65
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement) Yang dimaksud dengan pengukuran kerja di sini adalah pengukuran waktu kerja (time study) suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik) dalam melaksanakan sebauh kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo normal. (Sritomo Wignjosoebroto, 2003, p130). Tujuan dari sistem pengukuran kerja adalah untuk menentukan waktu rata- rata yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan oleh operator terlatih untuk melakukan suatu pekerjaan jika ia harus melakukannya selama 8 jam dalam sehari, pada kondisi kerja yang biasa, dan bekerja dalam kecepatan normal. Waktu ini disebut dengan waktu standar. Penelitian kerja dan analisis metode kerja pada dasarnya akan memusatkan perhatian pada bagaimana suatu macam pekerjaan akan diselesaikan. Dengan menerapkan prinsip dan teknik pengaturan tata cara kerja yang optimal dalam sistem kerja tersebut, maka akan diperoleh alternatif pelaksanaan kerja yang dapat memberikan hasil yang terbaik. Suatu pekerjaan yang diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku (standard time) penyelesaian pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja yang terbaik, maka perlu menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja (work measurement atau time study).

Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

  • Upload
    danganh

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

25

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

Yang dimaksud dengan pengukuran kerja di sini adalah pengukuran waktu

kerja (time study) suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang

operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik) dalam melaksanakan sebauh

kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo normal. (Sritomo Wignjosoebroto, 2003, p130).

Tujuan dari sistem pengukuran kerja adalah untuk menentukan waktu rata-

rata yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan oleh operator terlatih untuk

melakukan suatu pekerjaan jika ia harus melakukannya selama 8 jam dalam sehari, pada

kondisi kerja yang biasa, dan bekerja dalam kecepatan normal. Waktu ini disebut dengan

waktu standar.

Penelitian kerja dan analisis metode kerja pada dasarnya akan memusatkan

perhatian pada bagaimana suatu macam pekerjaan akan diselesaikan. Dengan

menerapkan prinsip dan teknik pengaturan tata cara kerja yang optimal dalam sistem

kerja tersebut, maka akan diperoleh alternatif pelaksanaan kerja yang dapat memberikan

hasil yang terbaik.

Suatu pekerjaan yang diselesaikan secara efisien apabila waktu

penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku (standard

time) penyelesaian pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja yang terbaik, maka

perlu menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja (work

measurement atau time study).

Page 2: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

26

Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

menetapkan waktu baku yang dibutuhkan dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Secara

singkat pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara aktivitas

manusia yang disumbangkan dengan unit yang dihasilkan.

Waktu baku ini sangat diperlukan terutama untuk :

• Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja)

• Estimasi biaya-biaya upah karywan/pekerja

• Penjadwalan produksi dan pembuatan anggaran

• Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan / pekerja yang

berprestasi

• Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.

(Sritomo Wingjosoebroto, 2003, p170).

Waktu baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja

yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Di

sini sudah meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi

dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut.

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator yang

memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaan. Waktu baku di

sini sudah memperhitungkan adanya kelonggaran waktu yang diberikan dengan

memperhatikan situasi kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. (Sritomo

Wingjosoebroto, 2003, p170).

Waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja ini digunakan

sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama

Page 3: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

27

suatu kegiatan itu harus berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta

berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Teknik-teknik pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua

kelompok besar yaitu :

1. Pengukuran kerja secara langsung

Pengukuran dilakukan secara langsung pada tempat dimana pekerjaan yang diukur

dijalankan. 2 cara yang digunakan di dalamnya adalah dengan menggunakan jam

henti (stopwatch time-study) dan sampling kerja (work sampling).

2. Pengukuran kerja secara tidak langsung.

Pengukuran dilakukan secara tidak langsung oleh pengamat. Pengamat melakukan

pengukuran dengan membagi elemen-elemen kerja yang ada kemudian membaca

waktu berdasarkan tabel waktu.

Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan melakukan analisis berdasarkan

perumusan serta berdasarkan data-data waktu yang tersedia. Pengukuran waktu secara

tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan data waktu baku dan dengan

menggunakan data waktu gerakan seperti The Work Factor System, Method Time

Measurement, Basic Motion Time Study dan sebagainya.

Pemilihan pengukuran waktu kerja ini harus disesuaikan dengan kebutuhan

dan kondisi yang berjalan, karena masing-masing pengukuran waktu kerja ini memiliki

tujuan dan karakteristik yang harus dimengerti. Pemilihan metode yang kurang tepat

dapat menyebabkan kehilangan waktu, sehingga diperlukan pengukuran tambahan atau

pengukuran ulang dengan metode yang lebih tepat.

Page 4: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

28

Secara garis besar urutan pengukuran waktu kerja dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.1. Urutan pengukuran waktu kerja

2.2. Pengukuran Kerja Langsung

Pengukuran waktu kerja dengan stopwatch ini diperkenalkan pertama kali

oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Metode sangat baik untuk diaplikasikan pada

pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang. Dari hasil pengukuran akan

didapatkan waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, dimana waktu ini

dipergunakan sebagai standar bagi semua pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.

Langkah-langkah sistematis dalam melakukan aktivitas pengukuran waktu

baku adalah sebagai berikut :

• Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud

dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor

yang ada.

• Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti

layout, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan.

• Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih dalam

batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.

Page 5: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

29

• Amati,ukur, dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan

elemen-elemen kerja tersebut.

• Tetapkan jumlah siklus kerja yang diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus

kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak? Test pula

keseragaman data yang diperoleh.

• Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang

diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini ditetapkan untuk

setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performance operator.

Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin maka performance

dianggap normal (100%).

• Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance kerja yang ditujukan oleh

operator tersebut sehingga akhirnya diperoleh waktu kerja normal.

• Tetapkan kelonggaran waktu (allowance time) guna memberikan fleksibilitas. Waktu

longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan

personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan, keterlambatan material, dan lain-

lainnya.

• Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal

dan waktu kelonggaran.

Berdasarkan langkah-langkah di atas terlihat bahwa pengukuran kerja dengan

stopwatch ini merupakan cara pengukuran obyektif karena waktu yang ditetapkan

berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak hanya berdasarkan estimasi yang bersifat

subyektif. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengukuran waktu kerja :

Page 6: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

30

• Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan distandarisasi

terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku untuk pekerjaan yang

serupa.

• Operator harus memahami prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum

dilakukan pengukuran kerja. Operator yang akan diamati untuk pengukuran waktu

baku diasumsikan memiliki tingkat keterampilan dan kemampuan yang sama untuk

pekerjaan tersebut.

• Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan kondisi

fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.

• Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh

periode kerja yang ada.

Prosedur pelaksanaan dan peralatan yang digunakan dalam pengukuran

waktu kerja berdasarkan stopwatch adalah :

1. Penetapan tujuan pengukuran

Dalam pengukuran kerja, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah

untuk apa hasil pengukuran tersebut akan dimanfaatkan dalam kaitannya dengan

proses produksi.

2. Persiapan awal pengukuran waktu kerja

Persiapan awal pengukuran waktu kerja adalah mempelajari kondisi kerja dan

metode kerja kemudian memperbaikinya dan melakukan standarisasi. Setelah itu

langkah berikutnya adalah memilih operator yang memiliki kemampuan rata-rata

dan mau diajak bekerja sama dalam pengukuran waktu ini. Pemilihan operator

Page 7: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

31

dengan kemampuan rata-rata dimaksudkan agar waktu baku yang dihasilkan

nantinya dapat dicapai oleh semua operator yang ada.

3. Pengadaan kebutuhan alat-alat pengukuran kerja

Peralatan yang dibutuhkan untuk aktivitas pengukuran kerja dengan stopwatch

adalah stopwatch, lembar pengamatan (time study form), papan pengamatan (time

study board), alat-alat tulis, dan alat penghitung (calculator). Pengadaan alat-alat ini

dibutuhkan untuk pengamatan dan pencatatan waktu pengamatan untuk setiap

elemen kerja dalam sebuah siklus proses operasi. Jumlah waktu tiap elemen kerja

adalah waktu total yang dibutuhkan dalam sebuah siklus kerja.

2.3. Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja

Pembagian operasi menjadi elemen-elemen kerja dilakukan agar setiap

elemen kerja yang ada dapat dengan mudah diukur. Pembagian ini tidak hanya pada

elemen saja namun juga memisahkan antara elemen kerja yang bersifat berulang dan

tidak berulang dalam suatu siklus operasi. Pemisahan ini bertujuan untuk menganalisa

apakah waktu tiap elemen kerja yang ada berlebihan atau tidak. Dengan demikian

analisa yang dihasilkan lebih tepat dan adanya varian dalam pengukuran dalam diketahui.

Aturan dalam pembagian operasi kerja ke dalam elemen-elemen kerja adalah

sebagai berikut :

• Elemen-elemen kerja yang ada dibuat sedetail mungkin dan sependek mungkin

akan tetapi masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti.

• Handling time seperti loading dan unloading harus dipisahkan dari machining

time. Handling ini merupakan aktivitas pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan

Page 8: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

32

secara manual oleh operator dan aktivitas pengukuran kerja harus dalam kondisi

berkonsentrasi. Karena hal ini nantinya berhubungan dengan performance rating.

• Elemen-elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen kerja yang

variabel. Elemen kerja yang konstan disini adalah elemen-elemen yang bebas

dari pengaruh ukuran, berat, panjang, ataupun bentuk dari benda kerja yang

dibuat.

2.4. Melakukan Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu adalah aktivitas mengamati dan mencatat waktu-waktu

kerja baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah

disiapkan. Pengukuran pendahuluan dilakukan dengan mengukur waktu-waktu dengan

jumlah yang ditentukan oleh pengukur.

2.4.1. Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja

Beberapa metode umum yang digunakan untuk mengukur waktu pada

elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch yaitu :

• Pengukuran waktu secara terus menerus (continious timing)

Pengukuran waktu ini dilakukan ketika elemen kerja pertama dimulai dan dan

berakhir ketika suatu siklus kerja berakhir.

• Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing)\

Pengukuran waktu ini dilakukan dengan secara berulang-ulang dimana setelah

setiap elemen kerja selesai diamati maka jarum penunjuk stopwatch

dikembalikan ke angka nol.

• Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing)

Page 9: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

33

Pengukuran waktu ini dilakukan dengan menggunakan dua atau lebih stopwatch

yang akan bekerja secara bergantian. Waktu yang dihasilkan dari pengukuran ini

lebih dari satu sehingga setiap elemen kerja yang berurutan dapat diukur

sekaligus.

2.4.2. Menentukan Jumlah Pengukuran dan Waktunya

Menentukan jumlah pengukuran waktu awal. Pada umumnya untuk

pengukuran awala adalah 10-30 pengukuran. Hasil pengukuran yang didapatkan dapat

dibagi ke dalam sub grup, setelah itu menghitung rata-rata sub grup dengan rumus :

k

XiX

n

i∑== 1 atau

kX

X ∑=

Dimana :

∑ X = Jumlah semua nilai X1, X2, X3,..., Xn (detik)

k = Jumlah data

2.4.3. Menentukan Standar Deviasi

Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian mencari nilai standar

deviasi. Dengan demikian, standar deviasi dirumuskan sebagai berikut :

1)( 2

−= ∑

nXX

S

Dimana :

S = Standar deviasi

n = jumlah sub grup

X = waktu rata-rata sub grup (detik)

X = Waktu rata-rata dari waktu rata-rata sub grup (detik)

Page 10: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

34

2.5. Pengujian Keseragaman dan Kecukupan Data

2.5.1. Menghitung Kecukupan Data

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada

umumnya akan sedikit berbeda dari siklus kerja ke siklus kerja, sekalipun operator

bekerja pada kecepatan normal dan uniform. Tiap-tiap elemen dalam siklus yang

berbeda tidak selalu akan bisa diselesaikan dalam waktu yang persis sama. Variasi dari

nilai waktu ini bisa disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab terjadinya variasi

nilai waktu adalah pengukuran dan pembacaan angka dalam stopwatch.

Dengan standarisasi yang ketat dimulai bahan baku, peralatan, kondisi kerja

yang ergonomis, pemilihan operator yang terampil, variasi dalam waktu yang dicatat

tidak terlalu signifikan.

Aktivitas pengukuran kerja pada dasarnya adalah merupakan proses sampling.

Konsekuensi yang diperoleh adalah bahwa semakin besar jumlah siklus yang diamati

maka akan semakin mendekati kebenaran akan waktu yang diperoleh. Konsistensi dari

hasil pengukuran dan pembacaan waktu merupakan hal yang diinginkan dalam proses

pengukuran waktu kerja.

Untuk menetapkan berapa jumlah pengamatan yang seharusnya dibuat (N’),

maka terlebih dahulu menentukan berapa tingkat kepercayaan (confidence level) dan

derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran kerja ini. Di dalam aktivitas

pengukuran kerja biasanya akan diambil 95% confidence level dan 5% degree of

accuracy. Hal itu berarti bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari

waktu yang diukur/diamati untuk setiap elemen kerja akan memiliki penyimpangan

tidak lebih dari 5%.

Page 11: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

35

Metode perhitungan untuk mengetahui jumlah pengamatan yang harus

dilaksanakan maka harus ditetapkan tingkat kepercayaan dan derajat ketelitian untuk

pengukuran kerja ini.

( ) ( ) ( )222

2

24xdA

RN =

Dimana :

N = jumlah siklus untuk studi waktu

R = jangkauan sampel pengamatan (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah)

A = derajat ketelitian atau presisi yang dibutuhkan (±5% atau ±10%)

d2 = konstanta yang digunakan untuk mengestimasi standar deviasi dari sebuah sampel.

Merupakan fungsi dari besar sampel. Didapat dari tabel statistik.

X = rata-rata aritmatik, jumlah semua pengamatan dibagi banyaknya pengamatan.

(Fred E. Meyers et. al, 2002, p178).

2.5.2. Menghitung Keseragaman Data

Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui homogenitas dari

data yang dikumpulkan. Peta kontrol (control chart) adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengetahui keseragaman data yang diperoleh dari pengamatan. Data yang berada

di luar dari batas kontrol yang ada akan dihilangkan dan tidak disertakan dalam

perhitungan.

Pengujian keseragaman data dirumuskan sebagai berikut :

a. Harga rata-rata sub grup (X-bar)

n

XiX

n

i∑−= 1

Page 12: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

36

Dimana :

Xi : Harga rata-rata dari sub grup ke-i

n : Harga banyaknya sub grup yang terbentuk

b. Standar deviasi dari data hasil pengukuran

( )1

2

−= ∑

nxxj

σ

Dimana :

n = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan

Xi = Waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang

telah dilakukan

X = Waktu rata-rata Waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran

pendahuluan yang telah dilakukan

c. Standar deviasi rata-rata dari distribusi rata-rata sub grup

nx σσ =

Dimana : σx = Standar deviasi rata-rata dari distribusi rata-rata sub grup

σ = Standar deviasi dari data hasil pengukuran

n = jumlah data dalam subgrup data

d. Menentukan keseragaman data

XXUCL σ3+=

XXLCL σ3−=

Dimana :

UCL = Upper Control Limit (Batas Kontrol Atas)

LCL = Lower Control Limit (Batas Kontrol Bawah)

Page 13: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

37

2.5.3. Pengujian Distribusi Normal

Sebaran peluang kontinu yang paling penting dalam statistika adalah

sebaran/distribusi normal dengan kurvanya yang berbentuk genta. Untuk mengetahui

apakah suatu populasi mengikuti sebaran normal atau tidak, dapat digunakan goodness

of fit (uji kebaikan suai). Uji kebaikan suai merupakan uji yang digunakan untuk

menentukan apakah populasi memiliki suatu distribusi teoritik tertentu. Uji ini

didasarkan pada seberapa baik kesesuaian antara frekuensi yang teramati dalam data

sampel dengan frekuensi harapan pada distribusi yang dihipotesakan.

Langkah-langkah uji kebaikan suai distribusi normal

1. Tentukan H0 dan H1

H0: populasi data mengikuti distribusi normal

H1: populasi data tidak mengikuti distribusi normal

2. Tentukan taraf nyata (α)

3. Menentukan daerah kritis

Tolak H0 jika tabelhitung22 χχ >

4. Perhitungan:

a. Membuat selang kelas dengan langkah-langkah yang telah diajarkan

pada statistik modul pertama

b. Masukkan data-data yang ada pada tabel perhitungan

5. Kemudian hitung jumlah 2χ

Rumus:

( )∑ −=

eieioi 2

Page 14: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

38

dimana:

oi: Frekuensi observasi (pengamatan)

ei: frekuensi harapan

6. Membuat kesimpulan

Terima atau tolak H0 dan simpulkan bahwa populasi mengikuti atau tidak

mengikuti distribusi normal.

Catatan:

a. Nilai ei pada setiap kelas harus>=5, jika ada kelas yang memiliki ei<5 ,

maka kelas tersebut harus digabung dengan kelas lainnya sedemikian rupa

sehingga ei μ 5.

b. tabel2χ dicari dengan menggunakan tabel distribusi Khi-kuadrat dengan v

(derajat kebebasan) v=k-1-m dimana :

k = jumlah kelas terakhir setelah tidak ada lagi sel yang berjumlah kurang

dari 5.

m = jumlah parameter yang digunakan (untuk binomial = 1 , untuk poisson

= 1 , untuk normal = 2).

Goodness of Fit (Uji Kebaikan Suai) terdiri dari banyak metode, misalnya chi-

square test, Kolgomorov-Smirnov Test dan Anderson-Darling Test . Namun White et al

(1975, p338) mengutarakan bahwa uji yang disarankan untuk digunakan adalah

Kolmogorov-Smirnov Test karena secara statistik terbukti lebih baik dibandingkan

dengan Chi-Square Test.

Pengujian Uji Normality Test Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan

menggunakan aplikasi SPSS dengan langkah-langkah berikut ini.

Page 15: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

39

1. Mendefinisikan data pada kolom C1.

2. Memasukkan data pada C1.

3. Pada menu utama, pilih : Stat Basic Statistics Normality Test

a. Pada Test Variable List masukkan variabel yang akan diuji

b. Pada Test for Normality pilih Kolmogorov-Smirnov

4. Klik OK.

Gambar 2.2 Kotak Dialog Normality Test

Sumber : Fred E. Meyers, et al., 2002, p182

Gambar 2.3 Distribusi Normal

Page 16: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

40

Dalam distribusi normal, rata-rata menunjukkan nilai tengah dimana data

terkumpul. Tetapi tidak menunjukkan seperti penyebaran data yang ada. Jika dua

kelompok mengerjakan pekerjaan yang sama, kelompok pertama terdiri dari orang yang

memiliki kemampuan setara dalam pelatihan dan pengalaman kerja. Waktu rata-rata

karyawan untuk kedua kelompok mungkin saja sama misalnya 30 menit, rentang waktu

kelompok pertama antara 25 hingga 35 menit sedangkan rentang waktu kelompok kedua

antara 10 hingga 50 menit. Walaupun memiliki rata-rata yang sama namun penyebaran

dan variabilitasnya tidak sama. Nilai kuantitatif dari derajat variasi atau penyebaran

populasi disebut dengan standar deviasi dan dinotasikan dengan s. Semakin besar

variablitas atau tingkat penyebaran data, maka semakin besar pula standar deviasinya.

2.6. Menghitung Waktu Baku

Untuk menghitung waktu baku dari suatu operasi dibutuhkan data waktu

siklus yang diperoleh dari hasil pengamatan/pengukuran. Selain data waktu siklus,

faktor lain yang diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku adalah faktor

penyesuaian dan faktor kelonggaran untuk operator.

2.6.1. Faktor Penyesuaian (Performance Factor)

Faktor penyesuaian merupakan suatu faktor yang dipertimbangkan setelah

melakukan pengukuran secara langsung untuk menyesuaikan dengan kewajaran kerja

yang seharusnya ditunjukkan oleh operator. Pengukur harus mengamati kewajaran kerja

dari operator yang diamati selama pengukuran. Ketidakwajaran yang mungkin saja

terjadi misalnya operator bekerja tanpa kesungguhan atau hambatan-hambatan yang

terjadi akibat kondisi ruangan yang buruk sehingga dapat mempengaruhi kecepatan

kerja. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari harus diperoleh dari

kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar.

