22
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SINDROM DOWN A. DEFINISI Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom (da Cuncha, 1992). Keadaan yang paling sering terjadi pada Down syndrom adalah terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21) Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan Down syndrome merupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21), Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan (www.medicastore.com) Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Jenis jenis sindrom down : 1. Trisomi 21 Insiden : 4% Gambaran kromosom : memiliki tambahan sebuah kromosom 21 utuh di dalam setiap sel Merupakan bentuk yang paling umum dari sinrom down pada anak-anak yang lahir dari ibu-ibu dari berbagai usia. Hal ini terjadi karena salah satu orang tua memberikan dua kromosom nomor 21 melalui sel telur/sel sperma, bukan 1 seperti biasanya 2. Translokasi

Askep Sindrom Down

Embed Size (px)

DESCRIPTION

k

Citation preview

HAZZER COMPUTER

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SINDROM DOWN

A.DEFINISI

Down syndromeadalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom (da Cuncha, 1992). Keadaan yang paling sering terjadi pada Down syndrom adalah terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21) Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan

Down syndromemerupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21), Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan (www.medicastore.com)

Down syndromeadalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.

Jenis jenis sindrom down :

1.Trisomi 21

Insiden : 4%

Gambaran kromosom : memiliki tambahan sebuah kromosom 21 utuh di dalam setiap sel

Merupakan bentuk yang paling umum dari sinrom down pada anak-anak yang lahir dari ibu-ibu dari berbagai usia. Hal ini terjadi karena salah satu orang tua memberikan dua kromosom nomor 21 melalui sel telur/sel sperma, bukan 1 seperti biasanya

2.Translokasi

Insiden : 4%

Gambaran kromosom : memiliki tambahan bagian kromosom yang melekat pada kromosom lain di dalam sel

Hanya kromosom kromosom tertentu yang terlibat dalam jenis translokasi dengan kromosom 21. Kromosom tersebut adalah kromosom 13, 14, 15, 22 / kromosom 21 lainnya (14 adalah yang tersering). Kromosom- kromosom tersebut memiliki ujung-ujung kecil yang secara genetic tidak aktif, yang dapat putus dan hilang tanpa menimbulkan efek buruk.

3.Mosaic

Pola-pola yang tersusun dari bagian kecil

a.Dalam genetika

b.Konstitusi yang berbeda dalam jaringan berdekatan sebagai mutasi atau hal-hal lain

Insiden : 1%

Gambaran umum : campuran sel-sel sebagian dengan kromosom 21 ekstra dan sebagian lagi normal.

Gambaran mosaic biasanya lebih ringan, karena efek netralisasi dari sel-sel normal. Cirri-ciri fisik mosaic kurang menonjol dan berkembang serta berfungsi lebih mendekati normal yaitu dapat memiliki intelektualitas yang normal.

B.ETIOLOGI

1.Pada kebanyakan kasus karena kelebihan kromosom (47 kromosom, normal 46,dan kadang-kadang kelebihan kromosom tersebut berada ditempat yang tidak normal)

2.Ibu hamil setelah lewat umur (lebih dari 40 th) kemungkinan melahirkan bayi dengan Down syndrome.

3.Infeksi virus atau keadaan yang mempengaruhi sistem daya tahan tubuh selama ibu hamil.

4.Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan :

a.Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )

Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom ( Kejadian Non Disjunctional ) adalah :

1.Genetik,

Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrom down.

2.Radiasi

Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan ank dengan syndrome down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.

3.Infeksi Dan Kelainan Kehamilan

Infeksi juga dikatakan sebagai salah satu penyebab terjadinya sindrom down. Sampai saat ini belum ada penelitian yang mampu memastikan bahwa virus sapat mengakibatkan terjadinyanon-disjuction.

4.Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu

Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.

5.Umur Ibu

Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan non dijunction pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.

6.Umur Ayah

Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.

b.Translokasi kromosom 21 dan 15

c.Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )

C.MANIFESTASI KLINIS

Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat Down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Tanda yang paling khas pada anak yang menderita Down Syndrome adalah adanya keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada anak (Olds, London, & Ladewing, 1996). Penderita sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds).

Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar. Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebakan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease. Kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esophagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia). Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah.Berat badan waktu lahir dari bayi dengan syndrom down umumnya kurang dari normal.

Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan Syndrom Down :

1.Sutura Sagitalis Yang Terpisah

Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang kepalanya mendatar.

2.Fisura Palpebralis Yang Miring

3.Jarak Yang Lebar Antara jari Kaki I dan II

4.Fontanela Palsu

5.Plantar CreaseJari Kaki I Dan II

6.Hyperfleksibilitas

7.Peningkatan Jaringan Sekitar Leher

8.Bentuk Palatum Yang Abnormal

9.Hidung Hipoplastik

10.Kelemahan Otot

11.Hipotonia

12.Bercak Brushfield Pada Mata

13.Mulut Terbuka Dan Lidah Terjulur

14.Lekukan Epikantus (Lekukan Kulit Yang Berbentuk Bundar) Pada Sudut Mata Sebelah Dalam

15.Single Palmar CreasePada Tangan Kiri Dan Kanan

16.Brachyclinodactilytangan kiri dan tangan kanan

17.Jarak Pupil Yang Lebar

18.Oksiput Yang Datar

19.Tangan Dan Kaki Yang Pendek Serta Lebar

20.Bentuk / Struktur Telinga Yang Abnormal

21.Kelainan Mata, Tangan, Kaki, Mulut, Sindaktili

22.Mata Sipit

Gejala-Gejala Lain :

1.Anak-anak yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya sebaya.

2.Kepandaiannya lebih rendah dari normal.

3.Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.

4.Pada beberapa orang, mempunyai kelainan jantung bawaan.

Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esofagus (penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum, juga memiliki resiko tinggi menderita leukimia limfositik akut. Dengan gejala seperti itu anak dapat mengalami komplikasi retardasi mental, kerusakan hati bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi saluran nafas berulang, kelainan GI.

D. Patofisiologi

Down Syndrome disebabkan adanya kelainan pada perkembangan kromosom. Kromosommerupakan serat khusus yang terdapat pada setiap sel tubuh manusia dan mengandung bahan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Pada bayi normal terdapat 46 kromosom (23 pasang) di mana kromosom nomor 21 berjumlah 2 buah (sepasang). Bayi dengan penyakit down syndrome memiliki 47 krososom karena kromosom nomor 21 berjumlah 3 buah. Kelebihan 1 kromosom (nomor 21) atau dalam bahasa medisnya disebut trisomi-21 ini terjadi akibat kegagalan sepasang kromosom 21 untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Trisomi-21 menyebabkan fisik penderita down syndrome tampak berbeda dengan orangorang umumnya. Selain ciri khas pada wajah, mereka juga mempunyai tangan yang lebih kecil, jari-jari pendek dan kelingking bengkok. Keistimewaan lain yang dimiliki oleh penderita down syndrome adalah adanya garis melintang yang unik di telapak tangan mereka. Garis yang disebut simian crease ini juga terdapat di kaki mereka, yaitu antara telunjuk dan ibu jari mereka yang berjauhan (sandal foot).

E.KOMPLIKASI

1)Sakit jantung berlubang (mis: Defek septum atrium atau ventrikel, tetralogi fallot)

2)Mudah mendapat selesema, radang tenggorok, radang paru-paru

3)Kurang pendengaran

4)Lambat/bermasalah dalam berbicara

5)Penglihatan kurang jelas

6)Retardasi mental

7)Leukemia

E.PENATALAKSANAAN

Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Dengan demikian penatalaksanaan dioptimalkan untuk meminimalkan dampak yang dapat terjadi pada penderita serta memberikan dukungan yang dapat memungkinkan penderita dapat tumbuh dan berkembang serta mampu bersosialisasi dengan baik. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus otot-oot yang lemah. Dengan demikian penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut. Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.

1.Penanganan Secara Medis

a.Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak syndrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.

b.Pembedahan

Pembedahan dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantungm, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan jantung tersebut.

c.Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.

d.Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.

e.Pemeriksaan radiologis

Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.

2. Pendidikan

a.Intervensi Dini

Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkungan yang memadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.

b.Taman Bermain

Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.

c.Pendidikan Khusus (SLB-C)

Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.

