102
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud Undang- Undang Dasar 1945. Arah kebijakan pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran menuju paradigma sehat. Paradigma sehat merupakan upaya kesehatan yang lebih mengutamakan tindakan promotof, preventif dan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Paradigma sehat adalah suatu kebijakan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai visi Indonesia sehat 2010, dimana diproyeksikan tentang keadaan masyarakat mayoritas hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta berada pada derajat kesehatan yang optimal. 1

BAB I laporan komunitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

komunitas keperawatan

Citation preview

Page 1: BAB I laporan komunitas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa

Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajat kesehatan yang optimal

sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud Undang-Undang Dasar

1945.

Arah kebijakan pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran menuju

paradigma sehat. Paradigma sehat merupakan upaya kesehatan yang lebih mengutamakan

tindakan promotof, preventif dan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Paradigma sehat adalah suatu kebijakan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai

visi Indonesia sehat 2010, dimana diproyeksikan tentang keadaan masyarakat mayoritas

hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta berada pada derajat

kesehatan yang optimal.

Keperawatan adalah salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan di

Indonesia, memiliki konstribusi yang nyata dalam pembangunan kesehatan terutama dalam

mendukung kebijakan pemerintah melalui paradigma sehat menuju visi Indonesia sehat

2010. Perawatan kesehatan masyarakat/komunitas merupakan perpaduan antara praktek

keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk menunjang dan

memulihkan kesehatan populasi. Kegiatan praktek ini dilakukan secara menyeluruh dan

tidak terbatas pada sekelompok umur dan diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara

berkelanjutan.

1

Page 2: BAB I laporan komunitas

Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat, berbagai upaya

kesehatan telah diselengarakan. Salah satu bentuk upaya kesehatan tersebut adalah

pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan Rumah sakit sebagai tempat rujukan.

Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan untuk meningkatkan dukungan

masyarakat secara aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan mayarakat dan

mendorong kearah kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan dengan penuh

tanggung jawab.

Dalam rangka turut serta mendukung kebijakan pemerintah tentang kesehatan

tersebut maka Program Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin sebagai

salah satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab dalam rangka

mempersiapkan tenaga kesehatan/keperawatan yang berkualitas dimasa depan melalui

praktik keperawatan komunitas. Kegiatan ini merupakan Tri Darma Perguruan Tinggi

yaitu bidang pengabdian masyarakat.

Praktik keperawatan komunitas juga merupakan suatu bentuk pengembangan dari

praktik klinik keperawatan bagi mahaiswa yang diarahkan pada pengalaman nyata

penerapan Primary Health Care.

Dusun Moncobalang merupakan salah satu wilayah di Desa Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa menjadi tempat pelaksanaan praktek

keperawatan komunitas yang diharapkan menjadi salah satu daerah binaan dalam

penerapan proses keperawatan komunitas. Salah satu alasan dipilihnya Desa Moncobalang

sebagai lokasi praktek profesi keperawatan komunitas adalah karena desa ini dipersiapkan

untuk menjadi desa siaga, sehingga keberadaan mahasiswa dapat memberikan kontribusi

dalam membantu tercapainya tujuan tersebut.

Pada akhir praktek keperawatan komunitas diharapkan masyarakat lokasi binaan

mampu mandiri dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatannya. Hal ini sejalan

2

Page 3: BAB I laporan komunitas

dengan arah pembangunan kesehatan masyarakat melalui Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM) yang diharapkan mampu menanggulangi faktor risiko masalah

kesehatan setempat.

Disamping itu pula untuk melihat secara nyata pola perilaku kebiasaan hidup sehat

pada msyarakat setempat, dengan tujuan untuk merubah perilaku dan meningkatkan

pengetahuan tentang pola hidup sehat dari tidak tahu menjadi tahu,.dan juga memberikan

pengetahuan kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan-penyuluhan atau

mempraktikkan secara langsung bagaimana cara mengatasi penyakit yang berhubungan

dengan kesehatan lingkungan yang tidak sehat dan penyakit infeksi yang dapat

membahayakan kesehatan masyarakat sendiri.

B. Tujuan

Tujuan Umum

Menerapkan proses keperawatan komunitas dengan bekerja sama dengan

keluarga/kelompok/masyarakat dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan serta

mencegah timbulnya penyakit dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan.

Tujuan Khusus

Dalam program profesi kesehatan komunitas di harapkan mahasiswa mampu :

1. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan keluarga/kelompok/masyarakat

2. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga/kelompok/masyarakat

3. Menetapkan rencana asuhan keperawatan baik keluarga maupun komunitas dalam

rangka mengembangkan kemampuan klien/keluarga/kelompok dan komunitas

untuk mengatasi masalah kesehatannya.

4. Menetapkan prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan berdasarkan

kriteria tertentu

3

Page 4: BAB I laporan komunitas

5. Melaksanakan rencana keperawatan melalui pendekatan pengorganisasian

masyarakat, penggunaan teknologi tepat guna, menggalang kerja sama lintas

sektoral dan program, melaksanakan aktifitas pendidikan kesehatan yang

berhubungan dengan kebutuhan dan masalah kesehatan.

6. Mengevaluasi tindakan keperawatan berdasarkan standa dan criteria yang

ditetapkan

7. Mencatat dan melaporkan data atau informasi yang tepat berbagai aktifitas asuhan

keperawatan pada keluarga, kelompok dan komunitas

C. Manfaat Penulisan

Laporan hasil praktik keperawatan komunitas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Pengembangan kemandirian masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah

kesehatan yang ditandai dengan terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat serta

memanfaatkan sarana kesehatan yang tersedia.

2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan konsep-

konsep keperawatan komunitas yang diperoleh pada perkuliahan untuk

memfasilitasi masyarakat dalam memecahkan berbagai masalah kesehatan.

3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi kesehatan

dan perawatan kesehatan anggota keluarganya.

4. Dapat membina hubungan yang baik antara institusi pendidikan

keperawatan, institusi pelayanan kesehatan serta masyarakat sebagai penerima

pelayanan kesehatan

5. Sebagai masukan bagi program studi ilmu keperawatan dalam upaya

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penerapan asuhan keperawatan

komunitas dan keluarga.

4

Page 5: BAB I laporan komunitas

D. Metode Penulisan

1. Waktu dan tempat

Praktek profesi Keperawatan Komunitas ini dilaksanakan di Dusun Moncobalang

Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa yang dilaksanakan

selama 8 minggu mulai dari tanggal 27 Juni sampai dengan 17 Agustus 2007.

2. Metode Pengumpulan Data dan Pendekatan Pemecahan Masalah.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi

langsung, pemeriksaan fisik kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungannya

dengan berpedoman pada format pengkajian keperawatan keluarga dan komunitas

dan mempelajari berbagai sumber literatur dengan menggunakan pendekatan proses

asuhan keperawatan komunitas.

5

Page 6: BAB I laporan komunitas

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesehatan sumber daya dan

kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah

kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa

dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya

sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang

dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan kesehatan

dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos

Pelayana Terpadu (Posyandu), warung obat desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes),

Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dll.

Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa

Poskesdes memiliki kegiatan :

1. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit

menular yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

factor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang

beresiko.

2. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang

berpotensi menimbulkan KLB serta factor resikonya termasuk kurang gizi.

3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan

kesehatan.

4. Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya

6

Page 7: BAB I laporan komunitas

5. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dll.

Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan

dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir.

Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yaitu

mengembangkan Polindes yang telah menjadi Poskesdes yaitu memanfaatkan

bangunan yang sudah ada misalnya balai warga atau RW, balai desa dll serta

membangun baru yaitu dengan pendanaan dari pemerintah pusat atau daerah, donatur,

dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

Pengembangan posyandu yang bermula pada kesehatan, kemudian diperluas ke

berbagai aspek kehidupan dengan mengajak sektor terkait dan masyarakat, tidak

terkecuali dunia usaha masuk ke gerbang masyarakat. Sehingga terjadilah percepatan

pembangunan sarana masyarakat seperti air bersih, jamban keluarga, dll dengan

fasilitasi berbagai sektor, maka muncullah koperasi jamban, dan usaha produktif

lainnya sehingga menaikkan status ekonomi masyarakat desa.

Konsep gerbang masyarakat telah mengantarkan pengembangan desa-desa yang

semula bernuansa kesehatan sekarang menjadi desa-desa sejahtera dengan membangun

berbagai aspek kehidupan masyarat. Dengan menganut dan menjunjung tinggi nilai-

nilai:

a. Bepihak pada rakyat

b. Bertindak cepat dan tepat

c. Kerjasama tim

d. Integritas yang tinggi

e. Transparan dan akuntabel serta dengan memperhatikan situasi dan kondisi

spesifik daerah, maka peserta pertemuan sepakat bahwa pembangunan

7

Page 8: BAB I laporan komunitas

kesehatan melalui 4 strategi utama secara konsisten dari pusat sampai

daerah, yaitu :

1. Menggerakkan dan memperdayakan masyarakat untuk hidup sehat

2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas

3. Meningkatkan tingkat surveilance, monitoring dan informasi kesehatan

4. meningkatkan pembiayaan kesehatan

Pelayanan Kesehatan Utama adalah pelayanan kesehatan pokok yang

berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat

diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui

partisipasi mereka sepenuhnya tentu dengan biaya yang dapat dijangkau oleh

masyarakat untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat

hidup mandiri dan menentukan nasib pribadi (Nasrul Effendy, Perkesmas, 1997).

Fungsi dari Pelayanan Kesehatan Utama adalah pemeliharaan kesehatan,

pemecahan diagnosa penyakit dan pengobatan, pelayanan tindak lanjut dan pemberian

sertifikat. Adapun tanggung jawab perawat dalam PKU adalah :

1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi

pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.

2. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu.

3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik asuhan diri sendiri pada

masyarakat.

4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan dan

kepada masyarakat.

5. Koordinasi kegiatan kebijakan tentang kesehatan masyarakat.

8

Page 9: BAB I laporan komunitas

Sasaran PKU adalah individu, keluarga/kelompok dan masyarakat dengan

fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Jadi keluarga atau kelompok

masyarakat ditingkatkan untuk menciptakan derajat kesehatan yang optimal.

Strategi PKU adalah memotivasi masyarakat agar dapat merawat dan mengatur

diri sendiri dalam memelihara kesehatan. Ada delapan unsur utama PKU yaitu

peningkatan pengetahuan untuk mengatasi dan mencegah masalah kesehatan,

peningkatan gizi masyarakat, kesehatan ibu dan anak termasuk KB, penyediaan air

yang mempunyai syarat kesehatan sanitasi yang baik, imunisasi, tindakan preventif dan

kontrol terhadap penyakit endemik lokal, tindakan yang tepat terhadap penyakit yang

terjadi dan penggunaan obat tradisional dalam masyarakat.

Prinsip dalam pelaksanaan PKU berorientasi pada distribusi pelayanan

kesehatan yang merata. Melibatkan masyarakat, menggunakan teknologi tepat guna

(menggunakan sarana atau fasilitas yang ada di dalam masyarakat itu sendiri), berfokus

pada pencegahan dan pendekatan multi sektoral. Kegiatan dalam PKU meliputi :

penyuluhan kesehatan terhadap masalah kesehatan yang pokok, cara penanggulangan

dan pencegahan serta pengobatannya, imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak(KIA), KB,

perbaikan gizi, pencegahan penyakit menular, pengadaan obat esensial, sanitasi dan

pengadaan air bersih.

