koperasi sendiri.Dimana penghasilan utama koperasi

berasal dari bunga pinjaman.Banyaknya jumlah pinjaman sangat menentukan berapa SHU

yang didapatkan.Sehingga, semakin tinggi jumlah pinjaman maka semakin banyak SHU yang

didapatkan oleh Koperasi. (Ayuk, 2012).

2.7.4 Hubungan antara Modal kerja dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)

Dalam perusahaan, aktivitas koperasi tidak terlepas dari efektifitas modal kerja.Modal

kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu berputar

dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas

diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi

menjadi kas, sedangkan elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar atau seluruh aktiva

yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam satu tahun atau siklus kegiatan

normal usaha (Iswari,2016). Hal ini berarti bahwa yang perlu diperhatikan dalam modal kerja

ialah kas, piutang, dan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka

semakin cepat waktu pengembalian atas modal yang telah di investasikan (Sari ,2010)

2.8 Hasil Penelitian Sebelumnya

Suryaningrum (2007), meneliti tentang pengaruh modal sendiri terhadap perolehan SHU

pada KPRI di Kota Semarang.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

318 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

linier sederhana.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri berpengaruh positif terhadap perolehan SHU pada KPRI di Kota Semarang.

Septiasih (2009), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, modal pinjaman, dan volume

usaha terhadap SHUpada KPRI di Kabupaten Rebang.Teknik analisis data yang digunakan

adalah analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri,

modal pinjaman, dan volume usaha berpengaruh positif terhadap SHU pada KPRI di

Kabupaten Rebang.

Setiyono (2009), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, modal asing, dan volume

usaha terhadap SHU pada KUD Kabupaten Kebumen.Teknik analisis data yang digunakan

adalah analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri,

modal asing, dan volume usaha berpengaruh positif terhadapSHU pada KUD di Kab

Kebumen

Sari (2010), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, modal luar, dan volume usaha

pada SHU Koperasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

modal sendiri, modal luar, dan volume usaha berpengaruh positif terhadap SHU koperasi.

Anggara (2010), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, serta

pinjaman terhadap besar kecilnya perolehan SHU pada Koperasi Karyawan “SARI MANIS”

PT.PG. Candi Baru-Sidoarjo. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi

linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota, jumlah simpanan

serta jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap SHU.

Husin (2012), meneliti tentang pengaruh pendapatan simpan pinjam dan biaya

operasional terhadapSHU Koperasi di Surya Harapan Unit S/P Sentra Madu Lebah di Desa

Bagan Laguh Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan.Teknik analisis data yang digunakan

adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh

positifantara pendapatan simpan pinjam dan biaya operasional terhadap SHU Koperasi Surya

Harapan Unit Sentra Madu Lebah.

Sulistiowati (2012), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota dan jumlah simpanan

terhadap perolehan SHU Pada Koperasi Mina Putra Bahari di Kabupaten Ende.Teknik analisis

data yang digunakan adalah analisis linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

jumlah anggota dan jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap perolehan SHU.

Ayuk (2012), meneliti tentang pengaruh anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman,

jumlah modal kerja terhadap SHU KSP di Kabupaten Badung Provinsi Bali tahun 2007-2011.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa jumlah anggota ,jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal

kerja berpengaruh positif terhadap SHU KSP di Kabupaten Badung.

Nurfarhana (2013), meneliti tentang pengaruh modal kerja dengan laba usaha Koperasi

pada Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta tahun 2007-2012.Teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis regresi sederhana.Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh positif antara modal kerja dengan laba usaha/SHU.

Satriawati (2013), meneliti tentang pengaruh simpanan koperasi terhadap SHU Koperasi

Wanita Sekar Kartini Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember tahun 2009-2011.Teknik

analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana.Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa simpanan koperasi mempunyai pengaruh positif terhadap SHU Koperasi

Wanita Sekar Kartini Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember tahun 2009-2011.

Winarko (2014), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, jumlah anggota dan asset

terhadap SHU pada Koperasi di Kota Kediri.Teknik analisis data yang digunakan adalah

analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri, jumlah

anggota, dan asset berpengaruh positif terhadap SHU pada Koperasi di Kota Kediri.

Buana (2014), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi SHU

Koperasi Kecamatan Ratu Agung (Koperasi Relakontan) Kota Bengkulu.Teknik analisis data

yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa modal berpengaruh positif sedangkan volume usaha dan jumlah anggota berpengaruh

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

319 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

negatif terhadap SHU Koperasi Kecamatan Ratu Agung (Koperasi Relakontan) Kota Bengkulu.

Septiani (2015), meneliti tentang pengaruh jumlah modal , jumlah anggota, dan jumlah

pinjaman anggota terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha Koperasi Pedagang Bhakti Pati.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara jumlah modal, jumlah anggota dan

jumlah pinjaman anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).

Weni (2015), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota,jumlah simpanan, jumlah

pinjaman dan jumlah modal kerja terhadap SHU studi kasus di BUMN/BUMD Koperasi

Primer Anggota. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi data panel.Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota berpengaruh terhadap SHU, sedangkan

jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja tidak berpengaruh terhadap SHU.

Nurmawati (2015), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah

pinjaman dan jumlah modal kerja terhadap SHU pada KSP yang bernaung di bawah Dinas

Koperasi dan UMKM Kabupaten Kolon Progo tahun 2011-2014. Teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis regresi sederhana, regresi berganda.Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal

kerja berpengaruh positif terhadap SHUKSP di kabupaten kulon progo tahun 2011-2014.

Astari (2015), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, dan

pinjaman anggota terhadap SHU pada Koperasi Karyawan Timah Mitra Mandiri

Pangkalpinang periode 2009-2013.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi

linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota, jumlah simpanan

serta jumlah pinjaman anggota berpengaruh

Iswari (2016),meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah

pinjaman dan modal kerja terhadap SHU di Kodya Denpasar tahun 2013-2016.Teknik analisis

data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa variabel jumlah anggota, jumlah simpananan, jumlah pinjaman, dan modal kerja

berpengaruh positif terhadap SHU di Kodya Denpasar tahun 2013-2016.

Andriyani (2016), meneliti tentang pengaruh modal sendiri dan asset terhadap Sisa Hasil

Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) Periode 2008-

2015.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri dan aset secara parsialberpengaruh positif

terhadap sisa hasil usaha (SHU).

Wiyono (2016) meneliti tentang analisis pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan

dan volume usaha terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten

Bojonegoro.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota, jumlah simpanan dan volume usaha

berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).

Dewi (2017), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah

pinjaman, modal kerja dan volume usaha terhadap SHU di Desa Sanur tahun 2013-2016.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa variabel jumlah modal kerja berpengaruh positif terhadap sisa hasil

usaha (SHU), sedangkan jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan volume

usaha tidak berpengaruh terhadap SHU.

BAB III. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Semakin

banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi, diharapkan akan

meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan SHU yang akan

diperoleh oleh koperasi. Simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen

yang turut serta menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut dan meningkatkan

sisa hasil usaha (SHU).

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

320 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang dijalankan sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi akan sangat

menentukan pendapatannya. Salah satu dari usaha koperasi simpan pinjam adalah

meminjamkan dana kepada anggota. Jika jumlah pinjaman naik maka Sisa Hasil usaha

diharapkan akan meningkat. Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki

perusahaan untuk membiayai seluruh kegiatan operasional koperasi. Apabila kegiatan

koperasi terpenuhi dan berjalan dengan baik maka Sisa hasil usaha (SHU) akan meningkat.

