Upload
doandung
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Tinjauan penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kajian terhadap hasil-hasil karya tulis maupun hasil penelitian yang relevan
dengan penelitian ini yaitu penelitian mengenai perilaku konsumen, keputusan
pembelian, dan strategi pemasaran. Hasil penelitian tersebut diuraikan secara
singkat dan selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melengkapi
penelitian ini. Penelitian terdahulu pertama yang dijadikan sebagai tinjauan
penelitian berasal dari sebuah jurnal dengan “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Wisatawan dalam Melakukan Kunjungan Wisata di Kota Tidore
Kepulauan” oleh Hasan Hussaen dkk (2013). Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh faktor bauran pemasaran, sosial budaya dan psikologi
terhadap keputusan wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata di Kota Tidore
kepulauan. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini sebanyak 2.781 orang wisatawan selama tahun 2012, dan ukuran
sampel sebanyak 100 responden. Data penelitian dikumpulkan melalui
wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode yang digunakan
untuk menganalisis data adalah analisis faktor dan analisis regresi linier berganda.
Hasil analisis faktor ditemukan bahwa terdapat dua variabel pengamatan tidak
memenuhi syarat untuk difaktorkan. Dua variabel tersebut adalah kelas sosial dan
kepribadian. Untuk hasil penelitian menunjukan bahwa faktor bauran pemasaran,
11
sosial budaya dan psikologi secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata di
Kota Tidore Kepulauan. Dan faktor yang paling dominan berpengaruh adalah
faktor psikologi. Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukan bahwa variabel
independen yang diteliti mampu menjelaskan 54,70% terhadap variabel keputusan
wisatawan sedangkan sisanya 45,30% dijelaskan oleh variabel independen lainnya
yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa faktor bauran pemasaran, sosial budaya dan psikologi berpengaruh secara
nyata terhadap keputusan wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata di Kota
Tidore Kepulauan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang hendak
dilakukan adalah sama-sama membahas mengenai keputusan pembelian dan
menggunakan analisis faktor. Sedangkan letak perbedaannya pada waktu dan
lokasi penelitian.
Penelitian kedua dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Wisatawan Mancanegara dalam Pengambilan Keputusan
Pembelian Produk Kerajinan Kulit Motif Wayang (Tatah Sungging)” oleh Steven
July Doy (2012). Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui faktor apa
saja yang mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan serta
faktor apa saja yang mempunyai hubungan paling dominan dalam pengambilan
keputusan pembelian produk kerajinan kulit motif wayang (tatah sungging) pada
toko kerajinan (art shop) di Kabupaten Bantul. Penelitian ini dilakukan dengan
metode survey kepada 300 responden yang diambil secara accidental sampling,
kemudian diukur dengan skala Likert yang diuji dengan Uji Validitas dan
12
reliabilitas dengan analisis regresi linear berganda, uji f (Anova), uji t dan
koefisien determinasi. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari sembilan variabel bebas yaitu pribadi, budaya, kelompok acuan, kelas
sosial, produk, harga, promosi, distribusi, dan kondisi fisik serta dengan satu
variabel terikat yakni keputusan pembelian. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa bahwa faktor kelompok acuan dihilangkan dalam penelitian ini karena
berdasarkan uji validitas faktor kelompok acuan tidak dapat dijadikan instrumen
dalam penelitian ini, sedangkan faktor pribadi merupakan faktor yang
memberikan pengaruh terbesar terhadap pengambilan keputusan pembelian
produk kerajinan kulit motif wayang, sedangkan faktor-faktor lain seperti faktor
budaya, faktor kelas sosial, faktor produk, faktor harga, faktor promosi, faktor
distribusi dan faktor kondisi fisik merupakan faktor yang kurang dominan
memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian produk
kerajinan kulit motif wayang. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang keputusan pembelian
wisatawan, sedangkan perbedaannya terletak pada analisis yang digunakan,
jumlah responden, lokasi dan waktu penelitian.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Ratni Prima Lita (2010) yang
berjudul “Pengaruh Implementasi Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Proses
Keputusan Wisatawan Mengunjungi Objek Wisata di Kota Padang” bertujuan
untuk mengetahui pengaruh implementasi bauran pemasaran jasa sebagai
keunggulan bersaing terhadap proses keputusan wisatawan dalam mengunjungi
objek wisata di Kota Padang. Dalam penelitian ini, teknik penarikan sampel yang
13
digunakan adalah purposive sampling, dimana sampel yang diambil adalah 150
wisatawan yang mengunjungi objek wisata di kota Padang. Analisis data yang
digunakan adalah analisis jalur.
