Upload
zaghi-itu-jafri-biga
View
32
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
komunitas keperawatan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajat kesehatan yang optimal
sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud Undang-Undang Dasar
1945.
Arah kebijakan pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran menuju
paradigma sehat. Paradigma sehat merupakan upaya kesehatan yang lebih mengutamakan
tindakan promotof, preventif dan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma sehat adalah suatu kebijakan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai
visi Indonesia sehat 2010, dimana diproyeksikan tentang keadaan masyarakat mayoritas
hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta berada pada derajat
kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan di
Indonesia, memiliki konstribusi yang nyata dalam pembangunan kesehatan terutama dalam
mendukung kebijakan pemerintah melalui paradigma sehat menuju visi Indonesia sehat
2010. Perawatan kesehatan masyarakat/komunitas merupakan perpaduan antara praktek
keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk menunjang dan
memulihkan kesehatan populasi. Kegiatan praktek ini dilakukan secara menyeluruh dan
tidak terbatas pada sekelompok umur dan diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara
berkelanjutan.
1
Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat, berbagai upaya
kesehatan telah diselengarakan. Salah satu bentuk upaya kesehatan tersebut adalah
pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan Rumah sakit sebagai tempat rujukan.
Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan untuk meningkatkan dukungan
masyarakat secara aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan mayarakat dan
mendorong kearah kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan dengan penuh
tanggung jawab.
Dalam rangka turut serta mendukung kebijakan pemerintah tentang kesehatan
tersebut maka Program Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin sebagai
salah satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab dalam rangka
mempersiapkan tenaga kesehatan/keperawatan yang berkualitas dimasa depan melalui
praktik keperawatan komunitas. Kegiatan ini merupakan Tri Darma Perguruan Tinggi
yaitu bidang pengabdian masyarakat.
Praktik keperawatan komunitas juga merupakan suatu bentuk pengembangan dari
praktik klinik keperawatan bagi mahaiswa yang diarahkan pada pengalaman nyata
penerapan Primary Health Care.
Dusun Moncobalang merupakan salah satu wilayah di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa menjadi tempat pelaksanaan praktek
keperawatan komunitas yang diharapkan menjadi salah satu daerah binaan dalam
penerapan proses keperawatan komunitas. Salah satu alasan dipilihnya Desa Moncobalang
sebagai lokasi praktek profesi keperawatan komunitas adalah karena desa ini dipersiapkan
untuk menjadi desa siaga, sehingga keberadaan mahasiswa dapat memberikan kontribusi
dalam membantu tercapainya tujuan tersebut.
Pada akhir praktek keperawatan komunitas diharapkan masyarakat lokasi binaan
mampu mandiri dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatannya. Hal ini sejalan
2
dengan arah pembangunan kesehatan masyarakat melalui Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang diharapkan mampu menanggulangi faktor risiko masalah
kesehatan setempat.
Disamping itu pula untuk melihat secara nyata pola perilaku kebiasaan hidup sehat
pada msyarakat setempat, dengan tujuan untuk merubah perilaku dan meningkatkan
pengetahuan tentang pola hidup sehat dari tidak tahu menjadi tahu,.dan juga memberikan
pengetahuan kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan-penyuluhan atau
mempraktikkan secara langsung bagaimana cara mengatasi penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan lingkungan yang tidak sehat dan penyakit infeksi yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat sendiri.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Menerapkan proses keperawatan komunitas dengan bekerja sama dengan
keluarga/kelompok/masyarakat dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan serta
mencegah timbulnya penyakit dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan.
Tujuan Khusus
Dalam program profesi kesehatan komunitas di harapkan mahasiswa mampu :
1. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan keluarga/kelompok/masyarakat
2. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga/kelompok/masyarakat
3. Menetapkan rencana asuhan keperawatan baik keluarga maupun komunitas dalam
rangka mengembangkan kemampuan klien/keluarga/kelompok dan komunitas
untuk mengatasi masalah kesehatannya.
4. Menetapkan prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan berdasarkan
kriteria tertentu
3
5. Melaksanakan rencana keperawatan melalui pendekatan pengorganisasian
masyarakat, penggunaan teknologi tepat guna, menggalang kerja sama lintas
sektoral dan program, melaksanakan aktifitas pendidikan kesehatan yang
berhubungan dengan kebutuhan dan masalah kesehatan.
6. Mengevaluasi tindakan keperawatan berdasarkan standa dan criteria yang
ditetapkan
7. Mencatat dan melaporkan data atau informasi yang tepat berbagai aktifitas asuhan
keperawatan pada keluarga, kelompok dan komunitas
C. Manfaat Penulisan
Laporan hasil praktik keperawatan komunitas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Pengembangan kemandirian masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah
kesehatan yang ditandai dengan terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat serta
memanfaatkan sarana kesehatan yang tersedia.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan konsep-
konsep keperawatan komunitas yang diperoleh pada perkuliahan untuk
memfasilitasi masyarakat dalam memecahkan berbagai masalah kesehatan.
3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi kesehatan
dan perawatan kesehatan anggota keluarganya.
4. Dapat membina hubungan yang baik antara institusi pendidikan
keperawatan, institusi pelayanan kesehatan serta masyarakat sebagai penerima
pelayanan kesehatan
5. Sebagai masukan bagi program studi ilmu keperawatan dalam upaya
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penerapan asuhan keperawatan
komunitas dan keluarga.
4
D. Metode Penulisan
1. Waktu dan tempat
Praktek profesi Keperawatan Komunitas ini dilaksanakan di Dusun Moncobalang
Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa yang dilaksanakan
selama 8 minggu mulai dari tanggal 27 Juni sampai dengan 17 Agustus 2007.
2. Metode Pengumpulan Data dan Pendekatan Pemecahan Masalah.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi
langsung, pemeriksaan fisik kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungannya
dengan berpedoman pada format pengkajian keperawatan keluarga dan komunitas
dan mempelajari berbagai sumber literatur dengan menggunakan pendekatan proses
asuhan keperawatan komunitas.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesehatan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa
dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya
sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan kesehatan
dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos
Pelayana Terpadu (Posyandu), warung obat desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes),
Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dll.
Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa
Poskesdes memiliki kegiatan :
1. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit
menular yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
factor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang
beresiko.
2. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB serta factor resikonya termasuk kurang gizi.
3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
4. Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya
6
5. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dll.
Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan
dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir.
Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yaitu
mengembangkan Polindes yang telah menjadi Poskesdes yaitu memanfaatkan
bangunan yang sudah ada misalnya balai warga atau RW, balai desa dll serta
membangun baru yaitu dengan pendanaan dari pemerintah pusat atau daerah, donatur,
dunia usaha, atau swadaya masyarakat.
Pengembangan posyandu yang bermula pada kesehatan, kemudian diperluas ke
berbagai aspek kehidupan dengan mengajak sektor terkait dan masyarakat, tidak
terkecuali dunia usaha masuk ke gerbang masyarakat. Sehingga terjadilah percepatan
pembangunan sarana masyarakat seperti air bersih, jamban keluarga, dll dengan
fasilitasi berbagai sektor, maka muncullah koperasi jamban, dan usaha produktif
lainnya sehingga menaikkan status ekonomi masyarakat desa.
Konsep gerbang masyarakat telah mengantarkan pengembangan desa-desa yang
semula bernuansa kesehatan sekarang menjadi desa-desa sejahtera dengan membangun
berbagai aspek kehidupan masyarat. Dengan menganut dan menjunjung tinggi nilai-
nilai:
a. Bepihak pada rakyat
b. Bertindak cepat dan tepat
c. Kerjasama tim
d. Integritas yang tinggi
e. Transparan dan akuntabel serta dengan memperhatikan situasi dan kondisi
spesifik daerah, maka peserta pertemuan sepakat bahwa pembangunan
7
kesehatan melalui 4 strategi utama secara konsisten dari pusat sampai
daerah, yaitu :
1. Menggerakkan dan memperdayakan masyarakat untuk hidup sehat
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
3. Meningkatkan tingkat surveilance, monitoring dan informasi kesehatan
4. meningkatkan pembiayaan kesehatan
Pelayanan Kesehatan Utama adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui
partisipasi mereka sepenuhnya tentu dengan biaya yang dapat dijangkau oleh
masyarakat untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat
hidup mandiri dan menentukan nasib pribadi (Nasrul Effendy, Perkesmas, 1997).
Fungsi dari Pelayanan Kesehatan Utama adalah pemeliharaan kesehatan,
pemecahan diagnosa penyakit dan pengobatan, pelayanan tindak lanjut dan pemberian
sertifikat. Adapun tanggung jawab perawat dalam PKU adalah :
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi
pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik asuhan diri sendiri pada
masyarakat.
4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat.
5. Koordinasi kegiatan kebijakan tentang kesehatan masyarakat.
8
Sasaran PKU adalah individu, keluarga/kelompok dan masyarakat dengan
fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Jadi keluarga atau kelompok
masyarakat ditingkatkan untuk menciptakan derajat kesehatan yang optimal.
Strategi PKU adalah memotivasi masyarakat agar dapat merawat dan mengatur
diri sendiri dalam memelihara kesehatan. Ada delapan unsur utama PKU yaitu
peningkatan pengetahuan untuk mengatasi dan mencegah masalah kesehatan,
peningkatan gizi masyarakat, kesehatan ibu dan anak termasuk KB, penyediaan air
yang mempunyai syarat kesehatan sanitasi yang baik, imunisasi, tindakan preventif dan
kontrol terhadap penyakit endemik lokal, tindakan yang tepat terhadap penyakit yang
terjadi dan penggunaan obat tradisional dalam masyarakat.
Prinsip dalam pelaksanaan PKU berorientasi pada distribusi pelayanan
kesehatan yang merata. Melibatkan masyarakat, menggunakan teknologi tepat guna
(menggunakan sarana atau fasilitas yang ada di dalam masyarakat itu sendiri), berfokus
pada pencegahan dan pendekatan multi sektoral. Kegiatan dalam PKU meliputi :
penyuluhan kesehatan terhadap masalah kesehatan yang pokok, cara penanggulangan
dan pencegahan serta pengobatannya, imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak(KIA), KB,
perbaikan gizi, pencegahan penyakit menular, pengadaan obat esensial, sanitasi dan
pengadaan air bersih.
Hubungan konsep PKU dan komunitas adalah untuk melaksanakan kesehatan
masyarakat, mengatur jenjang tingkat pelayanan kesehatan menjadi tingkat rumah
tangga (individu dan keluarga), tingkat masyrakat (pimpinan atau tokoh), tingkat
rujukan pertama (Rumah Sakit tipe A dan B), serta menyelenggarakan kerja sama
lintas sektoral dan lintas program yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta
masyarakat diperlukan dalam hal kesehatan perorangan. Komunitas sebagai subjek
sekaligus objek dalam PKU diharapkan mampu mengenal, mengambil keputusan
9
dalam menjaga kesehatannya. Sebagai akhir tujuan PKU diharapkan masyarakat
mampu secara mandiri menjaga dan melayani status kesehatan komunitas dimana dia
tinggal.