Hubungan konsep PKU dan komunitas adalah untuk melaksanakan kesehatan

masyarakat, mengatur jenjang tingkat pelayanan kesehatan menjadi tingkat rumah

tangga (individu dan keluarga), tingkat masyrakat (pimpinan atau tokoh), tingkat

rujukan pertama (Rumah Sakit tipe A dan B), serta menyelenggarakan kerja sama

lintas sektoral dan lintas program yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta

masyarakat diperlukan dalam hal kesehatan perorangan. Komunitas sebagai subjek

sekaligus objek dalam PKU diharapkan mampu mengenal, mengambil keputusan

9

Page 10: BAB I laporan komunitas

dalam menjaga kesehatannya. Sebagai akhir tujuan PKU diharapkan masyarakat

mampu secara mandiri menjaga dan melayani status kesehatan komunitas dimana dia

tinggal.

B. Konsep Keperawatan Komunitas

Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau teori

keperawatan dan teori yang terkait dengan kesehatan masyarakat, diantaranya ;

menurut Chang (1982) perawatan komunitas adalah menyeluruh, mampu berfungsi

sebagai tim dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, mampu

berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan

pada masyarakat tersebut.

Sedangkan Ruth B Freeman (1981) mendefinisikan perawatan komunitas

adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang

ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik sendiri

sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau

masyarakat, pelayanan ini tercakup dalam spektrum pelayanan kesehatan untuk

masyarakat.

Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama

yang ditujukan pada masyarakat, praktiknya memerlukan acuan atau landasan teoritis

untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Banyak

konseptual model keperawatan dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah

konsep model dari Betty Neuman (1972), yang menekankan pada pendekatan sistem

untuk mengatasi masalah kesehatan.

Model teori Neuman didasari oleh teori sistem dimana terdiri dari individu,

keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan terget pelayanan kesehatan.

Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas

10

Page 11: BAB I laporan komunitas

dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkatan pencegahan,

yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan

ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup kegiatan

mengidentifikasikan faktor resiko terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatn

promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup

peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya

perubahan derajat kesehatan masyrakat dan ditemukannya masalah kesehatan.

Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini, intervensi yang tepat,

memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit.

3. Pencegahan Tersier

Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan

setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan

pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga

mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari

ketidakmampuannya.

Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka

yang mempunyai lima variabel yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya

dalam komunitas yaitu biologis, psikologis, sosio kultural, perkembangan dan spiritual.

Sumber energi infra struktur dikelilingi oleh tiga lapisan sistem pertahanan stressor

yaitu garis resisten, garis pertahanan normal, garis pertahanan fleksibel. Ketiga lapisan

11

Page 12: BAB I laporan komunitas

pertahanan tersebut bertujuan untuk melindungi infra struktur atau sumber energi dari

stressor yang dapat mempengaruhi komunitas.

Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah semua orang yang

membentuk masyarakat (Anderson, 1988). Secara lebih rinci sasaran ini terdiri dari

tiga tingkat yaitu individu, keluarga dan komunitas.

1. Tingkat Individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut

mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan (ketidakmampuan dalam merawat

dirinya sendiri) karena sesuatu hal dan sebab, maka akan mempengaruhi anggota

keluarga lainnya baik secara fisik, mental dan sosial.

Dalam praktek keperawatan komunitas, perawat memberikan asuhan keperawatan

kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misal : TBC, ibu

hamil, dan lain-lain) dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah dan

pemecahan masalah kesehatan individu.

2. Tingkat Keluarga

Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang bermasalah

kesehatan yang dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan keluarga berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan.

b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah tersebut.

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Menciptakan lingkungan yang sehat.

e. Memanfaatkan sumber daya dalam keluarga untuk meningkatkan kesehatan

keluarga..

12

Page 13: BAB I laporan komunitas

3. Tingkat Komunitas

Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat dari

sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok

berisiko atau masyarakt wilayah binaan. Pada tingkat komunitas asuhan

keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien.

C. Asuhan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan professional yang

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat dengan

penekanan pada kelompok resiko tinggi (keluarga dengan resiko tinggi, daerah

tertinggal, miskin dan tidak terjangkau) dalam upaya pencapaian derajat kesehatan

yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak

mengabaikan care (perawatan) dan rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan dapat

terjangkau oleh masyarakat dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam pemberian

pelayanan keperawatan.

Keperawatan komunitas ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat dan

pelayanan yang diberikan sifatnya berkelanjutan dengan menggunakan proses

keperawatan dengan sifat asuhan yang menyuluruh dan umum. Pendekatan yang

digunakan dalam keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga binaan,

kelompok kerja kesehatan. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah

melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan

pemerintah.

Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat menanggulangi

masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan dilakukan secara berkesinambungan atau yang

berkelanjutan dan menggunakan metode proses keperawatan komunitas yang dilakukan

melalui lima tahap, sebagai berikut :

13

Page 14: BAB I laporan komunitas

1. Pengkajian

Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc. Forlane (1985) yaitu terdiri dari

inti komunitas yang meliputi demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, riwayat

individu termasuk kesehatan, faktor-faktor lingkungan adalah lingkungan fisik,

pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintah, pelayanan

kesehatan dan social, komunitas dan rekreasi.

Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung, penggunaan data statistik,

angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah.

2. Analisa data dan diagnosa keperawatan

Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisa untuk

mengetahui stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat yang muncul

dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan masalah dan diagnosa

keperawatan menurut Mueke (1987), yang terdiri dari :

a. Masalah sehat - sakit

b. Karakteristik populasi

c. Karakteristik lingkungan

3. Perencanaan

Strategi intervensi keperawatan komunitas mencakup tiga aspek, yaitu primer,

sekunder dan tersier, melalui pendidikan kesehatan dan kerjasama (partnership).

Untuk meningkatkan kerjasama dan proses kelompok serta mendorong peran serta

masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan, yang dihadapi yang akhirnya

untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian

komunitas yang dirancang untuk membuat perubahan. Menurut Rhotman (1986),

ada tiga model pendekatan pengorganisasian komunitas yaitu pendekatan

perencanaan sosial (social planning), pendekatan social action, namun yang

14

Page 15: BAB I laporan komunitas

dominan adalah dengan pendekatan locality development yang berarti

mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang

dimiliki, serta mampu mengurangi hambatan yang ada.

Pendekatan pengembangan masyarakat (locality development) dirancang untuk

menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat dengan partisipasi

aktif masyarakat dan penuh percaya diri dalam memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi, dan memotivasi mereka untuk partisipasi aktif dalam memecahkan

masalah kesehatannya sendiri.

4. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunikasi berfokus pada tiga tingkat

pencegahan (Anderson dan Mc. Forlane, 1985).

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, dilakukan sebelum terjadi sakit.

Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan dan perlindungan khusus

terhadap penyakit.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat

proses penyakit atau kelainan, sehingga memperpendek masa sakit dan tingkat

keparahan.

c. Pencegahan tersier

Pencegahan ini dimulai pada saat cacat atau tidak dapat diperbaiki lagi

(ireversibel). Kegiatan rehabilitasi selain bertujuan menghambat proses

penyakit juga mengembalikan individu ke fungsi yang optimal, intervensi atau

tindakan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dengan cara :

15

Page 16: BAB I laporan komunitas

1) Aktifitas atau kegiatan program

2) Pembentukkan Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap program

kesehatan yang telah dilaksanakan meliputi masukan (input), pelaksanaan

(process), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan

keperawatan komunitas adalah :

a. Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan

b. Perkembangan atau kemajuan proses apakah sesuai dengan

perencanaan, bagaimana dengan peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas

dan jumlah peserta.

c. Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan penggunaannya

d. Efektifitas kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau

masyarakat puas.

e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan

intervensi

Untuk mengimplementasikan konsep keperawatan komunitas yang telah dipelajari,

maka mahasiswa melakukan praktek keperawatan di Dusun Moncobalang

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Laporan kegiatan praktek mahasiswa

akan dilaporkan secara rinci pada bab berikut.

16

Page 17: BAB I laporan komunitas

BAB III

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Dusun

Moncobalang maka mahasiswa berusaha untuk menerapkan konsep-konsep

keperawatan komunitas yang ada.

Kegiatan praktik keperawatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa di awali

dengan Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan Dusun Moncobalang yang

anggotanya terdiri dari kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, karang taruna

Dusun Moncobalang. Selain kegiatan komunitas, mahasiswa juga memberikan Asuhan

Keperawatan Keluarga dan Gerontik. Keluarga yang menjadi sasaran untuk dibina

khususnya adalah keluarga dengan risiko kesehatan.

Adaptasi kegiatan-kegiatan kelompok kerja kesehatan yang dilaporkan

meliputi tahap-tahap persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi persiapan

kemasyarakatan dan persiapan tekhnis sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari

pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut.

1. Persiapan

a. Persiapan Kemasyarakatan

Pada tahap ini, mula-mula kelompok melakukan kegiatan pengidentifikasian

tokoh masyarakat ,tokoh agama, kader kesehatan, karang taruna dan organisasi

kemasyarakatan yang dilaksanakan pada tanggal 28 sampai 6 Juni 2007. Setelah

mengidentifikasi tokoh masyarakat, maka dilakukan pendekatan membina hubungan

saling percaya dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan Praktek

17

Page 18: BAB I laporan komunitas

Kuliah Kerja Lapangan Profesi di Dusun Moncobalang khususnya dan Desa

Moncobalang pada umumnya.

Selanjutnya mahasiswa mengadakan pertemuan dengan kepala Dusun untuk

rencana pertemuan dengan masyarakat setempat, tokoh agama, kader kesehatan

tentang rencana pertemuan pertama dan pertemuan selanjutnya dari kegiatan KKLP

mahasiswa tersebut.

Tanggal 29 Juni 2007 pada saat diadakan pertemuan pertama ( I ) tersebut,

dimulai dengan pembukaan dan sekaligus perkenalan dengan masyarakat, tujuan dan

maksud keberadaan mahasiswa di Dusun Moncobalang dijelaskan. Kemudian

dilakukan curah pendapat tentang seputar masalah kesehatan yang terjadi di Dusun

Moncobalang pada saat ini. Pertemuan diakhiri dengan di tentukannya rencana

pembentukan Pokjakes Tingkat Dusun Moncobalang.

Setelah dilakukan pertemuan pertama MMD I ( Musyawarah Masysrakat

Desa satu ), kelompok mulai melakukan pengumpulan data melalui kunjungan

rumah, koordinasi ke Puskesmas. Pengumpulan data dan tabulasi ini dilaksanakan

mulai dari tanggal 2 s.d 7 Juli 2007.

Kemudian pada tanggal 11 Juli 2007 bertempat di gedung pertemuan Desa

Moncobalang dilaksanakan MMD II. Topik utama rembuk dengan masyarakat adalah

penyajian masalah kesehatan yang ditemukan selama pengumpulan data. Metode

yang digunakan dalam pertemuan ini adalah curah pendapat yang bertujuan untuk

mengklarifikasi masalah yang ditemukan mahasiswa dengan masalah yang dirasakan

oleh masyarakat, bersama-sama menentukan prioritas masalah dan mengidentifikasi

bersama alternativ pemecahan masalah ( Plan of Action ).Dari hasil rembug dengan

masyarakat disepakati prioritas masalah kesehatan masyarakat Dusun Moncobalang

adalah : 1) Resiko terjadinya penyakit infeksi ( ISPA, Demam, Diare, DHF, Flu

18

Page 19: BAB I laporan komunitas

Burung) berhubungan dengan kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat; 2)

Resiko terjadinya peningkatan kesakitan pada bayi dan balita berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang imunisasi dasar bagi bayi/baliata; 3)

Kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu hamil ditandai dengan

masih adanya ibu –ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya semasa hamil

atau tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan setempat; 4) Resiko meningkatnya

morbiditas lansia berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

pentingnya pemeliharaan kesehatan lansia. Selanjutnya dilakukan kontrak

pelaksanaan kegiatan yang mencakup jenis kegiatan, waktu, tempat, metode,

penanggung jawab kegiatan dengan prinsip melibatkan peran aktif dari masyarakat.

