Upload
vumien
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
14
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG FITNAH
A. Pengertian Fitnah
Dalam “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, Poerwadarminto mengartikan
“Fitnah” secara etimologi berarti perkataan yang bermaksud menjelekkan orang
(seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan dan sebagainya).1 Pengertian
“fitnah” dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat menerangkan bahwa fitnah
adalah perkataan bohong yang mencelakakan orang, atau maksud-maksud yang
tidak baik, dari fitnah itu terhadap sasaran atau yang difitnah.2 Dalam pandangan
umum dikatakan bahwa memfitnah adalah menuduh dan menyatakan orang lain
melakukan sesuatu keburukan, padahal orang itu tidak melakukan hal yang
dituduhkan kepadanya.3
Dalam kajian mengenai fitnah yang penulis bahas dalam skripsi ini
merujuk pada pengertian fitnah secara hadits, yang berorientasi pada landasan
Al-Qur’an dan al-Hadits. Adapun pengertian “fitnah” dalam bahasa Arab adalah
menakjubkan, pemberontakan, pembawa berita yang bohong. Disebutkan juga
fitnah dalam literatur bahasa Arab berarti bencana, kekacauan, syirik, cobaan,
ujian, siksa.4 Para ahli bahasa Arab menjelaskan bahwa kata “fitnah“ ( الفتنة )
secara etimologi (bahasa) adalah berasal dari perkataan “fatantal fidhdhatu wa
adz-dzahab” yang maksudnya adalah ‘azabtahuma bin naari ( ارعذبتهما بالن), yaitu
engkau telah melelehkan perak dan emas itu dengan api guna membedakan yang
buruk dari yang bagus. Dan fatanta adz-dzahab ( فتنت الذهب ), maksudnya
1 WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986),
hlm. 282. 2 Mochtar Effendy, Ensklopedi Agama dan Filsafat, (tt: Universitas Sriwijaya, 2001), hlm.
194. 3 Mawardi Labay El-Shulthani, Lidah Tidak Bertulang, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002),
hlm. 171-172. 4 Mochtar Effendy, op.cit.
14
15
ahraqtahu bin naari ( اراحرقته بالن ), artinya engkau membakar emas dengan api guna
membedakan antara yang bagus dan yang buruk.5
Sedangkan kata “Fitnah” secara terminologi (istilah), yaitu kata yang
mempunyai makna “al-ikhtibaru” ( االختبار), yang berarti upaya untuk menyingkap
hakikat sesuatu atau uji juga bermakna “al-imtihanu” ( االمتحان ), yang berarti ujian
atau pengujian.6 Oleh karena itu, kata fitnah ini sebenarnya digunakan untuk
menunjukkan pengujian kadar keaslian emas, atau untuk membedakan mana
emas yang asli dan yang tidak. Dan biasanya cara pengujian itu dengan
memasukkan emas itu ke dalam api yang panas.7 Dari pengertian ini terdapat
hubungan atau korelasi antara makna secara bahasa dan istilah mengenai kata
“fitnah”. Yaitu “fitnah” berarti memperlihatkan asal dari barang tambang,
sedangkan secara istilah, kata “fitnah” berarti memperlihatkan asal, hakikat dan
derajat keimanan kepada Allah SWT.8
Seorang ahli hadits, Ibn Hajar al-‘Asqalany dalam karyanya “Fathul Bari
Syarh Shahihil Bukhari”, menyatakan: makna fitnah berasal dari kata al-Ikhtibar
yaitu ( االمتحان ) yaitu penyingkapan hahekat sesuatu, dan kata al-Imtihan ( االختبار )
pengujian. Lalu kata tersebut digunakan untuk setiap perkara yang melalui
pengujian tersingkaplah keburukanya”.9 Fitnah dalam hal ini menggambarkan
segala bentuk penyingkapan dan pengujian terhadap keaslian, kebenaran dan
kemurnian sesuatu. Bila ini dilakukan terhadap benda seperti emas, maka
bentuknya adalah dengan membakar emas itu hingga akhirnya terbukti mana
yang benar-benar emas berkualitas tinggi dan yang berkualitas rendah. Dan bila
ini terjadi pada diri seorang mu’min, maka ia adalah sebuah proses
“pembakaran“ pribadi untuk membedakan antara mu’min yang teguh dan
mu’min yang rapuh. Di samping itu, fitnah itu pun menjadi sebuah proses
5 Ahmad Abdul Ghaffar, Agar Harta tidak Menjadi Fitnah, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 1.
6 Ahmad Abdul Ghaffar, op. cit., hlm. 1 7 Jamaluddin Muhammad bin Mukaram Ibnu Mandhur, Lisanul ‘Arab, (Libanon, Beirut: Dar
Kodir, t.th.), juz 13, hlm. 317. 8 Ahmad Abdul Ghafaar, op. cit. 9 Ahmad bin ‘Aly bin Hajar, FathulBari Syarh Shahihil Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.),
juz 2, hlm. 11.