B. Konsep Keperawatan Komunitas
Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau teori
keperawatan dan teori yang terkait dengan kesehatan masyarakat, diantaranya ;
menurut Chang (1982) perawatan komunitas adalah menyeluruh, mampu berfungsi
sebagai tim dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, mampu
berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan
pada masyarakat tersebut.
Sedangkan Ruth B Freeman (1981) mendefinisikan perawatan komunitas
adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang
ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik sendiri
sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau
masyarakat, pelayanan ini tercakup dalam spektrum pelayanan kesehatan untuk
masyarakat.
Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama
yang ditujukan pada masyarakat, praktiknya memerlukan acuan atau landasan teoritis
untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Banyak
konseptual model keperawatan dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah
konsep model dari Betty Neuman (1972), yang menekankan pada pendekatan sistem
untuk mengatasi masalah kesehatan.
Model teori Neuman didasari oleh teori sistem dimana terdiri dari individu,
keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan terget pelayanan kesehatan.
Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas
10
dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkatan pencegahan,
yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan
ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup kegiatan
mengidentifikasikan faktor resiko terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatn
promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup
peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyrakat dan ditemukannya masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini, intervensi yang tepat,
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit.
3. Pencegahan Tersier
Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan
setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan
pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga
mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka
yang mempunyai lima variabel yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya
dalam komunitas yaitu biologis, psikologis, sosio kultural, perkembangan dan spiritual.
Sumber energi infra struktur dikelilingi oleh tiga lapisan sistem pertahanan stressor
yaitu garis resisten, garis pertahanan normal, garis pertahanan fleksibel. Ketiga lapisan
11
pertahanan tersebut bertujuan untuk melindungi infra struktur atau sumber energi dari
stressor yang dapat mempengaruhi komunitas.
Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah semua orang yang
membentuk masyarakat (Anderson, 1988). Secara lebih rinci sasaran ini terdiri dari
tiga tingkat yaitu individu, keluarga dan komunitas.
1. Tingkat Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan (ketidakmampuan dalam merawat
dirinya sendiri) karena sesuatu hal dan sebab, maka akan mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental dan sosial.
Dalam praktek keperawatan komunitas, perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misal : TBC, ibu
hamil, dan lain-lain) dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah dan
pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang bermasalah
kesehatan yang dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan keluarga berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Menciptakan lingkungan yang sehat.
e. Memanfaatkan sumber daya dalam keluarga untuk meningkatkan kesehatan
keluarga..
12
3. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat dari
sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok
berisiko atau masyarakt wilayah binaan. Pada tingkat komunitas asuhan
keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien.
C. Asuhan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi (keluarga dengan resiko tinggi, daerah
tertinggal, miskin dan tidak terjangkau) dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak
mengabaikan care (perawatan) dan rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan dapat
terjangkau oleh masyarakat dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam pemberian
pelayanan keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat dan
pelayanan yang diberikan sifatnya berkelanjutan dengan menggunakan proses
keperawatan dengan sifat asuhan yang menyuluruh dan umum. Pendekatan yang
digunakan dalam keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga binaan,
kelompok kerja kesehatan. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah
melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan
pemerintah.
Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat menanggulangi
masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan dilakukan secara berkesinambungan atau yang
berkelanjutan dan menggunakan metode proses keperawatan komunitas yang dilakukan
melalui lima tahap, sebagai berikut :
13
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc. Forlane (1985) yaitu terdiri dari
inti komunitas yang meliputi demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, riwayat
individu termasuk kesehatan, faktor-faktor lingkungan adalah lingkungan fisik,
pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintah, pelayanan
kesehatan dan social, komunitas dan rekreasi.
Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung, penggunaan data statistik,
angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah.
2. Analisa data dan diagnosa keperawatan
Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisa untuk
mengetahui stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat yang muncul
dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan masalah dan diagnosa
keperawatan menurut Mueke (1987), yang terdiri dari :
a. Masalah sehat - sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3. Perencanaan
Strategi intervensi keperawatan komunitas mencakup tiga aspek, yaitu primer,
sekunder dan tersier, melalui pendidikan kesehatan dan kerjasama (partnership).
Untuk meningkatkan kerjasama dan proses kelompok serta mendorong peran serta
masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan, yang dihadapi yang akhirnya
untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian
komunitas yang dirancang untuk membuat perubahan. Menurut Rhotman (1986),
ada tiga model pendekatan pengorganisasian komunitas yaitu pendekatan
perencanaan sosial (social planning), pendekatan social action, namun yang
14
dominan adalah dengan pendekatan locality development yang berarti
mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang
dimiliki, serta mampu mengurangi hambatan yang ada.
Pendekatan pengembangan masyarakat (locality development) dirancang untuk
menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat dengan partisipasi
aktif masyarakat dan penuh percaya diri dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi, dan memotivasi mereka untuk partisipasi aktif dalam memecahkan
masalah kesehatannya sendiri.
4. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunikasi berfokus pada tiga tingkat
pencegahan (Anderson dan Mc. Forlane, 1985).
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, dilakukan sebelum terjadi sakit.
Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan dan perlindungan khusus
terhadap penyakit.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat
proses penyakit atau kelainan, sehingga memperpendek masa sakit dan tingkat
keparahan.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan ini dimulai pada saat cacat atau tidak dapat diperbaiki lagi
(ireversibel). Kegiatan rehabilitasi selain bertujuan menghambat proses
penyakit juga mengembalikan individu ke fungsi yang optimal, intervensi atau
tindakan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dengan cara :
15
1) Aktifitas atau kegiatan program
2) Pembentukkan Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap program
kesehatan yang telah dilaksanakan meliputi masukan (input), pelaksanaan
(process), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan
keperawatan komunitas adalah :
a. Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses apakah sesuai dengan
perencanaan, bagaimana dengan peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas
dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan penggunaannya
d. Efektifitas kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas.
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan
intervensi
Untuk mengimplementasikan konsep keperawatan komunitas yang telah dipelajari,
maka mahasiswa melakukan praktek keperawatan di Dusun Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Laporan kegiatan praktek mahasiswa
akan dilaporkan secara rinci pada bab berikut.
16
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Dusun
Moncobalang maka mahasiswa berusaha untuk menerapkan konsep-konsep
keperawatan komunitas yang ada.
Kegiatan praktik keperawatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa di awali
dengan Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan Dusun Moncobalang yang
anggotanya terdiri dari kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, karang taruna
Dusun Moncobalang. Selain kegiatan komunitas, mahasiswa juga memberikan Asuhan
Keperawatan Keluarga dan Gerontik. Keluarga yang menjadi sasaran untuk dibina
khususnya adalah keluarga dengan risiko kesehatan.
Adaptasi kegiatan-kegiatan kelompok kerja kesehatan yang dilaporkan
meliputi tahap-tahap persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi persiapan
kemasyarakatan dan persiapan tekhnis sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari
pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut.
1. Persiapan
a. Persiapan Kemasyarakatan
Pada tahap ini, mula-mula kelompok melakukan kegiatan pengidentifikasian
tokoh masyarakat ,tokoh agama, kader kesehatan, karang taruna dan organisasi
kemasyarakatan yang dilaksanakan pada tanggal 28 sampai 6 Juni 2007. Setelah
mengidentifikasi tokoh masyarakat, maka dilakukan pendekatan membina hubungan
saling percaya dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan Praktek
17
Kuliah Kerja Lapangan Profesi di Dusun Moncobalang khususnya dan Desa
Moncobalang pada umumnya.
Selanjutnya mahasiswa mengadakan pertemuan dengan kepala Dusun untuk
rencana pertemuan dengan masyarakat setempat, tokoh agama, kader kesehatan
tentang rencana pertemuan pertama dan pertemuan selanjutnya dari kegiatan KKLP
mahasiswa tersebut.
Tanggal 29 Juni 2007 pada saat diadakan pertemuan pertama ( I ) tersebut,
dimulai dengan pembukaan dan sekaligus perkenalan dengan masyarakat, tujuan dan
maksud keberadaan mahasiswa di Dusun Moncobalang dijelaskan. Kemudian
dilakukan curah pendapat tentang seputar masalah kesehatan yang terjadi di Dusun
Moncobalang pada saat ini. Pertemuan diakhiri dengan di tentukannya rencana
pembentukan Pokjakes Tingkat Dusun Moncobalang.
Setelah dilakukan pertemuan pertama MMD I ( Musyawarah Masysrakat
Desa satu ), kelompok mulai melakukan pengumpulan data melalui kunjungan
rumah, koordinasi ke Puskesmas. Pengumpulan data dan tabulasi ini dilaksanakan
mulai dari tanggal 2 s.d 7 Juli 2007.
Kemudian pada tanggal 11 Juli 2007 bertempat di gedung pertemuan Desa
Moncobalang dilaksanakan MMD II. Topik utama rembuk dengan masyarakat adalah
penyajian masalah kesehatan yang ditemukan selama pengumpulan data. Metode
yang digunakan dalam pertemuan ini adalah curah pendapat yang bertujuan untuk
mengklarifikasi masalah yang ditemukan mahasiswa dengan masalah yang dirasakan
oleh masyarakat, bersama-sama menentukan prioritas masalah dan mengidentifikasi
bersama alternativ pemecahan masalah ( Plan of Action ).Dari hasil rembug dengan
masyarakat disepakati prioritas masalah kesehatan masyarakat Dusun Moncobalang
adalah : 1) Resiko terjadinya penyakit infeksi ( ISPA, Demam, Diare, DHF, Flu
18
Burung) berhubungan dengan kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat; 2)
Resiko terjadinya peningkatan kesakitan pada bayi dan balita berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang imunisasi dasar bagi bayi/baliata; 3)
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu hamil ditandai dengan
masih adanya ibu –ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya semasa hamil
atau tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan setempat; 4) Resiko meningkatnya
morbiditas lansia berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya pemeliharaan kesehatan lansia. Selanjutnya dilakukan kontrak
pelaksanaan kegiatan yang mencakup jenis kegiatan, waktu, tempat, metode,
penanggung jawab kegiatan dengan prinsip melibatkan peran aktif dari masyarakat.
5) Resiko terjadinya kenakalan remaja (pemakai obat-obatan/Narkoba berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang bahaya yang diakibatkan oleh NAPZA
khususnya HIV/AIDS. Kurangnya kesadaran para pemuda desa untuk memanfaakan
waktu luangnya untuk kegiatan positif
Untuk alternatif penyelesaian masalah yang dilaksanakan adalah :
1. Penyuluhan kesehatan lingkungan yang meliputi syarat rumah sehat dan
pemanfaatan pekarangan rumah sekaligus membuat percontohan Tanaman Obat
Keluarga ( TOGA )
2. Penyuluhan kesehatan Ibu dan Anak yang meliputi : imunisasi, manfaat asi, gizi
bayi/balita, dan penyakit yang biasa dialami bayi/balita( Diare ). Serta
penyuluhan pada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil tentang pentingnya ANC
(Antenatal Care)
3. Pelaksanaan penyegaran kader kesehatan
19
4. Peningkatan kesehatan usila meliputi: penjaringan kesehatan usila,
pendidikan/penyuluhan kesehatan lansia pada masyarakat, olaraga lansia serta
pembentukan Posyandu Lansia.
5. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan remaja meliputi : penyuluhan HIV/AIDS,
NAPZA
6. Kegiatan Aksi Donor Darah kerja sama dengan organisasi pemuda Solariditas
Insan Kreatif (SIDAK)
7. Penjaringan anak sekolah dirangkaikan dengan penyuluhan PHBS dan pelatihan
dokter kecil
b. Persiapan Tekhnis
Dalam menentukan masalah kesehatan yang ada di Dusun Bontojai, maka
Mahasiswa melaksanakan pengumpulan data melalui angket ( lampiran ) dengan
melakukan wawancara langsung kepada setiap Kepala Keluarga dalam hal ini yang
bertanggung jawab adalah Mahasiswa KKLP bersama. Kegiatan ini dilaksanakan
selama 4 hari 2 s.d 5 Juli 2007. Untuk meningkatkan validitas data melibatkan
sejak awal sumber daya yang dimiliki masyarakat dalam kegiatan, maka
pengumpulan data dilakukan bersama-sama dengan elemen masyarakat diantaranya
kader posyandu dan tokoh masyarakat serta tokoh pemuda Dusun Moncobalang
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini terdiri atas pengkajian,perencanaan, implementasi,evaluasi
dan tindak lanjut.
a. Pengkajian
1. Pengumpulan data
20
Untuk mendapatkan informasi tentang kondisi yang mempengaruhi kesehatan
di Moncobalang, maka diperlukan data yang didapatkan melalui pengkajian,
yang terdiri dari kegiatan :
a. Data demografi
Secara geografis Dusun Moncobalang merupakan daerah persawahan.
Sehingga mayoritas bermata pencaharian petani, khususnya sekarang mrnjelang
panen padi. Kelompok petani di Dusun Moncobalang memiliki karakteristik
dari aspek penggunaan waktu bersama keluarga, mereka biasanya turun ke
sawah pada pagi hari sekitar jam 07.00 dan pulang ke rumah sekitar pukul
14.00. Aktivitas yang dilakukan saat dirumah digunakan untuk istirahat. Hal ini
menempatkan ibu-ibu rumah tangga memiliki peran dan fungsi penting dalam
melakukan perawatan kesehatan anggota keluarga dan lingkungan rumah.
Faktor-faktor ini menempatkan ibu-ibu menjadi sasaran utama untuk
melaksakan program kegiatan khususnya gerakan perilaku hidup bersih dan
sehat ( PHBS ).
Dusun Moncobalang termasuk dalam wilayah Desa Moncobalang, yang
terdiri dari 4 RW yaitu: RW I: kampung pasar, RW II:Moncobalang I, RW III:
Moncobalang II, RW IV: Ballapangka. Batas wilayah dijadikan target
pengkajian, sebelah utara berbatasan dengan Dusun Karangpuang kecamatan
Barombong, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Tompobalang kecamatan
Barombong, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Biringngalla kecamatan
Barombong dan sebelah barat berbatasan dengan Takalar kabupaten Gowa.
Fasilitas kesehatan yang dimiliki Dusun Moncobalang adalah Puskesmas yang
21
berada dalam pusat Dusun sehingga sangat mudah dijangkau oleh masyarakat,
posyandu utama ada dua yakni di Moncobalang I dan Moncobalang II dan
terdapat juga posyandu pembantu yang berada di kampung pasar dan
Ballapangka. Posyandu dilakasanakan tiap bulan di masing-masing tempat.
Kader posyandu seharusnya ada 8 orang dimana 2 orang di tiap-tiap tempat
tapi yang masih aktif ada 4 orang ( satu orang di masing- masing posyandu ).
Fasilitas posyandu lansia belum ada di Dusun Moncobalang ini tapi sementara
di rintis untuk pembentukan.
Berdasarkan hasil pendataan kesehatan yang dilakukan oleh mahasiswa
Praktek Propesi Keperawatan Komunitas ( PSIK FK- UNHAS ) selama satu
minggu mulai dari tanggal 2 – 7 Juli 2007 melalui kunjungan langsung ke
setiap rumah.
Adapun tabel-tabel tersebut terdiri dari 27 tabel yaitu :
Tabel 1Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Moncobalang
Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
NO Kriteria
Laki-
laki %
Perempua
n % Jumlah %
1 Bayi (1 - < 1 thn) 13 2,1% 16 2,4% 29 2,3
2 Balita (1 - < 5 thn) 46 7,5% 46 7,0% 92 7,2
3 Anak (5 - < 13 thn) 88
14,3
% 78 11,8% 166 13,0
4
Remaja (13 - < 21
thn) 108
17,5
% 127 19,2% 235 18,4%
5
Dewasa (21 - < 55
thn) 294
47,7
% 321 48,6% 615 48,2
22
6 Lansia (55-59) 21 3,5% 25 3,8% 46 3,6
7 Lansia (60-69) 32 5,2% 33 5,0% 65 5,1
8 Lansia (>70) 14 2,3% 15 2,3% 29 2,3
Jumlah 616 100 616 100 1277 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi:
Dari 1277 Jiwa Penduduk Dusun Moncobalang, yang menduduki urutan Pertama
adalah umur antara 21-< 55 tahun sebanyak 615 jiwa ( 48,2 % ) yang merupakan
usia produktif sedangkan yang jumlahnya paling sedikit umur antara 1- < 1 tahun
sebanyak 29 jiwa ( 2,3% ) dan Umur > 70 tahun keatas sebanyak 29 jiwa ( 2,3% )
Tabel 2Distribusi Penduduk berdasarkan Penganut Agama di Dusun Moncobalang
Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten GowaNO Pendidikan Jumlah %
1 Islam 1277 100
2 Katolik 0 0
3 Protestan 0 0
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
Jumlah 1277 100
Sumber : data primer Juli 200
Interpretasi:
Semua penduduk Dusun Moncobalang menganut Agama Islam sebanyak 1277
jiwa ( 100% ), sehingga pelaksanaan kegiatan banyak dilakukan di Mesjid
23
Tabel 3Distribusi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan di Dusun Moncobalang
Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten GowaNO Pendidikan Jumlah %
1 Belum Sekolah 145 11,4
2 TK 24 1,9
3 SD 533 41,7
4 SMP 277 17,8
5 SMA 221 17,3
6 Diploma/Sarjana 57 4,5
7 Tidak Sekolah 70 5,5
Jumlah 635 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi:
Menunjukkan distribusi penduduk Dusun Moncobalang berdasarkan tingkat pendidikan
dari 1277 jiwa penduduk yang belum sekolah 145 jiwa ( 11,4% ), TK 24 jiwa ( 1,9% ),
SMP 227 jiwa ( 17,8% ), SMA 221 jiwa (17,3%), Diploma/sarjana 57 jiwa ( (4,5%)
dan yang tidak sekolah 70 jiwa ( 5,5% ) dimana kategori yang tidak sekolah ini
di dalamnya terdapat umur sekolah yang tidak sekolah dan lansia
24
Tabel 4Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan di Dusun Moncobalang
Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten GowaNO Pekerjaan Jumlah %
1 PNS 39 3,1
2 TNI/POLRI 3 0,2
3 Pensiunan 8 0,6
4 Wiraswasta/pedagang 100 7,8
5 Karyawan swasta 39 3,1
6 Nelayan 3 0,2
7 Tukang batu 85 6,7
8 Petani/peternak 111 8,7
9 IRT 273 21,4
10 Pelajar/mahasiswa 130 20,6
11 Tukang ojek 7 0,5
12 Tidak bekerja 130 10,2
13 Belum bekerja 216 16,5
Jumlah 1277 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Rata -rata tingkat pekerjaan masyarakat di Dusun Moncobalang adalah petani
sebanyak 111 jiwa ( 8,7 % ), dan yang tidak bekerja sebanyak 130 jiwa
( 10,2% ) dimana didalamnya usia produktif yang tidak sekolah dan lansia
25
sedangkan yang belum bekerja sebanyak 216 jiwa ( 16,5 % ) didalamnya termasuk
bayi/balita usia sekolah yang tidak sekolah
Tabel 5Distribusi Penduduk berdasarkan Penghasilan Rata-rata Keluarga
Setiap Bulan di Dusun MoncobalanDesa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
NO Tipe Rumah Jumlah %
1 < 200.000 23 7,1
2 200.000 – 300.000 79 24,3
3 300.000 – 500.000 90 27,7
4 > 500.000 133 40,9
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan rata-rata jumlah penghasilan kepala keluarga setiap
bulan di Dusun Moncobalang sebesar > Rp 500.000 yaitu 133 ( 40,9%), yang
berpenghasilan Rp 300.000 – Rp 500.000 sebanyak 90 ( 27,7%) dan 23 kepala keluarga
yang berpenghasilan < 200.000. Jumlah penghasilan tidak menetap tergantung dai cuaca
dan musim.Dengan melihat presentasi keadaan ekonomi penduduk Dusun Moncobalang di
atas rata-rata
b. Data Lingkungan Fisik
1. Perumahan
Tabel 6Distribusi Keluarga berdasarkan Kepemilikan Rumah di Dusun Moncobalang
Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten GowaNO Kepemilikan Rumah Jumlah %
1 Milik Pribadi 294 90,5
2 Menumpang 31 9,5
26
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 325 kepala kelurga di Dusun Moncobalang
yang mempunyai rumah sendiri sebanyak 294 kepala keluarga( 90,5) dan yang
menumpang 31 kepala keluarga ( 9,5%).Hal ini menunjukkan jumlah
kepemilikan rumah diDusun Moncobalang tinggi.
Tabel 7Distribusi Keluarga berdasarkan Jenis Rumah di Dusun Moncobalang
Desa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Tipe Rumah Jumlah %
1 Permanen 209 64,3
2 Semi permanen 66 20,3
3 Rumah panggung/Kayu 44 13,5
4 Lain-lain 6 1,8
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Rata-rata tipe rumah di Dusun Moncobalang adalah permanen 209 (64,3%), semi
permanen 66 (20,3%), panggung/kayu 44 ( 13,5% ), dan lain-lain 6 ( 1,8%) yang termasuk
didalamnya rumah yang memilki dinding seng.
Tabel 8Distribusi Keluarga berdasarkan Keberadaan Ventilasi di Dusun Moncobalang
Desa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Ventilasi Jumlah %
1 Ada 303 93,2
2 Tidak 22 6,8
27
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 7. menunjukkan rata-rata rumah penduduk Dusun Dusun Moncobalang memiliki
ventilasi yaitu sebanyak 303 rumah (93,2%) dan yang tidak memiliki ventilasi sebanyak 22
rumah ( 6,8%). Hal ini hal ini menandakan masih adanya warga yang belum mengerti
tentang syarat rumah sehat khususnya masalah ventilasi.