5) Resiko terjadinya kenakalan remaja (pemakai obat-obatan/Narkoba berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang bahaya yang diakibatkan oleh NAPZA

khususnya HIV/AIDS. Kurangnya kesadaran para pemuda desa untuk memanfaakan

waktu luangnya untuk kegiatan positif

Untuk alternatif penyelesaian masalah yang dilaksanakan adalah :

1. Penyuluhan kesehatan lingkungan yang meliputi syarat rumah sehat dan

pemanfaatan pekarangan rumah sekaligus membuat percontohan Tanaman Obat

Keluarga ( TOGA )

2. Penyuluhan kesehatan Ibu dan Anak yang meliputi : imunisasi, manfaat asi, gizi

bayi/balita, dan penyakit yang biasa dialami bayi/balita( Diare ). Serta

penyuluhan pada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil tentang pentingnya ANC

(Antenatal Care)

3. Pelaksanaan penyegaran kader kesehatan

19

Page 20: BAB I laporan komunitas

4. Peningkatan kesehatan usila meliputi: penjaringan kesehatan usila,

pendidikan/penyuluhan kesehatan lansia pada masyarakat, olaraga lansia serta

pembentukan Posyandu Lansia.

5. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan remaja meliputi : penyuluhan HIV/AIDS,

NAPZA

6. Kegiatan Aksi Donor Darah kerja sama dengan organisasi pemuda Solariditas

Insan Kreatif (SIDAK)

7. Penjaringan anak sekolah dirangkaikan dengan penyuluhan PHBS dan pelatihan

dokter kecil

b. Persiapan Tekhnis

Dalam menentukan masalah kesehatan yang ada di Dusun Bontojai, maka

Mahasiswa melaksanakan pengumpulan data melalui angket ( lampiran ) dengan

melakukan wawancara langsung kepada setiap Kepala Keluarga dalam hal ini yang

bertanggung jawab adalah Mahasiswa KKLP bersama. Kegiatan ini dilaksanakan

selama 4 hari 2 s.d 5 Juli 2007. Untuk meningkatkan validitas data melibatkan

sejak awal sumber daya yang dimiliki masyarakat dalam kegiatan, maka

pengumpulan data dilakukan bersama-sama dengan elemen masyarakat diantaranya

kader posyandu dan tokoh masyarakat serta tokoh pemuda Dusun Moncobalang

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini terdiri atas pengkajian,perencanaan, implementasi,evaluasi

dan tindak lanjut.

a. Pengkajian

1. Pengumpulan data

20

Page 21: BAB I laporan komunitas

Untuk mendapatkan informasi tentang kondisi yang mempengaruhi kesehatan

di Moncobalang, maka diperlukan data yang didapatkan melalui pengkajian,

yang terdiri dari kegiatan :

a. Data demografi

Secara geografis Dusun Moncobalang merupakan daerah persawahan.

Sehingga mayoritas bermata pencaharian petani, khususnya sekarang mrnjelang

panen padi. Kelompok petani di Dusun Moncobalang memiliki karakteristik

dari aspek penggunaan waktu bersama keluarga, mereka biasanya turun ke

sawah pada pagi hari sekitar jam 07.00 dan pulang ke rumah sekitar pukul

14.00. Aktivitas yang dilakukan saat dirumah digunakan untuk istirahat. Hal ini

menempatkan ibu-ibu rumah tangga memiliki peran dan fungsi penting dalam

melakukan perawatan kesehatan anggota keluarga dan lingkungan rumah.

Faktor-faktor ini menempatkan ibu-ibu menjadi sasaran utama untuk

melaksakan program kegiatan khususnya gerakan perilaku hidup bersih dan

sehat ( PHBS ).

Dusun Moncobalang termasuk dalam wilayah Desa Moncobalang, yang

terdiri dari 4 RW yaitu: RW I: kampung pasar, RW II:Moncobalang I, RW III:

Moncobalang II, RW IV: Ballapangka. Batas wilayah dijadikan target

pengkajian, sebelah utara berbatasan dengan Dusun Karangpuang kecamatan

Barombong, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Tompobalang kecamatan

Barombong, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Biringngalla kecamatan

Barombong dan sebelah barat berbatasan dengan Takalar kabupaten Gowa.

Fasilitas kesehatan yang dimiliki Dusun Moncobalang adalah Puskesmas yang

21

Page 22: BAB I laporan komunitas

berada dalam pusat Dusun sehingga sangat mudah dijangkau oleh masyarakat,

posyandu utama ada dua yakni di Moncobalang I dan Moncobalang II dan

terdapat juga posyandu pembantu yang berada di kampung pasar dan

Ballapangka. Posyandu dilakasanakan tiap bulan di masing-masing tempat.

Kader posyandu seharusnya ada 8 orang dimana 2 orang di tiap-tiap tempat

tapi yang masih aktif ada 4 orang ( satu orang di masing- masing posyandu ).

Fasilitas posyandu lansia belum ada di Dusun Moncobalang ini tapi sementara

di rintis untuk pembentukan.

Berdasarkan hasil pendataan kesehatan yang dilakukan oleh mahasiswa

Praktek Propesi Keperawatan Komunitas ( PSIK FK- UNHAS ) selama satu

minggu mulai dari tanggal 2 – 7 Juli 2007 melalui kunjungan langsung ke

setiap rumah.

Adapun tabel-tabel tersebut terdiri dari 27 tabel yaitu :

Tabel 1Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Moncobalang

Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

NO Kriteria

Laki-

laki %

Perempua

n % Jumlah %

1 Bayi (1 - < 1 thn) 13 2,1% 16 2,4% 29 2,3

2 Balita (1 - < 5 thn) 46 7,5% 46 7,0% 92 7,2

3 Anak (5 - < 13 thn) 88

14,3

% 78 11,8% 166 13,0

4

Remaja (13 - < 21

thn) 108

17,5

% 127 19,2% 235 18,4%

5

Dewasa (21 - < 55

thn) 294

47,7

% 321 48,6% 615 48,2

22

Page 23: BAB I laporan komunitas

6 Lansia (55-59) 21 3,5% 25 3,8% 46 3,6

7 Lansia (60-69) 32 5,2% 33 5,0% 65 5,1

8 Lansia (>70) 14 2,3% 15 2,3% 29 2,3

Jumlah 616 100 616 100 1277 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi:

Dari 1277 Jiwa Penduduk Dusun Moncobalang, yang menduduki urutan Pertama

adalah umur antara 21-< 55 tahun sebanyak 615 jiwa ( 48,2 % ) yang merupakan

usia produktif sedangkan yang jumlahnya paling sedikit umur antara 1- < 1 tahun

sebanyak 29 jiwa ( 2,3% ) dan Umur > 70 tahun keatas sebanyak 29 jiwa ( 2,3% )

Tabel 2Distribusi Penduduk berdasarkan Penganut Agama di Dusun Moncobalang

Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten GowaNO Pendidikan Jumlah %

1 Islam 1277 100

2 Katolik  0  0

3 Protestan  0  0

4 Hindu  0  0

5 Budha  0  0

Jumlah 1277 100

Sumber : data primer Juli 200

Interpretasi:

Semua penduduk Dusun Moncobalang menganut Agama Islam sebanyak 1277

jiwa ( 100% ), sehingga pelaksanaan kegiatan banyak dilakukan di Mesjid

23

Page 24: BAB I laporan komunitas

Tabel 3Distribusi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan di Dusun Moncobalang

Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten GowaNO Pendidikan Jumlah %

1 Belum Sekolah 145 11,4

2 TK 24   1,9

3 SD  533  41,7

4 SMP  277  17,8

5 SMA  221  17,3

6 Diploma/Sarjana 57 4,5

7 Tidak Sekolah 70 5,5

Jumlah 635 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi:

Menunjukkan distribusi penduduk Dusun Moncobalang berdasarkan tingkat pendidikan

dari 1277 jiwa penduduk yang belum sekolah 145 jiwa ( 11,4% ), TK 24 jiwa ( 1,9% ),

SMP 227 jiwa ( 17,8% ), SMA 221 jiwa (17,3%), Diploma/sarjana 57 jiwa ( (4,5%)

dan yang tidak sekolah 70 jiwa ( 5,5% ) dimana kategori yang tidak sekolah ini

di dalamnya terdapat umur sekolah yang tidak sekolah dan lansia

24

Page 25: BAB I laporan komunitas

Tabel 4Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan di Dusun Moncobalang

Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten GowaNO Pekerjaan Jumlah %

1 PNS 39 3,1

2 TNI/POLRI 3 0,2

3 Pensiunan 8 0,6

4 Wiraswasta/pedagang 100 7,8

5 Karyawan swasta 39 3,1

6 Nelayan 3 0,2

7 Tukang batu 85 6,7

8 Petani/peternak 111 8,7

9 IRT 273 21,4

10 Pelajar/mahasiswa 130 20,6

11 Tukang ojek 7 0,5

12 Tidak bekerja 130 10,2

13 Belum bekerja 216 16,5

Jumlah 1277 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Rata -rata tingkat pekerjaan masyarakat di Dusun Moncobalang adalah petani

sebanyak 111 jiwa ( 8,7 % ), dan yang tidak bekerja sebanyak 130 jiwa

( 10,2% ) dimana didalamnya usia produktif yang tidak sekolah dan lansia

25

Page 26: BAB I laporan komunitas

sedangkan yang belum bekerja sebanyak 216 jiwa ( 16,5 % ) didalamnya termasuk

bayi/balita usia sekolah yang tidak sekolah

Tabel 5Distribusi Penduduk berdasarkan Penghasilan Rata-rata Keluarga

Setiap Bulan di Dusun MoncobalanDesa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

NO Tipe Rumah Jumlah %

1 < 200.000 23 7,1

2 200.000 – 300.000 79 24,3

3 300.000 – 500.000 90 27,7

4 > 500.000 133 40,9

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan rata-rata jumlah penghasilan kepala keluarga setiap

bulan di Dusun Moncobalang sebesar > Rp 500.000 yaitu 133 ( 40,9%), yang

berpenghasilan Rp 300.000 – Rp 500.000 sebanyak 90 ( 27,7%) dan 23 kepala keluarga

yang berpenghasilan < 200.000. Jumlah penghasilan tidak menetap tergantung dai cuaca

dan musim.Dengan melihat presentasi keadaan ekonomi penduduk Dusun Moncobalang di

atas rata-rata

b. Data Lingkungan Fisik

1. Perumahan

Tabel 6Distribusi Keluarga berdasarkan Kepemilikan Rumah di Dusun Moncobalang

Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten GowaNO Kepemilikan Rumah Jumlah %

1 Milik Pribadi 294 90,5

2 Menumpang 31 9,5

26

Page 27: BAB I laporan komunitas

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 325 kepala kelurga di Dusun Moncobalang

yang mempunyai rumah sendiri sebanyak 294 kepala keluarga( 90,5) dan yang

menumpang 31 kepala keluarga ( 9,5%).Hal ini menunjukkan jumlah

kepemilikan rumah diDusun Moncobalang tinggi.