16
pembersihan jiwa mu’min dari segala macam penyakit hati. Seperti emas yang
dibakar, yang buruk terbakar oleh api, namun yang berkualitas akan semakin
berkilau.10
Sesuatu yang menimpa bagi orang lain akibat fitnah oleh Allah SWT
diperingatkan dengan azab yang besar sebagai bentuk perilaku dosa besar yang
perlu ditinggalkan dan diwaspadai gejalanya. Orang-orang yang memfitnah orang
baik-baik akan mendapatkan laknat dan siksa yang amat berat dan pedih kelak di
hari kiamat. Dengan demikian fitnah terkadang datang dengan sesuatu yang tidak
disenangi, dan pada kesempatan lain datang dengan kebaikan. Dalam hal ini
firman Allah SWT:
)35: االنبياء (كل نفس ذائقة الموت ونبلوكم بالشر والخير فتنة والينا ترجعون
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebanar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (QS. Al-Anbiya’: 35).11
Namun dalam ‘urf atau kebiasaan, fitnah itu biasanya sering
dipergunakan untuk hal-hal yang tidak disenangi. Oleh karena itu kata “Fitnah”
dipakai pada hal-hal yang diakibatkan dan ditimbulkan oleh ujian, segala cobaan
hingga hal-hal yang dibenci. Kata fitnah dengan bentuk derivasinya (kata
turunan) dijelaskan dalam Al-Qur’an sebanyak enam puluh kali.12 Adapun ayat-
ayat yang mengandung makna fitnah tersebut secara garis besar meliputi :
1. Azab (siksaan).
Pengertian “Fitnah” dalam Al-Qur’an telah dijelaskan dalam surat
adz-Dzariyat ayat 13-14 adalah sebagai azab atau siksaan bagi orang-orang
yang tidak beriman kepada Allah SWT, yang berbunyi:
مون يونفتار يلى النع من () هجلوعتسبه ت متذا الذى كنه كمتنا فتقوذو
10 Abul Miqdad Al-Madany, Saat Fitnah Menghadang, (Bandung: Mujahid, 2003), hlm. 12. 11 Ibid., hlm. 499. 12 ‘Alauddin at-Tihami dan Abdul Halim Uwais, Malapetaka Besar Ketiga Melanda Umat
Islam, (Jakarta: Cendekia, 2002), hlm. 216.
17
“(Hari pembalasan itu ialah) pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka. (Dikatakan kepada mereka), rasakanlah azabmu itu. Inilah azab yang dahulu kamu minta supaya disegerakan” (QS. Adz-Dzariyat: 13-14).13
Fitnah dalam arti azab menurut penulis adalah segala sesuatu yang Allah
SWT berikan kepada hamba-Nya selama hidup di dunia, namun dalam
kenyataannya manusia itu mengingkari dan berpaling pada keagungan Tuhan,
sehingga pantaslah manusia semacam ini mendapatkan azab baik di dunia
maupun diakhirat.
2. Cobaan
)40: طه... (فنجيناك من الغم وفتناك فتونا ...
“…. Lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan” (QS. Thaha: 40).14
Pengertian fitnah dalam arti cobaan menurut penulis dapat dimaknai sebagai
ujian.
3. Keberpalingan dari ibadah kepada Allah SWT.
مظيع راج هداهللا عنة ونفت كمالداوو الكموا اممان
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allahlah pahala yang besar” (QS. At-Taghabun: 15).15
Pengertian fitnah dalam bentuk keberpalingan ibadah kepada Allah SWT,
menurut penulis dapat diartikan sebagai godaan, yang mana manusia dengan
seperangkat karunia yang diberikan Tuhan merupakan bagian dari fitnah, dan
sesungguhnya manusia kembali kepada jalan Tuhan yang benar.
13 Ahmad Abdul Ghafaar, op. cit, hlm. 2. 14 Ibid. 15 Ibid.
18
4. Pemaksaan untuk tidak kembali kepada agama
ملهو منهج ذابع موا فلهبوتي لم ات ثممنؤالمو نمنيؤوا المنفت نان الذي عذاب الحريق
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar” (QS. Al-Buruuj: 10).16
Ayat tersebut dapat penulis artikan sebagai teror atau sesuatu yang
mendatangkan bahaya.
5. Kesesatan
تنة للذين كفروا ليستيقن الذين اوتوا الكتاب وما جعلنا عدتهم اال ف .... )31: املدثر.... (والمؤمنون
“…dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan orang-orang mu’min tidak ragu-ragu ….” (QS. Al-Muddatsir: 31).17
Kesesatan menurut penulis merupakan fitnah yang mendatangkan virus
keraguan dalam benak hati manusia dalam mencari kebenaran, sehingga
fitnah yang demikian memunculkan berbagai polemik pada diri manusia
dalam beriman kepada Allah SWT, kecuali orang-orang yang berpegang
teguh pada kitabullah.
6. Dosa
نطة بالكافريحيلم منهان جقطوا وة سنوبة (اال فى الفت49: الت(
“…. Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus dalam fitnah. Dan sesungguhnya jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir” (QS. At-Taubah: 49).18
16 Ibid., hlm. 3. 17 Ibid. 18 Ibid.
19
Ayat di atas menunjukkan bahwa pengertian fitnah sebagai dosa, menurut
penulis merupakan suatu bentuk belenggu kehidupan manusia yang tertutup
kepada jalan kebenaran.
B. Macam-macam Fitnah
Dari pembahasan di atas telah dijabarkan pengertian fitnah dalam
pandangan Al-Qur’an. Sebelum menguraikan macam-macam fitnah, perlu
diketahui secara implisit pengertian fitnah dalam perspektif hadits. Adapun
pengertian fitnah dilihat dari teks hadits adalah sebagai berikut:
1. Godaan
ما اداع بعدى فتنة رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلمقال : عن اسامة بن زيد قال 19اضر على الرجال على النساء
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata “Rasulullah SAW bersabda: tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah godaan/pembawa sial yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada perempuan”.
2. Ujian
اهللا صلى اهللا رسولعن حذيفة قال كنا عند عمر فقال ايكم يحفظ حديث لمسه وليع : ان ا قال قال فقلتة كمنفى الفت قال قلت فكيو رئجلي كا قال ان تمعلسوسرلمسه وليلى اهللا عفسه اهللا صنله ول فى اهجة الرنل فتقوي
ونهي عن وولده وجاره يكفرها الصيام والصالة والصدقة واالمر بالمعروف 20 المنكر
19 Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (Semarang; CV. Toha
Putra, t.th.), juz II, hlm. 1325. Dengan matan yang berbeda namun sama maknanya, lihat Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub al-Arabiyah, t.th.), juz III, hlm. 242, dan al-Imam al-Hafidz Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, Sunan at-Turmudzi, (Indonesia: Maktabah Dahlan, t.th.), juz IV, hlm. 192.