Semakin banyak simpanan atau modal sendiri dan terpenuhinya kegiatan operasional

koperasi dari modal kerja maka kegiatan koperasi yaitu simpan dan kegiatan pinjam akan

berjalan dengan baik sehingga akan meningkatkan Sisa hasil Usaha(SHU).

Gambar 3.1

Kerangka Berpikir

Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam

(KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2018)

3.2 Hipotesis

3.2.1 Pengaruh Jumlah Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)

Setiap koperasi didirikan dengan tujuan untuk dapat terus menambah jumlah

anggotanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada masyarakat yang mendukung cita-

cita koperasi untuk mendaftar sebagai anggota.Selain mendukung cita-cita sebuah koperasi,

para calon anggota tentu harus dapat memenuhi syarat-syarat keanggotaan koperasi

sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi yang

bersangkutan (Iswari, 2016).

Bertambahnya jumlah anggota akan membuat perkembangan koperasi menjadi lebih

besar karena simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut

serta menentukan besar kecilnya perkembangan koperasi. Bertambahnya para anggota yang

memanfaatkan haknya untuk mendapatkan pinjaman baik berupa uang ataupun barang secara

tidak langsung dapat meningkatkan SHU, karena SHU diperoleh oleh anggota dan untuk

anggota, maka apabila jumlah pinjaman anggota mengalami kenaikan maka akan

mengakibatkan kenaikan SHU(Anggara, 2010).

Ayuk(2012), Anggara(2010), Nurmawati(2015), Septiyani(2015). Iswari(2016)dan

Wiyono(2016)menyatakan bahwa jumlah anggota berpengaruh positif terhadap SHU.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota berpengaruh positif terhadap SHU.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :

H1 : Jumlah anggota berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan

Pinjam (KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017.

Jumlah Anggota (X1)

Jumlah Simpanan (X2)

Jumlah Pinjaman (X3)

Jumlah Modal Kerja (X4)

SHU (Y)

H1

H2

H3

H4

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

321 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

3.2.2 Pengaruh Jumlah Simpanan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)

Jumlah simpanan adalah jumlah uang yang disetorkan anggota kepada koperasi.Jumlah

simpanan tersebut merupakan komponen penting dalam usaha koperasi.Salah satu

pembentukan modal pada koperasi adalah melalui simpanan, baik simpanan pokok, maupun

simpanan wajib, dana cadangan, hibah, serta modal penyertaan (Nurmawati, 2015). Sebagai

pemilik, anggota dapat berpatisipasi menginvestasikan dananya, partisipasi anggota dalam

menginvetasikan dana tersebut disampaikan dalam bidang keuangan yang dinyatakan dengan

pemenuhan kewajiban pembayaran simpanan. (Yolamalinda, 2013)

Simpanan dalam koperasi digunakan sebagai modal sendiri dan modal pinjaman dari

anggota sehingga koperasi mempunyai kewajiban untuk membayarkan jasa berupa bunga

simpanan (UU No 25 tahun 1995). Besarnya jumlah simpanan dalam koperasi merupakan

sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh koperasi seperti

mengeluarkan kredit. Semakin banyak simpanan atau modal sendiri dan terpenuhinya kegiatan

operasional koperasi dari modal kerja maka kegiatan koperasi yaitu simpan dan kegiatan

pinjam akan berjalan dengan baik sehingga akan meningkatkan SHU (Nurmawati,2015)

Ayuk(2012), Nurmawati (2015), Anggara (2010), dan Yolamalinda (2013),

Iswari(2016) menyatakan bahwa jumlah simpanan berpengaruh positif terhadap SHU.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :

H2 : Jumlah Simpanan berpengaruh positif terhadap SisaHasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan

Pinjam (KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017.

3.2.3 Pengaruh Jumlah Pinjaman terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)

Pinjaman adalah pemberian sejumlah uang dari suatu pihak (lembaga keuangan,

seseorang atau perusahaan) kepada pihak lain (seseorang atau perusahaan) yang mewajibkan

pinjamannya untuk melunasi dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang

disepakati bersama. Dalam menghimpun SHU, maka koperasi simpan pinjam biasanya

memperoleh keuntungan dari jasa atau bagi hasil yang diberikan oleh anggota dalam kegiatan

pembiayaan atau pinjaman modal usaha yang di kerjasamakan dengan anggota koperasi

(Nurmawati, 2015)

Pinjaman adalah salah satu produk utama koperasi yang juga di konsumsi anggota

koperasi sendiri.Penghasilan pinjaman koperasi yang utama berasal dari bunga

pinjaman.Penentuan bunga pinjaman tersebut dikaitkan dengan pertimbangan apakah bunga

tersebut dapat dikembangkan oleh peminjam dan apakah dapat membuat koperasi

berkembang.Besarnya penghasilan usaha sangat menentukan berapa SHU yang

didapatkan.Sehingga, semakin tinggi jumlah pinjaman maka semakin tinggi tingkat SHU

(Ayuk, 2012).

Ayuk (2012), Nurmawati (2015), Anggara (2010) dan Astari (2015) menyatakan

bahwa jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap SHU. Berdasarkan uraian diatas maka

hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :

H3 : Jumlah Pinjaman berpengaruh posistif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi

Simpan Pinjam (KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017.

3.2.4. Pengaruh Jumlah Modal Kerja terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Setiap perusahaan pasti selalu membutuhkan modal kerja, karena modal kerja selalu

dibutuhkan secara terus-menerus selama perusahaan masih beroperasi maka pimpinan

perusahaan harus selalu menaruh perhatian terhadap pangaturan modal kerja.Modal kerja

merupakan alat untuk mengukur likuiditas perusahaan. Pengaturan modal kerja yang baik,

perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi

dalam jangka pendek (Gitosudarmo,2002).

Dalam perusahaan, aktivitas koperasi tidak terlepas dari efektifitas modal kerja.Modal

kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu berputar

dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas

diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi

menjadi kas, sedangkan elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar atau seluruh aktiva

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

322 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam satu tahun atau siklus kegiatan normal usaha (Iswari,2016). Hal ini berarti bahwa yang perlu diperhatikan dalam modal kerja

ialah kas, piutang, dan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka

semakin cepat waktu pengembalian atas modal yang telah di investasikan (Sari ,2010).

Iswari (2016), Nurfarhana (2013), Ayuk (2012), dan Sari (2010) menyatakan bahwa

jumlah modal kerja berpengaruh positif terhadap SHU. Berdasarkan uraian diatas maka

hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :

H4 : Jumlah Modal Kerja berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi

Simpan Pinjam (KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017.

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar yang

memiliki laporan lengkap selama tahun 2013-2017.Koperasi simpan pinjam dipilih sebagai

lokasi penelitian dikarenakan koperasi simpan pinjam merupakan salah satu lembaga non

bank yang berkembang pesat di Indonesia pada umumnya dan di Kodya Denpasar pada

khususnya yang mempunyai peran dalam masalah keuangan bagi masyarakat di Kodya

Denpasar.

4.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).Objek penelitian ini adalah jumlah

anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja pada koperasi simpan

pinjam (KSP) di Kodya Denpasar tahun 2013-2017.

4.3 Identifikasi Variabel

Variabel–variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Variabel dependen (Y), dalam Bahasa Indonesia sering disebut juga sebagai variabel

terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas (Sugiyono,2014). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sisa

hasil usaha (SHU).