Page 17: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

41

Jika ditemukan adanya ketidakwajaran, maka pengukur dapat mengetahui

dan menilai seberapa besar pengaruh tersebut. Penilaian perlu dilakukan karena

berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan. Jika pengukur mendapatkan harga rata-rata

waktu siklus / elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh

operator, maka harga waktu rata-rata tersebut harus dinormalkan dengan melakukan

penyesuaian.

Ada beberapa cara yang telah dikembangkan untuk menentukan faktor

penyesuaian, salah satunya adalah cara penyesuaian yang dikembangkan oleh

Westinghouse Electric Corporation. Metode ini mempertimbangkan 4 faktor yang

digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari operator yaitu : keterampilan, usaha, kondisi

kerja, dan konsistensi.

Kemampuan seseorang dalam suatu operasi meningkat sejalan waktu, karena

semakin terbiasa dengan pekerjaan membawa kecepatan, kehalusan pergerakan, dan

kebebasan dari keraguan dan kesalahan gerakan. Penurunan kemampuan disebabkan

oleh melemahnya kemampuan dibawah oleh faktor fisik atau psikologis seperti

menurunnya daya penglihatan, refleks, dan menurunnya kekuatan otot atau koordinasi.

Karena itu kemampuan seseorang dapat bervariasi dari sebuah pekerjaan ke pekerjaan

lain bahkan dalam satu operasi ke operasi lain dalam pekerjaan tertentu.

Page 18: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

42

Tabel 2.1 Penyesuaian keterampilan menurut Westinghouse

Westinghouse System Skill Ratings

+ 0.15 A1 Superskill

+ 0.13 A2 Superskill

+ 0.11 B1 Excellent

+ 0.08 B2 Excellent

+ 0.06 C1 Good

+ 0.03 C2 Good

0.00 D Average

- 0.05 E1 Fair

- 0.10 E2 Fair

- 0.16 F1 Poor

- 0.22 F2 Poor

Sistem penilaian penyesuaian dengan metode Westinghouse menggolongkan

dalam 6 kelas keterampilan yang merepresentasikan penilaian dalam setiap evaluasi

yaitu poor, fair, average, good, excellent, dan superskill. Pengukur melakukan penilaian

terhadap keterampilan operator dan menggolongkannya berdasarkan 6 kelas yang ada.

Page 19: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

43

Tabel 2.2 Penyesuaian usaha menurut Westinghouse

Westinghouse System Efforts Ratings

+ 0.13 A1 Excessive

+ 0.12 A2 Excessive

+ 0.10 B1 Excellent

+ 0.08 B2 Excellent

+ 0.05 C1 Good

+ 0.02 C2 Good

0.00 D Average

- 0.04 E1 Fair

- 0.08 E2 Fair

- 0.12 F1 Poor

- 0.17 F2 Poor

Metode penilaian mendefinisikan usaha sebagai demonstrasi kemauan untuk

bekerja secara efektif. Usaha adalah perwakilan dari kecepatan dengan kemampuan

diterapkan dan dapat dikendalikan sampai tingkat tinggi oleh operator. Saat

mengevaluasi usaha operator, pengamat harus menilai hanya usaha yang efektif.

6 kelas usaha untuk usaha penilaian adalah poor, fair, average, good,

excellent, excessive. Usaha excessive diberi nilai +13% dan usaha poor diberi nilai -17%.

Tabel 2.2 memberi nilai numerik untuk tingkat usaha yang berbeda dan menguraikan

karakteristik dari berbagai kategori.

Page 20: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

44

Tabel 2.3 Penyesuaian kondisi kerja menurut Westinghouse

Westinghouse System Condition Ratings

+ 0.06 A Ideal

+ 0.04 B Excellent

+ 0.02 C Good

0.00 D Average

- 0.03 E Fair

- 0.07 F Poor

Kondisi yang dihubungkan pada prosedur penilaian performa mempengaruhi

operator dan bukan operasinya. Analis waktu baku menilai kondisi normal atau rata-rata

dalam lebih dari mayoritas contoh, seperti kondisi yang dinilai, dibandingkan dengan

cara yang biasanya ditemukan di tempat kerja. Elemen yang mempengaruhi kondisi

kerja termasuk suhu, ventilasi, pencahayaan, dan kebisingan.

6 kelas umum dari kondisi, dengan nilai antara +6% sampai -7% adalah :

ideal, excellent, good, average, fair, dan poor. Tabel 2.3 menunjukkan nilai untuk

masing-masing kondisi.

Tabel 2.4 Penyesuaian konsistensi menurut Westinghouse

Westinghouse System Consistency Ratings

+ 0.04 A Perfect

+ 0.03 B Excellent

+ 0.01 C Good

0.00 D Average

- 0.02 E Fair

- 0.04 F Poor

Page 21: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

45

Faktor terakhir dari keempat faktor yang mempengaruhi penilaian performa

adalah konsistensi operator. Jika analis tidak menggunakan metode snapback atau

membuat dan mencatat pengurangan berturut-turut seiring dengan kemajuan

pembelajaran, konsistensi operator harus dinilai. Nilai elemen waktu yang secara terus

menerus berulang akan memiliki konsistensi yang sempurna. Situasi ini sangat jarang

muncul, karena adanya variabel yang mempengaruhi.

6 kelas umum dari kondisi, dengan nilai antara +4% sampai -4% adalah :

perfectl, excellent, good, average, fair, dan poor. Tabel 2.4 menunjukkan nilai untuk

masing-masing kondisi.

2.6.2. Faktor Kelonggaran (Allowance Factor)

Kelonggaran (Allowance) adalah waktu yang ditambahkan pada waktu

normal untuk mendapatkan waktu standard (standard time) yang realistis, dapat

diterapkan dan dapat dicapai. Di dalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku

dilakukan hanya dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata-

ratanya. Tidak ada manager maupun supervisor yang mengharapkan karyawannya

bekerja setiap menit dalam setiap jam. Berapakah waktu yang diharapkan dari seorang

karyawan? Ini adalah pertanyaan yang disampaikan oleh Frederick W. Taylor lebih dari

seabad yang lalu. Uraian di bawah ini mencoba untuk menjawab pertanyaan Taylor

tersebut.

Allowance dibagi dalam 3 kelompok kategori yaitu:

1. Personal Allowance (kebutuhan-kebutuhan yang bersifat pribadi)

2. Fatigue Allowance (kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan)

3. Unavoidable Delay (hambatan-hambatan yang tak terduga)

Page 22: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

46

2.6.2.1. Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Personal (Personal Allowance)

Personal allowance adalah waktu yang diperbolehkan untuk karyawan

melakukan hal-hal yang sifatnya personal, seperti:

• Berbicara dengan rekan kerja yang mengenai hal yang tidak ada kaitannya

dengan pekerjaan;

• Ke kamar mandi;

• Minum;

• Hal-hal lain yang sifatnya personal dan terkendali yang dapat dijadikan alasan

untuk tidak bekerja.

Setiap pekerja membutuhkan personal allowance dan manajer atau pun

supervisor tidak akan keberatan atau pun iri mengenai hal ini. Waktu yang tepat untuk

ini didefinisikan sebesar 5% dari waktu kerja per hari (8 jam), atau sebesar 24 menit per

hari. Jumlah personal allowance dapat diterapkan dengan melaksanakan aktivitas time

study sehari kerja penuh atau metoda sampling kerja. (Fred E. Meyers et. al, 2002, p196).

Meskipun junlah personal allowance yang diperlukan ini akan bervariasi tergantung

pada individu pekerjanya dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, akan

tetapi kenyataannya untuk pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang tidak

enak (terutama untuk temperature tinggi) akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk

personil ini lebih besar lagi, allowance untuk hal ini lebih besar dari 5%.

2.6.2.2. Kelonggaran Waktu Untuk Melepas Lelah (Fatigue Allowance)

Fatigue merupakan waktu yang dibutuhkan bagi pekerja untuk memulihkan

dari “kebuntuan” maupun kelelahan kerja. Perusahaan memberikannya dalam bentuk

istirahat kerja yang biasa disebut dengan istilah “Coffee Break”. Besarnya interval yang

Page 23: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

47

diberikan untuk “break” setiap perusahaan memang berbeda-beda, namun tujuannya

sama yaitu untuk memulihkan kembali fisik maupun mental pekerja dari kelelahan.

Dewasa ini, sebagian besar pekerja barangkali hanya mengalami sedikit

kelelahan fisik. Akan tetapi, kelelahan mental juga patut untuk dipertimbangkan. Perlu

diketahui bahwa istirahat makan siang tidak diperhitungkan sebagai fatigue elemen.

Ingatlah bahwa allowance adalah untuk waktu yang diharapkan untuk bekerja, tetapi

mereka tidak bisa “perform”.

Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab di

antaranya kerja yang membutuhkan pikiran banyak (lelah mental) dan kerja fisik.

Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yand diizinkan untuk istirahat

melepas lelah ini sangat sulit dan kompleks sekali. Di sini waktu yang dibutuhkan untuk

keperluan istirahat akan sangat bergantung pada individu yang bersangkutan, interval

waktu dari siklus kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi

lingkungan fisik pekerjaan, dan faktor-faktor lainnya.

Periode istirahat untuk melepas lelah di luar istirahat makan siang dimana

semua pekerja dalam suatu departemen tidak diizinkan untuk bekerja akan bisa

menjawab permasalahan yang ada. Lama waktu periode istirahat dan frekuensi

pengadaannya akan tergantung pada jenis pekerjaan yang ada tentunya.

Nilai yang normal untuk basic allowance adalah 5% dari jumlah kerja sehari

(8 jam) atau setara dengan 24 menit. Biasanya dikenal dengan istilah dua kali 12 menit

“break”, pertama di pertengahan pagi (pukul 9.30) dan kedua di pertengahan siang hari

(pukul 14.00).

Perlu diperhatikan bahwa pekerjaan berat jelas akan dapat melelahkan

pekerja lebih cepat dibandingkan dengan pekerjaan yang ringan atau pekerjaan non fisik.

Page 24: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

48

Waktu istirahat yang lebih banyak tidak hanya dibutuhkan dan dibenarkan, namun juga

akan meningkatkan produktifitas.