F. Pemeriksaan diagnostik

Da

gnosa down syndrome dapat ditegakan ketika masih berada dalam kandungan dan tes pentaringan biasanya di lakukan pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun.kadaralfa-fetoproteinyang rendah di dalam darah ibu menunjukkan resiko tinggi terjadinyadown syndrome pada janin yang dikandungnya. Dengan pemeriksaan USG bisa diketahui adanya kelainan fisik pada janin. Diagnosa ditegakkan berdasarkan diagnosa dan pemeriksaan fisik. Dengan stetoskop akan terdengarmurmur(bunyi jantung tambahan)

Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:

a.Pemeriksaan fisik penderita

b.Pemeriksaan kromosom

c.Ultrasonograpgy

d.ECG,Echocardiogram

e.Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)

G.PENCEGAHAN

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan.Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom.Jumlah kromosum 21 yang harusnya hanya 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti.Yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS.Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.

G.PROGNOSIS

Anak-anak dengan down syndrome memiliki resiko tinggi kelainan jantung dan leukemia. Jika terdapat kedua penyakit tersebut maka harapan hidupnya berkurang, jika kedua penyakit itu tidak ditemukan maka anak bisa bertahan sampai dewasa. Beberapa down syndrome mengalami hal-hal berikut:

1.gangguan tiroid

2.ganguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa

3.ganguan penglihatan karena ada ganguan pada retina dan kornea.

4.pada usia 30 tahun menderita demensia (berupa hilang ingatan, penuruna kecerasan perubahan keperibadian)

Bisa terjadi kematian dini, meskipun banyak juga penderita yang berumur panjang.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1.Selama Masa Neonatal Yang Perlu Dikaji :

a.Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatal

b.Kebutuhan nutrisi / makan

c.Keadaan indera pendengaran dan penglihatan

d.Pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anak

e.Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi

f.Kemampuan motorik

g.Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndrome down terutama tentang kemajuan perkembangan mental anak

2.Pengkajian terhadap kemampuan motorik kasar dan halus

3.Pengkajian kemampuan kognitif dan perkembangan mental

4.Pengkajian terhadap kemampuan anak untuk berkomunikasi

5.Tes pendengaran, penglihatan dan adanya kelainan tulang

6.Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap diagnosis dan kemajuan perkembangan mental anak.

7. Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau anak lain dalam keluarga yang mengalami keadaan serupa.

8. Obsevasi adanya manifestasi sindrom down:

Karakteristik fisik ( paling sering dilihat)

-Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar

-Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebraserong (mata miring keatas, ke luar)

-Hidung kecil dengan batang hidung tertekan ke bawah (hidung sadel)

-Lidah menjulur kadang berfisura

-Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar)

-Palatum berlengkung tinggi

-Leher pendek tebal

-\Muskulatur hipotonik (abdomen buncit, hernia umbilikus)

-Sendi hiperfleksibel dan lemas

-Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan)

-Tangan dan kaki lebar, pendek dan tumpul

Intelegensia

-Bervariasi dari retardasi hebat sampai intelegensia normal rendaH.

-Umumnya dalam rentang riang sampai sedang

-Kelambatan bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif

Anomali kongenital (peningkatan insidens)

-Penyakit jantung kongenital (paling umum)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Risiko tinggi infeksi berhubungn dengan hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan

2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kerusakan menelan

3.Risiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotonia abdomen.

4.Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hipotonia, hipereksibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial

5.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita Sindrom Down.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NODIAGNOSA KEPERAWATANINTERVENSI KEPERAWATAN

TujuanTindakanRasional

1Risiko tinggi infeksi berhubungn dengan hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasanPasien tidak menunjukan bukti-bukti infeksi pernapasan

Kriteria hasil :Anak tidak menunjukkan bukti infeksi atau distres pernapasan (respirasi meningkat, sianosis).

Ajarkan keluarga tentang pegunaan teknik mencuci tangan yang baik

-Tekankan pentingnya mengganti posisi anak dengan sering, terutama penggunaan postur duduk

-Dorong penggunaan vaporizer uap dingin

-Ajarkan pada keluarga pengisapan hidung dengan spuit tipe-bulp

-Tekankan pentingnya perwatan mulut yang baik (mis, lanjutkan pemberian makan dengan air jernih), sikat gigi

-Dorong kepatuhan terhadap imunisasi yang dianjurkan

-Tekankan pentingnya menyelesaikan program antibiotik bila diinstruksikan

untuk menimalkan pemajanan pada organisme infektif.

untuk mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru

untuk mencegah krusta sekresi nasal dan mengeringnya membran mukosa

tulang hidung anak yang tidak berkembang menyebabkan masalah kronis ketidakadekuatan drainase mukus.

untuk menjaga mulut sebersih mungkin.

