Upload
yosafat-ar
View
810
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENGUKURAN CONNECTING ROD
1.1 DASAR TEORI
1.1.1. Pengertian Pengukuran Linear
Perkembangan komponen industri dalam bidang permesinan pada era
industrialisasi saat ini berkembang dengan cepat yang ditandai dengan
munculnya komponen-komponen baru. Oleh karena itu dibutuhkan alat yang
mampu untuk mengukur suatu komponen dengan sangat teliti, mudah untuk
menggunakannya, dan menghasilkan hasil pengukuran yang akurat.
Sebelum membahas lebih jauh tentang pengukuran baiklah terlebih
dahulu dijelaskan istilah-istilah yang sering digunakan dalam metrologi (ilmu
pengukuran).
- Kemampubacaan (readability) adalah menunjukan berapa teliti skala suatu
instrumen dapat dibaca.
- Cacah terkecil (least count) adalah beda terkecil antara dua penunjukan yang
dapat dideteksi (dibaca) pada skala instrumen.
- Ketelitian (accuracy) instrumen menunjukan deviasi atau penyimpangan
terhadap masukan yang diketahui.
- Ketepatan atau presisi suatu instrumen adalah menunjukan kemampuan
instrumen itu menghasilkan kembali bacaan tertentu dengan ketelitian yang
diketahui.
- Histerisis adalah perbedaan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara
berkesinambungan dari dua arah yg berlawanan
Hal yang berkaitan dengan permasalahan pengukuran aspek geometri
bagi suatu benda ukur yang meliputi :
- Satuan pengukuran dan besaran standar panjang; termasuk pendefinisian dan
pengkalibrasian standar panjang praktis.
- Jenis dan cara pengukuran; termasuk pembahsan mengenai klasifikasi umum
alat ukur.
- Kontruksi umum alat ukur; mengenai komponen – komponen utama yang
membentuk alat ukur atau ulasan mengenai prinsip kerja alat ukur secara
umum.
- Beberapa definisi istilah yang penting mengenai sifat – sifat alat ukur.
- Penyimpangan yang dapat terjadi sewaktu proses pengukuran berlangsung.
- Analisis dari pengukuran dengan metoda statistik; untuk menganalisis data
hasil pengukuran sehingga mempunyai arti yang jelas, atau bagaimana data
pengukuran diolah sehingga memperoleh informasi sebagai kesimpulan yang
dianggap paling baik.
(Taufiq Rochim hal.77 , Spesifikasi, Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas,2001)
1.1.2. Jenis-jenis Alat Ukur Linear
Alat ukur yang sering digunakan untuk melakukan pengukuran
Connecting Rod yaitu:
a. Vernier Caliper / Jangka Sorong / Mistar Ingsut
Gambar.2.1. Vernier Caliper / Jangka Sorong
b. Coordinate Measuring Machine (CMM)
Gambar.2.2. Mesin CMM
1.1.3. Cara Menggunakan Macam-Macam Alat Ukur Linear
a. Vernier Caliper / Jangka Sorong / Mistar Ingsut
Digunakan untuk mengukur dimensi bagian dalam dan luar suatu
benda. Vernier terdiri dari bilah utama dan bilah pembantu. Bilah Utama
dibagi dalam milimeter. Bilah pembantu dibagi 100. 100 garis pada bilah
pembantu sama dengan 49 milimeter pada bilah utama. Jadi panjang satu
garis pada bilah pembantu adalah = 100/49 mm. Bila suatu garis bilah
pembantu berhimpit dengan suatu tanda pada skala utama, maka harga
ukurnya adalah jumlah skala dihitung dari angka 0 x 0,02 mm.
Cara penggunaan Vernier Caliper yaitu:
a. Membuka pengunci ke kanan
b. Menggeser rahang gerak sesuai dengan ukuran benda
c. Mencekamkan rahang gerak pada benda ukur kemudian mengunci Vernier
Caliper dengan memutar pengunci ke kiri.
d. Membaca skala yang ditunjukkan oleh skala utama yang berhimpit dengan
angka nol, kemudian membaca skala noniusnya.
