Upload
hadat
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
34
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Analisis Pendahuluan
Bab ini akan mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah diperoleh
sekaligus pembahasannya. Adapun tujuan utama yang ingin dicapai oleh penulis,
yaitu:
1. mengetahui perbedaan penguasaan kompetensi profesional antara guru
yang sudah bersertifikat dan guru yang belum bersertifikat di SMP
Negeri se Kecamatan Ambarawa;
2. mengetahui penguasaan kompetensi profesional guru di SMP Negeri se
Kecamatan Ambarawa yang belum bersertifikat;
3. mengetahui penguasaan kompetensi profesional guru di SMP Negeri se
Kecamatan Ambarawa yang sudah bersertifikat.
Untuk mencapai tujuan penelitian, hasil penelitian dilaporkan dalam dua
tahap. Secara rinci sebagai berikut:
1. Analisis Pendahuluan
Tahap ini setiap indikator penelitian dideskripsikan menggunakan
distribusi frekuensi, polygon frekuensi, ukuran tendensi pusat, ukuran
dispersi, serta estimasi.
2. Analisis Lanjut
Pada tahap ini adalah tahap uji hipotesis yakni uji satu sisi dengan
menggunakan uji beda mean, serta uji satuan mean. Berikut merupakan
35
hasil penelitian yang diperoleh beserta pembahasannya, yang merupakan
jawaban dari penelitian yang hendak dicapai.
4.1.1. Perbedaan Penguasaan Kompetensi Profesional Antara Guru Yang
Sudah Bersertifikat dan Guru Yang Belum Bersertifikat
Beda penguasaan kompetensi profesional yang dimaksud disini adalah
sejauh mana perbedaan penguasaan yang dimiliki oleh guru yang telah bersertifikat
dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat.
Hasil analisis pendahuluan terdapat 66 sampel guru di SMP Negeri se
Kecamatan Ambarawa menunjukkan bahwa distribusi frekuensi beda penguasaan
kompetensi profesional paling banyak adalah guru yang sudah bersertifikat
sebanyak 36 orang (55%) dengan perhitungan tendensi pusat sebesar 87,25 serta
ukuran dispersi 1,05. Setelah diestimasi menunjukkan hasil 86,907≤ µ ≤ 87,593
yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah
bersertifikat pada populasi berada antara 86,907 ke 87,593 pada tingkat konfidensi
95%. Hal ini berarti penguasaan guru yang sudah bersertifikat terhadap kompetensi
profesional yang disyaratkan adalah tinggi. Tingginya penguasaan kompetensi
profesional, menunjukkan bahwa guru yang sudah bersertifikat adalah guru yang
profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.1. lampiran 4 halaman 73.
Sedangkan guru yang belum bersertifikat sebanyak 30 orang (45%) dengan
perhitungan tendensi pusat sebesar 75,08 serta ukuran dispersi 7,71. Setelah
diestimasi menunjukkan hasil 72,199 ≤ µ ≤ 77,961 yang artinya rata-rata
penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat pada populasi
berada 72,199 ke 77,961 pada tingkat konfidensi 95%. Hal ini berarti penguasaan
guru yang belum bersertifikat terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan
36
adalah rendah. Rendahnya penguasaan kompetensi ini, menunjukkan bahwa guru
yang belum bersertifikat adalah guru yang tidak profesional. Lebih jelasnya bisa
dilihat pada Gambar 2.2. lampiran 4 halaman 73.
Berdasarkan hasil analisis pendahuluan tersebut, Nampak bahwa secara rata-
rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi
dibanding dengan guru yang belum bersertifikat lebih rendah.
4.1.2. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Belum Bersertifikat
Penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat adalah
skor dari penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran (RPP) dalam kaitannya
dengan sertifikasi. Guru yang belum bersertifikat memeperoleh skor kurang dari 85.
Sedangkan skor minimal yang harus dicapai oleh seorang guru untuk lolos
sertifikasi adalah 85.
Guru yang belum bersertifikat dikatakan lolos sertfikasi jika skor yang
diperoleh melebihi batas minimal yang telah ditetapkan. Distribusi frekuensi dengan
jumlah sampel 30 orang menggambarkan bahwa penguasaan kompetensi profesional
guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Amabarawa rendah.
Rendahnya penguasaan kompetensi profesional ditunjukkan oleh rata-rata
sebesar 75,08 dengan jumlah sampel 30 orang guru. Ukuran variasi dengan
menggunakan standar deviasi kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat
menunjukkan angka sebesar 7,71. Penghitungan estimasi menunjukkan hasil 72,199
≤ µ ≤ 77,961 yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang
belum bersertifikat pada populasi berada 72,199 ke 77,961 pada tingkat konfidensi
95%. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.2. lampiran 4 halaman 73.
37
Berdasarkan analisis pendahuluan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penguasaan kompetensi profesional dari 30 orang guru yang belum bersertifikat di
SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa rendah. Dikatakan rendah karena pencapaian
skor penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran (RPP) guru yang be;um
bersertifikat kurang dari 85.