2. Variabel independen (X), dalam Bahasa Indonesia sering disebut juga sebagai variabel

bebas. Variabel bebas merupakan variabel mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2014). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah jumlah anggota, jumlah simpanan,jumlah

pinjaman dan jumlah modal kerja.

4.4 Definisi Opertasional Variabel

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka setiap variabel perlu diberi ukuran dan

didefinisikan dengan lebih jelas terlebih dahulu. Adapun pengertian variabel yang akan

digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1) Sisa Hasil Usaha (Y)

Menurut Pachta (2005), “Sisa Hasil Usaha koperasi adalah merupakan laba atau

keuntungan yang diperoleh dari menjalankan usaha sebagaimana layaknya sebuah perusahaan

bukan koperasi. SHU tersebut merupakan hasil akhir dari komponen-komponen yang

menghasilkan dikurangi dengan jumlah komponen-komponen biaya.”.

Dalam penelitian ini SHU diperoleh dari Pendapatan dikurangi total biaya, penyusutan

dan kewajiban lainnya dalam satu tahun buku masing–masing koperasi simpan pinjam di

Kodya Denpasar dalam kurun waktu tahun 2013–2017 yang diukur dengan satuan rupiah.

1) Jumlah Anggota (X1)

Anggota koperasi adalah pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi.Jumlah

anggota dalam penelitian ini dapat diperoleh dari banyaknya jumlah anggota masing–masing

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

323 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar dalam kurun waktu tahun 2013–2017 yang diukur dengan satuan orang.

2) Jumlah Simpanan (X2)

Simpanan dalam penelitian ini adalah simpanan anggota yang mana simpanan adalah

sejumlah uang yang disetorkan anggota kepada koperasi.Simpanan dalam penelitian ini yaitu

meliputi simpanan pokok, simpanan wajib yang dijumlahkan secara keseluruhan selama

empat tahun koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar dalam kurun waktu tahun 2013-2017

yang diukur dengan satuan rupiah.

3) Jumlah Pinjaman (X3)

Jumlah pinjaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jumlah Pinjaman

Anggota kepada Koperasi.Pinjaman dalam penelitian ini adalah jumlah pinjaman (Hutang)

yang diberikan oleh masing-masing koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar

berdasarkankesepakatan pihak peminjam dengan koperasi dengan imbalan bunga yang telah

ditentukan dalam kurun waktu tahun 2013-2017 yang diukur dengan satuan rupiah.

4) Jumlah ModalKerja(X4)

Dalam penelitian ini modal kerja diperoleh dari selisih aktiva lancar setelah dikurangi

kewajiban lancar masing–masing koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar selama tahun

2013-2017.

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

1) Data Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2014), data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka atau

data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil jawaban

dari responden yang didapat langsung dari koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar

serta data perkembangan sisa hasil usaha dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar.

2) Data kualitatif

Menurut Sugiyono(2014), data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat,

skema dan gambar. Data kualitatif pada penelitian ini adalah data mengenai gambaran

umum Koperasi Simpan Pinjam serta teori-teori yang terkait dengan penelitian.

4.5.2 Sumber Data

Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun sebuah

informasi. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah:

1) Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada pengumpul

data (Sugiyono, 2014).Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

didapat dari jawaban responden terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan peneliti,

sedangkan responden yang menjawab pertanyaan tersebut adalah masing-masing

Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,2014). Data

sekunder ini didapat dari buku, jurnal, dan dokumen lain yang mendukung penelitan ini.

4.6 Metode Pengumpulan Sampel

Populasi adalah keseluruhan aspek penelitian yang ingin diperoleh data dan

informasinya, baik perhitungan maupun pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif, dari

karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Sudjana,2002).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Laporan Rapat Anggota Tahunan tahun

2013-2017 Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar yang berjumlah 249 Koperasi

Simpan Pinjam. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling artinya bahwa

penentuan sampel dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian dan didasarkan pula

pada pertimbangan tertentu dari keseluruhan sampel yang ada sehingga relevan dengan tujuan

penelitian. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

324 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

1) Seluruh koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar.

2) Koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar yang masih aktif.

3) Koperasi simpan pinjam (KSP) yang memiliki badan hukum minimum tahun 2010 –

2017.

4) Koperasi simpan pinjam (KSP) yang memperoleh laba tahun 2013-2017.

5) Koperasi simpan pinjam (KSP) yang memiliki data lengkap dan jelas.

Adapun proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak

dalam Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1

Metode Penentuan Sampel

NO KRITERIA JUMLAH

KOPERASI

1. Jumlah Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar 249

2. Jumlah Koperasi Simpan Pinjam yang tidak aktif (0)

3. Jumlah koperasi simpan pinjam yang tidak berbadan

hukum tahun 2010 -2017

(135)

4. Jumlah koperasi simpan pinjam yang belum

memperoleh laba tahun 2013-2017

(83)

5. Jumlah koperasi simpan pinjam yang tidak memiliki

data lengkap dan jelas.

(16)

Jumlah koperasi simpan pinjam (KSP) yang menjadi

sampel

15

Jumlah pengamatan (selama 5 tahun) 75

Sumber :Dinas Koperasi & UKM Kota Denpasar, Data diolah (2018)

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 15 koperasi simpan pinjam (KSP) dengan periode pengamatan masing-masing

koperasi selama 5 tahun sehingga pada penelitian ini terdapat 75 poin observasi. Berikut ini data

koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar yang di jadikan sampel disajikan dalam Tabel 4.2

berikut ini :

Tabel 4.2

Sampel Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar

1 KSP. Mitra Abadi 9 KSP. Gemilang Dana Jaya

2 KSP. Seni Artha 10 KSP. Bangkung Sari

3 KSP. Sari Mukti Sedana 11 KSP. Mikro Sedana

4 KSP. Tri Dana Artha 12 KSP. Primadana Nusantara

5 KSP. Asti Para Artha 13 KSP. Sari Majapahit

6 KSP. Maja Langu 14 KSP. Tridana Mandiri

7 KSP. Coblong pamor 15 KSP. Merta Suci

8 KSP. Dana Anugerah Mandiri

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar,data diolah (2018)

4.7 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data laporan rapat anggota tahunan (RAT) tahun 2013-

2017 yang bersumber dari koperasi-koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar. Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi dan Wawancara.

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

325 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

1) Metode dokumentasi adalah metode yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber data dokumenter seperti laporan anggota tahunan (RAT) yang menjadi sampel

penelitian.

2) Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan

Tanya jawab langsung keoada responden dimana jawaban responden ditulis dan dicatat

oleh si peneliti (Sugiyono, 2013:194). Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan

cara mengajukan pertanyaan langsung kepada bagian-bagian terkait dan pegawai pada

Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Denpasar (DEKOPINDA).

4.8 Teknik Analisis Data

4.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif untuk mengetahui gambaran mengenai standar deviasi, rata-rata,

minimum, maksimum dan variabel-variabel yang diteliti.Statsitik deskriptif mendeskripsikan

data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami.

4.8.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah data

yang berdistribusi normal atau mendekati normal (Ghozali,2016:160-161). Untuk

mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, penelitian ini menggunakan

analisis statistik. Analisis statistik merupakan alat statistik yang sering digunakan untuk

menguji normalitas residual yaitu uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov. Dalam

mengambil keputusan dilihat dari hasil uji K-S, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih

besar dari 0,05 maka data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas

signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat

korelasi antara variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas dapat diketahui

dengan beberapa cara salah satunya dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation

factor (VIF) yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen (Ghozali,2016:103). Jika

nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat

multikolinearitas pada penelitian tersebut. Dan sebaliknya jika tolerance < 0,10 dan VIF >

10, maka terjadi gangguan multikolinieritas pada penelitian tersebut.

