25
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2013 EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DI INDONESIA Tria Putri H / 0510167

Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

2013

EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DI

INDONESIATria Putri H / 0510167

Page 2: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Latar Belakang

Filariasis (penyakit kaki gajah) : penyakit kronis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria.

Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki

PENDAHULUAN

Page 3: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.

Di Indonesia, filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.

Penyakit Kaki Gajah ini tersebar luas hampir di Seluruh propinsi.

Cont..

Page 4: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Perkembangan Filariasis di Indonesia

Pertama kali dilaporkan oleh Haga dan van Eecke pada tahun 1889 di Jakarta yaitu dengan ditemukannya penderita filariasis skrotum.

pada saat itu masih dinamakan Filaria malayi oleh Brug (1928). Pada tahun yang sama Lichtenstein merubah nama genus menjadi Brugia tetapi nama spesies tetap.

PEMBAHASAN

Page 5: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Wuchereria bancrofti tipe perdesaan masih banyak ditemukan di Papua dan beberapa daerah lain di Indonesia.

Sepuluh spesies nyamuk telah diidentifikasi sebagai vektor tetapi vektor utamanya adalah Anopheles farauti dan An. punctulatus.

Wuchereria bancrofti tipe urban ditemukan di kota-kota besar antara lain Jakarta, Semarang, Pekalongan dengan nyamuk vektornya : Culex quinquefasciatus.

Brugia malayi ditemukan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, umumnya di daerah pantai dan dataran rendah. Dan vektornya adalah enam spesies Mansonia yaitu, Ma. uniformis, Ma. bonneae, Ma. dives, Ma. annulata, Ma. annhulifera dan Ma. Indiana

Page 6: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Indonesia bagian timur ditambah Anopheles barbirostris sebagai vektor utama. Brugia malayi mempunyai reservoir yaitu kucing (Felis catus) dan kera (Presbytis cristatus dan Macaca fascicularis) dengan demikian B. malayi merupakan penyakit zoonosis.

Brugia timori ditemukan di pulau-pulau Nusa Tenggara Timur dan kepulauan Maluku Selatan. Brugia timori umumnya endemik di daerah persawahan dan vektor utamanya adalah An. barbirostris.

Page 7: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Prevalensi Filariasis

Di Indonesia kurang lebih 10 juta orang telah terinfeksi oleh filariasis sedangkan kurang lebih 150 juta orang hidup di daerah endemik (population at risk).

Filariasis menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah provinsi yang melaporkan kasus filariasis terus bertambah. Bahkan di beberapa daerah mempunyai tingkat endemisitas yang cukup tinggi. Perkembangan jumlah penderita kasus filariasis dari tahun 2000 – 2009 dapat dilihat dari gambar di bawah ini :

Page 8: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia
Page 9: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah Nangroe Aceh Darusalam (2.359 orang) Nusa tenggara timur (1.730 orang) dan Papua (1.158 orang) dan 3 provinsi dengan kasus filariasis terendah adalah Bali (18 orang), Maluku utara (27 orang) dan Sulawesi (30 orang)

Page 10: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia
Page 11: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Berikut adalah peta endemisitas filariasis di Indonesia tahun 2008 – 2009

warna merah : 316 kabupaten/ kota endemis filariasis

warna abu-abu : 152 kabupaten/ kota yang belum selesai melakukan survey endemisitas

warna hijau: 3 kabupaten non endemis filariasis

Page 12: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia
Page 13: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Konsep Host, Agent, dan Environment

Faktor Host

Adalah faktor - faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan pejamu tersebut terhadap faktor agent.

Semua orang mungkin rentan terinfeksi, namun ada perbedaan yang bermakna secara geografis terhadap jenis dan beratnya infeksi.

Infeksi ulang yang terjadi di daerah endemis dapat mengakibatkan manifestasi lebih berat seperti elephantiasis.

Page 14: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Faktor Agent

Agen adalah semua unsur atau elemen hidup maupun tak hidup yang kehadirannya atau ketidakhadirannya, bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan kontak manusia yang rentan dalam keadaan yang memungkinkan, akan menjadi stimuli untuk menginisiasi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit.

