Upload
nguyenxuyen
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS DESKRIPTIF KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN
METODE PEMBELAJARAN PADA ASPEK PENGEMBANGAN MORAL DAN
NILAI KEAGAMAAN; STUDI GURU PAUD SE KECAMATAN TUGU KOTA
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Pendidikan Agama Islam
Oleh:
AFIAH
NIM: 063111135
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Afiah
NIM : 063111135
Jurusan / Program Studi : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri,
kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Mei 2011
Saya yang menyatakan,
A F I A H
NIM. 063111135
ABSTRAK
Judul : ANALISIS DESKRIPTIF KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN
METODE PEMBELAJARAN PADA ASPEK PENGEMBANGAN MORAL
DAN NILAI KEAGAMAAN; STUDI GURU PAUD SE KECAMATAN TUGU
KOTA SEMARANG
Penulis : Afiah
NIM : 063111135
Skripsi ini membahas tentang Kreativitas Guru dalam Menggunakan Metode
Pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral dan Nilai Keagamaan; Studi Guru PAUD
Se Kecamatan Tugu Kota Semarang. Untuk menjawab permasalahan: 1) Metode
apasajakah yang digunakan oleh guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang
dalam pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral dan Nilai Keagamaan? 2)
Bagaimanakah kreativitas guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang dalam
menggunakan metode pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral dan Nilai
Keagamaan ?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan observasi,
interview, dokumentasi untuk menjelaskan fenomena atau situasi tertentu secara aslinya.
Mengumpulkan data yang relevan dengan penelitian yang dikaji, kemudian diolah dan
dianalisis.
Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
PAUD se Kecamatan Tugu Semarang pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan
yaitu Metode Pembiasaan, Metode Keteladanan, Metode Kisah, Metode Karya wisata dan
Metode Demonstrasi. (2) Kreativitas guru PAUD se Kecamatan Tugu Semarang dalam
menggunakan metode pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan
sudah cukup baik. Hal ini terbukti dengan beberapa bentuk kreativitas yang dilakukan oleh
guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang dengan menciptakan berbagai inovasi
pembelajaran yang mengarah kepada pembelajaran yang efektif dan menyenangkan anak
didik. Sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia, khususnya umat
muslim sebagai Kholifatullah fi ardh untuk menjadi generasi yang cerdas, terampil dan
berakhlakul karimah.
Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan Informasi Bagi para mahasiswa. Para
tenaga edukatif, para peneliti dan stakeholder di lingkungan PAUD dan semua pihak.
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor:
0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten
agar sesuai teks Arabnya.
a t}
b z}
t ‘
s| gh
j f
h} q
kh k
d l
z| m
r n
z w
s h
sy ’
s} y
d}
Bacaan madd: Bacaan diftong:
a> = a panjang = au
i> = I panjang = a
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... ii
PENGESAHAN ........................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ............................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
TRANSLITERASI ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Penegasan Istilah ...................................................................... 5
C. Rumusan Masalah .................................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 8
E. Kajian Pustaka ......................................................................... 9
F. Metodologi Penelitian .............................................................. 10
BAB II :KREATIVITAS GURU PAUD DALAM MENGGUNAKAN METODE
PEMBELAJARAN PADA ASPEK PENGEMBANGAN MORAL DAN
NILAI KEAGAMAAN
A. Kreativitas Guru
1. Pengertian Kreativitas........................................................ 14
2. Ciri-ciri Orang Kreatif ...................................................... 18
3. Pentingnya Kreativitas Bagi Guru ................................... 22
B. Metode Pembelajaran Pada Aspek Pengembangan Moral dan Nilai Keagamaan.
1. Aspek Pengembangan Moral Dan Nilai Keagamaan pada anak usia
dini
a. Timbulnya Jiwa Keagamaan pada Anak .................. 23
b Perkembangan Agama pada Anak……………….. 26
c Sifat-Sifat Agama pada Anak…………………….. 27
2. Metode Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral dan Nilai
Keagamaan
a Pengertian Metode Pembelajaran………………… 28
b Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran……………. 30
c Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan dalam Pemilihan Metode
Pembelajaran………………………………. ...........31
e Macam-Macam Metode Pembelajaran pada Aspek Pengembangan
Moral dan Nilai Keagamaan……… .......................34
BAB III :KREATIVITAS GURU PAUD SE KECAMATAN TUGU KOTA
SEMARANG DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN
PADA ASPEK PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI KEAGAMAAN
A. Metode Pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral dan Nilai
Keagamaan di PAUD Se Kecamatan Tugu Kota Semarang
a. Pembelajaran pada Aspek Moral Dan Nilai
Keagamaan….......................................................... ............... 45
b. Metode Pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral dan Nilai
Keagamaan………………………………. ............................ 54
B Kreativitas Guru PAUD Se Kecamatan Tugu Kota Semarang dalam
Menggunakan Metode Pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral dan
Nilai Keagamaan .................................................................. 67
BAB IV: ANALISIS TERHADAP KREATIVITAS GURU PAUD SE KECAMATAN
TUGU KOTA SEMARANG DALAM MENGGUNAKAN METODE
PEMBELAJARAN PADA ASPEK PENGEMBANGAN MORAL DAN
NILAI KEAGAMAAN
A. Analisis Penerapan Metode Pembelajaran yang digunakan oleh Guru PAUD Se
Kecamatan Tugu Kota Semarang pada Aspek Pengembangan Moral dan Nilai
Keagamaan ................................................................................ 73
B. Analisis Kreativitas Guru PAUD Se Kecamatan Tugu Kota Semarang dalam
Menggunakan Metode Pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral dan
Nilai Keagamaan...... ................................................................. 78
BAB V : KESIMPULAN
B. Kesimpulan .............................................................................. 82
C. Saran-Saran ............................................................................. 83
D. Penutup .................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Anak adalah buah hati orang tua”, kalimat kiasan ini memang bukan hanya
sekedar hiasan belaka, tetapi pada kenyataannya setiap orang tua dari kalangan
manapun mereka berasal, sudah dapat dipastikan akan berbuat apa saja demi
kebahagiaan anak-anaknya. Bahkan terkadang mereka rela untuk melupakan
kebutuhan-kebutuhannya sendiri, asalkan mereka dapat berbuat yang terbaik
untuk anaknya.
Untuk itu sangatlah bijak apabila kita sebagai orang dewasa, apakah itu
orang tua di rumah, guru di sekolah dan atau orang dewasa ini (pembimbing /
pengasuh) yang berada disekitar anak tidak berbuat dan memperlakukan anak
sebagai “miniatur orang dewasa”, tetapi dapat memperlakukannya sebagai
“makhluk kecil yang diyakini memiliki potensi untuk berkembang”. Mengutip
pendapat dari J.A. Comenius seorang ahli ilmu jiwa yang menekuni masalah
pendidikan, mengatakan bahwa anak harus dipelajari bukan sebagai embrio orang
dewasa melainkan dalam sosok alami anak agar kita dapat memahami
kemampuan mereka dan mengetahui bagaimana cara berhubungan dengannya.1
Perlu kita sadari bayi lahir dalam keadaan suci. Anak akan menjadi apa
kelak, tergantung bagaimana kedua orang tua membimbingnya. Seperti sabda
Rasulullah saw:
1 Dewi Salma Prawiradilaga Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2004), hlm. 348.
2
Telah menceritakankan kepadaku Khajib bin Walid, telah menceritakan
kepadaku Muhammad bin Kharb dari Zubaidi dari Zuhri telah menceritakan
kepadaku Sa’id bin Musayyab dari Abu Hurairoh r.a. katanya: Bersabda
Rasullah s.a.w. “tiap-tiap anak dilahirkan dengan keadaan putih bersih maka
dua ibu bapaknya yang meng-Yahudikan atau me-Nasranikan atau me-
Majusikan” (HR. Bukhari & Muslim).3
Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa
keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang
tepat untuk menentukan dasar-dasar perkembangan kemampuan fisik, bahasa,
sosial-emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sehingga upaya
pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan
dan perkembangan anak tercapai secara maksimal.4
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah “ Usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal
1,butir 1).5
2 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz. IV, (Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiah, 1992), hlm.
2047.
3 A.Razak dan Rais Lathief, Terjemahan Hadits Shahih Muslim, Jil.III, (Jakarta: Pustaka Al
Husna, 1980), cet. 1, hlm. 236.
4 Nibras Or Salim dkk.,Acuan Menu Pembelajaran pada PAUD,(Jakarta:Departemen
Pendidikan Nasional,2002), hlm.1.
5 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Ketentuan Umum,
Pasal 1 ayat 1, hlm. 1.
3
Orang tua menyadari bahwa anak-anak mereka perlu memiliki pengetahuan
yang tingkatannya melebihi pengetahuan dan pengalaman orang tua sendiri.
Umumnya orang tua juga bekerja dengan memiliki berbagai kesibukan untuk
kehidupan keluarganya. Mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk
memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Dibalik itu mereka menyadari
bahwa mereka tidak mungkin memberikan pengetahuan itu kepada anak-anaknya
karena pendidikannya sendiri masih kurang. Dari itu timbul pemikiran untuk
menunjuk badan khusus yang bertugas memberikan pengetahuan kepada anak
mereka.6
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (Pasal 1, butir 14).7
Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Merekalah yang kelak
membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, yang tidak tertinggal
dari bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, masa depan bangsa sangat ditentukan
oleh pendidikan yang diberikan kepada anak-anak kita. Oleh karena itu, PAUD
merupakan investasi bangsa yang sangat berharga dan sekaligus merupakan
infrastruktur bagi pendidikan selanjutnya 8
Di pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya
mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini
disebabkan pendidikan merupakan cultural transition yang bersifat dinamis ke
arah suatu perubahan secara kontinu, sebagai sarana vital bagi membangun
kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam hal ini pendidik bertanggung
6 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Ed. 2, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), cet. 4, hlm. 136-137.
7 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, hlm.2.
8 Slamet Suyanto, Dasar-Dasar PAUD, (Yogyakarta: Hikayat,2005), hlm. 1.
4
jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral,
estetika, maupun kebutuhan psikis peserta didik.9
Mendidik anak usia dini gampang-gampang susah, kadang kita memberikan
fasilitas belajar yang mahal dan berharap anak belajar banyak, tetapi
kenyataannya anak justru tidak belajar. Kadang dengan mainan yang sangat
sederhana dan murah anak-anak sangat tertarik dan ingin tahu banyak tentang
mainan itu beserta mekanisme kerjanya. Bermain sambil belajar merupakan
eksistensi bermain yang berjiwa setiap kegiatan pembelajaran bagi PAUD.10
Pengelolaan pembelajaran membutuhkan kreativitas guru sebagai dinamika
profesi keguruan, agar dapat membantu dan menopang guru serta fungsi guru
sebagai Transfer of knowledge atau muallim dan Transfer of Value atau muaddib,
dalam rangka menuju pembelajaran yang berhasil dalam proses belajar mengajar
yang kondusif sesuai dengan irama lajunya perkembangan pemikiran manusia.
Agar tujuan pembelajaran bisa tercapai, maka perlu diperhatikan segala
sesuatu yang mendukung keberhasilan pembelajaran itu. Dari sekian faktor
penunjang keberhasilan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, pemilihan
metode yang tepat dalam proses pembelajaran merupakan faktor dominan
tercapainya tujuan pendidikan.
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.11
Metode pembelajaran untuk anak usia dini hendaknya
menantang dan menyenangkan, melibatkan unsur bermain, bernyanyi dan
belajar.12
Sehingga seluruh potensi yang dikembangkan dapat tercapai dengan
sempurna.
9 Al Rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis; Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 41.
10 Slamet Suyanto, Dasar-dasar PAUD, (Yogyakarta: Hikayat, 2003), hlm. 7.
11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi edukatif, (Jakarta:PT.
Rineka Cipta,2000), hlm. 19.
12 Slamet Suyanto, Dasar-dasar PAUD, hlm.144.
5
Dalam fakta dan karya Andrean Hirata, sosok Bu Muslimah adalah guru
yang pantang menyerah, meskipun mengajar persis tanpa gaji. Bu Mus mengajar
juga bahkan persis tanpa kontrak. Yang ada kontrak sama Tuhan. Dalam
kesempatan tersebut Presiden SBY berpesan. “kepada para guru sekalian, jadilah
Ibu Muslimah-Ibu Muslimah lainnya. Guru yang penuh dedikasi, berinisiatif
untuk meningkatkan prestasi muridnya”.13
Sejalan dengan konsep tersebut, pendidik (guru) pada masa kini harus
memiliki kreativitas untuk mengimbangi perkembangan pendidikan, dan alur fikir
perkembangan jiwa siswa untuk membawa siswa kedalam kehidupan yang lebih
baik. Guru sebagai pendidik dan pembimbing juga berperan sebagai kreator
(pencetus gagasan) dalam meningkatkan prestasi belajar anak didik. Dalam hal ini
penulis fokus mengkaji tenteng kreativitas guru pendidikan anak usia dini
(PAUD) dalam menggunakan metode pembelajaran pada aspek pengembangan
moral dan nilai keagamaan anak usia dini sehingga pada akhirnya moral dan
NILAI keagamaan anak tertanam kokoh dalam sanubari
Bertolak dari pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ANALISIS DESKRIPTIF KREATIVITAS GURU DALAM
MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PADA ASPEK
PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI KEAGAMAAN; Studi guru PAUD
Se Kecamatan Tugu Kota Semarang.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari persepsi yang tidak dikehendaki tentang konotasi judul
skripsi, perlu dijelaskan beberapa istilah kunci sebagai berikut:
13 Alfi Rahmadi, “ Saat Guru Mengajar di „Kandang Ayam‟’, Forum Keadilan: No. 16,17
Agustus 2008, Hlm. 74.
6
1. Analisis Deskriptif
Analisis adalah sifat uraian; penguraian, kupasan.14
Sedangkan Deskriptif
adalah bersifat menggambarkan atau menguraikan sesuatu hal menurut apa
adanya.15
Jadi analisis deskriptif adalah penelitian yang bermaksud membuat
pencandraan (deskripsi) mengenai situasi atau kejadian-kejadian.16
2. Kreativitas Guru
Kreativitas adalah kemampuan untuk menyiapkan atau menghasilkan
sesuatu yang baru. Guilford mengungkapkan bahwa kreativitas adalah
kemampuan berpikir divergent untuk menjajaki bermacam-macam alternatif
jawaban terhadap suatu persoalan yang sama benarnya.17
Guru (pendidik) secara umum adalah orang yang memiliki tanggung jawab
mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.18
Menurut UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dalam
ketentuan umum pasal 1 menyebutkan, Guru adalah Pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.19
14 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), hlm. 29.
15 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, hlm. 105.
16 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992), hlm. 18
17 Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam
Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), hlm. 33-34.
18 Al Rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, hlm. 33-34.
19 Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Lembaga
Negara Republik Indonesia, 2005), hlm. 2.
7
3. Menggunakan Metode Pembelajaran
Penggunaan berasal dari kata “guna” yang mempunyai arti faedah, manfaat
atau fungsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “menggunakan” diartikan
sebagai proses, pembuatan, cara menggunakan sesuai dengan pemakaiannya.20
Jadi yang dimaksud disini adalah menggunakan metode pembelajaran.
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si peserta
didik sedemikian rupa sehingga si peserta didik itu memperoleh kemudahan
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.21
Jadi pembelajaran merupakan suatu
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
4. Aspek Pengembangan Moral dan Nilai Keagamaan
Aspek Pengembangan Moral dan Nilai Keagamaan adalah salah satu aspek
yang dikembangkan dan menjadi ruang lingkup dalam pembelajaran pada anak
usia dini. Menurut hemat penulis aspek tersebut pada dasarnya dikembangkan dari
aspek yang dikembangkan dalam materi PAI.
Jadi yang dimaksud dengan judul “Analisis Deskriptif Kreativitas Guru
Dalam Menggunakan Metode Pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral
dan Nilai Keagamaan; Studi Guru PAUD Se Kecamatan Tugu Kota Semarang
adalah tingkah laku kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran pada aspek
pengembangan moral dan nilai keagamaan bagi anak usia dini yang dimiliki oleh
guru PAUD Se Kecamatan Tugu Kota Semarang dalam proses pembelajaran
sehingga tertanam nilai dan moral yang kokoh dalam jiwa anak.
20 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 328.
21 Ahmad Sugandi, Teori Pembelajaran, ( Semarang: UPY MKK UNNES, 2006 ), hlm. 10
8
C. Rumusan Masalah
Dari deskripsi permasalahan yang dikemukakan telah memberikan kerangka
bagi peneliti untuk merumuskan pokok permasalahan yang relevan dengan judul
skripsi tersebut. Adapun pokok permasalahannya adalah:
1. Metode pembelajaran apa sajakah yang digunakan oleh guru PAUD Se
Kecamatan Tugu Kota Semarang pada aspek pengembangan moral dan nilai
keagamaan?
2. Bagaimanakah kreativitas guru PAUD dalam menggunakan metode
pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan di PAUD
Se Kecamatan Tugu Kota Semarang, khususnya yang menyangkut kelancaran,
keluwesan, keaslian dan elaborasi ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui bagaimana penggunaan metode pembelajaran pada aspek
pengembangan moral dan nilai keagamaan oleh guru PAUD Se Kecamatan
Tugu Kota Semarang Semarang.
2. Mengetahui kreativitas guru PAUD Se Kecamatan Tugu Kota Semarang
dalam menggunakan metode pembelajaran pada aspek pengembangan moral
dan nilai keagamaan
Dari tujuan penelitian diatas, maka diharapkan bahwa penelitian ini
memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas sekolah,
khususnya guru PAUD.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan motivator bagi tenaga pendidik anak usia dini
dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar.
9
3. Dapat dijadikan informasi bagi pemerhati pendidikan, praktisi dan pihak-pihak
yang berwenang dalam pendidikan anak usia dini tentang kondisi riil proses
pembelajaran khususnya di PAUD Se Kecamatan Tugu Kota Semarang.
E. Kajian Pustaka
Hasil penelitian yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan telah
banyak dilakukan baik dalam bentuk skripsi, ataupun karya lainnya. Untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang posisi penelitian dihadapkan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan, berikut penulis ilustrasikan beberapa penelitian
terkait.
Shodiqin dalam skripsinya “Pengaruh Kreativitas Guru PAI terhadap
Prestasi Belajar PAI Siswa SD Negeri di Kecamatan Wonotunggal Batang tahun
2003/2004”, menggambarkan bahwa: Pengujian hipotesis penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh positif antara kreativitas Guru PAI dengan
prestasi belajar PAI. Kreativitas disini yaitu kreativitas pada diri Guru dalam
memilih strategi pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan dan media
pembelajaran, diharapkan siswa terbentuk kelompok siswa yang mandiri dan
mempunyai kreativitas belajar sehingga siswa sadar akan tugasnya untuk apa ia
belajar.
Devi Novita Sari dalam Skripsinya “Kreativitas Guru dalam Membuat dan
Memanfaatkan Media pembelajaran PAI di SD Islami Al Azhar 25 Semarang”
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam menciptakan
dan mengembangkan media pembelajaran serta kemampuan untuk memilih dan
mengembangkan media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar agar tercapai
pembelajaran yang efektif.