Menurut Ghozali (2016:104), untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas atau

korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat dilakukan dengan beberapa cara

sebagai berikut:

1) Nilai R2 tinggi, tetapi hanya sedikit nilai t ratio yang signifikan

2) Melihat matrik korelasi antar variabel independen. Jika antar variabel independen ada

korelasi yang tinggi (misal 0,08), maka hal ini merupakan indikasi adanya

multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak

berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena ada

efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya, b) Variance

inflation factor(VIF). Keduaukuran ini menunjukkan setiap variabel

independenmanakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.Dalam

pengertian sederhana setiap variabel independen dandiregres terhadap variabel

independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilaitolerance yang rendah

sama dengan nilai VIF tinggi (karenaVIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

326 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10.

Pada penelitian ini untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan

cara melihat nilai tolerance dan lawannya, serta nilai Variance inflation factor (VIF).

Untuk mengambil keputusannya digunakan criteria sebagai berikut:

1) Jika VIF > 10 atau tolerance < 0,10, maka ada multikolinearitas dalam model

regresi.

2) Jika VIF < 10 atau jika tolerance > 0,10, maka tidak ada multikolinearitas antar

variabel independen dalam model regresi. (Ghozali,2016:104)

3. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali(2016:107), uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Model regresi yang baik bebas dari

autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini memakai uji Durbin-Watson (DWtest).

a. Bila du< dw< (4 – du), maka tidak terjadi autokorelasi

b. Bila 0 < dw< d1, maka terjadi autokorelasi positif

c. Bila dw>( 4 – dt), maka terjadi autokorelasi negative

d. Bila d1<dw< du atau (4-du) < (4-dt), maka tidak dapat ditarik kesimpulan mengenai

ada atau tidaknya autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka dapat disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik

adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas (Ghozali,2016:134).Ada

beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu uji Glejser dilakukan

dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya.

Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05

maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

4.8.3 Model Analisis Regresi Linier Berganda

Model analisis regresi berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh seberapa

variabel independen terhadap variabel dependen.Model regresi yang digunakan adalah :

Y = α+β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +e………………………………….....(1) Keterangan:

Y = Sisa Hasil Usaha

α = Konstanta β1,β2,β3,β4 = KoefisienRegresi Variabel Independen

X1 = Jumalah Anggota

X2 = Jumlah Simpanan

X3 = Jumlah Pinjaman

X4 = Jumlah Modal Kerja

e = error

4.8.4 Uji Kelayakan Model

1) Koefisien Determenasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi (R2)pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2016:95). Nilai R2berkisar antara 0-1%,

dan jika nilainyamendekati 1 maka semakin baik. Selanjutya kelemahan pada uji R2

adalah bias terhadap jumlah independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap

tambahan satu variabel, maka nilai R2akan meningkat tanpa mempertimbangkan apakah

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

327 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, sehingga disarankan untuk menggunakan nilai adjustedR2pada saat mengevaluasi.

2) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabelindependen yang

dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secarabersama-sama (simultan)

terhadap variabel dependen (Ghozali,2016:96). Apabilanilai probabilitas signifikansi <

0.05, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t )

Uji statistik t dimaksudkan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya

konstan (Ghozali,2016:97). Untuk memutuskan apakah variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen secara parsial adalah dengan cara membandingkan nilai

thitungdengan nilai ttabel sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan (5%).Apabila

nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel, maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol

(H0).Artinya, variabel independen (X) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen (Y).

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam merupakan salah satu lembaga non bank yang bertugas

memberikan pelayanan masyarakat berupa pinjaman dan tempat penyimpanan uang bagi

masyarakat.

UU No. 17 pasal 1 tahun 2012 menyatakan koperasi simpan pinjam adalah koperasi

yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha. Menurut Anoraga dan

Widiyanti (2007) Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang bergerak dalam lapangan

usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-

menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah,

cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

Menurut Burhanuddin (2010) koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang didirikan

guna memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk memperoleh pinjaman atas

dasar kebaikan. Pada dasarnya koperasi simpan pinjam menjalankan fungsi yang hampir

sama dengan bank, yaitu menjalankan penggalian dana masyarakat dan menyalurkan

kembali dalam bentuk kredit pada masyarakat yang membutuhkan. Yang membedakan

adalah bahwa koperasi dimiliki bersama oleh anggotanya dengan hak dan kedudukan yang

sama. Sedangkan bank dimiliki oleh sejumlah orang atau badan sebagai pemegang saham,

pengendalian dana dari masyarakat luas, namun hanya menyalurkan dana yang terhimpun

kepada masyarakat yang mampu memenuhi persyaratan teknis bank.

5.1.1 Visi dan Misi Koperasi Simpan Pinjam

Visi dan misi koperasi simpan pinjam adalah sebagai berikut :

1) Visi

Terwujudnya Koperasi Simpan Pinjam yang mandiri dan tangguh dengan

berlandaskan amanah dalam membangun ekonomi bersama dan berkeadilan di Indonesia

2) Misi

Upaya untuk mewujudkan Visi, koperasi simpan pinjam melakukan aktifitas sebagai

berikut :

1) Mengajak seluruh potensi yang ada dalam masyarakat dengan tanpa membedakan suku,

ras, golongan, dan agama, agar mereka dapat bersama-sama bersatu padu dan beritikad

baik dalam membangun ekonomi kerakyatan secara bergotong royong dalam bentuk

koperasi.

2) Membantu para pedagang kecil dan menengah di dalam mobilisasi permodalan demi

kelancaran usaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

328 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

3) Turut membantu pembangunan ekonomi dan menunjang pelaksanaan kegiatan usaha secara aktif dengan mengajak mitra usaha lainnya baik BUMN, swasta, perbankan

maupun gerakan koperasi lainnya.

4) Sebagai penyeimbang sistem perekonomian Indonesia dalam bentuk organisasi

masyarakat

5) Memberikan kredit berbunga rendah kepada para pedagang kecil

5.1.2 Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam

Gambar 5.1

Struktur organisasi dalam Koperasi Simpan Pinjam

Sumber : http://www. Indonesian.my.id (2018)

1) Deskripsi Bagian

Adapun tugas dan tanggung jawab dan wewenang dari tiap-tiap bagian yang tampak

pada struktur organisasi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengurus

Secara umum tugas, wewenang dan tanggung jawab pengurus koperasi adalah sebagai berikut

:

a. Menyelenggarakan rapat anggota

b. Menyelenggarakan pembinaan organisasi dan idiil

c. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan

d. Mengelola koperasi dan usahanya

e. Menentukan kebijakan koperasi sesuai dengan keputusan rapat anggota

f. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai

dengan ketentuan dalam anggaran dasar.