Penelitian keempat yang dilakukan oleh Eka Sulistyawati, dkk (2010)
yang berjudul “Analisis Perilaku Keputusan Konsumen dalam Pembelian Produk
Patung Kayu pada Toko Kerajinan (Art Shop) Kecamatan Sukawati, Gianyar,
Bali” bertujuan untuk mengetahui faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen
dalam keputusan pembelian produk patung kayu dan juga untuk mengetahui
faktor yang mempunyai pengaruh dominan dalam keputusan pembelian produk
patung kayu di Sukawati. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari 20 variabel yaitu pengetahuan produk, nilai budaya, keluarga, teman,
pendapatan, desain, kualitas produk, bahan, keunikan, ukuran, tingkat harga,
potongan harga, pameran, personal selling, transportasi, saluran distribusi, desain
bangunan, tempat parkir, tata letak produk, dan sarana lainnya. Adapun teknik
penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode accidental
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 reponden. Adapun analisis data
yang digunakan adalah analisis faktor dan analisis regresi berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dari 20 variabel dapat direduksi menjadi 17
variabel yang tersebar dalam 6 faktor. Sedangkan dari analisis regresi berganda
diketahui bahwa 74% keputusan pembelian patung kayu dipengaruhi oleh 6 faktor
sebagai variabel independen dan sisanya dipengaruhi oleh faktor di luar model
analisis yang diduga diantaranya adalah adanya perubahan selera konsumen yang
ingin kembali menyatu dengan alam dan peristiwa politik Indonesia yang kurang
14
mendukung bagi kunjungan wisatawan mancanegara. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang hendak dilakukan adalah sama-sama membahas keputusan
pembelian akan suatu produk wisata juga sama-sama menggunakan analisis
faktor. Perbedaannya terletak pada waktu penelitian, analisis regresi berganda.
Penelitian kelima dengan judul “Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang
Saku, Usia, dan Gender terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif
(Studi Kasus Produk Pariwisata)” oleh Hatane Semuel (2007). Penelitian ini
bertujuan menguji pengaruh stimulus iklan melalui format media audio-visual,
animasi gambar, dan teks gambar secara online dan teks gambar secara offline,
uang saku, umur, dan gender terhadap kecenderungan perilaku pembelian
impulsif. Desain penelitian berbentuk rancangan percobaan factorial dengan
memasukan format media sebagai faktor perlakuan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat perbedaan pengaruh stimulus antara format media online dengan
offline. Walaupun secara total format media online mempunyai pengaruh stimulus
yang signifikan terhadap kecenderungan perilaku pembelian, pengaruh yang lebih
kuat dari bentuk format media animasi gambar. Hasil penelitian menemukan juga,
bahwa tidak terdapat pengaruh uang saku, umur, dan gender terhadap
kecenderungan perilaku pembelian impulsif. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitan sebelumnya, yang menemukan bahwa faktor-faktor tersebut
berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif produk-produk phisik secara
offline. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang hendak dilakukan adalah
sama-sama meneliti tentang keputusan pembelian terhadap produk wisata.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan yang sekarang adalah terletak pada teknik
15
analisis data yang digunakan yaitu analisis varian sedangkan analisis data yang
digunakan pada penelitian sekarang adalah analisis faktor.
Penelitian keenam yang dilakukan oleh Hongxia Peng, dkk (2013) dengan
judul “ Tourist Behaviour in Online Booking” membahas mengenai perilaku
konsumen yang merupakan dasar dari pemasaran. Penelitian ini juga menjelaskan
tentang tahapan awal yang dilakukan oleh wisatawan dalam online booking yaitu
mencari informasi, memutuskan pembelian atau pemesanan kamar hotel melalui
online serta bagaimana loyalitas wisatawan dalam online booking tersebut. Online
booking umumnya mencari informasi untuk tinggal di sebuah hotel berdasarkan
rekomendasi dari perusahaan, teman atau rekannya, lalu kemudian ke sumber lain
seperti website, OTAs, dan TripAdvisor. Sedangkan keputusan pembelian
dipengaruhi oleh faktor yang bersumber dari pemesanan kamar online itu sendiri
seperti halnya keamanan dan kenyamanan, kebutuhan, hemat waktu, serta resiko
yang mungkin terjadi. Selain itu keputusan pembelian juga muncul akibat dari
karakteristik online travel agent itu sendiri mulai dari kualitas informasi yang
disajikan, harga yang kompetitif, kinerja pelayanan, dan reputasi perusahaan atau
hotel. Dalam penelitian ini juga dijelaskan mengenai loyalitas yang berasal dari
kepuasan yang didapatkan oleh konsumen, kualitas website, sistem informasi yang
jelas, tampilan yang menarik, serta kecepatan untuk mengakses website.
