11

Click here to load reader

Edisi IV, 2013 Futuristics

  • Upload
    sef-ugm

  • View
    218

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

The Future of Islamic Economics "Aku dan Ekonomi Islam"

Citation preview

Page 1: Edisi IV, 2013 Futuristics

1

Pag

e1

Edisi IV, 2013

SEF

MENYAPA

IV , 2013

FUTURISTICS: THE FUTURE OF ISLAMIC ECONOMICS

Page 2: Edisi IV, 2013 Futuristics

2

SEF Menyapa Edisi IV, 2013

Shariah Economics Forum

Universitas Gadjah Mada

Tim Redaksi

Departemen Kajian SEF UGM

[email protected]

Sekretariat SEF UGM

Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Jalan Sosiohumaniora 1 Bulaksumur, Yogyakarta

Page 3: Edisi IV, 2013 Futuristics

3

Daftar Isi

Cover 1

Redaksi SEF Menyapa 2

Daftar Isi 3

Kajian Kontemporer: Carut Marut Tata Niaga Pangan Indonesia 4

Perkembangan Ekonomi Islam di Era Modernisasi 6

Sudut Pandang Ekonomi Syariah 8

Ekonomi Islam: Alternatif Benteng Perekonomian Dunia 10

Page 4: Edisi IV, 2013 Futuristics

4

Kajian Kontemporer SEF UGM:

Carut-Marut Tata Niaga Pangan Indonesia

Kajian Kontemporer SEF UGM mengangkat tema “Carut Marut Tata Niaga Pangan di

Indonesia” diselenggarakan Kamis, 10 Oktober 2013 di FEB UGM. Pembicara Triani Winastuti-

aktivis mahasiswi Pertanian 2009 dan Akhmad Akbar Susamto-dosen FEB UGM, serta

moderator M. Faizal Ramadhan-staf Departemen Kajian.

Triani memulai diskusi dengan sebuah pertanyaan. Apakah petani senang ketika harga

pangan mahal? Jawabannya tentu petani senang karena petani lebih sejahtera. Namun, Triani

ketika mewawancarai petani cabai di Kulon Progo ia mendapati bahwa petani belum sejahtera.

Sebenarnya produksi beberapa bahan dalam negeri seperti bawang putih dan cabai

mencukupi kebutuhan. Namun, impor menyebabkan penurunan konsumsi barang lokal.

Pemerintah berdalih bahwa impor harus dilakukan padahal impor dari luar bukan kualitas

terbaik. Oleh karena itu, diperlukan ketahanan pangan. Namun, terlepas dari hal tsb kedaulatan

pangan menjadi perhatian yakni bagaimana kebutuhan pangan nasional dipenuhi dengan

produksi dari nasional.

Sebagai pemateri kedua adalah Akhmad Akbar Susamto, M.Phil. Menurutnya, persoalan

pertanian tidak lepas dari kondisi bangsa secara menyeluruh. Kondisi menunjukkan salah insentif

sehingga menimbulkan adanya pusaran besar yang memaksa terjadinya fraud atau kejahatan.

Yang berperilaku disiplin dan jujur mendapatkan punishment. Yang jahat justru mendapatkan

reward. Maka pilihannya adalah mengikuti arus atau dimusuhi.

Kejahatan dalam tata niaga pangan ibarat mata rantai yang tak pernah putus. Dalam

proses produksi, tengkulak mengambil untung dari petani, biaya menjadi lebih besar dari pada

pendapatan. Dalam proses distribusi, impor disalahgunakan untuk mencari “untung” sehingga

orang bisa mendapatkan keuntungan pribadi. Namun, ekonomi konvensional tidak bisa

sepenuhnya disalahkan karena buktinya di negara lain kondisinya tidak demikian.

Jika isu ini dikaitakan dengan ekonomi Islam sangat sedikit relevansinya. Sebagian besar

dari kita berpikir bahwa masalah pertanian bukanlah isu ekonomi Islam. Persoalan metodologis

yang menghambat analisis adalah paradigma bahwa ekonomi Islam identik dengan syariah yang

hasil akhir pendekatannya adalah halal-haram. Sehingga konsep mendasar yang penting

diperhatikan bahwa ekonomi Islam tidak terbatas pada penentuan halal dan haram.

