15
EVALUASI DAN SIMULASI PERBAIKAN ORDER FULFILLMENT PROCESS PADA PUPUK UREA BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN LEAN DISTRIBUTION (STUDI KASUS : KANTOR PEMASARAN JATIM PT. PUPUK KALTIM TBK.) Mary Jane Staublish dan I Nyoman Pujawan Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected] ; [email protected] Abstrak PT. Pupuk Kaltim merupakan perusahaan yang memproduksi pupuk baik yang berlabel subsidi maupun non-subsidi. Penelitian ini difokuskan pada pupuk urea bersubsidi sebagai pemenuhan akan produksi bahan pangan dalam negeri. Permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini adalah terjadinya inefisiensi pada order fulfillment process yang disebabkan oleh adanya waste (pemborosan) dan non- value added activity yang dapat merugikan perusahaan. Berdasarkan penelitian, ditemukan waste kritis, yaitu lead time yang panjang dan inventory yang berlebih di gudang lini 2(Margo 40). Penerapan Lean Distribution diharapkan mampu mengurangi waste tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan sebelum menerapkan perbaikan adalah dengan melakukan simulasi. Identifikasi waste dilakukan dengan metode Value Stream Analysis Tools (VALSAT). Tools dalam metode VALSAT yang digunakan adalah Process Activity Mapping yang digunakan untuk memetakan tiap aktivitas dalam proses penyaluran pupuk urea bersubsidi. Dan berdasarkan hasil penelitian dengan pendekatan simulasi dan lean distribution, maka pengiriman dengan ukuran lot yang kecil dapat mengurangi lead time sebesar 48.61% untuk Kabupaten Sidoarjo, 40.70% untuk Kabupaten Kediri, dan 31.98% untuk Kabupaten Pacitan. Kata kunci: Lead Time, Lean Thinking, Process Activity Mapping, Waste, Simulasi ABSTRACT PT. Pupuk Kaltim is a company that produce fertilizer, whether with subsidy or non subsidy label. This research is focused on subsidized urea fertilizer to fulfill the need of food material production inside the country. Problem that faced by the company today is that there is inefficiency at order fulfillment process that caused by waste and non-value added activity that will inflict financial loss for the company. Based on the research, there is critical waste, that is long lead time and exaggerate inventory in the warehouse 2 (Margo 40). The implementation of Lean Distribution is hopefully able to decrease the waste. One of several effort that already performed before implementing such fixing or improvement is using simulation. Waste identification is performed by using Value Stream Analysis Tools (VALSAT) method. Tools in VALSAT method that being used is Process Activity Mapping which is used to map every activities in the subsidized urea fertilizer distribution process. Based on the result of the research that using lean distribution and simulation approach, delivery with small lot measurement will be able to decrease lead time into 48.61% for Sidoarjo Regency, 40.70% for Kediri Regency, and 31.98% for Pacitan Regency. Keywords: Lead Time, Lean Thinking, Process Activity Mapping, Waste, Simulation 1. Pendahuluan PT. Pupuk Kalimantan Timur merupakan produsen pupuk terbesar di Indonesia, memiliki wilayah penugasan pendistribusian pupuk yang cukup luas dan berat, yakni mencakup seluruh wilayah Indonesia Bagian Timur. Dalam proses penyaluran pupuk, khususnya pupuk urea bersubsidi yang melibatkan distributor dan kios pengecer, aktivitas delivery adalah aktivitas yang menentukan panjang/pendeknya waktu pengiriman. Hal tersebut sangat tergantung pada bagaimana cara perusahaan mampu mengatur proses pemenuhan pesanan menjadi lebih efiesin dan efektif sehingga lead time tidak terlalu lama. Tahapan dalam proses pemenuhan pesanan suatu produk meliputi adanya permintaan order, proses

EVALUASI DAN SIMULASI PERBAIKAN ORDER FULFILLMENT …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11021-Paper.pdf · PT. Pupuk Kaltim is a company that produce fertilizer, whether with

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • EVALUASI DAN SIMULASI PERBAIKAN ORDER FULFILLMENT PROCESS

    PADA PUPUK UREA BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN LEAN

    DISTRIBUTION

    (STUDI KASUS : KANTOR PEMASARAN JATIM – PT. PUPUK KALTIM TBK.)

    Mary Jane Staublish dan I Nyoman Pujawan Jurusan Teknik Industri

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

    Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

    Email: [email protected] ; [email protected]

    Abstrak PT. Pupuk Kaltim merupakan perusahaan yang memproduksi pupuk baik yang berlabel subsidi maupun

    non-subsidi. Penelitian ini difokuskan pada pupuk urea bersubsidi sebagai pemenuhan akan produksi

    bahan pangan dalam negeri. Permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini adalah terjadinya

    inefisiensi pada order fulfillment process yang disebabkan oleh adanya waste (pemborosan) dan non-

    value added activity yang dapat merugikan perusahaan. Berdasarkan penelitian, ditemukan waste

    kritis, yaitu lead time yang panjang dan inventory yang berlebih di gudang lini 2(Margo 40).

    Penerapan Lean Distribution diharapkan mampu mengurangi waste tersebut. Salah satu upaya yang

    dilakukan sebelum menerapkan perbaikan adalah dengan melakukan simulasi. Identifikasi waste

    dilakukan dengan metode Value Stream Analysis Tools (VALSAT). Tools dalam metode VALSAT yang

    digunakan adalah Process Activity Mapping yang digunakan untuk memetakan tiap aktivitas dalam

    proses penyaluran pupuk urea bersubsidi. Dan berdasarkan hasil penelitian dengan pendekatan

    simulasi dan lean distribution, maka pengiriman dengan ukuran lot yang kecil dapat mengurangi lead

    time sebesar 48.61% untuk Kabupaten Sidoarjo, 40.70% untuk Kabupaten Kediri, dan 31.98% untuk

    Kabupaten Pacitan.

    Kata kunci: Lead Time, Lean Thinking, Process Activity Mapping, Waste, Simulasi

    ABSTRACT

    PT. Pupuk Kaltim is a company that produce fertilizer, whether with subsidy or non subsidy

    label. This research is focused on subsidized urea fertilizer to fulfill the need of food material

    production inside the country. Problem that faced by the company today is that there is inefficiency at

    order fulfillment process that caused by waste and non-value added activity that will inflict financial

    loss for the company. Based on the research, there is critical waste, that is long lead time and

    exaggerate inventory in the warehouse 2 (Margo 40). The implementation of Lean Distribution is

    hopefully able to decrease the waste. One of several effort that already performed before implementing

    such fixing or improvement is using simulation. Waste identification is performed by using Value

    Stream Analysis Tools (VALSAT) method. Tools in VALSAT method that being used is Process Activity

    Mapping which is used to map every activities in the subsidized urea fertilizer distribution process.

    Based on the result of the research that using lean distribution and simulation approach, delivery with

    small lot measurement will be able to decrease lead time into 48.61% for Sidoarjo Regency, 40.70% for

    Kediri Regency, and 31.98% for Pacitan Regency.

    Keywords: Lead Time, Lean Thinking, Process Activity Mapping, Waste, Simulation

    1. Pendahuluan

    PT. Pupuk Kalimantan Timur merupakan

    produsen pupuk terbesar di Indonesia, memiliki

    wilayah penugasan pendistribusian pupuk yang

    cukup luas dan berat, yakni mencakup seluruh

    wilayah Indonesia Bagian Timur. Dalam proses

    penyaluran pupuk, khususnya pupuk urea

    bersubsidi yang melibatkan distributor dan kios

    pengecer, aktivitas delivery adalah aktivitas yang

    menentukan panjang/pendeknya waktu

    pengiriman. Hal tersebut sangat tergantung pada

    bagaimana cara perusahaan mampu mengatur

    proses pemenuhan pesanan menjadi lebih efiesin

    dan efektif sehingga lead time tidak terlalu lama.

    Tahapan dalam proses pemenuhan pesanan suatu

    produk meliputi adanya permintaan order, proses

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 2

    order, perencanaan produksi, proses produksi,

    pengiriman produk ke konsumen hingga

    manajemen pembayaran. Apabila salah satu dari

    tahapan tersebut terdapat gangguan maka akan

    berakibat gangguan pada tahapan yang lainnya

    (Pujawan, 2005). Pada prakteknya aktivitas ini

    dipengaruhi pula oleh aktivitas-aktivitas yang

    terjadi di jalur distribusi. Upaya untuk

    meningkatkan efisiensi dapat dilakukan dengan

    menerapkan konsep Lean, dimana prinsip utama

    dalam konsep ini adalah pengurangan dan

    peniadaan pemborosan (waste).

    Semakin meluasnya cakupan wilayah

    pendistribusian pupuk bersubsidi tersebut

    menjadikan PT. Pupuk Kaltim berusaha lebih

    meningkatkan pemenuhan order untuk memenuhi

    ketersediaan pupuk bagi para petani. Pentingnya

    ketersediaan pupuk tersebut sangat diharapkan

    para petani agar dalam masa penanaman, pupuk

    yang dibutuhkan siap untuk digunakan. Oleh

    sebab itulah diharapkan perusahaan lebih

    meningkatkan response times dalam proses

    pengiriman pupuk sehingga waktu pengiriman

    tidak memakan waktu panjang. Namun

    pemenuhan order akan jumlah kebutuhan pupuk

    tersebut tidak diimbangi dengan daya serap

    petani dalam negeri karena permintaan akan

    pupuk urea bersubsidi yang bersifat fluktuatif.

    Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan

    pupuk yang fluktuatif tersebut diantaranya

    disebabkan oleh pemberian pupuk yang tidak

    sesuai dosis yang dianjurkan untuk luas lahan

    yang dimiliki serta tingginya permintaan akan

    pupuk di musim penghujan dibandingkan musim

    kemarau sehingga pemakaian pupuk menjadi

    lebih besar dibanding musim kemarau. Dengan

    adanya hal-hal tersebut mengakibatkan

    timbulnya inventory yang berlebih di gudang

    produsen tingkat provinsi/lini 2 (Margo 40).

    Berdasarkan data yang berhasil diperoleh

    diketahui terdapat posisi stok yang berlebih di

    gudang lini 2 (Margo 40) yakni sebesar 19.550

    ton. Hal tersebut dikarenakan kapasitas gudang

    yang hanya sebesar 17.500 ton tidak dapat

    meng-cover keseluruhan stok yang ada, sehingga

    stok yang tidak ter-cover tersebut harus

    disimpan di luar gudang (open storage). Adanya

    hal tersebut menyebabkan tingginya biaya pada

    supply chain yang digunakan untuk tenaga kerja,

    persediaan, sewa gudang, dan lain sebagainya.

