Upload
phamtruc
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DESKRIPSI PROSES BERPIKIR SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKANSOAL MATEMATIKA TERKAIT MATERI SPLTV DITINJAU
DARI GAYA KOGNITIF SISWA
JURNAL
Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Desi Nalurita Sari
202013016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANASALATIGA
2017
DESKRIPSI PROSES BERPIKIR SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKANSOAL MATEMATIKA TERKAIT MATERI SPLTV DITINJAU
DARI GAYA KOGNITIF SISWA
Desi Nalurita Sari1, Tri Nova Hasti Yunianta2
[email protected], [email protected] Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa kelas X SMA dalam menyelesaikansoal matematika terkait materi SPLTV ditinjau dari gaya kognitif siswa. Dalam penelitian ini yangdimaksud proses berpikir adalah langkah-langkah yang digunakan seseorang saat menerima informasi,mengolah, dan memanggil kembali informasi dari dalam ingatan untuk kemudian disesuaikan denganskema yang ada dalam pikirannya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini akandilaksanakan di SMA N 3 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 4 siswa yang diambil dari kelasX MIPA 3, yaitu 2 siswa yang mempunyai gaya kognitif FI dan 2 siswa yang mempunyai gaya kognitifFD. Penelitian ini diawali dengan pemilihan subjek bergaya kognitif FI dan FD kemudian pemberian tes(soal) dan wawancara terhadap siswa FI dan FD. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajiandata, dan kesimpulan serta digunakan triangulasi waktu. Materi sistem SPLTV diberikan untuk melihatproses berpikir keempat subjek dalam menyelesaikan masalah. Hasil dari penelitian ini, proses berpikirsubjek FI dan FD pada indikator mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal menggunakan bahasasendiri dan mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal menggunakan bahasa sendiri tidak adaperbedaan antara keduanya. Proses berpikir FI dan FD pada indikator mampu membuat rencanapenyelesaian, menyatakan langkah-langkah mengerjakan sesuai konsep yang dimiliki, dan mampumemperbaiki jawaban yang salah, keduannya terdapat perbedaan bahkan antar subjek. Jenis prosesberpikir siswa FI.1 adalah konseptual, dan jenis proses berpikir siswa FI.2, FD.1, dan FD.2 tidak dapatdisimpulkan.
Kata kunci: proses berpikir, menyelesaikan soal, gaya kognitif siswa
PENDAHULUAN
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan diberbagai
jenjang pendidikan yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan
perguruan tinggi. Matematika menjadi sarana untuk menumbuhkembangkan proses berpikir
siswa dalam menyelesaikan masalah yang terdapat pada setiap butir soal matematika dan
membuat siswa untuk berpikir lebih luas lagi melalui konsep yang telah dimiliki. Menyelesaikan
masalah dalam matematika tentunya tidak terlepas dari proses berpikir yang membuat siswa
mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Menurut Kafiar dkk (2015: 41), mengetahui proses berpikir siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika sebenarnya adalah hal yang penting bagi guru. Guru harus memahami cara
berpikir siswa dan cara mengolah informasi yang masuk sambil mengarahkan siswa untuk
mengubah cara berpikirnya apabila diperlukan. Dengan mengetahui proses berpikir siswa, guru
dapat mengetahui penyebab kesalahan yang dilakukan siswa, kesulitan siswa, dan bagian-bagian
yang belum dipahami oleh siswa. Pada saat menyelesaikan soal cerita matematika, setiap siswa
kemungkinan mempunyai proses berpikir yang berbeda-beda.
Suparni (2000: 11) mendefinisikan proses berpikir adalah langkah-langkah yang digunakan
seseorang saat menerima informasi, mengolah, dan memanggil kembali informasi dari dalam
ingatan untuk kemudian disesuaikan dengan skema yang ada dalam otaknya. Eka (2008: 22)
menyatakan proses berpikir adalah penerimaan informasi yang kemudian dari informasi tersebut
diolah untuk dicari kesimpulannya dan kesimpulan tersebut bisa dipanggil kembali dari
informasi yang telah didapat tadi bila diperlukan.
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya
dalam belajar, sebagai karakteristik perilaku, karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif
yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama juga, apalagi individu yang memiliki
gaya kognitif yang berbeda, kecenderungan perbedaan kemampuan yang dimilikinya lebih besar
(Uno, 2010: 185-186). Sudirman dkk (2016: 238) berpendapat bahwa setiap siswa memiliki cara,
gaya berpikir, dan kemampuan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah matematika,
dan perbedaan cara atau gaya berpikir individu tersebut dikenal dengan istilah gaya kognitif.
