27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit yang sering ditemukan namun tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita yaitu akne atau jerawat. Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak minyak. Keadaan ini cenderung diturunkan dalam kelurga dan sama sekali tidak berbahaya. Tetapi beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Sayang sekali, sampai saat ini belum ada cara penyembuh yang tuntas, meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Untungnya, kondisi ini akan mengalami perbaikan dengan bertambahnya usia. 1.2 Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi 1

Batu Ginjal 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Batu Ginjal 2

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kulit yang sering ditemukan namun tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita yaitu akne atau jerawat. Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak minyak. Keadaan ini cenderung diturunkan dalam kelurga dan sama sekali tidak berbahaya. Tetapi beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Sayang sekali, sampai saat ini belum ada cara penyembuh yang tuntas, meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Untungnya, kondisi ini akan mengalami perbaikan dengan bertambahnya usia.

1.2 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas selama praktek di poli kulit dan kelamin RSU dr. Fauziah Bireuen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk membuat kami memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan akne vulgaris.

1.3 Manfaat

Manfaat dibuatnya makalah ini dapat kami jelaskan sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang pengertian akne vulgaris.

2. Mengetahui tentang penyebab dari akne vulgaris.

3. Mengetahui tentang tanda dan gejala dari akne vulgaris.

4. Mengetahui tentang penanganan dari penyakit akne vulgaris.

5. Mengetahui tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan akne vulgaris.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR TEORI

2.1.1 Pengertian

Akne vulgaris atau disebut juga common acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling sering dijumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustule atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan dalam etiologi (Dorland, 2012).

Akne vulgaris atau biasa disebut juga dengan jerawat adalah peradangan kronik folikel filosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah predileksi, seperti muka,bahu,bagian atasdari ekstremitas superior, dada,dan punggung (Ilmu Penyakit Kulit, Marwali Harahap, 2000). Aknemerupakansuatuprosesperadangankronikkelenjar-kelenjar sebasea. Penyakit ini dapat bersifat minor dengan hanya komedo atau peradangan dengan pustule multiple atau kista. Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda, dan akan menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun.Walaupun demikian ada banyak juga orang setengah baya yang mengalami serangan akne.Akne biasanya disebabkanolehtingginya sekresi sebum. Androgen telah diketahui sebagai perangsang sekresi sebum, dan estrogen mengurangi produksi sebum. Tanpa androgen kelenjar sebasea akan tetap kecil. Akne tidak terdapat pada laki-laki yang dikastrasi sebelum pubertas atau pada perempuan yang sudah di ooforektomi.

2.1.2 Epidemiologi

Akne merupakan kelainan kulit yang paling sering ditemukan pada remaja dan dewasa muda diantara usia 12 35 tahun. Lakilaki dan perempuan terkena sama banyaknya, dengan insiden tertinggi antara usia 14 dan 17 tahun pada perempuan untuk anak perempuan, serta usia 16 dan 19 tahun untuk anak lakilaki. Kelainan kulit ini semakin nyata pada pubertas dan usia remaja, dan kenyataan tersebut, mungkin terjadi karena fungsi kelenjar endokrin tertentu yang mempengaruhi sekresi kelenjar sebasea mencapai aktivitas puncaknya pada usia ini. Akne tampaknya berakar dari interaksi faktor genetic, hormonal dan bacterial. Pada sebagian besar kasus terdapat riwayat akne dalam keluarga. (Brunner & Suddart, 2002:1857)Walaupun demikian ada banyak juga orang setengah baya yang mengalami serangan akne. Akne tidak terdapat pada laki laki yang dikastrasi sebelum pubertas atau pada perempuan yang sudah diooforektomi.2.1.3 Etiologi

Penyebab pasti dari penyakit akne vulgaris sendiri masih belum diketahui. Beberapa penyebab pasti yang mungkin menurut Williams and Wilkins (2008,hal.1) yaitu; oklusi folikular, produksi sebum yang terstimulasi oleh androgen dan Propini bacterium acnes.Timbulnya jerawat juga dimungkinkan oleh beberapa hal berikut:

1) Sebum, sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak.2) Bakteria, mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah coryne bacterium acnes, Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale. Dari ketiga mikrobaini yang terpenting yakni C. Acnes yang bekerja secara tidak langsung.

3) Herediter, faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.