Tabel 9Distribusi Keluarga berdasarkan Kebersihan Rumah di Dusun Moncobalang
Desa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Kebersihan Rumah Jumlah %
1 Bersih 307 94,5
2 Tidak Bersih 18 5,5
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi:
Tabel 9. Menunjukkan kepedulian setiap keluarga akan kebersihan rumah cukup tinggi
dibuktikan dari 325 kepala kelurga yang memiliki rumah bersih 307 ( 94,5%) dan yang
tidak bersih 18 kepala keluarga (5,5%)
Tabel 10Distribusi Keluarga berdasarkan Kebersihan Halaman Rumah di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan Barombong
NO KebersihanHalaman Jumlah %
1 Bersih 296 91,1
2 Tidak Bersih 29 8,9
Jumlah 325 100
28
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 10. didapatkan kebersihan halaman setiap rumah 307 (94,5%) dan yang
tidak bersih 18 (5,5%)
Tabel 11Distribusi Keluarga berdasarkan Pemanfaatan Halaman
di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO KebersihanHalaman Jumlah %
1 Tidak dimanfatkan 181 55,7
2 Perkebunan 108 33,2
3 Kandang ternak 18 5,5
4 Taman 18 5,5
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 200
Interpretasi :
Tabel 11.Menunjukkan pemanfaatan halaman rumah di Dusun Moncobalang untuk
perkebunan 108 ( 33,2%), kandang ternak 18 (5,5%), taman 18 ( 5,5%) dan yang tidak
dimanfaatkan 181 ( 55,7%).Hal ini menunjukkan pengetahuan tingkat pengetahuan
keluarga tentang pemanfaatan halaman rumah khususnya Taman Obat Keluarga ( TOGA)
masih rendah.
Tabel 12Distribusi Vektor Yang Membahayakan Kesehatan
di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Vektor Jumlah %
1 Lalat 65 11,95
2 Nyamuk 317 58,3
3 Kecoa 28 5,1
4 Anjing 7 1,3
5 Burung 8 1,5
29
6 Kucing 41 7,5
7 Ayam 78 14,3
Jumlah 544 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Vektor terbanyak adalah nyamuk sebanyak 317 ( 58,3 %), ayam 78 ( 14,3%) dan lalat 65
( 11,95%). Hal ini menunjukkan resiko terjadinya penyakit tinggi.
2). Sumber Air Bersih
Tabel 13Distribusi Keluarga Bedasarkan Sumber Air Minum
di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Sumber air minum Jumlah %
1 Sumur Pompa 289 88,9
2 Sumur Gali 36 11,1
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 13. Menunjukkan rata-rata kepala keluarga menggunakan sumur pompa 289 (88,9%)
dan yang menggunakan sumur gali 36 ( 11,1%)
Tabel 14Distribusi Keluarga Bedasarkan Pengolahan Air Minum
di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Pengolahan air minum Jumlah %
1 Masak 301 92,6%
2 Tidak dimasak 24 7,4%
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
30
Tabel 14 menunjukkanbahwa keluarga yang pengolahan air minumnya di masak adalah
301(92,6%) dan yang tidak di masak 24(7,4%).
Tabel 15Distribusi Rumah Bedasarkan Jarak Sumber Air Minum
di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Jarak sumber Air Minum Jumlah %
1 Kurang 10 meter 66 20,3%
2 Lebih 10 meter 259 79,7
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 15. Menunjukkan 20,3% atau sekitar 66 rumah yang memiliki jarak sumber air
minum dengan aliran bak penampungan tinja ( Septitenk) kurang dari 10 meter. Sedangkan
rumah yang memiliki jarak sumber air minum lebih dari 10 meter 259 ( 79,7%).
Tabel 16Distribusi Keluarga berdasarkan Keadaan Fisik Air Minum
di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO KebersihanHalaman Jumlah %
1 Jernih 318 97,84
2 Keruh 7 2,15
3 Berbau 0 0
4 Berasa 0 0
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
31
Berdasarkan distribusi keadaan fisik air minum keluarga di Dusun Moncobalang
didapatkan 318 rumah (97,84%) adalah jernih dan 7 rumah (2,15%) dengan keadaan fisik
yang tidak memenuhi standar kesehatan
Tabel 17Distrubusi keluarga berdasarkan ada tidaknya jentik nyamuk di Dusun Moncobalang Desa
Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Jentik Nyamuk Jumlah %
1 Ada 18 5,5%
2 Tidak Ada 307 94,5%
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 15 menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai tempat penampungan tidak
terdapat jentik nyamuk sebanyak 307(94,5%) dan rumah yang terdapat jentik 18 (5,5%).
Tabel 18Distribusi Keluarga Berdasarkan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Dusun
Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Tempat Pembuangan Jumlah %
1 Dikumpul & Dibakar 300 92,3
2 Disungai/kanal 2 0,6
3 Sembarangan 17 5,2
5 Diselokan 4 1,2
6 Ditimbun 2 0,6
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
32
Interpretasi :
Tempat pembuangan akhir sampah masyarakat Dusun moncobalang yaitu dengan
dikumpul dan dibakar sebanyak 300 keluarga ( 92,3 % ),keluarga yang membuang sampah
disungai sebanyak 2 keluarga (0,6%), keluarga yang membuang sampah di sembarang
tempat yaitu 17 (5,2%),yang diselokan sebanyak 4 (1,2%) dan yang ditimbun sebanyak 2
(0,6%).
Tabel 19Distribusi keluarga berdasarkan ada tidaknya jamban di Dusun Moncobalang Desa
Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Jamban Jumlah %
1 Ada 296 91,1
2 Tidak Ada 29 8,9
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 17. Menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai jamban sebanyak 296 (91,1%)
dan yang tidak memiliki jamban 29 ( 8,9%)
Tabel 20Distribusi keluarga berdasarkan Kepemilikan jamban di Dusun Moncobalang Desa
Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Kepemilikan Jamban Jumlah %
1 Milik sendiri 248 83,8
2 Milik bersama 24 8,1
3 Menumpang 24 8,1
Jumlah 296 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
33
Tabei 18. Menunjukkan dari 325 kepala keluarga yang mempunyai jamban sendiri
sebanyak 248 ( 83,8% ) dan yang milik bersama dan menumpang masing-masing 24
kepala keluarga ( 8,1%).
Tabel 21Distribusi keluarga berdasarkan Jenis Jamban di Dusun Moncobalang
Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Jenis Jamban Jumlah %
1 Leher Angsa 264 89,2
2 Cemplung 32 10,8
Jumlah 296 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 19. Diperoleh dari 296 jamban keluarga yang memiliki Janis jamban leher angsa
sebanyak 264 ( 89,2% ) keluarga dan Janis jamban cemplung 32 ( 10,8%) keluarga.
Tabel 22Distribusi keluarga berdasarkan Tempat Pembuangan Air Limbahdi Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab Gowa
NO Pembuangan Jumlah %
1 Selokan 292 89,8
2 Sawah 8 2,5
3 Sembarang tempat 20 6,2
4 Aliran bak penampungan 7 1,5
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
34
Interpretasi
Dari tabel 21.Sebagian besar keluarga Dusun Moncobalang membuang air limbah di
selokan 292 (89,8%), yang disawah 8 (2,5%), yang sembarangan tempat dan bak
penampungan 20 (6,2%) dan 7 (1,5%). Angka ini cukup berarti karena dapat mengganggu
kesehatan terutama oleh bau yang ditimbulkan dan dapat menjadi media untuk
perkembangbiakan kuman.
c. Kondisi Kesehatan Umum
1. Pelayanan Kesehatan
Tabel 23Distribusi keluarga berdasarkan Sumber informasi Kesehatan
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Pembuangan Jumlah %
1 Radio 114 36,2
2 TV 152 48,3
3 Koran 1 0,3
4 Papan RW 1 0,3
5 Penyuluhan puskesmas 47 3,7
Jumlah 315 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 22. Menunjukkan rata-rata masyarakat di Dusun Moncobalang memperoleh
informasi dari radio 114 (36,2%), TV 152 ( 48,3%), koran 1 ( 0,3%), papan pengumuman
1 ( 0,3%), dan dari penyuluhan puskesmas 47 ( 3,7%)
.
Tabel 24Distribusi keluarga berdasarkan Tempat Pemeriksaan Kesehatan
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Tempat pemeriksaan Jumlah %
35
1 Puskesmas 313 96,3
2 Rumah sakit 4 1,2
3 Dokter praktek 1 0,3
4 Dukun 3 0,9
5 Perawat 4 1,2
Jumlah 325 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi
Tabel 23. Menunjukkan tempat pemeriksaan kesehatan di Dusun Moncobalang banyak
dilakukan di puskesmas 313 ( 96,3%), rumah sakit dan perawat sama 4 (1,2%), dan yang
masih ke dukun 3 ( 1,2%)
Tabel 25Distribusi Jenis Penyakit Yang di Derita satu tahun terakhir
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Jenis Penyakit Jumlah %
1 Gangguan Pernapasan 20 25,3
2 Hipertensi 17 21,5
3 Diare 5 6,3
4 Rematik 5 6,3
5 Demam 5 6,3
6 Penyakit gula 4 5,0
7 Jantung 3 3,8
8 Katarak 3 3,8
9 Demam Berdarah 3 3,8
10 Penyakit mag 3 3,8
11 Lain-lain 11 13,9
Jumlah 79 100
36
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 24. Menunjukkan rata-rata jenis penyakit yang di derita masyarakat Dusun
Moncobalang dalam satu tahun terakhir adalah gangguan pernapasan 20 ( 25,3%)
merupakan angka tertinggi, Hipertensi 17 (21,5%), diare, rematik, demam, memiliki angka
yang sama 5 (6,3%0), penyakit gula 4 (5,0%), jantung, katarak, DBD dengan angka yang
sama 3 (3,8%), dan lain-lain yang termasuk didalamnya penyakit kulit 11 (13,9%).
2. Balita
Tabel 26Distribusi Jumlah Bayi/Balita Berdasarkan Penimbangan Setiap Bulan
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Penimbangan Jumlah %
1 Ya 110 90,9
2 Tidak 11 9,1
Jumlah 121 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi
Berdasarkan tabel 25. Dari 11 bayi/balita di Dusun Monobalang yang ditimbang setiap
bulannya 110 ( 90,9% ) dan yang tidak di timbang 11 ( 9% ). Data ini menunjukkan bahwa
kesadaran orang tua masih kurang sehingga diperlukan penyuluhan dan motivasi dari
tenaga kesehataan.
Tabel 27Distribusi Bayi/Balita Berdasarkan Kepemilikan KMS Dasar
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Kepemilikan KMS Jumlah %
1 Ya 110 90,9
2 Tidak 11 9,,09
Jumlah 121 100
37
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 26. Menunjukkan bahwa bayi/balita yang memiliki KMS berjumlah 114(94,2%),
yang tidak memiliki KMS 7( 5,7%).