    Dengan demikian pada akhirnya akan

    berpengaruh pada kemampuan perusahaan

    dalam proses pemenuhan pesanan. Untuk itu

    diperlukan upaya untuk meminimalisasi adanya

    pure non-value added activity dalan order

    fulfillment process di perusahaan.

    Adapun tujuan dari evaluasi penyaluran pupuk

    bersubsidi ini adalah :

    1. Menentukan faktor-faktor penyebab adanya

    variasi dalam delivery time dimulai pada

    pengiriman pupuk dari gudang lini 2 ke lini

    3, diteruskan ke lini 4 (distributor) hingga

    ke kios pupuk.

    2. Mendapatkan skenario perbaikan yang

    menghasilkan lead time yang lebih

    konsisten dan/atau inventory level yang

    lebih rendah.

    Manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian

    tugas akhir ini adalah :

    1. Mereduksi adanya variasi lead time dalam

    proses penyaluran pupuk dari supplier (PT.

    Pupuk Kaltim) hingga ke kios pupuk yang

    menjadi perpanjangan tangan dari petani

    (end customers).

    2. Meminimasi inventory pada sistem

    penyaluran pupuk urea bersubsidi yakni

    adanya jumlah inventory yang berlebih di

    gudang lini 2 (Margo 40).

    3. Sebagai rekomendasi kepada pihak

    manajemen perusahaan agar menggunakan

    model simulasi sebagai referensi untuk

    perbaikan yang bertujuan untuk mengurangi

    lead time dan inventory yang berlebih di

    gudang lini 2 (Margo 40).

    Batasan yang digunakan dalam penelitian tugas

    akhir ini adalah :

    1. Penelitian ini dilakukan pada jalur distribusi

    pupuk urea bersubsidi di wilayah

    pemasaran Jatim dimulai dari proses

    pengantongan pupuk (Gudang Berlian -

    Surabaya) ke lini 2 (gudang produsen

    tingkat provinsi – Surabaya, Jawa Timur)

    hingga pada penyaluran pupuk sampai ke

    tangan pengecer (kios pupuk).

    2. Objek pengamatan dalam penelitian ini

    terdiri dari tiga kabupaten di Jawa Timur

    yang dipilih berdasarkan jarak terdekat dari

    gudang provinsi (lini 2) yang diwakili oleh

    kabupaten Sidoarjo, jarak terjauh yang

    diwakili oleh kabupeten Pacitan, dan

    kabupaten dengan tingkat demand tertinggi

    yang diwakili oleh kabupaten Kediri.

  • 3

    3. Data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah data selama bulan September 2009.

    4. Pada penelitian ini tugas akhir ini, biaya

    distribusi pada proses pengiriman pupuk

    tidak diperhitungkan.

    Asumsi yang digunakan dalam penelitian tugas

    akhir ini adalah :

    1. Tidak terjadi perubahan secara signifikan

    pada sistem distribusi selama penelitian

    berlangsung.

    2. Penyaluran pupuk di tingkat kabupaten

    disalurkan hanya ke satu distributor dan

    satu kios pupuk dimana kios tersebut

    termasuk dalam wilayah kerja distributor.

    3. Kapasitas gudang di tingkat kabupaten dan

    distributor masih dapat meng-cover pupuk

    yang akan disalurkan.

    2. Metodologi Penelitian

    Bab ini akan menjelaskan langkah-langkah

    terstruktur yang dilakukan dalam melakukan

    penelitian ini. Langkah-langkah ini digunakan

    sebagai acuan sehingga penelitian dapat berjalan

    secara sistematis dan terarah sesuai dengan

    tujuan dan waktu penelitian. Pada tahap

    identifikasi masalah akan dijelaskan

    permasalahan di lapangan yang akan dibahas

    dan diteliti sehingga dapat dihasilkan solusi

    dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

    Tahap identifikasi masalah meliputi identifikasi

    dan perumusan masalah, penetapan tujuan dan

    manfaat penelitian, dan studi pustaka.

    Permasalahan dalam penelitian ini yaitu

    pengurangan waste dan non value added activity

    di sepanjang aliran distribusi diantaranya adalah

    adanya lead time yang panjang dan inventory

    yang tinggi. Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan dan manfaat penelitian

    seperti yang telah dijelaskan pada bab

    pendahuluan. Sebagai dasar dilakukannya

    penelitian, digunakan studi literatur sebagai

    pedoman dalam menyelesaikan permasalahan

    dan mencapai tujuan penelitian. Studi pustaka

    yang dibutuhkan sebagai dasar dalam penelitian

    ini diantaranya terkait dengan lead time

    reduction, aplikasi konsep lean thinking, serta

    keuntungan value stream mapping via

    simulation. Pustaka yang dijadikan sebagai

    referensi dalam penelitian ini diambil dari buku–

    buku teks, penelitian atau riset terdahulu,

    website dan jurnal ilmiah yang mendukung.

    Tahapan dalam pembuatan model ini terdiri dari

    pengumpulan data dan pembuatan model

    simulasi penyaluran pupuk urea bersubsidi di

    tiga kabupaten. Pengumpulan data disini dimulai

    dari data-data yang digunakan untuk pembuatan

    big picture mapping yang diantaranya adalah

    data customers requirements, data aliran

    informasi dan data aliran fisik, dilanjutkan

    dengan pembuatan process activity mapping

    yang menggunakan data aktivitas order

    fulfillment, delivery order, jarak dan waktu

    perpindahan produk, serta kebutuhan tenaga

    kerja. Sedangkan untuk data input model

    simulasi digunakan data lama waktu

    pengantongan dan data variasi proses penyaluran

    produk. Untuk pembuatan model simulasi ini

    didasarkan atas data-data yang telah

    dikumpulkan dari penelitian yang merupakan

    refleksi dari kondisi sistem nyata. Pembuatan

    model ini dilakukan dengan menggunakan

    perangkat lunak yaitu Arena 5.0. Setelah model

    dibuat, maka dilakukan running awal model

    simulasi dan melihat apakah model telah sesuai

    dengan logika dikenyataan atau tidak.

    Langkah selanjutnya adalah memeriksa model

    apakah sudah tidak terjadi kesalahan sehingga

    model dapat disimulasikan (verifikasi).

    Sedangkan proses validasi yakni menguji apakah

    model sudah mampu mewakili atau

    menggambarkan sistem nyata. Langkah

    selanjutnya setelah model dapat dinyatakan

    benar dan valid adalah melakukan skenario

    perbaikan. Dari perubahan kondisi yang

    dilakukan, akan dihasilkan output simulasi yang

    berbeda untuk setiap skenario yang dibuat.

    Berdasarkan output simulasi dapat dilihat

    pengaruh skenario perbaikan yang dapat

    mempengaruhi penurunan lead time, waiting

    time, dan inventory secara signifikan. Langkah

    terakhir adalah menganalisis keseluruhan hasil

    penelitian dan membuat simpulan dan saran.

    3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

    3.1 Identifikasi Produk Amatan

    Berdasarkan hasil brainstorming dengan pihak

    pemasaran Jatim diketahui bahwa order yang

    datang dari pihak distributor untuk produk

    pupuk urea bersubsidi lebih besar dibandingkan

    dengan produk pupuk jenis lainnya yakni pupuk

    majemuk (NPK Pelangi), dan pupuk organik (Ze

    Organik). Hal tersebut disebabkan anjuran

  • 4

    penggunaan pupuk berimbang yang belum

    seluruhnya dipahami oleh para petani yakni dosis

    penggunaan ketiga jenis pupuk yang harus

    disesuaikan dengan kondisi tanah setempat serta

    jenis tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena

    itu, penelitian ini difokuskan pada penyaluran

    pupuk urea bersubsidi.

    Gambar 3.1 Merk Dagang Pupuk Urea Hasil Produksi

    Pupuk Kaltim

    3.2. Penggambaran Big Picture Mapping

    Big Picture Mapping merupakan sebuah tools

    yang digunakan untuk menggambarkan sistem

    secara keseluruhan dan value stream yang ada di

    dalam suatu organisasi dan industri yang

    meliputi aliran fisik dan material yang

    menyertainya serta interaksi antar elemen yang

    terdapat pada aliran tersebut. Penggambaran

    BPM ini bertujuan untuk lebih memahami

    wholesystem yang diamati dan memudahkan

    dalam mencari potensi-potensi pemborosan,

    penyebab terjadinya pemborosan, serta solusi

    yang mungkin dapat diterapkan. Untuk

    menggambarkan peta ini, langkah awal yang

    dilakukan adalah mengumpulkan data-data aliran

    informasi dan fisik beserta data-data

    pendukungnya. Berikut adalah big picture

    mapping untuk tiga kabupaten amatan :

    Pabrik Pengolahan

    (Lini I - Bontang)

    Pengantongan Penyimpanan Pemuatan Pembongkaran Inspeksi Penyimpanan Pemuatan Pembongkaran Penyimpanan Pembongkaran Penyimpanan dan

    Penyaluran Pupuk

    Berdasarkan RDKK

    24 - 72 jam48 – 168

    jam1.56 jam 0.83 jam0.25 jam 24 - 72 jam 0.42 jam 1,28 jam 0 - 48 jam

    0,25 jam 24 – 48

    jam

    KP Jatim

    SK3 (Surat Keterangan Kedatangan Kapal)

    3.81 jam 0.75 jam 1.98 jam 96 jam 1.56 jam 0.83 jam0.25 jam 0.42 jam 1.28 jam 24 jam

    Pengiriman sesuai

    produksi

    4 Pabrik Pengolahan

    3 shift

    10 orang / shift

    175 ton / shift

    Pemuatan

    0.75 jam /

    shift

    Conveyor

    4 orang

    1 Truk = 25 tonKapasitas gudang in

    bag = 17.500 ton

    Gudang Produsen Provinsi

    (Lini 2 - Surabaya)

    Perusahaan Bongkar Muat

    (PBM)

    Gudang Kabupaten

    1 truk gandeng =

    25 ton

    IVariabel

    12 orang

    Gudang Produsen Kabupaten

    (Lini 3)