Slameto (2001: 160) menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan variabel penting yang
mempengaruhi pilihan siswa dalam bidang akademik, kelanjutan perkembangan akademik, cara
siswa belajar serta cara siswa dan guru berinteraksi dalam kelas. Sejalan dengan pendapat
Slameto mengenai gaya kognitif merupakan variabel yang penting, Uno (2010: 189) menyatakan
bahwa kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan oleh guru
sebab rancangan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan gaya kognitif berarti
menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki
siswa.
Ngilawajan (2013: 73) menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan cara seseorang
memproses, menyimpan maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau
berbagai jenis lingkungannya. Sejalan dengan pendapat Ngilawajan (Woolfolk, 2009: 225)
mengungkapkan bahwa gaya kognitif merupakan cara khas yang digunakan oleh siswa dalam
memikirkan suatu tugas yang diperoleh dan memproses informasi baru, sehingga setiap individu
mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda dan hal ini dapat mempengaruhi proses pembelajaran
di sekolah.
Witkin (1971) menyatakan bahwa, dimensi gaya kognitif terdiri dari Field Independent (FI)
dan Field Dependent (FD). Witkin dan Goodenough (Reid, 2006) mendefinisikan karakteristik
utama dari gaya kognitif field dependent adalah individu yang kurang atau tidak bisa
memisahkan sesuatu bagian dari suatu kesatuan dan cenderung segera menerima bagian atau
konteks yang dominan, sedangkan field independent adalah individu yang dengan mudah dapat
‘bebas’ dari persepsi yang terorganisir dan dapat segera memisahkan suatu bagian dari
kesatuannya.
Perbedaan proses berpikir siswa dengan gaya kognitif FI dan FD akan terlihat melalui
proses penyelesaian soal matematika yang bersifat analitis dan terstruktur (Eka, 2012). Sesuai
dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan proses berpikir siswa kelas X SMA dalam menyelesaikan soal matematika
terkait materi SPLTV ditinjau dari gaya kognitif siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Proses Berpikir
Proses berpikir menghasilkan suatu pengetahuan baru yang merupakan transformasi
informasi-informasi sebelumnya. Hudojo (1988: 4) menyatakan bahwa, dalam proses belajar
matematika terjadi proses berpikir, sebab seorang dikatakan berpikir bila orang itu melakukan
kegiatan mental dan orang yang belajar matematika pasti melakukan kegiatan mental.
Gaya Kognitif
Nasution (2008: 94) menyatakan bahwa, gaya kognitif adalah cara yang dilakukan oleh
siswa secara konsisten dalam menangkap stimulus atau informasi, cara berpikir, dan
memecahkan soal. Dalam hal ini bukan berarti siswa memiliki cara yang sama dalam
menyelesian soal, namun setiap siswa memiliki cara tersendiri. Gaya kognitif sangat berkaitan
dengan kepribadian seseorang, hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2008:185) bahwa gaya
kognitif adalah cara siswa yang khas dalam belajar, baik berkaitan dengan cara penerimaan dan
pengolahan informasi maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.
Uno (2010: 190-191) menyatakan bahwa, gaya kognitif dapat dibagi dalam beberapa
kelompok yakni gaya kognitif Field Independent (FI) dan Field Dependent (FD), adapun
perbedaan siswa dengan gaya kognitif FI dan FD sebagai berikut: seorang siswa yang memiliki
gaya kognitif field dependent (FD) global perseptual merasakan beban yang berat, sukar
memproses, mudah mempersepsi apabila informasi dimanipulasi sesuai dengan konteksnya, pada
situasi sosial tertentu cenderung bersikap baik (hangat, mudah bergaul, ramah, responsif), selalu
ingin tahu lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang memiliki gaya kognitif FI,
sedangkan siswa dengan gaya kognitif field independent (FI) artikulasi mempersepsi secara
analitis, dapat memisahkan stimuli dalam konteksnya tetapi persepsinya lemah ketika terjadi
perubahan konteks, biasanya individu dengan gaya kognitif FI menggunakan faktor-faktor
internal sebagai arahan dalam mengolah informasi, mengerjakan tugas secara tidak berurutan dan
merasa efisien bekerja sendiri, dalam situasi sosial FI merasa ada tekanan dari luar, dan
menanggapi situasi secara dingin, ada jarak, dan tidak sensitif.