4) Hormoni. Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari testes dan kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabka kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat. Pada penyelidikan Pochi, Frorstrom dkk. &Lim James didapatkan bahwa konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, pada testosteron plasma sangat meningkat pada penderita akne.

ii. Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.

iii. Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologik tak mempunyai efek terhadap efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual.

iv. Hormon hormon dari kelenjar hipofisis.Pada tikus, hormon tirotropin, gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas kelenjar palit. Pada kegagalan dari kelenjar hipofisis, sekresi sebum lebih rendah dibandingkan dengan orang normal. Penurunan sebum diduga disebabkan oleh adanya suatu hormon sebotropik yang berasal dari baga tengah (lobus intermediate) kelenjar hipofisis.

5) Diet, 6) Obat - obatan tertentu,7) Kosmetik

8) Stress emosional9) Paparan senyawa industri10) Trauma atau gesekan dengan pakaian ketat, 11) Iklim,2.1.4 PatofisiologiPatogenesis akne vul garis sangat kompleks dipengaruhi banyak faktor dan kadang- kadang masih kontroversial. Asam lemak bebas yang terbentuk dari trigliserida dalam sebum menyebabkan kekentalan sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan saluran pilosebasea serta reaksi radang disekitarnya (komedogenik). Pembentukan pus, nodus, dan kista terjadi sesudahnya.

Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne :

1. kenaikan sekresi sebum

2. Adanya keratinisasi folikel

3. Bakteri

4. Peradangan (inflamasi).

Terdapat empat mekanisme utama kejadian jerawat :

1. Kelenjar minyak menjadi besar (hipertropi) dengan peningkatan penghasilan sebum (akibat rangsangan hormon androgen)

2. Hiperkeratosis (kulit menjadi tebal) epitelium folikular (pertumbuhan sel-sel yang cepat dan mengisi ruang folikel poli sebaceous dan membentuk plug).

3. Pertumbuhan kuman, propioni bacterium acnes yang cepat (folikel pilo sebaceous yang tersumbat akan memerangkap nutrien dan sebum serta menggalakkan pertumbuhan kuman.

Inflamasi (radang) akibat hasil sampingan kuman propionibacterium acnes. Proses terbentuknya dimulai dengan adanya radang saluran kelenjar minyak kulit, kemudian dapat menyebabkan sumbatan aliran sebum yang dikeluarkan oleh kelenjar sebasea dipermukaan kulit,sehingga timbul erupsi ke permukaan kulit yang dimulai dengan komedo. Proses peradangan selanjutnya akan membuat komedo berkembang menjadi papul, pustul, nodus dan kista. Bila peradangan surutterjadi jaringan parut.2.1.5 Manifestasi KlinisTempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas dan punggung bagian atas gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak meradang dan pustule nodus dan kista yang meradang, isi komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya pus atau darah. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetis. Selain itu manifestasi klinis lainnya, yaitu:

1. Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika disentuh (tenderness).

2. Biasanya tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris.3. Akne yang berat (severe acne) disertai dengan tanda dan gejala sistemik disebut sebagai acne fulminans.

4. Acne dapat muncul pada pasien apapun sebagai dampak psikologis,tanpa melihat tingkat keparahan penyakitnya.

5. Komedo tertutup (white head) merupakan lesi obstruktif yang terbentuk dari lipid atau minyak terjepit dan keratin yang menyumbat folikel yang melebar. Komedo tertutup merupakan papula kecil berwarna keputihan dengan lubang folikuler yang halus sehingga umumnya tidak terlihat. Komedo tertutup dapat menjadi komedo terbuka, dimana isi saluran memiliki hubungan yang terbuka dengan dunia luar. Komedo terbuka (blackhead) bukan terjadi karena kotoran atau bakteri melainkan karena akumulasi lipid, bakteri serta debris epitel.

6. Meskipun penyebabnya yang pasti tidak diketahui, sebagai komedo tertutup dapat mengalami rupture dan menimbulkan reaksi inflamasi yang disebabkan karena perembesan isi folikel.

7. Inflamasi yang ditimbulkan terlihat secara klinis papula eritematosa, pustule, dan kista inflamatorik. Papula serta kista yang ringan akan kempis dan sembuh sendiri. Papula dan kista yang lebih parah akan menimbulkan jaringan parut.Metode yang diajukan oleh Cook (1979) dan kemudian oleh Allen dan Smith (1982) memakai grading dari 0-8 sebagai berikut :

SKALAGrading Cook et alAllen dan Smith

0Kulit tak begitu bersih, ada beberapa (3) komedo dan papul tersebarKulit tak begitu bersih, ada beberapa komedo tersebar, hanya terlihat dari dekat.