Dengan mengistirahatkan pekerja akan memberikan kesempatan bagi pekerja

untuk memulihkan lelah yang selanjutnya akan membuat mereka untuk bekerja lebih

produktif dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan tanpa istirahat atau allowance.

“Break” atau istirahat akan lebih berarti bagi karyawan, sekalipun dengan menggantinya

dengan bayaran lebih.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik dua kesimpulan penting, yaitu:

1. 5% adalah nilai minimum dari fatigue allowance;

2. Setiap kenaikan tenaga sebesar 10 poin dari 10 poin dasar akan menaikkan fatigue

allowance sebesar 5%, pengertian tenaga dalam kasus yang dibahas di sini adalah

besarnya berat yang harus diangkat.

(Fred E. Meyers et. al, 2002, p198).

2.6.2.3. Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatan-keterlambatan (Delay

Allowance)

Delay allowance dikatakan sebagai allowance yang tidak dapat dihindari

mengingat ini di luar kendali pekerja. Sesuatu terjadi sehingga membuat pekerja tidak

dapat bekerja. Penyebab delay allowance ini perlu untuk diketahui dan dihitung

biayanya sehingga ke depannya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

penentuan biaya. Beberapa contoh dari delay allowance adalah:

1. Menunggu instruksi atau penugasan;

2. Menunggu datangnya material atau peralatan untuk mengolah material;

3. Terjadi kerusakan mesin atau adanya aktifitas perawatan yang tidak terjadwal;

Page 25: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

49

4. Memberikan instruksi kepada pekerja yang lain (memberikan training untuk pekerja

baru);

5. Menghadiri “rapat”, apabila diizinkan;

6. Menunggu proses “set up”. Operatur harus didorong untuk dapat melakukan “set up”

terhadap mesin yang mereka operasikan. “Set up” dinyatakan sempurna oleh

“Quality Control”;

7. Kecelakaan atau memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan;

8. Pekerjaan repair “defect” yang tidak disebabkan kesalahan operator;

9. “Work” yang tidak standard karena adanya kesalahan mesin;

10. Pengasahan “tool”;

11. Pekerjaan baru yang waktunya belum distandardkan.

Performa operator yang berkaitan denagn delay allowance tidak dapat

disalahkan mengingat hal ini di luar kendali mereka. Delay yang disebabkan oleh

operator secara sadar disebut “Personal Delay”.

Tersedia tiga metode yang digunakan untuk menghitung dan mengontrol

delay allowance ini:

1. Menambahkan delay allowance ke standar;

2. Melakukan “time-study”, kemudian menambahkannya ke waktu standar;

3. Memperhitungkan waktu tersebut sebagai biaya tidak langsung.

Tujuan dari “Time-study” adalah untuk menghilangkan delay allowance.

Time-Study merupakan metode terbaik untuk mempelajari delay untuk kemudian

dimasukkan dalam waktu standard. Akan tetapi, kadang delay sangat kompleks sehingga

dengan menganggapnya sebagai allowance dengan menegosiasikannya dengan operator

akan lebih menghemat uang dan waktu bagi perusahaan daripada melakukan time-study.

Page 26: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

50

Sebagai contoh, untuk menjawab pertanyaan, “Berapa lama waktu yang dibutuhkan

operator untuk membersihkan mesin?” Operator tentu saha akan menjawab,

“Tergantung”. Pertanyaan-pertanyaan untuk menganalisa hal ini adalah:

Berapa waktu terlama untuk melakukan “cleaning”?

Berapa waktu terpendek untuk melakukan “cleaning”?

Apakah anda setuju bahwa waktu rata-rata untuk melakukan “cleaning” adalah 15

menit?

Seandainya operator setuju bahwa 15 menit adalah waktu rata-rata untuk melakukan

bersih-bersih, maka besarnya delaya allowance karena aktifitas bersih-bersih adalah:

%3%100min/480

min15=⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛x

shiftcleanup

3% delay allowance ini akan ditambahkan ke 5% personal allowance dan 5% fatigue

allowance sehingga total allowance adalah 13%.

Secara umum, delay yang tidak diinginkan dapat dieliminasi atau diantisipasi.

Waktu standard dalam bentuk data standard dapat dibuat dan ditambahkan ke time study

untuk mengkompensasi delay yang dilakukan operator. Delay yang tidak dihindari

merupakan elemen asing dan membutuhkan pembahasan tersendiri. Beberapa delay

yang tidak dapat dihindari dan di luar kendali operator seperti, rapat, kerusakan mesin,

dan perbaikan membutuhkan waktu operator untuk menanganinya. Supervisor harus

memperhitungkan waktu yang hilang tersebut, dan apabila waktu tersebut lebih dari 6

menit, angka ini akan menjadi sangat signifikan secara statistik. Dalam hal ini, delay

tersebut terjadi karena ketidakmampuan manajemen untuk mengantisipasinya dan

operator tidak dapat disalahkan. Akan tetapi, pengawasan harus lebih banyak diberikan,

begitu juga dengan peringatan.

Page 27: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

51

Satu peringatan terakhit untuk delay allowance: Jangan mengurangi apa pun

dari waktu standard sesuatu yang tidak dapat dihilangkan. Banyak perusahaan telah

menghilangkan delay allowance, namun mereka membolehkan operator mereka untuk

melakukan sesuatu yang tidak diperhitungkan oleh waktu standard.

Personal, fatigue dan delay allowance digabungkan, dan total allowance tersebut

kemudian ditambahkan ke waktu normal untuk mendapatkan:

standard waktu allowance normalWaktu =+

(Fred E. Meyers et. al, 2002, p183).

2.6.3. Menentukan Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu yang didapat dari hasil pengamatan dengan

menggunakan jam henti sebelum disesuaikan dengan faktor penyesuaian dan faktor

kelonggaran. Waktu baku dirumuskan sebagai berikut :

NXi

Ws ∑=

Dimana :

Ws = Waktu Siklus

∑ Xi = Jumlah waktu penyelesaian yang diamati

N = Jumlah pengamatan

2.6.4. Menentukan Waktu Normal

Waktu normal merupakan waktu yang diperlukan untuk seorang operator

yang terlatih dan memiliki keterampilan rata-rata untuk melaksanakan suatu aktivitas

dalam kondisi dan kecepatan normal.

Page 28: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

52

Waktu normal tidak dipengaruhi waktu kelonggaran yang diperlukan untuk

melepas lelah, kebutuhan pribadi, atau adanya keterlambatan. Waktu normal dirumuskan

sebagai berikut :

)1( IPWsxWn +=

Dimana :

Wn = Waktu Normal

Ws = Waktu Siklus

IP = Faktor Penyesuaian

2.6.5. Menentukan Waktu Baku

Waktu Baku adalah waktu yang diperlukan bagi seorang operator untuk

bekerja dalam kondisi dan kecepatan normal dengan mempertimbangkan adanya faktor

kelonggaran seperti faktor kelelahan, kebutuhan pribadi, dan adanya keterlambatan.

Waktu baku dirumuskan sebagai berikut :

AllWnXWb

−=

100100

Dimana :

Wb = Waktu Baku

Wn = Waktu Normal

All = Faktor kelonggaran

2.7. Menentukan Takt Time

Takt time adalah suatu ekspresi bahasa jerman yang berarti jumlah waktu

produksi yang tersedia dibagi dengan ratio permintaan pelanggan.

Takt time menyediakan penanda atau sasaran untuk operator cell. Sasaran cell

adalah memproduksi bagian-bagian pada laju sebanding dengan takt time. Jika sel-sel

Page 29: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

53

terhubung, maka mereka harus memproduksi pada takt time yang sama. Jika dua sel, A

dan B mengumpan perakitan akhir yang menggunakan dua bagian dari sel A dan satu

bagian dari sel B dalam tiap perakitan, maka takt time sel A harus dua kali takt time sel

B. Jika suatu sel memproduksi bagian lebih cepat dari takt time, maka akan terjadi

penimbunan kelebihan inventori. Maka suatu pabrik harus berusaha menyeimbangkan

seluruh pabrik pada laju produksi perakitan akhir, yang harus memenuhi laju permintaan

customer. Mekanisme kendali paling efektif untuk membatasi aliran produksi mendekati

aliran perakitan akhir (atau bagian produksi terhilir dalam pabrik) adalah “pull system”.

2.8. Menentukan Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Tenaga kerja didapatkan dari hasil pembagian waktu baku proses

yang dikerjakan satu orang hari dengan takt time yang berlaku. Hasil yang didapatkan

mungkin saja berupa nilai decimal, sehingga dibutuhkan pembulatan hasil yang

didapatkan. Perhitungan jumlah tenaga kerja ini dapat dilakukan untuk setiap pos kerja

maupun kumpulan dari beberapa pos kerja. Jumlah Tenaga kerja dirumuskan sebagai

berikut :

TTWB

TK i=∑

Dimana :

∑TK = Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

iWB = Waktu baku untuk satu orang tiap proses kerja (dalam detik)

TT = Takt time (dalam detik)

Page 30: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

54

2.9. Lean Manufacturing

2.9.1. Pengertian Lean Manufacturing

Lean manufacturing adalah sebuah konsep dimana semua orang produksi

bekerja sama menghilangkan waste. Ahli teknik industri, teknologi industri dan

kelompok lain dalam manajemen telah mencoba hal ini sejak awal Revolusi Industri,

namun sekarang sejak kita memiliki tenaga kerja produksi yang terdidik baik dan

termotivasi, manajemen menemukan keuntungan dari mencari bantuan tenaga kerja

produksi dalam menghilangkan waste. Orang Jepang memiliki kata untuk waste, muda,

yang merupakan pusat perhatian seluruh dunia. Siapa yang lebih tahu daripada pegawai

produksi, yang menghabiskan waktu 8 jam sehari dalam satu pekerjaan, cara untuk

mengurangi waste? Tujuannya adalah mendapatkan sumber daya ini dengan memberi

karyawan produksi peralatan terbaik yang ada, dan teknik dalam kursus studi gerak dan

waktu adalah peralatan yang mereka perlu untuk pekerjaan baru mereka.