Group Embedded Figures Test (GEFT)
Group Embedded Figures Test (GEFT) dikembangkan oleh Philip K. Oltman, Evelyn
Raskin, & Herman A. Witkin (1971), yang digunakan untuk mengetahui gaya kognitif siswa
berdasarkan perbedaan psikologinya yaitu gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field
independent. Menurut Witkin (1971), GEFT terdiri dari tiga bagian yaitu bagian I terdiri dari 7
soal, sedangkan bagian II dan bagian III masing-masing terdiri dari 9 soal. Skor yang dihitung
adalah hanya pada tes bagian II dan III dengan rentang skor antara 0-18. Sedangkan untuk soal
bagian satu hanya sebagai latihan dan agar familiar dengan tes tersebut. Bagian I diberikan 7 soal
yang mudah dalam waktu 3 menit, dan item dalam bagian ini tidak termasuk dalam total skor.
Bagian II dan III merupakan bagian inti dari tes ini, dimana siswa diminta untuk mengerjakan 9
soal dalam waktu 6 menit untuk setiap bagiannya.
Siswa yang menyelesaikan bagian dalam waktu lebih pendek tidak diizinkan untuk
melanjutkan ke bagian berikutnya. Seluruh siswa mulai bekerja secara bersamaan pada setiap
bagian. Skor untuk setiap siswa adalah jumlah angka dalam dua bagian terakhir tes. Setiap
jawaban benar diberikan nilai 1 dan jawaban salah 0 dan skor maksimal adalah 18 poin dan
minimum 0 poin. Dalam penelitian ini, subjek yang mendapat skor > 9 digolongkan FI dan
subjek yang mendapat skor < 9 digolongkan FD.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut
Sugiyono (2010: 1) penelitian deskriptif kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar
alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.
Peneltian ini akan dilakukan di SMA Negeri 3 Salatiga dengan subjek dalam penelitian
adalah siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 3 Salatiga. Penentuan subjek dalam penelitian ini
menggunakan Group Embedded Figures Test (GEFT) dengan tujuan untuk membedakan siswa
dengan gaya kognitif Field Dependent dan gaya kognitif Field Independent. Subjek penelitian
awalnya adalah 1 kelas siswa yang diberi tes GEFT, kemudian setelah mengetahui hasil dari tes
GEFT hanya diambil 4 siswa yang terdiri dari 2 siswa yang mempunyai gaya kognitif Field
Dependent dan memperoleh skor tertinggi dalam tes GEFT dan 2 siswa yang mempunyai gaya
kognitif Field Independent dan memperoleh skor tertinggi dalam tes GEFT.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes GEFT, tes tertulis
proses berpikir, dilanjutkan dengan wawancara mengenai proses penyelesaian soal tes proses
berpikir, kemudian pengamatan dilakukan selama subjek melaksanakan tes proses berpikir dan
pada saat wawancara, dan dokumentasi.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu instrumen utama dan
instrumen bantu, dimana instrumen utama yaitu peneliti, karena peneliti yang berhubungan
langsung dengan subjek penelitian dan tidak diwakilkan kepada orang lain. Instrumen bantunya
adalah GEFT dan tes penyelesaian soal matematika yang memuat masalah sistem persamaan
linear tiga variabel, dan pedoman wawancara mendalam.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data hasil tes proses berpikir dan analisis data
wawancara yang dianalisis dengan 3 kategori proses berpikir menurut Zuhri (1998) sebagai
berikut: 1) proses berpikir konseptual: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal
dengan bahasa sendiri atau mengubah dalam kalimat matematika (B1.1), mampu menyatakan
apa yang ditanya dalam soal dengan bahasa sendiri atau mengubah dalam kalimat matematika
(B1.2), mampu membuat rencana penyelesaian dengan lengkap (B1.3), mampu menyatakan
langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan konsep yang pernah
dipelajari (B1.4), dan mampu memperbaiki kekeliruan jawaban (B1.5). 2) proses berpikir semi
konseptual: kurang mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal dengan bahasa sendiri
atau mengubah dalam kalimat matematika (B2.1), kurang mampu menyatakan apa yang ditanya
dalam soal dengan bahasa sendiri atau mengubah dalam kalimat matematika (B2.2), mampu
membuat rencana penyelesaian tetapi tidak lengkap (B2.3), kurang mampu menyatakan langkah-
langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan konsep yang pernah dipelajari
(B2.4), dan kurang mampu memperbaiki kekeliruan jawaban (B2.5). 3) proses berpikir
komputasional: tidak mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal dengan bahasa sendiri
atau mengubah dalam kalimat matematika (B3.1), tidak mampu menyatakan apa yang ditanya
dalam soal dengan bahasa sendiri atau mengubah dalam kalimat matematika (B3.2), tidak
membuat rencana penyelesaian (B3.3), tidak mampu menyatakan langkah-langkah yang
ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B3.4), dan
tidak mampu memperbaiki kekeliruan jawaban (B3.5).