    8 % sampling

    inspection

    Gudang

    DistributorKios Pupuk

    Gudang

    Gudang

    Kap. truk = 7 ton

    DO setiap 2 hari

    sekali

    10 orang

    Q

    10 orang

    Gudang Gudang

    Petani

    Purchase

    OrderUpdate Harian

    Mutasi Stok

    Update Harian

    Mutasi Stok Delivery

    Order

    Delivery

    Order

    & SPAP

    Forecast berdasarkan SK Mentri Pertanian

    Berita Acara Bongkar Muat

    SPAP

    0.42 jam

    Gudang Margo 40 - Surabaya BGR Sidoarjo Gudang Distributor Kios Pupuk Resmi

    Surat Jalan

    FIFO

    FIFO

    Pembongkaran

    1.98 jam

    Gudang truk gandeng = 25

    tonKapasitas BGR

    Sidoarjo = 3500 tonKios Pupuk

    2 orang

    12 orang

    10 orang

    24 jam

    Form RDKK

    Laporan RDKK

    IVariabel

    IVariabel

    48 jam

    Timbangan

    Pemuatan

    0.42 jam

    Gudang

    Kap. truk = 7 ton

    DO setiap 2 hari

    sekali

    10 orang

    FIFO

    IVariabel

    0.33 jam

    Q

    25 ton = 3.81 jam

    Pelabuhan dan Gudang Berlian

    Delivery Lead Time : 127.74 – 360 Jam

    Value Adding Time : 203.63 Jam Gambar 3.1 Big Picture Mapping Kabupaten

    Sidoarjo

    Pabrik Pengolahan

    (Lini I - Bontang)

    Pengantongan Penyimpanan Pemuatan Pembongkaran Inspeksi Penyimpanan Pemuatan Pembongkaran Penyimpanan Pembongkaran Penyimpanan dan

    Penyaluran Pupuk

    Berdasarkan RDKK

    24 - 72 jam48 – 168

    jam1.56 jam 1.25 jam0.25 jam

    72 - 120

    jam0.42 jam 1,28 jam 24 - 96 jam 0,25 jam 24 – 72

    jam

    KP Jatim

    SK3 (Surat Keterangan Kedatangan Kapal)

    3.81 jam 0.75 jam 1.98 jam 96 jam 1.56 jam 1.25 jam0.25 jam 0.42 jam 1.28 jam 48 jam

    Pengiriman sesuai

    produksi

    4 Pabrik Pengolahan

    3 shift

    10 orang / shift

    175 ton / shift

    Pemuatan

    0.75 jam /

    shift

    Conveyor

    4 orang

    1 Truk = 25 tonKapasitas gudang in

    bag = 17.500 ton

    Gudang Produsen Provinsi

    (Lini 2 - Surabaya)

    Perusahaan Bongkar Muat

    (PBM)

    Gudang Kabupaten

    1 truk gandeng =

    25 ton

    IVariabel

    12 orang

    Gudang Produsen Kabupaten

    (Lini 3)

    8 % sampling

    inspection

    Gudang

    DistributorKios Pupuk

    Gudang

    Gudang

    Kap. truk = 7 ton

    DO setiap 2 hari

    sekali

    10 orang

    Q

    10 orang

    Gudang Gudang

    Petani

    Purchase

    OrderUpdate Harian

    Mutasi Stok

    Update Harian

    Mutasi Stok Delivery

    Order

    Delivery

    Order

    & SPAP

    Forecast berdasarkan SK Mentri Pertanian

    Berita Acara Bongkar Muat

    SPAP

    0.42 jam

    Gudang Margo 40 - Surabaya GPP Kediri Gudang Distributor Kios Pupuk Resmi

    Surat Jalan

    FIFO

    FIFO

    Pembongkaran

    1.98 jam

    Gudang truk gandeng = 25

    tonKap. GPP Kediri =

    6700 tonKios Pupuk

    2 orang

    12 orang

    10 orang

    96 jam

    Form RDKK

    Laporan RDKK

    IVariabel

    IVariabel

    48 jam

    Timbangan

    Pemuatan

    0.42 jam

    Gudang

    Kap. truk = 7 ton

    DO setiap 2 hari

    sekali

    10 orang

    FIFO

    IVariabel

    0.33 jam

    Q

    25 ton = 3.81 jam

    Gudang Berlian

    Delivery Lead Time : 200.16 – 432 Jam

    Processing Time : 300.05 Jam

    Stok Akhir = 16. 325

    ton

    Gambar 3.2 Big Picture Mapping Kabupaten Kediri

    Pabrik Pengolahan

    (Lini I - Bontang)

    Pengantongan Penyimpanan Pemuatan Inspeksi Pembongkaran Penyimpanan Pembongkaran Penyimpanan dan

    Penyaluran Pupuk

    Berdasarkan RDKK

    24 - 72 jam48 – 168

    jam1.56 jam0.25 jam 1,32 jam

    48 - 120

    jam0,40 jam 48 – 96

    jam

    KP Jatim

    SK3 (Surat Keterangan Kedatangan Kapal)

    Delivery Lead Time : 228.89 – 600 Jam

    Value Adding Time : 304.3 Jam

    3.81 jam 0.75 jam 1.98 jam 96 jam 1.56 jam 2.92 jam0.25 jam 1.42 jam 1.45 jam

    Pengiriman sesuai

    produksi

    4 Pabrik Pengolahan

    3 shift

    10 orang / shift

    175 ton / shift

    Pemuatan

    0.75 jam /

    shift

    Conveyor

    4 orang

    1 Truk = 25 tonKapasitas gudang in

    bag = 17.500 ton

    Gudang Produsen Provinsi

    (Lini 2 - Surabaya)

    Perusahaan Bongkar Muat

    (PBM)

    Gudang Kabupaten

    1 truk gandeng =

    25 ton

    IVariabel

    12 orang

    Gudang Produsen Kabupaten

    (Lini 3)

    8 % sampling

    inspection

    DistributorKios Pupuk

    Q

    10 orang

    Gudang Gudang

    Petani

    Purchase

    OrderUpdate Harian

    Mutasi StokUpdate Harian

    Mutasi Stok

    Delivery

    Order

    Delivery

    Order

    & SPAP

    Forecast berdasarkan SK Mentri Pertanian

    Berita Acara Bongkar Muat

    SPAP

    120 jam

    Gudang Margo 40 - Surabaya Gudang Distributor Kios Pupuk Resmi

    Surat Jalan

    FIFO

    Pembongkaran

    1.98 jam

    GudangKios Pupuk

    2 orang

    10 orang

    Form RDKK

    Laporan RDKK

    IVariabel

    1.32 jam

    Timbangan

    Pemuatan

    0.42 jam

    Gudang

    Kap. truk = 7 ton

    10 orang

    FIFO

    IVariabel

    0.42 jam

    Q

    25 ton = 3.81 jam

    Pembongkaran

    Bak 1Penyimpanan

    Kap. BGR Sidoharjo

    = 1500 ton

    Pemuatan

    1.42 jam48 - 144

    jam0.42 jam

    GudangGudang

    Gudang

    Kap. truk = 7 ton

    DO setiap 2 hari

    sekali

    10 orang

    BGR Sidoharjo

    FIFO

    truk gandeng = 25

    ton

    IVariabel

    Transit (Bak 2

    Menunggu)

    2.92 jam

    Gudang

    Ponorogo

    Pelabuhan dan Gudang Berlian Gudang

    Ponorogo

    FIFOStok Akhir = 16.325

    ton

    Pembongkaran

    Bak 2

    1.45 jam

    Gudang

    truk gandeng = 25

    ton

    10 orang

    72 jam72 jam

    10 orang

    0.40 jam0.42 jam

    Gambar 3.3 Big Picture Mapping Kabupaten

    Pacitan Gudang Kabupaten (Lini III)

    Forecasting

    berdasarkan SK Mentan

    per Kabupaten

    Perusahaan Bongkar Muat Gudang Provinsi (Lini II) Distributor (Lini IV)

    Pengiriman

    Purchase

    Order

    Penerbitan Berita

    Acara Muat

    Pabrik Pengolahan (Lini I)

    Penerimaan Berita

    Acara Bongkar Muat

    Penerimaan DO, Faktur,

    dan Faktur Pajak

    Penerimaan DO, Faktur,

    dan Faktur Pajak

    Penerbitan Barita

    Acara Muat

    Kios Pupuk

    Form RDKK dari

    Kelompok Tani

    Bagian Penjualan

    YES

    Penerbitan Surat

    Perjanjian Jual Beli

    (SPJB)

    Setuju

    NO

    Valid

    YES

    NO

    Penerbitan Delivery

    Order (DO)

    Penerimaan Validasi Bukti

    Transfer dari Bank

    Penerimaan

    Dokumen Pemuatan

    Permintaan dan Evaluasi

    Surat Permintaan Pupuk

    Bersubsidi

    Penerbitan Surat

    Konfirmasi Persetujuan

    Pembelian (SKPP)

    Penerimaan Bukti

    Transfer

    Pemeriksaan

    Bukti Transfer

    Penerbitan Faktur Penjualan

    dan Faktur Pajak

    Penerimaan Berita Acara

    Penerimaan Barang

    Penerimaan Surat

    Perintah Angkut Pupuk

    (SPAP) ke Lini II

    Surat Konfirmasi

    Keberangkatan Kapal

    (SK3)

    Bill of Loading (BL)

    dan Cargo Manifest

    Penerimaan

    RDKK dari Kios

    Resmi

    Penerimaan Faktur

    Penjualan

    dan

    Faktur Pajak

    Delivery Order

    Bagian Pergudangan

    Penerbitan Berita

    Acara Bongkar Muat

    Penerbitan Surat Perintah

    Angkut Pupuk (SPAP) ke

    Lini II

    Gudang Curah

    (Berlian)

    Pemeriksaan Posisi Stok

    akhir melalui SIDIK setiap

    hari

    Penerbitan Surat Perintah

    Angkut Pupuk (SPAP) ke

    Lini II & Lini III

    Laporan Posisi Stok

    Administrasi Pupuk

    Persetujuan SKPP

    Gudang Distributor

    (Lini IV)

    Berita Acara Hasil

    Pengantongan

    Berita Acara Bongkar

    Gudang Penerima

    Penerimaan Surat

    Perintah Angkut Pupuk

    (SPAP) ke Lini III

    Berita Acara Bongkar

    Gudang Penerima

    Gambar 3.4 Aliran Informasi untuk Tiga Kabupaten

    Berdasarkan data aliran informasi dan aliran

    fisik dapat diketahui aktivitas pendistribusian

    pupuk urea bersubsidi. Adapun proses

    penyaluran ke 3 kabupaten secara umum

    dipaparkan sebagai berikut :

  • 5

    Tabel 3.1 Identifikasi Aktivitas pada Order Fulfillment Process Urea Bersubsidi di Tiga Kabupaten

    Berdasarkan detail aktivitas keseluruhan proses

    delivery diatas diketahui untuk persentasi aktivitas

    di kabupaten Sidoarjo dan kabupaten Kediri

    didapatkan sebesar 10.94% merupakan value

    adding activity, 31.25% merupakan necessary but

    non value adding activity, dan 57.81%

    merupakan non value adding activity. Sedangkan

    untuk persentasi aktivitas di kabupaten Pacitan

    didapatkan sebesar 11.76% merupakan value

    adding activity, 31.25% merupakan necessary but

    non value adding activity, dan 57.81%

    merupakan non value adding activity.