20 Al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub al-Arabiyah, t.th.), juz II, hlm. 553. Dan Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, op. cit., juz II, 1305. Lihat juga Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub al-Arabiyah, t.th.), juz I, hlm. 102 dan juz IV, hlm. 96.
20
Dari Hudzaifah, ia berkata “Saya berada di sisi Umar”. Kemudian Umar berkata “siapa di antara kalian yang hafal haditsnya Rasulullah SAW mengenai fitnah sebagaimana yang Rasul sabdakan: aku berkata “saya”. Umar berkata: sesungguhnya engkau orang yang cerdas. Sabdanya “Fitnah (ujian) seorang laki-laki ada dalam keluarganya, hartanya, dirinya, anak dan keluarganya, sedangkan fitnah itu bisa terhapus oleh puasa, shalat, sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar”.
3. Propaganda
تكون الفتنة : رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم اهللا بن امر قال قال عن عبد 21تستنظف العرب قد لها فى النار اللسان فيها اشد من الشيف
Dari ‘Abdillah bin ‘Amr, ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Nanti fitnah akan menyeluruh di tanah Arab, orang yang terkena fitnah akan masuk neraka, lisan di dalam fitnah lebih tajam daripada kejam”.
يبة قال قال النيررابى ه نعلمسه وليلى اهللا عص : ضقبى يتح اتعالس قومالتم وتكثر الزالزل ويتقارب الزمان وتظهر الفتن ويكثر الهرج وهو القتل العل
ضفيال فيالم كمفي كثرى يتل ح22القت Dari Abi Hurairah, ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Hari kiamat tidak akan terjadi hingga ilmu dicabut, banyak perpecahan, zaman mulai dekat, fitnah-fitnah bermunculan dan banyak pembunuhan hingga saat itu harta benda tersia-siakan”.
4. Kewaspadaan
وشك ان يرسول اهللا صلى اهللا عليه وسلمعن ابى سعيد اخلدري قال قال نه منبدي فرالقطر ي قعومال والجب فعا شبه بعتم يلم غنسال مم رين خكوي
23الفتن
21 Al-Imam al-Hafidz Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, op. cit., juz III, hlm. 320 juga dalam Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, op. cit., juz II, hlm. 1312.
22 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, op. cit., juz I, hlm. 183, dan juz IV, hlm. 89.
23 Al-Imam Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr an-Nasa’i, Sunan an-Nasa’I, (Indonesia: CV. Toha Putra, 1930), juz VII, hlm.125. Lihat juga dalam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, op. cit., juz I, hlm. 12. Dan Abi Abdillah Muhammad bin
21
Dari Abi Said al-Khudri, ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik harta orang muslim adalah kambing yang ia pelihara di puncak gunung di tempat turunnya air hujan, di mana ia menyelamatkan agamanya dari fitnah”.
5. Ketegangan
ستكون فتن القاعد فيها رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلمان ابا هريرة قال قال والقائم خير من الماشي فيها خير من الساعي من تشرف لها خير من القائم
24تشرفه فمن وجد ملجأ او معاذا فليعذ به Sungguh Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Nanti akan muncul fitnah di mana pada saat itu orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang lari, maka barangsiapa yang menemukan tempat sembunyi atau berlindung maka lebih baik ia berlindung di tempat itu”.
اهللا صلى اهللا رسولعن ابى بردة قال دخلت على محمد بن مسلمة فقال ان لمسه وليفأت ع فاذا كان كذالك تالفاخقة وفرة ونن فتكوتا سهقال ان
ينقطع ثم اجلس فى بيتك حتى تأتيك يد خاطئة او بسيفك احدا فاضربه حتى 25منية قاضية
Dari Abi Burdah, ia berkata: saya masuk ke rumah Muhammad bin Maslamah, kemudian ia berkata: sungguh Rasulullah SAW bersabda: “sungguh bakal ada fitnah perpecahan dan perselisihan, maka pada saat itu, bawalah pedangmu ke gunung, pukulkan pedangmu hingga putus, kemudian duduklah dengan tenang di rumahmu hingga maut menjemputmu”.
Yazid al-Qazwini, op. cit., juz VIII, hlm. 1317. Serta Abi Daud Sulaiman bin al-As’ats al-Syajtani, Sunan Abu Daud, (Semarang: Maktabah Toha Putra, t.th.), juz II, hlm. 311.
24 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, op. cit., juz IV, hlm. 92. Dan Al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, op. cit., hlm. 553-554. Lihat Abi Daud Sulaiman bin al-As’ats al-Syajtani, op. cit., juz II, hlm. 310. Serta Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, op. cit., juz II, hlm. 1310. Dan al-Imam al-Hafidz Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, op. cit., juz III, hlm. 329-330.
25 Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, op. cit., juz II.
22
6. Kesesatan
بين النه عابي نالم عس نلعسه وليلى اهللا عصر فقال مبب المننالى ج قام هان 26الفتنة ههنا الفتنة ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان او قال قرن الشمس
Dari Salim dari ayahnya dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya beliau berdiri di samping mimbar, kemudian beliau bersabda: “ingatlah fitnah, ingatlah fitnah, fitnah muncul dari arah munculnya tanduk syaitan atau beliau bersabda dari arah munculnya tanduk matahari (barat)”.
نالك عن مس بان نلعوسر لمسه وليلى اهللا عي ق اهللا صدي نين بكوال تالساعة فتن كقطع الليل المظلم يصبح الرجل فيها مؤمنا ويمس كافرا ويمس
27مؤمنا ويصبح كافرا يبيع اقوام دينهم بعرض الدنيا Dari Anas bin Malik dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “fitnah bakal muncul di tengah-tengah waktu seperti sepotong malam yang gelap. Saat itu di pagi hari orang beriman di sore harinya kafir, di sore hari beriman di pagi hari kafir. Para kaum menjual agamanya dengan dunia”.
