Upload
doannhan
View
223
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
CHARACTERISTIC OF SEDIMENT AND SEDIMENT ACCUMULATED RATE
IN COASTAL WATERS OF BUKIT BESTARI SUBDISTRICT TANJUNGPINANG CITY
RIAU ARCHIPELAGO PROVINCE
Supriadi
College Student of Marine Science, FIKP UMRAH, [email protected]
Chandra J.K.
Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH, [email protected]
Risandi Dwirama Putra
Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH, [email protected]
Abstract
The research was determine on March 2015 – May 2015 located at coastal waters of
Bukit Bestari Subdistrict Tanjungpinang City Riau Archipelago Province. This research focus in
three location, Lembah Purnama, Pramuka and Pantai Impian. Location determine method use
purposive sampling. Observation point determine based on Systematic Random Sampling (SRS).
Taking sediment sample and waters parameter in 19 points. Sediment sample was analysed in
laboratory. The result analysis of bottom sediments in coastal waters of Bukit Bestari Subdistrict
Tanjungpinang City Riau Archipelago Provincein 19 points dominated is sand. The result analysis
of average total rate of sediment volume accumulated per-day are0.0919 (ml/cm2/day), and
average total rate of sediment weight accumulated per-day are 0.1655 (gram/cm2/day).
Sedimentation in coastal waters of Bukit Bestari Subdistrict Tanjungpinang City Riau Archipelago
Province can probably antrophogenic and ocean activity.
Keywords : Characteristic of sediment, Accumulated rate of sediment, Bukit Bestari Subdistrict.
2
KARAKTERISASI SEDIMEN DAN LAJU AKUMULASI SEDIMEN
PERAIRAN PESISIR KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Supriadi
Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
Chandra J.K.
Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
Risandi Dwirama Putra
Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015 yang
berlokasi di perairan pesisir Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulaun
Riau. Penelitian ini difokuskan pada tiga lokasi yaitu di Lembah Purnama, Pramuka dan Pantai
Impian. Penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling. Penentuan titik pengamatan
berdasarkan metode Systematic Random Sampling (SRS). Pengambilan sampel sedimen dan
parameter perairan dilakukan di 19 titik sampling. Analisis sampel sedimen dilakukan di
laboratorium. Dari hasil analisis sedimen dasar perairan yang terdapat di perairan pesisir
Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulaun Riau dapat memberi gambaran
karakteristik sedimen dari 19 titik sampling lebih banyak pasir. Hasil analisis jumlah rata-rata total
perhari laju volume sedimen terakumulasi yaitu 0.0919 (ml/cm2/hari), dan jumlah rata-rata total
perhari laju berat sedimen terakumulasi yaitu 0.1655 (gram/cm2/hari). Sedimentasi yang terjadi di
perairan pesisir Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulaun Riau dapat
diduga berasal dari aktivitas antrophogenik dan aktivitas oseanografi.
Kata kunci :Karakterisasi Sedimen, Laju akumulasi Sedimen, Kecamatan Bukit Bestari
3
I. PENDAHULUAN
Kota Tanjungpinang merupakan
ibukota Provinsi Kepulauan Riau yang secara
geografis terletak antara 0º 51’ 30” - 0º 59’ 8”
Lintang Utara dan 104º 24’ - 104º 34’ Bujur
Timur dengan luas wilayah 239,5 km2. Kota
Tanjungpinang terdiri dari empat kecamatan
yaitu Kecamatan Bukit Bestari, Kecamatan
Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang Kota,
dan Tanjungpinang Barat. Kecamatan Bukit
Bestari merupakan Kecamatan kedua terbesar
setelah Kecamatan Tanjungpinang Timur,
yang sebagian wilayahnya adalah perairan
pesisir (Pemko Tanjungpinang, 2015).
Aktifitas pesisir merupakan salah
satu penyebab sedimentasi atau
pendangkalan. Sedimentasi merupakan
fenomena pengendapan dan pengaruh
aktivitas manusia dan alam. Sedimentasi
telah memberikan data yang penting terhadap
hal-hal spesifik yang diikuti oleh material
hasil berbagai macam dampak aktivitas
masyarakat seperti industri, konversi alam,
pemukiman, pengembangan wilayah pesisir,
eksplorasi sumberdaya lautan dan daratan,
yang dimasukkan kedalam lingkungan dan
proses alami yang mengubah fungsi
ekosistem (Rifardi, 2012).