Studi gerak dan waktu membantu karyawan untuk memahami sifat dan biaya

nyata dari suatu kerja, dan membantu mereka mendukung manajemen dalam

mengurangi biaya tidak perlu dan menyeimbangkan sel kerja untuk membuat alur kerja

lebih lancar (halus). Sebagai tambahan, standar waktu membantu manajer membuat

keputusan manajemen penting dengan cerdas. Sebagai contoh, manajemen pabrik

manufaktur memerlukan standar waktu, bahkan sebelum produksi dimulai, untuk

menentukan berapa banyak orang dipekerjakan, berapa banyak mesin untuk dibeli,

berapa cepat untuk memindahkan conveyor, bagaimana membagi kerja antara karyawan,

dan berapa biaya suatu produk; dan, setelah produksi dimulai, untuk menentukan berapa

banyak pengurangan biaya yang akan kembali, siapa yang bekerja paling keras, dan

mungkin siapa yang harus menerima lebih banyak uang. Studi gerak dan waktu dapat

Page 31: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

55

mengurangi dan mengendalikan biaya, meningkatkan kondisi dan lingkungan kerja, dan

memotivasi orang.

Istilah lean manufacturing ditemukan James Womack untuk membedakan

praktek yang diamatinya di Jepang dari praktek produksi massal. Berpusat

menghilangkan semua bentuk waste dalam semua proses, lingkungan lean production

memiliki beberapa sasaran yang langsung berlawanan pada produksi massal ortodoks,

pada konsep dari struktur organisasi lini dan staf yang mendukung sistem pemesanan

kuantitas besar dan tentu saja pada sifat filosofi kepemimpinan dan manajemen.

2.9.2. Konsep Lean Environment

Konsep lean environment memerlukan pengambilan pendekatan manajemen

yang agresif untuk mencari cara untuk meningkatkan kinerja. Itu melibatkan seluruh

tenaga kerja dan menggunakan konsep dari studi metode dan waktu, kendali kualitas dan

proses dan bagian lain yang berasal daru fungsi manajemen terpisah dalam sistem

produksi massal.

Lean environment memerlukan serangan agresif terhadap waste, muda dalam

bahasa Jepang. Ada banyak muda dimana saja: bahan yang menunggu untuk diproses,

pegawai yang menunggu peralatan, bahan mentah yang tidak diinspeksi dan mungkin

saja rusak, warna cat yang salah untuk unit tertentu, bahkan formulir yang membutuhkan

kerja tata usaha berlebihan adalah muda.

Lean thinking adalah pendekatan penawar yang diangkat Womack dan

pendukung sistem lean manufacturing, termasuk:

1. Menentukan nilai sebagai langkah tindakan,

2. Merangkai tindakan value created,

3. Rangkaian tahan gangguan,

Page 32: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

56

4. Rangkaian permintaan daripada rangkaian suplai,

5. Kinerja lebih efektif melalui pembelajaran.

2.9.3. Faktor Sukses Penggunaan Konsep Lean

empat faktor sukses utama perusahaan yang menjadi lean :

1. Mempersiapkan dan memotivasi orang

a. Pengukuran dan umpan balik adalah motivator yang kuat untuk

perubahan.

b. Krisis akan memotivasi, tetapi lebih baik bertindak daripada terjadi krisis.

c. Pelatihan terpusat mungkin diperlukan dalam tempat kerja kurang

bersahabat.

d. Belajar sambil melakukan adalah pendekatan praktis. Keberhasilan

membawa sukses lebih besar.

2. Peran dalam proses perubahan

a. Lean membutuhkan enjiner kreatif. Tidak cukup memotivasi pemula

untuk belajar konsep dan berharap mereka berjuang. Sumber daya

kompeten harus disediakan.

b. Karyawan jam harus mempengaruhi shop floor. Ahli dari luar mungkin

punya pendapat mengenai apa yang diperlukan dan ide mereka mungkin

saja bukan yang terbaik bagi proses dan karyawan.

c. Pelatih dari luar dalam praktek lean diperlukan. Umumnya pabrik tidak

memiliki pengalaman dalam pelatihan, perubahan dan visi lean. Orang

lain, tergantung tempat kerja, harus menyediakan bantuan hari ke hari.

d. Kepemimpinan. Tingkat komitmen, pemahaman dan partisipasi tinggi

diperlukan dalam fasilitas produksi lean yang berhasil.

Page 33: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

57

3. Metodologi untuk perubahan

a. Flow: adalah parameter terpenting dalam sistem. Hampir semua

peningkatan langsung direfleksikan dalam aliran melalui pabrik, yang

kemudian secara tak langsung mempengaruhi biaya pabrik.

b. Visi sistem: Pandangan dari organisasi lean harus mulai dengan pemasok

dan berlanjut melalui penggunaan kastemer yang berhasil. Melalui

implementasi kecil, tiap perubahan harus berkontribusi pada keseluruhan

keperluan kastemer.

c. Lini model: Sering dimungkinkan untuk memasang satu operasi dan

mendapat sukses cepat. Pencapaian mengganjar pekerja dan menyediakan

insentif untuk mengembangkan implementasi.

d. Blitz Kaizens: Walau berpusat pada pencapaian individu lebih dari

perubahan sistem-level, alat ini berguna pada permulaan untuk memberi

resolusi krisis dan memberi hadiah untuk ide kreatif dan implementasi

cepat.

4. Lingkungan untuk perubahan

a. Kepercayaan: Didapat dari tindakan bukan kata-kata. Masalah

kepercayaan biasanya muncul banyak tahun sebelum pengenalan

produksi lean, dan kepercayaan akan didapat kembali hanya melalui

perlakuan adil pada karyawan.

b. Prinsip Pembimbingan: pedoman tertulis diperlukan untuk tempat dimana

pekerjaan diselesaikan sesuai buku aturan. Mereka berguna untuk

melakukan dukungan organisasi untuk karyawan yang berpartisipasi dan

bisa diperlukan saat kepercayaan rendah.

Page 34: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

58

c. Keamanan kerja: Satu komitmen, formal dan informal, diberukan

perusahaan supaya karyawan tidak kehilangan pekerjaan karena sistem

produksi lean.

2.9.4. Tujuan Penggunaan Lean Manufacturing

Tujuan Lean Manufacturing adalah :

1. Mendapatkan keuntungan melalui cost reduction atau perbaikan terhadap

produktifitas. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan waste.

2. Membangun sistem pengendalian visual

3. Respect for Humanity

2.9.5. Teknik-Teknik dalam Lean Manufacturing

Teknik-teknik dalam lean manufacturing :

1. Value Stream Mapping

Penggambaran alur proses mulai dari awal hingga akhir secara sederhana dengan

menunjukkan bagian-bagian terkait dan aliran material serta aliran informasi.

Value Stream Mapping ini untuk mengetahui besarnya lead time yang diperbaiki

dengan konsep lean environment.

2. Takt Time

Takt time adalah suatu ekspresi bahasa jerman yang berarti jumlah waktu

produksi yang tersedia dibagi dengan ratio permintaan pelanggan.

3. One Piece Flow

Pengetahuan setiap aliran bagian mulai dari hulu hingga hilir dari suatu proses

dimana di dalamnya terdapat satu lini atau jalur proses.

4. Pull System

Page 35: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

59

Sistem produksi dimana jumlah produksinya bergantung pada jumlah permintaan

dari pelanggan, sehingga tidak terjadi kelebihan produksi maupun penumpukkan

terhadap produk. Pull system ini sangat fleksibel dalam pengambilan keputusan

secara lokal.

5. SMED (Single Minute Exchange of Die) atau Setup Reduction

Salah satu metode dari lean production untuk mengurangi terjadinya waste

dalam proses manufaktur. Ini menghasilkan cara yang lebih efisien dan cepat

untuk mengubah proses manufaktur yang berjalan untuk produk sekarang

menjadi berjalan untuk produk selanjutnya. SMED bertujuan untuk mengurangi

waktu setup.

6. OEE (Overall Equipment Effectiveness)

Pengukuran yang memfokuskan pada seberapa efektif operasi manufaktur

digunakan. OEE biasanya digunakan sebagai Key Performance Index (KPI)

untuk mengukur tingkat keberhasilan dari usaha lean manufacturing.

7. Flow Velocity

Mengetahui kecepatan aliran material dan proses. Dengan demikian lead time

dapat mendukung takt time secara tepat.

8. Produktifitas

Peningkatan produktifitas dilakukan dengan melakukan perbaikan terhadap

proses kerja, penambahan tools kerja, dan perbaikan lainnya. Produktifitas

berperan terhadap tingkat atau jumlah produksi yang dapat dihasilkan.

9. Tata letak Fasilitas

Pengaturan tata letak fasilitas yang baik akan membuat proses yang ada menjadi

lebih muda, sehingga waste yang terjadi dapat dihilangkan.

Page 36: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

60

10. Standar Kerja

Pembuatan standar kerja untuk setiap proses yang akan dilakukan tiap operator

berupa standar operasi kerja atau standar prosedur operasi. Standar kerja ini

untuk menyeragamkan proses kerja dan mencegah terjadinya kesalahan.

11. Jidoka atau Pencegahan deffect

Kemampuan untuk mengetahui atau merasakan terjadi malfunction pada suatu

mesin. Proses ini mencegah terjadinya produk cacat, menghilangkan terjadinya

kelebihan produksi, memfokuskan pada pemahaman terhadap masalah yang

terjadi, dan memastikan untuk mencegah hal itu terjadi.

12. Machine reliability

Identifikasi terhadap reliabilitas terhadap mesin yang ada

13. TPM (Total Productive Maintenance)

Penggunaan TPM ini bertujuan untuk pengurangan terhadap maintenance dan

pencegahan terhadap kerusakan sehingga secara proaktif dapat mencegah

kecelakaan, kerusakan, kesalahan, dan kerugian.

14. Value-Added Ratio

Penambahan ratio value sehingga secara ekonomi, produk yang dihasilkan

memilki nilai tambah.

15. Line Balancing

Penyeimbangan lini kerja dilakukan untuk mencegah terjadinya over-loading

pada satu stasiun kerja dan juga untuk mencegah terjadinya bottleneck.

16. Handling Reduction

Mengurangi penanganan terhadap material yang ada, dengan cara menerapkan

sistem kanban dan JIT sehingga dapat meminimalisasi inventory.

Page 37: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

61

17. Sustainment of Gains

Mempertahankan hasil yang telah dicapai dengan tetap melakukan perbaikan

secara berkelanjutan hingga mendapatkan proses yang terbaik.