Beragam pengertian di atas, baik makna secara Al-Qur’an dan al-Hadits dapat
penulis ketahui secara garis besar mengandung pengertian yang sama. Yaitu
fitnah dapat diartikan sebagai azab/siksaan, ujian, godaan, teror/mendatangkan
bahaya, dosa, propaganda, kewaspadaan, ketegangan, dan kesesatan.
Dari berbagai macam fitnah yang muncul dan berkembang umat manusia
bila diklasifikasikan terdapat berbagai macam bentuk. Adapun dari fitnah
tersebut yang menonjol adalah sebagaimana yang tertera dalam hadits Rasulullah
SAW dalam do’anya memohon perlindungan dari kejamnya fitnah. Kata fitnah
adalah kata yang sering didengar oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun sayang sekali dengan pengertian yang sangat sempit, seringkali terjadi
pemaknaan fitnah hanya sebatas “Tudahan yang tidak dilandasi bukti yang benar
kepada seseorang atau sekelompok orang tertentu. Padahal fitnah mempunyai
26 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, op. cit., juz IV, hlm. 95. Lihat Al-Imam
Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, op. cit., juz II, hlm. 559-560. 27 Al-Imam al-Hafidz Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, op. cit., juz III, hlm. 330-331.
23
cakupan makna yang lebih luas daripada itu. Sebab segala bentuk macam cobaan
dan ujian serta godaan itupun termasuk dalam kategori fitnah. Sebagaimana
Rasulullah SAW menganjurkan kepada umat Islam supaya dalam shalat
membaca do’a berlindung dari azab dan fitnah.28 Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW dalam haditsnya mengenai permohonan perlindungan dari fitnah kubur,
Dajjal, kaya dan miskin, adalah sebagai berikut:
1. Riwayat hadits yang mukharrijnya al-Bukhari
حدثنا معلى بن اسد حدثنا وهيب عن هشام بن عروة عن ابيه عن عائشة رضى اللهم انى اعوذبك من الكسل : اهللا عنها ان النيب صلى اهللا عليه وسلم كان يقول
ومن فتنة القبر وعذاب القبر ومن فتنة النار وعذاب النار ومن شر والهزم والمغرمفتنة الغنى واعوذبك من فتنة الفقر واعوذبك من فتنة المسيح الدجال اللهم اغسل
الثلج والبرد ونق قلبى من الخطاياي كما نقيت الثوب االبيض عنى خطاياي بماء اخرجه (من الدنس وباعد بينى وبين خطاياي كما باعدت بين المشرق والمغرب
29 )البخارى ىف سنة Mu’alla bin Asad menceritakan kepada kami Wuhaib menceritakan kepada kami dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya ‘Aisyah r.a.: “Sungguh Nabi SAW berdo’a: ya Allah sungguh aku meminta perlindunganmu dari malas, pikun, dosa dan tenggelam, dari fitnah dan azab kubur, dari fitnah dan azab api neraka, dan dari kejelekan fitnah kaya dan aku berlindung dari fitnah fakir, dan aku berlindung dari fitnah al-Masih al-Dajjal. Ya Allah cucikan kesalahan-kesalahan dariku dengan air salju dan air dingin, dan cucikan hatiku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau sucikan pakaian putih dari kotoran dan jauhkan di antara diriku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara tanah barat dan timur” (HR. al-Bukhari).
2. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, menyebutkan:
بكر بن اىب شيبة حدثنا عبد اهللا منري وحدثنا على بن حممد حدثنا وقيع حدثنا ابو بيعن هشام بن عروة ابيه عن عائشة ان الن لمسه وليلى اهللا عالء صؤا بهوعدكان ي
28 Halimuddin, Kehidupan di Alam Barzah, Jakarta: PT. Asdi Maha Satya, 2002, hlm. 91. 29 Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari, al-Jami’
ash-Shahih (Shahih Bukhari), Beirut: Dar al-Fikr, t.th., hlm. 150.
24
نار ومن فتنة القبر وعذاب اللهم انى اعوذبك من فتنة النار وعذاب ال : الكلمات القبر ومن شر فتنة الغنى وشر فتنة الفقر ومن شر فتنة المسيح الدجال اللهم اغسل
نقيت الثوب االبيض من خطاياي بماء الثلج والبرد ونق قلبى من الخطاي كما الدنس وباعد بينى وبين خطاياي كما باعدت بين المشرق والمغرب اللهم انى
30)اخرجه ابن ماجة ىف سنة (اعوذبك من الكسل والهرم والمأثم والمغرم Abu Bakar bin Abi Syaibah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Numair menceritakan kepada kami dan ‘Ali bin Muhammad menceritakan kepada kami Waki’ menceritakan kepada kami dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya dari Aisyah r.a.: “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berdo’a dengan kalimat-kalimat berikut ini: “Ya Allah sungguh saya memohon perlindungan-Mu dari fitnah neraka dan siksa neraka, dan perlindungan dari fitnah kubur dan siksa kubur, dan mohon perlindungan dari bahaya fitnah kaya dan bahaya fitnah fakir, dan bahaya dari fitnah al-Masih al-Dajjal. Ya Allah cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air salju dan air dingin, dan sucikan hatiku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana engaku sucikan pakaian yang putih dari kotoran, dan jauhkan antara diriku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara tanah barat dan timur, ya Allah sungguh aku berlindung dengan-Mu dari malas, pikun, dosa dan tenggelam” (HR. Sunan Ibnu Majah).