Sedimen laut berasal dari daratan
dan hasil aktivitas (proses) biologi, fisika dan
kimia baik yang terjadi didaratan maupun di
laut itu sendiri, meskipun ada sedikit
masukan dari sumber vulkanogenik dan
kosmik. Sedimen laut terdiri atas materi-
materi berbagai sumber. Faktor yang
mempengaruhi tipe sedimen yang
terakumulasi antara lain adalah topografi
bawah laut dan pola iklim (Rifardi, 2012).
Perairan pesisir Kecamatan Bukit
Bestari merupakan kawasan strategis dalam
pengembangan kawasan pesisir. Daerah
tersebut dimanfaatkan sebagai areal kegiatan
perikanan tangkap, pemukiman, dan
jembatan yang menghubungkan antar Kota
Tanjungpinang dan Pulau Dompak.
Peningkatan pemanfaatan areal pantai
tersebut berdampak pada terganggunya
keseimbangan dinamika pantai. Masalah
yang dapat timbul di daerah pantai tersebut
yakni abrasi dan sedimentasi. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan penelitian mengenai
karakterisasi sedimen dan laju akumulasi
sedimen di perairan pesisir Kecamatan Bukit
Bestari guna mengetahui kondisi perairan
tersebut.
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk:
1. Mengetahui karakter sedimen dasar
perairan pesisir Lembah Purnama, Pramuka
dan Pantai Impian Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang.
2. Mengetahui laju akumulasi sedimen
perairan pesisir Lembah Purnama, Pramuka
dan Pantai Impian Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang.
Manfaat dari penelitian ini dapat
dijadikan sebagai informasi untuk pihak
terkait dalam upaya pengelolaan kawasan
perairan pesisir pantai agar tetap dalam
kondisi yang sesuai. Memberikan gambaran /
informasi kepada masyarakat tentang kondisi
perairan pesisir pantai, agar dapat dijadikan
sebagai dasar dalam upaya pemanfaatan
4
perairan pesisir pantai yang lebih terarah dan
dibatasi. Memberikan informasi
bagimahasiswa / akademisi untuk bahan
acuan serta mendorong dilakukannya
penelitian lanjutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sedimen adalah partikel organik dan
anorganik yang terakumulasi secara bebas
(Duxbury et al, dalam Putra 2009). Sedimen
adalah kerak bumi yang ditranspormasikan
dari suatu tempat ke tempat lain baik secara
vertikal maupun secara horizontal (Friedman
dalam Mukminin 2009). Sedangkan menurut
Rifardi (2008) sedimen didefinisikan
sebagai material-material yang berasal dari
perombakan batuan yang lebih tua atau
material yang berasal dari proses weathering
batuan dan ditransportasikan oleh air, udara
dan es, atau material yang diendapkan oleh
proses-proses yang terjadi secara alami
seperti presipitasi secara kimia atau sekresi
oleh organisme, kemudian membentuk suatu
lapisan pada permukaan bumi.
Sedimen laut berasal dari daratan dan
hasil aktivitas (proses) biologi, fisika dan
kimia baik yang terjadi didaratan maupun di
laut itu sendiri, meskipun ada sedikit
masukan dari sumber vulkanogenik dan
kosmik. Sumber partikel yang berbeda
menyebabkan keberadaan, karakteristik dan
sebaran sedimen akan berbeda pula (Rifardi,
2012).
Asal partikel sedimen menentukan
jenis-jenis partikel penyusun sedimen,
berdasarkan jenisnya maka partikel sedimen
dapat berasal dari sumber-sumber berikut: 1)
partikel-partikel yang dierosi sebagai partikel
padat yang berasal dari daratan disebut
partikel terrigeneous, 2) partikel-partikel
piroklastik yang berasal dari letusan genung
dan 3) partikel-partikel yang berkembang
melalui proses biologi dan kimia pada dasar
perairan (Friedman dan Sander, 1978
dalamRifardi 2012).