18. Right-Sized Equipment

Penggunaan alat-alat kerja yang sesuai ukuran dengan kebutuhan dan proses

kerja.

19. PokaYoke

Suatu metode atau tool untuk mengidentifikasi terjadinya kesalahan proses yang

mungkin terjadi dan melakukan pencegahan terhadap kesalahan tersebut.

2.9.6. Istilah dalam Lean

Genchi Genbutsu bila diterjemahkan secara harafiah maka genchi berarti

lokasi sebenarnya, genbutsu adalah material atau produk sesungguhnya, dan

pengertiannya dalam konteks lean adalah pergi ke tempat untuk melihat situasi yang

sebenarnya agar paham, atau yang lebih dikenal dengan Gemba.

5S terdiri dari :

1. Seiri (Ringkas, Memilah)

Memilih barang-barang dan menyimpan hanya yang diperlukan dan

menyingkirkan yang tidak diperlukan.

2. Seiton (Rapi, Menata)

Setiap barang memiliki tempat dan setiap barang ada di tempatnya.

3. Seiso (Resik, Membersihkan)

Proses pembersihan sering kali berbentuk pemeriksaan yang

mengungkapkan ketidaknormalan dan kondisi sebelum terjadinya

Page 38: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

62

kesalahan yang dapat berdampak buruk terhadap kualitas atau

menyebabkan kerusakan pada mesin.

4. Seiketsu (Rawat, Menciptakan Aturan)

Mengembangkan system dan prosedur untuk mempertahankan dan

mengawasi ketiga S pertama.

5. Shitsuke (Rajin, Mendisiplinkan Diri)

Menjaga agar tempat kerja tetap stabil merupakan proses yang terus

menerus dari peningkatan yang berkesinambungan.

Muda (tidak menambah nilai), aktivitas yang tidak berguna yang

memperpanjang lead time, menimbulkan gerakan tambahan untuk memperoleh

komponen atau peralatan, menciptakan berbagai jenis waktu tunggu.

Muri (memberi beban berlebih), memanfaatkan mesin atau manusia

melebihi kemampuan atau kapasitasnya, membebani orang secara berlebih menimbulkan

masalah dalam keselamatan kerja dan kualitas, memberi beban berlebih pada peralatan

akan menyebabkan kerusakan dan produk cacat.

Mura (ketidakseimbangan), diakibatkan oleh jadwal yang tidak teratur

atau volume yang berfluktuasi karena masalah internal seperti kerusakan mesin atau

kekurangan komponen atau barang cacat.

7 tipe dari Waste adalah

1. Waste from over production

2. Waste of waiting time

3. Transportartion waste

4. Processing Waste

5. Inventory Waste

Page 39: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

63

6. Waste of Motion

7. Waste from product deffective

2.10. Sistem Informasi

2.10.1. Pengertian Sistem

Menurut Whitten et al. (2004, p12), sistem informasi adalah rangkaian dari

komponen manusia, data, berbagai proses, dan teknologi informasi yang saling

berinteraksi untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menyediakan hasil

informasi yang dibutuhkan dalam mendukung sebuah organisasi.

Sistem terdiri atas dua jenis, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Suatu

sistem yang berhubungan dengan lingkungannya melalui arus sumber daya disebut

sistem terbuka, sedangkan sistem yang tidak dapat terhubung dengan lingkungannya

disebut sistem tertutup.

Menurut O’Brien (2003, p8) sistem adalah sebuah grup atau kelompok yang

berhubungan dan saling terkait untuk bekerja sama mencapai tujuan yang sama dengan

menerima masukan (inputs) dan menghasilkan keluaran (outputs) dari sebuah proses

transformasi yang tertata dengan rapi.

Model dasar dari sistem ialah sebagai berikut:

a. Input

Merupakan sekumpulan data baik dari dalam organisasi maupun dari luar

organisasi yang akan digunakan dalam proses sistem informasi.

b. Process

Merupakan kegiatan mengubah, mengolah, dan menganalisis data input menjadi

sesuatu yang lebih berarti untuk manusia.

c. Output

Page 40: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

64

Merupakan proses memberikan informasi kepada orang atau kegiatan yang

membutuhkannya.

d. Feedback

Merupakan hasil pengembalian informasi oleh orang-orang dalam organisasi

untuk membantu mengevaluasi input yang masuk.

e. Subsistem

Merupakan sebagian dari sistem yang mempunyai fungsi khusus. Masing-masing

subsistem itu sendiri mempunyai komponen input, process, output, dan feedback.

Fungsi dari subsistem ini adalah untuk mendukung fungsi utama dari sistem yang

berjalan.

Sistem terdiri dari elemen-elemen yang menunjang terbentuknya sistem itu

yaitu input, proses transformasi, hasil. Umpan balik (feedback) digunakan untuk

menampung informasi dari hasil sistem dan memberikannya kepada sistem sebagai input

baru.

2.10.2. Pengertian Informasi

McLeod (2001, p12) berpendapat informasi adalah data yang telah diproses

atau data yang memiliki makna dan dapat dimengerti. Sedangkan menurut O’Brien

(2004, p13) informasi adalah data yang telah dikonversikan menjadi sebuah konteks

yang berarti dan berguna bagi pemakai tertentu.

Terdapat empat dimensi informasi menurut McLeod (2001, p145), yaitu :

• Ketepatan waktu

Informasi harus tersedia dalam pemecahan masalah dengan tepat waktu, sebelum

situasi menjadi tidak terkendali.

Page 41: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

65

• Kelengkapan

Suatu gambaran yang lengkap dari suatu permasalahan yang ada akan membantu

organisasi dalam menentukan solusi atau penyelesaiannya. Pemberian informasi

yang tidak berguna harus dapat dihindari.

• Akurasi

Semua informasi harus tersedia dengan akurat untuk menunjang terbentuknya

sistem dapat dipercaya. Akurasi ini terutama diperlukan pada aplikasi-aplikasi

tertentu seperti aplikasi yang melibatkan keuangan, semakin teliti informasi yang

diinginkan maka biaya pun semakin bertambah.

• Relevansi

Informasi disebut relevan jika informasi tersebut berkaitan langsung dengan

masalah yang sedang dihadapi. Manajer harus mampu memilih informasi yang

diperlukan.

2.10.3. Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2003, p7), sebuah sistem informasi dapat berupa rangkaian

teratur dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi dan sumber

data yang mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan informasi di dalam suatu

organisasi.

Menurut Laudon (2003, p7), sistem informasi adalah sebuah kumpulan dari

komponen-komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan, mengolah,

Page 42: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

66

menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan,

koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi.

Jadi sistem informasi adalah rangkaian dari elemen yang saling berkaitan

untuk menggunakan sumber daya dalam mengolah dan mengelola masukan berupa data

menjadi keluaran berupa informasi, sehingga berguna bagi pihak yang membutuhkannya.

2.11. Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Objek-Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah suatu metode untuk

menganalisa dan merancang sistem dengan pendekatan dasar berorientasi pada Objek

(Mathiassen et al, 2000, p135). Objek diartikan sebagai suatu entitas yang memiliki

identitas, state, dan behavior (mathiassen et al, 2000, p4). Dalam melakukan analisis,

identitas sebuah Objek menjelaskan bagaimana seorang user mengetahui perbedaan dari

Objek lain, dan behavior Objek digambarkan melalui event yang dilakukannya.

Sedangkan pada perancangan, identitas sebuah Objek digambarkan dengan bagaimana

Objek lain mengidentifikasikan dirinya sehingga dapat diakses, dan behavior Objek

digambarkan dalam bentuk operation yang dapat dilakukan Objek tersebut yang dapat

mempengaruhi Objek lain dalam sistem.

2.11.1 Objek dan Class

Objek merupakan sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perilaku

(Mathiassen et al., 2000,p4). Contoh dari objek misalnya karyawan yang merupakan

entitas dengan identitas yang spesifik, dan memiliki status dan perilaku tertentu yang

berbeda antara satu karyawan dengan karyawan yang lain. Sedangkan class merupakan

deskripsi atau penggambaran secara umum dari kumpulan objek yang memiliki struktur,

pola perilaku, dan atribut yang sama (Mathiassen et al., 2000,p4). Untuk dapat lebih

memahami objek, biasanya objek-objek tersebut sering digambarkan dalam bentuk class.

Page 43: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

67

2.11.2 Konsep Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Terdapat tiga buah teknik dasar dalam proses analisa dan perancangan sistem

berorientasi objek, yaitu:

1. Encapsulation

Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek berarti

pengelompokkan berdasarkan fungsi. Pengelompokkan ini bertujuan agar

developer tidak perlu membuat coding untuk fungsi yang sama, melainkan

hanya perlu memanggil fungsi yang telah dibuat sebelumnya.

2. Inheritance

Inheritance dalam bahasa pemrograman berorientasi objek berarti menciptakan

sebuah class baru yang memiliki sifat-sifat dan karakteristik-karakteristik

berdasarkan class induknya berikut dengan sifat-sifat dan karakteristik-

karakteristk individualnya.

3. Polymorphism

Polymorphism berarti kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk

menyediakan atribut dan operasi yang sama untuk tujuan yang berbeda.

Polymorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang

berbeda atau bahkan dari sub-tipe yang berbeda dapat menggunakan atribut

dan operasi yang sama.

2.11.3 Keuntungan dan Kelemahan Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Mathiassen et al. (2000, p5-6) menjelaskan bahwa terdapat keuntungan

menggunakan OOAD diantaranya adalah:

1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai lingkup dari sistem.

Page 44: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

68

2. Penggunaan OOAD dapat menangani data yang seragam untuk jumlah yang

besar dan mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.

3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan

berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman

berorientasi objek.

Selain keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan OOAD seperti yang

telah dijelaskan di atas, ternyata ditemukan beberapa kelemahan dari konsep ini oleh

McLeod (2001, p615) yaitu:

1. Untuk memperoleh pengalaman pengembangan dibutuhkan waktu yang cukup

lama.

2. Untuk sistem bisnis yang rumit terdapat kesulitan metodologi untuk

menjelaskannya .

3. Pilihan peralatan pengembangan kurang untuk mencakup sehingga dibutuhkan

penyesuaian dalam membangun sistem bisnis.