Prof. Dr. Utami Munandar dalam bukunya “pengembangan kreativitas
anak berbakat” menggambarkan keberbakatan dan kreativitas, bagaimana dapat
menjadi pribadi lebih kreatif atau dapat membantu orang lain untuk berpikir,
bersikap dan berperilaku kreatif. Buku ini terutama tertuju pada Mahasiswa
10
Kependidikan, Calon Guru dan Guru, Psikolog, Konselor yang mengemban tugas
mulia namun tidak mudah untuk menyiapkan generasi muda yang cerdas, mandiri,
berprakarsa dan kreatif, dan orang tua yang berminat untuk membantu anak-anak
mereka dalam mengembangkan bakat dan kreativitas.
Dr. Armai Arief, M.A. dalam bukunya “ Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam “ menggambarkan upaya-upaya pengembangan ilmu dan
metodologi pendidikan Islam, serta disusun berdasarkan kurikulum terbaru
dilengkapi dengan macam-macam metode pembelajaran dalam perspektif
pendidikan Islam
Berdasarkan penjelasan ilustrasi diatas, maka penelitian ini akan
memfokuskan kajian terhadap “kreativitas guru yang meliputi: kelancaran berpikir
(fluency of thinking), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), kerincian
(elaboration) dalam menggunakan metode pembelajaran pada aspek
pengembangan moral dan nilai keagamaan; Studi Guru PAUD Se Kecamatan
Tugu Kota Semarang.
F. Metode Penelitian
1. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan fokus permasalahan tentang
kreativitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran pada aspek
pengembangan moral dan nilai keagamaan; studi guru PAUD Se Kecamatan Tugu
Kota Semarang. PAUD se Kecamatan Tugu Terdiri dari 4 satuan pendidikan
penyelenggara yaitu: TK, RA. KB dan Pos PAUD. Karena keterbatasan peneliti,
peneliti khususkan PAUD jenis KB (Kelompok Bermain) sebagai objek
penelitian. PAUD jenis KB Se Kecamatan Tugu terdiri dari 6 KB, 5 diantaranya
terhimpun dalam wadah organisasi HIMPAUDI (Himpunan Pendidik Anak Usia
Dini) dan 1 PAUD (PAUD Mayangkoro) tidak termasuk didalamnya. Dalam hal
ini, peneliti menunjuk 5 PAUD jenis KB yang tergabung dalam HIMPAUDI
tersebut sebagai objek penelitian. Karena dalam praktek pembelajaran dalam satu
11
kelas dipandu oleh lebih dari satu guru, maka peneliti ambil 1 guru dalam masing-
masing kelas sebagai obyek penelitian diantaranya yaitu: PAUD Khodijah (1
kelas), PAUD Hidayatul Muta’alimin (1 kelas), PAUD Nur Ilmi (1 kelas), PAUD
Aisyiyah 12 (1 kelas), PAUD Lathifah 06 (1 kelas). Sehingga dalam penelitian ini
terdapat 5 guru PAUD jenis KB sebagai obyek penelitian.
Kreativitas dibedakan menjadi 2 yaitu: aptitude (kognitif) dan Non Aptitude
(afektif). Ciri-ciri kreativitas aptitude yaitu: pertama, kelancaran berpikir (fluency
of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari
pemikiran seseorang secara cepat. kedua, kelenturan (flexibility), yaitu
kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban, atau pertanyaan-
pertanyaan bervariasi. Ketiga, keaslian (originality), yaitu kemampuan untuk
mencetuskan gagasan unik, kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
Keempat, kerincian (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan
gagasan dan menambahkan atau memperinci detail dari suatu objek, gagasan atau
situasi sehingga lebih menarik. Sedangkan ciri non aptitude meliputi: kepercayaan
diri, keuletan, apresiasi estetik kemandirian.22
Namun karena keterbatasan peneliti
dalam hal ini peneliti membatasi pada kreativitas guru pada aspek kognitif.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meliputi kata-kata, laporan terinci dan pandangan responden,
dan melakukan studi pada situasi yang dialami. Berarti metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.23
22 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hlm. 9.
23Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995), hlm,5.
12
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.24
Peneliti
menggunakan metode ini untuk melakukan pengamatan terhadap pembelajaran
pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan di PAUD Se Kecamatan
Tugu Kota Semarang.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dengan dua orang atau lebih bertatap muka. Mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.25 Metode wawancara
peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang pengaplikasian metode dalam
pembelajaran di kelas dan kreativitas guru dalam menggunakan metode
pembelajaran pada pengembangan aspek moral dan nilai keagamaan Se
Kecamatan Tugu Kota Semarang. Dari segi banyaknya interviewee, peneliti
menggunakan interviu pribadi, tiap kali interviu hanya berhadap-hadapan secara
face to face seorang interviewer dengan seorang interviewee.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data mengenai hal-hal
yang variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notula rapat,
agenda dan sebagainya.26 Metode dokumentasi peneliti gunakan untuk
mengumpulkan data tentang PAUD Se Kecamatan Tugu Kota Semarang yang
menjadi lokasi penelitian.
24 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
cet. 8, hlm. 70.
25 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian , hlm. 83.
26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Yogyakarta: UGM Press, 1981), hlm. 173.
13
4. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data hasil observasi, dokumentasi dan wawancara,
maka penelitian ini dalam menganalisis data menggunakan uji non statistik.
Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikannya sesuai dengan permasalahan
yang diteliti, kemudian data-data tersebut disusun dan dianalisis dengan
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Setelah itu perlu dilakukan telaah lebih lanjut guna mengkaji secara
sistematis dan objektif. Untuk mendukung hal tersebut penulis menganalisis
menggunakan metode analisis deskriptif yaitu sebuah metode analisis yang
menekankan pemberian sebuah gambaran baru terhadap data yang telah
terkumpul.27 Yaitu dengan cara menarik kesimpulan data-data dengan mencari
hal-hal yang bersifat khusus untuk kemudian menuju kepada hal-hal bersifat
umum.
27 Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 39.
14
BAB II
KREATIVITAS GURU PAUD DALAM MENGGUNAKAN METODE
PEMBELAJARAN PADA ASPEK PENGEMBANGAN MORAL
DAN NILAI KEAGAMAAN
A. Kreativitas Guru PAUD
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas dalam bahasa Barat creativity, yang berarti kesanggupan
menciptakan, ada daya cipta.1 Dalam Al Qur’an sifat Allah al Khaliq digambarkan
seperti dalam Surat al An’am ayat 102:
(yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu;
tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah Dia;
dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu.2
David Campbell, Ph.D mengatakan dalam bukunya disadur oleh A.M
Mangunhardjana dengan judul “Mengembangkan Kreativitas”, kreativitas adalah
kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru (Novel); Inovatif, belum ada
sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan, berguna (useful); lebih enak,
lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan,
mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan,
mendatangkan hasil lebih baik/banyak dan bersifat dapat dimengerti
(understandable); hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di luar
waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat
1 Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam; Anallisis Psikologi dan Falsafah,
(Jakarta: Pustaka al Husna, 1991), hlm.45.
2 Bachtiar Surin, Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an Huruf Arab dan Latin, (Bandung: Fa.
Sumatra, 1996), hlm. 282.
15
diramalkan, tak dapat diulangi, mungkin saja baru dan berguna, tetapi lebih
merupakan hasil keberuntungan (luck), bukan kreativitas.3
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan
sesuatu yang baru.4 Hasil karya dan ide-ide baru itu sebelumnya tidak dikenal oleh
pembuatnya maupun orang lain. Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif
yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh
dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan
bermanfaat. Amabile dkk sebagaimana dikutip Utami Munandar mengartikan
Kreativitas sebagai produksi suatu respons atau karya yang baru dan sesuai
dengan tugas yang dihadapi.
Orang yang kreatif memiliki kebebasan berfikir dan bertindak. Kebebasan
tersebut berasal dari diri sendiri, termasuk didalamnya kemampuan untuk
mengendalikan diri dalam mencari alternatif yang memungkinkan untuk
mengaktualisasi potensi kreatif yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan
pandangan Guilford yang mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan
berfikir divergent (semacam pemikiran dimana seseorang berfikir keluar dari apa
yang dibiasakan oleh kelompok dalam berbagai bidang)5 Untuk menjajaki
bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama
benarnya.6
Dari segi penekanannya (Rhodes, 1961, dalam Isaksen, 1987) kreativitas
didefinisikan ke dalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Of Creativity, yaitu
person, process, press, product. Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada
salah satu dari P ini atau kombinasinya. Keempat P ini saling berkaitan: Pribadi
kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dukungan dan
3 A.M Mangunhardjana, Mengembangkan Kreativitas, (Yogyakarta: kanisius, 1986), hlm. 11-12.
4 Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas Dalam
Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), hlm.33.
5 Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam, hlm.177.
6 Fuad Anshori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas, hlm. 34.
16
dorongan (press). Dari lingkungan menghasilkan produk kreatif.7 Definisi
kreativitas dari dimensi Person seperti dikemukakan oleh Guilford (1950)
:Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people
(kreativitas menunjukkan pada kepandaian atau kecakapan sebuah karakter dari
orang yang kreatif) . Definisi kreativitas yang menekankan dimensi proses seperti
diajukan Munandar (1977): Creativity is a process that manifest in self in fluency,
in flexibility as well in originality of thinking (kreativitas adalah sebuah proses
dimana dibuktikan mengalir di dalam kelancaran diri seseorang, secara fleksibel
sama baiknya seperti kemampuan berfikir yang asli). Dari dimensi Press, Amabile
(183) mengemukakan bahwa: Creativity can be regarded as the quality of product
or respons judged to be creative by appropriate observes (kreativitas dapat
dipandang sebagai kualitas dari hasil atau putusan respon untuk menjadi kreatif
oleh pengamatan yang tidak sah). Definisi kreativitas dari dimensi Product
sebagaimana dikemukakan oleh Baron (1976) bahwa: Creativity is the ability to
bring something new into existence (kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat sesuatu yang baru).8
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang bermakna.
Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya
dalam perwujudan dirinya. Pada dasarnya, kreativitas tidaklah terbatas pada
budaya maupun golongan tertentu, karena manusia lahir sudah dibekali oleh suatu
potensi, dalam hal ini potensi tersebut harus dikembangkan dengan sebaik-
baiknya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An Nahl ayat 75:
7 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), cet. 2, hlm. 20.
8 Reni Akbar Hawadi. Dkk, Kreativitas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), hlm. 3.
17
Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang
dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang
yang Kami beri rizki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan
sebagian dari rizki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan,
Adakah mereka itu sama? segala puji hanya bagi Allah, tetapi
kebanyakan mereka tiada mengetahui.9
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia lahir, sekalipun tidak
mengetahui suatu apapun, tetapi oleh Allah telah diberi potensi, manusia memiliki
dua potensi dasar yaitu:
a. Kemampuan menyerap/mengamati lingkungan baik kemampuan mendengar
maupun melihat.
b. Kemampuan mencerna apa yang mereka terima baik dengan penalaran
(pikiran/akal) maupun dengan perasaan (hati).
2. Ciri-ciri Orang Kreatif
Dalam kaitannya dengan unsur aptitude dan non aptitude, Conny R
Semiawan mengemukakan bahwa: kreativitas meliputi ciri-ciri aptitude seperti
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality) dan kerincian
(elaboration). Sedangkan ciri non aptitude meliputi rasa ingin tahu, senang
mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru.10
a. Ciri Aptitude (Kognitif)
1) Kelancaran Berfikir (Fluency of Thinking)
Adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari
pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berfikir yang ditekankan
adalah kuantitas bukan kualitas.
9 Bachtiar Surin, Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an, hlm. 575.
10 Bachtiar Surin, Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an, hlm. 3.
18
Dari penelitiannya Guilford menyimpulkan bahwa ada empat bentuk
kelancaran berpikir (fluency Of Thinking) yaitu:11
a) Kelancaran Kata (Word Fluency), yang merupakan kemampuan untuk
menghasilkan kata-kata dari satu huruf atau kombinasi huruf-huruf
b) Kelancaran Asosiasi (Associational Fluency), indikasi yang paling baik
untuk kelancaran asosiasi adalah suatu proses tes yang meminta untuk
menghasilkan persamaan sebanyak-banyaknya dari kata-kata yang
diberikan dalam waktu terbatas.
c) Kelancaran Ekspresi (Expressional Fluency), ciri khas yang
mengungkapkan kemampuan ini adalah kata-kata harus disusun dengan
tepat dan harus memenuhi syarat tata bahasa.
d) Kelancaran Gagasan (Ideational Fluency), merupakan kemampuan untuk
menghasilkan ide-ide yang memenuhi beberapa syarat dalam waktu yang
terbatas.
2) Keluwesan (flexibility)
Dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes dan dapat memahami kondisi
anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak didik
melalui berbagai cara sesuai dengan kecerdasan dan potensi masing-masing
anak.12
Menurut Guilford, orang yang kreatif adalah orang yang fleksibel
dalam berfikir. Mereka dapat meninggalkan cara berfikir lama dan
menggantinya dengan cara berfikir yang baru dengan mudah.13
3) Keaslian (Originality)
Adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik (unusually) atau
kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. Apabila ada gagasan atau karya
11 Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas, hlm. 45.
12 Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru harus Kreatif ?, (Bandung: Mizan, 2009), cet. 2,
hlm. 20.
13 Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru harus Kreatif ?, hlm. 46.
19
tersebut belum ada sebelumnya maka gagasan atau karya tersebut dipandang
sebagai sesuatu yang orisinal. Disamping itu orisinalitas merupakan
kemampuan untuk menelorkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak
lazim (meski tak selalu baik), yang jarang, bahkan “mengejutkan”.14
Kalau ditanya, misalnya, manfaat sebuah topi baja, orang yang tidak
orisinil kebanyakan akan menjawab: untuk melindungi kepala dari panas,
dingin, angin, pukulan dan dipergunakan sebagai hiasan kepala. Tetapi orang
orisinal mungkin akan mengatakan: untuk mengambil air di sungai, untuk
menanak nasi, untuk tempat duduk, dibuat lubang dan dipasang plastik tebal
tembus cahaya untek pengaman waktu mengelas besi, untuk tempat
mengumpulkan peralatan bengkel besi, untuk hiasan dinding dan lain-lain.
4) Kerincian/elaborasi (elaboration)
Adalah kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk
mewujudkan ide menjadi kenyataan.15
Dalam kehidupan sehari-hari, elaborasi
yang bersifat kognitif dapat diketahui ketika seseorang menjelaskan sesuatu
kepada orang lain menjadi lebih terinci, lebih mudah dipahami dan lebih
menarik. Adanya penjelasan yang terinci yang meliputi pengertian, bagian-
bagian, sebab-sebab, serta akibat-akibat dari sesuatu secara detail dan menarik
adalah wujud kemampuan elaborasi.16
b. Ciri-ciri Non-aptitude (Afektif)
Menurut Reni Akbar Hawadi, dkk di dalam bukunya “Kreativitas”. Ciri-
ciri kreativitas non-aptitude sebagai berikut:
1) Rasa ingin tahu
2) Bersifat Imajinatif
3) Merasa tertantang oleh kemajuan
14A.M Mangunhardjana, Mengembangkan Kreativitas, hlm. 30.
15 Nursito, Kiat Menggali Kreativitas, (Yogyakarta: PT Mitra Gamawidya, 1999), hlm. 32.
16 Fuad Nashari dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas, hlm. 49.
20
4) Sifat berani ambil resiko
5) Sifat menghargai17
Sund (1975) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat
dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar
b. Bersifat terbuka terhadap pengalaman baru
c. Panjang akal
d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti
e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit
f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan menyenangkan
g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
h. Berfikir fleksibel
i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban
lebih banyak
j. Kemampuan membuat analisis dan sintesis
k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti
l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.18
3. Tahap-tahap Kreativitas
Secara lebih sistematis, David Campbell mengungkapkan bahwa tahapan-
tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Persiapan (preparation), pada periode ini individu meletakkan dasar
pemikiran, menyatakan masalah dan mengumpulkan materi-materi yang
17 Reni Akbar Hawadi dkk, Kreativitas, hlm. 8-10.
18 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta,
1995), cet. 2, hlm. 147-148.
21
diperlukan untuk pemecahan masalah serta mempelajari mengenai latar
belakang masalah dan seluk beluknya.
b) Konsentrasi (concentration), perhatian individu tercurah dan pikiran individu
terpusat pada hal-hal yang mereka kerjakan. Tahap konsentrasi merupakan
waktu pemusatan, waktu untuk menimbang-nimbang, waktu menguji, waktu
awal untuk mencoba dan mengalami gagal (trial and error).
c) Inkubasi (incubation), individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara
dari masalah yang dihadapi atau tidak memikirkan secara sadar, tetapi
menyimpannya dalam alam pra sadar. Artinya individu mencari kegiatan-
kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran terhadap masalah yang
dihadapi, namun untuk sementara waktu.
d) Iluminasi (Illumination), hasil kreatif baru muncul pada periode ini, individu
mengalami insight, ide untuk pemecahan masalah muncul secara tiba-tiba dan
diikuti perasaan senang.
e) Verifikasi (verification), pada tahap pembuktian ini individu
mengekspresikan ide-idenya dalam bentuk nyata. Dalam menentukan apakah
penyelesaian masalah nampak dalam fakta-fakta yang benar, individu
mengevaluasi hasil penyelesaian masalah.
4. Pentingnya Kreativitas Bagi Guru
Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses
pendidikan, dipundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya
mengantarkan peserta didik ke tujuan pendidikan yang telah diciptakan. Setiap
akan mengajar, ia perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan
sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan.19
Guru pada masa kini nampaknya semakin berat karena tuntutan
masyarakat modern yang semakin kompleks. Guru disamping itu sebagai pendidik
dan pembimbing mempunyai peranan yang sangat mendasar dalam upaya
19 Oemar Hamalik, Proses Belajar mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 7, hlm.
116-117.
22
mengembangkan potensi anak didik melalui kegiatan sehari-hari. Tugas guru
disamping menyampaikan ilmu pengetahuan (Transfer Of Knowledge) juga
pengetahuan itu harus menjadi kontrol bagi setiap manusia dalam aspek
kehidupan sebagai realisasi wujud manusia Indonesia seutuhnya (Transfer Of
Value).20
Dengan demikian seorang guru dalam melaksanakan tugas profesinya
harus memiliki kreativitas. Hal ini sangat bermanfaat dalam mengantisipasi
tuntutan pendidikan pada era globalisasi ini.