    3.3 Pembuatan Process Activity Mapping

    Process Activity Mapping merupakan tool yang

    digunakan untuk memetakan keseluruhan

    aktivitas dalam sistem amatan secara detail

    termasuk di dalamnya aliran fisik dan aliran

    informasi yang terjadi, waktu yang diperlukan

    untuk setiap aktivitas, jarak yang ditempuh dan

    banyaknya pekerja yang bekerja dalam sistem

    tersebut. berikut adalah ringkasan hasil process

    activity mapping untuk masing-masing

    kabupaten amatan : Tabel 3.2 Ringkasan Hasil Process Activity Mapping

    Penyaluran Pupuk Urea Bersubsidi – Kabupaten Sidoarjo

    Operation Transportation Inspection Storage Delay

    Jumlah Aktivitas 7 18 2 4 39

    Total Waktu (Jam) 3,20 11,39 0,06 192 3,42

    Total (%) Value Added Time 1,72% 5,39% 0,24% 91,09% 1,56%

    Total (%) Value Activities 11,11% 23,81% 1,59% 6,35% 57,14%

    Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Process Activity Mapping

    Penyaluran Pupuk Urea Bersubsidi – Kabupaten Kediri

    Operation Transportation Inspection Storage Delay

    Jumlah Aktivitas 7 17 2 4 40

    Total Waktu (Jam) 3,60 13,05 0,50 288 4,52

    Total (%) Value Added Time 1,16% 4,22% 0,16% 93,00% 1,46%

    Total (%) Value Activities 10,00% 24,29% 2,86% 5,71% 57,14%

    Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Process Activity Mapping

    Penyaluran Pupuk Urea Bersubsidi – Kabupaten Pacitan

    Operation Transportation Inspection Storage Delay

    Jumlah Aktivitas 8 21 2 5 45

    Total Waktu (Jam) 3,72 24,87 0,50 360 4,12

    Total (%) Value Added Time 0,95% 6,33% 0,13% 91,56% 1,05%

    Total (%) Value Activities 10,00% 26,25% 1,25% 6,25% 56,25%

    3.4 Pembuatan Model Simulasi

    Dari Permodelan sistem pada pengamatan ini

    digambarkan dengan software Arena dengan

    tujuan untuk mendapatkan model kondisi sistem

    pada penyaluran pupuk urea bersubsidi. Hal ini

    bertujuan pula untuk menganalisa kondisi sistem

    penyaluran yang berlangsung di 3 kabupaten di

    Jawa Timur yakni Sidoarjo, Kediri dan Pacitan,

    guna memudahkan penelitian terhadap sistem

    dan memperbaiki sistem penyaluran yang ada.

    Bentuk model simulasi Arena untuk sistem

    penyaluran pupuk bersubsidi di tiga kabupaten

    ditunjukkan gambar penyaluran pada kabupaten

    Sidoarjo sebagai perwakilan dari penyaluran di

    tiga kabupaten amatan :

    Gambar 3.5 Proses Pengantongan di Gudang Berlian

  • 6

    Gambar 3.6 Penyaluran ke Gudang Lini 2

    Gambar 3.7 Penyaluran ke Gudang Lini 3

    Gambar 3.8 Penyaluran ke Gudang Lini 4

    Gambar 3.9 Penyaluran ke Kios Pupuk

    3.4.1 Running Awal Model Simulasi

    Setelah melalui proses uji distribusi, model

    simulasi yang dibuat dapat di-running dengan

    durasi infinite (tak terbatas). Jumlah replikasi

    awal yang digunakan adalah 10 replikasi.

    3.4.2 Verifikasi Model

    Verifikasi model adalah tahapan untuk

    memastikan apakah model yang dibuat sudah

    berjalan sesuai dengan persepsi pembuat model

    dengan melakukan checking error pada software

    Arena. Bila terjadi error, maka logika modul

    dari simulasi yang dibuat belum sepenuhnya

    benar. Untuk itu perlu dilakukan analisa dari

    setiap proses yang terjadi kedetailan model

    simulasi dapat membuat model tersebut error

    oleh karena keterbatasan dari software itu

    sendiri, sehingga model dibuat lebih general

    tanpa mengesampingkan keakuratan.

    3.4.3 Validasi Model

    Validasi model adalah tahap pengujian model,

    apakah model sudah mampu mewakili atau

    menggambarkan sistem nyata dan sudah benar.

    Validasi terhadap model dilakukan dengan

    pengujian terhadap lama waktu pengiriman ke

    sitiap kabupaten. Pengujian dilakukan dengan

    membandingkan hasil output real systen dengan

    output model Arena dengan menggunakan

    metode Welch Confidence Interval dimana

    Hipotesa untuk validasi ini adalah :

    Masing – masing populasi (simulated

    system) saling bebas dan berdistribusi

    normal, baik dalam populasi maupun antar

    populasi. Jumlah sampel pada masing-masing

    populasi (n1) dan (n2) tidak harus sama. Variansi antar populasi 1 dengan populasi 2

    tidak harus sama

    Dari perhitungan dengan metode Welch

    didapatkan nilai confidence interval untuk

    masing-masing kabupaten adalah : a. Sidoarjo

    b. Kediri

    c. Pacitan

    Dari hasil tersebut dapat ditarik keputusan

    terima Ho, karena nilai 0 berada pada rentang

    . Dengan demikian dapat ditarik

    kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan

    yang signifikan antara output model simulasi

    dengan kondisi real system.

    3.4.4 Perhitungan Jumlah Replikasi

    Setelah Langkah awal yang dilakukan untuk

    menentukan seberapa banyak jumlah replikasi

  • 7

    yang dibutuhkan adalah dengan terlebih dahulu

    melakukan running simulasi dengan replikasi

    sebanyak 10 kali untuk mendapatkan error dan

    standar deviasi. Dari hasil perhitungan dengan

    metode absolute banyaknya replikasi untuk tiga

    kabupaten dengan error yang akan ditanggung

    sebesar nilai half width-nya dan selang

    kepercayaan 95% adalah masing-masing

    sebanyak 3 kali.

    3.4.5 Eksperimen Skenario Perbaikan

    Eksperimen skenario perbaikan dilakukan

    dengan cara membuat Standard Operation

    Procedure (SOP) dengan tujuan agar setiap

    order yang datang dapat langsung dipenuhi untuk

    mencegah terjadinya kelangkaan pupuk, dengan

    demikian waktu simpan pupuk di gudang akan

    menjadi lebih singkat. Stok yang berada di

    gudang hanya boleh tersimpan hingga batas

    simpan minimum yang sudah berlaku di tiap

    gudang. Adapun SOP yang dibuat adalah : Melakukan pengiriman pupuk dari gudang

    lini 2 (Margo 40) ke gudang lini 3

    (kabupaten) dengan mengganti kapasitas

    truk yang digunakan. Truk awal

    berkapasitas 35 ton digunakan untuk satu

    kali pengangkutan dalam sehari, diganti

    dengan 2 truk berkapasitas 25 ton yang

    digunakan untuk satu kali pengangkutan

    dalam sehari.

    Membuat policy untuk proses-proses yang

    tidak memberikan nilai tambah untuk

    dikerjakan secara paralel (overlapping).

    Policy ini berupa pemberlakuan pengerjaan

    aktivitas yang dapat dikerjakan secara

    bersamaan tanpa menunggu satu pekerjaan

    selesai. Sebagai contoh ; aktivitas

    menempatkan truk, membuka terpal,

    menyiapkan tempat penataan pupuk, dan

    memasang pallet (alas pupuk) adalah

    aktivitas yang tidak bernilai tambah dan

    tidak dapat dihilangkan namun dapat

    direduksi dengan dikerjakan sewaktu

    menunggu pembongkaran pupuk untuk

    diturunkan dari truk menuju ke gudang.

    Penambahan resource (TKBM) sebanyak

    masing-masing 1 orang pada setiap proses

    pembongkaran dan pemuatan pupuk di

    gudang lini 2, lini 3 dan distributor.

    Menggabungkan antara skenario 1 dan

    skenario 2.

    Rangkuman output simulasi rata-rata lead time

    dan waiting time, dan penurunan inventory

    untuk ketiga kabupaten amatan dapat dilihat

    pada tabel dibawah ini.

    Tabel 3.5 Output Existing Model dan Skenario Perbaikan

    dilihat dari Segi Lead Time, Waiting Time dan Inventory–

    Kabupaten Sidoarjo Existing Perbaikan 1 Perbaikan 2 Perbaikan 3 Perbaikan 4

    Lead Time 210.173 108.003 111.203 113.900 105.643Waiting Time 4915.7 2439.9 2479.800 2439.700 2440.600Inventory 19548.33 19340.33 19550.000 19549.667 19340.33

    ExistingPerbaikan

    1Perbaikan

    2Perbaikan

    3Perbaikan

    4

    Lead Time 210.173 108.003 111.203 113.900 105.643

    0.000

    50.000

    100.000

    150.000

    200.000

    250.000

    Wak

    tu (

    Jam

    )

    Lead Time

    Gambar 3.10 Grafik Perbandingan Lead Time Tiap

    Skenario – Kabupaten Sidoarjo

    ExistingPerbaikan

    1Perbaikan

    2Perbaikan

    3Perbaikan

    4

    Waiting Time 4915.7 2439.9 2479.800 2439.700 2440.600

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    Wak

    tu (

    Jam

    )

    Waiting Time

    Gambar 3.11 Grafik Perbandingan Waiting Time Tiap

    Skenario – Kabupaten Sidoarjo

    ExistingPerbaikan

    1Perbaikan

    2Perbaikan

    3Perbaikan

    4

    Inventory 19548.33 19340.33 19550.000 19549.667 19340.33

    19200.00

    19250.00

    19300.00

    19350.00

    19400.00

    19450.00

    19500.00

    19550.00

    19600.00

    Ton

    Inventory

    Gambar 3.12 Grafik Perbandingan Inventory Tiap

    Skenario – Kabupaten Sidoarjo

  • 8

    Tabel 3.6 Output Existing Model dan Skenario Perbaikan

    dilihat dari Segi Lead Time, Waiting Time dan Inventory–

    Kabupaten Kediri Existing Perbaikan 1 Perbaikan 2 Perbaikan 3

    Lead Time 308,253 182,780 185,847 187,713

    Waiting Time 3707,067 1841,533 1973,933 1908,033

    Inventory 19340,0 19041,0 19341 19341

    ExistingPerbaikan

    1Perbaikan

    2Perbaikan

    3Perbaikan

    4

    Lead Time 308.253 182.780 185.847 187.713 180.580

    0.000

    50.000

    100.000

    150.000

    200.000

    250.000

    300.000

    350.000

    Wak

    tu (

    Jam

    )