Gambar.2.3. Gambar dan bagian-bagian dari vernier caliper
(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma Persada Jakarta)
Skala Utama
Skala Nonius Skala Nonius
Gambar.2.4. Cara pembacaan Skala Utama dan skala Nonius pada Vernier Caliper
(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma Persada Jakarta)
1.1.4. Aplikasi Alat Ukur Linear Dalam Bidang Industri/Kehidupan Sehari-
hari
1.1.5. Jenis-Jenis Alat Ukur Sudut
Alat ukur yang sering digunakan untuk melakukan pengukuran sudut
yaitu:
a. Busur Bilah skala nonius (Bevel Protactor)
Busur Bilah (Bevel Protactor) merupakan alat yang digunakan dalam
pengukuran sudut yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
Gambar 2.5. Busur Bilah skala nonius
Busur baja merupakan alat untuk mengukur sudut yang sering
digunakan. Alat ini mempunyai kecermatan sebesar 1o. alat ini terbuat dari
baja. Terdapat bagian busur dan cantilever.
b. Batang Sinus (since bar)
Digunakan untuk mengukur sudut dengan teliti atau untuk mengukur
kedudukan benda kerja. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan azas
trigonometri. Hasil ukur dicari dengan menggunakan rumus : snø = (h1-h2)/L
Tinggi h1 dan h2 diukur dengan balok ukur.
Balok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat,
mempunyai dua sisi sejajar dengan ukuran yang tepat. Dibuat dari baja
perkakas, baja khrom, baja tahan karat, khrom karbida atau karbida tungsten.
Digunakan sebagai pembanding pengukur teliti untuk mengukur perkakas,
pengukur dan die dan sebagai standar laboratorium induk untuk mengukur
ukuran selama produksi.
Ukuran blok ukur karbida yang terdiri dari 88 blok :
- 3 blok : 0,5; 1,00; 1,0005 mm
- 9 blok dengan imbuhan sebesar 0,001 mm mulai dari 1,001 hingga
1,009
- 49 blok dengan imbuhan sebesar 0,01 mm dari 1,01 hingga 1,49 mm
- 17 blok dengan imbuhan sebesar 0,5 mm dari 1,5 hingga 9,5 mm
- 10 blok dengan imbuhan sebesar 10 mm dari 10 hingga 100 mm.
(Arifin, Syamsul. 1981. Alat – Alat Ukur dan Mesin – Mesin
Perkakas.Jakarta: Yudhistira.)
Gambar. 2.6. Batang Sinus
(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki)
c. Coordinat Measuring Machine (CMM)
Merupakan alat ukur geometrik modern dengan memanfaatkan
computer untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap benda ukur serta
untuk menganalisis data pengukuran. CMM merupakan Instalasi untuk
mengukur macam-macam jenis pengukuran dengan menggunakan arah X, Y
dan Z. Secara garis besar, konstruksi CMM dibagi menjadi 3 bagian:
– Unit mesin
– Instalasi pengolah data (PC/Softwear)
– Probe (touch probe, copy probe, un-direct probe, dsb)
Gambar. 2.7. Coordinate Measuring Machne (CMM)
(Sumber: Laboratorium Metrologi Industri)
1.1.6. Cara Menggunakan Macam-Macam Alat Ukur
a. Busur Bilah
Tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan busur bilah
adalah:
1. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja dari busur bilah harus bersih.
Adanya debu atau geram dapat menyebabkan kesalahan pengukuran
ataupun dapat merusakkan busur bilah. Aturlah kedudukan dari bilah
utama dengan memakai kunci bilah.
2. Bidang dari busur bilah harus berimpit atau sejajar dengan bidang dari
sudut yang diukur (bidang normal). Apabila kondisi ini tidak dipenuhi ,
maka harga sudut yang dibaca pada busur bilah mungkin lebih kecil dari
sudut benda ukur.
3. Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari bilah utama harus betul-
betul berimpit dengan permukaan benda ukur, tidak boleh ada celah.
Dikunci kemudian kita baca hasilnya.
(Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur Univ. Darma Persada Jakarta,2005)
b. Batang Sinus (Sinus Bar)
Batang sinus berupa suatu batang baja dengan dua buah rol yang
dilekatkan pada kedua ujungnya pada sisi bawah. Batang dan rol tersebut
dikeraskan dan diasah halus pada permukaannya yang penting. Kedua rol
mempunyai kesamaan diameter dan kesilindrisan dengan toleransi sekitar
0,003mm. (Wikipedia.com)
Batang sinus diletakkan pada meja rata, kemudian denda ukur
diletakkan dipermukaan atas dan menempel pada sisi penahan. Ujung dari
batang sinus yang tidak berpenahan diangkat dan diberi suatu blok ukur
dengan tinggi yang sudah diketahui tepat dibawah ujung tersebut. Sebelum
pengukuran dimulai maka tinggi dari blok ukur harus benar-benar sudah
diketahui, kemudian dengan mengukur sudut menggunakan busur bilah.
Setelah didapat harga sinusnya maka dapat dicari panjang masing-masing
komponen.
Gambar. 2.8. Proses pengukuran dengan batang sinus
Dengan menggunakan jam ukur, ini digunakan untuk mengukur dari
kesejajaran benda kerja terhadap meja kerja. Apabila terdapat kesalahan maka
tinggi dari blok harus dipertimbangkan lagi karena tinggi yang sebenarnya
sudah berubah. Perubahannya dapat dicari :
y= d x L/I’ ; dimana :
y = perubahan tinggi
d = harga yang ditunjukkan dari jam ukur
L = jarak antara center nol
I’ = jarak pergeseran jam ukur.
Dan tingginya harus ditambah dengan hasil perhitungan diatas (H± Y).
Jika dalam pengukuran linier kita kenal standard panjang yaitu blok
ukur, maka dalam pengukuran sudut dibuat suatu alat ukur standard sudut
yang disebut blok sudut. Dimensi setiap blok sudut kurang lebih mempunyai
panjang dan lebar sebesar 76 x 16 mm. dibuat dari baja yang dikeraskan dan
mempunyai kstabilan dimensi yang baik.
Satu set blok sudut biasanya terdiridari 13 buah dengan berbgai ukuran
sudut. Beberapa blok sudut dapat disusun sehingga didapat 2 permukaan yang
mempunyai sudut tertentu sesuai dengan yang dikehendaki.
Dari ke-13 blok tersebut, hampir semua sudut yang dikehendaki dapat
dibuat, hal ini disebabkan karena kita dapat mencapainya dengan
pengurangan dan penjumlahan.
Balok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat,
mempunyai dua sisi sejajar dengan ukuran yang tepat. Dibuat dari baja
perkakas, baja khrom, baja tahan karat, khrom karbida atau karbida tungsten.
Digunakan sebagai pembanding pengukur teliti untuk mengukur perkakas,
pengukur dan die dan sebagai standar laboratorium induk untuk mengukur
ukuran selama produksi.
Ukuran blok ukur karbida yang terdiri dari 88 blok :
- 3 blok : 0,5; 1,00; 1,0005 mm
- 9 blok dengan imbuhan sebesar 0,001 mm mulai dari 1,001 hingga
1,009
- 49 blok dengan imbuhan sebesar 0,01 mm dari 1,01 hingga 1,49 mm
- 17 blok dengan imbuhan sebesar 0,5 mm dari 1,5 hingga 9,5 mm
- 10 blok dengan imbuhan sebesar 10 mm dari 10 hingga 100 mm.
(Arifin, Syamsul. 1981. Alat – Alat Ukur dan Mesin – Mesin
Perkakas.Jakarta: Yudhistira.)
Gambar 2.9. Blok ukur
Pada setiap blok sudut selain dicantumkan harga nominal sudutnya
maka dituliskan pula 2 buah tanda (+) dan (–) pada kedua sisinya atau tanda
sudut (<) pada salah satu sisinya, guna mempermudah penyusunan
(penambahan atau pengurangan).
Benda ukur diletakkan diatas meja rata sisi atas, sudut antara salah satu
permukaan benda ukur terhadap meja rata atau bidang dasar dapat ditentukan
dengan cara menyusun blok sudut dan kemudian diletakkan disamping benda
ukur. Harga sudut benda ukur terlebih dahulu diperkirakan dengan memakai
busur bilah (sampai kecermatam 5’). Tinggi permukaan benda ukur dengan
muka ukur yang teratas dari blok sudut diatur supaya berimpit dengan cara
menggeserkan susunan blok sudut atau dengan bantuan blok ukur untuk
mempertinggi salah satu permukaan yang dibandingkan. Kemudian
kesejajaran anatara permukaan benda ukur dengan muka ukur dari blok sudut
yang teratas diperiksa dengan pisau lurus (straight edge). Apabila masih
terlihat adanya celah ,maka susunan blok sudut harus diubah dan pemeriksaan
kesejajaran diulangi lagi sampai tidak terjadi celah.
(Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur Univ. Darma Persada Jakarta,2005)
c. Coordinate Measuring Machne (CMM)
Cara mengukur sudut dengan Coordinate Measuring Machine (CMM)
adalah
1. Nyalakan Coordinate Measuring Machine (CMM)
2. Pilih F8 untuk menu pengukuran sudut
3. Kenakan sensor CMM ke 4 titik
Gambar 2.10. pengukuran Benda Kerja CMM
4. Hasil akan keluar otomatis di layar CMM
d. Rumus Perhitungan Pengukuran Sudut
ε = 1800 – (α + δ) ………………………... (1)
ε = β – (1800 – γ) ……………………….. (2)
H = L.sin ε ……………………………... (3)
Y = d x L/I’……………………………... (4)
ε = arc sin (H/L) ………………………. (5)
(Sumber: Modul Praktikum Metrologi Industri, Univ.Diponegoro
Semarang)
β
γ
4
1
3
2
1.1.7. Aplikasi Alat Ukur Sudut Dalam Bidang Industri \ Kehidupan Sehari-
hari.
1.1.8. Pengertian CMM
Merupakan alat ukur geometrik modern dengan memanfaatkan
computer untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap benda ukur serta
untuk menganalisis data pengukuran. CMM merupakan Instalasi untuk
mengukur macam-macam jenis pengukuran dengan menggunakan arah X, Y
dan Z. Secara garis besar, konstruksi CMM dibagi menjadi 3 bagian:
Unit mesin
Instalasi pengolah data (PC/Softwear)
Probe (touch probe, copy probe, un-direct probe, dsb)
(http://en.wikipedia.org/wiki/CMM )
1.1.9. Pengertian dan Fungsi Conecting Rod
A. Pengertian Connecting Rod
Connecting Rod adalah batang yang menghubungkan piston dengan
crankshaft dan membentuk mekanisme sederhana yang mengubah gerakan
linier ke gerakan berputar
B. Fungsi Connecting Rod
Batang piston berfungsi menghubungkan piston dengan poros engkol,
sehingga gerak bolak-balik piston dapat diubah menjadi gerak putar oleh
poros engkol.
1.2. TUJUAN PENGUKURAN CONNECTING ROD
1.2.1. Tujuan Umum
a. Mengetahui cara atau teknik mengukur diameter dalam dan luar
b. Mengetahui jenis-jenis alat ukur.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jenis-jenis alat ukur linier.
b. Mampu memilih atu menetapkan serta menggunakan beberapa alat ukur pada
suatu proses pengukuran.
c. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur linear.
1.3 PERALATAN DAN BENDA UKUR
1.3.1. Gambar Alat dan Benda Ukur
a. Vernier Caliper / Jangka Sorong / Mistar Ingsut (kecermatan 0,02 mm).
Gambar 2.11. Vernier Caliper / Jangka Sorong
b. Coordinate Measuring Machine (CMM) (kecermatan 0,001 mm).
Gambar. 2.12. Coordinate Measuring Machine (CMM)
c. Benda Ukur Praktikum
Gambar 2.13. Connecting Rod 3D
Gambar 2.14. Connecting Rod 2D
1.3.2. Prosedur Kalibrasi dan Perawatan Alat Ukur
A. Prosedur Kalibrasi
a) Vernier Caliper
Dengan menghimpitkan rahang gerak dan rahang tetap, kemudian lihat
skala utama dan nonius harus berimpit dititik nol.
b) CMM
Kalibrasi CMM dapat dilakukan dengan cara setting nol, yaitu dengan
melakukan pengukuran pada bola pejal yang sudah diketahui dimensinya
(X=300, Y=500, Z=300). Apabila skala yang tertera pada layar digital CMM
sama dengan ukuran bola pejal (yang telah diketahui dimensinya) maka
CMM tersebut telah dikalibrasi.