Tabel 7Distribusi Keluarga berdasarkan Jenis Rumah di Dusun Moncobalang

Desa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Tipe Rumah Jumlah %

1 Permanen 209 64,3

2 Semi permanen 66 20,3

3 Rumah panggung/Kayu 44 13,5

4 Lain-lain 6 1,8

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Rata-rata tipe rumah di Dusun Moncobalang adalah permanen 209 (64,3%), semi

permanen 66 (20,3%), panggung/kayu 44 ( 13,5% ), dan lain-lain 6 ( 1,8%) yang termasuk

didalamnya rumah yang memilki dinding seng.

Tabel 8Distribusi Keluarga berdasarkan Keberadaan Ventilasi di Dusun Moncobalang

Desa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Ventilasi Jumlah %

1 Ada 303 93,2

2 Tidak 22 6,8

27

Page 28: BAB I laporan komunitas

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 7. menunjukkan rata-rata rumah penduduk Dusun Dusun Moncobalang memiliki

ventilasi yaitu sebanyak 303 rumah (93,2%) dan yang tidak memiliki ventilasi sebanyak 22

rumah ( 6,8%). Hal ini hal ini menandakan masih adanya warga yang belum mengerti

tentang syarat rumah sehat khususnya masalah ventilasi.

Tabel 9Distribusi Keluarga berdasarkan Kebersihan Rumah di Dusun Moncobalang

Desa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Kebersihan Rumah Jumlah %

1 Bersih 307 94,5

2 Tidak Bersih 18 5,5

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi:

Tabel 9. Menunjukkan kepedulian setiap keluarga akan kebersihan rumah cukup tinggi

dibuktikan dari 325 kepala kelurga yang memiliki rumah bersih 307 ( 94,5%) dan yang

tidak bersih 18 kepala keluarga (5,5%)

Tabel 10Distribusi Keluarga berdasarkan Kebersihan Halaman Rumah di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan Barombong

NO KebersihanHalaman Jumlah %

1 Bersih 296 91,1

2 Tidak Bersih 29 8,9

Jumlah 325 100

28

Page 29: BAB I laporan komunitas

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 10. didapatkan kebersihan halaman setiap rumah 307 (94,5%) dan yang

tidak bersih 18 (5,5%)

Tabel 11Distribusi Keluarga berdasarkan Pemanfaatan Halaman

di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO KebersihanHalaman Jumlah %

1 Tidak dimanfatkan 181 55,7

2 Perkebunan 108 33,2

3 Kandang ternak 18 5,5

4 Taman 18 5,5

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 200

Interpretasi :

Tabel 11.Menunjukkan pemanfaatan halaman rumah di Dusun Moncobalang untuk

perkebunan 108 ( 33,2%), kandang ternak 18 (5,5%), taman 18 ( 5,5%) dan yang tidak

dimanfaatkan 181 ( 55,7%).Hal ini menunjukkan pengetahuan tingkat pengetahuan

keluarga tentang pemanfaatan halaman rumah khususnya Taman Obat Keluarga ( TOGA)

masih rendah.

Tabel 12Distribusi Vektor Yang Membahayakan Kesehatan

di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Vektor Jumlah %

1 Lalat 65 11,95

2 Nyamuk 317 58,3

3 Kecoa 28 5,1

4 Anjing 7 1,3

5 Burung 8 1,5

29

Page 30: BAB I laporan komunitas

6 Kucing 41 7,5

7 Ayam 78 14,3

Jumlah 544 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Vektor terbanyak adalah nyamuk sebanyak 317 ( 58,3 %), ayam 78 ( 14,3%) dan lalat 65

( 11,95%). Hal ini menunjukkan resiko terjadinya penyakit tinggi.

2). Sumber Air Bersih

Tabel 13Distribusi Keluarga Bedasarkan Sumber Air Minum

di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Sumber air minum Jumlah %

1 Sumur Pompa 289 88,9

2 Sumur Gali 36 11,1

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 13. Menunjukkan rata-rata kepala keluarga menggunakan sumur pompa 289 (88,9%)

dan yang menggunakan sumur gali 36 ( 11,1%)

Tabel 14Distribusi Keluarga Bedasarkan Pengolahan Air Minum

di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Pengolahan air minum Jumlah %

1 Masak 301 92,6%

2 Tidak dimasak 24 7,4%

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

30

Page 31: BAB I laporan komunitas

Tabel 14 menunjukkanbahwa keluarga yang pengolahan air minumnya di masak adalah

301(92,6%) dan yang tidak di masak 24(7,4%).

Tabel 15Distribusi Rumah Bedasarkan Jarak Sumber Air Minum

di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO Jarak sumber Air Minum Jumlah %

1 Kurang 10 meter 66 20,3%

2 Lebih 10 meter 259 79,7

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 15. Menunjukkan 20,3% atau sekitar 66 rumah yang memiliki jarak sumber air

minum dengan aliran bak penampungan tinja ( Septitenk) kurang dari 10 meter. Sedangkan

rumah yang memiliki jarak sumber air minum lebih dari 10 meter 259 ( 79,7%).

Tabel 16Distribusi Keluarga berdasarkan Keadaan Fisik Air Minum

di Dusun MoncobalangDesa Moncobalang Kecamatan BarombongNO KebersihanHalaman Jumlah %

1 Jernih 318 97,84

2 Keruh 7 2,15

3 Berbau 0 0

4 Berasa 0 0

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

31

Page 32: BAB I laporan komunitas

Berdasarkan distribusi keadaan fisik air minum keluarga di Dusun Moncobalang

didapatkan 318 rumah (97,84%) adalah jernih dan 7 rumah (2,15%) dengan keadaan fisik

yang tidak memenuhi standar kesehatan

Tabel 17Distrubusi keluarga berdasarkan ada tidaknya jentik nyamuk di Dusun Moncobalang Desa

Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Jentik Nyamuk Jumlah %

1 Ada 18 5,5%

2 Tidak Ada 307 94,5%

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 15 menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai tempat penampungan tidak

terdapat jentik nyamuk sebanyak 307(94,5%) dan rumah yang terdapat jentik 18 (5,5%).

Tabel 18Distribusi Keluarga Berdasarkan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Dusun

Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Tempat Pembuangan Jumlah %

1 Dikumpul & Dibakar 300 92,3

2 Disungai/kanal 2 0,6

3 Sembarangan 17 5,2

5 Diselokan 4 1,2

6 Ditimbun 2 0,6

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

32

Page 33: BAB I laporan komunitas

Interpretasi :

Tempat pembuangan akhir sampah masyarakat Dusun moncobalang yaitu dengan

dikumpul dan dibakar sebanyak 300 keluarga ( 92,3 % ),keluarga yang membuang sampah

disungai sebanyak 2 keluarga (0,6%), keluarga yang membuang sampah di sembarang

tempat yaitu 17 (5,2%),yang diselokan sebanyak 4 (1,2%) dan yang ditimbun sebanyak 2

(0,6%).

Tabel 19Distribusi keluarga berdasarkan ada tidaknya jamban di Dusun Moncobalang Desa

Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Jamban Jumlah %

1 Ada 296 91,1

2 Tidak Ada 29 8,9

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 17. Menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai jamban sebanyak 296 (91,1%)

dan yang tidak memiliki jamban 29 ( 8,9%)

Tabel 20Distribusi keluarga berdasarkan Kepemilikan jamban di Dusun Moncobalang Desa

Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Kepemilikan Jamban Jumlah %

1 Milik sendiri 248 83,8

2 Milik bersama 24 8,1

3 Menumpang 24 8,1

Jumlah 296 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

33

Page 34: BAB I laporan komunitas

Tabei 18. Menunjukkan dari 325 kepala keluarga yang mempunyai jamban sendiri

sebanyak 248 ( 83,8% ) dan yang milik bersama dan menumpang masing-masing 24

kepala keluarga ( 8,1%).

Tabel 21Distribusi keluarga berdasarkan Jenis Jamban di Dusun Moncobalang

Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Jenis Jamban Jumlah %

1 Leher Angsa 264 89,2

2 Cemplung 32 10,8

Jumlah 296 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 19. Diperoleh dari 296 jamban keluarga yang memiliki Janis jamban leher angsa

sebanyak 264 ( 89,2% ) keluarga dan Janis jamban cemplung 32 ( 10,8%) keluarga.

Tabel 22Distribusi keluarga berdasarkan Tempat Pembuangan Air Limbahdi Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab Gowa

NO Pembuangan Jumlah %

1 Selokan 292 89,8

2 Sawah 8 2,5

3 Sembarang tempat 20 6,2

4 Aliran bak penampungan 7 1,5

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

34

Page 35: BAB I laporan komunitas

Interpretasi

Dari tabel 21.Sebagian besar keluarga Dusun Moncobalang membuang air limbah di

selokan 292 (89,8%), yang disawah 8 (2,5%), yang sembarangan tempat dan bak

penampungan 20 (6,2%) dan 7 (1,5%). Angka ini cukup berarti karena dapat mengganggu

kesehatan terutama oleh bau yang ditimbulkan dan dapat menjadi media untuk

perkembangbiakan kuman.

c. Kondisi Kesehatan Umum

1. Pelayanan Kesehatan

Tabel 23Distribusi keluarga berdasarkan Sumber informasi Kesehatan

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Pembuangan Jumlah %

1 Radio 114 36,2

2 TV 152 48,3

3 Koran 1 0,3

4 Papan RW 1 0,3

5 Penyuluhan puskesmas 47 3,7

Jumlah 315 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 22. Menunjukkan rata-rata masyarakat di Dusun Moncobalang memperoleh

informasi dari radio 114 (36,2%), TV 152 ( 48,3%), koran 1 ( 0,3%), papan pengumuman

1 ( 0,3%), dan dari penyuluhan puskesmas 47 ( 3,7%)

.

Tabel 24Distribusi keluarga berdasarkan Tempat Pemeriksaan Kesehatan

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Tempat pemeriksaan Jumlah %

35

Page 36: BAB I laporan komunitas

1 Puskesmas 313 96,3

2 Rumah sakit 4 1,2

3 Dokter praktek 1 0,3

4 Dukun 3 0,9

5 Perawat 4 1,2

Jumlah 325 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi

Tabel 23. Menunjukkan tempat pemeriksaan kesehatan di Dusun Moncobalang banyak

dilakukan di puskesmas 313 ( 96,3%), rumah sakit dan perawat sama 4 (1,2%), dan yang

masih ke dukun 3 ( 1,2%)

Tabel 25Distribusi Jenis Penyakit Yang di Derita satu tahun terakhir

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Jenis Penyakit Jumlah %

1 Gangguan Pernapasan 20 25,3

2 Hipertensi 17 21,5

3 Diare 5 6,3

4 Rematik 5 6,3

5 Demam 5 6,3

6 Penyakit gula 4 5,0

7 Jantung 3 3,8

8 Katarak 3 3,8

9 Demam Berdarah 3 3,8

10 Penyakit mag 3 3,8

11 Lain-lain 11 13,9

Jumlah 79 100

36

Page 37: BAB I laporan komunitas

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 24. Menunjukkan rata-rata jenis penyakit yang di derita masyarakat Dusun

Moncobalang dalam satu tahun terakhir adalah gangguan pernapasan 20 ( 25,3%)

merupakan angka tertinggi, Hipertensi 17 (21,5%), diare, rematik, demam, memiliki angka

yang sama 5 (6,3%0), penyakit gula 4 (5,0%), jantung, katarak, DBD dengan angka yang

sama 3 (3,8%), dan lain-lain yang termasuk didalamnya penyakit kulit 11 (13,9%).