Tabel 28Distribusi Bayi/Balita Berdasarkan Pemberian Imunisasi Dasar
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Pemberian Imunisasi Jumlah %
1 Lengkap 98 80,99
2 Belum lengkap 17 14,05
3 Tidak mendapatkan 6 4,96
Jumlah 121 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 27. Menunjukkan bahwa dari 121 bayi/balita yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap sebanyak 98(80,99%), yang belum lengkap 17(14,05%), dan yang tidak
mendapatkan imunisasi 6(4,96%).
Tabel 29Distribusi Penyakit yang Sering Diderita Bayi/Balita
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Penyakit Anak Jumlah %
1 Batuk-batuk 44 45,3
2 Demam 35 36,08
3 Penyakit kulit 5 5,1
38
4 Diare 11 11,3
5 Kejang 2 2,06
Jumlah 97 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 28. Penyakit-penyakit yang sering diderita oleh bayi/Balita di Dusun Moncobalang
adalah batuk 44(45,3%), demam 35(36,08%), penyakit kulit 5(5,1%), diare 11(11,3%), dan
kejang 2(2,06%). Hal ini dipengaruhi oleh dampak lingkungan yang kurang sehat dengan
imunisasi yang tidak lengkap.
2. Ibu Hamil
Tabel 30Distribusi Jumlah Ibu Hamil Berdasarkan Usia Ibu hamil
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Usia Ibu Hamil Jumlah %
1 < 25 tahun 3 42,9
2 25 – 37 tahun 3 42,9
3 > 35 tahun 1 14,3
Jumlah 7 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 29. Menunjukkan jumlah ibu hamil yang berusia < 25 tahun dan 25 – 35 tahun sama
yakni 3 ( 42,9%), yang berusia > 35 tahun 1 (14,3%).
Tabel 31Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pemberian Imunisasi TT
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Pemberian Imunisasi TT Jumlah %
1 Ya 4 57,1
2 Tidak 3 42,9
39
Jumlah 7 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 30. Menunjukkan bahwa selama dalam masa kehamilan ibu yang mendapatkan
imunisasi TT berjumlah 4(57,1%) orang yang tidak 3 (42,9%) orang.
Tabel 32Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Tempat Pemeriksaan Kesehatandi Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab Gowa
NO Tempat PemeriksaaKesehatan Jumlah %
1 Dukun 1 16,7
2 Bidan Desa 1 16,7
3 Puskesmas 3 50
4 Praktek Swasta 1 16,7
Jumlah 6 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Dari tabel 30. Menunjukkan bahwa jumlah ibu yang memeriksakan diri ke Puskesmas
sebanyak 3 orang (16,7%), Dukun 1 orang ( 16,7%), Bidan desa 1 orang (16,7%), dan
yang tempat praktek swasta 1 orang ( 16,7%)
Tabel 33Distribusi Pasangan Usia Subur Yang Menjadi Akseptor KB
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Akseptor KB Jumlah %
1 Ya 123 55,2
40
2 Tidak 82 36,8
3 Pernah tapi tidak lagi 18 8,1
Jumlah 223 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Dari tabel 32. Menunjukkan bahwa pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB
sebanyak 123 orang (55,2%), yang tidak menjadi akseptor KB sebanyak 82 orang (36,8%),
serta ibu yang pernah ikut KB tapi tidak lagi sebanyak 18 orang (8,1%).
Tabel 34Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi Yang di Gunakan
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Jenis Kontrasepsi Jumlah %
1 Pil 44 34,4
2 AKDR 1 0,8
3 Kondom 2 1,6
4 Suntik 78 60,9
5 Lain-lain 3 2,3
Jumlah 128 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Dari tabel 33. Menunjukkan bahwa akseptor KB yang menggunakan jenis kontrasepsi Pil
sebanyak 44 akseptor (34,4%), AKDR 1 (0,8%), Kondom 2 (1,6%), suntik 7(60,9%)
merupakan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan dan yang lain-lain 3 (2,3%).
3. Lansia
41
Tabel 35Distribusi Jumlah Lansia Menurut Kelompok Usia
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Kelompok Usia Jumlah %
1 55 – 59 tahun 46 32,9
2 60 – 69 tahun 65 46,4
3 > 70 tahun 29 20,7
Jumlah 140 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi:
Proporsi usia lansia terbanyak adalah pada rentang usia 60 – 69 tahun yaitu 46,4 %.
Kondisi ini memerlukan perhatian khusus dalam pelayanan kesehatan dan perawatan usia
lanjut. Namun hal ini juga menunjukkan angka harapan hidup di Dusun Moncobalang
cukup tinggi.
Tabel 36Distribusi Jumlah Lansia Berdasarkan Kebutuhan Bentuk bantuandi Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab Gowa
NO Bentuk Bantuan Jumlah %
1 Dana sehat 3 2,4
2 Pelayanan kesehatan 122 90,3
3 Kelompok Lansia 6 4,4
4 Panti Jompo 0 0
5 Penyuluhan Kesehatan 4 2,9
Jumlah 135 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Dari Tabel 35. Menunjukkan dari 135 lansia sebagian besar membutuhkan pelayanan
kesehatan yakni 122 lansia (90,3%), yang membutuhkan dana sehat 3 lansia (2,4%), yang
membutuhkan kelompok lansia 6 ( 4,4%), dan yang membutuhkan penyuluhan kesehatan 4
42
lansia (2,9%). Hal ini menggambarkan masih kurangnya sarana pelayanan kesehatan
khususnya pada usia lanjut.
Tabel 37Distribusi Jumlah Lansia Berdasarkan Tempat Pemeriksaan Kesehatan
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Tempat berobat Jumlah %
1 Sarana Pelayanan Kesehatan 120 85,5
2 Tempat praktek tenaga kesehatan 5 3,5
3 Diobati/Diatasi sendiri 15 10,7
Jumlah 140 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
Tabel 36. Menunjukkan bahwa lansia yang berobat ke sarana pelayanan kesehatan 120
orang (85,5%), tempat praktek tenaga kesehatan 5 orang ( 3,5%), yang diobati/diatasi
sendiri 15 orang (10,7%).
4. Remaja
Tabel 37Distribusi Remaja Berdasarkan Masalah
di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Masalah Remaja Jumlah %
1 Sulit belajar 10 4,3
2 Begadang 27 11,5
3 Kurang percaya diri 11 4,7
4 Kurang bergaul 5 2,13
5 Tidak ada masalah 182 77,4
Jumlah 235 100
Sumber : data primer Juli 2007
Interpretasi :
43
Tabel 37. Dari 235 remaja begadang menempati jumlah terbanyak yakni 11,4% masalah
yang ditemukan, sulit belajar 4,25%, kurang percaya diri 4,6%, kurang bergaul 2,1.
ANALISA DATA
D a t a Masalah KesehatanDiagnosa Keperawatan
Komunitas
Terdapat vector
berbahaya di rumah-
rumah Dusun
Moncobalang yakni:
nyamuk (58,3%),
Ayam(14,3%), lalat
(11,95%.
Masih terdapat
keluarga yang tidak
memasak air
minumnya sebanyak
7,4%.
Ditemukannnya jentik
pada penampungan air
sebanyak 5,5%
Sebagian besar warga
Lingkungan
masyarakat yang
kurang sehat
Risiko terjadinya penyebaran
penyakit infeksi
(Typoid,Diare,ISPA,DHF,Flu
burung) di Dusun Moncobalang
berhubungan dengan :
a. Kurang pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan
lingkungan.
b. Kurangnya kesadaran untuk
hidup sehat
44
tidak memiliki tempat
pembuangan sampah:
dikumpulkan dan
dibakar 923%,
sembarangan 5,2%,
sungai/kanal 0,6%,di
selokan 1,2%
Sebagian besar warga
tidak memiliki tempat
pembuangan
airlimbah: selokan
89,8%,sawah
2,5%,sembarangan
tempat 6,2%
Masih ditemukannya
rumah yang tidak
memiliki ventilasi
yang cukup 6,8%
Ada 66 rumah (20,3%)
yang jarak sumber air
minum dengan
penampungan kotoran
atau septitenk kurang
dari 10 meter.
Keluarga yang tidak
memiliki jamban 29
keluarga (8,9%)
Sebagian besar warga
tidak memanfaatkan
halaman rumahnya
45
55,7%
Jenis penyakit yang
diderita masyarakat
dusun Moncobalang
dalam satu terakhir
gangguan pernapasan
25,3%, Hipertensi
21,5%, Diare
6,3%,rematik
6,3%,Demam klinik
6,3%,DBD 3,8%.
Tingkat pendidikan
warga Moncobalang
SD 41,7%, SMP
17,8%, SMA
17,3%,Diploma/S1 4,5
dan yang tidak sekolah
5,5%
Dari 121
bayi/Balita masih adanya
bayi/Balita yang tidak
pernah mendapatkan
imunisasi 4,96%
Masih
adanya Bayi/Balita yang
tidak pernah ditimbang
9,1%
Masih
adanya Bayi/Balita yang
tidak memiliki KMS
9,09%
Penyakit
Resiko peningkatan
morbiditas pada bayi
dan balita
Risiko terjadinya peningkatan
angka kesakitan pada bayi/balita di
Dusun Moncobalang berhubungan
dengan :
a. Kurangnya
pengetahuan ibu tentang
pemeliharaan kesehatan yang
dibutuhkan bayi/balita
b. Kurangnya
pengetahuan ibu-ibu tentang
manfaat sarana kesehatan
posyandu.
46
yang sering diderita dari
119 bayi/balita adalah
batuk-batuk 45,3%,
demam 36,08%, penyakit
kulit 5,1%, diare 11,3%,
kejang 2,06%.
Kurangnya
pengetahuan bumil ttg
pentingnya pemeriksaan
kesehatan bumil
Kurangnya
kesadaran bumil tentang
pemanfaatan sarana
kesehatan untuk ibu
hamil ditandai dengan :
1. Dari data bumil yang
ada masih terdapatnya
ibu-ibu hamil yang
tidak memeriksakan
kehamilannya 14,3%
2.Masih terdapatnya ibu-
ibu hamil dalam
masa kehamilannya
tidak/belum mendapatkan
suntikan TT (42,9%)
Kelompok Usia lansia 55-
59 tahun 32,9%
60-69 tahun 46,4%
>70 tahun 20,7 %
Resiko terjadinya
morbilitas pada ibu-ibu
hamil
Resiko meningkatnya
angka morbiditas
lansia.