Menurut Rifardi (2008), istilah yang
sering digunakan untuk menjelaskan jumlah
(volume dan berat) sedimen yang mengendap
per satuan luas area per waktu, disebut
dengan istilah akumulasi sedimen. Secara
umum metoda dan peralatan yang digunakan
dalam menentukan kecepatan akumulasi
sedimen pada suatu perairan diukur
menggunakan Sediment Trap, yang dibuat
oleh peneliti berdasarkan rancangan, (Rifardi,
2008).
III. METODE
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir
Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang, Provinsi Kepulaun Riau.
Penelitian ini difokuskan pada tiga lokasi
yaitu di Lembah Purnama, Pramuka dan
Pantai Impian. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Maret 2015 sampai dengan Juni
5
2015. Lokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar 2 peta satelit (Google Earth).
Tabel 1. Bahan yang digunakan dalam
penelitian
No Nama Bahan Keterangan
1 Tissue Untuk Membersihkan alat
2 Kertas Label Penanda Wadah Sampel
3 Kantong
Plastik
Wadah Sampel Sedimen
Dasar
4 Sedimen Bahan Analisis Fraksi
Sedimen
5 Gelas Plastik Wadah Sampel Sedimen
Terakumulasi
6 Alumunium
Foil
Wadah Sampel Sedimen
yang Dikeringkan
7 Aquades Kalibrasi Alat dan
Membilas Alat
8 Larutan H2O2
3-5%
Memisahkan Butiran
Partikel Antar Sedimen
Tabel 2. Alat yang digunakan dalam
penelitian
No Nama Alat Keterangan
12 Timbangan
Analitik
Menimbang Berat
Sampel Sedimen
13 Stik Pengaduk
14 Turbidimeter Untuk
Pengukuran
Kekeruhan
15 Stop Watch Untuk Mengukur
Kecepatan Arus
16 Multi Test Untuk Mengukur
pH
17 Kamera Dokumentasi
18 Beaker Glass
Untuk Wadah Analisis Sedimen
19 Salt Meter Untuk
Pengukuran
Salinitas
Penentuan lokasi menggunakan
metode Purposive sampling dibagi atas (satu)
1 stasiun dan 19 titik sampling yang dianggap
dapat mewakili daerah penelitian tersebut.
Penentuan titik pengamatan berdasarkan
metode systematic random sampling (SRS)
dengan melihat panjang garis pantai yaitu
kurang lebih 1 (satu) kilometer, kemudian
tetapkan titik dengan jarak 50 meter dari satu
titik ke titik lainnya. Skema penentuan titik
sampling sedimen dasar perairan dapat dilihat
pada gambar 3 berikut:
Gambar 3. Skema Pengambilan Titik
Sampling.
Sedimen trap digunakan untuk
mengukur jumlah atau volume sedimen
terakumulasi. Alat ini dapat diletakkan pada
No Nama Alat Keterangan
1 Eckman Grab Mengambil Sedimen di
Perairan
2 GPS Untuk Menentukan
Titik Koordinat Stasiun
3 Sediment
Trap
Untuk Melihat Laju
Sedimen Terakumulasi
4 Current
Drouge
Mengukur Kecepatan
Arus
5 Turbidimeter Mengukur Kekeruhan
Perairan
6 Tabung
Ukur1000 Ml
Untuk Menganalisis
Lumpur
7 Pipet
Volumetrik
20 Ml
Untuk Menganalisis
Lumpur
8 Oven
Pengering
Untuk Mengeringkan
Sampel
9 Tongkat
Kayu
Berskala
Untuk Mengukur
Kedalaman
10 Pelampung Untuk Menandai
Sedimen Trap
11 Tali Untuk Pengikat
Sedimen Trap
6
kedalaman yang diinginkan sesuai dengan
tujuan penelitian yang dilakukan, misalnya
pengukuran sedimen tersuspensi pada tiga
kedalaman yang berbeda (dasar, pertengahan,
permukaan perairan).
Menurut Rifardi (2008) istilah yang
sering digunakan untuk menjelaskan jumlah
(volume danberat) sedimen yang mengendap
per satuan luas area per waktu, disebut
dengan istilah akumulasi sedimen. Secara
umum metode dan peralatan penetuan tingkat
akumulasi sedimen biasanya dipakai sedimen
trap. English dan Baker (1994) dalam Rifardi
2012 mendifinisikan bahwa sedimen trap
adalah peralatan yang dipakai untuk
menentukan kecepatan sedimentasi.