Page 5: Edisi IV, 2013 Futuristics

5

Kerangka berpikir Islam dalam memecahkan masalah ekonomi meliputi: (1) bagaimana

kondisis yang ideal, misalnya tengkulak dihilangkan, subsidi, dan penentuan harga dasar; (2)

evaluasi perilaku riil dalam ekonomi dengan riset; (3) strategi pemecahan masalah, misal subsidi

langsung; dan (4) implementasi solusi.

Pertanyaan mendasar kita mengapa petani miskin, salah satunya karena rendahnya harga

dalam negeri sehingga insentif bertani dan keunggulan komparatif relatif rendah. Akhirnya,

solusi dengan impor. Padahal menurut riset, petani Indonesia mengalami keterbatasan lahan

sehingga penyimpanan terbatas dan kelangkaan mengakibatkan impor.

Petani merupakan kultur bukan pekerjaan profesional. Pendidikan rendah mengakibatkan

posisi tawar rendah dan petani tidak mendapat keuntungan maksimal. Konsekuensinya, petani

sulit membudidayakan lahan pertanian. Adanya stigma petani dekat dengan kemiskinan turut

menurunkan perhatian terhadap pengembangan sektor pertanian.

Solusinya, perlu ada reformasi agraria. Produksi tetap dilakukan sehingga ekspor dapat

dipertahankan. Abaikan keunggulan komparatif sehingga bukan impor yang tinggi namun usaha

untuk ekspor. Instrumen kebijakan menstabilkan harga tidak efektif, lebih baik subsidi secara

langsung. Perlu peningkatan insentif berbentuk asuransi sehingga petani tidak ragu untuk

menanam modal karena adanya asuransi.

Kesimpulan dari Kajian Kontemporer mengenai carut marut tata niaga pangan bahwa

impor hampir terjadi di semua sektor. Namun, sistem konvensional tidak sepenuhnya bisa

disalahkan. Peraturan yang ada cukup memadai tetapi mata rantai kejahatan perlu dihilangkan.

Solusi yang bisa dilakukan tetapi membutuhkan pengkajian, bagaimana memutus mata rantai

tengkulak. (Doddy-PSDM, red)

Page 6: Edisi IV, 2013 Futuristics

6

Perkembangan Ekonomi Islam di Era Modernisasi

Bekti Novi Ambarwati

(Ilmu Ekonomi 2013)

Di era modern ini, semua bidang berkembang pesat. Salah satu aspek penting yang

mempengaruhinya adalah sektor ekonomi. Namun, saat ini, sektor ekonomi identik dengan uang.

Semua hal mulai dari pekerjaan, pendidikan, hingga kebutuhan-kebutuhan lain dapat terbantu

dan terselesaikan dengan uang. Entah itu dengan cara yang baik dan halal ataupun tidak.

Sebagai mahasiswa baru di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, saya tertarik dan

sangat ingin mendalami tentang pokok permasalahan ekonomi tersebut. Terlebih sebagai seorang

muslimin, Islam telah mengatur dengan Al Quran, Sunnah, dan Fiqih Al Maqasid. Secara

pribadi, saya berpendapat bahwa ekonomi liberal kapitalis telah menjadi patokan saat ini. Hal ini

disebabkan oleh pengaruh negara-negara barat yang menjadi lini depan proses modernisasi dan

globalisasi saat ini.

Ada hal yang menarik perhatian saya mengenai ekonomi Islam, dalam sistem ini hal yang

dituju bukan hanya urusan duniawi saja, melainkan dunia-akhirat. Selain itu, dalam Islam juga

terdapat pernyataan bahwa kita tidak boleh menimbun harta dan menjadikan harta itu terlantar.

Pada batas tertentu harta yang kita miliki adalah harta yang bukan hak kita. Dengan kata lain,

harta tersebut harus kita berikan kepeda orang yang lebih membutuhkan seperti fakir miskin,

atau biasa dikenal dengan istilah zakat dan sodakoh. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa

ekonomi islam mengajarkan kita untuk berbagi yang diharapkan mampu mengecilkan tingkat

kesenjangan yang ada pada masyarakat. Hal ini dapat tercapai jika kita benar-benar melakukan

Page 7: Edisi IV, 2013 Futuristics

7

dan mengaturnya dengan baik dengan memenuhi kebutuhan tanpa melakukan pemborosan dan

tetap menjaga kelestarian alam menjadi prinsip dalam ekonomi Islam.