2.11.4 Aktivitas Utama Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Menurut Mathiassen et al. (2000, p14-15) 4 aktivitas utama dalam analisa dan

perancangan berorientasi objek yang dapat dijelaskan dengan penggambaran pada

Gambar 2.4 berikut ini.

Page 45: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

69

Sumber: Mathiassen et al (2000, p15)

Gambar 2.4 Aktivitas Utama dalam OOAD menurut Mathiassen

Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci mengenai keempat aktivitas

utama dalam melakukan analisa dan perancangan berorintasi objek menurut Mathiassen

et al. (2000, pp14-15):

1. Analisis Problem Domain

Problem domain adalah bagian dari situasi yang diatur, diawasi, dan

dikendalikan oleh sistem. Tujuan melakukan analisis problem domain adalah

mengidentifikasi dan memodelkan problem domain. Analisis problem

domain terbagi menjadi tiga aktivitas yang digambarkan dalam Gambar 2.5,

yaitu:

a. Memilih objek, class, dan event yang akan menjadi elemen model

problem domain.

b. Membangun model dengan memusatkan perhatian pada relasi

struktural antara class dan objek.

Page 46: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

70

c. Mendeskripsikan properti dinamis dan atribut untuk setiap class.

Sumber : Mathiassen et al (2000, p46)

Gambar 2.5 Aktivitas Analisis Problem Domain

Pada aktivitas classes, langkah awal yang perlu dilakukan adalah

menentukan class. Langkah berikutnya adalah membuat sebuah event table

yang dapat membantu menentukan event-event yang dimiliki oleh setiap.

Pada aktivitas structure, class-class yang telah ditentukan sebelumnya akan

dihubungkan berdasarkan tiga jenis hubungan yaitu generalisasi, agregasi,

atau asosiasi sehingga menjadi sebuah skema yang disebut class diagram.

Dalam aktivitas behavior, definisi class dalam class diagram akan diperluas

dengan menambahkan deskripsi pola perilaku dan atribut dari masing-masing

class. Pola perilaku dari class terdiri dari tiga jenis, yaitu:

• Sequence

Merupakan event yang terjadi secara berurutan satu per satu.

• Selection

Merupakan pemilihan salah satu dari beberapa event yang terjadi.

• Iteration

Merupakan event yang terjadi berulang kali.

Page 47: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

71

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah statechart diagram yang menunjukkan

perubahan status dari masing-masing class yang dikarenakan oleh event

tertentu mulai dari initial state sampai dengan final state.

2. Analisis Application Domain

Menurut Mathiassen, et al (2000, p115) application-domain adalah

organisasi yang mengatur, memonitor atau mengendalikan problem-domain.

Analisis application-domain memfokuskan bagaimana target dalam sistem

akan digunakan dengan menentukan function dan interface sistem. Sama

seperti analisis problem domain, analisis application domain juga terdiri

dari beberapa aktivitas antara lain:

a. Menentukan penggunaan sistem dan bagaimana sistem berinteraksi

dengan user.

b. Menentukan fungsi dan kemampuan sistem dalam mengolah

informasi.

c. Menentukan kebutuhan interface sistem dan merancang interface.

Berikut ini merupakan gambaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada saat

melakukan analisis application domain dijelaskan menggunakan gambar 2.6.

Sumber: Mathiassen et al (2000, p117)

Page 48: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

72

Gambar 2.6 Aktivitas Analisis Application Domain

• Usage

Menurut Mathiassen, et al (2000, p119-120) kegiatan usage adalah

kegiatan pertama dalam analisis application-domain yang bertujuan

untuk menentukan bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna

atau sistem yang berinteraksi dengan sistem yang digunakan.

Interaksi antara aktor dengan sistem tersebut dinyatakan dalam use

case diagram.

Use case dapat dimulai oleh aktor. Hasil dari analisis kegiatan usage

ini adalah sebuah deskripsi lengkap dari semua use case dan aktor

yang ada yang digambarkan dalam tabel aktor atau use case diagram.

Cara untuk mengidentifikasi aktor adalah mengetahui alasan aktor

menggunakan sistem. Masing-masing aktor memiliki alasan yang

berbeda untuk menggunakan sistem. Cara lainnya yaitu dengan

melihat peran dari aktor seperti yang dinyatakan oleh use case dimana

aktor tersebut terlibat. Masing-masing aktor memiliki peran yang

berbeda-beda.

Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use

case, dimana use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan

dapat disertai dengan keterangan objek sistem yang terlibat dan

function dari use case tersebut atau dengan diagram statechart karena

use case adalah sebuah fenomena yang dinamik

• Function

Page 49: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

73

Menurut Mahiassen, et al (2000, p137-138). Function memfokuskan

pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam

melaksanakan pekerjaan mereka. Function memiliki empat tipe yang

berbeda, yaitu:

1. Update

Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan

menghasilkan perubahan status model.

2. Signal

Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan

menghasilkan reaksi di dalam context.

3. Read

Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.

4. Compute

Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi

dan berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun

oleh model. Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang

dilakukan.

Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan

sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah

daftar function-function yang merinci function-function yang

kompleks. Daftar function harus lengkap menyatakan secara

keseluruhan kebutuhan kolektif dari pelanggan dan aktor sehingga

harus konsisten dengan use case.

Page 50: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

74

Cara untuk mengidentifikasi function adalah dengan melihat deskripsi

problem domain yang dinyatakan dalam kelas dan event, dan melihat

deskripsi application domain yang dinyatakan dalam use case. Kelas

dapat menyebabkan munculnya kebutuhan terhadap function update,

sementara usecase dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe

function.

• User Interface

Menurut Mahiassen, et al (2000, p151-152). Interface

menghubungkan sistem dengan semua aktor yang berhubungan dalam

konteks. Ada dua jenis interface, yaitu: interface pengguna yang

menghubungkan pengguna dengan sistem dan interface sistem yang

menghubungkan sistem dengan sistem lainya.

Sebuah user interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan

pekerjaan dan pemahaman user terhadap sistem. Kualitas interface

pengguna ditentukan oleh kegunaan atau usability interface tersebut

bagi pengguna.Usability bergantung pada siapa yang menggunakan

dan situasi pada saat sistem tersebut digunakan. Oleh sebab itu,

usability bukan sebuah ukuran yang pasti dan objektif.

Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari

kegiatan analisis lainnya, seperti model problem domain, kebutuhan

functional dan use case. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah

deskripsi elemen-elemen interface pengguna dan interface sistem

yang lengkap, dimana kelengkapan menunjukan pemenuhan

kebutuhan pengguna. Hasil ini harus dilengkapi dengan sebuah

Page 51: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

75

diagram navigasi yang menyediakan sebuah ringkasan dari elemen-

elemen user interface dan perubahan antara elemen-elemen tersebut

(p159).

3. Architectural Design

Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas

pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses

sistem. Tujuannya adalah untuk menstrukturisasi sebuah sistem yang

terkomputerisasi.

Tahap architectural design terdiri dari tiga aktivitas yaitu criteria, component

architecture, dan process architecture seperti yang digambarkan pada

Gambar 2.7

Sumber: Mathiassen et al (2000, p176)

Gambar 2.7 Aktivitas Architectural Design

Criterion merupakan properti yang diinginkan dari sebuah arsitektur. Tabel

2.9 menunjukkan criterion yang telah ditentukan oleh para peneliti untuk

menentukan kualitas dari sebuah software.

Tabel 2.5 Criteria untuk Menentukan Kualitas Software

Sumber: Mathiassen (2000, p178)

Page 52: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

76

Criterion Ukuran

Usable Kemampuan sistem untuk beradaptasi dengan lingkup

organisasional dan teknikal

Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas

Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform

Correct Kesesuaian dengan kebutuhan

Reliable Fungsi yang dijalankan secara tepat

Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan

sistem

Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan

fungsinya

Flexible Biaya memodifikasi sistem

Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem

Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain

yang berkaitan

Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain

Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain

Mathiassen et al. (2000, pp179-182) menyebutkan bahwa kriteria usable,

flexible, dan comprehensible tergolong sebagai kriteria umum yang harus

dimiliki oleh sebuah sistem dan menentukan baik tidaknya suatu rancangan

sistem.

Page 53: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

77

Component architecture adalah struktur sistem dari komponen-komponen

yang berkaitan. Dalam aktivitas ini, perlu ditentukan pola arsitektural yang

paling sesuai dengan model sistem. Pola-pola arsitektural tersebut antara lain:

• Layered Architecture Pattern

• Generic Architecture Pattern

• Client-Server Architecture Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah component diagram yang merupakan

class diagram yang dilengkapi dengan spesifikasi komponen yang kompleks.

Process architecture adalah sebuah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari

proses-proses yang saling tergantung satu sama lain. Dalam aktivitas ini juga

perlu menentukan pola distribusi yang sesuai dengan model sistem. Pola-pola

distribusi yang ada antara lain:

• Centralized Pattern

• Distributed Pattern

• Decentralized Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang menunjukkan

processor dengan komponen program dan active objects.

4. Component Design

Menurut Mathiassen, et al. (2000, p231) Component design bertujuan untuk

menentukan implementasi kebutuhan di dalam kerangka kerja arsitektural.

Kegiatan component design bermula dari spesifikasi arsitektural dan

kebutuhan sistem. Hasilnya adalah deskripsi mengenai komponen-

Page 54: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

78

komponen yang saling berhubungan dengan sistem. Component design terdiri

dari tiga aktivitas, yaitu:

a. Model component

Menurut Mathiassen, et al (2000, p235) Model component adalah

bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem

domain. Konsep utama dalam desain komponen model adalah

struktur. Dalam aktivitas ini dihasilkan sebuah class diagram yang

telah direvisi.

b. Function component

Menurut Mathiassen, et al (2000, p251) komponen function adalah

bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional.

Tujuan dari function komponen adalah memberikan akses bagi usr

interface dan komponen sistem lainnya ke model.

c. Connecting component

Merupakan desain hubungan antar komponen untuk memperoleh

rancangan yang fleksibel dan mudah dimengerti. Hasilnya adalah

class diagram yang berhubungan dengan komponen-komponen

sistem. Gambar 2.8 berikut ini menggambarkan aktivitas-aktivitas

yang terdapat dalam component design.