Penelitian ketujuh yang dilakukan oleh Sudara Rattanakitrungrueang
(2007) yang berjudul “A Study of Marketing Mix Factors Influencing Tourist’s
Tourist Decision To Travel To Sukhothai”. Penelitian ini membahas mengenai
persepsi wisatawan domestik tentang kawasan wisata Sukhothai dan juga
16
membahas bagaimana bauran pemasaran dapat mempengaruhi wisatawan untuk
melakukan kunjungan wisata ke daerah Sukhothai. Adapun variabel dari bauran
pemasaran yang digunakan adalah product, price, place, dan promotion. Dari 400
responden yang diteliti, maka 80% responden memilih mereka melakukan
perjalanan wisata karena dipengaruhi oleh adanya pomosi paket-paket wisata yang
menarik. Sehingga hasi dari penelitian ini, yang merupakan faktor paling
berpengaruh terhadap keputusan wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata ke
Sukhothai adalah variabel promosi. Adapun alat yang diunakan untuk
menganalisis data tersebut adalah dengan regresi linear berganda, ANOVA, dan
standar deviasi.
Penelitian kedelapan yang dilakukan oleh Rezky Purna Satit, dkk (2012)
yang berjudul “The Relationship Between Marketing Mix and Customer Decision-
Making Over Travel Agents: An Empirical Study” membahas mengenai hubungan
antara bauran pemasaran yang terdiri dari 4Ps, yakni harga, promosi, tempat dan
produk, dan pengambilan keputusan pelanggan terhadap agen perjalanan wisata
Palembang, Indonesia. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 215
responden yang dipilih secara random dari tiga agen perjalanan wisata di
Palembang, Indonesia. Data dianalisa dengan penggunaan tiga metode statistik,
yaitu, analisa Pearson, analisa korelasi dan regresi. Hasil penelitian ini
mengatakan bahwa hanya produk dan harga yang memiliki pengaruh paling
signifikan dengan pengambilan keputusan pelanggan terhadap agen perjalanan
wisata di Indonesia.
17
Penelitian kesembilan dengan judul “Pengaruh Harga, Lokasi, dan
Fasilitas terhadap Keputusan Menggunakan Jasa Taman Wisata Toar (Taman
Eman) Sonder” oleh Nicklouse Christian, dkk (2015). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh harga, lokasi dan fasilitas baik secara simultan
maupun parsial terhadap keputusan menggunakan jasa Taman Wisata Toar
Lumimuut. Metode penelitian yang digunakan adalah analisa regresi liner
berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara simultan
maupun parsial harga, lokasi dan fasilitas berpengaruh signifikan terhadap
keputusan menggunakan jasa Taman Wisata Toar Lumimuut. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang hendak dilakukan adalah sama-sama
membahas keputusan dalam menggunakan suatu produk wisata. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada analisis data
yang digunakan yakni analisa regresi linear berganda.
Penelitian kesepuluh adalah penelitian yang dilakukan oleh Kuo-Ching
Wang, dkk (2007) dengan judul “Senior Tourist’s Purchasing Decisions in group
Package Tour” membahas mengenai keputusan wisatawan lanjut usia dalam hal
membeli paket wisata grup di Taiwan. Adapun variabel yang digunakan alam
penelitian ini adalah variabel keluarga dengan indikator family member, dengan
jumlah responden adalah sebanyak 293 orang. Analisis data yang digunakan
adalah analisis chi-square. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
bahwa peran suami dalam mengambil keputuan untuk membeli atau
menggunakan paket wisata grup sangat berpengaruh dibanding dengan
pendapatan keluarga faktor lain. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
18
hendak dilakukan adalah membahas keputusan pembelian paket wisata.
Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, waktu penelitian, dan teknik analisis
data yang digunakan.
2.2 Tinjauan Konsep
2.2.1 Tinjauan tentang Pariwisata
Kegiatan kepariwisataan adalah kegiatan yang mengutamakan pelayanan
dengan orientasi pada kepuasan wisatawan, pengusaha dibidang pariwisata,
pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang RI No.10 tahun 2009
tentang Kepariwisitaan menyebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, dan pemerintah daerah.
Menurut Pendit (2002), pariwisata adalah kepergian orang-orang
sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan diluar tempat
tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada
di tempat tujuan tersebut, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata.
Sedangkan pengertian pariwisata menurut Arshanti (2007) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan konteks “to do something not as a task but for pleasure”
artinya melakukan sesuatu bukan sebagai tugas tetapi sebagai kegiatan bersenang-
senang.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
pariwisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan lebih dari 24 jam,
tidak bertujuan untuk mencari nafkah dan jauh dari lokasi tempat tinggal serta
19
dalam perjalanannya menggunakan atau menikmati arana pariwisata yang ada di
suatu kawasan destinasi wisata.