2. Balita

Tabel 26Distribusi Jumlah Bayi/Balita Berdasarkan Penimbangan Setiap Bulan

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Penimbangan Jumlah %

1 Ya 110 90,9

2 Tidak 11 9,1

Jumlah 121 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi

Berdasarkan tabel 25. Dari 11 bayi/balita di Dusun Monobalang yang ditimbang setiap

bulannya 110 ( 90,9% ) dan yang tidak di timbang 11 ( 9% ). Data ini menunjukkan bahwa

kesadaran orang tua masih kurang sehingga diperlukan penyuluhan dan motivasi dari

tenaga kesehataan.

Tabel 27Distribusi Bayi/Balita Berdasarkan Kepemilikan KMS Dasar

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Kepemilikan KMS Jumlah %

1 Ya 110 90,9

2 Tidak 11 9,,09

Jumlah 121 100

37

Page 38: BAB I laporan komunitas

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 26. Menunjukkan bahwa bayi/balita yang memiliki KMS berjumlah 114(94,2%),

yang tidak memiliki KMS 7( 5,7%).

Tabel 28Distribusi Bayi/Balita Berdasarkan Pemberian Imunisasi Dasar

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Pemberian Imunisasi Jumlah %

1 Lengkap 98 80,99

2 Belum lengkap 17 14,05

3 Tidak mendapatkan 6 4,96

Jumlah 121 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 27. Menunjukkan bahwa dari 121 bayi/balita yang mendapatkan imunisasi dasar

lengkap sebanyak 98(80,99%), yang belum lengkap 17(14,05%), dan yang tidak

mendapatkan imunisasi 6(4,96%).

Tabel 29Distribusi Penyakit yang Sering Diderita Bayi/Balita

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Penyakit Anak Jumlah %

1 Batuk-batuk 44 45,3

2 Demam 35 36,08

3 Penyakit kulit 5 5,1

38

Page 39: BAB I laporan komunitas

4 Diare 11 11,3

5 Kejang 2 2,06

Jumlah 97 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 28. Penyakit-penyakit yang sering diderita oleh bayi/Balita di Dusun Moncobalang

adalah batuk 44(45,3%), demam 35(36,08%), penyakit kulit 5(5,1%), diare 11(11,3%), dan

kejang 2(2,06%). Hal ini dipengaruhi oleh dampak lingkungan yang kurang sehat dengan

imunisasi yang tidak lengkap.

2. Ibu Hamil

Tabel 30Distribusi Jumlah Ibu Hamil Berdasarkan Usia Ibu hamil

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Usia Ibu Hamil Jumlah %

1 < 25 tahun 3 42,9

2 25 – 37 tahun 3 42,9

3 > 35 tahun 1 14,3

Jumlah 7 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 29. Menunjukkan jumlah ibu hamil yang berusia < 25 tahun dan 25 – 35 tahun sama

yakni 3 ( 42,9%), yang berusia > 35 tahun 1 (14,3%).

Tabel 31Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pemberian Imunisasi TT

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Pemberian Imunisasi TT Jumlah %

1 Ya 4 57,1

2 Tidak 3 42,9

39

Page 40: BAB I laporan komunitas

Jumlah 7 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 30. Menunjukkan bahwa selama dalam masa kehamilan ibu yang mendapatkan

imunisasi TT berjumlah 4(57,1%) orang yang tidak 3 (42,9%) orang.

Tabel 32Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Tempat Pemeriksaan Kesehatandi Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab Gowa

NO Tempat PemeriksaaKesehatan Jumlah %

1 Dukun 1 16,7

2 Bidan Desa 1 16,7

3 Puskesmas 3 50

4 Praktek Swasta 1 16,7

Jumlah 6 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Dari tabel 30. Menunjukkan bahwa jumlah ibu yang memeriksakan diri ke Puskesmas

sebanyak 3 orang (16,7%), Dukun 1 orang ( 16,7%), Bidan desa 1 orang (16,7%), dan

yang tempat praktek swasta 1 orang ( 16,7%)

Tabel 33Distribusi Pasangan Usia Subur Yang Menjadi Akseptor KB

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Akseptor KB Jumlah %

1 Ya 123 55,2

40

Page 41: BAB I laporan komunitas

2 Tidak 82 36,8

3 Pernah tapi tidak lagi 18 8,1

Jumlah 223 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Dari tabel 32. Menunjukkan bahwa pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB

sebanyak 123 orang (55,2%), yang tidak menjadi akseptor KB sebanyak 82 orang (36,8%),

serta ibu yang pernah ikut KB tapi tidak lagi sebanyak 18 orang (8,1%).

Tabel 34Distribusi Akseptor KB Berdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi Yang di Gunakan

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Jenis Kontrasepsi Jumlah %

1 Pil 44 34,4

2 AKDR 1 0,8

3 Kondom 2 1,6

4 Suntik 78 60,9

5 Lain-lain 3 2,3

Jumlah 128 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Dari tabel 33. Menunjukkan bahwa akseptor KB yang menggunakan jenis kontrasepsi Pil

sebanyak 44 akseptor (34,4%), AKDR 1 (0,8%), Kondom 2 (1,6%), suntik 7(60,9%)

merupakan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan dan yang lain-lain 3 (2,3%).

3. Lansia

41

Page 42: BAB I laporan komunitas

Tabel 35Distribusi Jumlah Lansia Menurut Kelompok Usia

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Kelompok Usia Jumlah %

1 55 – 59 tahun 46 32,9

2 60 – 69 tahun 65 46,4

3 > 70 tahun 29 20,7

Jumlah 140 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi:

Proporsi usia lansia terbanyak adalah pada rentang usia 60 – 69 tahun yaitu 46,4 %.

Kondisi ini memerlukan perhatian khusus dalam pelayanan kesehatan dan perawatan usia

lanjut. Namun hal ini juga menunjukkan angka harapan hidup di Dusun Moncobalang

cukup tinggi.

Tabel 36Distribusi Jumlah Lansia Berdasarkan Kebutuhan Bentuk bantuandi Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab Gowa

NO Bentuk Bantuan Jumlah %

1 Dana sehat 3 2,4

2 Pelayanan kesehatan 122 90,3

3 Kelompok Lansia 6 4,4

4 Panti Jompo 0 0

5 Penyuluhan Kesehatan 4 2,9

Jumlah 135 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Dari Tabel 35. Menunjukkan dari 135 lansia sebagian besar membutuhkan pelayanan

kesehatan yakni 122 lansia (90,3%), yang membutuhkan dana sehat 3 lansia (2,4%), yang

membutuhkan kelompok lansia 6 ( 4,4%), dan yang membutuhkan penyuluhan kesehatan 4

42

Page 43: BAB I laporan komunitas

lansia (2,9%). Hal ini menggambarkan masih kurangnya sarana pelayanan kesehatan

khususnya pada usia lanjut.

Tabel 37Distribusi Jumlah Lansia Berdasarkan Tempat Pemeriksaan Kesehatan

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Tempat berobat Jumlah %

1 Sarana Pelayanan Kesehatan 120 85,5

2 Tempat praktek tenaga kesehatan 5 3,5

3 Diobati/Diatasi sendiri 15 10,7

Jumlah 140 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

Tabel 36. Menunjukkan bahwa lansia yang berobat ke sarana pelayanan kesehatan 120

orang (85,5%), tempat praktek tenaga kesehatan 5 orang ( 3,5%), yang diobati/diatasi

sendiri 15 orang (10,7%).

4. Remaja

Tabel 37Distribusi Remaja Berdasarkan Masalah

di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec Barombong Kab GowaNO Masalah Remaja Jumlah %

1 Sulit belajar 10 4,3

2 Begadang 27 11,5

3 Kurang percaya diri 11 4,7

4 Kurang bergaul 5 2,13

5 Tidak ada masalah 182 77,4

Jumlah 235 100

Sumber : data primer Juli 2007

Interpretasi :

43

Page 44: BAB I laporan komunitas

Tabel 37. Dari 235 remaja begadang menempati jumlah terbanyak yakni 11,4% masalah

yang ditemukan, sulit belajar 4,25%, kurang percaya diri 4,6%, kurang bergaul 2,1.

ANALISA DATA

D a t a Masalah KesehatanDiagnosa Keperawatan

Komunitas

Terdapat vector

berbahaya di rumah-

rumah Dusun

Moncobalang yakni:

nyamuk (58,3%),

Ayam(14,3%), lalat

(11,95%.

Masih terdapat

keluarga yang tidak

memasak air

minumnya sebanyak

7,4%.

Ditemukannnya jentik

pada penampungan air

sebanyak 5,5%

Sebagian besar warga

Lingkungan

masyarakat yang

kurang sehat

Risiko terjadinya penyebaran

penyakit infeksi

(Typoid,Diare,ISPA,DHF,Flu

burung) di Dusun Moncobalang

berhubungan dengan :

a. Kurang pengetahuan masyarakat

tentang pentingnya kesehatan

lingkungan.

b. Kurangnya kesadaran untuk

hidup sehat

44

Page 45: BAB I laporan komunitas

tidak memiliki tempat

pembuangan sampah:

dikumpulkan dan

dibakar 923%,

sembarangan 5,2%,

sungai/kanal 0,6%,di

selokan 1,2%

Sebagian besar warga

tidak memiliki tempat

pembuangan

airlimbah: selokan

89,8%,sawah

2,5%,sembarangan

tempat 6,2%

Masih ditemukannya

rumah yang tidak

memiliki ventilasi

yang cukup 6,8%

Ada 66 rumah (20,3%)

yang jarak sumber air

minum dengan

penampungan kotoran

atau septitenk kurang

dari 10 meter.

Keluarga yang tidak

memiliki jamban 29

keluarga (8,9%)

Sebagian besar warga

tidak memanfaatkan

halaman rumahnya

45

Page 46: BAB I laporan komunitas

55,7%

Jenis penyakit yang

diderita masyarakat

dusun Moncobalang

dalam satu terakhir

gangguan pernapasan

25,3%, Hipertensi

21,5%, Diare

6,3%,rematik

6,3%,Demam klinik

6,3%,DBD 3,8%.

Tingkat pendidikan

warga Moncobalang

SD 41,7%, SMP

17,8%, SMA

17,3%,Diploma/S1 4,5

dan yang tidak sekolah

5,5%

Dari 121

bayi/Balita masih adanya

bayi/Balita yang tidak

pernah mendapatkan

imunisasi 4,96%

Masih

adanya Bayi/Balita yang

tidak pernah ditimbang

9,1%

Masih

adanya Bayi/Balita yang

tidak memiliki KMS

9,09%

Penyakit

Resiko peningkatan

morbiditas pada bayi

dan balita

Risiko terjadinya peningkatan

angka kesakitan pada bayi/balita di

Dusun Moncobalang berhubungan

dengan :

a. Kurangnya

pengetahuan ibu tentang

pemeliharaan kesehatan yang

dibutuhkan bayi/balita

b. Kurangnya

pengetahuan ibu-ibu tentang

manfaat sarana kesehatan

posyandu.

46

Page 47: BAB I laporan komunitas

yang sering diderita dari

119 bayi/balita adalah

batuk-batuk 45,3%,

demam 36,08%, penyakit

kulit 5,1%, diare 11,3%,

kejang 2,06%.

Kurangnya

pengetahuan bumil ttg

pentingnya pemeriksaan

kesehatan bumil

Kurangnya

kesadaran bumil tentang

pemanfaatan sarana

kesehatan untuk ibu

hamil ditandai dengan :

1. Dari data bumil yang

ada masih terdapatnya

ibu-ibu hamil yang

tidak memeriksakan

kehamilannya 14,3%

2.Masih terdapatnya ibu-

ibu hamil dalam

masa kehamilannya

tidak/belum mendapatkan

suntikan TT (42,9%)

Kelompok Usia lansia 55-

59 tahun 32,9%

60-69 tahun 46,4%

>70 tahun 20,7 %

Resiko terjadinya

morbilitas pada ibu-ibu

hamil

Resiko meningkatnya

angka morbiditas

lansia.