Prosedur pembuatan dan pelaksanaan
sedimen trap sebagai berikut :
1. Satu unit sedimen trap terdiri dari tabung
penangkap sedimen terbuat dari pipa
PVC,pelampung dan tiang penegak.
2. Tabung penangkap sedimen berdiameter 3
inchi dan panjang 25 cm.
3. Agar supaya sedimen trap berdiri konstant
maka besar pelampung dan berat pemberat
harus disesuaikan dengan kondisi kekuatan
arus dan gelombang.
4. Sedimen trap diletakan pada setiap stasiun
sampling dengan jarak 25 cm dari dasar
perairan.
5. Jangan sampai sedimen trap tidak pada
posisi berdiri karena jika dalam posisi
miring, maka sedimen tidak bisa ditangkap
dan sedimen yang sudah dalam tabung
penangkap akan terlepas ke perairan.
6. Lama waktu sedimen trap diletakan di
lokasi penelitian terhitung dari tujuan
penelitian yang akan dilakukan, dan secara
umum bisa dilakukan selama 8 minggu
dan setiap 2 minggu diangkat kemudian
dihitung jumlah sedimen yang
terakumulasi.
7. Hasil perhitungan akan didapat volume dan
berat sedimen yang terakumulasi per waktu
akumulasi.
Sketsa sedimen trap yang digunakan
pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 3. Sedimen Trap
Analisis Karakterisasi Sedimen
1. Laju Akumulasi Sedimen
Analisis sampel sedimen akumulasi
yang dihitung adalah volume dan berat
sedimen yang terendapkan persatuan luas
area per waktu berdasarkan Rifardi (2008)
sebagai berikut :
1) Sedimen yang diperoleh dari sediment trap
masing-masing diambil dan dimasukkan
dikantong plastik.
2) Sampel tersebut dianalisis di laboratorium
untuk menentukan volume dan beratnya.
3) Kemudian keringkan sampel tersebut
dengan cara dijemur atau dengan oven
7
pengering dengan suhu 1050C selama 24
jam.
4) Setelah dikeringkan timbang berat sedimen
dan catat hasil dari penimbangan tersebut
dalam satuan gram.
5) Ukur volume sedimen dengan cara
memasukkan sedimen kering kedalam
tabung ukur 1 liter yang telah diisi dengan
air sebanyak 500 ml.
6) Kemudian lihat perubahan volume air
pada tabung ukur
7) Selisih antara volume air sebelum dan
sesudah sedimen masuk merupakan nilai
volume sedimen terakumulasi.
8) Hitung laju sedimen terakumulasi dengan
jumlah volume sedimen per luas
penampang tabung per satuan waktu (hari).
Akumulasi sedimen dapat dihitung
dengan menggunakan rumus perhitungan
menurut Rifardi, (2012); Mukminin (2012)
sebagai berikut:
Laju Volume Akumulasi =
(2)
Selain itu akumulasi sedimen yang
dihitung adalah berat sedimen yang
terendapkan persatuan luas area per waktu
dengan perhitungan sebagai berikut:
Laju Berat Akumulasi =
(3)
2. Statistik Sedimen
Gambaran lingkungan pengendapan
dapat diperoleh dengan beberapa metode
diantaranya dengan cara menghitung
parameter statistika sedimen sebagai berikut :
a. Diameter rata-rata (Mz)
Mean Size =
(4)
b. Skewness (SK 1)
Klasifikasi :
8
G. Pengolahandan Analisis Data
Sampel sedimen permukaan dasar
perairan dianalisis untuk memperoleh data
ukuran butir sedimen, dimana data ini
dianalisis untuk menentukan parameter
statistik sedimen. Hasil analisis ukuran butir
juga digunakan untuk menentukan tipe
sedimen di daerah studi berdasarkan Shepard
Triangle (Shepard dalam Rifardi, 2008).
Hasil analisis ukuran butir tersebut digunakan
untuk menentukan kelas ukuran masing-
masing sub-populasi sedimen berdasarkan
(skala Wentworth dalam Rifardi, 2008).