Dari dasar hukum hadits Rasulullah SAW tersebut dapat penulis
diketahui bahwa pengertian dan sumber fitnah yang ada dalam kehidupan
manusia diklasifikasikan dalam beberapa aspek. Adapun aspek fitnah secara
garis besar adalah sebagai berikut :
1. Fitnah Kubur
Semakin jauh masa yang memisahkan kita dari sebaik-baik zaman,
yaitu zaman Rasulullah SAW, segala fitnahpun semakin bertambah banyak,
meningkat dan menyebar. Itulah yang kita saksikan zaman sekarang ini.
Setelah banyak terjadi percampuran budaya dan tatanan kehidupan yang
kompleks yang disertai dengan menyebarnya kerusakan dan bid’ah serta
setelah terjadinya sikap keterbukaan terhadap segala penyelewengan akhlak
dan pemikiran yang datang dari dunia luar.
30 Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah,
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), juz II, hlm. 1262.
25
Dalam Hadits Shahih Bukhari dan Muslim, yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah ra. bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Hari
kiamat tak akan datang hingga seseorang melewati kuburan orang-orang yang
telah meninggal, lalu ia berkata, alangkah baiknya seandainya aku berada
pada tempatnya” (HR. Bukhari Muslim). Hadits ini mengungkapkan adanya
fitnah kubur yang menjadi petaka bagi manusia yang hidup, dimana mereka
yang telah meninggal dicemburui pada saat munculnya segala macam fitnah.
Keadaan semacam itu adalah karena takut akan hilangnya agama akibat
semakin gencarnya serangan kebatilan terhadap kebenaran, munculnya segala
macam maksiat dan kemungkaran.31 Hal ini menunjukkan segala fitnah,
seperti fitnah kubur mulai nampak dalam permukaan kehidupan sekarang.
2. Fitnah Dajjal
Fitnah adalah senjata yang paling ampuh yang dimiliki Dajjal dan
pengikutnya untuk menghancurkan umat Islam. Untuk menghancurkan umat
Islam, sebagian umat Islam yang lemah imannya menjadi sasaran untuk
dipengaruhi dan difitnah. Oleh karena itu, seorang muslim sejati tidak mudah
gampang terkena provokasi setan dan al-Masih ad-Dajjal, yaitu para penipu
yang menampakkan wajah suci, atau para penipu yang mengatasnamakan
imam Mahdi, padahal di balik dadanya ada kebencian yang lebih besar dari
apa yang diucapkannya.32
Orang-orang yang mengumbar fitnah kepada orang lain kata-katanya
amat menarik, pandai membawakan diri, seakan-akan dia mengerti atau
menaruh perhatian atas segala persoalan yang penting, seakan-akan ikut
memikirkan keselamatan manusia dan mempunyai cita-cita yang baik.
Perilaku yang semacam ini adalah sebagaimana yang dilakukan oleh orang-
orang munafik.33
31 Ahmad Abdul Ghaffar, op. cit., hlm. 13. 32 Toto Tasmara, Dajjal dan Simbol Setan (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 54-55. 33 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz. II, (Jakrata: Pustaka Panji Mas, 1984), hlm. 148.
26
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
وها فى قلبه ولى ماهللا ع هدشيا ويناة الديفى الح لهقو كجبعي ناس مالن منو )204: البقرة(الد الخصام
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan persaksiannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia penentang yang paling keras” (QS. Al-Baqarah: 204).34
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
كان اسان الن مهكلمض تاالر ة منابد ما لهنجراخ همليل عالقو قعاذا ووا و )82: النمل(بئاياتنا اليوقنون
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami” (QS. An-Naml: 82).35
Sebagaimana telah disebut dalam ayat di atas menunjukkan adanya
gerakan yang dilakukan oleh Dajjal dan pengikutnya. Yang dimaksud dari
kalimat “Daabbatan minal ardhi” (binatang melata) adalah suatu jaringan
konspirasi, gerakan rahasia dari suatu kaum yang membawa ajaran sesat,
dalam hal ini adalah pengikut Dajjal yang mencoba menebarkan fitnah di
muka bumi.
Gerakan al-Masih Dajjal tersebut telah berlangsung sangat lama,
bahkan sejak sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu pada saat
imperium Romawi yang sangat memuja matahari dan mistik yang menguasai
separo belahan bumi.36
Dari hadits di bawah ini menunjukkan informasi aktual, khususnya
peringatan kepada umat Islam untuk bersatu padu dalam satu gerakan yang
kokoh (ittihadul ‘ummah) untuk menghadapi al-Masih Dajjal yang semakin
34 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 49. 35 Ibid., hlm. 604. 36 Totok Tasmara, op.cit., hlm. 119.
27
tampak tanda-tandanya, yaitu: Anas berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Tiada seorang Nabi pun melainkan telah memperingatkan
umatnya dari si buta sebelah dan pendusta. Ingatlah kami bahwa Dajjal itu
buta sebelah matanya dan Tuhan kamu tidak buta. Tertulis di antara mata
Dajjal itu kafir”(HR. Bukhari dan Muslim).37
3. Fitnah Kaya dan Miskin (Fitnah Harta)
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari materi dalam hal ini
adalah uang atau harta, karena untuk dapat hidup layak seseorang harus
mempunyai kecukupan secara materi. Harta termasuk fitnah paling kuat yang
menyerang hak manusia. Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan peringatan
kepada kita agar tidak disibukkan oleh harta, sebagaimana dalam firman-Nya:
مظيع راج هدان اهللا عنة ونفت كمالداوو الكموا امموا نلماع28: االنفال (و(
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar” (QS. Al-Anfal: 28).38
Secara tabiat, harta disukai manusia. penyebabnya adalah kemampuan
salah satu sifat kesempurnaan, dan sifat kesempurnaan adalah hal yang paling
disukai. Ketidaksempurnaan berarti adanya keadaan yang kekurangan, dan ini
hal yang paling dibenci. Hal demikian yang memunculkan fitnah kekayaan
(ghina) bagi umat manusia dalam berlomba-lomba dalam mencari dan
mengumpulkan harta. Banyak harta akan mendatangkan kekuatan dan
kesempurnaan kemampuan manusia. Berdasarkan sebab-sebab yang telah
disebutkan, maka manusia pun menyukai harta, serta seluruh hati mereka
disibukkan oleh harta, sehingga harta termasuk fitnah yang patut diberikan
peringatan. Fitnah harta sepertinya dapat mendorong banyak manusia
tenggelam ke dalam jalan kezaliman yang tak dapat dielakkan. Mereka
37 Totok Tasmara, Ibid. 38 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 264.
28
dijerumuskan kepada fitnah harta oleh segala macam ambisi dan keinginan
nafsu yang tiada batasnya.39
a. Kaya menimbulkan fitnah
Dalam kisah-kisah Al-Qur’an ada berbagai petunjuk yang
menyadarkan hati, menggerakkan pikiran, dan membuka kesadaran.
Sebagaimana kisah Qarun menerangkan bahwa adanya sikap jauh dari sisi
Allah SWT, membangkang terhadap perintah-Nya, sombong,
keterpedayaan akan segala tipu daya, berbuat kerusakan, kezaliman dan
mempergunakan nikmat bukan pada tempatnya. Hal ini terkandung dalam
Al-Qur’an surat Al-Qashash: 76-78. Kisah Qarun menunjukkan kepada
kita, bagaimana nikmat kekayaan menjadi fitnah yang menimbulkan
kesengsaraan dan bencana, yang disebabkan oleh pengingkaran atas
nikmat yang dikaruniakan kepada dari sang Maha Pencipta. Bahwa
kekayaan bukanlah tanda keridhaan Allah SWT semata. Allah SWT
melapangkan rezeki-Nya kepada hamba-Nya yang dikehendaki, dan
menyempitkan rezeki untuk tujuan-tujuan lain.40
Menurut pandangan Islam, pencarian dan pengumpulan kekayaan
diperbolehkan dan bahkan pada situasi tertentu justru diwajibkan.41 Tetapi
kekayaan tidak boleh disalahgunakan karena Allah SWT telah dengan
jelas menetapkan perintah-perintah-Nya bagaimana kekayaan tersebut
harus didapatkan dan dinafkahkan dengan penuh tanggung jawab sesuai
aturan-aturan yang telah ditetapkan agama.
b. Miskin menimbulkan fitnah
Fakir atau miskin adalah sebuah gambaran kondisi serba
kekurangan dari kacamata ekonomi, sehingga hal ini sangat menakutkan
dan mengkhawatirkan yang berujung pada fitnah harta yang disebabkan
karena standar kemiskinan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
39 Imam Al-Ghazali, op.cit., hlm. 473. 40 Ahmad Abdul Ghaffar, op.cit., hlm. 50. 41 Ruqaiyah Waris Masqood, Harta dalam Islam, Panduan Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam
Mencari dan Membelanjakan Harta dan Kekayaan, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2003), hlm. ix.
29
Kefakiran atau kemiskinan sebagai bentuk fitnah yang dimaksud
adalah kefakiran yang tertuju pada harta. Kefakiran termasuk fitnah yang
Allah SWT turunkan kepada hamba-Nya, sebagaimana dijelaskan:
واما اذا () فاما االنسان اذا ماابتاله ربه فاكرمه ونعمه فيقول ربى اكرمن
)16-15: الفجر ( ماابتاله فقدر عليه رزقه فيقول ربى اهانن “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: Tuhanku telah memuliakanku. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya, maka dia berkata: Tuhanku menghinakanku” (QS. Al-Fajr: 15-16).42
Diujinya seorang muslim dengan kekurangan harta, sedangkan ia
sangat memerlukannya merupakan sebuah cobaan. Fitnah harta akan
bertambah berat ketika seorang muslim mendapatkan keadaan
keluarganya mendorong dia mencari harta dengan segala cara demi
memenuhi kebutuhan hidupnya. Cobaan dalam bentuk fitnah kefakiran
dan kemiskinan bagi umat Islam sebagai wujud menguji kemantapan hati
serta mengukur tingkatan ketabahan dan keteguhannya, jika ia sabar atas
cobaan ini lulus dengan menjaga kehormatan dirinya serta tetap
berpegang teguh pada kebenaran, maka ia adalah orang yang beruntung.
Hal ini dipertegas dalam firman Allah SWT:
ولنبلونكم بشئ من الخوف والجوع ونقص من االموال واالنفس
نابرير الصشبات ورالثم155: البقرة(و( “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah: 155).43
42 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 1058. 43 Ibid., hlm. 39.
30
Dari ayat di atas, secara mendalam dapat diketahui bahwa fitnah
kefakiran yang diberikan Allah SWT kepada hamba adalah keutamaan
yang besar bagi dirinya. Apabila Allah SWT menghendaki seseorang
untuk hidup fakir dan miskin merupakan suatu kebahagiaan, karena Allah
SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal apa yang terbaik bagi
hamba-hamba-Nya. Hal ini banyak dalil dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
yang memuji orang fakir yang menjaga diri dari meminta-minta, yang
menunjukkan kedudukan yang agung di dunia dan akhirat.44.
Berkaitan dengan eksistensi fitnah yang penuh dengan misteri dalam
kehidupan manusia, maka klasifikasi fitnah bersumber dari tiga hal yaitu:
1. Fitnah yang langsung datang dari Allah SWT.
Fitnah yang benar-benar datang dari Allah SWT adalah berbentuk
ujian atau cobaan yang ditimpakan kepada hamba yang beriman sebagai
perwujudan dari cinta kasih dan pemberian hikmah. Sungguh tanda kebesaran
Allah SWT menumbuhkan fitnah bagi hamba-hamba-Nya yang diuji
kesungguhan dan ketaatan dengan penuh kesabaran. Dengan wujud pengujian
tersebut apakah hamba tersebut benar-benar iman dan bertakwa.