Teknik analisis data dalam penelitian ini menurut Moleong (2010: 91) mengemukakan
bahwa, terdapat 3 tahap analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi teknik yang berarti menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
HASIL DAN ANALISIS
Subjek dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 3 Salatiga.
Semua siswa kelas X MIPA 3 diberikan Group Embedded Firgue Test (GEFT) yang sudah
divalidasi, untuk mengetahui gaya kognitif setiap siswa. Peneliti memilih empat siswa untuk
dijadikan sebagi subjek penelitian. Empat siswa tersebut diantaranya, dua siswa yang memiliki
gaya kognitif Field Independent (FI) dan dua siswa yang memiliki gaya kognitif Field
Dependent (FD). Siswa yang terpilih sebagai subjek FI adalah Annisa Alifatul (FI.1) dan Lutfi
Anggito (FI.2), siswa yang terpilih sebagai subjek FD adalah Hanif Abdul (FD.1) dan Dewi
Rohmawati (FD.2). Subjek akan diberikan soal tes penyelesaian oleh peneliti. Tes yang akan
diberikan sudah divalidasi oleh validator yang terdiri dari dosen pendidikan matematika dan guru
mata pelajaran matematika di SMA Negeri 3. Soal tes berupa soal cerita berisikan materi yang
tentunya sudah dipelajari sebelumnya oleh subjek. Soal cerita dibuat dalam bentuk esai
berjumlah dua butir soal, yang bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa.
Peneliti memberikan soal tes kepada subjek untuk dikerjakan, kemudian dilanjutkan
dengan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semiterstruktur. Wawancara
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subjek sesuai dengan pedoman dan
apabila ada subjek yang kesulitan dalam menjawab atau kesulitan dalam mengartikan pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti, maka akan diberikan pertanyaan yang lebih sederhana dengan
ketentuan tidak menyimpang dari permasalahan atau yang memuat inti dari permasalahan.
Hasil tes dan wawancara akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang sudah
ditentukan. Hasil tes akan diperiksa oleh peneliti kemudian dianalisis berdasarkan indikator yang
telah ditetapkan. Analisis hasil wawancara bertujuan mengetahui lebih dalam mengenai proses
berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
Aturan yang digunakan untuk mengetahui jenis proses berpikir siswa dalam
menyelesaikan soal cerita yaitu: 1) siswa dapat dikatakan memiliki proses berpikir konseptual
jika dalam menyelesaikan soal cerita mampu memenuhi semua indikator proses berpikir
konseptual; 2) siswa dapat dikatakan memiliki proses berpikir semi konseptual jika dalam
menyelesaikan soal cerita mampu memenuhi semua indikator proses berpikir semi konseptual;
dan 3) siswa dapat dikatakan memiliki proses berpikir komputasional jika dalam menyelesaikan
soal cerita mampu memenuhi semua indikator proses berpikir komputasional.
Hasil analisis tes dan wawancara untuk siswa FI.1 seperti tampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Siswa FI.1Tipe Proses Berpikir Indikator Soal No. 1 Soal No. 2
Konseptual
B1.1 √ √B1.2 √ √B1.3 √ √B1.4 √ √B1.5 √ √
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FI.1 pada soal no 1 dan no 2,
menunjukkan bahwa siswa FI.1 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui
dalam soal dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam
soal menggunakan bahasanya sendiri (B1.2), mampu membuat rencana penyelesaian dengan
lengkap (B1.3), menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal
menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B1.4), dan mampu memperbaiki jawaban (B1.5).
Berdasarkan indikator yang dipenuhi dan berpedoman pada pengklasifikasian proses berpikir
siswa, maka jenis proses bepikir siswa FI.1 dapat disimpulkan yaitu konseptual.
Hasil pekerjaan siswa FI.1 seperti tampak pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Pembahasan dari hasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat diuraikan sebagai
berikut: subjek FI.1 dalam mengerjakan soal secara keseluruhan tidak menuliskan secara runtut
bagian yang diketahui dan ditanyakan. Subjek FI.1 dalam mengerjakan soal, tidak menuliskan
langkah-langkah secara lengkap dan sering menggunakan metode substitusi. Ketika dilakukan
wawancara, subjek mampu menyatakan apa yang diketahui, ditanya, dan dapat menjelaskan
langkah-langkah mengerjakan secara runtut. Hasil dari pekerjaannya pun tidak ada yang salah,
namun terdapat sedikit kejanggalan ketika subjek FI.1 membuat kesimpulan jawaban. Subjek
tidak jelas dalam menuliskan variabel yang akan dicari pada soal no 1, namun jawaban yang
ditulis subjek benar.