2.2.2 Tinjauan tentang Pemasaran
Menurut Yoeti (1996) menyatakan bahwa pemasaran bukan saja
mencakup masalah jual beli yang terjadi dalam pasar, tetapi juga membicarakan
secara sistematis segala yang mencakup gerak pelaksanaan konsepsi, penentuan
harga promosi dan distribusi ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang memuaskan tujuan individual dan organisasi – organisasi perdagangan
dalam arti yang seluas – luasnya, tidak hanya menyangkut barang dan jasa tetapi
juga service. Menurut Lamb, Hair, McDaniel (2001), bahwa pemasaran adalah
suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi
sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu
mencapai tujuan individu dan organisasi. Sedangkan menurut Kotler (1994),
pemasaran merupakan analisis perencanaan dan pengawasan mengenai sumber
kebijakan dan kegiatan yang berkenan dengan pelanggan perusahaan yang
dimaksudkan ingin memuaskan kebutuhan dari kelompok pelanggan tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran
adalah proses pengenalan suatu produk kepada individu atau kelompok yang
dijadikan sebagai target sasaran untuk mendapatkan apa yang sasaran itu
butuhkan dan inginkan.
20
2.2.3 Tinjauan tentang Pemasaran Pariwisata
Pengertian pemasaran pariwisata menurut Krippindrof (dalam Yoeti,
1996) adalah suatu sistem untuk koordinasi yang harus dilakukan sebagai
kebijaksanaan bagi perusahaan, kelompok industri pariwisata, baik milik swasta
maupun pemerintahan dalam lingkup lokal, regional, nasional, maupun
internasional untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh
keunungan yang wajar. Sedangkan menurut Wahab (1997), pemasaran pariwisata
adalah suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi kepariwisataan
nasional atau industri pariwisata dalam menentukan wisatawan aktual atau
potensial, mengadakan komunikasi dengan wisatawan untuk menentukan serta
mempengaruhi keinginan, kebutuhan, dan motivasi wisatawan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka disimpulkan bahwa pengertian
pemasaran pariwisata merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan suatu
organisasi pariwisata untuk menarik wisatawan datang, tinggal, serta mampu
mempengaruhi keinginan, keutuhan, motivasi, sehingga keuntungan dari segi
material kepuasan wisatawan dapat tercapai.
2.2.4 Tinjauan tentang Paket Wisata
Paket wisata menurut Lehman (dalam Yoeti, 2003) adalah setiap
perjalanan yang dipublikasikan atau perjalanan yang dilakukan ke satu daya tarik
wisata yang meliputi pelayanan transportasi, akomodasi, faktor-faktor yang
mendukung kegiatan perjalanan tersebut atau dapat menyediakan kegiatan liburan
berikutnya. Selain itu menurut Damardjati (dalam Yoeti, 2003) mendefinisikan
21
bahwa paket wisata sebagai suatu rencana atau acara perjalanan wisata yang
disusun secara tetap dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya-biaya
untuk tranportasi, akomodasi, fasilitas, darmawisata di kota-kota atau objek wisata
dan atraksi –atraksi yang tercantum pada susunan acara.
Produk wisata sebagai salah satu objek penawaran dalam pemasaran
pariwisata memiliki unsur – unsur utama yang terdiri dari tiga bagian (Yoeti,
2003):
1) Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang
dibayangkan oleh wisatawan.
2) Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha
pengolahan makanan, parkir, transportasi, rekreasi, dan lain-lain.
3) Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.
Menurut Yoeti (2003) terdapat 7 jenis tour yang disesuaikan dengan sifat
penyelenggaranya, yaitu :
1) Package Tour
Suatu tour yang dirancang dan diselenggarakan oleh suatu travel agent
atau tour operator dengan resiko dan tanggung jawab sendiri. Dimana
susunan acara, lamanya waktu tour, tempat wisata yang akan dikunjungi,
akomodasi, transportasi, serta makanan dan minuman telah ditentukan
dalam sauatu harga yang sudah ditentukan oleh pihak tour operator.
2) Independent Tour
Independent tour disusun sesuai dengan kehendak wisatawan sendiri.
Perjalanan ini sama sekali tidak berdasarkan time schedule karena tour ini
22
dapat dimulai atau berangkat kapan saja untuk tujuan kemana saja serta
dapat menggunakan kendaraan dan akomodasi yang diinginkan wisatawan
tanpa ada suatu ikatan yang mengatur dan dilakukan secara bebas.
Perjalanan ini banyak dilakukan oleh wisatawan yang memiliki banyak
waktu luang dan tersedia banyak uang.
3) Optional tour
Optional tour adalah tour tambahan dari program tour yang telah ada.
Wisatawan yang menggunakan tour ini biasanya adalah wisatawan yang
menggunakan suatu package tour dimana wisatawan tersebut boleh ikut
atau tidak. Kalau ikut wisatawan akan dikenakan biaya tambahan karena
rencana tour ini diluar dari tour yang sebenarnya.
4) Escorted Tour
Escorted tour adalah paket wisata yang cocok bagi wisatawan yang pertam
kali melakukan perjalan keluar negeri. Escorted tour pada dasarnya adalah
inclusive tour. Dalam kasus wisatawan yang datang dengan group maka
akan dipimpin oleh seorang tour conductor.