Proses sedimentasi dibahas secara
deskriptif dan kecenderungan sebaran
dibandingkan dengan karakteristik
lingkungan perairan dan dianalisis di
laboratorium. Sedangkan perhitungan laju
sedimen terakumulasi (berat dan volume)
diketahui dengan menggunakan (Ms Excel).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tekstur Sedimen Dasar Perairan
Berdasarkan analisis tekstur sedimen
dasar perairan ditiga lokasi menunjukan
bahwa tekstur sedimen pada daerah pantai
impian terdiri dari pasir sampai pasir
berkerikil. Pada lokasi tersebut, titik sampling
1 dan 2 tekstur sedimennya pasir berkerikil,
sedangkan pada titik sampling 3, 4 dan 5
tekstur sedimennya adalah pasir. Secara
keseluruhan tekstur sedimen pada lokasi
pantai impian relatif lebih besar ukurannya.
Kondisi tekstur sedimen pada titik sampling 1
dan 2 ini di pengaruhi oleh aktifitas reklamasi
lahan sehingga pada saat hujan aliran
permukaan akan membawa butiran butiran
yang lebih kasar masuk kedalam perairan.
Pada lokasi lembah purnama (titik
sampling 6 sampai titik sampling 14)
menunjukkan tekstur sedimennya didominasi
oleh tekstur pasir. Sedangkan lokasi
pengamatan didaerah Pramuka (titik
sampling 15 sampai titik sampling 19)
menunjukkan tekstur sedimennya didominasi
oleh pasir. Melihat dari hasil tersebut, kondisi
tekstur sedimen dasar dipengaruhi oleh arus
dan musim sehingga menyebabkan
penumpukan atau suspensi sedimen pada
pesisir pantai.
Menurut Rifardi (2012) istilah
partikel digunakan untuk semua material
sedimen termasuk material yang
ditransportasi secara fisika sebagai material
padat sebelum diendapkan. Dalam hal ini
termasuk transportasi secara fisika material-
material akan menyebar di dasar perairan
sampai pada tempat pengendapan akhir. Tipe
sedimen dasar laut berubah terhadap waktu
karena perubahan cekungan laut, arus dan
iklim. Urutan dan karakteristik sedimen baik
stuktur maupun tekstur yang tergambar
dalam lapisan sedimen menunjukkan sebagai
perubahan yang terjadi di atasnya.
2. Statistik Sedimen Dasar Perairan
a. Diameter rata-rata (Mz)
Hasil perhitungan diameter rata-rata
(MZ) terdapat 2 klasifikasi yaitu Coarse Sand
dan medium sand. Pada titik sampling 1 dan
2 mencirikan coarse sand atau pasir kasar
dikarenakan di daerah tersebut memiliki
pesisir yang berpasir sehingga proses abrasi
9
yang terjadi di lokasi tersebut oleh arus
membawa partikel sedimentasi yang
mecirikan daerah tersebut. Sedangkan untuk
klasifikasi medium sandatau pasir menengah
dikarenakan pada titik sampling 3 - 19
memiliki sedimen dasar yang lebih halus. Hal
demikian dikarenakan pengaruh dari aktifitas
oseanografi diameter butiran sedimen besar
atau kecilnya partikel sedimen dan
mengindikasikan kekuatan energi seperti
gelombang dan arus, sehingga mempengaruhi
sebaran ukuran sedimen dari fraksi pasir yang
dominan mengendap. Hal ini dikarenakan
lokasi penelitian tidak jauh dari mulut sungai
adanya pemukiman sehingga butirannya lebih
halus.
Sedimen ukuran kasar akan
mengendap tidak jauh dari sumbernya pada
daerah sekitar mulut sungai, sebaliknya
semakin jauh dari mulut sungai maka porsi
pasir yang diendapkan semakin sedikit dan
pada daerah ini menuju laut pengendapan
didominasi oleh sedimen berukuran halus
(Rifardi, 2008). Dasar perairan yang yang
didominasi oleh partikel sedimen kasar
mengambarkan perairan tersebut dipengaruhi
oleh gelombang dan arus kuat, sebaliknya
jika didominasi oleh partikel-partikel halus
maka perairan dalam kondisi tenang dan arus
lemah. Kondisi tersebut sesuai dengan
kondisi arus permukaan perairan yang
tergolong lambat. Arus yang lambat atau
lemah akan lebih didominansi oleh partikel
yang lebih halus karena pengadukan atau
pencampuran sedimen berlangsung lambat.