Risiko terjadi kematian bumil akibat
tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan b/d :
a. Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya
kesehatan ibu hamil dan
menyusui
b. Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pemanfaatan
sarana kesehatan untuk ibu
hamil/ibu menyusui
Risiko terjadinya penyakit pada
lansia diakibatkan oleh penurunan
47
Bentuk bantuan yang
paling dibutuhkan lan -
sia adalah pelayanan
kesehatan,sebanyak
(90,3%)
Remaja yang
memiliki masalah dalam
belajar sebanyak 4,3%,
begadang 11,5%, kurang
percaya diri 4,7%, kurang
bisa bergaul 2,13%
Masyarakat Dusun
Moncobalang mengatakan
sudah pernah terjadi
pemuda desa yang
meninggal karena over
dosis obat-obatan
( pemakai NAPZA)
Resiko terjadinya
kenakalan remaja
fungsi tubuh b/d :
a. Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan
lansia
b. Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pemanfaatan
sarana kesehatan untuk lansia.
Resiko terjadinya kenakalan remaja
(pemakai obat-obatan/Narkoba
berhubungan dengan:
a. Kurangnya pengetahuan
tentang bahaya yang diakibatkan
oleh NAPZA terkhusus
HIV/AIDS
b. Kurangnya kesadaran para
pemuda desa untuk
memanfaakan waktu luangnya
untuk kegiatan positif
Berdasarkan analisis data diatas, maka prioritas masalah keperawatan komunitas
berdasarkan skoring di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa sebagai berikut :
No Masalah KesehatanKriteria Skor Urutan
Prioritas1 2 3 4 5 6 7 8
1. Risiko terjadinya penyebaran
48
penyakit infeksi
(Typoid,Diare,ISPA,DHF,Flu
burung) di Dusun
Moncobalang berhubungan
dengan :
c. Kurang pengetahuan
masyarakat tentang
pentingnya kesehatan
lingkungan.
d. Kurangnya kesadaran
untuk hidup sehat
2 Risiko terjadinya
peningkatan angka kesakitan
pada bayi/balita di Dusun
Moncobalang berhubungan
dengan :
c. Kurangnya
pengetahuan ibu tentang
pemeliharaan kesehatan
yang dibutuhkan bayi/balita
d. Kurangnya
pengetahuan ibu-ibu tentang
49
manfaat sarana kesehatan
posyandu.
3 Risiko terjadi kematian bumil
akibat tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan b/d :
c. Kurangnya
pengetahuan masyarakat
ttg pentingnya kesehatan
ibu hamil dan menyusui
d. Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang
pemanfaatan sarana
kesehatan untuk ibu
hamil/ibu menyusui
4 Risiko terjadinya penyakit
pada lansia diakibatkan oleh
penurunan fungsi tubuh b/d:
c. Kurangnya
pengetahuan masyarakat
50
tentang kesehatan lansia
Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang
pemanfaatan sarana
kesehatan untuk lansia
5 Resiko terjadinya kenakalan
remaja (pemakai obat-
obatan/Narkoba berhubungan
dengan:
c. Kurangnya
pengetahuan tentang
bahaya yang diakibatkan
oleh NAPZA terkhusus
HIV/AIDS
d. Kurangnya kesadaran
para pemuda desa untuk
memanfaakan waktu
luangnya untuk kegiatan
positif
Keterangan :
1. Kesesuain dengan peran perawat kesehatan masyarakat
2. Jumlah yang beresiko
3. Tingkat keseriusan
51
4. Kemungkinan untuk melakukan penyuluhan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk mengatasi masalah
7. Sesuai dengan program pemerintah
8. Tersedainya sumber-sumber untuk menyeelesaikan masalah
3. Diagnosa keperawatan komunitas berdasarkan skala prioritas
Berdasarkan skoring di atas maka prioritas masalah keperawatan pada
masyarakat Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec. Barombong Kab. Gowa
sebagai berikut :
1. Risiko terjadinya penyebaran penyakit infeksi (Typoid,Diare,ISPA,DHF,Flu
burung) di Dusun Moncobalang berhubungan dengan: kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan, kurangnya kesadaran
masyarakat untuk hidup sehat, ditandai dengan, masih kurangnya penyuluhan
kesehatan di Dusun Moncobalang khususnya masalah kesehatan lingkungan.
- Keluarga yang tidak memiliki jamban 29 keluarga (8,9%)
- Membuang air limbah di sembarang tempat sebanyak 20 rumah (6,2%),selokan 292
( 89,8%) dan di sawah 8 ( 2,5%)
- Masih adanya keluarga yang air minumnya tidak di masak sebanyak (7,4%)
- Penampungan air berlumut dan berjentik pada penampungan air 5,5%
- Vektor membahayakan kesehatan terbanyak adalah nyamuk 58,3%, ayam
(14,3%), lalat (11,95%)
- Ada 66 rumah (20,3%) yang jarak sumber air minum dengan penampungan kotoran
atau septitenk kurang dari 10 meter.
- Pembuangan sampah disembarang tempat sebanyak 17 rumah (5,2%)
- Terdapat 22 rumah (5,5%) yang tidak memiliki ventilasi sesuai standar kesehatan.
52
- Jenis penyakit yang diderita masyarakat dusun Moncobalang dalam satu terakhir
gangguan pernapasan 25,3%, Hipertensi 21,5%, Diare 6,3%,rematik 6,3%,Demam
klinik 6,3%,DBD 3,8%.
- Tingkat pendidikan warga Moncobalang SD41,7%,
SMP17,8%,SMA17,3%,Diploma/S1 4,5 dan yang tidak sekolah 5,5%
2. Risiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada bayi/balita di Dusun
Moncobalang berhubungan dengan: Kurangnya pengetahuan ibu tentang
pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan bayi/balita;Kurangnya pengetahuan ibu-
ibu tentang manfaat sarana kesehatan posyandu yang ditandai dengan :
- Dari 121 bayi/balita yang tidak mendapatkan imunisasi 4,96%
- Alasan bayi/balita tidak diimunisasi terbanyak adalah 14 bayi/balita (38,89%)
karena orang tua mereka tidak tahu manfaat imunisasi dan 10 bayi/balita (27,78%)
karena sedang sakit.
- Masih adanya bayi/balita yang tidak pernah ditimbang (9,1%)
- Bayi/balita yang tidak memiliki KMS sebanyak (9,09%)
- Penyakit yang sering diderita dari 121 bayi/balita adalah batuk-batuk 45,3%,
demam 36,08%, Penyakit kulit 5,1%, diare 11,3%, dan yang kejang 2,06%.
3. Risiko terjadi kematian bumil akibat tidak melakukan pemeriksaan kehamilan b/d
kurangnya pengetahuan masyarakat ttg pentingnya kesehatan ibu hamil dan
menyusui kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan
untuk ibu hamil/ibu menyusui
- Terdapatnya ibu-ibu yang hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya 14,3%
- Terdapatnya ibu-ibu hamil dalam masa kehamilannya tidak/belum mendapatkan
suntikan TT (42,9%)
53
4. Risiko terjadinya penyakit pada lansia diakibatkan oleh penurunan fungsi tubuh
b/d kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia.
- Kelompok usia lansia 55-59 tahun 32,9%, 60-69 tahun 46,4%, diatas 70 tahun
20,7%
- Kelompok lansia tertinggi adalah berkisar umur 60 -69 tahun sebanyak (46,4%).
- Bentuk bantuan yang paling dibutuhkan lansia adalah pelayanan kesehatan 90,3%.
5. Resiko terjadinya kenakalan remaja (pemakai obat-obatan/Narkoba berhubungan
dengan:Kurangnya pengetahuan tentang bahaya yang diakibatkan oleh NAPZA
terkhusus HIV/AIDS Kurangnya kesadaran para pemuda desa untuk memanfaakan
waktu luangnya untuk kegiatan positif
- Remaja yang memiliki masalah dalam belajar sebanyak 10 orang (4,3%), begadang
27 orang(11,5%), kurang percaya diri 11 (4,7%), kurang bisa bergaul 5 orang
(2,13%).
- Masyarakat Dusun Moncobalang mengatakan sudah pernah terjadi pemuda desa
yang meninggal karena over dosis obat-obatan ( Pemakai NAPZA).
4. Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Diagnosa Keperawatan I :
Risiko terjadinya penyebaran penyakit infeksi (Typoid,Diare,ISPA,DHF,Flu
burung) di Dusun Moncobalang berhubungan dengan: kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan, kurangnya kesadaran
masyarakat untuk hidup sehat.
Tujuan Umum
54
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, masyarakat di Dusun Moncobalang
terhindar dari penyakit-penyakit infeksi yang diakibatkan oleh lingkungan yang
tidak sehat.
Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 minggu masyarakaat di Dusun
Moncobalang dapat :
1. Mengenal penyakit-penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak
sehat.
2. Mengenal sumber-sumber yang dimiliki untuk memelihara lingkungan yang
sehat khususnya pembuatan jamban keluarga
3. Mengenal tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit akibat perilaku dan
lingkungan yang tidak sehat
4. Melakukan tindakan untuk memelihara lingkungan yang sehat : membuang
sampah sesuai dengan jenis dengan dan tempat yang sehat, SPAL yang
tertutup, penampungan air tertutup dan bersih, memasak air minum
Intervensi keperawatan
1. Berikan penyuluhan kesehatan pada keluarga/kelompok/masyarakat tentang
manfaat pemeliharan kesehatan diri dan lingkungan rumah yang sehat.
2. Beri penyuluhan kesehatan tentang berbagai penyakit yang lazim terjadi
dalam masyarakat akibat sanitasi lingkungan yang buruk ( diare, DBD,Flu
burung,Typoid )
3. Lakukan penjajakan kerja sama lintas sector upaya pemberian bubuk Abate
dan fogging DBD
4. Lakukan kerja sama dengan Puskesmas, kader kesehatan, pemerintah desa,
POKJAKES sebagai sasaran perilaku hidup bersih dan sehat.
55
5. Giatkan Kerja Bakti “ gerakan Ahad bersih “ bersama masyarakat
6. Penyuluhan dan pembuatan TOGA percontohan.
7. Pembuatan Jamban Percontohan
8. .Pengadaan tempat Sampah dan SPAL percontohan
Implementasi :
1. Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan ( POKJAKES ) pada tanggal 11 Juli
2007 yang merupakan langkah awal untuk menigkatkan tingkat kesejahterahan
masyarakat Dusun khususnya dalam bidang kesehatan karena POKJAKES ini
diharapkan nantinya sebagai perpanjang tangan dari Puskesmas.
2. Pada hari Rabu tanggal 18 Juli 2007 di Mesjid Babul Rahma RW I dan Jum’at
tanggal 27 Juli 2007 di Mesjid Babul Jannah RW III Moncobalang dilakukan
penyuluhan tentang syarat rumah sehat yang meliputi ventilasi yang sesuai standar
kesehatan, syarat air bersih, adanya jamban keluarga, adanya saluran pebuangan air
limbah ( SPAL ), dan pemanfaatan pekarangan rumah sehat. Serta akibat dan
penyakit yang bisa ditimbulkan oleh kesehatan lingkungan yang terabaikan.