Risiko terjadi kematian bumil akibat

tidak melakukan pemeriksaan

kehamilan b/d :

a. Kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya

kesehatan ibu hamil dan

menyusui

b. Kurangnya kesadaran

masyarakat tentang pemanfaatan

sarana kesehatan untuk ibu

hamil/ibu menyusui

Risiko terjadinya penyakit pada

lansia diakibatkan oleh penurunan

47

Page 48: BAB I laporan komunitas

Bentuk bantuan yang

paling dibutuhkan lan -

sia adalah pelayanan

kesehatan,sebanyak

(90,3%)

Remaja yang

memiliki masalah dalam

belajar sebanyak 4,3%,

begadang 11,5%, kurang

percaya diri 4,7%, kurang

bisa bergaul 2,13%

Masyarakat Dusun

Moncobalang mengatakan

sudah pernah terjadi

pemuda desa yang

meninggal karena over

dosis obat-obatan

( pemakai NAPZA)

Resiko terjadinya

kenakalan remaja

fungsi tubuh b/d :

a. Kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang kesehatan

lansia

b. Kurangnya kesadaran

masyarakat tentang pemanfaatan

sarana kesehatan untuk lansia.

Resiko terjadinya kenakalan remaja

(pemakai obat-obatan/Narkoba

berhubungan dengan:

a. Kurangnya pengetahuan

tentang bahaya yang diakibatkan

oleh NAPZA terkhusus

HIV/AIDS

b. Kurangnya kesadaran para

pemuda desa untuk

memanfaakan waktu luangnya

untuk kegiatan positif

Berdasarkan analisis data diatas, maka prioritas masalah keperawatan komunitas

berdasarkan skoring di Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa sebagai berikut :

No Masalah KesehatanKriteria Skor Urutan

Prioritas1 2 3 4 5 6 7 8

1. Risiko terjadinya penyebaran

48

Page 49: BAB I laporan komunitas

penyakit infeksi

(Typoid,Diare,ISPA,DHF,Flu

burung) di Dusun

Moncobalang berhubungan

dengan :

c. Kurang pengetahuan

masyarakat tentang

pentingnya kesehatan

lingkungan.

d. Kurangnya kesadaran

untuk hidup sehat

2 Risiko terjadinya

peningkatan angka kesakitan

pada bayi/balita di Dusun

Moncobalang berhubungan

dengan :

c. Kurangnya

pengetahuan ibu tentang

pemeliharaan kesehatan

yang dibutuhkan bayi/balita

d. Kurangnya

pengetahuan ibu-ibu tentang

49

Page 50: BAB I laporan komunitas

manfaat sarana kesehatan

posyandu.

3 Risiko terjadi kematian bumil

akibat tidak melakukan

pemeriksaan kehamilan b/d :

c. Kurangnya

pengetahuan masyarakat

ttg pentingnya kesehatan

ibu hamil dan menyusui

d. Kurangnya kesadaran

masyarakat tentang

pemanfaatan sarana

kesehatan untuk ibu

hamil/ibu menyusui

4 Risiko terjadinya penyakit

pada lansia diakibatkan oleh

penurunan fungsi tubuh b/d:

c. Kurangnya

pengetahuan masyarakat

50

Page 51: BAB I laporan komunitas

tentang kesehatan lansia

Kurangnya kesadaran

masyarakat tentang

pemanfaatan sarana

kesehatan untuk lansia

5 Resiko terjadinya kenakalan

remaja (pemakai obat-

obatan/Narkoba berhubungan

dengan:

c. Kurangnya

pengetahuan tentang

bahaya yang diakibatkan

oleh NAPZA terkhusus

HIV/AIDS

d. Kurangnya kesadaran

para pemuda desa untuk

memanfaakan waktu

luangnya untuk kegiatan

positif

Keterangan :

1. Kesesuain dengan peran perawat kesehatan masyarakat

2. Jumlah yang beresiko

3. Tingkat keseriusan

51

Page 52: BAB I laporan komunitas

4. Kemungkinan untuk melakukan penyuluhan kesehatan

5. Minat masyarakat

6. Kemungkinan untuk mengatasi masalah

7. Sesuai dengan program pemerintah

8. Tersedainya sumber-sumber untuk menyeelesaikan masalah

3. Diagnosa keperawatan komunitas berdasarkan skala prioritas

Berdasarkan skoring di atas maka prioritas masalah keperawatan pada

masyarakat Dusun Moncobalang Desa Moncobalang Kec. Barombong Kab. Gowa

sebagai berikut :

1. Risiko terjadinya penyebaran penyakit infeksi (Typoid,Diare,ISPA,DHF,Flu

burung) di Dusun Moncobalang berhubungan dengan: kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan, kurangnya kesadaran

masyarakat untuk hidup sehat, ditandai dengan, masih kurangnya penyuluhan

kesehatan di Dusun Moncobalang khususnya masalah kesehatan lingkungan.

- Keluarga yang tidak memiliki jamban 29 keluarga (8,9%)

- Membuang air limbah di sembarang tempat sebanyak 20 rumah (6,2%),selokan 292

( 89,8%) dan di sawah 8 ( 2,5%)

- Masih adanya keluarga yang air minumnya tidak di masak sebanyak (7,4%)

- Penampungan air berlumut dan berjentik pada penampungan air 5,5%

- Vektor membahayakan kesehatan terbanyak adalah nyamuk 58,3%, ayam

(14,3%), lalat (11,95%)

- Ada 66 rumah (20,3%) yang jarak sumber air minum dengan penampungan kotoran

atau septitenk kurang dari 10 meter.

- Pembuangan sampah disembarang tempat sebanyak 17 rumah (5,2%)

- Terdapat 22 rumah (5,5%) yang tidak memiliki ventilasi sesuai standar kesehatan.

52

Page 53: BAB I laporan komunitas

- Jenis penyakit yang diderita masyarakat dusun Moncobalang dalam satu terakhir

gangguan pernapasan 25,3%, Hipertensi 21,5%, Diare 6,3%,rematik 6,3%,Demam

klinik 6,3%,DBD 3,8%.

- Tingkat pendidikan warga Moncobalang SD41,7%,

SMP17,8%,SMA17,3%,Diploma/S1 4,5 dan yang tidak sekolah 5,5%

2. Risiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada bayi/balita di Dusun

Moncobalang berhubungan dengan: Kurangnya pengetahuan ibu tentang

pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan bayi/balita;Kurangnya pengetahuan ibu-

ibu tentang manfaat sarana kesehatan posyandu yang ditandai dengan :

- Dari 121 bayi/balita yang tidak mendapatkan imunisasi 4,96%

- Alasan bayi/balita tidak diimunisasi terbanyak adalah 14 bayi/balita (38,89%)

karena orang tua mereka tidak tahu manfaat imunisasi dan 10 bayi/balita (27,78%)

karena sedang sakit.

- Masih adanya bayi/balita yang tidak pernah ditimbang (9,1%)

- Bayi/balita yang tidak memiliki KMS sebanyak (9,09%)

- Penyakit yang sering diderita dari 121 bayi/balita adalah batuk-batuk 45,3%,

demam 36,08%, Penyakit kulit 5,1%, diare 11,3%, dan yang kejang 2,06%.

3. Risiko terjadi kematian bumil akibat tidak melakukan pemeriksaan kehamilan b/d

kurangnya pengetahuan masyarakat ttg pentingnya kesehatan ibu hamil dan

menyusui kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan

untuk ibu hamil/ibu menyusui

- Terdapatnya ibu-ibu yang hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya 14,3%

- Terdapatnya ibu-ibu hamil dalam masa kehamilannya tidak/belum mendapatkan

suntikan TT (42,9%)

53

Page 54: BAB I laporan komunitas

4. Risiko terjadinya penyakit pada lansia diakibatkan oleh penurunan fungsi tubuh

b/d kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia kurangnya

kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia.

- Kelompok usia lansia 55-59 tahun 32,9%, 60-69 tahun 46,4%, diatas 70 tahun

20,7%

- Kelompok lansia tertinggi adalah berkisar umur 60 -69 tahun sebanyak (46,4%).

- Bentuk bantuan yang paling dibutuhkan lansia adalah pelayanan kesehatan 90,3%.

5. Resiko terjadinya kenakalan remaja (pemakai obat-obatan/Narkoba berhubungan

dengan:Kurangnya pengetahuan tentang bahaya yang diakibatkan oleh NAPZA

terkhusus HIV/AIDS Kurangnya kesadaran para pemuda desa untuk memanfaakan

waktu luangnya untuk kegiatan positif

- Remaja yang memiliki masalah dalam belajar sebanyak 10 orang (4,3%), begadang

27 orang(11,5%), kurang percaya diri 11 (4,7%), kurang bisa bergaul 5 orang

(2,13%).

- Masyarakat Dusun Moncobalang mengatakan sudah pernah terjadi pemuda desa

yang meninggal karena over dosis obat-obatan ( Pemakai NAPZA).

4. Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas

1. Diagnosa Keperawatan I :

Risiko terjadinya penyebaran penyakit infeksi (Typoid,Diare,ISPA,DHF,Flu

burung) di Dusun Moncobalang berhubungan dengan: kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan, kurangnya kesadaran

masyarakat untuk hidup sehat.

Tujuan Umum

54

Page 55: BAB I laporan komunitas

Setelah dilakukan intervensi keperawatan, masyarakat di Dusun Moncobalang

terhindar dari penyakit-penyakit infeksi yang diakibatkan oleh lingkungan yang

tidak sehat.

Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 minggu masyarakaat di Dusun

Moncobalang dapat :

1. Mengenal penyakit-penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak

sehat.

2. Mengenal sumber-sumber yang dimiliki untuk memelihara lingkungan yang

sehat khususnya pembuatan jamban keluarga

3. Mengenal tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit akibat perilaku dan

lingkungan yang tidak sehat

4. Melakukan tindakan untuk memelihara lingkungan yang sehat : membuang

sampah sesuai dengan jenis dengan dan tempat yang sehat, SPAL yang

tertutup, penampungan air tertutup dan bersih, memasak air minum

Intervensi keperawatan

1. Berikan penyuluhan kesehatan pada keluarga/kelompok/masyarakat tentang

manfaat pemeliharan kesehatan diri dan lingkungan rumah yang sehat.

2. Beri penyuluhan kesehatan tentang berbagai penyakit yang lazim terjadi

dalam masyarakat akibat sanitasi lingkungan yang buruk ( diare, DBD,Flu

burung,Typoid )

3. Lakukan penjajakan kerja sama lintas sector upaya pemberian bubuk Abate

dan fogging DBD

4. Lakukan kerja sama dengan Puskesmas, kader kesehatan, pemerintah desa,

POKJAKES sebagai sasaran perilaku hidup bersih dan sehat.

55

Page 56: BAB I laporan komunitas

5. Giatkan Kerja Bakti “ gerakan Ahad bersih “ bersama masyarakat

6. Penyuluhan dan pembuatan TOGA percontohan.

7. Pembuatan Jamban Percontohan

8. .Pengadaan tempat Sampah dan SPAL percontohan

Implementasi :

1. Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan ( POKJAKES ) pada tanggal 11 Juli

2007 yang merupakan langkah awal untuk menigkatkan tingkat kesejahterahan

masyarakat Dusun khususnya dalam bidang kesehatan karena POKJAKES ini

diharapkan nantinya sebagai perpanjang tangan dari Puskesmas.