Perilaku kreatif tersebut diharapkan dapat memacu kemampuan untuk
menghasilkan, mengemukakan, merespon, mewujudkan ide, dan menanggapi
masalah pendidikan yang berkembang sehingga membutuhkan daya kreasi guru
dalam proses pembelajaran.21
Kunci yang harus dipegang dalam hal ini ialah
bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak didik ketika
mereka melaksanakan kegiatan agar diikuti dengan kepatuhan. Cara terbaik untuk
menciptakan suasana itu adalah dengan menimbulkan kekaguman anak didik
kepada sang guru. Anak didik harus menjadi Fans bagi guru.22
B. Metode Pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral dan Nilai
Keagamaan
1. Aspek Pengembangan Moral dan Nilai Keagamaan pada Anak Usia Dini
a. Timbulnya Jiwa Agama Pada Anak
Anak dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun
dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang
bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui
bimbingan dan arahan yang mantap. Salah satu potensi bawaan yang dibawa
manusia sejak lahir adalah potensi beragama. Potensi beragama yang ada pada
20 M. Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar
pendidikan Agama Islam (PBM-PAI) di Sekolah, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1998), cet.1, hlm.
191.
21 Nursito, Kiat Menggali Kreativitas, hlm. 32.
22 Nursito, Kiat Menggali Kreativitas, hlm. 33.
23
diri manusia memerlukan bimbingan dari seorang pendidik, oleh karena itu
orang tua berperan penting di dalam mengarahkan potensi tersebut.23
Sesuai prinsip pertumbuhannya, maka anak menuju dewasa
memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu:
a) Prinsip Biologis, anak yang baru lahir, belum dapat berdiri sendiri dalam
arti masih dalam kondisi lemah secara biologis. Keadaan tubuhnya belum
tumbuh sempurna untuk difungsikan secara maksimal.
b) Prinsip tanpa daya, anak yang baru lahir hingga menginjak usia dewasa
selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya, ia tidak berdaya untuk
mengurus dirinya.
c) Prinsip eksplorasi, jasmani dan rohani manusia akan berfungsi sempurna
jika dipelihara dan dilatih, sehingga anak sejak lahir baik jasmani maupun
rohaninya memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan
yang berlangsung secara bertahap.24
Disamping itu perkembangan pada anak usia dini ditandai dengan
aspek perkembangan moral. Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan
dan kelakuan, akhlak dan sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan
yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak
baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk
membedakan perbuatan yang benar dan salah. Moral merupakan pengendali
tingkah laku.25
Bagi seorang anak pengembangan moral akan dikembangkan melalui
pemenuhan kebutuhan jasmani, untuk selanjutnya dipolakan melalui
pengalaman dalam lingkungan keluarga, sesuai nilai-nilai yang
23 Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah; Upaya Mengefektifkan
Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga, (Yogyakarta: Belukar, 2006), hlm. 110.
24 Mansur, PAUD dalam Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. 3, hlm. 45.
25 Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, hlm. 109.
24
diberlakukannya. Berkaitan dengan perkembangan moral, Kohlberg yang
dikutip oleh Santrock membagi tiga tahap sebagai berikut:26
1) Tahap Pra konvensional (usia 2-8 tahun), pada tahap ini anak tidak
memperlihatkan Internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman.
2) Tahap Konvensional (usia 9-13 tahun), anak mentaati standar-standar
tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar orang lain (eksternal),
seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat.
3) Tahap Pasca Konvensional (13 tahun ke atas), pada tahap ini anak
mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan dan
kemudian memutuskan suatu kode moral pribadi.
Ada beberapa teori timbulnya jiwa keagamaan pada anak, yakni:
1) Rasa Ketergantungan (Sense Of Depended)
Manusia dilahirkan di dunia ini memiliki empat kebutuhan, yakni
keinginan untuk perlindungan (security), keinginan akan pengalaman baru
(new experience), keinginan untuk mendapat tanggapan (response), dan
keinginan untuk dikenal (recognition). Berdasarkan kenyataan dan kerjasama
dari empat keinginan itu, maka bayi sejak dilahirkan hidup dalam
ketergantungan. Melalui pengalaman-pengalaman yang diterimanya dari
lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.
2) Instink Keagamaan
Bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink, diantaranya
keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena
beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink
belum sempurna. Dengan demikian pendidikan agama perlu diperkenalkan
kepada anak jauh sebelum usia 7 tahun.27
Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, timbulnya
jiwa keagamaan pada anak melalui orang-orang dalam lingkungan dan tempat
26 Mansur, PAUD dalam Islam, hlm. 46-47.
27 Mansur, PAUD dalam Islam, hlm. 47-48.
25
mereka hidup. Jika mereka lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang beragama, mereka akan mendapat pengalaman agama itu melalui ucapan,
tindakan, dan perlakuan. Tindakan dan perlakuan orang tua terhadap dirinya
dan saudara-saudaranya merupakan unsur-unsur yang akan menjadi bagian
pribadinya pula dikemudian hari. Tindakan dan perlakuan orang tua yang
sesuai dengan ajaran agama, akan menimbulkan pada si anak pengalaman-
pengalaman hidup sesuai dengan agama, yang kemudian akan bertumbuh
menjadi unsur-unsur yang merupakan bagian dalam pribadinya nanti.28
b. Perkembangan Agama Pada Anak
Pendidikan agama dalam keluarga sebelum si anak masuk sekolah,
terjadi secara tidak formal. Pendidikan agama pada umur ini melalui semua
pengalaman anak, baik berupa ucapan yang didengarnya, tindakan, perbuatan
dan sikap yang dilihatnya, maupun perlakuan yang dirasanya. Oleh karena itu,
keadaan orang tua dalam kehidupan mereka sehari-hari mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam pembinaan kepribadian anak. Karena mereka belum
mampu memahami kata-kata yang abstrak, akan tetapi mereka dapat
merasakan sikap, tindakan orang tua mereka. Berikut dijelaskan perkembangan
anak dalam beberapa fase (tingkatan) yakni:
1) The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Pada anak dalam tingkat ini (usia 3-6) konsep mengenai Tuhan lebih
banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat ini anak menghayati
konsep ketuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya,
sehingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep
fantastis yang diliputi oleh dongeng yang kurang masuk akal.
2) The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk SD hingga sampai ke usia
adolesens. Pada masa ini ide ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-
28 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet. 17, hlm. 127-
128.
26
konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realis). Konsep ini timbul melalui
lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa
lainnya.
3) The Individual Stage (Stage Individu)
Anak pada tingkat ini memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi
sejalan dengan perkembangan usia mereka. Ada beberapa alasan mengenalkan
nilai-nilai agama kepada anak usia dini, yaitu anak mulai punya minat, semua
perilaku anak membentuk suatu pola perilaku, mengasah potensi positif diri,
sebagai individu, makhluk sosial dan hamba Allah.29
c. Sifat-sifat Agama Pada Anak
Sesuai dengan ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada anak-
anak tumbuh mengikuti pola Ideas concept on author. Ide keagamaan anak
hampir sepenuhnya autoritas, maksudnya konsep keagamaan Pada diri mereka
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka. Berdasarkan hal ini, maka bentuk
dan sifat agama pada diri anak dibagi menjadi:
1) Unreflective (tidak mendalam), mereka mempunyai anggapan atau
menerima terhadap ajaran agama dengan tanpa kritik. Kebenaran yang
mereka terima tidak begitu mendalam sehingga cukup sekedar saja dan
mereka sudah merasa puas dengan keterangan yang kadang-kadang kurang
masuk akal.
2) Egosentris, semakin tumbuh semakin meningkat pula egoisnya.
Sehubungan dengan itu, maka dalam masalah keagamaan anak telah
menonjolkan kepentingan dirinya dan telah menuntut konsep keagamaan
yang mereka pandang dari kesenangan pribadinya.
3) Anthropomorphis, konsep ketuhanan pada diri anak menggambarkan
aspek-aspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dalam pikiran,
mereka menganggap bahwa peri keadaan Tuhan itu sama dengan manusia.
Anak menganggap bahwa Tuhan dapat melihat segala perbuatannya
29 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, hlm. 48-50.
27
langsung ke rumah-rumah mereka sebagaimana layaknya orang mengintai.
Konsep ketuhanan yang demikian itu mereka bentuk sendiri berdasarkan
fantasi masing-masing.
4) Verbal dan ritualis, Latihan-latihan bersifat verbalis dan upacara
keagamaan yang bersifat ritualis merupakan hal yang berarti dan
merupakan hal yang berarti dan merupakan salah satu ciri dari tingkat
perkembangan agama pada anak-anak.
5) Imitatif, dalam segala hal anak merupakan peniru yang ulung, dan sifat
peniru ini merupakan modal yang positif dalam pendidikan keagamaan
pada anak.
6) Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang
terakhir. Pada anak rasa kagum pada anak-anak ini belum bersifat kritis dan
kreatif, sehingga hanya kagum terhadap keindahan lahiriyah saja. Hal ini
merupakan langkah pertama dari pernyataan kebutuhan anak akan
dorongan untuk mengenal suatu pengalaman yang baru (new experience).
Dengan demikian kompetensi dan hasil belajar yang perlu dicapai pada
aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama adalah kemampuan
melakukan ibadah mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan
mencintai sesama manusia.30
2. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”.
Kata ini berasal dari suku kata yaitu “Metha” yang berarti melalui atau
melewati, dan “todos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan
yang dilalui untuk mencapai tujuan.31
Atau dengan perkataan lain metode ialah
30 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, hlm. 52-55.
31Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hlm. 40.
28
ilmu tentang cara yang harus dilalui dalam proses pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran.32
Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat” dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, “metode” adalah cara teratur dan berfikir baik-baik untuk
mencapai maksud.33
Bila dihubungkan dengan pendidikan maka strategi
tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka
mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima
pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Secara rinci al Syaibany (1979) dengan mengutip beberapa pendapat
para ahli menurunkan pengertian metode sebagai berikut:
1) Mohd Athiyah al Abrasy, mengartikan metode ialah jalan yang kita ikuti
dengan memberi faham kepada murid-murid segala macam pelajaran,
dalam segala mata pelajaran. Ia adalah rencana yang kita buat untuk diri
kita sebelum kita memasuki kelas dan kita terapkan dalam kelas itu sesudah
kita memasukinya.
2) Prof Mohd Abd Rohim Ghunaimah, mengartikan metode sebagai cara-
cara yang praktis dalam menjalankan tujuan-tujuan dan maksud-maksud
pengajaran
3) Edgal Bruce Wesley, mengartikan metode dalam bidang pendidikan
sebagai rentetan kegiatan belajar pada murid-murid, atau ia adalah proses
yang pelaksanaannya yang sempurna menghasilkan proses belajar, atau ia
adalah jalan yang dengannya pengajaran itu menjadi berkesan.
Dari tampilan para ahli diatas, unsur-unsur yang sangat besar perannya
walau ditampilkan dalam redaksi yang tidak sama, tapi ada muatan-muatan
substantif di dalamnya. Dengan kata lain, ada muatan nilai yang sama dalam
masing-masing pengertian diatas antara lain sebagai berikut:
32 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005). Cet. 4, hlm 2.
33 Armai Arief, Pengantar Ilmu, hlm. 3.
29
1) Bahwa metode mengajar adalah jalan seorang guru untuk memberi paham
kepada murid-muridnya dan merubah tingkah lakunya sesuai dengan
tujuan-tujuan yang didinginkan
2) Bahwa metode mengajar mempunyai arti lebih dari pada hanya sebagai alat
untuk menyampaikan ilmu dan pengetahuan kepada otak murid
3) Bahwa pelaksanaan pengajaran yang lebih baik atau perubahan yang
diinginkan pada tingkah laku pelajar adalah tujuan asasi bagi proses
pengajaran
4) Bahwa kegiatan pengajaran adalah kegiatan yang terarah dan sekaligus
mempunyai berbagai segi. Bertujuan untuk mencapai proses belajar yang
diinginkan.
5) Bahwa metode mengajar adalah suatu proses lebih dari segala-galanya.
Oleh karena itu ia adalah proses. Maka ia haruslah terdiri dari langkah-
langkah dan unsur-unsur yang digunakan pada metode tertentu dalam
pengajaran betul-betul digunakan atau dapat digunakan pada metode-
metode lain.34
b. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran banyak sekali macamnya dan guru sebagai ahli
metodologi pengajaran harus mampu menguasai teknik penggunaannya, sebab
masing-masing metode mempunyai segi kelebihan dan kekurangannya.
Sehubungan dengan hal tersebut yang perlu digarisbawahi adalah walaupun
banyak metode pembelajaran tetap prinsip penggunaannya sama.
Prinsip-prinsip metode pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli
mempunyai corak dan variasi sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Misalnya pendapat Yusuf Djajadisastra, Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan
dalam menggunakan metode pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Harus dapat membangkitkan motivasi, minat dan gairah belajar
2) Harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian peserta didik
34 Khairan Rosyadi, Pendidikan Profetik,(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004), hlm. 209-211
30
3) Harus dapat memberi kesempatan bagi ekspresi yang kreatif dan kepribadian
peserta didik
4) Harus dapat merangsang keinginan peserta didik untuk belajar lebih lanjut,
melakukan eksplorasi dan inovasi
5) Harus dapat mendidik peserta didik dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi
6) Harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalistik dan menggantinya
dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan
7) Harus dapat membimbing peserta didik agar pada akhirnya mampu berdiri
sendiri atas tanggung jawab sendiri.35
Menurut Hasan Langgulung sebagaimana dikutip oleh Zuhairini,
dikemukakan ada 3 prinsip yang mendasari metode pengajaran dalam Islam,
yaitu:
1) Sifat-sifat metode dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama
pendidikan Islam, yaitu pembinaan manusia mu’min yang mengaku hamba
Allah.
2) Berkenaan dengan metode pengajaran yang prinsip-prinsipnya terdapat dalam
Al Qur’an atau disimpulkan dari padanya
3) Membangkitkan motivasi dan adanya kedisiplinan atau dalam istilah Al
Qur’an disebut ganjaran (tsawab) dan hukuman (Iqob).36
c. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih Metode
Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran bukanlah aktivitas yang berdiri sendiri
melainkan senantiasa berhubungan erat dengan faktor-faktor pengajaran lainnya
dalam proses pembelajaran. Adapun metode apa yang hendak digunakan adalah
hak guru sesuai dengan kemampuan dalam menggunakannya.
35 Yusuf Djajadisastra, Metode mengajar I, (Bandung: Angkasa Bandung, 1982), hlm. 11-12.
36 Zuhairini, dkk. Metode Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1991),
hlm. 64-69.
31
Sesuai dengan kekhususan-kekhususan yang ada pada masing-masing
bahan atau materi pelajaran baik sifat maupun tujuan, maka diperlukan metode-
metode yang berlainan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Adapun faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran
adalah:
1) Peserta Didik
Peserta didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan.
Di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Di ruang kelas guru
akan berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan latar belakang kehidupan
yang berlainan. Demikian juga halnya mengenai jenis kelamin mereka, postur
tubuh. Pendek kata, dari aspek fisik ini selalu ada perbedaan dan persamaan pada
setiap peserta didik
Jika pada aspek biologis ada persamaan dan perbedaan maka pada aspek
intelektual juga ada perbedaan. Para ahli sepakat bahwa secara intelektual peserta
didik selalu menunjukkan perbedaan. Hal ini terlihat dari cepatnya tanggapan
peserta didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar
mengajar dan lambatnya tanggapan peserta didik terhadap rangsangan yang
diberikan guru. Dari aspek psikologis sudah diakui ada juga perbedaan. Di
sekolah perilaku peserta didik selalu menunjukkan perbedaan, kreatif, suka bicara,
ada yang pendiam (introvert), ada yang terbuka (ekstrovert).
Perbedaan individual peserta didik pada aspek biologis, intelektual,
psikologis sebagaimana disebutkan diatas, mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relatif lama demi terciptanya
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Dengan demikian
jelas kematangan peserta didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode pembelajaran.
2) Tujuan
Setiap orang yang mengerjakan sesuatu haruslah mengetahui dengan jelas
tentang tujuan yang hendak dicapainya. Demikian juga setiap pendidik atau setiap
guru yang pekerjaan pokoknya mendidik dan mengajar haruslah mengerti akan
32
tujuan pendidikan. Pengertian akan tujuan pendidikan ini mutlak perlu sebab
tujuan itulah yang akan menjadi sasaran dan menjadi pengarah dari pada tindakan-
tindakan dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Disamping menjadi sasaran
dan menjadi pengarah, tujuan pendidikan dan pengajaran juga berfungsi sebagai
kriteria bagi pemilihan dan penentu alat-alat (termasuk metode) yang akan
digunakan dalam mengajar.37
3) Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya
sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi
belajar-mengajar terbuka, yaitu di luar sekolah, maka dalam hal ini tentu memilih
metode mengajar sesuai dengan situasi yang diciptakan itu.
4) Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar peserta
didik di sekolah. Lengkap atau tidak lengkapnya fasilitas belajar akan
mempengaruhi pemilihan metode mengajar, kemampuan suatu metode mengajar
akan terlihat jika faktor lainnya mendukungnya.
5) Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru yang
kurang suka berbicara, tetapi seorang guru lain suka berbicara, seorang guru yang
bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang sarjana
bukan pendidikan dan keguruan di bidang ilmu kependidikan dan keguruan.
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi.
Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam
memilih dan menentukan metode, apalagi belum memiliki pengalaman mengajar
yang memadai. Walaupun demikian, baik dia berlatarbelakang pendidikan guru
maupun dia yang berlatarbelakang bukan pendidikan guru, dan sama-sama minim
pengalaman mengajar di kelas, cenderung sukar memilih metode yang tepat.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latarbelakang
37 Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama, hlm. 70.
33
pendidikan dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru yang dapat
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.38
6) Sifat Bahan Pelajaran
Setiap pelajaran mempunyai sifat masing-masing, paling tidak sifat mata
pelajaran ini adalah mudah, sedang dan sukar. Ketiga sifat ini tidak bisa diabaikan
begitu saja dalam mempertimbangkan pemilihan metode mengajar. Untuk metode
tertentu barangkali cocok untuk mata pelajaran lain.
7) Kelebihan dan Kekurangan Metode
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dua sisi ini perlu
diperhatikan oleh guru. Jumlah peserta didik di kelas dan kelengkapan fasilitas
mempunyai andil, tepat atau tidak tepatnya suatu metode digunakan untuk
membantu proses pengajaran. Metode yang tepat untuk pengajaran tergantung
dari kecermatan guru untuk menilainya.39
d. Macam-macam Metode Pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral
dan Nilai Keagamaan
1) Metode Pembiasaan
a) Pengertian Metode Pembiasaan
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa” adalah lazim atau umum; seperti sedia
kala; sudah merupakan hal yang tidak dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses sehingga
kebiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang menjadi
biasa.
Dalam kaitannya dengan metode pembelajaran dalam pendidikan Islam,
dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan
38 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta::
Rineka Cipta, 2000), hlm. 89-92.
39 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, hlm. 192-193.