5) Study Tour
Study tour adalah tour yang dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa yang
bertujuan untuk melihat dari dekat suatu hal yang sedang dipelajari pada
objek yang dikunjungi. Jadi terdapat unsur pendidikan guna memperdalam
suatu study.
23
6) Social Tour
Social tour adalah tour yang direncanakan dan diselenggarakan secara
sosial dengan memperhatikan faktor – faktor ekonomis dan efisien
sehingga biaya penyelenggaraan tour tersebut dapat ditekan seminimal
mungkin. Biasanya diselenggarakan oleh suatu badan – badan serta
organisasi untuk kepentingan anggotanya tanpa ada maksud untuk mencari
keuntungan dari penyelenggaraan tersebut.
7) Regular Tour
Regular tour adalah tour yang dirancang dan diselenggarakan dengan
waktu, objek, dan harga yang sudah ditetapkansesuai dengan perencanaan
yang disusun oleh biro perjalanan wisata. Selain itu regular tour
merupakan tour yang telah tersedia dan siap untuk dijual sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan untuk masing – masing tour tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa paket wisata merupakan susunan atau
rancangan perjalan wisata yang dibuat oleh biro perjalanan wisata yang
didalamnya meliputi destinasi wisata, transportasi, hotel, restoran dan fasilitas
tambahan lainnya sesuai dengan permintaan wisatwan dengan harga yang telah
ditetapkan untuk dapat memuaskan keinginan wisatawan.
24
2.2.5 Tinjauan tentang Biro Perjalanan Wisata
Menurut surat keputusan Direktur Jendral Pariwisata No.Kep.16/U/II/88
Tgl, 25 Februari 1988 tentang pelaksanaan ketentuan usaha perjalanan, pada Bab I
Penelitian Umum Pasal 1, memberi pengertian dengan batasan sebagai berikut :
1. Usaha Perjalanan adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang
mengatur, menyediakan, dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang,
sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama
untuk berwisata.
2. Biro perjalanan umum adalah badan usaha yang menyelenggarakan
kegiatan usaha perjalanan ke dalam negeri dan atau di dalam negeri dan
atau keluar negeri.
3. Cabang Biro Perjalanan Umum adalah salah satu unit usaha biro
perjalanan umum, yang berkedudukan di wilayah yang sama dengan
kantor pusatnya atau di wilayah lain, yang melakukan kegiatan kantor
pusatnya.
4. Agen Perjalanan, adalah badan usaha yang menyelenggarakan usaha
perjalanan yang bertindak sebagai perantara di dalam menjual dan atau
mengurus jasa untuk melakukan perjalanan.
5. Perwakilan, adalah Biro Perjalanan Umum, agen perjalanan, badan usaha
lainnya atau perorangan, yang ditunjuk oleh suatu biro perjalana umum
yang berkedudukan di wilayah lain atau melakukan kegiatan yang
diwakilkan, baik secara tetap maupun tidak tetap.
25
Menurut bahasan diatas dapat kita temukan dua pengertian, yaitu
disamping agen perjalanan (Travel Agent), dijumpai pula Biro Perjalanan
(Travel Bureau) yang mempunyai kegiatan berbeda satu dengan yang
lainnya.
Sesuai dengan isi Pasal 4 Bab II Surat Keputusan tersebut diatas, Biro
Perjalanan Umum, ruang lingkup usahanya terdiri dari:
1. Membuat, menjual, dan menyelenggarakan paket wisata.
2. Mengurus dan melayani kebutuhan jasa angkutan bagi perorangan dan
atau kelompok orang yang diurusnya.
3. Melayani pemesanan akomodasi, restoran, dan sarana wisata lainnya.
4. Mengurus dokumen perjalanan.
5. Menyelenggarakan panduan perjalanan wisata.
6. Melayani penyelenggaraan konvensi.
Sedangkan ruang lingkup Agen Perjalanan mencakup kegiatan usaha
sebagai berikut:
1. Menjadi perantara di dalam pemesanan tiket angkutan udara, laut, dan
darat.
2. Mengurus dokumen perjalanan.
3. Menjadi perantara di dalam pemesanan akomodasi, restoran, dan sarana
wisata lainnya.
4. Menjual paket – paket wisata yang dibuat oleh Biro perjalanan Umum.
26
Pengertian tentang biro perjalanan wisata menurut Pendit (dalam Yoeti,
2003) adalah perusahaan yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan suatu
perjalanan (tour) bagi seseorang yang merencanakan untuk mengadakannya.
Sedangkan menurut Damardjati (dalam Yoeti, 2003) batasan mengenai travel
bureau yakni perusahaan yang khusus mengatur dan menyelenggarakan
perjalanan dan persinggahan orang-orang. Termasuk kelengkapan perjalanannya,
baik dari satu tempat ke tempat lain, baik di dalam negeri, dari luar negeri, ke luar
negeri atau dalam negeri itu sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa biro perjalanan wisata merupakan suatu
perusahaan yang menekankan pada perencanaan (planning) dan penyelenggaraan
(arrangement) perjalanan wisata atas inisiatif sendiri dan tanggung jawab sendiri,
dengan tujuan untuk mengambil keuntungan dari penyelenggaraan perjalanan
tersebut.