    Lead Time

    Gambar 3.13 Grafik Perbandingan Lead Time Tiap

    Skenario – Kabupaten Kediri

    ExistingPerbaikan

    1Perbaikan

    2Perbaikan

    3Perbaikan

    4

    Waiting Time 3707.067 1841.533 1973.933 1908.033 1836.300

    0.000

    500.000

    1000.000

    1500.000

    2000.000

    2500.000

    3000.000

    3500.000

    4000.000

    Wak

    tu (

    Jam

    )

    Waiting Time

    Gambar 3.14 Grafik Perbandingan WaitingTime Tiap

    Skenario – Kabupaten Kediri

    ExistingPerbaikan

    1Perbaikan

    2Perbaikan

    3Perbaikan

    4

    Inventory 19340.0 19041.0 19341 19341 19041

    18850.018900.018950.019000.019050.019100.019150.019200.019250.019300.019350.019400.0

    Ton

    Inventory

    Gambar 3.15 Grafik Perbandingan Inventory Tiap

    Skenario – Kabupaten Kediri

    Tabel 3.7 Output Existing Model dan Skenario Perbaikan

    dilihat dari Segi Lead Time, Waiting Time dan Inventory–

    Kabupaten Pacitan Existing Perbaikan 1 Perbaikan 2 Perbaikan 3 Perbaikan 4

    Lead Time 391.84 266.52 269.54 268.707 263.98

    Waiting Time 3742.00 1839.53 1894.53 1948.567 1839.53

    Inventory 19040 18742 19041 19042 18741.667

    ExistingPerbaikan

    1Perbaikan

    2Perbaikan

    3Perbaikan

    4

    Lead Time 391.84 266.52 269.54 268.707 263.98

    0.00

    50.00

    100.00

    150.00

    200.00

    250.00

    300.00

    350.00

    400.00

    450.00

    Wa

    ktu

    (Ja

    m)

    Lead Time

    Gambar 3.16 Grafik Perbandingan Lead Time Tiap

    Skenario – Kabupaten Pacitan

    ExistingPerbaikan

    1Perbaikan

    2Perbaikan

    3Perbaikan

    4

    Waiting Time 3742.00 1839.53 1894.53 1948.567 1839.53

    0.00

    500.00

    1000.00

    1500.00

    2000.00

    2500.00

    3000.00

    3500.00

    4000.00

    Wak

    tu (

    Jam

    )

    Waiting Time

    Gambar 3.17 Grafik Perbandingan Waiting Time Tiap

    Skenario – Kabupaten Pacitan

    ExistingPerbaikan

    1Perbaikan

    2Perbaikan

    3Perbaikan

    4

    Inventory 19040 18742 19041 19042 18741.667

    185501860018650187001875018800188501890018950190001905019100

    Ton

    Inventory

    Gambar 3.18 Grafik Perbandingan Inventory Tiap

    Skenario – Kabupaten Pacitan

    4 Analisa dan Pembahasan

    4.1 Analisa Big Picture Mapping

    1. Peroses bongkar – muat pupuk dari gudang

    pengantongan ke gudang lini 2 (Margo 40).

    Pupuk yang dikirimkan dari lini 1 ke

    lini 2 (Surabaya) biasanya berupa pupuk

    curah (in bulk) yang kemudian akan

    dilakukan proses lebih lanjut yakni proses

    pengantongan. Dari proses pengantongan

    ini, pupuk in bag akan dimuat ke gudang

    lini 2 untuk disimpan sebelum disalurkan ke

    gudang lini 3 (gudang kabupaten). Pada

    pengantongan pupuk, proses inspeksi

  • 9

    dilakukan dengan aturan 10 – 1, dimana

    setiap pengantongan 10 sak akan diambil 1

    sak sebagai sampel untuk dilakukan

    pemeriksaan terhadap kualitas jahitan

    karung serta berat bersih pupuk sesuai

    dengan batas toleransi yang diijinkan.

    Prosedur inspeksi ini dilakukan kembali

    saat pembongkaran pupuk di gudang lini 2.

    Adanya proses inspeksi yang berulang ini

    menyebabkan terjadinya ketidak- efisien-an

    dalam proses pengiriman.

    2. Lama waktu penyimpanan pupuk pun bersifat

    veriatif, hal tersebut disebabkan oleh

    permintaan yang berbeda-beda dari tiap

    kabupaten. Hal tersebut pula mengakibatkan

    pengiriman ke tiap kebupaten tidak selalu

    dalam satu waktu pengiriman yang sama.

    3. Proses bongkar – muat pupuk dari gudang

    lini 2 (provinsi) ke gudang lini 3 (kabupaten).

    Pupuk yang disalurkan ke gudang kabupaten

    sebagai pelaksana penyaluran pupuk ke

    distributor berasal dari gudang lini 2 (gudang

    provinsi). Pada proses pemuatan untuk ke

    tiga kabupaten memakan waktu yang sama

    namun terdapat perbedaan pada waktu

    pembongkaran di masing-masing kabupaten

    tersebut. Hal ini disebabkan oleh

    pengalokasian waktu untuk setiap aktivitas

    pembongkaran untuk 1 truk yang tidak

    memiliki standar waktu pengerjaan. Kondisi

    jalur transportasi juga menyebabkan

    perbedaan waktu pada proses pembongkaran

    pupuk tersebut. Untuk pemuatan ke

    kabupaten Pacitan, jalur pengiriman pupuk

    harus melewati kabupaten Ponorogo dan truk

    yang digunakan harus singgah selama waktu

    tertentu. Hal ini disebabkan oleh jalan menuju

    ke kabupaten Pacitan yang cukup terjal

    /curam, sehingga tidak memungkinkan untuk

    melakukan pengiriman dengan truk 2 gandeng

    (tronton). Dengan demikian bak gandengan

    truk akan dipisah terlebih dahulu dan

    dilakukan pengiriman secara bergantian.

    Karena alasan inilah terjadi pembongkaran

    pupuk sebanyak 2 kali.

    .2 Analisa Process Activity Mapping

    Berdasarkan hasil PAM untuk penyaluran di 3

    kabupaten diatas, tampak bahwa pemakaian

    waktu untuk non velue adding activity dan

    necessary non value adding jauh lebih besar

    dibandingkan dengan pamakaian waktu untuk

    value adding activity. Pemborosan yang

    diidentifikasi adalah delay/waiting yang

    dikarenakan oleh keberadaan aktivitas-aktivitas

    yang tidak memberikan nilai tambah dan

    aktivitas pembongkaran pupuk dari truk yang

    harus menunggu kesiapan dokumen dari proses

    delivery pupuk tersebut, pemborosan storage

    disebabkan oleh pengiriman pupuk dari gudang

    pengatongan (Gudang Berlian) ke gudang lini 2

    (Gudang Margo 40) dilakukan berdasarkan

    produksi harian, dan pemborosan transportation

    disebabkan oleh keberadaan tiga gudang serta

    kios yang berbeda memerlukan aktivitas

    transportasi serta operasional pergudangan yang

    berlebihan.

    Untuk keseluruhan aktivitas transportasi di tiga

    kabupaten diatas terbagi ke dalam dua jenis

    transportasi yakni internal transportation dan

    external transportation. Internal transportation

    merupakan perpindahan pupuk yang masih

    dalam ruang lingkup gudang. Pada gudang-

    gudang produsen di lini 2 terjadi penyimpanan

    stok di luar gudang (open storage) akibat

    kapasitas gudang yang tidak dapat meng-cover

    keseluruhan stok pupuk tersebut. Dengan

    menerapkan sistem FIFO (First In First Out)

    untuk pengeluaran pupuk dari gudang, maka

    stok pupuk yang lebih lama tersimpan didalam

    gudang adalah pupuk yang mendapat prioritas

    untuk dipindahkan/dikeluarkan terlebih dulu,

    dengan demikian aktivitas pemindahan pupuk

    open storage ke dalam gudang dapat dilakukan.

    Sedangkan external transportation merupakan

    perpindahan pupuk antargudang yakni dari lini 2

    (gudang produsen tingkat provinsi) ke lini 3

    (gudang produsen tingkat kabupaten), dari lini 3

    ke lini 4 (gudang distributor), dan dari lini 4 ke

    kios pupuk. Untuk internal transportation

    dilakukan secara manual yakni menggunakan

    tenaga manusia (Tenaga Kerja Bongkar Muat).

    Sedangkan untuk external transportation,

    pengiriman dari lini 2 ke lini 3 biasanya

    digunakan truk gandeng berkapasitas angkut 25

    ton dengan tujuan untuk meminimalkan biaya

    pengangkutan. Sedangkan pengiriman dari lini 4

    ke kios pupuk biasanya digunakan truk

    berkapasitas 7 ton karena tonase pemesanan

    pupuk yang kecil dan jarak tempuh yang reatif

    dekat.

  • 10

    4.3 Analisa Existing Model Terhadap

    Skenario Perbaikan untuk Matrik Lead Time

    Distribusi di Tiga Kabupaten

    Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yakni

    mengurangi lead time, waiting time, dan

    inventory yang berlebih di gudang Margo 40,

    perbaikan yang akan dilakukan dianalisa dari

    segi lead time. Perbedaan rata-rata lead time

    untuk setiap skenario perbaikan dengan model

    existing saat ini di tiga kabupaten amatan akan

    dijelaskan sebagai berikut :

    Sidoarjo

    Untuk skenario perbaikan 1 dilakukan

    pembuatan SOP pengiriman dengan ukuran lot

    yang lebih kecil yakni menggunakan truk

    berkapasitas 25 ton terjadi penurunan lead time

    selama 102 jam. Untuk skenario perbaikan 2

    dengan melakukan overlapping pada aktivitas

    bongkar-muat, terjadi penurunan lead time

    sebesar 99 jam Untuk skenario perbaikan 3

    dengan menambah TKBM sebanyak masing-

    masing 1 orang di tiap proses pembongkaran dan

    pemuatan ke gudang baik di lini 2 (Margo 40),

    lini 3 (BGR Sidoarjo), dan lini 4 (distributor)

    mampu menurunkan lead time sebesar 96 jam.

    Dan untuk skenario perbaikan 4 yakni

    penggabungan antara skenario 1 dan skenario 2

    mampu menurunkan lead time selama 105 jam.

    Berdasarkan analisa dari ketiga skenario

    perbaikan dengan model saat ini didapatkan

    skenario 4 yang memberikan penurunan lead

    time terbesar . Skenario perbaikan 1 menurunkan

    lead time sebesar 48.61%, skenario 2

    menurunkan lead time sebesar 47.09%, skenario

    perbaikan 3 menurunkan lead time sebesar

    45.81% dan skenario perbaikan 4 menurunkan

    lead time sebesar 49.74%

    Kediri

    Untuk skenario perbaikan 1 dilakukan terjadi

    penurunan lead time selama 125 jam. Untuk

    skenario perbaikan 2 terjadi penurunan lead time

    sebesar 122 jam. Untuk skenario perbaikan 3

    mampu menurunkan lead time sebesar 121 jam.