Agent dari suatu penyakit meliputi agent biologis dan agent non biologis (misalnya: agent fisik, agent kimia, dll).

Page 15: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Faktor Environment

Faktor lingkungan adalah elemen-elemen ekstrinsik yang dapat mempengaruhi keterpaparan pejamu terhadap faktor agent.

Meliputi : Lingkungan fisik (iklim, suhu dan

kelembapan , geografis, air) Lingkungan biologi (reservoar, vektor, flora) Lingkungan sosial ekonomi (kepadatan

penduduk, tingkat pengetahuan)

Page 16: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Interaksi antara Host – Agent dan Environment

Interaksi agent-lingkungan Interaksi Host-Lingkungan Interaksi Host-Agent Interaksi Agent-Host-Lingkungan

Riwayat Alamiah Penyakit Periode prepatogenesis (Fase Rentan /

susceptibility phase) Periode Pathogenesis (Fase Subklinis, Fase

Klinis, Fase Konvalesens

Page 17: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

EtiologiMacam-macam spesies penyebab filariasis dengan nama klinisnya :

o Wuchereria bancrofti menyebabkan filariasis limfatik bancrofti.

o Brugia malayi menyebabkan filariasis limfatik malayan.

o Loa loa menyebabkan loaiasis atau Calabar swelling.

o Onchocerca volvulus menyebabkan filariasis kutaneus atau onchocersiasis.

Page 18: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Perlu diingat beberapa spesies Filaria lain, yaitu :

o Tetrapetalonema perstans menyebabkan gejala alergi.

o Tetrapetalonema streptocerca menyebabkan iritasi.

o Mansonella ozzardi menyebabkan luka dan radang.

TransmisiSerangga yang menggigit - mengisap darah, merupakan perantara penyakit filariasis. Larva ikut terisap oleh serangga melalui kulit atau jaringan kulit yang luka. Tiap spesies mempunyai vektor sendiri-sendiri.

Page 19: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Siklus hidup Wuchereria bancrofti

Page 20: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Pencegahan Penyakit filariasis

Tindakan Pencegahan PrimerTujuannya adalah untuk mengadakan intervensi sebelum terjadinya perubahan patologis pada host. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang filariasis, dan menciptakan lingkungan yang tidak memungkinkan vektor filariasis untuk berkembang biak.

Page 21: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Tindakan Pencegahan SekunderTujuannya adalah untuk menyembuhkan atau menghentikan proses penyakit, mencegah penyebaran penularan penyakit, mencegah komplikasi dan gejala sisa serta memperpendek masa disabilitas. Usaha yang dilakukan adalah diagnosis dini, yaitu pemeriksaan mikroskopis darah, pengobatan segera, yaitu dengan konsumsi obat DEC. Dan untuk usaha disability limitation (pembatasan kecacatan) diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari sebagai pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian organ tubuh yang bengkak.

Page 22: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Tindakan Pencegahan Tersier

Tujuannya adalah untuk mengembalikan individu tersebut sehingga dapat hidup berguna di masyarakat dengan keadaan terbatas. Usaha yang dapat dilakukan adalah menyediakan sarana-sarana untuk pelatihan dan pendidikan di rumah sakit dan di tempat-tempat umum.

Page 23: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Penanggulangan Penyakit Filariasis

Usaha pemerintah Indonesia dalam menangani kasus filariasis terlihat dalam program eliminasi kaki gajah atau yang dikenal dengan ELKAGA :

o Sosialisasi Program Filariasis Tingkat Puskesmas dengan Meningkatkan Pengetahuan kepala desa untuk kegiatan pengobatan missal dan Mensosialisasikan tentang penyakit kaki gajah (Filariasis) kepada masyarakat.

o Pelatihan Kadar Pembantu Pengobatan / Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE)

o Pemberian Obat secara Masal

Page 24: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.

Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita, sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.

PENUTUP

Page 25: Epidemiologi Filariasis Di Indonesia

TERIMAKASIH