b. Skewness (SK)
Pada perhitungan nilai Skewness
(SK) didapati 5 klasifikasi yaitu Coarse
Skewed (condong negatif), Fine Skewed
(condong positif), Near Symmitrical
(termasuk simetris), Very Coarse Skewed
(condong sangat negatif), Very fine skewed
(condong sangat positif). Dari klasifikasi
tersebut, yang mendominasi nilai skewness
adalah Very fine skewed (condong sangat
positif). Hal ini dapat dicirikan dengan
kondisi arus di lokasi penelitian yang tidak
terlalu kuat atau lemah, sehingga partikel-
partikel yang lebih kasar tidak terbawa oleh
arus permukaan tersebut.
Skewness mencirikan ke arah mana
dominan ukuran butir dari suatu populasi
tersebut, mungkin simetri, condong ke arah
sedimen berbutir kasar atau condong ke arah
berbutir halus. Sehingga skewness dapat
digunakan untuk mengetahui dinamika
sedimentasi. Nilai skewness positif
menunjukkan suatu populasi sedimen
condong berbutir halus, sebaliknya skewness
negatif menunjukkan populasi sedimen
condong berbutir kasar. Dengan demikian
titik sampling 1, 2 dan 7 menunjukan
populasi sedimen cenderung berbentuk kasar
sedangkan titik selebihnya populasi sedimen
cenderung berbentuk butiran halus.
c. Sorting (δ1)
Dari perhitungan nilai sorting
koefisien (δ1) didapatkan 4 klasifikasi yaitu
moderately sorted (terpilah sedang),
moderately well sorted (terpilah), poorly
sorted (terpilah buruk), well sorted (terpilah
baik). Dari keempat klasifikasi tersebut yang
10
terbanyak atau yang mendominasi adalah
Poorly Sorted (terpilah buruk) sebanyak 10
titik sampling yang menggambarkan
perbedaan ukuran butiran lebih mencolok
atau tidak seragam. Hal ini dapat dilihat dari
ukuran butiran sedimen yang lebih
didominansi oleh pasir serta diduga karena
kuat arus dan gelombang di lokasi penelitian
yang kurang stabil akan mengubah material
sedimen yang terjadi.
d. Kurtosis (KG)
Perhitungan nilai kurtosis
didapatkan hasil klasifikasi sedimen pada titk
sampling 3 – 7 adalah very platykurtic yang
menandakan bahwa distribusi ukuran butiran
sedimen relative sama. Sedangkan pada
titiksampling 1 dan 2 menandakan kondisi
kurtosis yaitu leptokurtic. Kondisi ini
menggambarkan bahwa ada jenis ukuran
butiran sedimen yang mendominansi.
Berdasarkan hasil tersebut ukuran butiran
sedimen pada titik sampling1 dan 2 lebih
didominansi oleh pasir berkerikil.
Rivardi (2012) mengatakan bahwa
Kurtosis mengukur puncak dari kurva dan
berhubungan dengan penyebaran distribusi
normal. Bila kurva distribusi normal tidak
terlalu runcing atau tidak terlalu datar disebut
mesokurtic. Kurva yang runcing disebut
leptokurtic, menandakan adanya ukuran
sedimen tertentu yang mendominansi pada
distribusi sedimen di daerah tersebut.
Sedangkan untuk kurva yang datar disebut
platikurtic, artinya distribusi ukuran sedimen
pada daerah tersebut sama.
3. Laju Akumulasi Sedimen
a. Berat Akumulasi Sedimen
Rata-rata laju berat akumulasi
adalah 0.1655 (gram/cm²/hari) dengan
kisaran 0.0928 – 0.2902 (gram/cm²/hari).
Berdasarkan data tersebut laju berat
akumulasi sedimen pada lokasi penelitian
lebih rendah dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan diperairan tepi
laut. Berdasarkan hasil tersebut rata-rata laju
berat akumulasi adalah 1.0556-2.5508
(gram/cm²/hari) tertinggi terdapat yaitu
2.5508 (gram/cm2/hari), sedangkan laju berat
akumulasi terendah yaitu 1.0556
(gram/cm2/hari), dengan jumlah rata-rata
total laju berat terakumulasi selama per-hari
yaitu 1.8250 (gram/cm²/hari) (Robbi, A
2014).