Imunisasi yang dianjurkan dapat mencegah infeksi.

keberhasilan penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan organisme resisten.

2Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kerusakan menelanDiharapkan agar kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi minimal

Kriteria hasil :

-bayi mengkomsumsi makanan dengan jumlah yang adekuat yang sesuai dengan usia dan ukurannya

-keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian makan

-bayi menambah berat badannya sesuai tabel standar berat badan

-keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan spesialis

-Hisap hidung bayi setip kali sebelum pemberian makan

-Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering

-Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi kebutuhan energi hitung asupan berdasarkan tinggi dan berat badan, bukan berdasarkan urutan usia, karena pertumbuhan cenderung lebih lambat pada anak-anak dengan sindrom Down.

-Pantau tinggi badan dan berat badan dengan interval yang teratur

-Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menghilangkan mukus.

Untuk mencegah anak susah untuk menelan

Melihat perkembangan anak dengan menghitung kalorinya

mengevaluasi asupan nutrisi

untuk memberikan makanan yang tepat pada anak down sindrom

3Risiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotonia abdomen.

Pasien tidak menunjukan tanda-tanda konsitipasi

Kriteria hasil :Anak tidak mengalami konstipasi

-Pantau frekuensi dan karakteristik defekasi

-Tingkatkan hidrasi adekuat

-Berikan diet tinggi serat pada anak

-Berikan pelunak feses,supositoria,atau laksatif sesuai kebutuhan dan intruksi

mendeteksi konstipasi

mencegah konstipasi

meningkatkan evakuasi feses

untuk eliminasi usus

4Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hipotonia, hipereksibilitas sendi, instabilitas atlantoaksialPasien mengalami cidera yang berkaitandengan aktivitas fisik.

Kriteria hasil :

-Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan olahraga.

-Anak tidak mengalami cidera yang berkaitan dengan aktivitas fisik.

-Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak , ukuran, koordinasi, dan ketahanan.

-Anjurkan anak untuk berpartisipasi dalam olahraga yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher ( mis : lompat tinggi, senam, menyelam ) yang dievaluasi secara radiologis.

-Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda kompresi medula spinalis ( nyeri leher menetap, hilangnya keterampilan motorik stabil dan kontrol kandung kemih / usus, perubahan sensasi ) Olahraga baik untuk anak karena bisamemperbaiki cidera

untuk stabilitas atlantoaksial

untuk mencegah keterlambatan pengobatan.

5Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita Sindrom Down.

-Pasien(keluarga) menunjukan perilaku kedekatan orangtua dan bayi

Kriteria hasil :

-Orang tua dan anak menunjukkan perilaku kedekatan

-Keluarga siap untuk menghadapi perawatan anak yang berkenaan dengan defek.

-Keluarga mampu menghadapi perawatan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah kesehatan khusus

-Tunjukkan penerimaan terhadap anak melalui perilaku anda sendiri karena orangtua sensitif terhadap sikap afektif orang lain.

-Anjurkan orangtua untuk membendung atau menyelimuti bayi dengan ketat dalam selimut Dapat membantu orang tua untuk bisa lebih menerima keadaan anaknya

untuk memberikan keamanan dan kompensasi terhadap kurangnya molding atau clinging.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Risiko tinggi infeksi berhubungn dengan hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan

a. Mengajrkan keluarga tentang pegunaan teknik mencuci tangan yang baik

b. Menekankan pentingnya mengganti posisi anak dengan sering, terutama penggunaan postur duduk

c.Mendorong penggunaan vaporizer uap dingin untuk mencegah krusta sekresi nasal dan mengeringnya membran mukosa

d. Mengajarkan pada keluarga pengisapan hidung dengan spuit tipe-bulp karena tulang hidung anak yang tidak berkembangmenyebabkan masalah kronis ketidakadekuatan drainase mukus.

e.Menekankan pentingnya perwatan mulut yang baik (mis, lanjutkan pemberian makan dengan air jernih), sikat gigi intuk menjaga mulut sebersih mungkin.

f.Mendorong kepatuhan terhadap imunisasi yang dianjurkan

g. Menekankan pentingnyaa menyelesaikan program antibiotik bila diinstruksikan, untuk keberhasilan penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan organisme resisten.