2.2.6 Tinjauan tentang Wisatawan
International Union of Office Travel Organization (IUOTO) memberikan
batasan wisatawan sebagai berikut:
1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan
keluarga, kesehatan, dan lainlain.
2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-
pertemuan atau karena tugas-tugas tertentu (ilmu pengetahuan, tugas
peerintah, diplomasi, agama, olah raga, dan lain-lain).
3. Mereka yang datang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.
27
4. Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun
tinggal di suatu Negara kurang dari 24 jam.
World Tourism Organization (WTO) dalam Marpaung (2002),
memberikan definisi sebagai berikut:
1. Pengunjung adalah setiap orang yang berkunjng ke suatu Negara lain, ia
mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang
diberikan oleh Negara yang ikunjunginya.
2. Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara
tanpa memandang kewarganegaraannya berkunjung ke suatu tempat pada
Negara yang sama unuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan
perjalanannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan,
pendidikan dan olah raga.
b. Bisnis atau mengunjungi keluarga.
3. Darma wisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang
menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjunginya, termasuk
orang yang berkeliling dengan kapal pesiar, namun tidak termasuk para
pesiar yang memasuki secara ilegal. Misalnya: orang yang hanya tinggal di
ruang transit pelabuhan udara.
Wisatawan menurut Yoeti (1999) adalah seseorang yang melakukan
perjalanan untuk sementara waktu, tidak kurang dari 24 jam, dan semata-mata
sebagai konsumen, bukan mencari nafkah atau bekerja tetap di tempat yag ia
kunjungi.
28
2.2.7 Tinjauan tentang Keputusan Pembelian
2.2.7.1 Perilaku Pembelian Konsumen
Perilaku pembelian konsumen adalah perilaku pembeli konsumen akhir,
mereka yang membeli produk untuk penggunaan pribadi atau keluarga bukan
untuk tujuan bisnis. Perilaku konsumen di definisikan oleh Swastha dan Handoko
(2000) adalah kegiatan-kegiatan individuyang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan dan persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan
tersebut”. Perilaku konsumen ini memiliki pengertian tentang proses pengambilan
keputusan dan aktifitas dalam merealisir keputusan yang diambil. Sehingga apa
yang berada dalam pikiran konsumen pada waktu akan membeli suatu barang
tidak bisa diketahui dengan pasti. Schiffman dan Kanuk (dalam Mulyadi, 2013)
menyatakan batasan perilaku konsumen adalah “The term consumer behavior
refers to the behavior that consumer display in searching for, purchasing, using,
calculating and disposing of products and services that hey expect will satisfy
their needs”. Artinya adalah bahwa perilaku konsumen merujuk kepada perilaku
yang diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menghabiskan produk barang dan produk jasa yang mereka
harapkan akan memmuaskan kebutuhan mereka. Menurut Engel, Blackwell dan
Miniard (dalam Mulyadi, 2013) memberikan batasan tentang perilaku konsumen
adalah “We define consumer behavior as those activities directly involved
obtaining, consuming, and disposing of product and services, including the
decision processes that proceed and follow these action”. Artinya adalah bahwa
29
perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan itu. Para pemasar
harus menganalisis perilaku pembelian konsumen karena beberapa alasan.
Pertama, mereaksi pembeli terhadap strategi pemasaran perusahaan memiliki
dampak yang besar terhadap keberhasilan perusahaan. Kedua, konsep pemasaran
menekankan bahwa sebuah perusahaan harus menciptakan bauran pemasaran
yang memuaskan konsumen. Ketiga, dengan memperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian, para pemasar
dapat lebih baik dalam memperkirakan bagaimana konsumen menanggapi strategi
pemasaran.
2.2.7.2 Model Perilaku Membeli Konsumen
Pemasar biasanya tertarik pada perilaku pembelian konsumen, terutama
pada pilihan merk mana yang akan dibeli oleh konsumen, karakteristik pembeli,
dan proses pengambilan keputusan pembelian produk tertentu. Tugas pemasar
adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadarn pembeli mulai dari adanya
rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian konsumen.
Menurut Blackwell et al, (2005), model perilaku konsumen terdiri dari tiga
dimensi, yaitu:
1. Stimulus pemasaran dan stimulus lain (stimulus ganda)
Stimulus yang dijalankan produsen atau pemasar, bisa berupa strategi
bauran pemasaran (produk, harga, tempat, dan promosi), dan stimulus lain
30
yang berupa ekonomi, politik teknologi dan budaya, dan teknologi yang
dirancang pemasar untuk mempengaruhi dan memotivasi perilaku
konsumen agar mau melakukan pembelian produk.