34
untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntutan ajaran agama Islam.40
Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan tahap
peserta didik yang berusia kecil. Ketika anak masih kecil selalu dibiasakan
untuk senantiasa melakukan ajaran agama, maka anak tersebut akan terbiasa
melaksanakannya. Tanpa latihan dan pengalaman yang dibiasakan, maka akan
sulit bagi seseorang anak untuk melaksanakan ajaran agama.41
Al Qur’an sebagai sumber ajaran Islam memuat prinsip-prinsip umum
pemakaian metode pembiasaan dalam proses pendidikan. Dalam merubah
perilaku negatif misalnya, al Qur’an memakai pendekatan pembiasaan secara
berangsur-angsur. Kasus pengharaman khamr misalnya. Sebagai gambaran
umum Allah swt. Berfirman dalam QS. An Nahl : 67
“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang
memabukkan dan rizki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
memikirkan”. (QS. An-Nahl: 67).42
Untuk tahap awal Allah berfirman dalam QS al Baqarah: 219, dalam
ayat ini Allah mengisyaratkan adanya alternatif pilihan yang diberikan : antara
memilih yang banyak positifnya, atau memilih banyak negatifnya. Tahap
kedua Allah berfirman dalam QS an Nisa’ : 43 yang menerangkan bahwa:
meminum khamr adalah perbuatan dan kebiasaan tidak terpuji. Kemudian pada
tahap ketiga Allah secara tegas melarang meminum khamar yang termaktub
dalam QS. Al Maidah : 90.
40 Armai Arief, Pengantar Ilmu, hlm. 110.
41 Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, hlm. 35.
42 Bachtiar Surin, Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an, hlm. 573.
35
b) Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan
1) Kelebihan
a) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik
b) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah, tetapi juga
berhubungan dengan aspek bathiniyah
c) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling
berhasil dalam pembentukan kepribadian peserta didik.
2) Kekurangan
Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang
benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan dalam menanamkan
sebuah nilai kepada anak didik. Oleh karena itu pendidik yang dibutuhkan
dalam mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik pilihan yang mampu
menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan, sehingga tidak terkesan
bahwa pendidik hanya mampu memberi nilai tetapi tidak mampu
mengamalkan nilai yang disampaikan terhadap anak didik.
Sangat penting kiranya untuk menginternalisasikan kebiasaan-
kebiasaan yang baik pada awal kehidupan anak seperti melaksanakan
sholat lima waktu, berpuasa dan lain-lain. Agama Islam sangat
mementingkan pembiasaan itulah diharapkan siswa mengamalkan ajaran
Islam secara berkelanjutan.43
2) Metode Keteladanan
a) Pengertian Metode Keteladanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu perbuatan atau barang yang
patut ditiru dan dicontoh. Oleh karena itu “keteladanan” adalah hal-hal
yang dapat ditiru dan dicontoh. Dalam bahasa Arab keteladanan
diungkapkan dengan kata “uswah” dan “qudwah”, yang berarti suatu
keadaan ketika seseorang manusia mengikuti manusia lain, apakah
dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan atau kemurtadan.
43 Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), Hlm. 60.
36
Dengan demikian keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru
atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang
dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai
pendidikan Islam, yakni keteladanan yang baik.
Sebagai pendidikan yang bersumber pada al Qur’an dan Sunnah
Rasulullah, metode keteladanan tentunya didasarkan pada sumber
tersebut. Dalam al Qur’an “keteladanan” diistilahkan dengan kata
uswah. Firman Allah dalam QS. Al Mumtahanah: 6
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan
yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala)
Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan Barangsiapa yang
berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.”44
b) Kelebihan dan Kekurangan Metode Keteladanan
1) kelebihan
a) Akan memudahkan anak dalam menerapkan ilmu yang
dipelajarinya di sekolah
b) Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajarnya
c) Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik
d) Bila keteladanan dalam lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.
e) Tercipta hubungan harmonis antara guru dan siswa
f) Secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang
diajarkannya
g) Mendorong guru un tuk selalu berbuat baik karena akan
dicontoh oleh siswanya
2) kelemahan
44 Bachtiar Surin, Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an, hlm. 1279.
37
a) Jika figur yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung
untuk mengikuti tidak baik.
b) Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.45
Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam
upaya mencapai keberhasilan pendidikan karena secara psikologi, anak
didik banyak meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnya termasuk
diantaranya adalah para pendidik. Oleh karena itu, keteladanan banyak
kaitannya dengan perilaku, dan perilaku yang baik adalah tolok ukur
keberhasilan pendidikan.46
3) Metode Kisah
a) Pengertian Metode Kisah
Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan
materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana
terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan.
Dalam mengaplikasikan metode ini pada Proses Belajar Mengajar
(PBM), metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan yang
masyhur dan terbaik. Sebab itu mampu menyentuh jiwa jika didasari
ketulusan hati yang mendalam. Disamping itu metode kisah memiliki
peranan penting dalam memperoleh ingatan anak dan kesadaran berfikir.
Metode kisah diisyaratkan dalam al Qur’an surat Yusuf: 3
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum
kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum
mengetahui.47
45 Armai Arief, Pengantar Ilmu, hlm 110-123
46 Armai Arief, Pengantar Ilmu, hlm.124.
47 Bachtiar Surin, Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an, hlm. 473.
38
Kandungan ayat ini mencerminkan bahwa cerita yang ada dalam al
Qur’an merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai
paedagogis.48
Ayat ini diperkuat oleh ayat lain surat Yusuf 111yang
berbunyi:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang beriman.”49
b) Kelebihan dan Kekurangan Metode Kisah
1) Kelebihan :
a) Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat siswa.
Karena setiap anak didik akan senantiasa merenungkan makna dan
mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga anak didik terpengaruh
oleh tokoh dan topik kisah tersebut.
b) Mengarahkan semua emosi hingga menyatu pada satu kesimpulan
yang menjadi akhir cerita.
c) Kisah selalu memikat, karena mengundang pendengaran untuk
mengikuti peristiwanya dan merenungkan maknanya.
d) Dapat mempengaruhi emosi, seperti takut, perasaan diawasi, rela,
senang, sungkan atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita.
2) Kekurangan:
a) Pemahaman siswa menjadi sulit karena kisah itu telah terakumulasi
oleh masalah lain
b) Bersifat monolog dan dapat menjenuhkan siswa
48 Armai Arief, Pengantar Ilmu, hlm. 161.
49 Bachtiar Surin, Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an, hlm.505.
39
c) Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang
dimaksud sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan.50
4) Metode Karya Wisata
a) Pengertian Metode Karya Wisata
Menurut H.Zuhairini dkk, metode karya wisata adalah suatu metode
pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak keluar kelas
untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya
dengan pelajaran. Tim Diktatik Metodik Kurikulum menjelaskan, bahwa
metode Karya Wisata adalah suatu metode mengajar dimana siswa dan guru
pergi meninggalkan sekolah menuju ke suatu tempat untuk menyelidiki atau
mempelajari hal tertentu.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas terlihat bahwa metode ini
merupakan sebuah alternatif yang diperuntukkan bagi siswa agar
mendapatkan/memperoleh pengalaman belajar yang tidak diperolehnya
secara langsung di dalam kelas. Metode ini sangat baik dilakukan sebagai
selingan out door study sebab para siswa dapat diajak langsung ke alam
yang sebenarnya.
Dalam al Qur’an diterangkan dalam kisah Nabi Musa a.s. bersama
Nabi Khidir a.s. peristiwa ini dijelaskan secara detail dalam QS. Al Kahfi
diantaranya yang digambarkan dalam ayat 65
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan
yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”51
b) Kelebihan dan Kekurangan Metode Karya Wisata
50 Armai Arief, Pengantar Ilmu, hlm.160-163
51 Bachtiar Surin, Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an, hlm.634.
40
1) Kelebihan:
a) Siswa dapat menyaksikan secara langsung kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di tempat kunjungan tersebut.
b) Siswa memperoleh pemantapan teori-teori yang pernah mereka
pelajari di sekolah dengan kenyataan aplikasi yang diterapkan
pada objek yang mereka kunjungi. Dalam hal ini bisa juga
mendapat pengalaman-pengalaman baru dengan ikut serta atau
mencoba dan membuktikan secara langsung dengan objeknya.
c) Siswa dapat menghayati pengalaman praktek suatu ilmu yang telah
diperolehnya di sekolah.
d) Siswa bisa memperoleh informasi yang lebih akurat dengan jalan
mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang
diberikan oleh petugas setempat
e) Dalam karya wisata berbagai mata pelajaran dapat dipelajari
sekaligus dan integral, dan tidak hanya terbatas pada satu mata
pelajaran
2) Kekurangan:
a) Waktu yang dibutuhkan cukup panjang apalagi persiapan ataupun
pelaksanaan acara tersebut tidak diatur dengan baik
b) Pembiayaan dalam sebuah karya wisata merupakan beban
tambahan yang akan memberatkan bagi anak-anak yang orang
tuanya kurang mampu.
c) Karya wisata akan berubah menjadi piknik karena persiapan yang
tidak matang.
d) Beberapa acara ini sering terabaikan karena pelaksanaan acara
tidak tepat pada waktunya.52
52 Armai Arief, Pengantar Ilmu, hlm.168-169.
41
Berkaryawisata mempunyai makna penting bagi perkembangan
anak karena dapat membangkitkan minat anak kepada sesuatu hal,
memperluas perolehan informasi juga memperkaya lingkup program
kegiatan belajar anak yang tidak mungkin di hadirkan di kelas. Seperti
melihat berbagai macam hewan, mengamati proses pertumbuhan, tempat-
tempat khusus dan pengelolaannya, berbagai macam kegiatan transportasi,
lembaga sosial budaya. Jadi dengan karya wisata anak dapat belajar dari
pengalaman sendiri, sekaligus anak dapat melakukan generalisasi
berdasarkan sudut pandang mereka.53
5) Metode Demonstrasi
a) Pengertian Metode Demonstrasi
Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses
pembentukan tertentu kepada siswa.
Metode demonstrasi seperti dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah
dibawah ini
Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada
kami Ishaq bin Isa. Menceritakan kepada kami Malik dari Tsauri bin Zaid
ad Dilly, ia berkata: Saya mendengar bapaknya, Ghoits bercerita dari Abu
Hurairah, r.a ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Orang yang
menanggung (hidup) anak yatim piatu atau yang lainnya, maka saya
(Nabi) dan dia seperti orang yang tidak dapat dipisahkan di dalam surga.
Dan Malik memberi isyarat dengan jari yaitu telunjuk dan jari tengah (HR.
Muslim)
53 Moeslikhatun.R, Metodologi Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004), Cet.2, Hlm.25-26.
42
b) Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
1) Kelebihan:
Metode Demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
a) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan, karena siswa tidak hanya mendengar,
tetapi juga melihat bahkan mempraktekkannya secara langsung.
c) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran
dalam waktu yang relatif singkat.
d) Dapat memusatkan perhatian anak didik.
e) Dapat menambah pengalaman anak didik.
f) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi
lebih jelas dan konkrit.
g) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran
setiap siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung.
2) Kelemahan:
a) Memerlukan waktu yang cukup banyak. Namun hal ini dapat
ditanggulangi dengan menyediakan waktu khusus yang cukup
memadai untuk melaksanakan metode demonstrasi.
b) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi
kurang efektif. Oleh karena itu, perlu melengkapi semua alat yang
diperlukan dalam menggunakan metode ini.
c) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian
alat-alat. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu merencanakan
pembelian alat-alat tersebut.
d) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Oleh karena itu, guru dan
siswa perlu persiapan fisik, di samping penguasaan teori.
43
e) Bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak
efektif. Oleh karena itu, setiap siswa harus diikutsertakan dan
melarang berbuat kegaduhan.54
Metode Demonstrasi menunjukkan, mengerjakan, dan memperjelas.
Jadi dalam demonstrasi kita menunjukkan dan menjelaskan cara-cara
memperjelas sesuatu. Melalui demonstrasi diharapkan anak dapat mengenal
langkah-langkah pelaksanaan
Demonstrasi mempunyai makna penting bagi anak diantaranya:
Dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan
Dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip dengan peragaan
Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti dan
cermat
Membantu mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan
secara tepat.
Membantu mengembangkan kemampuan untuk melakukan segala
pekerjaan secara teliti, cermat dan tepat.55
54 Armai Arief, Pengantar Ilmu, hlm.190-192.
55 Moeslikhatun, Metodologi Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, hlm. 27.
44
BAB III
KREATIVITAS GURU PAUD DALAM MENGGUNAKAN METODE
PEMBELAJARAN PADA ASPEK PENGEMBANGAN MORAL
DAN NILAI KEAGAMAAN DI PAUD SE KECAMATAN TUGU
KOTA SEMARANG
A. Penggunaan Metode Pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral
dan Nilai Keagamaan di PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang.
1. Pembelajaran pada Aspek Pengembangan Moral dan Nilai Keagamaan
di PAUD se kecamatan Tugu Kota Semarang
PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan informal.
Dalam proses belajar mengajar, guru adalah sentral dari setiap kegiatan
yang ada di kelas ketika seorang guru mampu membawakan dirinya sebagai
seorang pengajar, pembimbing dan penolong bagi seorang peserta didik, maka
proses pembelajaran akan berhasil. Dalam pembelajaran itu sendiri, seorang guru
harus mampu menentukan metode yang sesuai dengan materi. Untuk itu seorang
guru dituntut untuk kreatif dan mampu menciptakan hal-hal yang baru dalam
pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar anak.
Setelah persiapan bahan/materi sudah siap, saatnya guru memulai kegiatan
pelajaran yang menyenangkan. Lakukan kegiatan ini dengan tahap-tahap yang
memungkinkan anak mampu mengikutinya. Hal-hal yang diperlukan untuk
pembelajaran anak usia dini bukan seperti anak usia sekolah akan tetapi, hal yang
diperlukan disini adalah pemberian stimulus/rangsangan. Oleh karena itu,
kegembiraan dan suasana yang menyenangkan adalah kunci keberhasilan. Jadi
45
guru harus menciptakan suasana yang nyaman dan senang anak. Suasana
menyenangkan akan menumbuhkan semangat belajar anak.
Di bawah ini peneliti akan deskripsikan pembelajaran di PAUD se
Kecamatan Tugu Kota Semarang yang secara khusus mengkaji para guru PAUD
yang tergabung dalam wadah HIMPAUDI Kecamatan Tugu dalam menggunakan
metode pembelajaran yang digunakan. Khususnya dalam pengembangan aspek
moral dan nilai keagamaan.
PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang Terdiri dari 6 PAUD. 5
diantaranya bergabung dengan wadah organisasi HIMPAUDI dan 1 (PAUD
Mayangkoro) tidak ikut di dalamnya. PAUD yang termasuk anggota HIMPAUDI
adalah PAUD Khadijah, PAUD Lathifah 06, PAUD Hidayatul Muta’alimin,
PAUD Nur Ilmi dan PAUD Aisyiyah 12. Jadi dalam penelitian ini, peneliti
menunjuk 5 PAUD tersebut sebagai objek penelitian.
a. PAUD Khadijah
Setelah bel berbunyi anak-anak berbaris di depan ruang kelas. Dengan
dipandu guru, salah satu anak memimpin barisan kemudian membaca Surat Al-
Fatihah dan dilanjutkan dengan membaca 2 kalimah Syahadat secara bersama-
sama. Sebagai penutup, guru mengucapkan sapaan selamat pagi pada anak dan
dilanjutkan berjabat tangan dengan guru-guru kemudian anak-anak memasuki
ruang kelas. Dalam ruang kelas anak-anak terlebih dahulu absensi diri yang
disediakan pada papan gambar yang mempunyai corak gambar lucu dan menarik.
Kemudian anak tadarus dengan membaca surat-surat pendek, doa sebelum belajar,
doa untuk kedua orang tua dan menyanyikan lagu keagamaan dan ditutup dengan
menyanyikan lagu Mars NU.1
Serangkaian kegiatan di atas semata-mata mendidik dan membentuk
kepribadian anak dan mengedepankan nila sosial, kebersamaan, kedisiplinan,
1 Observasi Pembelajaran di PAUD Khadijah, tanggal 18 April 2011.
46
ketaatan atau keimanan kepada Sang Khaliq sejak dini. Sehingga kelak hidup di
masyarakat menjadi warga masyarakat yang baik dan bermanfaat bagi yang lain2.
Memasuki kegiatan inti, guru mengajak anak untuk fokus mengikuti
kegiatan belajar sebagai dasar pengalaman belajar bagi anak. Untuk mendukung
berjalannya kegiatan belajar, guru PAUD Khadijah menggunakan majalah Play
Group sebagai salah satu sumber belajar yang digunakan. Majalah play group
tersebut berisi materi dan lembar kerja anak yang disesuaikan dengan tema dalam
setiap bulannya. Menurut penuturan Ibu Unwah Purwoningrum “ PAUD kami
berlangganan majalah Play Group dalam setiap bulannya, jadi secara rutin anak-
anak dan para orang tua dianjurkan membeli majalah tersebut dalam tiap bulannya
sebagai media pembelajaran anak”.3
Rencana Kegiatan Harian (RKH) disusun sebelum pelaksanaan
pembelajaran. Pada kenyataannya, para guru berkumpul setiap pembelajaran
berakhir. Dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi anak dan sumber belajar
yang tersedia. Dalam 1 pekan, pembelajaran berlangsung selama 3 hari, hari
senin, selasa dan rabu. Dalam 1 harinya, guru dituntut untuk dapat
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia dini. Jadi dibutuhkan
kehati-hatian dan kesungguhan dalam menyusun RKH. Sehingga seluruh aspek
dapat dikembangkan secara detail.
b. PAUD Hidayatul Muta’alimin
Sesuai prinsip pelaksanaan pembelajaran di PAUD, anak didik sebelum
memasuki ruang kelas dirangsang dengan berbagai kegiatan yang bertumpu pada
kesiapan fisik dan mental dalam mengikuti proses pembelajaran. Merupakan
amanat yang besar bagi para guru PAUD untuk mengimplementasikan jenis
2 Wawancara dengan Ibu Unwah Purwoningrum, selaku guru PAUD Khadijah, Tanggal 18
April 2011 di ruang kelas.
3 Wawancara dengan Ibu Nur Hidayah, S. Ag, selaku Kepala PAUD Khadijah, Tanggal 18
April 2011 di ruang kelas.
47
pendekatan sesuai tumbuh kembang anak. Demikian penuturan Ibu Siti Nur
Wakhidah4.
Untuk mengawali kegiatan, anak-anak berkumpul di depan kelas dan
membentuk lingkaran atau formasi lainnya semata-mata bertujuan untuk
merangsang kesiapan anak untuk belajar. Mulai dari berhitung dengan
menggunakan berbagai bahasa seperti: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa
Arab bahkan Bahasa Jawa sekalipun, dilanjutkan dengan pembacaan ikrar dan
diakhiri dengan absensi oleh guru. Kemudian anak-anak diperkenankan masuk
ruangan kelas.
Setelah anak memasuki ruangan kelas, guru selalu menghimbau kepada
anak untuk absensi diri yang disiapkan dalam papan gambar secara mandiri dan
disiplin. Kemudian dilanjutkan pembacaan doa secara bersama-sama meliputi
doa: pembacaan Surat Al-Fatihah, doa belajar, doa untuk kedua orang tua,
pelafalan dua kalimat Syahadat, pembacaan pancasila dan diakhiri pembacaan
Asmaul Husna.5
Pembelajaran di PAUD Hidayatul Muta’alimin berlangsung selama 4 hari.