2Beberapa pustul atau 3 lusin komedo atau papul. Tak ada lesi yang besarHanya daerah muka terkena, dengan papul kecil dan komedo dan beberapa pustul dan papul yang besar

4Antara tingkat 2-6, dengan lesi inflamasi merahdaerah terkena berisi papul kecil, komedo besar dan kecil, dan beberapa pustul dan papul yang besar atau kurang dari daerah berisi lesi besar-besar

6Penuh dengan komedo,

beberapa papul dan pustul besar sehingga terlihat dari jarak 2,5 m daerah muka terkena dengan papul dan momedo besar atau kurang dari daerah berisi lesi besar-besar

8Konglobata, sinus atau kistik, atau lesi inflamasi memenuhi hampir seluruh muka. Meluas ke leher dan bahuSeluruh muka terkena dengan lesi besar meradang. Konglobata, sinus dan kistik terlihat

2.1.6 Diagnosa

Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskokleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel sebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang di ganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas. Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan laboratorium mikrobiologi yang lengkap untuktujuan penelitian,namun hasilnya sering tidak memuaskan.

Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas (free fatty acid) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.

1) Pemeriksaan Laboratorium2) Pemeriksaan Histopatologis3) Pemeriksaan mikrobiologis4) Pemeriksaan susunandankadarlipid permukaankulit(skin surface lipids)Menurut Andrianto dan Sukardi (1988), diagnosis akne sebagai berikut :

Harus dicari faktor penyebab atau pencetusnya termasuk umur penderita Klinis ditemukan adanya komedo dan lokalisasi yang khas.

2.1.8 PengobatanTujuan pengobatan akne adalah mencegah timbulnya sikatrik serta mengurangi frekuensi dan kerasnya eksaserbasi akne, untuk itu, selain diperlukan obat-obatan juga diperlukan kerjasama yang baik antar si penderita dengan dokter yang merawatnya.

1. Nasehat Umum dan Dorongan Mental 2. Perawatan

Perawatan dimuka

Pemakaian sabun bakteriostatik dan deterjen tidak dianjurkan, bahkan pemakaian sabun berlebihan bersifat aknegenik dan dapat menyebabkan akne bertambah hebat (akne venenata).

Perawatan kulit kepala dan rambut

Kosmetika dan bahan-bahan lain

Diet

Emosi dan faktor psikosomatik

3. Obat-obatan

Ada tiga hal yang penting pada pengobatan akne:

Mencegah timbulnya komedo : biasanya dipakai bahan pengelupasan kulit

Mencegah pecahnya mikrokomedo atau meringankan reaksi keradangan dalam hal ini, antibiotika mempunyai pengaruh.

Mempercepat resolusi beradang. Pengobatan topikal

1) Tretinoin (vitamin A asam)

Tretinoin adalah suatu obat keras yang dapat menyebabkan eritema hebat dengan pengelupaan kulit, biasanya disertai rasa seperti tersengat atau terbakar, pada permulaan, penderita dianjurkan untuk memakai obat sekali sehari pada malam hari. Bila terjadi eritema dan diskuamasi setelah lima hari obat dapat dipakai untuk dua kali sehari. Efeknya tergantung pada konsentrasi, bahan dasar yang dipakai, jenis kulit yang diobati, dan umur penderita. Pada umumnya hasil terapi baru tampak setelah 8 minggu pengobatan

2) Benzoil peroksida

Zat ini tidak saja membunuh bakteri, melainkan juga menyebabkan deskuamasi dan juga timbulnya gumpalan di ddalm folikel. Pada permulaan pengobatan, pasien merasa seperti terbakar. Gejala ini akan berkurang dalam beberapa minggu. Sebaiknya dimulai dari dosis rendah dahulu, kemudian lambat laun diganti dengan dosis tinggi. Efek samping pada pemakaian lama adalah sensitisasi secara kontak (2,5 % dari kasus).

3) Antibiotika topical Pemakaian bahan anti mikroba dapat dibenarkan, bila mengurangi populasi C.Acnes atau hasil metabolismenya seperti lipase atau porfirin. Tetapi tak satupun bahan- bahanyang memiliki efek seperti ini terdapat dalam bentuk krem, larutan, jel, dan sabun.

Pengobatan Orala. Antibiotika Oral

1)Tetrasiklin

2)Eritromisin

3)Linkomisin dan Klindamisin4)Trimetoprim

b. D.DS (Diamino Difenil Sulfon)

c. Hormon

d. Vitamin A

e. Isoretinoit

f. Seng (Zinkg. Diuretika

2.1.9 Komplikasi

Jaringan parut dapat terbentuk pada kasus yang parah. Rasa percaya diri dapat terganggu. (Elizabeth J. Cowin, 2001).Infeksi. Kepada pasien wanita yang mendapatkan terapi antibiotik jangka panjang dengan tertasiklin harus disarankan untuk terus mengamati (Bruner & Suddarth, 2002).