2. Kotak hitam konsumen.
Dimensi kedua dari model prilaku konsumen adalah kotak hitam konsumen,
yang mencakup:
a. Karakteristik konsumen
b. Proses pengambilan keputusan konsumen
Contoh dari karakteristik konsumen adalah jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan, penghasilan, kelas sosial budaya dan lain sebagainya.
Sedangkan proses pengambilan keputusan konsumen dimulai dengan
dirasakannya beberapa masalah yaitu kebutuhan dan keinginan yang
belum terpuaskan, pencarian informasi, pengevaluasian, pembuatan
keputusan pembelian, dan diakhiri dengan tindakan pascapembelian.
3. Respon konsumen.
Dimensi ketiga dari model perilaku konsumen adalah respon konsumen
terhadap stimulus produsen/pemasar. Respon konsumen bisa berupa tindakan
membeli atau tidak membeli produk yang ditawarkan produsen.
31
Gambar 1
Model Perilaku Konsumen
RANGSANGAN LUAR
KOTAK
REKAMAN
(PEMIKIRAN )
PEMBELI
TANGGAPAN
PEMBELI PEMASARAN
LAINNYA
Produk
Harga
Penyaluraaaq
Promosi
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Sifat-
sifat
atau
Ciri-
ciri
Proses
Keputusan
Pembeli
Pilihan Produk
Pilihan Merk
Pilihan
penyalur
Waktu
Pembelian
Jumlah
Pembelian
Sumber: Sofyan Assuari (2002)
2.2.7.3 Pengertian Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian adalah purchase decision is the stage of the buyer
decision process in wich the customer actually the product (merupakan salah satu
proses keputusan pembelian dimana konsumen pada akhirnya membeli suatu
produk). Menurut Kotler dan Armstrong (2012), “Consumer buyer behavior refers
to the buying behavior of final consumers – individuals and households that buy
goods and services for personal consumption”, pengertian tersebut dapat diartikan
bahwa perilaku keputusan pembelian mengacu pada perilaku pembelian akhir dari
konsumen, baik individual, maupun rumah tangga yang membeli barang dan jasa
untuk konsumsi pribadi. Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa,
“Keputusan pembelian adalah konsumen membentuk niat untuk membeli merek
yang paling disuka”.
32
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa keputusan pembelian adalah perilaku konsumen untuk membeli suatu
barang atau jasa yang mereka sukai. Dalam melakukan keputusan pembelian,
konsumen banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pihak produsen maupun
pemasar sebaiknya lebih jeli dalam mengidentifikasi siapa yang membuat
keputusan pembelian, jenis-jenis keputusan yang terlibat dan langkah-langkah
dalam proses pembelian. Keputusan pembelian merupakan suatu bagian pokok
dalam perilaku konsumen yang mengarah kepada pembelian produk atau jasa.
Dalam membuat sebuah keputusan pembelian, konsumen tidak terlepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhi dan memotivasi konsumen untuk mengadakan
pembelian. Dari faktor-faktor inilah, maka konsumen akan melakukan penilaian
terhadap berbagai alternatif pilihan, dan memilih salah satu atau lebih alternatif
yang diperlukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
2.2.7.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Pride dan Ferrel (dalam Sangadji, 2013) membagi faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Faktor Pribadi
Faktor pribadi merupakan faktor yang unik bagi seseorang. Berbagai faktor
pribadi dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Faktor pribadi
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
33
a. Faktor Demografi
Faktor demografi berkaitan dengan siapa yang terlibat dalam pengambilan
keputusan pembelin. Faktor ini meliputi ciri-ciri individual seperti jenis
kelamin, usia, ras, suku bangsa, pendapatan, siklus, kehidupan keluarga,
dan pekerjaan.
b. Faktor Situasional
Faktor situasional merupakan keadaan atau kondisi eksternal yang ada
ketika konsumen membuat keputusan pembelian.
c. Faktor Tingkat Keterlibatan
Fakor tingkat keterlibatan konsumen ditunjukkan dengan sejauh mana
konsumen mempertimbangkan terlebih dahulu keputusannya sebelum
membeli suatu produk.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang ada pada diri seseorang sebagian menetapkan perilaku
orang tersebut sehingga mempengaruhi perilakunya sebagai konsumen.
Faktor-faktor psikologis meliputi:
a. Motif
Motif adalah kekuatan energy internal yang mengarahkan kegiatan
seseorang kearah pemenuhan kebutuhan atau pencapaian sasaran.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses pemilihan, pengorganisasian, dan penginterprtasian
masukan informasi untuk menghasilkan makna.
34
c. Kemampuan dan Pengetahuan
Kemampuan adalah kesanggupan dan efisiensi untuk melakukan tugas-
tugas tertentu. Kemampuan yang diminati oleh para pemasar adalah
kemampuan seorang individu untuk belajar dimana proses pembelajaran
tersebut merupakan perubahan perilaku seseorang yang disebabkan oleh
informasi dan pengalaman.
d. Sikap
Sikap merujuk pada pengetahuan dan perasaan positif atau negatif
terhadap sebuah objek atau kegiatan tertentu.
e. Kepribadian
Kepribadian adalah semua ciri internal dan perilaku yang membuat
seseorang itu unik. Kepribadian seseorang berasal dari keturunan dan
pengalaman pribadi.