Hari senin-kamis. Dalam pengaplikasian seluruh aspek anak usia dini yang akan
dikembangkan, guru PAUD Hidayatul Muta’alimin menyusun jadwal
pembelajaran. Berikut jadwal pembelajaran di PAUD Hidayatul Muta’alimin
sbb:
No Hari Aspek yang dikembangkan
1.
2.
3.
4.
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Moral dan nilai agama
Motorik, Bahasa
Seni
Fisik / senam ceria
4 Wawancara dengan Ibu Siti Nur Wakhidah, selaku guru PAUD Hidayatul Muta’alimin,
Tanggal 20 April 2011, di Ruang Kelas.
5 Observasi pembelajaran di PAUD Hidayatul Muta’alimin, Tanggal 20 April 2011, di
Ruang Kelas.
48
Pembelajaran dalam pengembangan moral dan nilai keagamaan ditunjang
dengan adanya sarana buku-buku panduan keagamaan, dan berbagai poster huruf
hijaiyyah, gambar gerakan sholat, tata cara berwudlu dan lain-lain berfungsi
sebagai sumber belajar yang digunakan.
Dalam hal Penyusunan RKH sekaligus evaluasi pembelajaran terkait
dengan RKH yang sudah dilaksanakan dalam pembelajaran terdahulu dibahas
secara bersama-sama setelah kegiatan berakhir dalam setiap harinya. Sehingga
pembelajaran yang akan dilaksanakan mempunyai nilai kualitas yang menjamin
tercapainya tujuan pendidikan. Demikian menurut penuturan Ibu Sri Widayati.
c. PAUD Nur Ilmi
Setelah tanda bel peringatan masuk, anak-anak memposisikan diri berbaris
di luar ruangan kelas untuk membaca ikrar dan syahadatain. Sebagai bentuk
kesiapan fisik anak, guru mengajak anak memasuki ruangan dengan menirukan
salah satu bentuk variasi gaya seperti: kupu-kupu terbang, katak melompat,
berjalan mundur, dll. Setelah anak memasuki ruangan kelas, guru mengatur posisi
duduk anak dengan membentuk lingkaran dan dilanjutkan dengan membaca doa
belajar, membaca surat Al-Fatihah serta mengucapkan salam bersama.
Kemudian guru menyapa anak dengan menanyakan kabar pada hari
tersebut dan memberi kesempatan kepada anak untuk saling tanya kabar antar
teman. Kegiatan Tanya kabar tersebut divariasi dengan masing-masing nama hari
ditunjukkan dengan simbol jari tangan. Misalnya saja, hari senin ditunjukkan
dengan simbol ibu jari (jempol), hari Selasa ditunjukkan dengan simbol jari
telunjuk, begitu seterusnya hingga hari Jum’at dengan menunjukkan jari
kelingking. Masih dalam posisi duduk melingkar, dengan mengaitkan antar jari
sesuai hari saat pembelajaran anak-anak mengucapkan salam dan menanyakan
kabar antar teman secara berpasangan. Begitu seterusnya, dengan tujuan anak-
anak memiliki rasa kepedulian terhadap orang lain. Demikian prinsip yang
ditanamkan oleh guru PAUD Nur Ilmi.
49
Sebagai kegiatan pembuka guru menawarkan kepada anak yang bersedia
untuk berbagi rasa dan cerita dengan teman lainnya tentang berbagai hal yang
mereka rasakan. Dalam kesempatan ini, anak-anak mengekspresikan suasana hati
mereka dalam berbagai bentuk diantaranya; dengan bercerita, bernyanyi, aneka
tepuk dll, sesuai minat anak yang bersedia. Demikian seterusnya dilaksanakan
secara bergantian dalam tiap harinya 6.
Kegiatan pembelajaran di PAUD Nur Ilmi berlangsung selama 5 hari, dari
hari Senin hingga hari Jum’at. Guru menggunakan media buku Iqra’ berjilid dan
berbagai gambar dan poster sebagai media penunjang pembelajaran. Dalam
Setiap harinya dibentuk jadwal pembelajaran sesuai aspek yang dikembangkan.
Dalam penyusunan RKH di PAUD Nur Ilmi ketika pembelajaran berakhir para
guru berkumpul setiap hari jum’at untuk membahas RKH untuk pembelajaran
yang akan datang. Sehingga dalam setiap harinya guru hanya memantapkan
rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan. Adapun jadwal pembelajaran di
PAUD Nur Ilmi adalah sebagai berikut :7
No Hari Aspek yang dikembangkan
1.
2.
3.
4.
5.
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Motorik
Bahasa
Seni
Moral dan nilai agama
Fisik / senam ceria
d. PAUD Lathifah 06
Seperti halnya PAUD-PAUD yang lain, untuk mengawali kegiatan,
terlebih dahulu anak-anak diarahkan untuk fokus dan siap secara fisik dan mental
mengikuti kegiatan. Berbaris, ikrar, membaca syahadatain dan doa belajar sebagai
kegiatan pembuka. Pelaksanaan pembelajaran untuk mengembangkan aspek pada
6 Observasi Pembelajaran di PAUD Nur Ilmi, Tanggal 27 April 2011.
7 Wawancara dengan Ibu Solechatun selaku guru PAUD Nur Ilmi, Tanggal 27 April 2011,
di ruang kelas.
50
anak usia dini tidak dijadwalkan dalam setiap harinya secara khusus, tetapi dalam
setiap pembelajaran dari hari senin- rabu semua aspek dikemas dalam 1 rencana
kerja harian untuk 1 kali pembelajaran. Jadi pada intinya bersifat saling mengisi
dan melengkapi antar seluruh aspek yang harus dikembangkan pada anak usai
dini. Dalam Penyusunan RKH senantiasa guru diskusikan agar pembelajaran
dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran pun dapat tercapai
Di PAUD Lathifah 06 anak dibiasakan untuk saling berbagi, menyayangi,
memaafkan dan saling peduli antar sesama teman. Berbagai usaha dan terobosan
para guru untuk selalu meningkatkan kualitas belajar memacu semangat anak
didik untuk terus maju dan menggapai generasi khoiru ummah 8.
Kemandirian dan rasa sosial yang tinggi senantiasa guru tanamkan dalam
jiwa anak. Terbukti ketika anak dibiasakan untuk mengembalikan mainan ke rak
mainan, dirangsang dengan nyanyian yang mengajak anak untuk mengembalikan
mainan, dengan sendirinya anak mengikuti. Begitu juga halnya ketika kegiatan
penutup dengan menanamkan budaya salam dan salim dengan nyanyian sehingga
dalam mengaplikasikan budaya salim dan salam tersebut dapat terealisasi dengan
tertib 9.
Penggunaan berbagai media seperti buku-buku penunjang pembelajaran
seperti sarana belajar VCD, DVD, TV dan buku-buku dalam setiap aspek
pengembangan di PAUD senantiasa guru gunakan sebagai langkah pencapaian
tujuan pembelajaran dan mengantarkan anak didik menjadi generasi Islam yang
sehat, cerdas dan berakhlakul karimah. Disamping itu, Ibu Nadhiroh bersama
guru PAUD yang lain menata ruangan dengan menarik agar anak tidak merasa
bosan dan senantiasa anak selalu mengalami suasana yang baru dan nyaman saat
pembelajaran berlangsung.
8 Wawancara dengan Ibu Nadhiroh, S.Pd. I, selaku Guru PAUD Lathifah 06, Tanggal 2 Mei
2011, di Kantor PAUD.
9 Observasi Pembelajaran di PAUD Lathifah 06, Tanggal 2 Mei 2011, di Ruang Kelas.
51
e. PAUD Aisyiyah 12
Sebelum kegiatan belajar dimulai, terlebih dahulu anak-anak diberi
kesempatan untuk bermain. Bermain disini bertujuan untuk mengalihkan
perhatian anak tentang apa yang mereka alami di rumah sekaligus kesempatan
anak untuk bereksplorasi dengan dunianya.10
Ketika arah jam menunjukkan pukul
07.30, aktivitas bermain anak sementara dihentikan. Anak-anak dibimbing untuk
memulai kegiatan dengan berkumpul di luar ruangan untuk melakukan kegiatan
fisik-motorik. Dirangsang dengan bentuk kegiatan yang salah satunya adalah
memindahkan batu, menirukan gerakan katak melompat, melompat dengan 1 kaki
dan lain-lain sebagai kegiatan pembuka. Dilanjutkan dengan berbaris dan
membaca ikrar serta doa belajar. Kemudian anak memasuki kelas.
Untuk mengkondisikan anak duduk melingkar dengan siap, guru mengajak
anak-anak untuk bernyanyi dan aneka tepuk yang menarik. Setelah anak berada
dalam kondisi telah siap untuk belajar, barulah guru mengajak anak untuk tadarus
kemudian dilanjutkan absensi dan kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan.11
Pembelajaran dilaksanakan selama 5 hari, dengan disusun jadwal
berdasarkan aspek yang harus dikembangkan anak usia dini. Anak-anak PAUD
Aisyiyah 12 dibekali berbagai pengetahuan, seperti: pengetahuan tentang dasar-
dasar anak usia dini, pengenalan komputer, pengenalan sempoa, pembelajaran
dengan mengembangkan berbagai bahasa, ketrampilan Marching Band dan
olahraga.
Dari deskripsi pembelajaran ke-5 PAUD di atas terdapat persamaan dan
perbedaan yang menonjol. Dari segi persamaan yang ditampilkan oleh masing-
masing PAUD adalah sbb: Kegiatan awal sebelum anak-anak memasuki kegiatan
inti pembelajaran terlebih dahulu guru menyusun suatu kegiatan yang bertumpu
pada kesiapan fisik dan psikis anak menerima materi yang akan disampaikan.
Dikemas dengan berbagai kegiatan seperti: memindahkan batu, menirukan gaya
10 Wawancara pembelajaran dengan Ibu Novia Widayati selaku guru PAUD Aisyiyah 12,
tanggal 7 Mei 2011, di Ruang Kelas.
52
katak melompat, menirukan gaya kupu-kupu terbang, melompat dengan 1 kaki, dll
semata-mata merangsang kesiapan anak menerima materi dan mengikuti kegiatan
belajar secara sempurna. Disamping itu, bentuk persamaan lainnya adalah
kesiapan dan kesabaran guru dalam membiasakan anak dengan budaya religi
dengan membekali anak untuk senantiasa menampilkan perangai yang baik sesuai
tuntunan syariah, berjiwa al-Qur’an dan Sunnah sekaligus mengkonstruk pola
pikir anak untuk berjalan di bumi Allah dengan nafas aswaja sebagai generasi
penerus bangsa untuk menyongsong kehidupan yang lebih bermakna.
Aplikasi dari tujuan mulia diatas, ditandai dengan senantiasa guru
menanamkan kepada anak untuk mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan
berdoa, saling berbagi antar teman, membudayakan salim dan menebar salam
antar saudara muslim dan disiplin terhadap ketentuan yang berlaku.
Sedangkan dari segi perbedaan yang menonjol adalah menurut hemat
penulis terdapat 3 indikator diantaranya sbb:
1. Penyusunan Rencana Kerja Harian
PAUD Khadijah, PAUD Lathifah 06, PAUD Aisyiyah 12, dan PAUD
Hidayatul Muta’alimin untuk penyusunan RKH dilakukan ketika kegiatan
pembelajaran berakhir dengan memperhatikan situasi dan kondisi anak serta
sumber belajar dan sarana pendukung belajar lainnya pada setiap harinya.
Berbeda dengan PAUD Nur Ilmi, jauh-jauh hari sebelum pembelajaran
dilaksanakan, rutin setiap hari jum’at secara bersama-sama menyusun RKH
untuk pembelajaran 1 pekan ke depan. Sehingga sebelum RKH diaplikasikan
di kelas terdapat tahap pemantapan untuk memutuskan langkah dalam
pembelajaran.
2. Pemilihan sumber belajar
PAUD Khadijah secara rutin menggunakan media majalah Play Group
sebagai sarana pembelajaran yang menarik dan sebagai lembar kerja anak
dalam setiap kegiatan yang telah disesuaikan dengan tema. PAUD Hidayatul
Muta’alimin dan PAUD Nur Ilmi, ketika pembelajaran khusus pengembangan
53
agama menggunakan Iqra’ dan dilengkapi Buku khusus sebagai buku Tugas
sebagai sarana kegiatan anak dalam setiap kegiatan berlangsung. Berbeda
dengan PAUD Lathifah 06 terdapat berbagai buku penunjang pembelajaran
seperti buku 355 cerita Islami, fabel Islami, mengenal benar salah, majalah
Play Group dan buku pegangan guru sebagai sumber materi untuk anak.
Disamping itu terdapat TV, VCD dan DVD sebagai pelengkap pembelajaran
sehingga anak senang dan termotivasi saat pembelajaran berlangsung.
Sedangkan PAUD Aisyiyah 12 untuk pembelajaran pengembangan moral
agama menggunakan media buku dan berbagai tampilan gambar . PAUD
Aisyiyah sudah dilengkapi dengan ruangan belajar multimedia, seperti
komputer sebagai media / belajar. Disamping itu, anak dikenalkan dengan
belajar sempoa dan keterampilan marching band. Sehingga anak tertarik dan
termotivasi untuk memacu prestasi belajar dengan baik.
3. Sistem pengembangan pembelajaran aspek Moral dan Nilai Keagamaan
PAUD Khadijah, Lathifah 06 dalam mengembangkan aspek seluruh
aspek pada anak usia diri tidak terpaku dengan jadwal. Bersifat saling mengisi
dan dibutuhkan kehati-hatian dan kejelian guru menyusun RKH sehingga
seluruh aspek perkembangan anak dapat dilengkapi dengan sempurna. Bertolak
belakang dengan alternatif yang diambil dalam mengembangkan aspek
perkembangan anak usia dini dengan yang dilakukan oleh ke-2 PAUD tersebut.
PAUD Nur Ilmi, Aisyiyah 12 dan Hidayatul Muta’alimin menyusun jadwal
dalam setiap harinya. Dengan tujuan kehati-hatian dan dapat menjamin
kegiatan pembelajaran berjalan dengan maksimal sesuai target karena sudah
terjadwal dengan jelas.
2. Metode pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai
keagamaan di PAUD se kecamatan tugu kota semarang
Pada dasarnya setiap metode itu baik. Masing-masing metode mempunyai
kelebihan dan kekurangan tersendiri. Tinggal seorang guru dituntut bagaimana
menggunakan metode tersebut dalam proses belajar mengajar agar pembelajaran
tidak terkesan membosankan tetapi dapat “menghidupkan” suasana “suram” bagi
54
anak didik. Sehingga dalam hal ini guru harus mempunyai kreativitas dalam
menghantarkan anak didik menggapai masa depan yang cemerlang, khususnya
dalam menggunakan metode pembelajaran.
Jumlah guru PAUD yang diteliti ada 5 guru yaitu : Ibu Unwah
Purwoningrum (Guru PAUD Khadijah), Ibu Mustafidah (Guru PAUD Hidayatul
Muta’alimin), Ibu Novia Widayati (Guru PAUD Aisyiyah 12), Ibu Nadhiroh
(Guru PAUD Lathifah 06), dan Sholechatun (Guru PAUD Nur Ilmi). Dari data
yang peneliti peroleh melalui interview ataupun observasi, metode yang
digunakan adalah metode pembiasaan, keteladanan, karya wisata, kisah dan
demonstrasi.
Metode pembiasaan bertujuan untuk menanamkan jiwa anak dengan
berakhlakul karimah dan cara hidup yang sesuai dengan syariat dengan jalan
pembiasaan. Karena pengaplikasian metode pembiasaan bila objeknya adalah
anak-anak yang mana pada masa ini anak berada pada tahap imitasi (meniru)
sehingga melatih anak untuk berperilaku sesuai norma dan aturan yang berlaku
harus dilakukan dengan langkah pembiasaan. Pemilihan metode keteladanan
sebagai metode yang dapat mengembangkan moral dan nilai anak usia dini karena
pada hakikatnya anak berada dalam tahap yang lemah dan belum mengetahui
secara riil tentang hal apapun Sehingga metode keteladanan dipilih sebagai
alternatif dalam menghantarkan anak menggapai generasi khairu ummah.
Demikian pula metode kisah melalui cerita guru dapat menyampaikan pesan
moral yang harus diikuti anak / ditonton anak sebagai pijakan dalam kehidupan
dengan mengambil hikmah di balik kisah yang disampaikan sebagai pengalaman
bekerja yang dapat berlangsung nyata. Penggunaan metode demonstrasi dan karya
wisata dianggap tepat. Anak tidak hanya menerima materi bernapas verbalistik
riil tetapi secara riil dan langsung anak mengalaminya sehingga menimbulkan
kesan yang membekas pada jiwa anak.
Pada dasarnya setiap metode tidak dapat berdiri sendiri tetapi ada
kombinasi dari metode-metode lainnya. Adapun praktek pelaksanaan dari masing-
masing metode tersebut adalah :
55
a. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntutan ajaran agama Islam. Pembiasaan dinilai sangat efektif jika
penerapannya dilakukan tahap peserta didik yang berusia masih kecil selalu
dibiasakan untuk senantiasa melakukan ajaran agama, maka anak tersebut akan
terbiasa melakukannya. Tanpa latihan dan pengalaman yang dibiasakan, maka
akan sulit untuk anak untuk melaksanakan ajaran agama.
Pelaksanaan metode pembiasaan di PAUD se Kecamatan Tugu Kota
Semarang adalah sebagai berikut :12
Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru PAUD se Kecamatan
Tugu Kota Semarang menyiapkan sumber belajar dan alat pembelajaran,
pematangan materi dan kemantapan RKH yang telah disusun sebelum
pelaksanaan kegiatan senantiasa para guru perhatikan guna kelancaran jalannya
pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Dengan semangat dan penampilan yang meyakinkan, guru PAUD se
Kecamatan Tugu Kota Semarang menyambut kedatangan anak dan para orang
tua pengantar dengan harapan terbentuk hubungan harmonis dan keakraban
antara guru, murid dan wali murid\orang tua pengantar.
Setelah tanda peringatan bel masuk berbunyi, guru PAUD se
Kecamatan Tugu Kota Semarang menyusun kegiatan yang bertumpu pada
kesiapan fisik dan mental anak. Dalam prakteknya, terdapat perbedaan
rangkaian kegiatan yang nampak pada masing-masing guru. Ibu Unwah
Purwoningrum dan Ibu Solechatun mengaplikasikan kegiatan tersebut dengan
mengajak anak berbaris, pembacaan ikrar, membaca 2 kalimat syahadat,
membaca surat al Fatihah dan ditutup dengan menghitung teman laki-laki dan
perempuan yang hadir dan mengetahui siapa saja yang berhalangan hadir.