Berdasarkan hasil tersebut, laju berat
akumulasi tertinggi terdapat pada titik
sampling 15 yaitu 0.2902 (gram/cm2/hari),
sedangkan laju berat akumulasi terendah
terdapat pada titik 10 yaitu 0.0928
(gram/cm2/hari), dengan jumlah rata-rata
total laju berat sedimen terakumulasi selama
per-hari yaitu 0.1655 (gram/cm²/hari). Pada
titik sampling 15 merupakan area dekat
pemukiman serta memiliki arus yang tidak
terlalu kuat sehingga hasil buangan partikel –
partikel dari daratan akan terakumulasi di
perairan. Sedangkan pada titik sampling 10
laju berat akumulasi terendah karena pada
lokasi tersebut arusnya lebih kuat karena
pengaruh dari arus surut dari aliran sungai
sehingga arusnya lebih kuat yang
menyebabkan pengendapan sedimen akan
lebih lambat karena sedimen mudah
menyebar ke titik lain.
11
Arus juga merupakan kekuatan
yang menentukan arah dan sebaran sedimen.
Kekuatan ini juga yang menyebabkan
karakteristik sedimen berbeda sehingga
padadasar perairan disusun oleh berbagai
kelompok populasi sedimen. Secara umum
partikel berukuran kasar akan diendapkan
pada lokasi yang tidak jauh dari sumbernya,
sebaliknya jika halus akan lebih jauh dari
sumbernya (Rifardi, 2008). Pergerakan
sedimen pantai atau transport sedimen pantai
adalah gerakan sedimen di daerah pantai
yang disebabkan oleh gelombang dan arus
yang dibangkitkannya (Rifardi, 2012).
b. Volume Akumulasi Sedimen
Rata-rata laju volume akumulasi
adalah 0.0919 (ml/cm²/hari) dengan kisaran
0.0473-0.1674 (ml/cm²/hari). Berdasarkan
data Idham (2014) menyebutkan bahwa laju
volume akumulasi sedimen pada lokasi
penelitian lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan
diperairan dompak berkisar 0,0328
(ml/cm²/hari). Dengan demikian laju
akumulasi volume sedimen lebih tinggi dan
mengindikasikan bahwa telah terjadi
sedimentasi pada perairan pesisir Kecamatan
Bukit Bestari.
Untuk laju volume akumulasi
sedimen tertinggi terdapat pada titik sampling
15 yaitu 0.1674 (ml/cm2/hari), sedangkan
laju volume akumulasi terendah terdapat pada
titik 10 yaitu 0.0473 (ml/cm2/hari), Pada titik
sampling 15 merupakan area dekat
pemukiman serta memiliki arus yang tidak
terlalu kuat sehingga hasil buangan partikel –
partikel dari daratan akan terakumulasi di
perairan. Sedangkan pada titik sampling 10
laju volume akumulasi terendah karena pada
lokasi tersebut arusnya lebih kuat karena
pengaruh dari arus surut dari aliran sungai
sehingga arusnya lebih kuat yang
menyebabkan pengendapan sedimen akan
lebih lambat karena sedimen mudah
menyebar ke titik lain.
Menurut Kusnan, (2012)
Sebagai akibat dari perubahan volume
sedimen adalah terjadinya penggerusan
(degradasi) di beberapa tempat serta
pendangkalan (agradasi) di tempat lain pada
dasar sungai, dengan demikian pada
umumnya bentuk dasar sungai akan berubah.
Apabila air mengalir pada suatu alur (sungai
atau saluran), maka air tersebut akan
menyebabkan pengikisan (scour) pada
permukaan tanahnya. Partikel-partikel tanah
yang berupa lumpur (sediment), kerikil,
maupun kerikil agak besar diameternya dapat
terlepas dari dasar alur (bed) atau tebing
(bank), partikel tersebut akan terbawa oleh
aliran air.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian di
perairan Pesisir Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang berasal dari aktivitas
antropogenik di sekitar perairan ini, berupa
aktivitas pelayaran, reklamasi, pemukiman
dan proyek pembangunan jembatan
penghubung Kota Tanjungpinang dan Pulau
12
Dompak yang mempengaruhi sedimentasi di
perairan.