4.1.3. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Sudah Bersertifikat
Penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat adalah
skor dari penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran dalam kaitannya dengan
sertifikasi. Skor minimal yang harus dicapai oleh seorang guru untuk lolos sertifikasi
adalah 85.
Distribusi frekuensi dengan jumlah sampel 36 orang guru menggambarkan
bahwa penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat di SMP
Negeri se Kecamatan Ambarawa dikatakan tinggi karena skor yang diperoleh dari
penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran lebih dari 85.
Tingginya penguasaan kompetensi profesional ditunjukkan oleh rata-rata
sebesar 87,25 dengan jumlah sampel 36 orang guru. Ukuran variasi dengan
menggunakan standar deviasi kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat
menunjukkan angka sebesar 1,05. Penghitungan estimasi menunjukkan hasil 86,907
≤ µ ≤ 87,593 yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang
sudah bersertifikat pada populasi berada antara 86,907 ke 87,593 pada tingkat
konfidensi 95%. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.1. lampiran 4 halaman
73.
Berdasarkan analisis pendahuluan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penguasaan kompetensi profesional dari 36 orang guru yang sudah bersertifikat di
38
SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa tinggi. Dikatakan tinggi karena pencapaian
skor penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran guru yang sudah bersertifikat
lebih dari 85.
4.2. Hasil Analisis Lanjut
4.2.1. Hipotesis 1 :
Penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat
lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se
Kecamatan Ambarawa.
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 > µ2
Dari perhitungan analisis lanjut diatas dengan menggunakan uji satu sisi
beda mean sebelah kanan, diketahui bahwa t hitung adalah sebesar 9, 22 sedangkan t
tabel adalah 1,310. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa H0 ditolak dan
H1 diterima dengan tingkat keyakinan 95%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan kompetensi
profesional guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi daripada guru yang belum
bersertifikat.
4.2.2. Hipotesis 2 :
Penguasaan kompetensi profesional guru SMP Negeri se Kecamatan
Ambarawa yang belum bersertifikat adalah rendah.
Ho: µ0 = 85
H1: µ1 < 85
Dari perhitungan analisis lanjut diatas dengan menggunakan uji satu sisi
beda mean sebelah kiri, diketahui bahwa t hitung adalah sebesar -0,23 sedangkan t
39
tabel adalah -1,697. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa H0 diterima dan
H1 ditolak dengan tingkat keyakinan 95%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan kompetensi
profesional guru yang belum bersertifikat rendah karena belum mencapai skor
kurang dari 85.
4.2.3. Hipotesis 3 :
Penguasaan kompetensi profesional guru SMP Negeri se Kecamatan
Ambarawa yang sudah bersertifikat adalah tinggi.
Ho: µ0 = 85
H1: µ1 > 85
Dari perhitungan analisis lanjut diatas dengan menggunakan uji satu sisi
beda mean sebelah kanan, diketahui bahwa t hitung adalah sebesar 12,8 sedangkan t
tabel adalah 2,457. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa H0 ditolak dan
H1 diterima dengan tingkat keyakinan 95%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan kompetensi
profesional guru yang sudah bersertifikat tinggi karena belum mencapai skor lebih
dari 85.
40
4.3. Pembahasan
Bagian ini, dikemukakan mengenai pembahasan atas temuan yang telah
digambarkan dengan menggunakan landasan teori pada Bab II.
4.3.1. Perbedaan Penguasaan Kompetensi Profesional Antara Guru Yang
Sudah Bersertifikat Dan Guru Yang Belum Bersertifikat.
Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa:
”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia lajur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”1.
Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru dituntut untuk memiliki
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang dan
tugasnya. Tidak hanya itu, seorang guru yang profesional juga harus memiliki
kompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen yang melaksanakan
program pembelajaran.
”Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”2. UUGD pasal 38 ayat 3 menyatakan
kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penjelasan mengenai
salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional.
1 Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press,
Jakarta, hal. 196 2 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.25
41
Hasil penelitian terhadap 36 orang guru yang sudah bersertifikat
menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah
bersertifikat sebesar 87,25 dengan ukuran dispersi sebesar 1,05. Setelah diestimasi,
umumnya penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat terletak
antara 86,907 ke 87,593 . Hal ini berarti penguasaan guru yang sudah bersertifikat
terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan adalah tinggi. Tingginya
penguasaan kompetensi profesional, menunjukkan bahwa guru yang sudah
bersertifikat adalah guru yang profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar
2.1. lampiran 4 halaman 73.
Namun hasil penelitian terhadap 30 orang guru yang belum bersertifikat
menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang belum
bersertifikat sebesar 75,08 dengan ukuran dispersi sebesar 7,71. Setelah diestimasi,
umumnya penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat terletak
antara 72,199 ke 77,961. Hal ini berarti penguasaan guru yang belum bersertifikat
terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan adalah rendah. Rendahnya
penguasaan kompetensi ini, menunjukkan bahwa guru yang belum bersertifikat
adalah guru yang tidak profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.2.
lampiran 4 halaman 73.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata
penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi
dibanding dengan guru yang belum bersertifikat lebih rendah.