Hasil analisis tes dan wawancara siswa FI.2 tampak pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis Siswa FI.2
Tipe Proses Berpikir Indikator Soal No. 1 Soal No. 2
Konseptual
B1.1 √ √B1.2 √ √B1.3 √ √B1.4 - √B1.5 - √
Komputasional
B3.1 - -B3.2 - -B3.3 - -B3.4 √ -B3.5 √ -
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FI.2 pada soal no 1, menunjukkan
bahwa siswa FI.2 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal
dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal
menggunakan bahasnya sendiri (B1.2), Mampu membuat rencana penyelesaian (B1.3), tidak
mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan
konsep yang pernah dipelajari (B3.4), dan tidak mampu memperbaiki jawaban (B3.5).
Gambar 1. Hasil Pekerjaan FI.1 Soal Pertama Gambar 2. Hasil Pekerjaan FI.1 Soal Kedua
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FI.2 pada soal no 2, menunjukkan
bahwa siswa FI.2 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal
dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal
menggunakan bahasnya sendiri (B1.2), mampu membuat rencana penyelesaian dengan lengkap
(B1.3), menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan
konsep yang pernah dipelajari (B1.4), dan memperbaiki jawaban (B1.5). Berdasarkan indikator
yang dipenuhi dan berpedoman pada pengklasifikasian proses berpikir siswa, maka jenis proses
bepikir siswa FI.2 tidak dapat disimpulkan karena kelima indikator yang terpenuhi tidak terletak
pada satu jenis proses berpikir yang sama.
Hasil pekerjaan siswa FI.2 seperti tampak pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Hasil Pekerjaan FI.2 Soal Pertama Gambar 4. Hasil Pekerjaan FI.2 Soal Kedua
Pembahasan dari hasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat diuraikan sebagai
berikut: subjek FI.2 dalam mengerjakan soal secara keseluruhan tidak menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. Pada soal no 1, jawaban yang ditulis dalam
lembar jawab pun tidak tertata rapi dan persamaan-persamaan yang sudah ia cari tidak digunakan
dalam mencari variabel yang ditanyakan. Ketika dilakukan wawancara, subjek FI.2 dapat
menyatakan apa yang diketahui dan apa yang menjadi pertanyaan dalam soal, tetapi ia kurang
mampu dalam menjelaskan langkah-langkah yang ia gunakan dalam menjawab soal. Jawaban
yang diperoleh sudah tepat, namun subjek tidak menggunakan konsep yang sudah ia pelajari
sebelumnya meskipun saat diwawancara subjek FI.2 mengatakan bahwa, dalam menyelesaikan
soal ia menggunakan metode eliminasi.
Subjek FI.2 dalam mengerjakan soal no 2 (Gambar 4), sudah menuliskan jawaban dengan
rapi dan mudah dipahami oleh peneliti. Secara keseluruhan, subjek menjawab dengan
menggunakan konsep yang sudah ia pelajari dan menggunakan metode substitusi dalam
menjawab soal. Langkah yang subjek tuliskan dalam lembar jawab terbilang singkat dan ketika
dilakukan wawancara, subjek dapat menjelaskan langkah-langkah secara jelas dan runtut.
Hasil analisis tes dan wawancara siswa FD.1 tampak pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis Siswa FD.1Tipe Proses Berpikir Indikator Soal No. 1 Soal No. 2
Konseptual
B1.1 √ √B1.2 √ √B1.3 - -B1.4 √ √B1.5 - √
Komputasional
B3.1 - -B3.2 - -B3.3 √ √B3.4 - -B3.5 √ -
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FD.1 pada soal no 1, menunjukkan
bahwa siswa FD.1 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal
dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal
menggunakan bahasnya sendiri (B1.2), tidak mampu membuat rencana penyelesaian (B3.3),
mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal menggunakan
konsep yang pernah dipelajari (B1.4), dan tidak mampu memperbaiki jawaban (B3.5).
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FD.1 pada soal no 2, menunjukkan
bahwa siswa FD.1 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal
dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal
menggunakan bahasnya sendiri (B1.2), tidak mampu membuat rencana penyelesaian dengan
lengkap (B3.3), mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal
menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B1.4), dan mampu memperbaiki jawaban (B1.5).