Sebagaimana dalam firman-Nya:
: االنبياء (وكم بالشر والخير فتنة والينا ترجعون كل نفس ذائقة الموت ونبل
35( “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (QS. Al-Anbiya’: 35).45
2. Fitnah yang datang dari setan
Keberadaan setan dalam nash Al-Qur’an dijelaskan bahwa setan
merupakan musuh yang nyata bagi manusia. setan adalah musuh yang tidak
pernah melupakan perseteruannya dengan manusia sampai kapanpun, dan
44 Ahmad Abdul Ghaffar, op. cit., hlm. 97. 45 Ibid., hlm. 499.
31
musuh yang tidak pernah berhenti memerangi manusia agar tidak masuk ke
dalam ketaatan dan keimanan kepada Allah SWT. Sehingga setan tidak
pernah bosan untuk menyesatkan manusia kepada jalan hak (benar) serta
selalu memberi rintangan dan ujian dalam bentuk fitnah. Dengan segala cara
dan kekutannya, setan selalu mempengaruhi keturunan Nabi Adam untuk
menjadi pengikutnya. Pengaruh dan fitnah setan dalam merusak tatanan
kehidupan manusia di muka bumi ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an:
يفتننكم الشيطان كما اخرج ابويكم من الجنة ينزع عنهما لباسهما يابنى ادم ال
ناطييا الشلنعا جان مهنورث التيح من لهقبيو وه اكمري ها اناتهموا سمهريليالي ناء للذيلين اوومن27: االعراف(ؤ(
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman” (QS. Al-A’raf: 27).46
Dari ayat di atas sangat jelas sekali bahwa setan itu musuh yang sangat nyata
bagi manusia, yang mengalir dalam diri manusia seperti aliran darah. Fitnah
yang datang dari setan itu berupa godaan, rayuan dan hembusan sihirnya
serta berupa segala desiran yang ia timbulkan dalam hati manusia yang
mendorong agar mereka terjerumus ke dalam segala macam kejahatan dan
maksiat.
Maka dari itu musuhilah setan dengan berbakti kepada Allah SWT,
janganlah sampai mengikutinya dalam melakukan maksiat-maksiat dan
hendaklah waspada dari setan yang menyertakan riya’ di dalamnya dan
menghiasi perbuatan-perbuatan jahat dalam pandangan setiap manusia.47
46 Ibid., hlm. 224. 47 Imam Al-Ghazali, Di balik Ketajaman Mata Hati, (Jakarta: Pustaka Imani, 1997), hlm.
105.
32
3. Fitnah itu bersumber dari seseorang yang ditujukan kepada orang lain.
Kekejaman fitnah yang ditimbulkan oleh sesama manusia juga
berbahaya dan menimbulkan sikap tercela, seperti halnya fitnah wanita bagi
laki-laki atau fitnahnya orang kafir bagi orang-orang yang beriman. Allah
SWT mengancam mereka yang menimbulkan fitnah bagi manusia dengan
ancaman dan azab yang sangat pedih. Allah SWT berfirman:
نان الذي ذابع ملهو منهج ذابع موا فلهبوتي لم ات ثممنؤالمو نمنيؤوا المنفت )10: الربوج(الحريق
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidan bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar” (QS. Al-Buruuj: 10).
Dan kadang manusia menimbulkan fitnah bagi dirinya sendiri, yaitu
saat ia berusaha memenuhi serta menuntut syahwatnya, segala kenikmatan
yang mengandung dosa, maksiat dan bahkan melalaikan jati dirinya.
Hal ini dipertegas dalam firman Allah SWT:
متبتارو متصبرتو كمفسان متنفت كملكنلى وقالوا ب كمعم كنن الم مهنوادني رورباهللا الغ كمغراهللا و راء امى جتح انياالم كمتغر14: احلديد(و(
“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang beriman) seraya berkata: bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu ? Mereka menjawab: benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah, dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu” (QS. Al-Hadid: 14).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Fitnah seringkali menimpa semua
umat manusia baik yang berasal dari Allah SWT, setan dan manusia sendiri.
Fitnah bisa berupa ujian, hukuman, penipuan, makian, ataupun hinaan, bisa juga
sebagai balasan dari para ahli maksiat.
33
Adapun fitnah yang datang dari Allah SWT kepada hambanya merupakan
ada misteri hikmah yang terkandung di dalamnya di balik ujian dan cobaan,
sebagaimana agar manusia mengetahui siapa jati dirinya, agar mengetahui kadar
rasa syukur saat dikaruniai nikmat dan agar manusia mengetahui sejauhmana
kesabaranmu di saat ditimpa musibah, sehingga diharapkan hamba terjadi sikap
penyerahan diri yang tulus dan taat kepada Allah SWT.48
C. Hadits Do’a Nabi memohon perlindungan dari fitnah Kubur, Dajjal, Kaya
dan Miskin
Dalam fenomena penyebaran agama Islam, Rasulullah SAW tidak pernah
terlepas dari berbagai gejolak fitnah yang menimpanya, dan kejadian itu salah
satu bentuk ujian yang dihadapi dengan penuh kebijaksanaan dan arif.
Munculnya fitnah sudah barang tentu tidak terlepas dari kehidupan umatnya.
Dengan asumsi yang kuat tersebut Rasulullah SAW dalam haditsnya
menerangkan bahwa beliau memanjatkan do’a kepada Allah SWT dengan
maksud memohon perlindungan dari dahsyatnya fitnah yang berkembang dalam
kehidupan umatnya.