    Dan untuk skenario perbaikan 4 mampu

    menurunkan lead time selama 128 jam.

    Berdasarkan analisa dari ketiga skenario

    perbaikan dengan model saat ini didapatkan

    skenario 4 yang memberikan penurunan lead

    time terbesar. Skenario perbaikan 1 menurunkan

    lead time sebesar 40.70%, skenario perbaikan 2

    menurunkan lead time sebesar 39.71%, skenario

    perbaikan 3 menurunkan lead time sebesar

    39.10%, dan skenario perbaikan 4 menurunkan

    lead time sebesar 41.42%

    Pacitan

    Untuk skenario perbaikan 1 dilakukan

    pembuatan SOP pengiriman dengan ukuran lot

    yang lebih kecil terjadi penurunan lead time

    selama 125 jam. Untuk skenario perbaikan 2

    terjadi penurunan lead time sebesar 122 jam.

    Untuk skenario perbaikan 3 mampu menurunkan

    lead time sebesar 123 jam. Dan untuk skenario

    perbaikan 4 mampu menurunkan lead time

    selama 128 jam.

    Berdasarkan analisa dari ketiga skenario

    perbaikan dengan model saat ini didapatkan

    skenario 4 yang memberikan penurunan lead

    time terbesar. Skenario perbaikan 1 menurunkan

    lead time sebesar 31.98%, skenario perbaikan 2

    menurunkan lead time sebesar 31.21%, skenario

    perbaikan 3 menurunkan lead time sebesar

    31,42%, dan skenario perbaikan 4 menurunkan

    lead time sebesar 32.63%.

    4.4 Analisa Existing Model Terhadap

    Skenario Perbaikan untuk Matrik Waiting

    Time Distribusi di Tiga Kabupaten

    Analisa selanjutnya pada model existing dan

    skenario perbaikan adalah dari segi waiting time.

    Berikut akan dijelaskan untuk masing-masing

    kabupaten amatan.

    Sidoarjo

    Dari grafik perbandingan waiting time pada bab

    sebelumnya, untuk skenario perbaikan 1 yakni

    mengganti ukuran lot pengiriman yang lebih

    kecil, didapatkan penurunan waiting time

    sebesar 50.37%. Sementara untuk skenario

    perbaikan 2 yakni melakukan pengerjaan untuk

    aktivitas yang tidak bernilai tambah secara

    paralel, didapatkan penurunan waiting time

    sebesar 49.55%. Untuk skenario perbaikan 3

    yakni menambah jumlah TKBM masing-masing

    1 orang pada setiap aktivitas bongkar muat di

    setiap gudang baik di gudang lini 2, lini 3, dan

    lini 4, didapatkan penurunan waiting time

    sebesar 48.20%. Dan untuk skenario perbaikan 4

    yakni melakukan penggabungan antara skenario

    perbaikan 1 dan 2 didapatkan penurunan waiting

    time sebesar 50.53%

    Berdasarkan analisa dari ketiga skenario

    perbaikan dengan model saat ini didapatkan

  • 11

    skenario 4 yang memberikan penurunan waiting

    time terbesar.

    Kediri

    Dari grafik perbandingan waiting time untuk

    skenario perbaikan 1 didapatkan penurunan

    waiting time sebesar 50.32%. Sementara untuk

    skenario perbaikan 2 didapatkan penurunan

    waiting time sebesar 46.75%. Untuk skenario

    perbaikan 3 didapatkan penurunan waiting time

    sebesar 48.53%. Dan untuk skenario perbaikan 4

    didapatkan penurunan waiting time sebesar

    50.46%.

    Berdasarkan analisa dari ketiga skenario

    perbaikan dengan model saat ini didapatkan

    skenario 4 yang memberikan penurunan waiting

    time terbesar.

    Pacitan

    Dari grafik perbandingan waiting time untuk

    skenario perbaikan 1 didapatkan penurunan

    waiting time sebesar 50.84%. Sementara untuk

    skenario perbaikan 2 didapatkan penurunan

    waiting time sebesar 49.37%. Untuk skenario

    perbaikan 3 didapatkan penurunan waiting time

    sebesar 47.93%. Dan untuk skenario perbaikan 4

    didapatkan penurunan waiting time sebesar

    50.84%.

    Berdasarkan analisa dari ketiga skenario

    perbaikan dengan model saat ini didapatkan

    skenario 4 yang memberikan penurunan waiting

    time terbesar.

    4.5 Analisa Existing Model Terhadap

    Skenario Perbaikan untuk Matrik Inventory

    Distribusi di Tiga Kabupaten

    Analisa selanjutnya pada model existing dan

    skenario perbaikan adalah dari segi inventory.

    Berikut akan dianalisa

    Sidoarjo

    Dari grafik perbandingan inventory untuk

    skenario perbaikan 1 didapatkan penurunan

    jumlah inventory sebesar 1,064%. Sementara

    untuk skenario perbaikan 2 didapatkan

    penurunan inventory sebesar 0.01%. Untuk

    skenario perbaikan didapatkan penurunan

    inventory sebesar 0.007%. Dan untuk skenario

    perbaikan 4 didapatkan penurunan inventory

    sebesar 1,064%.

    Berdasarkan analisa dari ketiga skenario

    perbaikan dengan model saat ini didapatkan

    skenario 1 dan 4 yang memberikan penurunan

    inventory terbesar.

    Kediri

    Dari grafik perbandingan inventory untuk

    skenario perbaikan 1 didapatkan penurunan

    jumlah inventory sebesar 1,55%. Sementara

    untuk skenario perbaikan 2 didapatkan

    penurunan inventory sebesar 0.01%. Untuk

    skenario perbaikan 3 didapatkan penurunan

    inventory sebesar 0,01%. Dan untuk skenario

    perbaikan 4 didapatkan penurunan inventory

    sebesar 1,55%.

    Berdasarkan analisa dari ketiga skenario

    perbaikan dengan model saat ini didapatkan

    skenario 1 dan 4 yang memberikan penurunan

    inventory terbesar.

    Pacitan

    Dari grafik perbandingan inventory untuk

    skenario perbaikan 1 didapatkan penurunan

    jumlah inventory sebesar 1,57%. Sementara

    untuk skenario perbaikan 2 didapatkan

    penurunan inventory sebesar 0.01%. Untuk

    skenario perbaikan 3 didapatkan penurunan

    inventory sebesar 0.01%. Dan untuk skenario

    perbaikan 4 didapatkan penurunan inventory

    sebesar 1,57%.

    Berdasarkan analisa dari ketiga skenario

    perbaikan dengan model saat ini didapatkan

    skenario 1 dan 4 yang memberikan penurunan

    inventory terbesar.

    Dapat disimpulkan bahwa penurunan inventory

    tidak signifikan karena pada dasarnya

    penyaluran pupuk diperuntukkan bagi 28

    kabupaten di Jawa Timur.

    4.6 Komparasi Sistem

    Tujuan dari komparasi sistem adalah untuk

    membandingkan apakah skenario yang dibuat

    lebih baik dari sistem yang sudah ada ataupun

    membandingkan beberapa skenario yang

    diusulkan agar dapat diketahui skenario mana

    yang paling baik untuk digunakan. Pendekatan

    yang digunakan untuk membandingkan lebih dari

    dua alternatif perbaikan yakni model exsisting,

    perbaikan 1, perbaikan 2, perbaikan 3 dan

    perbaikan 4 adalah dengan menggunakan

    pendekatan ANOVA.

    Untuk melakukan komparasi terhadap sistem

    tersebut maka digunakan bantuan software SPSS

    13.0 for Windows dengan melakukan pengujian

    One-Way ANOVA, dengan tujuan untuk

    mengetahui apakah terdapat perbedaan variansi

  • 12

    antara model existing dengan skenario-skenario

    perbaikan yang telah disimulasikan.

    4.6.1 Analisa Signifikansi untuk Lead Time di

    Tiga Kabupaten Amatan

    Untuk mengetahui skenario mana yang paling

    baik, digunakan pendekatan uji Bonferroni yang

    dapat dilihat pada tabel 4.1 Bila significance

    levelnya > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan

    yang signifikan (terima H0). Sidoarjo

    Multiple Comparisons

    Dependent Variable: LTSda

    Bonf erroni

    102.17000* .17490 .000 101.5436 102.7964

    98.97000* .17490 .000 98.3436 99.5964

    96.27333* .17490 .000 95.6469 96.8997

    104.53000* .17490 .000 103.9036 105.1564

    -102.17000* .17490 .000 -102.7964 -101.5436

    -3.20000* .17490 .000 -3.8264 -2.5736

    -5.89667* .17490 .000 -6.5231 -5.2703

    2.36000* .17490 .000 1.7336 2.9864

    -98.97000* .17490 .000 -99.5964 -98.3436

    3.20000* .17490 .000 2.5736 3.8264

    -2.69667* .17490 .000 -3.3231 -2.0703

    5.56000* .17490 .000 4.9336 6.1864

    -96.27333* .17490 .000 -96.8997 -95.6469

    5.89667* .17490 .000 5.2703 6.5231

    2.69667* .17490 .000 2.0703 3.3231

    8.25667* .17490 .000 7.6303 8.8831

    -104.53000* .17490 .000 -105.1564 -103.9036

    -2.36000* .17490 .000 -2.9864 -1.7336

    -5.56000* .17490 .000 -6.1864 -4.9336

    -8.25667* .17490 .000 -8.8831 -7.6303

    (J) Skenario

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    (I) Skenario

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    Mean

    Dif f erence

    (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

    95% Conf idence Interval

    The mean dif ference is signif icant at the .05 level.*.

    Kediri

    Multiple Comparisons

    Dependent Variable: LTKdr

    Bonf erroni

    125.47333* .15891 .000 124.9042 126.0425

    122.40667* .15891 .000 121.8375 122.9758

    120.54000* .15891 .000 119.9709 121.1091

    127.67333* .15891 .000 127.1042 128.2425

    -125.47333* .15891 .000 -126.0425 -124.9042

    -3.06667* .15891 .000 -3.6358 -2.4975

    -4.93333* .15891 .000 -5.5025 -4.3642

    2.20000* .15891 .000 1.6309 2.7691

    -122.40667* .15891 .000 -122.9758 -121.8375

    3.06667* .15891 .000 2.4975 3.6358

    -1.86667* .15891 .000 -2.4358 -1.2975

    5.26667* .15891 .000 4.6975 5.8358

    -120.54000* .15891 .000 -121.1091 -119.9709

    4.93333* .15891 .000 4.3642 5.5025

    1.86667* .15891 .000 1.2975 2.4358

    7.13333* .15891 .000 6.5642 7.7025

    -127.67333* .15891 .000 -128.2425 -127.1042

    -2.20000* .15891 .000 -2.7691 -1.6309

    -5.26667* .15891 .000 -5.8358 -4.6975

    -7.13333* .15891 .000 -7.7025 -6.5642

    (J) Skenario

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    (I) Skenario

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    Mean

    Dif f erence

    (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

    95% Conf idence Interval

    The mean dif ference is signif icant at the .05 level.*.