2. Pengawas

RAPAT

ANGGOTA

PENGAWAS

1) KETUA

2) ANGGOTA

PENGURUS

1) KETUA

2) WAKIL KETUA

3) SEKRETARIS

4) BENDAHARA

5) BENDAHARAII

PENGELOLA

MANAJER

KARYAWAN

ANGGOTA

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

329 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Adanya tugas,wewenang dan tanggung jawab pengawas dalam suatu organisasi koperasi adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi baik

yang menyangkut aspek organisasi idiil maupun aspek usaha.

b. Meneliti catatan yang ada pada koperasi

c. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan

3. Ketua Koperasi

Ketua koperasi memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab baik dalam keadaan maupun

luar organisasi, dengan uraian sebagai berikut:

a. Memimpin koperasi dalam mengkoordinasi kegiatan seluruh anggota koperasi

b. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan

c. Menentukkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan

d. Menentukkan surat-surat dan perjanjian bersama sekretaris dan bendahara

e. Ketua bertanggung jawab kepada rapat anggota

4. Sekretaris

Tugas utama, wewenang dan tanggung jawab sekretaris dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab pada kegiatan administrasi dan perkantoran

b. Mengusahakan kelengkapan organisasi

c. Menyusun rancangan program kerja organisasi dan idiil

d. Mengambil keputusan dibidang sekretaris

e. Sekretaris bertanggung jawab kepada rapat pengurus melalui wakil ketua

5. Bendahara

Pada dasarnya tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab bendahara antara lain :

a. Bertanggung jawab masalah keuangan koperasi

b. Mengatur jalan pembukuan koperasi

c. Menyusun anggaran setiap bulan

d. Mengambil keputusan dibidang pengelolaan keuangan dan usaha

6. Manager

Manager dipilih dan diangkat oleh pengurus untuk melakukan tugas, wewenang dan tanggung

jawab pengelolaan operasional koperasi antara lain:

a. Melaksanakan kebijakan operasional yang telah ditetapkan pengurus

b. Memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan usaha dan organisasi koperasi

c. Mengembangkan dan mengelola usaha untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien

7. Anggota

Anggota merupakan bagian terpenting dalam koperasi, karena tanpa adanya anggota koperasi

akan berjalan, anggota juga berfungsi sebagai pemilik dan pengguna koperasi.

5.2 Hasil dan Pembahasan Penelitian

5.2.1 Uji Statistik Deskriptif

Pengujian ini menggunakan analisis statistik yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

standar deviasi (standar deviation), minimum dan maksimum dari variabel-variabel

penelitian dengan menggunakan program SPSS sebagai alat untuk menguji data tersebut.

Hasil uji statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 5.1

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

330 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Table 5.1

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation

JA

JS

JP

JMK

SHU

Valid N (listwise)

75

75

75

75

75

75

15,00

4,50

1,16

1,02

2,86

2805,00

1,90

1,89

4,49

6,01

1,9353

3,2027

4,1804

8,5317

1,1944

396,39808

4,67235

4,63194

9,30507

1,27667

Sumber : Lampiran 2, data diolah (2018)

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) dalam penelitian ini

adalah 75. Pembahasan mengenai nilai rata-rata, standar deviasi, minimum dan maksimum

dari masing-masing variabel penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Jumlah Anggota (X1)

Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata

koperasi simpan pinjam memiliki jumlah anggota sebesar 1,93dengan standar deviasi

yaitu sebesar 396,39. Total skor

terkecil (minimum) sebesar 15,00 sedangkan untuk total skor terbesar (maksimum) adalah

sebesar 2805,00.

2) Jumlah Simpanan (X2)

Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata

koperasi simpan pinjam memiliki jumlah simpanan sebesar 3,20 dengan standar deviasi

yaitu sebesar4,67. Total skorterkecil (minimum) sebesar 4,50 sedangkan untuk total skor

terbesar (maksimum) adalah sebesar 1,90.

3) Jumlah Pinjaman (X3)

Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata

koperasi simpan pinjam memiliki jumlah pinjaman sebesar 4,18 dengan standar deviasi

yaitu sebesar4,63. Total skor terkecil (minimum) sebesar 1,16 sedangkan untuk total skor

terbesar (maksimum) adalah sebesar 1,89.

4) Jumlah Modal Kerja (X4)

Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata

koperasi simpan pinjam memiliki jumlah modal kerja sebesar 8,53 dengan standar deviasi

yaitu sebesar 9,30. Total skor terkecil (minimum) sebesar 1,02 sedangkan untuk total skor

terbesar (maksimum) adalah sebesar 4,49.

5) Sisa Hasil Usaha (Y)

Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata

koperasi simpan pinjam memiliki sisa hasil usaha (SHU) sebesar 1,19 dengan standar

deviasi yaitu sebesar 1,27. Total skor terkecil (minimum) sebesar 2,86 sedangkan untuk

total skor terbesar (maksimum) adalah sebesar 6,01.

5.2.2 Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan statistik parametrik dengan model regresi linier

berganda, maka sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji

heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Data yang di tampilkan dalam penelitian ini adalah

data yang sudah di transformasi ke dalam bentuk Ln (Logaritma natural). Tujuan dari

transformasi data adalah merubah skala data ke dalam bentuk lain sehingga data memiliki

distribusi yang diharapkan. Adapun hasil dari uji asumsi klasik adalah sebagai berikut :

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

331 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan

adalah Uji Kolmogrov-Smirnov, dimana data dikatakan bersifat normal apabila

probablilitas signifikan >0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5.2

Tabel 5.2

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandarized

Residual

N

Normal Parametersa,b Mean

Std. Deviation

Most Extreme Absolute

Differences Positive

Negative

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

75

,0000000

5,75380530

,128

,113

-,128

1,109

,171

Sumber : Lampiran 3, data diolah (2018).

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan one sample kolmogorov-smirnov test

diperoleh nilai kolmogorov-smirnov sebesar 1,109dengan nilai signifikansi sebesar 0,171

lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas. Adanya model regresi yang mengalami korelasi antar

variabel bebas dapat dilihat dari nilai VIF (variance in flation factor) dan nilai tolerance.

Multikolinieritas tidak terjadi jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10. Hasil uji

multikolieritas dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut :

Tabel 5.3

Hasil Uji Multikolonieritas

Colliniearity Statistics

Model Tolerance VIF

1. (Constant)

JA ,970 1,031

JS ,173 5,776

JP ,143 7,012

JMK ,558 1,791

Sumber : Lampiran 4, data diolah(2018).

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hasil nilai tolerance semua variabel

independen lebih besar dari 0,10 yaitu Jumlah Anggota (X1) sebesar 0,970, Jumlah

Simpanan (X2) sebesar 0,173, Jumlah Pinjaman (X3) sebesar 0,143 danJumlah Modal Kerja

(X4) sebesar 0,558. Nilai VIF semua variabel independen lebih kecil dari 10 yaitu Jumlah

Anggota (X1) sebesar 1,031, Jumlah Simpanan (X2) sebesar 5,776, Jumlah Pinjaman (X3)

sebesar 7,012 dan Jumlah Modal Kerja (X4) sebesar 1,791. Jadi dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi ini.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Apabila nilai uji

Durbin-Watson (DW) berada pada kisaran du< dw < (4-du), maka tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut :

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

332 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Tabel 5.4

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 ,893a ,797 ,785 5,91592 1,870

Sumber : Lampiran 6, data diolah (2018).

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa hasil uji Durbin-Watson (DW) sebesar

1,870. Nilai DW sebesar 1,870akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan taraf signifikan

5%, jumlah sampel 75 (n) dan jumlah variabel bebas 4 (k=4) sehingga diperoleh du =

1,7390Karena nilai DW hitung terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (4-du) atau

du < dw <4-du yaitu 1,7390<1,870<2,261.Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan

dengan cara meregresikan nilai absolut residual variabel bebas dengan tingkat signifikansi

0,05. Jika nilai signifikansinya diatas 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil uji

heterokedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t

Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant)

JA

JS

JP

JMK

1,407

10026,590

,003

,001

,006

5,209

8989,314

,002

,002

,005

,102

,411

,137

,142

2,700

1,115

1,895

,574

1,178

,009

,268

,062

,568

,243

Sumber : Lampiran 5, data diolah (2018).