Berdasarkan indikator yang dipenuhi dan berpedoman pada pengklasifikasian proses berpikir
siswa, maka jenis proses bepikir siswa FD.1 tidak dapat disimpulkan karena kelima indikator
yang terpenuhi tidak terletak pada satu jenis proses berpikir yang sama.
Hasil pekerjaan siswa FD.1 seperti tampak pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 5. Hasil Pekerjaan FD.1 Soal Pertama Gambar 6. Hasil Pekerjaan FD.1 Soal Kedua
Pembahasan dari hasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat diuraikan sebagai
berikut: subjek FD.1 dalam mengerjakan soal secara keseluruhan tidak menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. Pada soal no 1, subjek menuliskan langkah-
langkah dengan rapi dan tersturktur. Subjek FD.1 menggunakan konsep yang sudah ia pelajari
dan menggunakan metode gabungan dalam mengerjakan soal. Ketika dilakukan wawancara,
subjek dapat mengungkapkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal, ia juga
bisa menjelaskan langkah-langkah yang ia gunakan dalam mengerjakan secara runtut dan jelas.
Variabel-variabel yang ditanyakan dalam soal, dapat ia jawab meskipun hasilnya kurang tepat.
Subjek tidak memperhatikan pernyataan yang ada di dalam soal, sehingga jawaban yang ia
peroleh kurang tepat meskipun dalam membuat kesimpulan jawaban jumlah yang diketahui
dalam soal dan hasil penjumlahan variabel yang ia cari sama. Subjek FD.1 ketika diminta untuk
membetulkan jawaban, dengan tegas ia menyatakan jika jawaban yang ia peroleh sudah benar.
Subjek FD.1 dalam mengerjakan soal no 2, jawaban tertulis rapi dan terstruktur. Subjek
menggunakan metode substitusi dalam menjawab soal dan hasil yang diperoleh benar. Ketika
dilakukan wawancara, subjek dapat menjelaskan langkah-langkah dalam mengerjakan soal dan
subjek juga bisa menggunakan cara lain atau cara di luar konsep matematika yang ia miliki.
Subjek menuliskan kemungkinan-kemungkinan angka yang membentuk pernyataan seperti di
dalam soal dan hasilnya pun sama ketika ia mengerjakan dengan menggunakan konsep yang ia
miliki seperti tampak pada Gambar 6.
Hasil analisis tes dan wawancara siswa FD.2 tampak pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Siswa FD.2
Tipe Proses Berpikir Indikator Soal No. 1 Soal No. 2
Konseptual
B1.1 √ √B1.2 √ √B1.3 - √B1.4 - √B1.5 - √
Komputasional
B3.1 - -B3.2 - -B3.3 √ -B3.4 √ -B3.5 √ -
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FD.2 pada soal no 1, menunjukkan
bahwa siswa FD.2 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal
dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal
menggunakan bahasnya sendiri (B1.2), tidak mampu membuat rencana penyelesaian (B3.3),
tidak mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal
menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B3.4), dan tidak mampu memperbaiki jawaban
(B3.5).
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara siswa FD.2 pada soal no 2, menunjukkan
bahwa siswa FD.2 memenuhi indikator: mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal
dengan bahasanya sendiri (B1.1), mampu menyatakan apa yang ditanyakan dalam soal
menggunakan bahasnya sendiri (B1.2), mampu membuat rencana penyelesaian dengan lengkap
(B1.3), mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal
menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B1.4), dan mampu memperbaiki jawaban (B1.5).
Berdasarkan indikator yang dipenuhi dan berpedoman pada pengklasifikasian proses berpikir
siswa, maka jenis proses bepikir siswa FD.2 tidak dapat disimpulkan karena kelima indikator
yang terpenuhi tidak terletak pada satu jenis proses berpikir yang sama.
Hasil pekerjaan siswa FD.2 seperti tampak pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Gambar 7. Hasil Pekerjaan FD.2 Soal Pertama Gambar 8. Hasil Pekerjaan FD.2 Soal KeduaHasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: subjek FD.2
dalam mengerjakan soal secara keseluruhan tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dalam soal. Pada soal no 1, pekerjaan subjek FD.2 sudah terlihat ada kesalahan pada
saat ia bermaksud untuk menyamakan kedua ruas. Subjek FD.2 sudah mengerjakan sesuai
dengan konsep yang sudah ia pelajari sebelumnya, saat diminta untuk menjelaskan langkah-
langkah ia mengerjakan soal, ia tidak mampu menjelaskan dengan jelas dan runtut sesuai dengan
hasil pekerjaannya. Ketika subjek FD.2 menjelaskan soal no 1, ia menjumpai kesalahan dalam
menghitung, sehingga ia tidak memperoleh jawaban. Subjek FD.2 tidak bisa memperbaiki
jawaban yang salah ketika diminta oleh peneliti untuk memperbaiki.