12 Wawancara dengan Ibu Unwah Purwoningrum tanggal 19 April 2011 di PAUD
Khodijah, wawancara dengan Ibu Mustafidah, tanggal 21 April 2011 di PAUD Hidayatul
Muta’alimin, wawancara dengan Ibu Sholechatun, tanggal 28 April 2011 di PAUD Nur Ilmi,
wawancara dengan Ibu Nadhiroh, tanggal 3 Mei 2011 di PAUD Lathifah 06,dan wawancara
dengan Ibu Novia Widayati, tanggal 9 Mei 2011, di PAUD Aisyiyah 12
56
Dengan menirukan gaya kupu-kupu terbang, jalan mundur atau katak yang
melompat anak-anak dibimbing memasuki ruangan kelas. Berbeda dengan Ibu
Mustafidah dan Ibu Novia Widayati, sebelum pembacaan ikrar, terlebih dahulu
anak melakukan kegiatan gerak fisik-motorik seperti memindahkan batu,
membentuk lingkaran disertai nyanyian dan melompat dengan satu kaki yang
secara keseluruhan kegiatan tersebut bertujuan untuk merangsang anak untuk
siap menerima dan mengikuti kegiatan belajar. Disamping itu, Ibu Mustafidah
dalam mengenalkan anak tentang angka dengan menggunakan berbagai variasi
bahasa seperti: Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris bahkan Bahasa
Jawa Sedangkan Ibu Nadhiroh dalam mengawali kegiatan untuk merangsang
kesiapan belajar anak dilakukan dengan mengajakan anak untuk duduk
melingkar di dalam kelas dan melakukan deretan kegiatan yang sama dengan
guru PAUD yang lain, yakni berdoa bersama dan ikrar. Sebagai pengikat
kedekatan dan keakraban yang telah terjalin antar guru dan anak, Ibu Nadhiroh
bersama guru PAUD Lathifah 06 yang lain membiasakan anak dengan
menyapa guru dengan istilah “bunda”. Menurut penuturan Ibu Nadhiroh,
dengan menggunakan sapaan tersebut, diharapkan tidak ada sekat/pembatas
yang memisahkan keharmonisan dengan anak didik sehingga diharapkan dapat
membawa dampak positif untuk meningkatkan kedekatan dan keakraban anak
dengan guru. Disamping itu, budaya bersedekah dan saling berbagi dengan
mengisi celengan sesuai kemampuan senantiasa Ibu Nadhiroh tanamkan ke
dalam jiwa anak.
Kegiatan pemanasan selesai, anak-anak memasuki ruangan kelas dan
memulai berdoa untuk belajar. Secara serentak guru-guru PAUD se kecamatan
Tugu Kota Semarang membiasakan anak-anak untuk mengawali dan
mengakhiri kegiatan dengan berdoa. Adapun terdapat tambahan kegiatan
terlihat pada Ibu Unwah Purwoningrum yaitu mengajak anak membaca surat-
surat pendek dan menyanyikan lagu Mars NU. Ibu Novia Widayati pun
membiasakan anak bertadarus sebelum kegiatan inti dimulai. Sedangkan Ibu
Mustafidah, mengenalkan anak bacaan Al Asmaul Husna dan Teks Pancasila.
Begitu pula Ibu Solechatun dengan menanamkan anak untuk mempunyai rasa
57
kepedulian sosial terhadap orang lain. Melalui sarana saling bertanya tentang
kabar antar teman. Disamping itu, Ketika istirahat tiba, anak-anak
memposisikan duduk melingkar untuk makan bersama. Dengan mengajak anak
untuk saling berbagi dengan teman yang lain ketika mempunyai bekal yang
lebih.
Sebagai kegiatan inti, semua guru PAUD se kecamatan Tugu Kota
Semarang senantiasa membimbing anak untuk mengaplikasikan segala bentuk
pembiasaan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dengan mengkonsistensikan
budaya religi dalam setiap langkah kehidupan. Sedangkan sebagai kegiatan
penutup, semua guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang senantiasa
mengajak anak untuk berdoa setelah belajar dan diakhiri salam dan salib
dengan tertib. Sebagai tambahan Ibu Novia Widayati membiasakan anak
dengan membaca doa penutup majlis.
b. Metode Keteladanan
Metode keteladanan memiliki peranan yang signifikan dalam upaya
mencapai keberhasilan pendidikan. Karena secara psikologis, anak didik banyak
meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnya termasuk diantaranya pendidik
(guru). Oleh karena itu, keteladanan banyak kaitannya dengan perilaku, dan
perilaku yang baik adalah tolok ukur keberhasilan pendidikan.
Secara umum guru PAUD se Kecamatan tugu Kota Semarang
mempunyai kesamaan visi pembelajaran, yakni membentuk anak bermental,
bermartabat serta berperilaku sesuai tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah. Sebagai
perwujudan dari visi tersebut (misi), para guru PAUD dengan penuh kesabaran
dan keikhlasan membimbing dan mendampingi anak untuk terus mengukir
prestasi belajar. Adapun prakteknya, secara khusus terdapat perbedaan diantara
guru PAUD tersebut.
Ibu Unwah Purwoningrum dalam menyampaikan materi dengan
menggunakan bahasa santun dan membawa suasana hati anak senang. Terbukti
saat pembelajaran berlangsung anak-anak secara seksama mencerna pesan yang
disampaikan oleh beliau. Disamping itu, apabila ditemukan anak yang mengalami
58
kesulitan belajar dikarenakan diganggu oleh teman yang lain, beliau dengan
lembut meminta anak tersebut maju ke depan kelas untuk meminta maaf dan
berjanji tidak akan mengulangi kesalahan serupa pada hari esok.13
Ibu Mustafidah
senantiasa memberi contoh teladan kepada anak untuk selalu menyapa dan
bersalaman dengan orang lain agar jalinan Ukhuwwah Islamiyah dan Ukhuwwah
Bashariyah dapat terjalin kokoh. Disamping itu, Ibu Mustafidah mengenalkan
Hadits tentang kebersihan sebagian dari iman dalam pembelajaran. Sehingga
dalam prakteknya, anak-anak ditanamkan budaya peka terhadap nilai kebersihan.
Bukti nyata dari aplikasi penanaman nilai tersebut dengan mengajak anak mencari
tempat sampah bila akan membuang sisa makanan dan apabila menemukan
sampah di lingkungan sekitar. Adapun teguran bagi anak yang sulit dinasehati
bahkan mengganggu teman yang lain sehingga mengakibatkan sakit hati bagi
temannya, terapi air dipilih sebagai tindakan Preventif . Dengan berwudlu
diharapkan anak dapat dikendalikan dan kembali dalam kondisi stabil.14
Seperti
halnya Ibu Solechatun ketika menghadapi anak yang hiperaktif dan sulit
dikendalikan, terapi Dzikir dipakai sebagai pengendali perilaku yang mengganggu
teman lainnya. Dengan membaca Istighfar 3-10 kali Ibu Solechatun mengajak
anak tersebut untuk berdzikir sebagai terapi . Disamping itu, kehati-hatian dalam
memilih perbendaharaan kata yang disampaikan ketika pembelajaran berlangsung
senantiasa beliau perhatikan. Menjadi tantangan dan ujian bagi para guru,
khususnya guru PAUD ketika mengalami permasalahan pada suasana batin yang
berasal dari faktor luar (keluarga atau lainnya) terkadang secara tidak sadar
mengeluarkan kata-kata yang kurang pas. Sehingga dalam hal ini, guru dituntut
untuk selektif ketika kegiatan belajar berlangsung.15
Ibu Nadhiroh ketika menggunakan metode keteladanan dalam
mengembangkan aspek moral dan nilai keagamaan, mengajak anak untuk
13 Wawancara dengan Ibu Unwah Purwoningrum selaku guru PAUD Khodijah, tanggal
19 April 2011 di Ruang Kelas. 14 Wawancara dengan Ibu Mustafidah selaku Guru PAUD Hidayatul Muta’alimin ,
tanggal 21 April 2011 di Ruang Kelas. 15 Wawancara dengan Ibu Sholechatun selaku guru PAUD Nur Ilmi, tanggal 28 April
2011 di Kantor.
59
mencontoh nilai keteladanan secara langsung bukan hanya berasal dari perilaku
terpuji yang senantiasa guru contohkan kepada anak atau nasehat yang mengajak
untuk menuju kebaikan tetapi dengan meminta anak mengisi lembar kerja melalui
media buku dengan judul “benar-salah”, anak-anak mewarnai gambar perilaku
tersebut sesuai perintah dalam buku. Sehingga dalam hal ini anak tidak hanya
menerima materi dengan metode keteladanan yang bersifat verbalistik tetapi ada
pengalaman secara langsung. Ibu Nadhiroh berharap dengan menggunakan media
buku tersebut dapat membawa dampak positif dan membekas dalam sanubari
anak sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.16
Sedangkan
aplikasi dari metode keteladanan yang digunakan oleh Ibu Novia Widayati adalah
nilai kedisiplinan akan waktu senantiasa beliau contohkan kepada anak. Beliau
juga secara rutin setiap hari jum’at melatih anak untuk ikhlas beramal. Dengan
bermodal semampunya dan tentunya keikhlasan dari para orang tua untuk mengisi
kotak amal tersebut. Tujuan dari kegiatan tersebut semata-mata mendidik anak
untuk berbagi dengan orang yang tidak mampu dan bersyukur kepada sang Kholiq
atas limpahan nikmat berupa pemberian rizqi yang mereka terima dalam
kehidupan. Disamping itu, Ibu Novia Widayati memotivasi anak untuk berbusana
Islami. Dengan memperhatikan batasan aurat bagi laki-laki dan perempuan.
Misalnya saja, beliau memotivasi anak perempuan untuk tidak melepas jilbab
ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan memuji anak ketika memakai
jilbab niscaya aura cantik seseorang akan terpancar. Sehingga anak merasa senang
dan tetap memakai jilbabnya sebagai penutup aurat. 17
c. Metode Kisah (Cerita)
Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi
pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya
sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan. Dalam
16 Wawancara dengan Ibu Nadhiroh selaku guru PAUD Lathifah 06, tanggal 3 Mei 2011 di
Kantor PAUD. 17 Wawancara dengan Ibu Novia Widayati selaku guru PAUD Aisyiyah 12 , tanggal 9 Mei
2011, di Ruang Kelas.
60
mengaplikasikan metode ini pada Proses Belajar Mengajar (PBM), metode kisah
merupakan salah satu metode pendidikan yang masyhur dan terbaik. Sebab
mampu menyentuh jiwa jika didasari ketulusan hati yang mendalam.
Metode kisah diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas didukung media
dan sumber belajar yang berbeda. Diantara sumber yang digunakan dalam
menggunakan metode kisah untuk mengembangkan aspek moral dan nilai
keagamaan yaitu: Penggunaan panggung boneka, buku cerita yang bersumber dari
majalah Play Group, fabel Islami, 355 cerita Islami bahkan secara sengaja
dirancang sendiri oleh guru berupa aneka gambar sesuai para tokoh yang
dibutuhkan dalam cerita, dan media elektronik seperti TV, VCD dan DVD sebagai
penunjang media pembelajaran.
Ibu Uwah Purwoningrum ketika mengaplikasikan metode kisah dalam
pembelajaran untuk mengembangkan aspek moral dan nilai keagamaan anak usia
dini dengan mempertimbangkan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk bercerita
agar anak tidak merasa bosan dengan cerita yang akan disampaikan saat
pembelajaran. Didukung dengan cerita yang yang bersumber dalam majalah Play
Group dan totalitas dalam mengekspresikan alur cerita menjadi rencana awal
dalam mengaplikasikan metode cerita dalam pembelajaran.18
Ibu Mustafidah menggunakan media berupa panggung boneka yang
dirancang sendiri bersama guru-guru yang lain. Pemanfaatan barang-barang bekas
dan sisa bahan yang tidak terpakai sebagai komponen fisik pembuatan panggung
boneka tersebut. Potongan kain, aneka renda dan kertas berwarna menghiasi
bentuk fisik panggung boneka tersebut. Penggunaan panggung boneka bertujuan
sebagai daya tarik anak untuk mengikuti pembelajaran sehingga dapat
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.19
Sebelum cerita dimulai, Ibu Mustafidah menyampaikan aturan dan tata
tertib dalam mengikuti cerita agar cerita berjalan dengan lancar. Demikian pula
18 Wawancara dengan Ibu Unwah Purwoningrum selaku guru PAUD Khodijah, tanggal
19 April 2011 di Ruang Kelas. 19 Wawancara dengan Ibu Mustafidah selaku Guru PAUD Hidayatul Muta’alimin , tanggal
21 April 2011 di Ruang Kelas
61
Ibu Solechatun ketika menyampaikan cerita dengan menggunakan media boneka
tangan dan teknik pemilihan materi cerita diambil dengan keadaan yang dekat
dengan anak. Misalnya saja, ketika memasuki bulan Maulid atau hari besar RI
maka materi cerita berhubungan dengan peringatan hari tersebut.20
Seperti halnya
Ibu Nadhiroh, dalam menyampaikan materi dengan metode bercerita, beliau
memanfaatkan panggung boneka dan buku-buku penunjang lainnya seperti buku
tentang 355 cerita Islami, fabel Islami, bahkan terkadang diselingi dengan
menggunakan media TV, VCD dan DVD yang telah tersedia.21
Sedangkan Ibu
Novia Widayanti, ketika bercerita menggunakan media gambar yang sengaja
dirancang sendiri. Menjadi kesan tersendiri bagi beliau dengan menggunakan
hasil karyanya sendiri sebagai penunjang proses pembelajaran.22
Sebelum kegiatan inti dilaksanakan, semua guru PAUD se Kecamatan
Tugu Kota Semarang mengajak anak untuk bernyanyi, aneka tepuk agar perhatian
anak terpusat pada materi yang akan disampaikan. Disamping itu, menjadi
keharusan yang harus ditampilkan dalam menyampaikan alur dan suasana cerita
kepada anak untuk mempunyai totalitas penuh dalam mengekspresikan setiap alur
cerita yang disampaikan. Tambahan bentuk variasi dalam cerita yang lain
ditunjukkan oleh Ibu Novia Widayati dan Ibu Solechatun. Ketika Ibu Novia
Widayati memberikan selingan dengan meminta anak untuk menirukan salah satu
adegan yang digambarkan dalam cerita. Sehingga anak tidak pasif mendengarkan
cerita saja, tetapi anak dalam hal ini bertindak sebagai subjek pendidikan. Begitu
juga halnya dengan Ibu Solechatun, dengan memberikan Tanya-jawab tentang
tokoh dan alur cerita ketika cerita berlangsung.
Sebagai kegiatan penutup, guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota
Semarang melakukan Tanya jawab seputar cerita dan memotivasi anak untuk
mencontoh perilaku terpuji yang digambarkan dalam cerita dan senantiasa
20 Wawancara dengan Ibu Sholechatun selaku guru PAUD Nur Ilmi, tanggal 28 April 2011
di Kantor.
21 Wawancara dengan Ibu Nadhiroh selaku guru PAUD Lathifah 06, tanggal 3 Mei 2011 di
Kantor PAUD. 22 Wawancara dengan Ibu Novia Widayati selaku guru PAUD Aisyiyah 12 , tanggal 9
Mei 2011, di Ruang Kelas.
62
mengajak anak untuk berdoa kepada Allah SWT. Senantiasa diberikan
perlindungan dan dihindarkan dari segala bentuk kemungkaran dalam menjalani
kehidupan.
d. Metode Karya Wisata
Menurut H.Zuhairini dkk, metode karya wisata adalah suatu metode
pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak keluar kelas untuk
dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan
pelajaran. Tim Diktatik Metodik Kurikulum menjelaskan, bahwa metode Karya
Wisata adalah suatu metode mengajar dimana siswa dan guru pergi meninggalkan
sekolah menuju ke suatu tempat untuk menyelidiki atau mempelajari hal tertentu.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas terlihat bahwa metode ini
merupakan sebuah alternatif yang diperuntukkan bagi siswa agar mendapatkan
/memperoleh pengalaman belajar yang tidak diperolehnya secara langsung di
dalam kelas. Metode ini sangat baik dilakukan sebagai selingan out door study
sebab para siswa dapat diajak langsung ke alam yang sebenarnya.
Metode karya wisata yang digunakan sebagai metode pembelajaran
dalam mengembangkan aspek moral dan nilai keagamaan, dalam prakteknya
hanya digunakan oleh Ibu Mustafidah dan Ibu Nadhiroh. Beliau ber-2 menyiapkan
rencana kunjungan tersebut dengan mempertimbangkan waktu dan biaya yang
digunakan. Pemilihan objek pembelajaran berupa masjid terdekat merupakan
solusi pemilihan sumber belajar yang sedikit membutuhkan waktu dan biaya.
Hanya kepekaan dan ketelitian guru dalam menguraikan objek dan lingkungan
sekitar objek wisata tersebut sebagai modal utama ketika kegiatan berlangsung.
Ibu Mustafidah dan Ibu Nadhiroh ketika perjalanan menuju objek
kunjungan pembelajaran senantiasa mengenalkan anak dengan segala hal yang
ditemui. Dengan penuh kesabaran beliau menjawab setiap pertanyaan yang
dilontarkan anak. Pengenalan lingkungan, pengalaman langsung mengunjungi
salah satu bentuk tempat peribadatan agama di dunia dan menyaksikan kekuasaan
Allah atas segala hal yang ada di dunia seisinya menjadi tema perjalanan yang
telah direncanakan oleh Ibu Mustafidah dan Ibu Nadhiroh.
63
Sebagai kegiatan inti pembelajaran, Ibu Mustafidah memberikan
penjelasan seputar komponen yang terdapat dalam masjid dan sebagai kegiatan
kerja anak, beliau meminta anak untuk mewarnai gambar masjid dengan aneka
warna yang anak sukai.23
Sedikit berbeda dengan praktek kegiatan yang dilakukan
oleh Ibu Nadhiroh, sebelum anak berangkat menuju objek kunjungan
pembelajaran, terlebih dahulu Ibu Nadhiroh menjelaskan dan menampilkan
bentuk tempat peribadatan agama di dunia dalam bentuk karikatur. Setelah
memaparkan materi selesai, barulah anak-anak diajak menuju masjid sebagai
objek pembelajaran. Sebagai kegiatan kerja anak, Ibu Nadhiroh menginstruksikan
kepada anak untuk mewarnai gambar tempat peribadatan agama Islam dan non-
Islam.24
e. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.
Aplikasi pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam
mengembangkan aspek moral dan nilai keagaan anak usia dini terdapat perbedaan
yang menonjol. Masing-masing guru se kecamatan tugu Kota Semarang
mempunyai ciri dan langkah yang operasional yang berbeda. Penggunaan media
dan sumber serta langkah-langkah mengimplementasikan metode demonstrasi
mempunyai keanekaragaman yang berbeda pula. Demikian uraian pembelajaran
yang dipraktekkan oleh guru PAUD se kecamatan Tugu Kota Semarang dalam
mengembangkan aspek moral dan nilai keagamaan pada anak usia dini adalah
sebagai berikut:
Ibu Unwah dalam menggunakan metode demonstrasi, sebelum menuju
kegiatan yang akan didemonstrasikan tersebut, beliau menyusun lagu yang
23 Wawancara dengan Ibu Mustafidah selaku Guru PAUD Hidayatul Muta’alimin ,
tanggal 21 April 2011 di Ruang Kelas
24 Wawancara dengan Ibu Nadhiroh selaku guru PAUD Lathifah 06, tanggal 3 Mei 2011 di
Kantor PAUD.