Berdasarkan Tabel 5.5 menujukkan hasil dari uji Glejser bahwa nilai signifikansi dari

semua variabel independen lebih besar dari 0,05 yaitu Jumlah Anggota (X1) sebesar

0,268,Jumlah Simpanan (X2) sebesar 0,062, Jumlah Pinjaman (X3) sebesar 0,568 danJumlah

Modal Kerja (X4) sebesar 0,243, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung

adanya heterokedastisitas.

5.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan)

linier atara dua variabel. Hasil dari analisis regresi linier berganda yang diperoleh dari

pengolahan data menggunakan program SPSS versi 2.1 dapat dilihat pada Tabel 5.6

Tabel 5.6

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t

Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant)

JA

JS

JP

JMK

9,488

14905,853

-,002

,024

,015

1,021

17614,949

,004

,004

,010

,046

-,073

,876

,107

,929

,846

-,561

6,143

1,477

,356

,400

,576

,000

,144

Sumber : Lampiran 7,data diolah (2018).

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

333 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat ditulis dalam persamaan regresi linier berganda sebagai

berikut:

Y= 9,488+ 14905,853X1-0,002X2 +0,024X3 + 0,015X4

Keterangan:

Y = Sisa Hasil Usaha

X1 = Jumlah Anggota

X2 = Jumlah Simpanan

X3 = Jumlah Pinjaman

X4 = Jumlah Modal Kerja

Arti dari persamaan regresi linier berganda dapat dijelaskan sebagai berikut:

α = Konstanta sebesar 9,488, ini berarti apabila jumlah anggota (X1), jumlah simpanan (X2),

jumlah pinjaman (X3), jumlah modal (X4), sama dengan nol (konstan), maka sisa hasil

usaha (Y) sama dengan 9,488.

β1 = Nilai 14905,853ini berarti apabila jumlah anggota (X1) meningkat 1 satuan, maka sisa

hasil usaha (Y) akan meningkat sebesar 14905,853satuan dengan asumsi variabel lain

konstan.

β2 = Nilai -0,002ini berarti apabila jumlah simpanan (X2) meningkat 1 satuan, maka sisa hasil

usaha (Y) akan menurun sebesar -0,002 satuan dengan asumsi variabel lain konstan.

β3 = Nilai 0,024 ini berarti apabila jumlah pinjaman (X3) meningkat 1 satuan, maka sisa hasil

usaha (Y) akan meningkat sebesar 0,024satuan dengan asumsi variabel lain konstan.

β4 = Nilai 0,015ini berarti apabila jumlah modalkerja (X4) meningkat 1 satuan, maka sisa

hasil usaha (Y) akan meningkat sebesar 0,015 satuan dengan asumsi variabel lain

konstan.

5.2.4 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)

1. Koefisien Determinasi (AdjustedR2)

Koefisien determinasi (R-Square) digunakan untuk melihat sejauh mana keseluruhan

variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil perhitungan koefisien

determinasi (Adjusted R2) dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut :

Tabel 5.7

KoefisienDeterminasi Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

1 ,893a ,797 ,785

Sumber : Lampiran 6,data diolah (2018).

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas, dapat diketahui nilai Adjused R Square sebesar

0,785 yang berarti bahwa 78,5% variabelSisa Hasil Usaha mampu dijelaskan oleh

variabel Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman dan Jumlah Modal Kerja,

sedangkan sisanya 21,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model.

2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan pada

model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan uji F yaitu dengan membandingkan

tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat

model Fit dengan data. Namun, jika nilai probabilitas > 0,05 maka model tidak Fit

dengan data. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

334 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

Tabel 5.8

Hasil Uji Statistik F ANOVAb

Model

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1 Regression

Residual

Total

9,611

2,450

1,206

4

70

74

2,403

3,500

68,657 ,000a

Sumber: Lampiran 8, data diolah (2018).

Berdasarkan Tabel 5.8 diatas, diketahui bahwa nilai F = 68,657dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Karena nilai sinifikansi (sig) jauh lebih

kecil dari 0,05 maka model persamaan regresi dalam penelitian ini layak untuk digunakan

memprediksi SHU atau dapat dikatakan bahwa Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan,

Jumlah Pinjaman dan Jumlah Modal Kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Sisa Hasil Usaha.

3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji t bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan,apakah hipotesis nol(H0)

dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ditolak, maka dilakukan uji statistic t(ujit)

dengan tingkat signifikasi5% (α= 0,05).Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh

variabel independen (Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman dan Jumlah

Modal Kerja) secara individual terhadap variabel dependen (Sisa Hasil Usaha).

Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria :

a. Jika nilai Sig > 0,05 maka hipotesis ditolak.

b. Jika nilai Sig < 0,05 maka hipotesis diterima.

Hasil uji satatistik t pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.9 beriku:

Tabel 5.9

Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficien

ts

t

Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant)

JA

JS

JP

JMK

9,488

14905,853

-,002

,024

,015

1,021

17614,949

,004

,004

,010

,046

-,073

,876

,107

,929

,846

-,561

6,143

1,477

,356

,400

,576

,000

,144

Sumber : Lampiran 7, data diolah (2018).

Berdasarkan hasil uji t dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Jumlah Anggota tidak berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha(SHU), dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,356 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak.

2) Jumlah Simpanan tidak berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha(SHU), dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,400 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak.

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

335 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

3) Jumlah Pinjaman berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha(SHU), dengan koefisien regresi sebesar 0,024 dan tingkat signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis

diterima.

4) Jumlah modal kerja tidak berpengaruh positif terhadap Sisa hasil Usaha (SHU), dengan

koefisien regresi sebesar 0,015 dan tingkat signifikansi sebesar 0,144 lebih besar dari 0,05 maka

hipotesis ditolak.

5.2.5 Pembahasan Hasil Penelitian

1) Pengaruh Jumlah Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)

Hipotesis pertama menyatakan bahwa Jumlah Anggotaberpengaruh positif terhadap

Sisa Hasil Usaha (SHU). Dari hasil analisis menyatakan bahwa Jumlah Anggota tidak

berpengaruh pada Sisa Hasil Usaha (SHU) karena analisis data menunjukkan nilai β sebesar

14905,853dan nilai signifikansi sebesar 0,400 lebih besar dari 0,05 yang berarti Jumlah

Anggota tidakberpengaruh terhadap SHU sehingga H1 ditolak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Sulistiowati (2012) dan Buana (2014) menyatakan

bahwa jumlah anggota tidak memiliki pengaruh terhadap sisa hasil usaha. Besar kecilnya

jumlah anggota tidak mempengaruhi sisa hasil usaha (SHU).

Jumlah anggota merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Sisa Hasil Usaha

mengalami peningkatan, namun tidak selalu peningkatan jumlah anggota dapat menyebabkan

SHU selalu meningkat. Karena apabila anggota koperasi banyak namun bersifat pasif tentu

saja tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha karena yang menetukan SHU bukanlah

jumlah anggota dari segi kuantitas, tetapi lebih kepada kuantitas anggota koperasi dalam

memanfaatkan barang dan jasa yang disediakan oleh koperasi untuk memajukan koperasi.

Hasil ini tidak sejalan dengan Ayuk (2012), Nurmawati (2015), Anggara (2010), Weni (2015),

dan Septiani (2015) yang menyatakan bahwa jumlah anggota memiliki pengaruh positif

terhadap sisa hasil usaha.