Page 55: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

79

Sumber: Mathiassen (2000, p232)

Gambar 2.8 Aktivitas Component Design

2.12 Unified Modeling Language (UML)

2.12.1 Sejarah UML

Pada akhir tahun 80-an dan awal tahun 90-an, sudah banyak terdapat metode

pemodelan berorientasi objek yang digunakan pada industri-industri, diantaranya Booch

Method, Object Modeling Technique (OMT) yang diperkenalkan oleh James Rumbaugh,

dan Object-Oriented Software Engineering (OOSE) yang diperkenalkan oleh Ivar

Jacobson. Keberadaan berbagai metode tersebut justru menjadi masalah utama dalam

pengembangan sistem berorientasi objek, karena dengan banyaknya metode pemodelan

objek yang digunakan akan membatasi kemampuan untuk berbagi model antar proyek

dan antar tim pengembang. Hal tersebut disebabkan oleh berbedanya konsep masing-

masing metode pemodelan objek sehingga menghambat komunikasi antara anggota tim

dengan user yang berujung pada banyaknya kesalahan atau error pada proyek.

Dikarenakan masalah-masalah tersebut, maka diperlukanlah suatu standarisasi

penggunaan bahasa pemodelan.

Page 56: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

80

Pada tahun 1994, Grady Booch dan James Rumbaugh bekerja sama dan

menyatukan metode pengembangan berorientasi objek mereka dengan tujuan untuk

menciptakan sebuah sistem pengembangan berorientasi objek yang standar. Pada tahun

1995 Ivar Jacobson ikut bergabung dengan mereka dan ketiganya memusatkan perhatian

untuk menciptakan sebuah bahasa pemodelan objek yang standar, bukan lagi

berkonsentrasi pada metode atau pendekatan berorientasi objek. Berdasarkan pemikiran

ketiga tokoh tersebut, maka akhirnya pada tahun 1997 bahasa pemodelan objek standar

Unified Modeling Language (UML) versi 1.0 mulai diperkenalkan kepada masyarakat

luas.

UML bukan merupakan metode untuk mengembangkan sistem, melainkan

hanya berupa notasi yang kemudian pada saat ini diterima dengan luas sebagai bahasa

pemodelan objek yang standar. Object Management Group (OMG) mengadopsi UML

pada bulan November 1997 dan sejak saat itu terus mengembangkannya berdasarkan

pada kebutuhan dunia industri. Pada tahun 2004, telah diluncurkan UML versi 1.4 dan

pada saat itu juga OMG telah mulai merencanakan pengembangan UML versi 2.0.

2.12.2 Notasi UML

Notasi (Mathiassen et al, 2000, p237) adalah bahasa textual dan graphical yang

seragam untuk menggambarkan sebuah sistem dan konteksnya yang diformalisasikan

secara terpisah. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan komunikasi dan dokumentasi.

2.12.2.1 Class Diagram

Class Diagram menggambarkan struktur objek dari sistem. Class diagram

menunjukkan class objek yang membentuk sistem dan hubungan struktural diantara

class objek tersebut (Mathiassen et al., 2000, p336). Terdapat tiga jenis hubungan antar

Page 57: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

81

class yang biasa digunakan dalam class diagram (Whitten et al., 2004, p455-459).

Ketiga jenis hubungan tersebut antara lain:

1. Asosiasi

Asosiasi merupakan hubungan statis antar dua objek atau class. Hubungan ini

menggambarkan apa yang perlu diketahui oleh sebuah class mengenai class

lainnya. Hubungan ini memungkinkan sebuah objek atau class mereferensikan

objek atau class lain dan saling mengirimkan pesan.

Gambar 2.9 Contoh Hubungan Asosiasi

2. Generalisasi (atau Spesialisasi)

Dalam hubungan generalisasi, terdapat dua jenis class, yaitu class supertype

dan class subtype. Class supertype atau class induk memiliki atribut dan

behavior yang umum dari hirarki tersebut. Class subtype atau class anak

memiliki atribut dan behavior yang unik dan juga memiliki atribut dan

behavior milik class induknya. Class induk merupakan generalisasi dari class

anaknya, sedangkan class anak merupakan spesialisai dari class induknya.

Gambar 2.10 Contoh Hubungan Generalisasi

Page 58: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

82

3. Agregasi

Agregasi merupakan hubungan yang unik dimana sebuah objek merupakan

bagian dari objek lain. Hubungan agregasi tidak simetris dimana jika objek B

merupakan bagian dari objek A, namun objek A bukan merupakan bagian dari

objek B. Pada hubungan ini, objek yang menjadi bagian dari objek tertentu

tidak akan memiliki atribut atau behavior dari objek tersebut.

Gambar 2.11 Contoh Hubungan Agregasi

2.12.2.2 Statechart Diagram

Statechart Diagram digunakan untuk memodelkan perilaku secara dinamis dari

sebuah objek dalam sebuah class yang spesifik dan berisi state dan transition

(Mathiassen et al., 2000, p341). Statechart diagram mengilustrasikan siklus objek hidup

yaitu berbagai status yang dapat dimiliki objek dan event yang menyebabkan status

objek berubah menjadi status lain (Whitten et al., 2004, p700).

Statechart diagram dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut (Whitten et al.,

2004, p700):

1. Mengidentifikasi status awal dan status final.

2. Mengidentifikasi status objek selama masa hidup objek tersebut.

3. Mengidentifikasi event pemicu perubahan status objek.

4. Mengidentifikasi jalur perubahan status.

Page 59: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

83

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p425)

Gambar 2.12 Contoh Statechart Diagram

2.12.2.3 Use Case Diagram

Use case diagram mendeskripsikan secara grafis hubungan antara actors dan

use case (Mathiassen et al., 2000, p343). Penjelasan use case biasa ditambahkan untuk

menjelaskan langkah-langkah interaksi.

Page 60: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

84

Sumber: Whitten et al. (2004, p282)

Gambar 2.13 Contoh Use Case Diagram

2.12.2.4 Sequence Diagram

Bennet et al. (2006, p253) menyatakan bahwa sequence diagram menunjukkan

interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan waktu. Sequence diagram dapat

digambarkan dalam berbagai level of detail yang berbeda daur hidup pengembangan

sistem. Aplikasi sequence diagram yang paling umum adalah untuk menggambarkan

interaksi antar objek yang terjadi pada sebuah use case atau sebuah operation.

Bennet et al. (2006, pp253-254) menyatakan bahwa setiap sequence diagram

harus diberikan frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang

merupakan kependekan dari sequence diagram. Bennet et al. (2006, p270) juga

menyatakan bahwa terdapat beberapa notasi penulisan heading pada setiap frame yang

terdapat dalam sequence diagram, antara lain:

Page 61: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

85

a. alt

Notasi alt merupakan singkatan dari alternatives yang menyatakan bahwa

terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.

b. opt

Notasi opt merupakan singkatan dari optional dimana frame yang memiliki

heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu

dipenuhi.

c. loop

Notasi loop menyatakan bahwa operation yang dijalankan secara berulang

selama kondisi tertentu.

d. break

Notasi break mengindikasikan bahwa semua operation yang berada setelah

frame tersebut tidak dijalankan.

e. par

Merupakan singkatan dari parallel yang mengindikasikan bahwa operation

dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.

f. seq

Notasi seq merupakan singkatan dari weak sequencing yang berarti operation

yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan manapun.

g. strict

Notasi strict merupakan singkatan dari strict sequencing yang menyatakan

bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.

h. neg

Page 62: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

86

Notasi neg merupakan singkatan dari negative yang mendeskripsikan operasi

yang tidak valid.

i. critical

Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-operasi yang

terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong.

j. ignore

Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan

dapat diabaikan dalam interaksi.

k. consider

Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam interaksi.

l. assert

Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan yang valid.

m. ref

Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa frame

mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence

diagram tertentu.

Page 63: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

87

Campaign Manager :Client

getName()

listCampaigns()

:Campaign

getCampaignDetails()

:Advert

loop [for all client’s campaigns]

listAdverts()

getAdvertDetails()loop [for all campaign’s adverts]

addNewAdverts()

AdvertnewAd:Advert

Sumber: Bennet et al. (2006, p254)

Gambar 2.14 Contoh Sequence Diagram

2.12.2.5 Navigation Diagram

Navigation Diagram merupakan statechart diagram khusus yang berfokus

pada user interface (Mathiassen et al., 2000, p344)..

Sebuah window dapat digambarkan sebagai sebuah state. State ini memiliki nama dan

berisi gambar miniatur window. Transisi antar state dipicu oleh ditekannya sebuah

tombol yang menghubungkan dua window.

2.12.2.6 Component Diagram

Component Diagram merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk

menggambarkan arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan

Page 64: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

88

bagaimana coding pemrograman terbagi menjadi komponen-komponen dan juga

menunjukkan ketergantungan antar komponen tersebut (Whitten et al., 2004, p442).

Sebuah komponen digambarkan dalam UML sebagai sebuah kotak dengan dua kotak

kecil di sebelah kirinya. Ketergantungan antar dua komponen menunjukkan bagaimana

kedua komponen tersebut saling berkomunikasi.

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p201)

Gambar 2.15 Contoh Component Diagram

2.12.2.7 Deployment Diagram

Deployment Diagram, sama seperti component diagram, merupakan diagram

implementasi yang menggambarkan arsitektur fisik sistem. Perbedaannya, deployment

diagram tidak hanya menggambarkan arsitektur fisik software saja, melainkan software

dan hardware. Diagram ini menggambarkan komponen software, processor, dan

peralatan lain yang melengkapi arsitektur sistem (Whitten et al., 2004, p442). Menurut

Page 65: Bab 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-1-00485-TISI Bab 2.pdf · 2.4.3. Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian

89

Mathiassen et al. (2000, p340), deployment diagram menunjukkan konfigurasi sistem

dalam bentuk processor dan objek yang terhubung dengan processor tersebut.

Setiap kotak dalam deployment diagram menggambarkan sebuah node yang

menunjukkan sebuah hardware. Hardware dapat berupa PC, mainframe, printer, atau

bahkan sensor. Software yang terdapat di dalam node digambarkan dengan simbol

komponen. Garis yang menghubungkan node menunjukkan jalur komunikasi antar

device. Gambar 2.16 berikut ini menunjukkan sebuah contoh deployment diagram.

:Client

UserInterface

SystemInterface

Function

Model

:Server

SystemInterface

more clients

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217)

Gambar 2.16 Contoh Deployment Diagram