    Pacitan Multiple Comparisons

    Dependent Variable: LTPctn

    Bonf erroni

    125.32333* .16842 .000 124.7202 125.9265

    122.30333* .16842 .000 121.7002 122.9065

    123.13333* .16842 .000 122.5302 123.7365

    123.13333* .16842 .000 122.5302 123.7365

    -125.32333* .16842 .000 -125.9265 -124.7202

    -3.02000* .16842 .000 -3.6232 -2.4168

    -2.19000* .16842 .000 -2.7932 -1.5868

    -2.19000* .16842 .000 -2.7932 -1.5868

    -122.30333* .16842 .000 -122.9065 -121.7002

    3.02000* .16842 .000 2.4168 3.6232

    .83000* .16842 .006 .2268 1.4332

    .83000* .16842 .006 .2268 1.4332

    -123.13333* .16842 .000 -123.7365 -122.5302

    2.19000* .16842 .000 1.5868 2.7932

    -.83000* .16842 .006 -1.4332 -.2268

    .00000 .16842 1.000 -.6032 .6032

    -123.13333* .16842 .000 -123.7365 -122.5302

    2.19000* .16842 .000 1.5868 2.7932

    -.83000* .16842 .006 -1.4332 -.2268

    .00000 .16842 1.000 -.6032 .6032

    (J) Skenario

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    (I) Skenario

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    Mean

    Dif f erence

    (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

    95% Conf idence Interval

    The mean dif ference is signif icant at the .05 level.*.

    Dilihat dari hasil uji Bonferroni diatas,

    didapatkan lead time untuk skenario perbaikan

    1, 2, 3 dan 4 dengan model existing untuk tiga

    kabupaten terdapat perbedaan yang signifikan.

    Dapat disimpulkan, keempat skenario diatas

    lebih baik dari model existing, sehingga untuk

    mereduksi lead time pada proses distribusi di

    kabupaten ini dapat digunakan keempat skenario

    perbaikan diatas.

    4.6.2 Analisa Signifikansi untuk Waiting Time

    di Tiga Kabupaten Amatan Sidoarjo

    Multiple Comparisons

    Dependent Variable: WaitTimeSda

    Bonf erroni

    2475.80000* 36.57566 .000 2344.8077 2606.7923

    2435.90000* 36.57566 .000 2304.9077 2566.8923

    2369.33333* 36.57566 .000 2238.3410 2500.3256

    2475.10000* 36.57566 .000 2344.1077 2606.0923

    -2475.8000* 36.57566 .000 -2606.7923 -2344.8077

    -39.90000 36.57566 1.000 -170.8923 91.0923

    -106.46667 36.57566 .155 -237.4590 24.5256

    -.70000 36.57566 1.000 -131.6923 130.2923

    -2435.9000* 36.57566 .000 -2566.8923 -2304.9077

    39.90000 36.57566 1.000 -91.0923 170.8923

    -66.56667 36.57566 .988 -197.5590 64.4256

    39.20000 36.57566 1.000 -91.7923 170.1923

    -2369.3333* 36.57566 .000 -2500.3256 -2238.3410

    106.46667 36.57566 .155 -24.5256 237.4590

    66.56667 36.57566 .988 -64.4256 197.5590

    105.76667 36.57566 .161 -25.2256 236.7590

    -2475.1000* 36.57566 .000 -2606.0923 -2344.1077

    .70000 36.57566 1.000 -130.2923 131.6923

    -39.20000 36.57566 1.000 -170.1923 91.7923

    -105.76667 36.57566 .161 -236.7590 25.2256

    (J) Skenario

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    (I) Skenario

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    Mean

    Dif f erence

    (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

    95% Conf idence Interval

    The mean dif ference is signif icant at the .05 level.*.

  • 13

    Kediri Multiple Comparisons

    Dependent Variable: WaitTimeKdr

    Bonf erroni

    1865.53333* 70.15958 .000 1614.2634 2116.8033

    1733.13333* 70.15958 .000 1481.8634 1984.4033

    1799.03333* 70.15958 .000 1547.7634 2050.3033

    1870.76667* 70.15958 .000 1619.4967 2122.0366

    -1865.5333* 70.15958 .000 -2116.8033 -1614.2634

    -132.40000 70.15958 .885 -383.6700 118.8700

    -66.50000 70.15958 1.000 -317.7700 184.7700

    5.23333 70.15958 1.000 -246.0366 256.5033

    -1733.1333* 70.15958 .000 -1984.4033 -1481.8634

    132.40000 70.15958 .885 -118.8700 383.6700

    65.90000 70.15958 1.000 -185.3700 317.1700

    137.63333 70.15958 .782 -113.6366 388.9033

    -1799.0333* 70.15958 .000 -2050.3033 -1547.7634

    66.50000 70.15958 1.000 -184.7700 317.7700

    -65.90000 70.15958 1.000 -317.1700 185.3700

    71.73333 70.15958 1.000 -179.5366 323.0033

    -1870.7667* 70.15958 .000 -2122.0366 -1619.4967

    -5.23333 70.15958 1.000 -256.5033 246.0366

    -137.63333 70.15958 .782 -388.9033 113.6366

    -71.73333 70.15958 1.000 -323.0033 179.5366

    (J) Skenario

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    (I) Skenario

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    Mean

    Dif f erence

    (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

    95% Conf idence Interval

    The mean dif ference is signif icant at the .05 level.*. Pacitan

    Multiple Comparisons

    Dependent Variable: WaitTimePct

    Bonf erroni

    1902.46667* 53.53848 .000 1710.7236 2094.2097

    1847.46667* 53.53848 .000 1655.7236 2039.2097

    1793.43333* 53.53848 .000 1601.6903 1985.1764

    1793.43333* 53.53848 .000 1601.6903 1985.1764

    -1902.4667* 53.53848 .000 -2094.2097 -1710.7236

    -55.00000 53.53848 1.000 -246.7430 136.7430

    -109.03333 53.53848 .690 -300.7764 82.7097

    -109.03333 53.53848 .690 -300.7764 82.7097

    -1847.4667* 53.53848 .000 -2039.2097 -1655.7236

    55.00000 53.53848 1.000 -136.7430 246.7430

    -54.03333 53.53848 1.000 -245.7764 137.7097

    -54.03333 53.53848 1.000 -245.7764 137.7097

    -1793.4333* 53.53848 .000 -1985.1764 -1601.6903

    109.03333 53.53848 .690 -82.7097 300.7764

    54.03333 53.53848 1.000 -137.7097 245.7764

    .00000 53.53848 1.000 -191.7430 191.7430

    -1793.4333* 53.53848 .000 -1985.1764 -1601.6903

    109.03333 53.53848 .690 -82.7097 300.7764

    54.03333 53.53848 1.000 -137.7097 245.7764

    .00000 53.53848 1.000 -191.7430 191.7430

    (J) Skenario

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    (I) Skenario

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    Mean

    Dif f erence

    (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

    95% Conf idence Interval

    The mean dif ference is signif icant at the .05 level.*.

    Dari hasil uji Bonferroni didapatkan model

    existing dan ketiga skenario perbaikan berbeda

    signifikan. Sedangkan perbandingan skenario

    perbaikan 1 dengan skenario perbaikan 2 dan 3

    tidak terdapat perbedaan signifikan. Dari table

    juga dapat dilihat bahwa skenario perbaikan 2

    tidak berbeda signifikan dengan skenario

    perbaikan 1 dan 3, begitu pula untuk skenario

    perbaikan 3 yang dari tabel dapat dilihat tidak

    terdapat perbedaan dengan skenario perbaikan 1

    dan 2. Solusi untuk mengurangi waiting time

    pada proses distribusi untuk kabupaten ini dapat

    digunakan keempat skenario perbaikan diatas.

    4.6.3 Analisa Signifikansi untuk Inventory di

    Tiga Kabupaten Amatan

    Sidoarjo

    Multiple Comparisons

    Dependent Variable: Inv entorySda

    Bonf erroni

    208.00000* 2.01108 .000 200.7975 215.2025

    -1.66667 2.01108 1.000 -8.8692 5.5358

    -1.33333 2.01108 1.000 -8.5358 5.8692

    -1.33333 2.01108 1.000 -8.5358 5.8692

    -208.00000* 2.01108 .000 -215.2025 -200.7975

    -209.66667* 2.01108 .000 -216.8692 -202.4642

    -209.33333* 2.01108 .000 -216.5358 -202.1308

    -209.33333* 2.01108 .000 -216.5358 -202.1308

    1.66667 2.01108 1.000 -5.5358 8.8692

    209.66667* 2.01108 .000 202.4642 216.8692

    .33333 2.01108 1.000 -6.8692 7.5358

    .33333 2.01108 1.000 -6.8692 7.5358

    1.33333 2.01108 1.000 -5.8692 8.5358

    209.33333* 2.01108 .000 202.1308 216.5358

    -.33333 2.01108 1.000 -7.5358 6.8692

    .00000 2.01108 1.000 -7.2025 7.2025

    1.33333 2.01108 1.000 -5.8692 8.5358

    209.33333* 2.01108 .000 202.1308 216.5358

    -.33333 2.01108 1.000 -7.5358 6.8692

    .00000 2.01108 1.000 -7.2025 7.2025

    (J) Skenario

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    (I) Skenario

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    Mean

    Dif f erence

    (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

    95% Conf idence Interval

    The mean dif ference is signif icant at the .05 level.*.