2) Pengaruh Jumlah Simpanan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)

Hipotesis keduamenyatakan bahwa Jumlah Simpanan berpengaruh positif terhadap Sisa

Hasil Usaha (SHU). Dari hasil analisis menyatakan Jumlah Simpanan tidak berpengaruh

terhadap sisa hasil usaha karena hasil uji hipotesis uji t menunjukkan jumlah simpanan

memiliki nilai β -0,002 dengan nilai signifikansi sebesar 0,576 lebih besar dari 0,05 yang

berarti jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha sehingga H2 ditolak.

Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Suliostiowati (2012), dan Weni (2015) menyatakan

jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.

Jumlah Simpanan tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha, ini berarti banyak sedikit

jumlah simpanan tidak akan mempengaruhi sisa hasi usaha di KSP. Simpanan dalam koperasi

digunakan sebagai modal sendiri dan modal pinjaman dari anggota sehingga koperasi

mempunyai kewajiban untuk membayarkan jasa berupa bunga simpanan ( UU No. 25 tahun

1995). SHU terbentuk dari bunga pinjaman, dan ketepatan waktu para anggota untuk

membayar simpanan yang sudah jatuh tempo. jadi besar kecilnya SHU tergantung dari berapa

banyak pendapatan yang dapat di himpun oleh koperasi setiap tahunnya. Berbeda dengan hasil

penelitian dari Satriawati (2013), Ayuk (2012), Nurmawati (2015), dan Anggara (2010),

menyatakan jumlah simpanan berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.

3) Pengaruh Jumlah Pinjaman terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)

Hipotesis ketigamenyatakan bahwa Jumlah Pinjaman berpengaruh positif terhadap Sisa

Hasil Usaha (SHU). Dari hasil analisis menyatakan bahwa Jumlah Pinjaman berpengaruh

positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) karena hasil analisis data menunjukkan nilai β

sebesar 0,024 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Jumlah

Pinjaman berpengaruh terhadap sisa hasil usaha sehingga H3 diterima.

Banyak sedikitnya jumlah pinjaman sangat berpengaruh terhadap SHU. Hal ini

disebabkan karena semakin banyak jumlah pinjaman yang diberikan maka akan semakin

banyak juga bunga pinjaman yang diperoleh sehingga sisa hasil usaha juga akan meningkat.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuk (2012), Nurmawati

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

336 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42

(2015), Anggara (2010) dan Septiani (2015) yang menyatakan bahwa jumlah pinjaman berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha. Namun berbeda dengan

penelitian Weni (2015) yang menyatakan jumlah pinjaman tidak berpengaruh terhadap sisa

hasil usaha (SHU)

4) Pengaruh Jumlah Modal Kerjaterhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)

Hipotesis keempat menyatakan bahwa Jumlah Modal Kerja berpengaruh positif terhadap

Sisa Hasil Usaha (SHU). Dari hasil analisis menyatakan bahwa Jumlah modal kerja tidak

berpengaruh positif pada Sisa Hasil Usaha (SHU). Hasil analisis data menunjukkan nilai β

sebesar 0,015 dan nilai signifikansi sebesar 0.144 lebih besar dari 0,05 yang berarti Jumlah

modal kerja tidak berpengaruh positif terhadap SHU sehingga H4 ditolak.

Besar kecilnya modal kerja tidak dapat mempengaruhi sisa hasil usaha karena usaha

koperasi tidak ditentukan oleh besar kecilnya dana. Pemanfaatan Modal yang tidak dikelola

dengan baik atau maksimal sehingga modal koperasi dapat mengalami pengendapan,Jadi

Modal kerja Tidak dapat menghasilkan SHU. .Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Weni

(2015) yang menyatakan jumlah modal kerja tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfarhana (2013), Ayuk (2012),

Nurmawati(2015), Buana (2014), dan Septiani (2015) yang menyatakan jumlah modal kerja

berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.

BAB VI. PENUTUP

6.1 Simpulan

Penelitian ini untuk menguji apakah jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah

pinjaman dan jumlah modal kerja berpengaruh terhadap sisa hasil usaha. Berdasarkan hal

yang telah diurakian, maka dapat ditarik kesimpulan:

1) Jumlah Anggota tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.

Besar kecilnya jumlah anggota tidak mempengaruhi sisa hasil usaha (SHU). Karena

apabila anggota koperasi banyak namun bersifat pasif tentu saja tidak berpengaruh

terhadap sisa hasil usaha karena yang menetukan SHU bukanlah jumlah anggota dari

segi kuantitas, tetapi lebih kepada kuantitas anggota koperasi dalam memanfaatkan

barang dan jasa yang disediakan oleh koperasi untuk memajukan koperasi.

2) Jumlah Simpanan tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.

Simpanan dalam koperasi digunakan sebagai modal sendiri dan modal pinjaman dari

anggota sehingga koperasi mempunyai kewajiban untuk membayarkan jasa berupa

bunga simpanan ( UU No. 25 tahun 1995). SHU terbentuk dari bunga pinjaman, dan

ketepatan waktu para anggota untuk membayar simpanan yang sudah jatuh tempo.jadi

besar kecilnya SHU tergantung dari berapa banyak pendapatan yang dapat di himpun

oleh koperasi setiap tahunnya.

3) Jumlah Pinjamanberpengaruh positif terhadap sisa hasil usaha.

Hal ini disebabkan karena semakin banyak jumlah pinjaman yang diberikan maka

akan semakin banyak juga bunga pinjaman yang diperoleh, sehingga sisa hasil usaha

juga akan meningkat.

4) Jumlah Modal kerja tidak berpengaruhterhadap sisa hasil usaha.

Hal ini disebabkan besar kecilnya modal kerja tidak dapat mempengaruhi sisa hasil

usaha karena usaha koperasi tidak ditentukan oleh besar kecilnya dana. Pemanfaatan

Modal yang tidak dikelola dengan baik atau maksimal sehingga modal koperasi dapat

mengalami pengendapan, Jadi Modal kerja Tidak dapat menghasilkan SHU.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan simpulan tersebut di atas, maka dapat

dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1) Penelitian ini hanya menguji empatvariabel independen yang digunakan oleh peneliti

yaitu jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja.

Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan variabel lain yang dapat mempengaruhi

sisa hasil usaha (menurun atau meningkat) untuk mendapatkan hasil yang lebih

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

337

representative. Selain itu keterbatasan penelitian ini adalah dikarenakan adanya koperasi

simpan pinjam yang tidak memberi data secara lengkap dan jelas yang diperlukan oleh

peneliti sehingga menyebabkan variabel tidak terukur sempurna. Untuk penelitian

selanjutnya diharapkan penyebaran kuesioner dapat disertai dengan metode wawancara

atau terlibat tatap muka secara langsung dengan responden sehingga pernyataan dari

kuesioner dapat lebih dipahami.

2) Koperasi sebaiknya meningkatkan jumlah pinjaman dengan cara memperkecil bunga dan

administrasi yang diharapkan akan menarik anggota untuk meningkatkan partisipasinya

dalam pinjaman modal kepada koperasi sehingga koperasi akan memperoleh pendapatan

dari pinjaman anggota yang dapat menaikan sisa hasil usaha. Selain itu hendaknya

koperasi lebih giat mengajak anggotanya untuk meningkatkan perolehan jumlah

simpanan. Semakin rajin anggota menyetor simpanan maka semakin besar peluang

anggotanya untuk mendapatkan pinjaman dalam jumlah yang besar. Selain itu apabila

modal sendiri bertambah besar kegiatan koperasi akan berjalan lancer dan dapat

meningkatkan sisa hasil usaha (SHU).