B. Perawatan Alat Ukur
1. Membersihkan alat ukur dan peralatan lainnya
2. Melapisi alat ukur, benda kerja dan peralatan lainnya yang cenderung
dapat berkarat dengan vaselin
3. Menyimpan peralatan praktikum pada tempatnya
4. Meminta asisten praktikum untuk memeriksa kelengkapan alat dan
membubuhkan tanda tangan pada kartu alat
5. Merapikan dan membersihkan ruangan/tempat praktikum sebelum
meninggalkan ruangan praktikum
1.3.3. Prosedur Pengukuran Connecting Rod
A. Persiapan Pengukuran
1. Mempersiapkan tempat pengukuran
2. Menuliskan data ruangan pada lembar kerja, tabel 1. Data tersebut
meliputi: temperature awal dan kelembaman ruangan.
3. Memeriksa keberadaan alat sesuai dengan daftar pada kartu alat.
Melengkapi kartu alat, bila alat ukuryang ada tidak sesuai dengan yang
terdaftar pada kartu alat segera menghubungi asisten praktikum
4. Bersihkan semua alat ukur dengan menggunakan kertas pembersih yang
dibasahi dengan bensin pencuci.
B. Pengukuran dengan Vernier Caliper ( jangka sorong )
1. Mempelajari cara penggunaan Vernier Caliper yang digunakan.
2. Menuliskan data Vernier Caliper yang digunakan pada lembar kerja, tabel
2. Data meliputi merk, kecermatan, dan kapasitas ukur Vernier Caliper
3. Mempelajari fungsi masin – masing bagian dari Vernier Caliper
(khususnya kemampuan masing – masing Vernier Caliper dalam
mengukur obyek ukur.
4. Mempelajari gambar benda kerja pada gambar 1. Melakukan proses
pengukuran berdasarkan bimbingan dari asisten.
5. Menulis hasil pengukuran pada lembar kerja.
1.4 PEMBAHASAN
Tabel 1. Data PraktikumTanggal : 29 Mei 2011Temperatur Awal : 20oCKelembaban :
Waktu : PagiTemperatur Akhir : 20oC
Tabel 2. Data Alat Ukur
Nama Alat Ukur MERKKecermatan
( mm )
Kapasitas Ukur
( mm )
1. Vernier caliper
2. Outside Micrometer
3. Steel rule
4. CMM 353
Vogel
Mitutoyo
0.02
0.01
1
0.0001
0-150
0-25
0-500
X=300
Y= 500
Z= 300
1.4.1. Data Pengukuran Linier
Tabel 3. Data Pengukuran Connecting Rod (mm)
Pengukuran dengan Vernier Caliper (mm)
Objek UkurHasil Pengukuran
1 2 3
A 125,44 125.46 125,44
B 96,24 96,23 96.10
C 34.62 34,64 34,64
D 4,42 4,42 4,44
E 2,72 2,74 2,74
F 22,90 22,88 22,90
G 26 26 26.02
H 18,12 18,10 18,12
I 13,94 13,94 13,92
J 6,62 6,64 6,60
K 13,94 13,94 13,92
Pengukuran dengan Steel Ruler (mm)
Objek UkurHasil Pengukuran
1 2 3
A 125 125 126
B 96,5 96,5 97
C 34 34 34
D 4 4 5
E 2 2 2
F 23 22 23
G 27 26 26
H 18 19 18
I 14 14 14
J 7 7 7
K 14 14 14
Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup (mm)
Objek UkurHasil Pengukuran
1 2 3
A 125,59 125,60 125,60
B 96,66 96,66 96,67
C 34,69 34,70 34,70
D 4,78 4,77 4,78
E 3,13 3,13 3,12
F 23,12 23,12 23,11
G 25,13 25,16 25,14
H 16,91 16,91 16,87
I 13,97 13,96 13,96
J 6,60 6,75 6,74
K 14,20 14,22 14,21
Pengukuran dengan CMM
Obyek
Ukur
Hasil Pengukuran (mm)
A 125,2124
B 96,6814
C 34,7576
D 4,0084
E 2,3542
F 23,2532
G 26,0886
H 18,0324
I 14,1110
J 6,9010
K 14,0822
1.4.2. Analisis
1. a) Alat ukur yang mempunyai kecermatan adalah alat ukur yang mampu
mengukur benda ukur pada kecermatan tertentu sesuai dengan skala
terkecil pada suatu alat ukur.
b) Alat yang paling cermat yaitu Coordinate Measuring Machine (CMM)
karena memiliki nilai kecermatan yang tinggi dibandingkan alat ukur
linear yang lainnya.
c) Alat ukur yang paling tidak cermat yaitu Mistar ukur / penggaris
d) Alat ukur yang digunakan adalah mistar ingsut/vernier caliper, dan
Coordinate Measuring Machine (CMM).