2. Pada hari Rabu tanggal 18 Juli 2007 di Mesjid Babul Rahma RW I dan Jum’at

tanggal 27 Juli 2007 di Mesjid Babul Jannah RW III Moncobalang dilakukan

penyuluhan tentang syarat rumah sehat yang meliputi ventilasi yang sesuai standar

kesehatan, syarat air bersih, adanya jamban keluarga, adanya saluran pebuangan air

limbah ( SPAL ), dan pemanfaatan pekarangan rumah sehat. Serta akibat dan

penyakit yang bisa ditimbulkan oleh kesehatan lingkungan yang terabaikan.

3. Tanggal 18 Juli 2007 pada tempat yang sama juga diadakan penyuluhan tentang

Taman Obat Keluarga ( TOGA ) diantaranya manfaat dari bawang merah, bawang

putih, sereh, lengkuas, daun bunga buaya, daun pepaya dll. Kemudian pada hari

Sabtu tanggal 21 dilakukan pembuatan percontohan TOGA di rumah sala satu

warga.Dan tanggal 27 Juli 2007 di RW III Moncobalang tepatnya pada kampung

Ballapangka juga di adakan penyuluhan TOGA dan taman percontohan dibuat

sebelumnya pada hari selasa tanggal 24 Juli 2007. Percontohan Taman Obat

keluarga juga di tempatkan pada RW IV Moncobalang.

4. Pada hari Jum’at tanggal 10 Agustus 2007 dilakukan penyuluhan di mesjid Babul

Khaerat pukul 13.30 dan Mesjid Babul Jannah pada pukul 16.00

56

Page 57: BAB I laporan komunitas

2. Diagnosa Keperawatan II :

Risiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada bayi/balita di Dusun

Moncobalang berhubungan dengan: kurangnya pengetahuan ibu tentang

pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan bayi/balita, kurangnya pengetahuan ibu-

ibu tentang manfaat sarana kesehatan posyandu.

Tujuan umum :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bayi/balita di Dusun

Moncobalang terhindar dari berbagai penyakit terutama yang dapat dicegah

dengan imunisasi

Tujuan Khusus

1. Mengenal manfaat imunisasi dan kebutuhan gizi bayi balita

2. Melakukan tindakan untuk memperoleh imunisasi lengkap dan terpenuhnya

kebutuhan gizi bayi/balita

3. Memanfaatkan sarana kesehatan untuk memelihara dan pengobatan bayi/balita

Intervensi Keperawatan

1. Beri penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan dalam

pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita,melalui kunjungan rumah dan

kegiatan kelompok (kebutuhan gizi,manfaat imunisasi)

2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada ibu dan keluarga tentang penyakit

yang sering diderita bayi/balita (Diare)

3. Kerja sama dengan puskesmas untuk melakukan pelatihan/penyegaran kader

untuk meningkatkan pelayanan posyandu

4. Kerja sama dengan kader posyandu dan puskesmas pemberian makanan tambahan

bagi bayi/balita

57

Page 58: BAB I laporan komunitas

5. Lakukan deteksi tumbuh kembang bayi dan balita yang beresiko tinggi mengalami

masalah gizi dan penyakit melalui kunjungan rumah

Implementasi :

1. Penyuluhan kesehatan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi/balita

(imunisasi, manfaat asi, gizi bayi/balita) pada tanggal 18 di posyandu

Ballapangka, tanggal 19 di posyandu Moncobalang 1 dan Posyandu

Moncobalang 11

2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang penyakit yang sering diderita

bayi/balita (Diare) pada tanggal 18 di posyandu Ballapangka, tanggal 19 di

posyandu Moncobalang 1 dan Posyandu Moncobalang 11

3. Pemberian makanan tambahan di rangkaikan dengan pelaksanaan kegiatan di

tiap-tiap posyandu pada tanggal 18 di posyandu Ballapangka, tanggal 19 di

posyandu Moncobalang 1 dan Posyandu Moncobalang 11

4. Kerja sama dengan puskesmas malakukan pelatihan kader posyandu pada tanggal

19 Juli 2007

5. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) pada Sekolah Dasar

Moncobalang I pada hari senin tanggal 13 Agustus 2007.

6. Perlombaan bayi/balita Sehat yang di rangkaikan dengan peringatan Hut ke 62

3. Diagnosa Keperawatan III

Risiko terjadi kematian bumil akibat tidak melakukan pemeriksaan kehamilan b/d

kurangnya pengetahuan masyarakat ttg pentingnya kesehatan ibu hamil dan

menyusui kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan

untuk ibu hamil/ibu menyusui

Tujuan Umum :

58

Page 59: BAB I laporan komunitas

Setelah dilakukan intervensi / tindakan keperawatan diharapkan bumil/busui

terhindar dari kematian akibat penyakit dan penyulit persalinan

Tujuan Khusus :

1. Ibu-ibu dapat mengenal tentang penyakit yang disering di derita oleh ibu

Hamil selama masa kehamilan

2. Orang tua dapat mengambil keputusan dalam menangani penyakit yang

sering diderita ibu hamil dan dapat memanfaatkan sarana kesehatan

Intervensi :

1. Berikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada masyarakat Dusun

Moncobalang tentang ibu hamil dan manfaat menyusui.

2. Memotivasi ibu hamil untuk membawa bayi/balita dan memeriksakan ibu hamil

diposyandu/bidan.

Implementasi :

1. Pendidikan kesehatan pada bumil dan penyuluhan keluarga berencana juga

di rangkaikan dengan pelaksanaan kegiatan posyandu yakni pada tanggal 18 di

posyandu Ballapangka, tanggal 19 di posyandu Moncobalang 1 dan Posyandu

Moncobalang 11

4.Diagnosa Keperawatan IV :

Risiko terjadinya penyakit pada lansia diakibatkan oleh penurunan fungsi tubuh

b/d :Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia; Kurangnya

kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia.

Tujuan Umum

Setelah dilakukan intervensi/tindakan keperawatan diharapkan lansia dapat

terhindar dari penyakit dan masalah lain akibat penurunan fungsi tubuh.

Tujuan khusus

59

Page 60: BAB I laporan komunitas

1. Dapat mengambil keputusan tentang masalah/ penyakit yang diderita lansia

2. Dapat menggunakan fasilitas kesehatan dalam melakukan pengobatan terhadap

penyakit yang diderita lansia

Intervensi :

1. Kaji masalah-masalah kesehatan yang lazim dialami pada lansia

2. Beri pendidikan dan penyuluhan kesehatan lansia pada masyarakat

3 Lakukan senam (olahraga) lansia.

Implementasi :

1. Penyaringan/skrening kesehatan Usila dilaksanakan pada tanggal 20 Juli

2007 di Mesjid Babul Rahma RW II Moncobalang 1, pada hari jum’at

tanggal 27 Juli 2007 di Mushalla Ballapangka dan pada tanggal 10 Agustus di

laksanakan pada 2 tempat yakni di Mesjid Babul Khaerat pukul 13.30 dan

pukul 16.00 di Mesjid Babul Jannah

2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan lansia khususnya penyakit yang sering

diderita lansia: hipertensi dan rematik. dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2007

di Mesjid Babul Rahma RW II Moncobalang 1, pada hari jum’at tanggal 27

Juli 2007 di Mushalla Ballapangka dan pada tanggal 10 Agustus di

laksanakan pada 2 tempat yakni di Mesjid Babul Khaerat pukul 13.30 dan

pukul 16.00 di Mesjid Babul Jannah.

3. Olaraga Lansia dan Pengajian Lansia.Olarga lansia di laksanakan pada hari

Sabtu tanggal 11 Agustus 2007 dan Pengajian Lansia pada tanggal 20 Juli

2007 di Mesjid Babul Rahma RW II Moncobalang I.

4. Kerja sama dengan Puskesmas untuk pembentukan posyandu Usila.Louncing

pertama di laksanakan pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2007

5. Diagnosa Keperawatan V

60

Page 61: BAB I laporan komunitas

Resiko terjadinya kenakalan remaja (pemakai obat-obatan/Narkoba berhubungan

dengan Kurangnya pengetahuan tentang bahaya yang diakibatkan oleh NAPZA

khususnya HIV/AIDS. Kurangnya kesadaran para pemuda desa untuk

memanfaakan waktu luangnya untuk kegiatan positif

Intervensi :

1. Penyuluhan kesehatan remaja,bahaya NAPZA dan penularan HIV/AIDS

2. Melaksanakan kegiatan olaraga: volly ball, sepak bola, sepak takraw, yang

dirangkaikan dengan peringatan HUT RI ke 62

3. Kerja sama dengan kelompok pemuda melaksanakan donor darah

Implementasi

1. Penyuluhan kesehatan remaja,bahaya NAPZA dan penularan HIV/AIDS

dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 Juli 2007 pada pukul 20.00 Wita

2. Melaksanakan kegiatan olaraga: volly ball, sepak bola, sepak takraw, yang

dirangkaikan dengan peringatan HUT RI ke 62. Dilaksanakan pada tanggal 13-16

Agustus 2007

3. Kerja sama dengan kelompok pemuda melaksanakan donor darah yang

dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2007.

d. Evaluasi

Diagnosa Keperawatan I :

a. Evaluasi Struktur

Dari 142 rumah yang ada di Dusun Bontojai, terdapat 66 rumah

membuang tinja disembarang tempat dan 77 rumah tidak mempunyai SPAL.

Masalah kesehatan lingkungan ditemukan pada semua keluarga binaan yang

berjumlah 12 keluarga. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan menggunakan

61

Page 62: BAB I laporan komunitas

alat bantu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pengetahuan

warga. Pemberitahuan kegiatan penyuluhan, kerja bakti, Puskesmas keliling

dan pembuatan WC percontohan dilakukan melalui pemberitahuan secara

langsung lewat pengeras suara yang ada di Masjid Jabal Rahmah dan Masjid

Babussalam Dusun Bontojai baik setelah shalat Subuh, shalat Jumat maupun

shalat tarwih. Rencana kegiatan juga disampaikan secara langsung pada saat

melakukan kunjungan ke keluarga binaan. Kegiatan tersebut mendapat

respon positif dari warga Dusun Bontojai. Khusus penyampaian rencana

pelaksanaan pelatihan Kader kesehatan, mahasiswa langsung menghubungi

seluruh anggota Pokjakes Dusun Bontojai dengan membawa surat tugas dari

Kepala Desa Parasangan Beru. Untuk keperluan penyuluhan dan kerja bakti

disediakan oleh mahasiswa, sedangkan untuk pelatihan kader, puskesmas

keliling dan pembuatan WC percontohan disediakan oleh mahasiswa dan

puskesmas Galesong Utara.Waktu pelaksanaan sesuai dengan yang

direncanakan. Sebelum pelaksanaan kegiatan, mahasiswa menghubungi

anggota Pokjakes, Kepala Dusun dan pihak yang terkait. Selain itu

mempersiapkan bahan dan media yang akan digunakan serta menentukan

mahasiswa dan pokjakes yang akan memberikan penyuluhan tentang

kesehatan lingkungan.

b. Evaluasi Proses

Penyuluhan dilakukan terhadap keluarga binaan pada lingkungan

rumah yang dilakukan oleh masing-masing mahasiswa yang menjadi

penanggungjawab keluarga binaan tersebut, sedangkan penyuluhan kepada

masyarakat dilaksanakan di dua Mesjid yang ada di Dusun Bontojai yaitu

Masjid Babussalam dan Masjid Jabal Rahmah. Pemilihan tempat tersebut

62

Page 63: BAB I laporan komunitas

berdasarkan waktu pelaksanaan KKLP yang bertepatan dengan bulan

Ramadhan dan komunitas Dusun Bontojai yang 100% beragama Islam.