Sebenarnya dalam perkembangan sektor ekonomi khususnya di negara Indonesia,

masyarakat secara perlahan mulai sadar akan ekonomi Islam. Terbukti dengan maraknya bank-

bank yang berbasis syariah, bukan hanya sekedar memberikan bagi hasil yang sesuai dengan

kaidah dalam Islam, namun bank syariah ini juga memberikan pelayanan yang mampu bersaing

dengan bank konvensional. Itulah sebabnya bank syariah mampu berkembang pesat. Terlebih

lagi, sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Walaupun begitu, sadar atau tidak,

masih banyak hal-hal di kehidupan sehari-hari kita yang tidak sesuai dengan kaidah Islam.

Mungkin masyarakat yang belum tahu atau karena orang-orang yang hanya menuntut

kebahagiaan duniawi saja. Hal yang ingin saya lakukan adalah bagaimana saya mampu

mengaplikasikan dan menyebarluaskan yang bersangkutan dengan ekonomi Islam, dimulai dari

diri sendiri, kemudian orang lain. Karena Islam sebagai pedoman saya, sehingga aturan dalam

kegiatan ekonomi juga harus berpedoman dengan hukum Islam juga.

Masih belum banyak yang saya ketahui tentang ekonomi Islam. Harapan saya jika saya

dapat bergabung di Shariah Economics Forum (SEF), saya dapat belajar dan berbagi info serta

pengetahuan tentang ekonomi islam, menemukan teman-teman baru yang ada di lingkungan baru

ini, serta menjadikan SEF sebagai wadah silaturahmi dan berbagi tentang banyak hal, tidak

hanya mengenai ekonomi Islam saja, tetapi juga hal-hal lain yang lebih bermanfaat.

Page 8: Edisi IV, 2013 Futuristics

8

Sudut Pandang Ekonomi Syariah

Dhanu Tri Kuswara

(Akuntansi 2013)

Pandangan pertama pada konsep-konsep syariah bagi saya secara keseluruhan mungkin biasa-

biasa saja, namun bisa juga tidak terlalu baik karena pertama kali saya mengenal syariah, sistem

perekonomian syariah adalah saat saya sedang belajar materi-materi untuk Olimpiade Sains

Nasional. Materi-materi yang diambil dari syariah hanya hafalan-hafalan istilah perbankan yang

ditulis dalam bahasa arab seperti ijarah, mudharabah, musharakah, dan sebagainya yang

tentunya membutuhkan usaha yang lebih keras agar dapat memahami materi tersebut. Namun

setelah mempelajari lebih dalam tentang konsep-konsep islam yang diaplikasikan ke dalam

sistem perekonomian, mulailah muncul rasa ingin tahu cara kerja sistem syariah dan bagaimana

pengaplikasiannya dalam sistem perekonomian.

Umumnya orang-orang hanya tertarik dengan system perekonomian modern seperti

sistem perekonomian kapitalis maupun sosialis. Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan

ekonomi kapitalis, sosialis, maupun komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada di tengah-

tengah ketiga sistem ekonomi itu. Ekonomi Islam sangat bertolak belakang dengan kapitalis

yang lebih bersifat individual ataupun sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab

kepada warganya serta komunis yang ekstrem. Ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan

serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh ditransaksikan.

Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat,

memberikan rasa adil, kebersamaan, kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-

Page 9: Edisi IV, 2013 Futuristics

9

luasnya kepada setiap pelaku usaha. Dalam konsep Islam, ekonomi dipandang sebagai tuntutan

hidup dan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah yang teraplikasi dalam etika dan

moral. Islam sangat menentang eksplorasi pemilik modal terhadap buruhnya dan melarang

penumpukan kekayaan. Islam mendorong masyarakat ke arah usaha nyata dan produktif. Esensi

proses Ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nilai Islam

guna mencapai pada tujuan agama (falah). Perekonomian syariah mendorong seluruh

masyarakat untuk melakukan investasi dan melarang membungakan uang. Sesuai dengan definisi

di atas, menyimpan uang di bank Islam termasuk kategori kegiatan investasi karena perolehan

kembaliannya (return) dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan

kembali itu tergantung kepada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan bank sebagai

mudharib atau pengelola dana.