2. Perbandingan hasil jumlah B+C+D+E+F dengan besarnya A terjadi selisih
panjang/dimensi pada tiap pengukuran menggunakan alat ukur linear yang
berbeda-beda.. Pengukuran pada A lebih mudah dan tidak serumit pada
B,C,D,E,dan F sehingga setiap obyek yang diukur memungkinkan terjadinya
kesalahan (error). Dan selisih tersebut merupakan error yang terjadi dalam
pengukuran.
3. Untuk pengukuran dengan menggunakan CMM terjadi penyimpangan
pengukuran antara dimensi A dengan dimensi B,C,D,E dan F. Hali ini
dikarenakan penyentuhan jarum sensor pada benda ukur tidak tepat.
Kemungkinan kesalahan terbesar terjadi saat pengukuran lingkaran. Selain
itu, penyimpangan hasil dapat disebabkan oleh fungsi formulasi yang
digunakan
Keuntungan dan Kerugian Alat Ukur
Jenis Alat Ukur Kecermatan Keuntungan Kerugian
Vernier Caliper /
Mistar ingsut
0,02 mm 1. Mudah
Penggunaanya
2. Mampu mengukur
obyek dengan
bentuk rumit
1.Kurang cermat
CMM 0,0001 mm 1. Paling teliti 1. Harga yang
2. Mudah
digunakan dan dibaca
3. Mampu
melakukan berbagai
macam pengukuran
mahal
2. Sulit dibawa
kemana-mana
1.5 KESIMPULAN DAN SARAN
1.5.1. Kesimpulan
Perbandingan dari hasil-hasil pengukuran yang didapat adalah masing-
masing alat ukur mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing,
sehingga hasil ukurnya bervariasi walaupun perbedaan itu tidak terlalu
mencolok. Pada penggunaan alat otomatis (CMM) cenderung lebih cermat
dibanding dengan penggunaan peralatan manual (mistar ingsut, mikrometer, dan
mistar ukur/penggaris).
Keakuratan pada penggunaan mesin CMM lebih cermat dibanding
dengan penggunaan mistar ingsut.. Alat ukur dari yang kecermatannya rendah ke
kecermatannya tinggi yaitu vernier caliper, dan CMM. Penggunaan mesin CMM
dengan kalibrasi yang tepat ataupun mendekati juga turut andil dalam
menentukan keakuratan dalam pengukuran.
Pada penggunaan alat-alat ukur, kecermatan hasil ukuran tergantung dari
keadaan alat ukur yang digunakan . Tetapi jika dibandingkan, penggunaan msin
CMM dapat dikatakan sebagai alat yang paling cermat karena dengan mesin
yang sudah mutakhir akan diperoleh hasil yang lebih tepat dengan catatan
kalibrasi alat yang tepat dan benda yang diukur tak mngalami pergeseran
Mistar ingsut dan CMM dapat digunakan untuk mengukur seluruh profil
yang ada pada benda kerja. Sedangkan Mikrometer memiliki keterbatasan dalam
mengukur profil D,F,dan H.
1.5.2. Saran
1. Agar hasil pengukuran memuaskan, sebaiknya alat ukur harus dirawat
dengan baik agar tetap valid.
2. Praktikan sebaiknya lebih teliti dan serius dalam membaca dan mengukur
dalam pengukuran sehingga kesalahan dalam pembacaan skala dapat
dikurangi.
3. Sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikan agar pengukuran dapat
berjalan cepat, lancar, dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ. Darma Persada Jakarta, 2005)
Rochim, Taufiq & Wirjomartono, S.H. 2001. Spesifikasi Geometris Metrologi
Industri & Kontrol Kualitas.Bandung: ITB Press.
http://en.wikipedia.org/wiki/Caliper
http://wikimediafoundation.org/