    Kediri

    Multiple Comparisons

    Dependent Variable: Inv entoryKdr

    Bonf erroni

    299.00000* 1.34990 .000 294.1655 303.8345

    -1.00000 1.34990 1.000 -5.8345 3.8345

    -1.33333 1.34990 1.000 -6.1679 3.5012

    -1.33333 1.34990 1.000 -6.1679 3.5012

    -299.00000* 1.34990 .000 -303.8345 -294.1655

    -300.00000* 1.34990 .000 -304.8345 -295.1655

    -300.33333* 1.34990 .000 -305.1679 -295.4988

    -300.33333* 1.34990 .000 -305.1679 -295.4988

    1.00000 1.34990 1.000 -3.8345 5.8345

    300.00000* 1.34990 .000 295.1655 304.8345

    -.33333 1.34990 1.000 -5.1679 4.5012

    -.33333 1.34990 1.000 -5.1679 4.5012

    1.33333 1.34990 1.000 -3.5012 6.1679

    300.33333* 1.34990 .000 295.4988 305.1679

    .33333 1.34990 1.000 -4.5012 5.1679

    .00000 1.34990 1.000 -4.8345 4.8345

    1.33333 1.34990 1.000 -3.5012 6.1679

    300.33333* 1.34990 .000 295.4988 305.1679

    .33333 1.34990 1.000 -4.5012 5.1679

    .00000 1.34990 1.000 -4.8345 4.8345

    (J) Skenario

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    (I) Skenario

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    Mean

    Dif f erence

    (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

    95% Conf idence Interval

    The mean dif ference is signif icant at the .05 level.*.

  • 14

    Pacitan Multiple Comparisons

    Dependent Variable: Inv entoryPct

    Bonf erroni

    298.33333* 1.60555 .000 292.5832 304.0834

    -1.33333 1.60555 1.000 -7.0834 4.4168

    -1.66667 1.60555 1.000 -7.4168 4.0834

    -1.66667 1.60555 1.000 -7.4168 4.0834

    -298.33333* 1.60555 .000 -304.0834 -292.5832

    -299.66667* 1.60555 .000 -305.4168 -293.9166

    -300.00000* 1.60555 .000 -305.7501 -294.2499

    -300.00000* 1.60555 .000 -305.7501 -294.2499

    1.33333 1.60555 1.000 -4.4168 7.0834

    299.66667* 1.60555 .000 293.9166 305.4168

    -.33333 1.60555 1.000 -6.0834 5.4168

    -.33333 1.60555 1.000 -6.0834 5.4168

    1.66667 1.60555 1.000 -4.0834 7.4168

    300.00000* 1.60555 .000 294.2499 305.7501

    .33333 1.60555 1.000 -5.4168 6.0834

    .00000 1.60555 1.000 -5.7501 5.7501

    1.66667 1.60555 1.000 -4.0834 7.4168

    300.00000* 1.60555 .000 294.2499 305.7501

    .33333 1.60555 1.000 -5.4168 6.0834

    .00000 1.60555 1.000 -5.7501 5.7501

    (J) Skenario

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    2.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    3.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    4.00

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    (I) Skenario

    .00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    Mean

    Dif f erence

    (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

    95% Conf idence Interval

    The mean dif ference is signif icant at the .05 level.*.

    Dari hasil uji Bonferroni didapatkan model

    existing dengan skenario perbaikan 1 berbeda

    signifikan. Sedangkan perbandingan model

    existing dengan skenario perbaikan 2, 3, dan 4

    tidak terdapat perbedaan signifikan. Untuk

    perbandingan skenario perbaikan 1 terhadap

    model existing dan skenario perbaikan 2, 3, dan

    4, terdapat perbedaan yang signifikan. Dari tabel

    juga dapat diketahui bahwa skenario perbaikan 2

    tidak berbeda signifikan dengan model existing

    dan skenario perbaikan 3 dan 4, berlaku juga

    untuk skenario perbaikan 3 dan 4 yang dapat

    diketahui tidak terdapat perbedaan dengan model

    existing dan skenario perbaikan 2. Solusi untuk

    mengurangi inventory pada proses distribusi

    untuk kabupaten ini dapat digunakan skenario

    perbaikan 1.

    5. Penutup

    5.1 Simpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

    maka kesimpulan yang dapat ditarik sesuai

    tujuan penelitian yaitu :

    1. Pada process activity mapping didapatkan

    bahwa penyebab adanya variasi lead time

    pada order fulfillment process di tiga

    kabupaten amatan diantaranya adalah :

    - Pada proses pembongkaran di gudang lini

    2, terjadinya proses inspeksi yang

    berulang yang menyebabkan inefisiensi

    dalam proses penyaluran pupuk.

    - Lama waktu penyimpanan stok digudang

    yang variatif mengakibatkan pengiriman

    ke tiap kebupaten tidak selalu dalam satu

    waktu pengiriman yang sama.

    - Proses pemuatan untuk ke tiga kabupaten

    memakan waktu yang sama namun

    terdapat perbedaan pada waktu

    pembongkaran, hal ini disebabkan oleh

    pengalokasian waktu untuk setiap

    aktivitas pembongkaran untuk 1 truk yang

    tidak memiliki standar waktu pengerjaan.

    - Kondisi jalur transportasi menyebabkan

    pula perbedaan waktu pada proses

    pembongkaran pupuk.

    2. Berdasarkan analisa output simulasi dilihat

    dari segi penurunan lead time dan inventory

    untuk ketiga kabupaten amatan, maka

    skenario 4 yakni menggabungkan antara

    skenario perbaikan 1 dan skenario perbaikan

    2 merupakan skenario terbaik dalam

    pengurangan lead time dan inventory yang

    berlebih di gudang lini 2 (Margo 40).

    5.2 Saran

    1. Penelitian untuk memperpendek lead time

    sebaiknya dilakukan juga dengan

    mengevaluasi distributor dan kios serta

    lebih meningkatkan hubungan kerjasama

    terutama untuk memenuhi prinsip 6T (tepat

    jumlah, tepat waktu, tepat mutu, tepat

    harga, tepat tempat, dan tepat jenis).

    2. Strategi yang dapat dilakukan oleh pihak

    KP. Jatim untuk peningkatan proses

    delivery adalah dengan peningkatan

    kepedulian terhadap TKBM dan

    peningkatan kemampuan leader di setiap

    gudang dalam memonitor dan mengatur

    TKBM.

    3. Untuk penelitian selanjutnya dapat

    dilakukan dengan lebih detail mengenai

    analisa terhadap biaya distribusi dalam

    setiap kali pengiriman dari lini 2 hingga ke

    kios pupuk.

    6. Daftar Pustaka

    Acuviarta Aditya H, Tony. 2007. Seberapa

    Lean-kah Anda?. Konsultan PQM

    Consultants. Jakarta.

    Ardi Wibawa, Krisna, I Nyoman Pujawan. 2007.

    Aplikasi Lean Thinking pada Instalasi

    Rawat Inap Rumah Sakit Semen Gresik.

    Prosiding Seminar Nasional Manajemen

    Teknologi V Program Studi MMT-ITS,

    Surabaya 3 Pebruari 2007.

  • 15

    Boru Butar-Butar, Maulida, Mohamad Yamin.

    2008. Penggunaan Simulasi untuk

    Pemecahan Masalah Transportasi.

    Prosiding Seminar Ilmiah Nasional

    Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT

    2008) Auditorium Universitas Gunadarma,

    Depok, 20-21 Agustus 2008.

    Ekowati, Fitria. 2009. Sistem, Model, dan

    Simulasi. Bahan Ajar Kuliah Simulasi dan

    Permodelan Jurusan Teknik Informatika UII.

    Yogyakarta.

    Fawaz A. Abdulmaleka, Jayant Rajgopal. 2006.

    Analyzing the Benefits of Lean

    Manufacturing and Value Stream Mapping

    via Simulation: A Process Sector Case

    Study.Tersedia online di . Diakses tanggal 06

    September 2009.

    Gaspersz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma for

    Manufacturing and Service Industries.

    Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

    Harrell, C., B.K Ghosh and R.O. Bowden, Jr.

    Simulation Using Promodel 2nd

    ed. 2003.

    McGraw-Hill. Boston.

    Hines, P. dan Taylor, D. 2000. Going Lean.

    Cardiff: Lean Enterprise Research Centre

    Cardiff Business School..

    Kurniawati. 2007. Simulasi Model Antrian pada

    Pembayaran Rekening Listrik dengan

    ARENA 5.0. Tugas Akhir Jurusan

    Matematika. Universitas Negeri Semarang.

    Lintas Media Lintas Berita. 2009. Lead Time

    Reduction. Tersedia online di

    . Diakses tanggal 14

    September 2009.

    Media Industri. 2005. Beban Usaha Terus

    Meningkat, Laba PT PKT Makin

    Merosot. Tersedia online di . Diakses

    tanggal 14 Oktober 2009.

    Peraturan Mentri Pertanian. 2008. Kebutuhan

    dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk

    Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun

    Anggaran 2009.

    Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain

    Management. PT. Guna Widya. Surabaya.

    Pupuk Kaltim. Pemasaran Urea Bersubsidi.

    Tersedia online di . Diakses tanggal 25

    September – 14 Oktober 2009.

    Republika. 2009. Aturan Distribusi Pupuk

    Disempurnakan. Tersedia online di

    . Diakses

    tanggal 24 September 2009.

    Ridwan, Asep, Ratna Ekawati. 2008.

    Rancangan Sistem Proses Produksi

    Dengan Menggunakan Value Stream

    Analysis Tools (VALSAT). Seminar

    Nasional Sains dan Teknologi-II 2008

    Universitas Lampung, 17-18 November

    2008. Sandi Pramono, Andrie. 2001. Evaluasi dan

    Perbaikan Proses Distribusi dalam Sistem

    Pengiriman (Studi Kasus : PT. Perkebunan

    Nusantara XII - Persero). Tugas Akhir

    Jurusan Teknik Industri. Institut Teknologi

    Sepuluh Nopember, Surabaya.

    Suardika, I Wayan. 2007. Simulasi untuk

    Mengurangi Production Lead Time dan Work

    In Process pada Industri Berbasis Lean

    Manufacturing (Studi Kasus : PT. Schineider

    Electric Indonesia). Tugas Akhir Jurusan

    Teknik Industri. Institut Teknologi Sepuluh

    Nopember, Surabaya.

    Sukmoro, Wawang. 2009. 14 Principles of

    The TOYOTA Way. .

    Diakses tanggal 05 September 2009.

    Yusmichad Yusdja, Prajogo U. Hadi, Nizwar

    Syafa’at, Handewi P. Saliem, Saptana, Ketut

    Karisaya, Sudi Mardianto, dan M. Maulana.

    2005. Kajian Sistem Distribusi Pupuk dan

    Usulan Penyempurnaannya : (Kasus di

    Tiga Propinsi di Jawa). Kajian Sistem

    Distribusi-Anjak 2005.

    Zylstra, Kirk D. 2006. Lean Distribution. PPM,

    Jakarta.

    file:///E:/Tugas%20Akhir/Buku%20TA_Mary%20Jane/Proposal%20Tugas%20Akhir/Ms.%20Word/deteksi.infohttp://www.depperin.go.id/IND/Publikasi/MajalahINDAG/2005_11.pdfhttp://www.depperin.go.id/IND/Publikasi/MajalahINDAG/2005_11.pdfhttp://www.pupukkaltim.com/http://www.republika.co.id/http://bestmanufacturing.blogspot.com/