2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kerusakan menelan

-Menghisap hidung bayi setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu untuk menghilangkan mukus.

-Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering; biarkan anak untuk beristirahat selama pemberian makan karena mengisap dan makan dalam waktu lama sulit dilakukan dengan pernapasan mulut.

-Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi kebutuhan energi hitung asupan berdasarkan tinggi dan berat badan, bukan berdasarkan urutan usia

-Memantau tinggi badan dan berat badan dengan interval yang teratur

-Berkolaborasi dengan ahli gizi

3.Risiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotonia abdomen.

-Pantau frekuensi dan karakteristik defekasi untuk mendeteksi konstipasi

-Tingkatkan hidrasi adekuat untuk mencegah konstipasi

-Berikan diet tinggi serat pada anak untuk meningkatkan evakuasi feses

-Berikan pelunak feses,supositoria,atau laksatif sesuai kebutuhan dan intruksi untuk eliminasi usus

4.Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hipotonia, hipereksibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial

-Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak , ukuran, koordinasi, dan ketahanan untuk memperbaiki cidera.

-Anjurkan anak untuk berpartisipasi dalam olahraga yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher ( mis : lompat tinggi, senam, menyelam ) yang dievaluasi secara radiologis untuk stabilitas atlantoaksial.

-Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda kompresi medula spinalis ( nyeri leher menetap, hilangnya keterampilan motorik stabil dan kontrol kandung kemih / usus, perubahan sensasi ) untuk mencegah keterlambatan pengobatan.

5.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita Sindrom Down.

-Tunjukkan penerimaan terhadap anak melalui perilaku anda sendiri karena orangtua sensitif terhadap sikap afektif orang lain.

-Anjurkan orangtua untuk membendung atau menyelimuti bayi dengan ketat dalam selimut untuk memberikan keamanan dan kompensasi terhadap kurangnya molding atau clinging.

E. Evaluasi

1.Tidak ada kesulitan dalam pemberian makan pada anak Anak sehingga anak mendapat nutrisi yang cukup dan adekuat

2.Pendengaran dan penglihatan anak dapat terdeteksi sejak dini dan dapat dievaluasi secara rutin

3.Keluarga turut serta aktif dalam perawatan anak syndrom down dengan baik

4.Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder.

PENUTUP

Kesimpulan

Down syndromeatau dulu disebut jugamongolismmerupakan gangguan padakromosom yang ditandai dengan cranium kecil, bagian anteroposterior yang mendatar,jembatan hidung yang dataar, lipatan epikantus, ruas-ruas jari yang pendek, jarak yang lebarantaara jari tangan dan kaki pertama dan kedua, dan retardasi mental sedang sampai berat,dengan penyakit Alzheimer yang berkembang pada dekade keempatatau kelima. Kelainankromosomadalahtrisomi kromosom 21 yang berhubungan dengan usia ibu yang sudahlanjut.

1. Down syndrometrisomi 21 dan mosaik tidak terkait faktor hereditas, sehingga tidakditurunkan.

2. Down syndromeyang terkait faktor herediter adalah Down syndrome jenis translokasi.

3. Terapi pada penderitaDown syndromelebih terkait dengan latihan kemandirianpenderitaDown syndromedan perawatan kesehatan untuk meningkatkanharapan hidup penderita.

B.Saran

Anak tersebut sebaiknya segera diberikan terapi bicara dan latihan fisik, sehingga tetap dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya serta belajar hidupdengan mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M.2001.Pedoman Praktek Keperawatan.Jakarta : EGC

Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Penyakit ed.6 vol.1.Jakarta : EGC

Selikwitz,Mark.2001.Mengenal Sindrom Down.Jakarta : EGC

Wong, Donna L.2003.Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik ed. 4.Jakarta EGC