Adapun hadits yang disabdakan Rasulullah SAW berbunyi:
بية ان النائشع نع لمسه وليلى اهللا عال صؤا بهوعدات كان يى : ء الكلمان ماللهاعوذبك من فتنة النار وعذاب النار ومن فتنة القبر وعذاب القبر ومن شر فتنة الغنى
سل خطاياي بماء الثلج اللهم اغ. وشر فتنة الفقر ومن شر فتنة المسيح الدجال نيبنى ويب اعدبس ونالد من ضياالب بالثو تقين كم ايطايالخ ق قلبى منند ورالبو
كسل والهزم خطاياي كماباعدت بين المشرق والمغرب اللهم انى اعوذبك من ال 49والمأثم والمغرم
Diriwayatkan oleh Aisyah r.a.: “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berdoa dengan kalimat-kalimat berikut ini: “Ya Allah sungguh saya memohon perlindungan-Mu dari fitnah (azab) api neraka, dan dari fitnah kubur dan siksa kubur, dan dari bahaya fitnah kaya dan bahaya
48 Ahmad Abdul Ghaffar, op. cit., hlm. 11-12. 49 Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qozwini Ibnu Majah, Sunan Ibnu
Majah, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), juz II, hlm. 1262.
34
fitnah fakir, dan dari kejelekan fitnah al-Masih al-Dajjal. Ya Allah SWT cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air salju dan air dingin, dan sucikanlah hatiku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau sucikan pakaian yang putih dari kotoran, dan jauhkan antara aku dan kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara tanah barat dan timur. Ya Allah sungguh aku berlindung dengan-Mu dari kemalasan, dan pikun, dosa dan tenggelam”.
Dalam pandangan Islam, fitnah adalah sebuah kemestian hidup
(sunnatullah). Bahkan dapat dikatakan bahwa fitnah adalah salah satu hikmah
terpenting dari penciptaan manusia dan alam semesta. Sebab tanpa gelombang
fitnah tentu akan sulit membedakan antara manusia yang unggul dengan yang
lainnya. Akan sulit membedakan antara yang benar-benar beriman dengan yang
sekedar mengaku beriman, mana pribadi yang shalih dan pribadi yang thalih.50
Dalam hal ini Allah SWT menyatakan firman-Nya:
ولقد فتنا الذين من قبلهم ( ) احسب الناس ان يتركوا ان يقولوا ءامنا وهم اليفتنون نالكاذبي نلمعليقوا ودص ناهللا الذي نلمع3-2: العنكبوت(فلي(
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “kami telah beriman!”, sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al-Ankabut: 2-3).51
Demikian adanya bahwa hidup adalah tempat berkumpulnya aneka ragam
fitnah. Dan fitnah itu pada akhirnya yang akan membuktikan misteri hakiki
manusia. Sunnatullah kehidupan dunia ini telah membuat sepinya hidup seorang
insan dari fitnah menjadi suatu hal yang mustahil. Hal lain yang harus disadari
adalah bahwa cobaan dan fitnah itu tidak selamanya menjadi tanda adanya
keburukan atau sinyal kebinasaan pada diri seseorang. Justru fitnah dan cobaan
menjadi tanda kebaikan dan bukti keshalihan seorang hamba Tuhan.52
50 Abul Miqdad Al-Madany, op. cit., hlm. 6. 51 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 628. 52 Abul Miqdad Al-Madany, op. cit., hlm. 7-8.
35
Bentuk dan macam fitnah itu beragam. Yang pada awalnya, fitnah
mungkin merupakan sebuah kenikmatan kemudian berubah menjadi bencana.
Fitnah sangat mudah membelenggu dan menjerumuskan seseorang kepada
kezaliman, permusuhan, dan perbuatan nista. Namun, bagi orang yang
mempercayai adanya kebesaran dan keagungan Allah SWT akan selalu yakin
dengan kebenaran-Nya menyelamatkan umat manusia dari segala bentuk fitnah
yang terjadi di muka bumi.
Kedahsyatan fitnah dalam kenyataannya mampu merongrong keimanan
dan keteguhan seseorang pada pendiriannya terhadap ajaran agama, hal ini
sebagaimana telah dituturkan dalam Al-Qur’an dan as-Sunah. Dalam Al-Qur’an
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 191:
)191: البقرة.. . (الفتنة اشد من القتل ....
“….. Fitnah lebih besar bahayanya dari pembunuhan….” (QS. Al-Baqarah: 191).53
Hal ini juga diperjelas dalam hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan
bahwa umat manusia harus berhati-hati dengan keberadaan fitnah. Hadits
tersebut adalah:
قال بادوا باالعمال فتنا كقطع اليل المظلم رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ان
بيا يكافر بحصيا ومنؤسى ممي ا اوسى كافرميا ومنؤل مجالر بحصض يربع هندي ع من الدنيا
“Bersegeralah kalian melakukan amal shaleh, sehingga munculnya fitnah. Fitnah itu bagaikan penggalan malam hari yang gelap. Seseorang beriman di pagi hari, lalu menjadi kafir di sore hari. Dan ia beriman di sore hari, lalu menjadi kafir di pagi hari. Ia menjual agamanya dengan harta dunia” (HR. Muslim).
Berdasarkan ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa bahaya fitnah
dapat merusak tatanan kehidupan manusia yang mulanya buruk menjadi baik dan
53 Ibid., hlm. 46.
36
adakalanya yang mulanya baik menjadi buruk, hal ini sangat ditentukan oleh
bagaimana manusia dapat mengendalikan dan mewaspadai sekaligus langkah apa
yang tepat dalam menghadapi “Fitnah” dalam kehidupan sehari-hari. Karena
secara harfiah dapat diketahui dan dirasakan pada fitnah tidak akan terlepas dari
fenomena kehidupan manusia.