3. Tanggal 18 Juli 2007 pada tempat yang sama juga diadakan penyuluhan tentang
Taman Obat Keluarga ( TOGA ) diantaranya manfaat dari bawang merah, bawang
putih, sereh, lengkuas, daun bunga buaya, daun pepaya dll. Kemudian pada hari
Sabtu tanggal 21 dilakukan pembuatan percontohan TOGA di rumah sala satu
warga.Dan tanggal 27 Juli 2007 di RW III Moncobalang tepatnya pada kampung
Ballapangka juga di adakan penyuluhan TOGA dan taman percontohan dibuat
sebelumnya pada hari selasa tanggal 24 Juli 2007. Percontohan Taman Obat
keluarga juga di tempatkan pada RW IV Moncobalang.
4. Pada hari Jum’at tanggal 10 Agustus 2007 dilakukan penyuluhan di mesjid Babul
Khaerat pukul 13.30 dan Mesjid Babul Jannah pada pukul 16.00
56
2. Diagnosa Keperawatan II :
Risiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada bayi/balita di Dusun
Moncobalang berhubungan dengan: kurangnya pengetahuan ibu tentang
pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan bayi/balita, kurangnya pengetahuan ibu-
ibu tentang manfaat sarana kesehatan posyandu.
Tujuan umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bayi/balita di Dusun
Moncobalang terhindar dari berbagai penyakit terutama yang dapat dicegah
dengan imunisasi
Tujuan Khusus
1. Mengenal manfaat imunisasi dan kebutuhan gizi bayi balita
2. Melakukan tindakan untuk memperoleh imunisasi lengkap dan terpenuhnya
kebutuhan gizi bayi/balita
3. Memanfaatkan sarana kesehatan untuk memelihara dan pengobatan bayi/balita
Intervensi Keperawatan
1. Beri penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita,melalui kunjungan rumah dan
kegiatan kelompok (kebutuhan gizi,manfaat imunisasi)
2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada ibu dan keluarga tentang penyakit
yang sering diderita bayi/balita (Diare)
3. Kerja sama dengan puskesmas untuk melakukan pelatihan/penyegaran kader
untuk meningkatkan pelayanan posyandu
4. Kerja sama dengan kader posyandu dan puskesmas pemberian makanan tambahan
bagi bayi/balita
57
5. Lakukan deteksi tumbuh kembang bayi dan balita yang beresiko tinggi mengalami
masalah gizi dan penyakit melalui kunjungan rumah
Implementasi :
1. Penyuluhan kesehatan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi/balita
(imunisasi, manfaat asi, gizi bayi/balita) pada tanggal 18 di posyandu
Ballapangka, tanggal 19 di posyandu Moncobalang 1 dan Posyandu
Moncobalang 11
2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang penyakit yang sering diderita
bayi/balita (Diare) pada tanggal 18 di posyandu Ballapangka, tanggal 19 di
posyandu Moncobalang 1 dan Posyandu Moncobalang 11
3. Pemberian makanan tambahan di rangkaikan dengan pelaksanaan kegiatan di
tiap-tiap posyandu pada tanggal 18 di posyandu Ballapangka, tanggal 19 di
posyandu Moncobalang 1 dan Posyandu Moncobalang 11
4. Kerja sama dengan puskesmas malakukan pelatihan kader posyandu pada tanggal
19 Juli 2007
5. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) pada Sekolah Dasar
Moncobalang I pada hari senin tanggal 13 Agustus 2007.
6. Perlombaan bayi/balita Sehat yang di rangkaikan dengan peringatan Hut ke 62
3. Diagnosa Keperawatan III
Risiko terjadi kematian bumil akibat tidak melakukan pemeriksaan kehamilan b/d
kurangnya pengetahuan masyarakat ttg pentingnya kesehatan ibu hamil dan
menyusui kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan
untuk ibu hamil/ibu menyusui
Tujuan Umum :
58
Setelah dilakukan intervensi / tindakan keperawatan diharapkan bumil/busui
terhindar dari kematian akibat penyakit dan penyulit persalinan
Tujuan Khusus :
1. Ibu-ibu dapat mengenal tentang penyakit yang disering di derita oleh ibu
Hamil selama masa kehamilan
2. Orang tua dapat mengambil keputusan dalam menangani penyakit yang
sering diderita ibu hamil dan dapat memanfaatkan sarana kesehatan
Intervensi :
1. Berikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada masyarakat Dusun
Moncobalang tentang ibu hamil dan manfaat menyusui.
2. Memotivasi ibu hamil untuk membawa bayi/balita dan memeriksakan ibu hamil
diposyandu/bidan.
Implementasi :
1. Pendidikan kesehatan pada bumil dan penyuluhan keluarga berencana juga
di rangkaikan dengan pelaksanaan kegiatan posyandu yakni pada tanggal 18 di
posyandu Ballapangka, tanggal 19 di posyandu Moncobalang 1 dan Posyandu
Moncobalang 11
4.Diagnosa Keperawatan IV :
Risiko terjadinya penyakit pada lansia diakibatkan oleh penurunan fungsi tubuh
b/d :Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia; Kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan intervensi/tindakan keperawatan diharapkan lansia dapat
terhindar dari penyakit dan masalah lain akibat penurunan fungsi tubuh.
Tujuan khusus
59
1. Dapat mengambil keputusan tentang masalah/ penyakit yang diderita lansia
2. Dapat menggunakan fasilitas kesehatan dalam melakukan pengobatan terhadap
penyakit yang diderita lansia
Intervensi :
1. Kaji masalah-masalah kesehatan yang lazim dialami pada lansia
2. Beri pendidikan dan penyuluhan kesehatan lansia pada masyarakat
3 Lakukan senam (olahraga) lansia.
Implementasi :
1. Penyaringan/skrening kesehatan Usila dilaksanakan pada tanggal 20 Juli
2007 di Mesjid Babul Rahma RW II Moncobalang 1, pada hari jum’at
tanggal 27 Juli 2007 di Mushalla Ballapangka dan pada tanggal 10 Agustus di
laksanakan pada 2 tempat yakni di Mesjid Babul Khaerat pukul 13.30 dan
pukul 16.00 di Mesjid Babul Jannah
2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan lansia khususnya penyakit yang sering
diderita lansia: hipertensi dan rematik. dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2007
di Mesjid Babul Rahma RW II Moncobalang 1, pada hari jum’at tanggal 27
Juli 2007 di Mushalla Ballapangka dan pada tanggal 10 Agustus di
laksanakan pada 2 tempat yakni di Mesjid Babul Khaerat pukul 13.30 dan
pukul 16.00 di Mesjid Babul Jannah.
3. Olaraga Lansia dan Pengajian Lansia.Olarga lansia di laksanakan pada hari
Sabtu tanggal 11 Agustus 2007 dan Pengajian Lansia pada tanggal 20 Juli
2007 di Mesjid Babul Rahma RW II Moncobalang I.
4. Kerja sama dengan Puskesmas untuk pembentukan posyandu Usila.Louncing
pertama di laksanakan pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2007
5. Diagnosa Keperawatan V
60
Resiko terjadinya kenakalan remaja (pemakai obat-obatan/Narkoba berhubungan
dengan Kurangnya pengetahuan tentang bahaya yang diakibatkan oleh NAPZA
khususnya HIV/AIDS. Kurangnya kesadaran para pemuda desa untuk
memanfaakan waktu luangnya untuk kegiatan positif
Intervensi :
1. Penyuluhan kesehatan remaja,bahaya NAPZA dan penularan HIV/AIDS
2. Melaksanakan kegiatan olaraga: volly ball, sepak bola, sepak takraw, yang
dirangkaikan dengan peringatan HUT RI ke 62
3. Kerja sama dengan kelompok pemuda melaksanakan donor darah
Implementasi
1. Penyuluhan kesehatan remaja,bahaya NAPZA dan penularan HIV/AIDS
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 Juli 2007 pada pukul 20.00 Wita
2. Melaksanakan kegiatan olaraga: volly ball, sepak bola, sepak takraw, yang
dirangkaikan dengan peringatan HUT RI ke 62. Dilaksanakan pada tanggal 13-16
Agustus 2007
3. Kerja sama dengan kelompok pemuda melaksanakan donor darah yang
dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2007.
d. Evaluasi
Diagnosa Keperawatan I :
a. Evaluasi Struktur
Dari 142 rumah yang ada di Dusun Bontojai, terdapat 66 rumah
membuang tinja disembarang tempat dan 77 rumah tidak mempunyai SPAL.
Masalah kesehatan lingkungan ditemukan pada semua keluarga binaan yang
berjumlah 12 keluarga. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan menggunakan
61
alat bantu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pengetahuan
warga. Pemberitahuan kegiatan penyuluhan, kerja bakti, Puskesmas keliling
dan pembuatan WC percontohan dilakukan melalui pemberitahuan secara
langsung lewat pengeras suara yang ada di Masjid Jabal Rahmah dan Masjid
Babussalam Dusun Bontojai baik setelah shalat Subuh, shalat Jumat maupun
shalat tarwih. Rencana kegiatan juga disampaikan secara langsung pada saat
melakukan kunjungan ke keluarga binaan. Kegiatan tersebut mendapat
respon positif dari warga Dusun Bontojai. Khusus penyampaian rencana
pelaksanaan pelatihan Kader kesehatan, mahasiswa langsung menghubungi
seluruh anggota Pokjakes Dusun Bontojai dengan membawa surat tugas dari
Kepala Desa Parasangan Beru. Untuk keperluan penyuluhan dan kerja bakti
disediakan oleh mahasiswa, sedangkan untuk pelatihan kader, puskesmas
keliling dan pembuatan WC percontohan disediakan oleh mahasiswa dan
puskesmas Galesong Utara.Waktu pelaksanaan sesuai dengan yang
direncanakan. Sebelum pelaksanaan kegiatan, mahasiswa menghubungi
anggota Pokjakes, Kepala Dusun dan pihak yang terkait. Selain itu
mempersiapkan bahan dan media yang akan digunakan serta menentukan
mahasiswa dan pokjakes yang akan memberikan penyuluhan tentang
kesehatan lingkungan.
b. Evaluasi Proses
Penyuluhan dilakukan terhadap keluarga binaan pada lingkungan
rumah yang dilakukan oleh masing-masing mahasiswa yang menjadi
penanggungjawab keluarga binaan tersebut, sedangkan penyuluhan kepada
masyarakat dilaksanakan di dua Mesjid yang ada di Dusun Bontojai yaitu
Masjid Babussalam dan Masjid Jabal Rahmah. Pemilihan tempat tersebut
62
berdasarkan waktu pelaksanaan KKLP yang bertepatan dengan bulan
Ramadhan dan komunitas Dusun Bontojai yang 100% beragama Islam.