42
4.3.2. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Belum Bersertifikat
Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa:
”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia lajur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”3.
Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru dituntut untuk memiliki
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang dan
tugasnya. Tidak hanya itu, seorang guru yang profesional juga harus memiliki
kompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen yang melaksanakan
program pembelajaran.
”Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”4. UUGD pasal 38 ayat 3 menyatakan
kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penjelasan mengenai
salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional.
Kompetensi profesional adalah ”kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
3 Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press,
Jakarta, hal. 196 4 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.25
43
Pendidikan”.5 Kompetensi profesional ini merupakan suatu kemampuan yang
membedakan profesi guru dengan profesi yang lain.
Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang harus
dimiliki pleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah
”seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat
melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil”.6 Kompetensi profesional ini
disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping
itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan
tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar
dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional ini
terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam mengajar
agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional. Kompetensi profesional guru
terkait dengan pelaksanaan tugas mengajar seorang guru. Dalam kompetensi
profesional terdapat lima kompetensi inti guru yang harus dikuasai oleh guru.
”Lima kompetensi inti guru tersebut adalah:
1. menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran yang diampu.
3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif.
4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif.
5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri”.7
5Ibid. hal 135.
6 Hamzah B. Uno, Op. Cit, hal.18. 7 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007
dalam Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Tahun 2005, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal
152-153.
44
Kompetensi profesional ini terkait langsung dengan mata pelajaran yang
akan diajarkan oleh guru. Lima kompetensi inti guru ini harus benar-benar dikuasai
oleh guru untuk dapat mengajar dengan benar pula. Salah satu yang dianggap
penting untuk dilaksanakan secara benar adalah mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif.
Hasil penelitian terhadap 30 orang guru yang belum bersertifikat
menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi profesional diukur oleh tujuh
komponen rencana pembelajaran (RPP) yaitu materi pokok, alokasi waktu, tujuan
pembelajaran, metode pembelajaran, media dan sumber belajar, kegiatan-kegiatan
pembelajaran, dan penilaian.
Dari hasil temuan masih ada guru tidak baik dalam menyusun materi
pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Sebanyak 75,08 guru
yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa tidak baik dalam
menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP) yang
menggunakan komponen penguasaan profesional. Hal ini disebabkan guru tidak
menguasai kompetensi profesional sehingga guru tersebut dalam melaksanakan
tugas mengajarnya belum terarah dan kreatif.
Para guru masih belum memahami kompetensi profesional dan juga guru
tidak terbiasa dengan kebiasaan mengajar peserta didik terlebih dahulu menyusun
materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Seorang guru
dikatakan belum berhasil melaksanakan tugas mengajarnya dengan terarah dan
kreatif dalam mengajar.
45
4.3.3. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Sudah Bersertifikat
Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa:
”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia lajur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”8.
Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru dituntut untuk memiliki
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang dan
tugasnya. Tidak hanya itu, seorang guru yang profesional juga harus memiliki
kompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen yang melaksanakan
program pembelajaran.
”Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”9. UUGD pasal 38 ayat 3 menyatakan
kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penjelasan mengenai
salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional.
Kompetensi profesional adalah ”kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
8 Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press,
Jakarta, hal. 196 9 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.25
46
Pendidikan”.10
Kompetensi profesional ini merupakan suatu kemampuan yang
membedakan profesi guru dengan profesi yang lain.
Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang harus
dimiliki pleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah
”seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat
melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil”.11
Kompetensi profesional ini
disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping
itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan
tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar
dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional ini
terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam mengajar
agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional. Kompetensi profesional guru
terkait dengan pelaksanaan tugas mengajar seorang guru. Dalam kompetensi
profesional terdapat lima kompetensi inti guru yang harus dikuasai oleh guru.
”Lima kompetensi inti guru tersebut adalah:
1. menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran yang diampu.
3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif.
4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif.
5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri”.12
10
Ibid. hal 135. 11 Hamzah B. Uno, Op. Cit, hal.18. 12 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun
2007 dalam Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Tahun 2005, Sinar Grafika,
Jakarta,2007, hal 152-153.
47
Kompetensi profesional ini terkait langsung dengan mata pelajaran yang
akan diajarkan oleh guru. Lima kompetensi inti guru ini harus benar-benar dikuasai
oleh guru untuk dapat mengajar dengan benar pula. Salah satu yang dianggap
penting untuk dilaksanakan secara benar adalah mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif.
Dari hasil temuan sudah ada guru baik dalam menyusun materi pembelajaran
yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Sebanyak 87,25 guru yang sudah
bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa sudah baik dalam menyusun
materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP) yang menggunakan
komponen penguasaan profesional. Hal ini disebabkan guru menguasai kompetensi
profesional sehingga guru tersebut dalam melaksanakan tugas mengajarnya terarah
dan kreatif.
Para guru sudah memahami kompetensi profesional dan juga guru sudah
terbiasa dengan kebiasaan mengajar peserta didik terlebih dahulu menyusun materi
pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Seorang guru dikatakan
berhasil melaksanakan tugas mengajarnya dengan terarah dan kreatif dalam
mengajar.