Pelaksanaan penyuluhan keseluruhan berjalan lancar sesuai rencana berkat

dukungan dan kerjasama dari kepala Dusun, tokoh masyarakat, pokjakes

Dusun, mahasiswa dan seluruh masyarakat Dusun Bontojai. Demikian pula

dengan pelaksanaan kerja bakti, pembuatan WC percontohan, puskesmas

keliling, pelatihan dan penyegaran kader yang dalam pelaksanaannya

terdapat materi jamban keluarga, rumah sehat, air bersih, SPAL, pengenalan

dan penatalaksanaan beberapa penyakit dapat dilaksanakan sesuai dengan

jadwal yang direncanakan.

c. Evaluasi Hasil

Dari 142 rumah terdapat 41,66 % tidak memiliki jamban keluarga

termasuk 12 keluarga binaan. Setelah dilakukan pembinaan didapatkan hasil

untuk psikomotor dari 46,48 % rumah yang tidak memiliki jamban menjadi

41,55 %. Sedangkan dari segi kognitif dari 41,55% keluarga yang tidak

memiliki jamban termasuk fokus keluarga binaan dari masing-masing

mahasiswa mengatakan akan berusaha untuk membuat jamban keluarga baik

sendiri maupun kolektif. Kegiatan fisik lainnya berupa pembangunan

Jamban keluarga telah dilaksanakan dan mencapai hasil 75 % hal ini

dikarenakan keterbatasan dana . Untuk masalah SPAL,setelah dilakukan

pembinaan mengalami perubahan dari segi psikomotor yaitu penurunan dari

54,23 % yang awalnya tidak memiliki SPAL menjadi 45,78 %, sedangkan

dari segi kognitif pada umumnya telah memahami tentang SPAL dan berjanji

akan membuat setelah mempunyai dana yang cukup.. Kerja bakti yang

dilaksanakan 2 kali dihadiri oleh sebagian besar masyarakat Dusun Bontojai

63

Page 64: BAB I laporan komunitas

termasuk 12 keluarga binaan. Demikian halnya dengan pelaksanaan

penyuluhan kesehatan lingkungan dan 3 penyakit (daftar hadir terlampir).

Pada pelaksanaan puskel, 82 pasien datang berobat dengan berbagai diagnosa

medis

Diagnosa Perawatan 2 :

a. Evaluasi Struktur

Dari hasil pendataan diadapatkan 36 bayi/balita yang tidak

diimunisasi yang disebabkan oleh beberapa hal. Kegiatan penyuluhan yang

dilaksanakan oleh mahasiswa kepada seluruh masyarakat termasuk fokus

pada 12 keluarga binaan menggunakan alat bantu sesuai dengan tingkat

kebutuhan dan tingkat pengetahuan masyarakat/keluarga. Mahasiswa

menyiapkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan Penyuluhan, Posyandu,

pelatihan kader/pokjakes dan puskesmas keliling serat pembuatan

Posyandu percontohan kepada pihak puskesmas, pustu, kader/pokjakes

serta kepala Dusun Bontojai dan kepala Desa Parasangan Beru.

a. Evaluasi Proses

Penyuluhan dilaksanakan pada masyarakat oleh masing-masing

penanggung jawab, pembinaan dilakukan sesuai kebutuhan /pengetahuan

masyarakat . Penyuluhan di Dusun Bontojai dilaksanakan di mesjid

Babussalam dan Jabal Rahmah yang disampaikan oleh Mahasiswa dan

Pokjakes Dusun Bontojai disamping itu dilaksanakan Pelatihan kader

kesehatan pada tingkat Desa Parasangan Beru, yang selanjutnya

diaplikasikan pada pelaksanaan posyandu Dusun Bontojai yang bertempat

disalah satu rumah warga. Kegiatan lainnya berupa pelaksanaan Puskesmas

keliling, Pembangunan Posyandu Percontohan Desa Parasangan Beru. dan

64

Page 65: BAB I laporan komunitas

pelatihan /penyegaran kader dimana salah satu materinya adalah kesehatan

Ibu dan Anak serta Posyandu yang disampaikan oleh mahasiswa dan

seorang petugas dari Puskesmas Galesong Utara. Keseluruhan kegiatan

dapat dilaksanakan dengan lancar sesuai rencana berkat kerjasama semua

unsur yang terkait dan dukungan dari berbagai pihak terutama masyarakat

Dusun Bontojai.

b. Evaluasi Hasil

Penyuluhan diikuti oleh sebagian besar masyarakat Bontojai yang

pelaksanaannya dilaksanakan pada saat setelah shalat Tarawih,setelah

diberikan penyuluhan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan Ibu

hamil,bayi/balita,penyakit menular, makanan bergizi serta kesehatan

lingkungan bertambah hal ini dibuktikan dengan antusias masyarakat yang

sangat besa melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada

penyaji.. Pelatihan kader kesehatan pada tingkat desa diikuti oleh utusan

Dusun Bontojai sebanyak 12 orang yang seluruhnya adalah anggota

Pokjakes. Dan telah dibuktikan melalui pelaksanaan Posyandu di Dusun

Bontojai pada tanggal 19 Nopember 2003 (daftar bayi/balita/bumil

terlampir). Untuk kegiatan fisik berupa pembangunan Posyandu

percontohan telah dilaksanakan dan 100 % telah selesai dan telah

diresmikan oleh Ketua Tim penggerak PKK Kabupaten Takalar pada

tanggal 5 Desember 2003.. Setelah keseluruhan kegiatan dilaksanakan ,

sebagai tindak lanjut Mahasiswa menyerahkan sepenuhnya kepada

pemerintah dan masyarakat Dusun Bontojai untuk dapat melanjutkan serta

memanfaatkan sarana kesehatan yang ada.

Diagnosa Perawatan 3 :

65

Page 66: BAB I laporan komunitas

a. Evaluasi Struktur

Dari hasil pendataan didapatkan ibu hamil sebanyak 9

orang,lima orang menderita penyakit kehamilan dan 4 diantaranya

menderita anemia. Pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan adalah

penyuluhan kesehatan / gizi ibu hamil dan menyusui, pembuatan

posyandu percontohan, puskesmaas keliling, pelatihan dan penyegaran

kader dan kunjungan keluarga binaan fokus pada keluarga yang memiliki

ibu hamil dan menyusui dikoordinasikan bersama Pembimbing, Kepala

Desa, Kepala Dusun, pihak Puskesmas/Pustu, Pokjakes. Kegiatan

menggunakan alat bantu yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan

pengetahuan serta kondisi masyarakat Dusun Bontojai khususnya

keluarga binaan.

b. Evaluasi Proses

Penyuluhan yang dilaksanakan baik di Mesjid maupun di

rumah keluarga binaan disampaikan oleh penanggungjawab dari

mahasiswa dan pokjakes. Pelatihan dan penyegaran kader dilaksanakan

bersama kelompok KKLP lain bertempat di SD Inpres Dusun Jempang

dengan salah satu materinya adalah kesehatan/gizi ibu hamil dan

menyusui serta posyandu. Selanjutnya kader mengaplikasikan ilmu yang

telah diperoleh melalui pelaksanaan posyandu bersama mahasiswa dan

bidan desa. Kegiatan lainnya adalah pelaksanaan puskesmas keliling

yang bertujuan memberikan pelayanan/pengobatan langsung kepada

bumil dan buteki yang mempunyai masalah dengan kehamilannya serta

pembangunan posyandu percontohan sebagai salah satu sarana/tempat

66

Page 67: BAB I laporan komunitas

pemberian pelayanan bumil dan buteki. Seluruhan kegiatan berjalan

sesuai dengan rencana atas kerjasama semua pihak.

c. Evaluasi Hasil

Penyuluhan-penyuluhan yang dilaksanakan mendapat tanggapan

yang sanagt baik dari keluarga binaan dan masyarakat pada umumnya.

Setelah kegiatan dilaksanakan masyarakat telah memahami beberapa

penyakit yang dapat diderita oleh ibu hamil dan arti pentingnya

pemeriksaan kehamilan serta gizi bumil dan buteki. Dari segi psikomotor,

9 bumil yang ada telah memeriksakan kehamilannya dan telah mendapat

pelayanan baik pada saat pelaksanaan posyandu , puskesmas keliling

maupun pada saat kunjungan mahasiswa pada keluarga binaan sedangkan

dari segi kognitif, ibu hamil dan masyarakat umumnya setelah dilakukan

pembinaan telah memahami pentingnya gizi dan pemeriksaan bumil.

Sementara itu 12 orang kader/anggota pokjakes yang mengikuti

pelatihan dan penyegaran kader telah mendapat sertifikat serta telah

membuktikan keaktifan mereka pada pelaksanaan posyandu, penyuluhan

dan puskesmas keliling.

Diagnosa Perawatan 4 :

a. Evaluasi Struktur

Dari hasil pendataan didapatkan jumlah lansia di Dusun Bontojai

adalah 38 orang, 28 (65,12%) diantaranya mengatakan bentuk pelayanan

yang diharapkan adalah pelayanan kesehatan langsung. Kegiatan

penyuluhan dilaksanakan oleh mahasiswa dan anggota pokjakes,

menyiapkan alat Bantu sesuai dengan tingkat kebutuhan dan pengetahuan

masyarakat khususnya lansia. Pelaksanaan Puskesmas keliling

67

Page 68: BAB I laporan komunitas

dikoordinasikan bersama pihak puskesmas, kepala desa, kepala Dusun

dan pokjakes Dusun. Pemberitahuan pelaksanaan puskesmas keliling

menggunakan pengeras suara yang ada di Mesjid Jabal Rahmah dan

Babussalam, selain itu disampaikan juga secara langsung pada saat

kunjungan keluarga binaan.

b. Evaluasi Proses

Puskesmas keliling dilaksanakan pada tanggal 18 Nopember

2003 bertempat di Pesantren Babussalam dipimpin langsung oleh

dr.Tsani dari Puskesmas Galesong Utara. Mahasiswa dan kader bersama-

sama memberikan pelayanan dan penyuluhan pada lansia yang hadir pada

saat itu (daftar pasien berobat terlampir). Sedangkan penyuluhan pada

keluarga binaan yang mempunyai anggota keluarga lansia dilaksanakan

oleh masing-masing penangungjawab dari mahasiswa dan pokjakes.

Kegiatan lainnya adalah pelatihan dan penyegaran kader dengan salah

satu materinya adalah kesehatan lanjut usia disampaikan oleh mahasiswa

dan seoarang petugas dari Puskesmas Galesong Utara. Khusus

pembuatan posyandu lansia sementara ini masih dalam tahap

perencanaan yang ditangani langsung oleh pihak puskesmas Galesong

Utara.

d. Evaluasi Hasil

Sejumlah lansia telah mendapat pelayanan/pengobatan

langsung dan penyuluhan yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan

Puskesmas Keliling (daftar pasien berobat terlampir) maupun saat

kunjungan langsung ke rumah keluarga binaan. Masyarakat juga telah

memahami bagaiamana perawatan manusia usia lanjut. Pembuatan

68

Page 69: BAB I laporan komunitas

Posyandu Lansia belum dapat direalisasikan sehubungan dengan adanya

program khusus untuk pengadaan Posyandu Lansia dari pihak Puskesmas

Galesong Utara. Oleh sebab itu berdasarkan kesepakatan dengan pihak

Puskesmas, pemerintah setempat dan Pokjakes Dusun, maka pelayanan

kesehatan lansia untuk sementara akan ditempatkan di Posyandu

Percontohan yang tanggal pelaksanaannya akan dipisahkan dengan

Posyandu Bayi/Balita.

69