64
berkaitan dengan materi. Untuk merangsang pemahaman terhadap materi yang
akan disampaikan, anak-anak sebelumnya diajak menyanyikan lagu tersebut
dengan suka cita. Kemudian barulah Ibu Unwah memaparkan materi yang akan
didemonstrasikan. Setelah penjelasan selesai, dengan dibimbing oleh guru lainnya
anak-anak memakai alat sebagai praktek pembelajaran, dalam hal ini anak
dikenalkan dengan praktek sholat.25
Sama halnya kegiatan tersebut yang
dilakukan oleh Ibu Mustafidah.
Setelah anak siap dengan busana yang dikenakan khusus untuk sholat
yakni sarung (bagi laki-laki) dan mukena (bagi perempuan), dengan menunjuk
salah satu anak bertindak sebagai imam sholat. Sedangkan Ibu Unwah
Purwoningrum dan guru lainnya mengawasi jalannya sholat dan mengevaluasi
kegiatan tersebut, barulah praktek sholat sebanyak 2 rakaat dilaksanakan. Sholat
selesai, anak-anak diajarkan untuk bersalaman antar sesama jamaah semata-mata
pengikat jalinan ukhuwwah antar umat Islam.
Ibu Mustafidah ketika akan memulai praktek sholat, terlebih dahulu anak
berwudlu dengan tertib di kamar mandi sekolah. Kemudian Ibu Mustafidah
bersama guru yang lain membimbing anak untuk memakai alat sholat salah satu
alat sholat tersebut berfungsi sebagai penutup aurat (sarung dan mukena).
Kemudian mengajak anak untuk melaksanakan praktek sholat (sholat subuh)
berjamaah. Dengan menduduki posisi imam sholat, Ibu Mustafidah memimpin
praktek sholat tersebut dengan pelan dan khusyu’. Pengenalan doa qunut,
bersalaman ketika sholat selesai menjadi nilai tambah bagi anak untuk
mengerjakan sholat di rumah bersama keluarga secara berjamaah.26
Berbeda dengan Ibu Solechatun, ketika praktek akan dimulai, terlebih
dahulu anak diajak bernyanyi sebagai bentuk pemusatan perhatian dalam
mengikuti kegiatan yang akan dilakukan. Setelah anak berada dalam kondisi siap
menerima kegiatan yang akan dilakukan, barulah guru menjelaskan materi dengan
25 Wawancara dengan Ibu Unwah Purwoningrum selaku guru PAUD Khodijah, tanggal
19 April 2011 di Ruang Kelas. 26 Wawancara dengan Ibu Mustafidah selaku Guru PAUD Hidayatul Muta’alimin, tanggal
21 April 2011 di Ruang Kelas.
65
menggunakan media gambar berupa poster gambar gerakan sholat. Dilanjutkan
dengan meminta anak untuk memakai perlengkapan sholat yang mereka sediakan
dari rumah masing-masing. Ketika anak-anak mempersiapkan diri untuk sholat,
salah satu anak ditunjuk oleh Ibu Solechatun untuk mengumandangkan adzan
sebagai tanda telah tiba waktu sholat. Dilanjutkan membaca puji-pujian berupa
shalawat kemudian Iqomah setelah seluruh jamaah berada dalam posisi siap.
Sebagai imam sholat, salah satu anak dan Ibu Solechatun bertindak memimpin
gerakan sholat. Selama praktek sholat dilakukan, guru yang lain mengawasi dan
memberikan evaluasi terhadap gerakan sholat anak. Dilanjutkan dzikir setelah
sholat dengan membaca tasbih 7 kali, tahmid 7 kali dan takbir 7 kali. Kemudian
bersalaman disertai pembacaan sholawat Qur’aniyyah oleh guru PAUD Nur
Ilmi.27
Seperti praktek yang dilakukan oleh guru-guru yang lain, Ibu Novia
Widayati mengemas praktek sholat dengan membawa anak menuju masjid
terdekat sebagai nilai pengalaman dan pemahaman secara langsung. Dengan
terlebih dahulu anak-anak diajarkan doa masuk masjid dan mendahulukan kaki
kanan dari pada kaki kiri dan dilanjutkan berwudlu di tempat yang telah
disediakan. Anak laki-laki berwudlu ditempat terpisah dengan anak perempuan.
Begitu juga ketika anak-anak selesai berwudlu dan hendak memasuki masjid
bagian dalam, laki-laki dan perempuan memasuki pintu yang berbeda dan
menempati shof sholat yang berbeda pula. Kemudian Ibu Novia Widayati
menunjuk salah satu anak untuk mengumandangkan adzan sekaligus iqomah,
praktek sholat, dalam hal ini sholat Dhuha karena jam menunjukkan pukul 09.00
WIB sebanyak 2 rakaat siap didemonstrasikan. Dilanjutkan bersalaman kemudian
anak-anak dibimbing kembali ke PAUD Aisyiyah 12.28
27 Wawancara dengan Ibu Sholechatun selaku guru PAUD Nur Ilmi, tanggal 28 April
2011 di Kantor. 28 Wawancara dengan Ibu Novia Widayati selaku guru PAUD Aisyiyah 12 , tanggal 9 Mei
2011, di Ruang Kelas.
66
B. Kreativitas Guru PAUD Dalam Penggunaan Metode Pembelajaran Pada
Aspek Pengembangan Moral Dan Nilai Keagamaan di PAUD se
Kecamatan Tugu Kota Semarang
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru tidak terlepas dari metode
yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran. Apabila tidak ada
metode, maka PMB tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa setiap metode dapat digunakan dengan baik di tangan guru yang
memiliki teknik-teknik mengajar dengan baik dan menarik.
Kreativitas seorang guru dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan.
Dengan kreativitas yang dimiliki, seorang guru diharapkan mampu untuk
menciptakan hal-hal yang baru di dalam ruang kelas sehingga pembelajaran terasa
menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta, tercapainya tujuan
pembelajaran dan materi pelajaran dapat terpatri dalam sanubari anak dengan
kokoh.
Seorang guru kreatif tentunya mampu menciptakan ide bagaimana
menggunakan metode pembelajaran terlebih lagi dalam proses transfer of value,
guru dituntut bagaimana dapat berhasil mengarahkan anak didik menjadi pribadi
yang kamil. Dari hasil interview dan observasi yang peneliti lakukan kepada guru
PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang dalam menggunakan metode
pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan antara lain
sebagai berikut :
1. Kelancaran dalam berfikir
Kegiatan yang berupaya mengembangkan kelancaran berfikir kreatif
mendorong seseorang untuk memikirkan jawaban terhadap suatu persoalan.
Dalam hal ini kelancaran yang ditunjukkan oleh guru PAUD se Kecamatan Tugu
Kota Semarang dalam menggunakan metode pembelajaran pada aspek
pengembangan moral dan nilai keagamaan yaitu ketika Ibu Solechatun selaku
guru PAUD Nur Ilmi dalam menentukan tema dekat dengan anak dan sinkron
dengan keadaan. Terbukti ketika bulan Maulid, guru menyampaikan materi
tentang biografi Nabi Muhammad SAW dan cerita yang menggambarkan
keteladanan Beliau dan apabila mendekati hari besar Nasional, maka tema yang
67
digunakan adalah terkait dengan hari besar tersebut. Misalnya hari Kartini, anak-
anak dijelaskan tentang perjuangan tokoh Ibu Kartini sebagai pahlawan Nasional
yang harus dicontoh keteladanan beliau dalam memperjuangkan nasib perempuan.
Bentuk kelancaran lainnya ditunjukkan oleh Ibu Nadhiroh ketika Ibu Nadhiroh,
selaku guru PAUD Lathifah 06 menampilkan gambar gerakan sholat dengan
memanfaatkan media yang ada berupa TV, DVD dan VCD Player serta berbagai
buku-buku penunjang lainnya. Sehingga anak merasa senang dengan kegiatan
yang diciptakan oleh Ibu Nadhiroh dengan menggunakan berbagai media tersebut.
Sehingga memberikan macam-macam alternatif dalam menggapai pemahaman
anak terhadap materi secara utuh. Ketika Ibu Mustafidah selaku guru PAUD
Hidayatul Muta’alimin menggunakan media pembelajaran dengan menggunakan
hasil karya sendiri berupa panggung boneka dalam mengaplikasikan metode cerita
saat pembelajaran. Selain itu, anak-anak mempunyai buku khusus sebagai buku
tugas dalam mengisi setiap kegiatan kerja anak, sehingga dari orang tua dapat
melihat perkembangan anak dengan melihat hasil kerja yang terekam dalam buku
tugas tersebut. Selain itu ketika Ibu Unwah Purwoningrum selaku guru PAUD
Khadijah dalam menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan majalah
Play Group sebagai penunjang pembelajaran dan lembar kerja anak. Dalam
majalah tersebut berisi materi-materi semua aspek perkembangan anak yang
meliputi aspek moral dan nilai agama, motorik, seni, bahasa, sosial-emosional
yang telah disesuaikan dengan tema pada setiap bulannya. Sehingga memudahkan
guru dan anak beserta orang tua untuk mengajarkan materi dan bentuk kerja
lainnya. Bersifat praktis dan siap pakai bagi guru PAUD Khadijah dalam
menggunakan majalah Play Group tersebut dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan Ibu Novia Widayati selaku guru PAUD Aisyiyah 12 ketika bercerita
dengan menampilkan gambar yang menarik dengan mendesain gambar sendiri
sehingga dalam hal ini, memberikan kesan bagi beliau sendiri. Walaupun dalam
tahap pembuatan yang tidak sebagus yang ditawarkan oleh penjual poster gambar
di pasar dan toko khusus sarana pembelajaran, ternyata hasil sendiri dapat
diberdayakan sebagai sarana pembelajaran.
68
2. Fleksibel (Keluwesan)
Keluwesan sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Terlebih ketika
melakukan kegiatan belajar mengajar. Guru kreatif adalah guru yang luwes dalam
berfikir, bertindak dan berbuat. Guru yang luwes akan senantiasa mencari cara
bagaimana agar pembelajaran yang dilakukan dapat menarik minat, peserta didik
dan menjadi menyenangkan. Dalam menggunakan metode pembelajaran guru
kreatif akan senantiasa menggunakan macam-macam metode yang relevan secara
kreatif sesuai dengan sifat materi. Keluwesan ditunjukkan oleh guru PAUD se
Kecamatan Tugu Kota Semarang dalam menggunakan metode pembelajaran pada
aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan adalah ditunjukkan oleh Ibu
Unwah Purwoningrum, Ibu Mustafidah, Ibu Solechatun, Ibu Nadhiroh, Ibu Novia
Widayati sewaktu belajar untuk menghilangkan ketegangan anak didik, ketika
pelajaran berlangsung, beliau berlima senantiasa menggunakan selingan humor,
Aneka tepuk, nyanyian yang menarik dan menirukan gaya sesuai permintaan
teman dan guru. Dengan adanya selingan tersebut diharapkan pembelajaran tidak
membosankan dan dapat terjalin keakraban antara guru dan anak didik.
Disamping itu, fleksibel (keluwesan) yang ditunjukkan oleh ibu Mustafidah dan
Ibu Nadhiroh, ketika anak-anak melakukan kegiatan mewarnai bentuk tempat
peribadatan agama di dunia, dengan tidak memaksa dan mengharuskan anak
sesuai warna asli bendanya dalam kehidupan nyata. Tetapi Ibu Mustafidah dan
Ibu Nadhiroh memberi kebebasan kepada anak untuk mewarnai tempat
peribadatan agama tersebut dengan sesuka hati. Sehingga dengan kesempatan
yang diberikan kepada mereka akan menimbulkan kreasi anak dalam
mengekspresikan warna-warni sesuai selera. Pembelajaran terasa menyenangkan
karena tidak ada intervensi guru dan pihak lain dalam menentukan pilihan anak
untuk mengambil keputusan. Selain itu bentuk fleksibel lainnya adalah ketika Ibu
Unwah Purwoningrum dan Ibu Solechatun. Ibu Unwah Purwoningrum
membiasakan anak untuk selalu memberi antar sesama teman dengan tidak
memandang perbedaan jenis kelamin. Jadi terjalin dalam keakraban dan
keharmonisan antar teman dalam hubungan sesama umat muslim. Sedangkan Ibu
Solechatun, ketika anak-anak berada dalam lingkaran pembiasaan untuk saling
69
Tanya kabar dengan teman yang duduk disamping kanan dan kiri dengan tanpa
melihat perbedaan jenis kelamin, anak-anak secara urut pada posisi tempat duduk
mereka masing-masing untuk saling Tanya kabar. Sedangkan keluwesan yang
ditunjukkan oleh Ibu Novia Widayati ketika bercerita berlangsung, beliau
memberikan selingan dengan meminta anak untuk menirukan salah satu adegan
yang terkandung dalam cerita. Sehingga anak tidak terpaku untuk mendengarkan
cerita yang disampaikan oleh guru, tetapi ada kegiatan lain, yaitu salah satunya
dengan menirukan salah satu adegan dalam cerita.
3. Keaslian
Keaslian akan menelorkan ide, gagasan, pemecahan masalah secara unik.
Dengan keaslian melahirkan sesuatu yang baru, yang berbeda, dengan berusaha
menentang sesuatu yang pasti sistematis. Dalam praktek pelaksanaannya, keaslian
yang dilakukan oleh guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang dalam
metode pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan
ditunjukkan ketika Ibu Sholechatun mengatasi anak didik yang sulit dikendalikan
dan membuat gaduh di kelas, sebagai solusi hal tersebut beliau menggunakan
terapi dzikir, dengan membaca Istighfar 3-10 kali. Hal senada juga ditunjukkan
oleh Ibu Mustafidah dengan berwudlu sebagai tindakan preventif mengatasi anak
yang sulit diatasi, atau meminjam istilah yang digunakan di PAUD Hidayatul
Muta’alimin adalah terapi air. Berbeda dengan Ibu Nadhiroh senantiasa
menciptakan ruangan dan suasana belajar yang menarik. Tak jarang guru
melakukan penataan ruangan setelah pembelajaran selesai. Karena pada
hakikatnya anak menyukai hal yang baru, menantang dan menarik. Sehingga Ibu
Nadhiroh bersama guru lainnya di PAUD Lathifah 06 selalu berupaya
menemukan langkah dan novasi dalam memberikan fasilitas anak didik nyaman
dan senang dengan lingkungan dan ruang kelas yang diciptakan oleh PAUD
Lathifah 06 tersebut.
4. Elaborasi
Elaborasi merupakan kemampuan menyatakan pengarahan ide secara
terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan. Dalam hal ini ditunjukkan
70
oleh Ibu Mustafidah ketika menyampaikan materi dengan menggunakan metode
kisah (cerita) sebagai pelengkap cerita dengan mendesain panggung boneka dan
boneka sebagai tokoh dalam cerita. Disamping itu dengan sederhana
mengintegrasikan berbagai bahasa (bahasa Arab, bahasa Jawa, bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia) dalam pembelajaran. Sehingga anak tidak hanya mempunyai
kemampuan bahasa Indonesia yang mapan, tetapi dengan berbagai bahasa yang
ditanamkan kepada anak, mereka mempunyai kemampuan berbahasa dengan
selain bahasa Indonesia dalam berinteraksi dengan orang lain, walaupun dalam hal
ini masih sangat sederhana. Ibu Solechatun ketika praktek sholat berjamaah
dengan menggunakan metode demonstrasi menyusun miniatur ibadah sholat
dengan lengkap dan sistematis. Dengan secara realistis anak dikenalkan dengan
langkah-langkah ibadah sholat beserta ibadah pelengkap lainnya yang secara
umum dilakukan pada kehidupan sehari-hari. Seperti adanya pengenalan lafadz
azan, puji-pujian dengan membaca sholawat, lafadz iqomah, dzikir sholat dan
sholawat Qur’aniyyah sebagai penutup perjumpaan praktek sholat berjamaah.
Berbeda dengan Ibu Unwah Purwoningrum dalam menyampaikan materi
khususnya pengembangan moral dan nilai keagamaan membuat nyanyian yang
sesuai dengan tema. Sehingga memberikan pemahaman yang selalu dihayati anak
setiap menyanyikan lagu tersebut dan senantiasa secara otomatis anak belajar dan
mengingat-ingat tentang isi lagu yang dinyanyikan. Begitu juga Ibu Nadhiroh
dalam menyampaikan materi dengan menampilkan karikatur gambar tempat
peribadatan agama di dunia. Disamping itu ketika menyampaikan cerita, Ibu
Nadhiroh menggunakan media berupa panggung boneka sehingga anak tertarik
dan termotivasi untuk belajar dengan kemauan yang tumbuh dari sanubari anak
tersebut. Begitu juga kreativitas yang ditunjukkan oleh Ibu Novia Widayati ketika
praktek sholat dengan menggunakan metode demonstrasi, beliau mengurai
kegiatan secara detail dan riil. Sehingga memberikan pemahaman yang mendalam
kepada anak dengan mengajak anak menyaksikan dan mengalami secara
langsung. Sehingga pemahaman yang terbentuk tidak bersifat verbalistik tetapi
secara objektif pemahaman anak akan terbangun.
71
BAB IV
ANALISIS KREATIVITAS GURU PAUD DALAM MENGGUNAKAN
METODE PEMBELAJARAN PADA ASPEK PENGEMBANGAN MORAL
DAN NILAI KEAGAMAAN DI PAUD SE KECAMATAN TUGU
KOTA SEMARANG
Dalam proses belajar mengajar, guru adalah sentral dari setiap kegiatan
yang ada dalam kelas. Ketika seorang guru mampu membawakan dirinya sebagai
seorang pengajar, pembimbing dan penolong bagi seorang peserta didik, maka
proses pembelajaran akan berhasil. Dalam pembelajaran itu sendiri seorang guru
harus mampu memilih metode yang sesuai dengan materi. Untuk itu seorang guru
kreatif harus mampu menciptakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran sehingga
tidak menimbulkan suasana senyap dan bosan di ruang kelas.
Mengajar adalah profesi yang paling indah di dunia. Seorang guru akan
membuat kontribusi langsung dan terukur bagi bangsa dan dunia dengan
membantu anak-anak muda mengenal pengetahuan dan ketrampilan. Mengajar
memberikan tantangan dan kesempatan yang tiada habisnya untuk berkembang.
Setiap hari, mengajar akan menguji ketrampilan komunikasi interpersonal guru,
pengetahuan akademis dan kemampuan dalam memimpin di kelas.