Perairan pesisir Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjung pinang memiliki tipe
sedimen lebih banyak pasir dengan kategori
penyusun (coarse sand, medium sand) dengan
nilai fraksi sedimen berkisarantara 0.41 –
1.85 Ø. Sedimen dasar di perairan Kecamatan
Bukit Bestari Kota Tanjungpinang rata-rata
terpilah sedang dan terpilah buruk dan
condong kearah butiran kasar dan butiran
halus, hal ini dapat dilihat dari ukuran butiran
sedimen yang lebih didominansi oleh pasir
serta diduga karena kuat arus dan gelombang
di lokasi penelitian yang kurang stabil akan
mengubah material sedimen yang terjadi.
Laju rata-rata volume sedimen
terakumulasi selama 28 hari atau 4 minggu di
perairan pesisir Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang sebesar 0.0919
ml/cm²/hari. Dan laju rata-rata berat sedimen
terakumulasi selama 28 hari sebesar 0.1655
gram/cm2/hari.
Adapun saran penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Penelitian mengenai karakterisasi
sedimen dan laju akumulasi sedimen perairan
pesisir Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang ditinjau dari sedimen
terakumulasi, dan dapat menggambarkan
karakteristik sedimen di perairan pesisir
Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang. Faktor kimiadan biologi yang
belum diteliti, faktor fisika hanya sebagian
yang diteliti, untuk itu disarankan perlu
dilakukan penelitian lanjutan mengenai
sedimentasi dan hubungan antara laju
akumulasi sedimen dengar parameter
perairan ditinjau dari faktor oseanografi
fisika, kimia dan biologi dalam upaya
memberikan informasi kepada berbagai pihak
terkait mengenai kondisi perairan pesisir
Kecamatan Bukit Bestari. Agar nantinya
didapatkan data yang lebih lengkap dan
akurat, sehingga diharapkan bisa memberikan
informasi kepada berbagai pihak terkait
mengenai sedimen yang terjadi di perairan
pesisir Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Dinas Hidro- Osenografi TNI AL. 2015.
Daftar Tabel Pasang Surut. Kepulauan
Indonesia. Jakarta.
Effendi H.2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan. Penerbit
Kanisius : Jakarta.
Hutabarat, S. dan S.M. Evans.
1986.Pengantar Oseanografi. Jakarta:
Djambatan.
Idham.2014. Studi Sedimentasi di Perairan
Pulau Dompak Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau.Universitas
Maritim Raja Ali Haji;
Tanjungpinang.
Kusnan. 2012. Evaluasi Kajian Sedimentasi
di Kali Surabaya Sebagai Data
Penunjang untuk Mengantisifikasi
Terjadinya Banjir di Kota Surabaya.
Jurnal Teknik Sipil Fakultas
Universitas Negeri Surabaya
Mukminin, A, 2009.Proses Sedimentasi di
Perairan Pantai Dompak Kecamatan
Bukit Bestari Provinsi Kepulauan Riau
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Riau. 60 halaman.
(Tidakditerbitkan)
13
Putra, S. A. 2009. Proses Sedimentasi di
Muara Sungai Batang Arau
Kotamadya Padang. Skripsi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Riau
Pemko Tanjungpinang. 2015. Profil kota
Tanjungpinang. Ciptakarya.pu.go.id
Diakses 4 februari 2015.
Rifardi, 2008. Tekstur Sedimen:Sampling
dan Analisis.Pekanbaru.UNRI Press.
Rifardi, 2012.Ekologi Sedimen Laut Modern
Edisi Revisi. Pekanbaru. UNRI Press.
Robbi, A. 2014.Sedimentasi Di Perairan Tepi
Laut Kota Tanjungpinang Provinsi
Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas
Maritim Raja Ali Haji;
Tanjungpinang.
Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2005.
Biologi Laut: Djambatan. Jakarta.
Tampubolon, S.2010. Sedimen di
MuaraAekTolangPandan Sumatra
Utara. SkripsiIlmuKelautan UNRI
Pekanbaru.115 Halaman (Tidak di
Terbitkan).
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu
Kelautan. Penerbit PT. Grasindo.
Jakarta.