DAFTAR PUSTAKA

1. Andriani, Fitri. 2016. Pengaruh Modal Sendiri dan Asset Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)

Pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) Periode 2008-2015.Skripsi.

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia

Bandung.

2. Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti.2007. Dinamika Koperasi. Rineka Cipta; Jakarta.

3. Anggara, Ferrix Sandhy. 2010. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Serta Pinjaman

Terhadap Besar Kecilnya Perolehan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Karyawan “SARI

MANIS” PT.PG. Candi Baru-Sidoarjo. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran”: Jawa Timur.

4. Astari, Ayu. 2015. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, dan Pinjaman Anggota

Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Karyawan Timah Mitra Mandiri Pangkal

pinang Periode 2009-2013. Skripsi. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Bangka Belitung.

5. Ayuk, Ni Made Taman. 2012. Pengaruh Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman,

Jumlah Modal Kerja Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di

Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun 2007-2011. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas

Udayana: Bali.

6. Buana, Toto Cakra. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha

Koperasi Kecamatan Ratu Agung (Koperasi Relakontan) Kota Bengkulu. Skripsi. Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Bengkulu.

7. Burhanuddin. 2010. Prosedur Mudah Mendirikan Koperasi, Cetakan Pertama. Pustaka

Yustisia: Yogyakarta.

8. Dewi, Santia Ni Wayan. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SHU KSP di

Desa Sanur Tahun 2013-2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

9. Dinas Koperasi, Usaha Kecil & Menengah (UKM) Kota Denpasar. 2018. Jumlah Koperasi di Kodya Denpasar. Denpasar: Dinas Koperasi & Usaha Kecil dan Menengah Kota Denpasar.

10. Gitosudarmo,Indriyo dan Basri. 2002.Manajemen Keuangan, Edisi 3, Yogyakarta:PT. BPFE.

11. Hendar, dan Kusnadi. 2002. Ekonomi Koperasi.Raja Grafindo Persada : Jakarta.

12. Hendrajogi. 2000.Koperasi(Azas, Teori Dan Praktek). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

13. Husin, Saddam. 2012. AnalisisFaktor Yang MempengaruhiSisaHasil Usaha (SHU) Koperasi

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

338

di Surya Harapan Unit S/P Sentra MaduLebah di

DesaBaganLaguhKecamatanBunutKabupatenPelalawan. Skripsi. Program

StudiEkonomidanIlmuSosialUniversitas Islam Negeri Sultan SyarifKasimPekanbaru.

14. IAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

15. Iramani, dan E. Kristijadi. 1997. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha Unit

Koperasi Desa di Jawa Timur. Jurnal Vebtura, Vol.1, No 2.

16. Iswari, Ratih Ida Ayu. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SHU KSP di Kodya

Denpasar Tahun 2012-2015. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

17. Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

18. Muljono, djoko. 2012. Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam. Yogyakarta:

ANDI OFFSET.

19. Nurfarhana, Anna. 2013. Pengaruh Modal Kerja Dengan Laba Usaha Koperasi Pada Koperasi

Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta Tahun 2007-2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan

Ekonomi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta PGRI:

Jakarta.

20. Nurmawati, Yuni. 2015. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman Dan

Jumlah Modal Kerja Terhadap Sisa Hasil Usaha(SHU) Pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

Yang Bernaung di bawah Dinas Koperasi Dan UMKM Kabupaten Kolon Progo Tahun 2011-

2014. Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

21. Pachta, Andjar W dkk. 2005. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: KencanaPrenada Group.

22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995, tentang Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.

23. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Tahun 1998, tentang Akuntansi

Perkoperasian.

24. Riyanto, Bambang. 2001.Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta:PT. BPFE.

25. Rudianto. 2010. Akuntansi Koperasi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

26. Sari, Susanti. 2010. Pengaruh Modal Sendiri, Modal Luar, dan Volume Usaha PadaSisaHasil

Usaha Koperasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. E-

jurnalBismaUniversitasPendidikanGanesha. 27. Sartika Partomo, Tiktik, dkk. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta :

Ghalia Indonesia.

28. Satriawati, Eka Laras. 2013. Pengaruh Simpanan Koperasi terhadap SHU Koperasi Wanita

Sekar Kartini Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun 2009-2011.Skripsi. Program

Sudi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Jember.

29. Sawir, Agnes. 2005. Pengertian Modal Kerja. Jakarta :PT. Gramedia PustakaUtama.

30. Septiani, Ika. 2015. Pengaruh Jumlah Modal , Jumlah Anggota, Dan Jumlah Pinjaman

Anggota Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha Koperasi Pedagang Bhakti Pati. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma: Yogyakarta.

31. Setiyono, Aji. 2009. Pengaruh Modal Sendiri, Modal Asing, dan Volume Usaha

TerhadapSisaHasil Usaha padaKoperasi Unit DesaKabupatenKebumen. Skripsi. Program

StudiEkonomiUniversitasNegeri Semarang.

32. Sitio Arifin, Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik.Jakarta :Erlangga.

33. Sudarsono dan Edilus.2005. Koperasi Dalam Teori dan Praktek.Jakarta: PT Rineka Cipta.

34. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

35. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA …

339

36. Sulistiowati, Lilis. 2012. Pengaruh Jumlah Anggota Dan Jumlah Simpanan terhadap

Perolehan Sisa hasil Usaha Pada Koperasi Mina Putra Bahari Di Kabupaten Ende. Skripsi.

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”: Jawa Timur.

37. Suryaningrum, Lubuk Novi. 2007. Pengaruh Modal SendiriTerhadapPerolehanSisaHasil

Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang. Skripsi. Program

StudiAkuntansiUniversitasNegeri Semarang.

38. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012, tentang Perkoperasian.

39. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasia.

40. Weni, Putri Marina Mustika. 2015. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah

Pinjaman Dan Jumlah Modal Kerja Terhadap Sisa hasil Usaha (SHU) Studi Kasus Di

BUMN/BUMD Koperasi Primer Anggota. Skripsi. Fakultas Ekonomi Program Studi

Akuntansi Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.

41. Widiyanti, Ninik. 2003. .Dinamika Koperasi. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

42. Wijaya, Amin Tunggal. 2002. .Akuntansi untuk Koperasi. Yogakarta: Harvarindo.

43. Wijayanti, Isnaini Ari. 2010. Pengaruh Efektivitas Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap

Return On Assets (ROA) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia atau KPRI Di

Kabupaten Magelang. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret: Surakarta.

44. Winarko, SigitPuji. 2014. Pengaruh Modal Sendiri, JumlahAnggotadan Asset

TerhadapSisaHasil Usaha PadaKoperasi di Kota Kediri. Jurnal Nusantara of Research. Vol.1,

No 2.

45. Wiyono, 2016.AnalisisPengaruhJumlahAnggota, JumlahSimpanandan Volume Usaha

TerhadapSisaHasil Usaha (SHU) Koperasi di KabupatenBojonegoro. Senaspro 2016. Skripsi.

Program StudiEkonomidanBisnis UMM.

46. Yolamalinda, Ansofino dan Ferline Ariesta. 2013. Pengaruh Jumlah Anggota Dan Simpanan

Anggota Terhadap Peningkatan Sisa Hasil Usaha(SHU) Pada PKP-RI (Pusat Koperasi

Pegawai Republik Indonesia) Propinsi Sumatera Barat. Ejurnal, Vol.2 No.2.