3. Faktor Sosial
Manusia hidup ditengah-tengah masyarakat. Sudah tentu manusia akan
dipengaruhi oleh masyarakat dimana dia hidup. Dengan demikian, perilaku
konsumen juga akan dipengaruhi oleh masyarakat atau faktor sosial yang
melingkarinya. Faktor sosial itu meliputi:
a. Peran dan pengaruh keluarga
Dalam kaitannya dengan perilaku konsumen. Keluarga mempunyai
pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian konsumen. Setiap
anggota keluarga mempunyai kebutuhan, keinginan, dan selera yang
berbeda-beda.
35
b. Kelompok referensi
Kelompok referensi dapat berfungsi sebagai perbandingan dan sumber
informasi bagi seseorang sehingga perilaku para anggota kelompok
referensi ketika membeli suatu produk bermerek tertentu akan dapat
dipengaruhi oleh kelompok tertentu.
c. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang terbuka untuk para individu
yang memiliki tingkat social yang serupa. Dalam kelas social terjadi
pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, ada kelas
yang tinggi, ada yang rendah.
d. Budaya dan sub budaya
Budaya mempengaruhi bagaimana seseorang membeli dan menggunakan
produk, serta kepuasan konsumen terhadap produk tersebut, sebab budaya
juga menentukan produk-produk yang dibeli dan digunakan.
Menurut Kotler (dalam Sangadji, 2013) keputusan konsumen dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu, faktor internal, faktor eksternal, dan faktor situasional.
1. Faktor Internal (Faktor Pribadi)
Faktor internal terdiri persepsi, keluarga, motivasi dan keterlibatan,
pengetahuan, sikap, pembelajaran, kelompok usia, dan gaya hidup.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas budaya, kelas sosial, keanggotaan dalam suatu
kelompok.
36
3. Faktor Situasional
Situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus
untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen
dan karakteristik objek (Engel, 2006). Faktor situasional meliputi lingkungan
fisik dan waktu.
2.2.8 Tinjauan Tentang Analisis Faktor Eksploratori
Analisis faktor menurut Malhotra (2006) adalah nama umum yang
menyatakan sebuah kelas prosedur yang digunakan terutama untuk reduksi data
dan perangkuman data. Dalam riset pemasaran, mungkin terdapat banyak
variabel, kebanyakan diantaranya saling berkorelasi dan harus direduksi sampai
pada tingkatan yang dapat dikelola. Hubungan-hubungan antara himpunan-
himpunan banyak variabel yang saling terkait diuji dan disajikan menurut
beberapa faktor dasar.
Lebih lanjut menurut (Wibisono 2007) penggunaan metode analisis faktor
dapat diklarifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Penyelidikan untuk penemuan (Eksploratori). Analisis digunakan untuk
menyelidiki dan mendeteksi suatu pola dari variabel-variabel yang ada
dengan tujuan untuk menemukan suatu konsep baru dan kemungkinan
pengurangan data dari data dasar.
2. Penegasan suatu hipotesa (Konfrimatori). Analisis faktor digunakan untuk
mengadakan pengujian terhadap suatu hipotesa mengenai struktur dan
37
variabel-variabel baru yang berkaitan dengan sejumlah faktor yang
signifikan dan sejumlah faktor loading yang diharapkan.
3. Alat pengukur (Measuring Devices). Analisis faktor digunakan untuk
membentuk variabel-variabel untuk digunakan sebagai variabel baru
dalam penelitian berikutnya.
Analisis faktor eksploratori merupakan suatu teknik untuk menganalisis
tentang saling ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan
tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel
yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit dari pada variabel yang
diteliti. Hal ini berarti, analisis faktor dapat juga menggambarkan tentang struktur
data dari suatu penelitian (Suliyanto, 2005).
Menurut Malhotra (2006) tujuan dari analisis faktor eksploratori adalah:
1. Mengidentifikasi dimensi dasar atau faktor, yang menjelaskan korelasi
diantara himpunan variabel-variabel. Misalnya, sehimpunan pernyataan gaya
hidup bisa digunakan untuk mengukur profil-profil psikografis konsumen.
Analisis ini kemudian bisa dilakukan atas pernyataan-pernyataan tersebut
untuk mengidentifikasi faktor-faktor psikografis dasar.
2. Mengidentifikasi suatu himpunan yang lebih kecil dari variabel-variabel
yang tidak saling berkorelasi untuk menggantikan himpunan asal variabel-
variabel yang saling berkorelasi dalam analisis banyak variabel berikutnya
(analisis regresi ataupun analisis deskriminan).