Pelaksanaan penyuluhan keseluruhan berjalan lancar sesuai rencana berkat
dukungan dan kerjasama dari kepala Dusun, tokoh masyarakat, pokjakes
Dusun, mahasiswa dan seluruh masyarakat Dusun Bontojai. Demikian pula
dengan pelaksanaan kerja bakti, pembuatan WC percontohan, puskesmas
keliling, pelatihan dan penyegaran kader yang dalam pelaksanaannya
terdapat materi jamban keluarga, rumah sehat, air bersih, SPAL, pengenalan
dan penatalaksanaan beberapa penyakit dapat dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang direncanakan.
c. Evaluasi Hasil
Dari 142 rumah terdapat 41,66 % tidak memiliki jamban keluarga
termasuk 12 keluarga binaan. Setelah dilakukan pembinaan didapatkan hasil
untuk psikomotor dari 46,48 % rumah yang tidak memiliki jamban menjadi
41,55 %. Sedangkan dari segi kognitif dari 41,55% keluarga yang tidak
memiliki jamban termasuk fokus keluarga binaan dari masing-masing
mahasiswa mengatakan akan berusaha untuk membuat jamban keluarga baik
sendiri maupun kolektif. Kegiatan fisik lainnya berupa pembangunan
Jamban keluarga telah dilaksanakan dan mencapai hasil 75 % hal ini
dikarenakan keterbatasan dana . Untuk masalah SPAL,setelah dilakukan
pembinaan mengalami perubahan dari segi psikomotor yaitu penurunan dari
54,23 % yang awalnya tidak memiliki SPAL menjadi 45,78 %, sedangkan
dari segi kognitif pada umumnya telah memahami tentang SPAL dan berjanji
akan membuat setelah mempunyai dana yang cukup.. Kerja bakti yang
dilaksanakan 2 kali dihadiri oleh sebagian besar masyarakat Dusun Bontojai
63
termasuk 12 keluarga binaan. Demikian halnya dengan pelaksanaan
penyuluhan kesehatan lingkungan dan 3 penyakit (daftar hadir terlampir).
Pada pelaksanaan puskel, 82 pasien datang berobat dengan berbagai diagnosa
medis
Diagnosa Perawatan 2 :
a. Evaluasi Struktur
Dari hasil pendataan diadapatkan 36 bayi/balita yang tidak
diimunisasi yang disebabkan oleh beberapa hal. Kegiatan penyuluhan yang
dilaksanakan oleh mahasiswa kepada seluruh masyarakat termasuk fokus
pada 12 keluarga binaan menggunakan alat bantu sesuai dengan tingkat
kebutuhan dan tingkat pengetahuan masyarakat/keluarga. Mahasiswa
menyiapkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan Penyuluhan, Posyandu,
pelatihan kader/pokjakes dan puskesmas keliling serat pembuatan
Posyandu percontohan kepada pihak puskesmas, pustu, kader/pokjakes
serta kepala Dusun Bontojai dan kepala Desa Parasangan Beru.
a. Evaluasi Proses
Penyuluhan dilaksanakan pada masyarakat oleh masing-masing
penanggung jawab, pembinaan dilakukan sesuai kebutuhan /pengetahuan
masyarakat . Penyuluhan di Dusun Bontojai dilaksanakan di mesjid
Babussalam dan Jabal Rahmah yang disampaikan oleh Mahasiswa dan
Pokjakes Dusun Bontojai disamping itu dilaksanakan Pelatihan kader
kesehatan pada tingkat Desa Parasangan Beru, yang selanjutnya
diaplikasikan pada pelaksanaan posyandu Dusun Bontojai yang bertempat
disalah satu rumah warga. Kegiatan lainnya berupa pelaksanaan Puskesmas
keliling, Pembangunan Posyandu Percontohan Desa Parasangan Beru. dan
64
pelatihan /penyegaran kader dimana salah satu materinya adalah kesehatan
Ibu dan Anak serta Posyandu yang disampaikan oleh mahasiswa dan
seorang petugas dari Puskesmas Galesong Utara. Keseluruhan kegiatan
dapat dilaksanakan dengan lancar sesuai rencana berkat kerjasama semua
unsur yang terkait dan dukungan dari berbagai pihak terutama masyarakat
Dusun Bontojai.
b. Evaluasi Hasil
Penyuluhan diikuti oleh sebagian besar masyarakat Bontojai yang
pelaksanaannya dilaksanakan pada saat setelah shalat Tarawih,setelah
diberikan penyuluhan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan Ibu
hamil,bayi/balita,penyakit menular, makanan bergizi serta kesehatan
lingkungan bertambah hal ini dibuktikan dengan antusias masyarakat yang
sangat besa melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada
penyaji.. Pelatihan kader kesehatan pada tingkat desa diikuti oleh utusan
Dusun Bontojai sebanyak 12 orang yang seluruhnya adalah anggota
Pokjakes. Dan telah dibuktikan melalui pelaksanaan Posyandu di Dusun
Bontojai pada tanggal 19 Nopember 2003 (daftar bayi/balita/bumil
terlampir). Untuk kegiatan fisik berupa pembangunan Posyandu
percontohan telah dilaksanakan dan 100 % telah selesai dan telah
diresmikan oleh Ketua Tim penggerak PKK Kabupaten Takalar pada
tanggal 5 Desember 2003.. Setelah keseluruhan kegiatan dilaksanakan ,
sebagai tindak lanjut Mahasiswa menyerahkan sepenuhnya kepada
pemerintah dan masyarakat Dusun Bontojai untuk dapat melanjutkan serta
memanfaatkan sarana kesehatan yang ada.
Diagnosa Perawatan 3 :
65
a. Evaluasi Struktur
Dari hasil pendataan didapatkan ibu hamil sebanyak 9
orang,lima orang menderita penyakit kehamilan dan 4 diantaranya
menderita anemia. Pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan adalah
penyuluhan kesehatan / gizi ibu hamil dan menyusui, pembuatan
posyandu percontohan, puskesmaas keliling, pelatihan dan penyegaran
kader dan kunjungan keluarga binaan fokus pada keluarga yang memiliki
ibu hamil dan menyusui dikoordinasikan bersama Pembimbing, Kepala
Desa, Kepala Dusun, pihak Puskesmas/Pustu, Pokjakes. Kegiatan
menggunakan alat bantu yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan
pengetahuan serta kondisi masyarakat Dusun Bontojai khususnya
keluarga binaan.
b. Evaluasi Proses
Penyuluhan yang dilaksanakan baik di Mesjid maupun di
rumah keluarga binaan disampaikan oleh penanggungjawab dari
mahasiswa dan pokjakes. Pelatihan dan penyegaran kader dilaksanakan
bersama kelompok KKLP lain bertempat di SD Inpres Dusun Jempang
dengan salah satu materinya adalah kesehatan/gizi ibu hamil dan
menyusui serta posyandu. Selanjutnya kader mengaplikasikan ilmu yang
telah diperoleh melalui pelaksanaan posyandu bersama mahasiswa dan
bidan desa. Kegiatan lainnya adalah pelaksanaan puskesmas keliling
yang bertujuan memberikan pelayanan/pengobatan langsung kepada
bumil dan buteki yang mempunyai masalah dengan kehamilannya serta
pembangunan posyandu percontohan sebagai salah satu sarana/tempat
66
pemberian pelayanan bumil dan buteki. Seluruhan kegiatan berjalan
sesuai dengan rencana atas kerjasama semua pihak.
c. Evaluasi Hasil
Penyuluhan-penyuluhan yang dilaksanakan mendapat tanggapan
yang sanagt baik dari keluarga binaan dan masyarakat pada umumnya.
Setelah kegiatan dilaksanakan masyarakat telah memahami beberapa
penyakit yang dapat diderita oleh ibu hamil dan arti pentingnya
pemeriksaan kehamilan serta gizi bumil dan buteki. Dari segi psikomotor,
9 bumil yang ada telah memeriksakan kehamilannya dan telah mendapat
pelayanan baik pada saat pelaksanaan posyandu , puskesmas keliling
maupun pada saat kunjungan mahasiswa pada keluarga binaan sedangkan
dari segi kognitif, ibu hamil dan masyarakat umumnya setelah dilakukan
pembinaan telah memahami pentingnya gizi dan pemeriksaan bumil.
Sementara itu 12 orang kader/anggota pokjakes yang mengikuti
pelatihan dan penyegaran kader telah mendapat sertifikat serta telah
membuktikan keaktifan mereka pada pelaksanaan posyandu, penyuluhan
dan puskesmas keliling.
Diagnosa Perawatan 4 :
a. Evaluasi Struktur
Dari hasil pendataan didapatkan jumlah lansia di Dusun Bontojai
adalah 38 orang, 28 (65,12%) diantaranya mengatakan bentuk pelayanan
yang diharapkan adalah pelayanan kesehatan langsung. Kegiatan
penyuluhan dilaksanakan oleh mahasiswa dan anggota pokjakes,
menyiapkan alat Bantu sesuai dengan tingkat kebutuhan dan pengetahuan
masyarakat khususnya lansia. Pelaksanaan Puskesmas keliling
67
dikoordinasikan bersama pihak puskesmas, kepala desa, kepala Dusun
dan pokjakes Dusun. Pemberitahuan pelaksanaan puskesmas keliling
menggunakan pengeras suara yang ada di Mesjid Jabal Rahmah dan
Babussalam, selain itu disampaikan juga secara langsung pada saat
kunjungan keluarga binaan.
b. Evaluasi Proses
Puskesmas keliling dilaksanakan pada tanggal 18 Nopember
2003 bertempat di Pesantren Babussalam dipimpin langsung oleh
dr.Tsani dari Puskesmas Galesong Utara. Mahasiswa dan kader bersama-
sama memberikan pelayanan dan penyuluhan pada lansia yang hadir pada
saat itu (daftar pasien berobat terlampir). Sedangkan penyuluhan pada
keluarga binaan yang mempunyai anggota keluarga lansia dilaksanakan
oleh masing-masing penangungjawab dari mahasiswa dan pokjakes.
Kegiatan lainnya adalah pelatihan dan penyegaran kader dengan salah
satu materinya adalah kesehatan lanjut usia disampaikan oleh mahasiswa
dan seoarang petugas dari Puskesmas Galesong Utara. Khusus
pembuatan posyandu lansia sementara ini masih dalam tahap
perencanaan yang ditangani langsung oleh pihak puskesmas Galesong
Utara.
d. Evaluasi Hasil
Sejumlah lansia telah mendapat pelayanan/pengobatan
langsung dan penyuluhan yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan
Puskesmas Keliling (daftar pasien berobat terlampir) maupun saat
kunjungan langsung ke rumah keluarga binaan. Masyarakat juga telah
memahami bagaiamana perawatan manusia usia lanjut. Pembuatan
68
Posyandu Lansia belum dapat direalisasikan sehubungan dengan adanya
program khusus untuk pengadaan Posyandu Lansia dari pihak Puskesmas
Galesong Utara. Oleh sebab itu berdasarkan kesepakatan dengan pihak
Puskesmas, pemerintah setempat dan Pokjakes Dusun, maka pelayanan
kesehatan lansia untuk sementara akan ditempatkan di Posyandu
Percontohan yang tanggal pelaksanaannya akan dipisahkan dengan
Posyandu Bayi/Balita.
69