2.1.10 Prognosis

Umumnya prognosis penyakit baik, tetapi sebagian penderita sering residif. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu rawat inap di rumah sakit. BAB 3

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Nama

: Ny. N

Jenis kelamin: Perempuan

Masuk ke Rs : 23 Juni 2015

Umur

: 60 tahun

Agama

: islam

Alamat : Peusangan

Pengkajian pada pasien acne vulgaris meliputi :

Merupakan tahap awal dari pendekatan proses keperawatan dan dilakukan secara sistematika mencakup aspek bio, psiko, sosio dan spiritual. Langkah awal dari pengkajian ini adalah pengumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan klien dan keluarga, observasi pemeriksaan fisik, konsultasi dengan anggota tim kesehatan lainnya dan meninjau kembali catatan medis ataupun catatan keperawatan. Pengkajian fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Pengkajian secara umum pada pasien yang mengalami akne vulgaris dapat menanyakan:

a. Apakah klien menggunakan obat obatan, seperti isoisotretinoin?

b. Apakah klien rutin mengkonsumsi makanan yang berlemak?

c. Apakah klien sering berkeringat? Atau sering memakai baju yang teksturnya kasar saat bergesekan dengan kulit?

d. Apakah klien pernah memencet komedo dengan kuku? e. Apakah klien menggunakan produk kosmetik tertentu?

f. Apakah klien rajin berolahraga?g. Apakah klien memiliki alergi terhadap sesuatu?3.2 Diagnosa

1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan factor mekanik (mis., gaya gunting tekanan pengekangan) ditandai dengan adanya kerusakan di lapisan kulit serta di permukaan kulit.2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan penyakit (Acne Vulgaris) di tandai dengan mengungkapkan malu terhadap keadaannya.3. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan primertubuh tidak adekuat4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan tidak familiarnya informasi yang ada ditandai dengan tingkah laku yang tidak sesuai (gelisah, cemas, selalu bertanya-tanya).Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas dan kasus

1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan factor mekanik (mis.gaya gunting tekanan pengekangan) ditandai dengan adanya kerusakan di lapisan kulit serta di permukaan kulit.

2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan penyakit (Acne Vulgaris) di tandai dengan mengungkapkan malu terhadap keadaannya.

3. Risiko Infeksi

4.Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan ditandai dengan pengungkapan masalah.3.5 Implementasi KeperawatanPelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan dependen.3.6 Evaluasi KeperawatanSubjektif: respon klienObjektif: data objektif yang dapat diamatiAnalysis: Menganalisa dan membandingkan dataterhadap kriteria dan standarPlanning: Melaksanakan rencana tindakan yg sesuai berdasarkan kesimpulanBAB 4

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Akne vulgaris (jerawat ) adalah penyakit kulit akibat peradangan kronik folikel pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher, dada dan punggung. Akne merupakan kelainan kulit yang paling sering ditemukan pada remaja dan dewasa muda di antara usia 12 - 35 tahun. Penyebab belum diketahui pasti, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propioni bacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan dalam etiologi. Acne vulgaris bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi sebaceous. Komedo dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau black head (komedo terbuka) tanpa disertai tanda tanda klinis dari peradangan apapun. Pengobatan akne memerlukan waktu yang lama, untuk mengontrol penyakitnya dan mencegah terjadinya sikatrik. Akne ringan hanya membutuhkan terapi topical, sedangkan penderita akne sedang dan berat membutuhkan terapi oral dan topical.

B. SARAN

Sebagai seorang perawat, sebaiknya lebih menenkankan edukasi kepada pasien akne vulgaris, karena apabila seorang pasien tidak mampu menjaga faktor-faktor yang dapat mempercepat keparahan lukanya seperti menjaga kebersihan kulit, tepat tidur, tidak mudah stress danminum obat sesuai indikasi yang diberikan.DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner& Suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.

2. Djuanda, A . 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta.

3. Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Media Aesculapius: Jakarta

4. Smeltzer, SC & Bare ,BG. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 14 Vol.3. Jakarta: EGC.5. Sylvia A. Price, dkk. 2006. Patofisiologi :Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, Edisi 6 Vol. 2. Jakarta :EGC.6. T. Heather Herdman. 2012. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC7. Widjaja, E.2000. Rosasea danAkne VulgarisIlmu PenyakitKulit Ed. Marwali Harahap. Cetakan1. Hipokrates: Jakarta

8. Mario, pieter. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN ACNE VULGARIS. Tersedia dalam . diakses pada 22 Juni 2015 ayu dewa. 2012. ASKEP ACNE VULGARIS . http://dewaayudiantari.blogspot.sg/2012/01/askep-acne-vulgaris.html. Diakses pada 22 Juni 201518