Sistem perekonomian syariah juga mengusung konsep bagi hasil dan riba (pengambilan

tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau

bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam contohnya sistem bunga yang dilakukan

oleh bank konvensional) dalam sistem perbankan. Gagasan dasar sistem keuangan Islam secara

sederhana didasarkan pada adanya bagi hasil (profit and loss sharing). Menurut hukum

perniagaan Islam, kemitraan dan semua bentuk organisasi bisnis didirikan dengan tujuan

pembagian keuntungan melalui partisipasi bersama. Tidak seperti sistem bunga yang dipakai

oleh bank-bank konvensional, sistem bagi hasil mempunyai akad yang jelas, pembagian

keuntungan yang jelas bagi nasabah dan bank sehingga jauh dari kata haram. Tak hanya di sektor

perbankan, sistem syariah di Indonesia juga telah merambah ke pasar modal sejak bulan 3 Juli

2000 yang diaplikasikan ke sebuah indeks saham bernama Jakarta Islamic Index (JII).

Terakhir, alasan saya ingin bergabung dalam Shariah Economics Forum (SEF) UGM

adalah agar saya bisa meningkatkan pengetahuan saya seputar dunia syariah dan juga ingin ikut

berperan dalam pengembangan system perekonomian syariah bagi Negara Indonesia. Selain itu

saya juga ingin menambah pengalaman saya berorganisasi, terutama dalam organisasi yang saya

minati seperti SEF ini.

Page 10: Edisi IV, 2013 Futuristics

10

Ekonomi Islam: Alternatif Benteng Perekonomian Dunia

Nur Isna Fauziyah

(Ilmu Ekonomi 2013)

Setiap manusia adalah manusia ekonomi. Walaupun setiap harinya harus berkutat dengan angka-

angka, bahkan praktik-praktik lapangan sekalipun, manusia tidak bisa lepas dari kegiatan

ekonomi. Makan dan minum dalam rangka “memenuhi kebutuhan hidup, mengorbankan hal lain

demi suatu hal karena adanya keterbatasan”, dan sebagainya merupakan bagian dari aktivitas

ekonomi. Ekonomi adalah suatu hal yang tak terbantahkan pasti hadir dalam kehidupan manusia

karena manusia akan selalu membutuhkan banyak kebutuhan untuk mempertahankan hidup.

Sebagai manusia yang beragama Islam, saya yakin bahwa Islam juga menghadirkan pegaruhnya

bagi kehidupan ekonomi. Di dalam ekonomi, Islam telah memberikan arah untuk bergerak

supaya semua yang terjadi dalam transaksi ekonomi tidak melenceng dari aturan atau syariat

yang ada di dalam Islam. Di dalam ekonomi Islam diatur bagaimana transaksi yang menghindari

riba dan hal yang diharamkan lainnya.

Namun, sebagai seorang muslim, apakah kegiatan-kegiatan ekonomi yang kita lakukan

sudah berlandaskan Islam (dalam hal ini berlandaskan ekonomi Islam)? Berdasarkan Al-Qur’an

dan As-Sunnah? Ya, saya yakin seorang muslim sekalipun belum tentu dalam melakukan

kegiatan-kegiatannya terutama kegiatan ekonomi berlandaskan Islam. Begitu pula dengan saya.

Banyak hal atau aktivitas-aktivitas yang tanpa kita sadari kita lakukan tidak berlandaskan asas

keislaman, hanya mengandalkan logika dan nalar benar atau salah maupun menguntungkan atau

tidak.

Page 11: Edisi IV, 2013 Futuristics

11

Menelisik lebih dalam tentang sistem ekonomi yang berlaku saat ini (Indonesia dengan

demokkrasi pancasilanya dan Amerika dengan liberalismenya), ekonomi yang kita jalani saat ini

memang jauh dari “Islam”. Sistem-sistem tersebut memiliki banyak kekurangan dan belum

terbukti menyejahterakan masyarakatnya dan hanya menyejahterakan golongan tertentu saja.

Ekonomi syariah atau ekonomi islam yang memiliki orientasi terhadap kehidupan

duniawi serta surgawi hadir sebagai alternatif dari sistem ekonomi konvensional yang dianggap

kurang kokoh dalam membentengi perekonomian dunia. Diharapkan sistem ekonomi Islam dapat

berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi suatu negara dan pembangunan bangsa,

khususnya Indonesia. Secara logika, dasar dan prinsip ekonomi Islam telah terbukti bahwa

ekonomi islam dapat dikatakan lebih baik dan dapat menjawab tantangan global yang rentan

krisis daripada ekonomi konvensional. Dengan menerapkan ekonomi Islam, bukan tidak

mungkin Indonesia bahkan dunia dapat kebal dari krisis ekonomi dan dampak yang

dihasilkannya.