Subjek FD.2 dalam mengerjakan soal no 2, ia mengerjakan dengan menggunakan metode
substitusi dan hasilnya tepat. Ketika dilakukan wawancara, subjek FD.2 dapat menjelaskan
langkah-langkah dalam mengerjakan soal. Subjek FD.2 juga dapat mengerjakan soal no 2 dengan
tidak menggunakan konsep yang sudah ia miliki. Namun, ketika dilakukan wawancara mengenai
bagaimana ia mengerjakan, ternyata hasilnya tidak sama dengan saat ia mengerjakan
menggunakan konsep. Subjek FD.2 mengatakan bahwa, mengerjakan soal dengan tidak
menggunakan konsep bisa ia pakai pada saat menjumpai soal pilihan ganda.
PEMBAHASAN
Berdasarkan proses berpikir siswa FI dan FD yang telah dikemukakan, dapat diketahui
bahwa pada langkah memahami masalah tidak ada perbedaan antara keduanya hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kafiar dkk (2015: 49) di mana subjek FI dan FD
menerima informasi dengan cara yang sama yaitu membaca soal lebih dari sekali untuk
memahami informasi yang terdapat pada soal. Setelah membaca soal tes pemecahan masalah
tersebut, subjek FI dan FD mengolah informasi tersebut dengan mengemukakan yang diketahui
dan ditanyakan pada soal dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
Pada langkah merencanakan penyelesaian masalah, subjek FI mengatakan bahwa setelah
membaca soal penyelesaian masalah maka yang pertama dipikirkan adalah menggunakan metode
gabungan karena metode tersebut dianggap cara yang mudah untuk menyelesaikan soal cerita,
sedangkan subjek FD mengatakan bahwa yang pertama dipikirkan setelah membaca soal
penyelesaian masalah adalah menuliskan informasi yang terdapat di dalam soal dan langsung
mengerjakan tanpa merencanakan terlebih dahulu metode apa yang akan digunakan dalam
mengerjakan soal. Dari jawaban kedua subjek, terlihat bahwa dalam merencanakan pemecahan
masalah subjek FI cenderung lebih dipengaruhi isyarat dari dalam dirinya sendiri karena
membayangkan penggunaan metode gabungan yang sudah tersimpan dalam memorinya,
sedangkan subjek FD cenderung dipengaruhi isyarat dari luar, yaitu informasi yang diketahui
dari soal penyelesaian masalah. Proses berpikir yang ditampakkan oleh subjek FI dan FD sejalan
dengan pendapat Witkin (Weiner, 1978:214) bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif FI
didalam menanggapi suatu tugas cenderung berpatokan pada isyarat yang dimilikinya sendiri
sedangkan siswa yang memiliki gaya kognitif FD didalam menanggapi suatu tugas cenderung
berpatokan pada isyarat di luar dirinya.
Subjek FI dan FD tidak dijumpai perbedaan dalam langkah penyelesaian masalah seperti
yang diungkapkan oleh Kafiar dkk (2015: 49) dalam penelitiannya bahwa subjek mampu
memanggil informasi yang telah disimpan terdahulu dengan informasi yang baru mereka
dapatkan, meskipun subjek FI.2 pada soal no 1 pada akhirnya menggunakan cara prediksi untuk
mencari variabel yang diminta dalam soal. Pada langkah memeriksa kembali hasil yang
diperoleh sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ngilawajan (2013: 81) bahwa, subjek
mengolah informasi ditunjukkan dengan menggunakan model matematika yang telah mereka
ketahui untuk menguji kebenaran jawabannya. Subjek menyimpan informasi ditunjukkan dengan
mensubstitusi nilai variabel yang diketahui dari soal dan nilai variabel yang diperoleh dari
langkah sebelumnya ke dalam model matematika yang telah mereka tulis meskipun subjek FD
tidak mampu dalam memperbaiki jawaban mereka yang salah.
PENUTUP
Berdasarkan hasil data dan pembahasan yang telah diuraikan, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa, proses berpikir subjek FI dan FD pada indikator mampu menyatakan apa
yang diketahui dalam soal menggunakan bahasa sendiri dan mampu menyatakan apa yang
ditanyakan dalam soal menggunakan bahasa sendiri tidak ada perbedaan antara keduanya.
Subjek FI dan FD menerima informasi dengan cara membaca dan memahami soal, setelah dirasa
subjek FI dan FD memahami apa yang dimaksud dalam soal, kemudian subjek FI dan FD
mengolah informasi yang terdapat dalam soal. Proses berpikir FI dan FD pada indikator mampu
membuat rencana penyelesaian, menyatakan langkah-langkah mengerjakan sesuai konsep yang
dimiliki, dan mampu memperbaiki jawaban yang salah, keduannya terdapat perbedaan bahkan
antar subjek. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis proses berpikir siswa FI.1
adalah konseptual, dan jenis proses berpikir siswa FI.2 tidak dapat disimpulkan, jenis proses
berpikir siswa FD.1 tidak dapat disimpulkan, dan jenis proses berpikir siswa FD.2 tidak dapat
disimpulkan.
Adapun saran yang akan peneliti sampaikan kepada guru pengampu mata pelajaran
matematika, bahwa menekankan pada penguasaan konsep siswa itu sangat penting. Konsep
merupakan hal yang paling mendasar dan harus benar-benar dikuasai oleh siswa, sehingga ketika
dilakukan pemanggilan ulang konsep yang sudah dimiliki, siswa dapat mengkomunikasikan
konsep yang sudah ia miliki dengan pengetahuan yang baru diterima. Saran kepada siswa,
mempelajari konsep matematika merupakan hal yang sangat penting. Tahap memeriksa jawaban
juga penting untuk dilakukan, karena dari memeriksa jawaban siswa mengetahui jawaban benar
atau salah, jika jawaban yang diperoleh salah, maka harus diperbaiki sampai memperoleh
jawaban yang benar. Saran kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
informasi untuk melakukan penelitian lain yang lebih luas tentang bagaimana proses berpikir
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan karakteristik siswa yang berbeda dan
materi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Bastable. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: EGCChasanah, Anis. 2010. Identifikasi Proses Berpikir Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Berdasarkan Gaya Kogitif pada Materi Kubus dan Balok. Skripsi: UNESA 2010Danili, E & Reid, N. 2006. Cognitive Factors That Can Potentially Affect Pupils’ Test
Performance. http://www.rsc.org/images/DaniliReid%20final_tcm18-52108.pdf.diakses 1 Juli 2016.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosda KaryaDina, Rahma. 2015. Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika
Berdasarkan Gaya Kognitif Field Dependent- Field Independent. Jurnal PendidikanMatematika Unesa. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/articel/view/8715/11680. diakses pada 25 Juni 2016
Maulana, K. E. Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita di SMU Kelas X.Skripsi: UNESA 2008
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung: PT. RemajaRosdakarya Offset
Ngilawajan, Darma Andreas. 2013. Proses Berpikir Siswa Sma Dalam Memecahkan MasalahMatematika Materi Turunan Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field Independent Dan FieldDependent. Jurnal Pendidikan Matematika Umsida.http://ojs.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/article/download/48/54
Retna, Milda. Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau BerdasarkanKemampuan Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Uny.http//eprint.uny.ac.id/jurnalpendidikanmatematika. diakses pada 17 juli 2016
Rifqiyana, Lilyan. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dengan Pembelajaran Model 4KMateri Geometri Kelas VIII Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa. Skripsi: UNNES 2015
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan.Jakarta: KencanaSlametto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka CiptaSuparni. 2000. Proses Berpikir Siswa SLTP dalam Menyelesaikan Soal-soal Operasi Hitung
Pecahan Bentuk Aljabar. Skripsi: UNESA 2000Susanto. 2011. Proses Berpikir Siswa Tunanetra dalam Menyelesaikan Masalah Matematika.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http//download.portalgaruda.org. diakses pada 17 Juli 2016
Uno, B. Hamzah. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT BumiAksara.
Witkin, C. A. More, D. R. Goodenough,P. W. Cox. 1997. Field Dependentand FieldIndependent Cognitive Style and Their Educational Implication. Review of EducationResearch
Yunus. 2014. Mindset Revolution. Yogyakarta: Jogja Bangkit PublisherZuhri D. Proses Berpikir Siswa Kelas II SMPN Pekanbaru dalam Menyelesaikan Soal-Soal
Perbandingan Berbalik Nilai. Thesis Sarjana Pendidikan, (Surabaya: PerpustakaanPascasarjana UNESA, 1998). http://documents.tips/documents/validasi-geftdoc.html.diakses pada 1 Juli 2016