Kegiatan belajar mengajar di PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang
terutama untuk pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai
keagamaan disamping memiliki tujuan instruksional juga terdapat tujuan lain
yaitu mencerdaskan anak usia dini yang beriman, bertaqwa, sehat jasmani dan
rohani dan berakhlakul karimah. Hal ini sebetulnya menjadi tugas semua guru
dalam mewujudkan cita-cita diatas.
Pada praktek pelaksanaannya sudah baik terbukti dengan komponen-
komponen pembelajaran dan penggunaan berbagai sumber belajar. Harapan untuk
selalu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas sudah dapat dideteksi secara
jelas. Terbukti dengan antusias para guru mengikuti berbagai seminar baik
72
lingkup Nasional maupun Regional. Para guru dengan penuh semangat,
berbondong-bondong mendaftarkan diri dengan tidak memperhitungkan berapa
rupiah yang harus mereka diserahkan kepada panitia penyelenggara. Hanya saja
dari segi kekurangan para guru PAUD adalah kurang memanfaatkan berbagai
sumber yang berkaitan dengan teknologi. Misalnya saja sumber melalui internet
atau pembelajaran yang menggunakan media TV atau VCD. Karena tuntutan
zaman, sudah saatnya guru dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia yang
unggul. Sebagai guru PAUD, tanggung jawab sebagai peletak pondasi awal anak
untuk tahap selanjutnya, menjadi tantangan bagi guru PAUD, dituntut untuk tidak
“gaptek”.
Seorang guru yang kreatif tidak hanya mengajar sesuai dengan kurikulum,
akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana membuat anak didik terbawa
dengan dunia yang ditawarkan seorang guru sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan sempurna. Kreativitas merupakan ranah psikologi yang kompleks
yang memiliki penafsiran yang berbeda tetapi tetap juga mengacu pada dimensi
person, product, press dan proses. Kreativitas merupakan gagasan maupun
menghasilkan produk. Tolok ukur untuk mengetahui guru mana yang lebih kreatif
yang memiliki persyaratan guru kreatif yang meliputi persyaratan profesional,
kepribadian, sosial dan pedagogik. Disamping itu guru juga mampu mendesain
dengan baik komponen-komponen dalam pembelajaran terutama dalam
pembelajaran dalam pengembangan aspek moral dan nilai keagamaan.
A. Penggunaan Metode Pembelajaran Pada Aspek Pengembangan Moral
Dan Nilai Keagamaan di PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang
1. Metode Pembiasaan
Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap
peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat
dan kondisi kepribadian yang belum matang. Sehingga mereka mudah terlarut
dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
73
Oleh karena itu, sebagai awal proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara
yang efektif dalam menanamkan nilai dan moral kedalam jiwa anak. Metode
pembiasaan 100 % digunakan oleh guru PAUD se kecamatan Tugu Kota
Semarang untuk membekali anak dengan kebiasaan-kebiasaan Islami dan
senantiasa anak selalu mengingat dan bersyukur kepada sang Kholiq atas segala
nikmat yang mereka terima dalam kehidupan. Dengan mengawali dan mengakhiri
setiap kegiatan dengan berdoa, menebarkan salam, membudayakan salim dan
saling berbagi dengan yang lain, jalinan Ukhuwah Islamiyah terjalin semakin erat
dan kokoh antar guru, anak dan orang tua. Demikian pembiasaan yang dilakukan
secara kontinu, teratur dan terprogram oleh guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota
Semarang dalam mendidik anak dengan kebiasaan-kebiasaan positif . Adapun
kekurangan yang perlu adanya perbaikan dalam melaksanakan metode
pembiasaan adalah pengawasan guru kurang maksimal, karena pengaplikasian
metode tersebut membutuhkan pengawasan yang ketat sehingga anak tidak
melanggar pembiasaan yang telah ditanamkan. Jangan terlalu memanjakan anak,
apabila anak melanggar pembiasan yang telah ditanamkan sejak awal
pembelajaran, maka guru harus mencari solusi yang tepat dan tentunya dengan
tidak melanggar hak anak, yakni anak usia dini dilarang ditekan dan diberlakukan
dengan kasar. Karena perlakuan yang kurang baik akan menghambat masa
kembang pertumbuhan fisik dan psikis anak dan menimbulkan dampak negatif
dalam kepribadian dan jiwa anak.
2. Metode Keteladanan
Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya
mencapai keberhasilan pendidikan. Karena secara psikologis, anak didik banyak
meniru dan mencontoh sosok figurnya, termasuk diantaranya para pendidik. Oleh
karena itu, keteladanan banyak kaitannya dengan perilaku, dan perilaku yang baik
adalah tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Metode keteladanan 100%
digunakan oleh guru PAUD untuk menanamkan jiwa anak dengan akhlak dan
perilaku yang terpuji sehingga kelak disisi Allah SWT mencapai kedudukan insan
kamil dan ketika anak berinteraksi dengan masyarakat menjadi anggota
74
masyarakat yang beradab dan bermartabat. Adapun kekurangan dari metode
keteladanan yang digunakan oleh guru PAUD se kecamatan Tugu Kota Semarang
adalah pengaruh dari dalam seorang guru sendiri terkadang ketika guru berada
dalam suasana konflik batin yang disebabkan oleh permasalahan pribadi guru
tersebut, sehingga tuntutan guru untuk selalu menampilkan kondisi yang tenang
dan bijak dalam mengambil keputusan agak terhambat. Sehingga dengan kondisi
tersebut menjadi kendala yang sering muncul dalam pembelajaran khususnya
ketika guru mengaplikasikan metode keteladanan di dalam kelas.
3. Metode Kisah (Cerita)
Dalam mengaplikasikan metode kisah dalam proses belajar mengajar,
metode ini merupakan salah satu metode pendidikan yang masyhur dan Baik.
Sebab kisah mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang
mendalam. Metode kisah 100 % digunakan oleh guru PAUD untuk menunjang
proses pembelajaran dalam membimbing anak menjadi generasi muslim yang
mantap, tidak goyah dengan berbagai terpaan “angin kemungkaran”. Keselarasan
tema materi dengan cerita yang akan disampaikan kepada anak senantiasa guru
perhatikan dengan harapan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan sempurna.
Disamping itu, guru menguasai alur cerita secara keseluruhan. Terbukti dengan
adanya pengekspresian guru yang total dalam menggambarkan alur dan suasana
dalam cerita. Sehingga menimbulkan sugesti anak untuk mengikuti alur cerita
yang diciptakan oleh guru hingga cerita selesai. Adapun yang perlu diperbaiki
dari pengaplikasian metode cerita dalam pembelajaran khususnya dalam
mengembangkan aspek moral dan nilai keagamaan adalah pengaturan waktu
cerita yang perlu diperhatikan. Tidak hanya mengandalkan media cerita yang
lengkap dan menarik serta totalitas dalam mengekspresikan alur cerita, karena
apabila anak sudah merasa bosan, maka konsentrasi anak pun tidak maksimal
bahkan menimbulkan kegaduhan saat pembelajaran dengan menggunakan metode
cerita berlangsung.
75
4. Metode Karya Wisata
Metode Karya wisata adalah suatu cara pengajaran yang dilaksanakan
dengan jalan mengajak anak-anak keluar kelas untuk dapat memperhatikan
peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran. Metode Karya Wisata
40 % digunakan oleh guru PAUD se kecamatan Tugu kota Semarang untuk
mengenalkan dan menyaksikan secara langsung nikmat dan karunia Allah untuk
para hamba- Nya di dunia. Dalam prakteknya, guru secara kreatif menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar, dengan menjadikan masjid sebagai objek
pembelajaran. Penggunaan masjid sebagai bentuk pemanfaatan sumber belajar
yang ada menjadi pertimbangan untuk mengeluarkan biaya dan waktu yang tidak
banyak.Guru menggunakan masjid sebagai contoh tempat peribadatan orang
Islam. Disamping itu, guru merancang jadwal acara dan tata tertib yang disusun
sebagai pengikat lancarnya pembelajaran. Adapun kekurangan dari metode Karya
Wisata yang digunakan oleh Ibu Nadhiroh dan Ibu Mustafidah adalah kurangnya
tenaga pendamping saat berlangsungnya wisata menuju objek pembelajaran.
Karena dalam pengaplikasian metode karya wisata pada hakikatnya harus
memperhatikan kuantitas tenaga pendamping sehingga anak dapat terkondisikan
dengan baik. Sedangkan fakta yang terjadi di lapangan anak kurang terkondisikan
karena diantaranya kurangnya tenaga pendamping tersebut.
5. Metode Demonstrasi
Tidak semua metode pembelajaran dapat mewakili wahana pencapaian
tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran untuk memperhatikan proses
terjadinya sesuatu. Cara pencapaian paling tepat adalah dengan metode
demonstrasi. Metode demonstrasi 80 % digunakan oleh guru PAUD se
Kecamatan Tugu kota Semarang dalam pembelajaran pada aspek pengembangan
moral dan nilai keagamaan guna mempermudah proses belajar mengajar. Karena
anak dapat langsung mempraktekkan hal-hal yang diketahui lewat teori.
Metode demonstrasi digunakan oleh guru PAUD se kecamatan Tugu Kota
Semarang untuk meragakan praktek ibadah, seperti sholat dan berwudlu. Dalam
prakteknya, sudah dinilai baik. Terbukti dari segi penyusunan rencana kegiatan
76
yang detail. Pada tahap persiapan sebelum materi didemonstrasikan anak-anak
menerima materi pembelajaran melalui bernyanyi dan aneka tepuk terkait dengan
materi sebagai stimulus kesiapan penerimaan materi secara utuh dan pemahaman
yang membekas pada jiwa anak. Disamping itu, langkah-langkah pengaplikasian
metode demonstrasi disusun secara sistematis dan terperinci. Penggunaan media
pembelajaran sebagai penunjang jalannya materi yang akan didemonstrasikan
menggunakan berbagai sarana pendukung, seperti: poster gerakan sholat,
penggunaan masjid sebagai sarana pembelajaran sehingga anak memiliki
pengalaman langsung sebagai bentuk pengetahuan dan pemahaman yang lengkap
tentang ibadah sholat.
Adapun kekurangan dari pengaplikasian metode demonstrasi dalam
pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan adalah:
penggunaan media pembelajaran masih bersifat tradisional dan belum
memanfaatkan media lain, berupa media elektronik. Seperti: TV, VCD player atau
media elektronik lainnya. Menurut hemat peneliti, apabila pengantar dalam
memberikan penjelasan materi terkait dengan materi yang akan didemonstrasikan
ditampilkan dalam bentuk media elektronik, tentunya semakin menambah minat
anak untuk mengikuti dan menyaksikan gambar gerakan sholat tersebut hingga
selesai. Karena anak merasakan hal yang belum mereka alami sebelumnya.
Sehingga dengan sendirinya anak secara seksama mendengarkan pemaparan guru
tersebut. Disamping itu, guru harus lebih meningkatkan pengawasan ketika
praktek sholat berlangsung. Karena apabila guru kurang maksimal dalam
memantau kegiatan demonstrasi tersebut, maka tujuan pembelajaran tercapai
dengan tidak sesuai target yang telah ditentukan. Bahkan dapat menimbulkan
kegaduhan dan ketidakterkondisiskan keadaan kelas dengan baik.
77
B. Kreativitas Guru PAUD Dalam Penggunaan Metode Pembelajaran Pada
Aspek Pengembangan Moral Dan Nilai Keagamaan di PAUD se
Kecamatan Tugu Kota Semarang
Mendidik anak usia dini gampang-gampang susah, kadang kita
memberikan fasilitas belajar yang mahal dan berharap anak belajar banyak, tetapi
kenyataannya anak justru tidak belajar. Kadang dengan mainan yang sangat
sederhana dan murah anak-anak sangat tertarik dan ingin tahu banyak tentang
mainan itu beserta mekanisme kerjanya. Bermain sambil belajar merupakan
eksistensi bermain yang berjiwa setiap kegiatan pembelajaran bagi PAUD.
Dengan demikian, seorang guru dalam melaksanakan tugas profesinya harus
memiliki kreativitas.
Guru yang kreatif dan profesional hanya akan memiliki dan menggunakan
metode pembelajaran yang tepat. Setelah menerapkan topik dan materi
pembelajaran serta tujuan pembelajaran guru yang kreatif dapat memodifikasi
atau merekayasa campuran dari berbagai metode. Adapun analisis penggunaan
metode pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan di
PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang adalah sbb:
Dari segi kelancaran berfikir, kreativitas ini dilakukan oleh 100% guru
PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang yaitu Ibu Unwah Purwoningrum
selaku guru PAUD Khadijah, Ibu Mustafidah selaku guru PAUD Hidayatul
Muta’alimin, Ibu Solechatun selaku guru PAUD Nur Ilmi, Ibu Novia Widayati
selaku guru Aisyiyah 12 dan Ibu Nadhiroh selaku guru PAUD Lathifah 06.
Kegiatan yang berupaya mengembangkan berfikir kreatif mendorong seseorang
untuk memikirkan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah.
Kreativitas dilakukan oleh Ibu Solechatun berupa pemilihan tema yang dekat
dengan anak. ketika menyampaikan cerita dengan menggunakan tema yang dekat
dengan anak. Misalnya saja, ketika memasuki bulan Maulid atau hari besar RI
maka materi cerita berhubungan dengan peringatan hari tersebut Sedangkan
kreativitas yang dilakukan oleh Ibu Mustafidah berupa pemberian hadiah sebagai
stimulus motivasi belajar anak. Ibu Unwah Purwoningrum dalam memberikan
materi dan bentuk kerja anak dengan menggunakan majalah Play Group. Majalah
78
tersebut berisi materi-materi yang mengarah pada aspek perkembangan anak usia
dini. Disamping itu, isi materi tersebut disesuaikan dengan tema pembelajaran.
Sedangkan kreativitas Ibu Nadhiroh terlihat ketika beliau menyampaikan materi
dengan menggunakan sarana belajar yang ada. Tampilan gambar dengan TV,
VCD dan VCD serta berbagai buku-buku penunjang seluruh aspek perkembangan
bagi anak usia dini beliau gunakan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran.
Seperti : buku 355 cerita Islami, fabel Islami, mengenal benar- salah, majalah Play
Group dan buku pegangan guru sebagai sumber materi untuk anak. Demikian juga Ibu
Novia Widayati ketika bercerita, beliau menampilkan gambar yang didesain
sendiri dengan menarik sebagai pemeran para tokoh dalam cerita. Ibu Novia
Widayati sengaja merancang sumber belajar sendiri. Dalam hal ini, menurut
penuturan beliau, menjadi kesan tersendiri bagi Ibu Novia Widayati dengan
menggunakan hasil karyanya sebagai penunjang proses pembelajaran.
Dari segi keluwesan bentuk kreativitas yang ditunjukkan oleh guru PAUD
adalah Ibu Solechatun, Ibu Mustafidah, Ibu Unwah Purwoningrum, Ibu Novia
Widayati dan Ibu Nadhiroh. Guru yang luwes adalah guru yang mudah
beradaptasi dan terbuka dalam menerima gagasan dan serta fleksibel dalam
kegiatan belajar mengajar. Kreativitas yang dilakukan oleh Ibu Solechatun, Ibu
Unwah Purwoningrum, Ibu Mustafidah, Ibu Novia Widayati dan Ibu Nadhiroh
ketika dalam pembelajaran selalu menciptakan suasana yang humoris, aneka
tepuk dan nyanyian yang menarik serta menirukan berbagai gaya sesuai
permintaan teman-teman dan guru. Sehingga dapat menghindarkan anak didik
dari kejenuhan dan ketegangan serta menciptakan keakraban dan kehangatan antar
pendidik dan anak didik. Akan tetapi yang perlu ditekankan adalah humor harus
diberikan secara proporsional dan hanya digunakan sebagai selingan. Agar anak-
anak tetap terkendali dan tidak kehilangan perhatian belajarnya. Disamping itu Ibu
Unwah Purwoningrum membiasakan anak untuk selalu memberi antar sesama
teman dengan tidak memandang perbedaan jenis kelamin. sehingga terjalin
keakraban dan keharmonisan antar teman dalam hubungan sesama umat muslim.
Sedangkan Ibu Solechatun, ketika anak-anak berada dalam lingkaran pembiasaan
untuk saling Tanya kabar dengan teman yang duduk disamping kanan dan kiri
79
dengan tanpa melihat perbedaan jenis kelamin, anak-anak secara urut pada posisi
tempat duduk mereka masing-masing untuk saling Tanya kabar. Sedangkan
keluwesan yang ditunjukkan oleh Ibu Novia Widayati ketika bercerita
berlangsung, beliau memberikan selingan dengan meminta anak untuk menirukan
salah satu adegan yang terkandung dalam cerita. Sehingga anak tidak terpaku
untuk mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru, tetapi ada kegiatan lain,
yaitu salah satunya dengan menirukan salah satu adegan dalam cerita. Dari segi
keluwesan 100% guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang telah
melakukan kreativitas.
Dari segi elaborasi 80 % guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang
terbilang kreatif. Ketika Ibu Nadhiroh selaku guru PAUD Lathifah 06
menciptakan karikatur tempat peribadatan agama di dunia dan media panggung
boneka terbuat dari papan yang bertirai sehingga tercipta pembelajaran yang
menarik dan meningkatkan minat anak untuk mengikuti kegiatan. Begitu juga
halnya Ibu Mustafidah dalam menggunakan metode cerita guru menggunakan
media panggung boneka dan dalam tahap sederhana pembelajaran diwarnai
dengan menggunakan pengenalan berbagai jenis bahasa seperi : Bahasa Arab,
Bahasa Jawa, Bahasa Inggris Dan Bahasa Indonesia. Sedikit berbeda dengan Ibu
Solechatun, beliau menggunakan boneka tangan sebagai tokoh cerita. Sedangkan
Ibu Novia Widayati, ketika praktek sholat dengan menggunakan metode
demonstrasi, beliau menguraikan kegiatan secara detail dan riil. Sehingga
memberikan pemahaman yang mendalam kepada anak dengan mengajak anak
menyaksikan dan mengalami secara langsung tempat ibadah orang sholat dan
langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan sholat. Sehingga
memberikan pemahaman yang mendalam kepada anak dengan mengajak anak
menyaksikan dan mengalami secara langsung. Sehingga pemahaman yang
terbentuk tidak bersifat verbalistik tetapi secara objektif pemahaman anak akan
terbangun
Kreativitas yang dilakukan oleh guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota
Semarang dari segi keaslian adalah ketika Ibu Nadhiroh melakukan penataan
ruangan kelas sebagai tempat pengalaman belajar dan bermain didesain dengan
80
menarik. Tak jarang guru-guru di PAUD Lathifah 06 merekonstruksi tata ruang
dengan inovasi baru. sehingga anak tidak merasa bosan dan senantiasa anak selalu
mengalami suasana yang baru dan nyaman saat pembelajaran berlangsung.
Sedangkan kreativitas yang dilakukan oleh Ibu Solechatun ditunjukkan ketika
dalam menangani anak yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi dzikir
sebagai obat “sakit” anak yang sulit diatasi tersebut. Begitu juga Ibu Mustafidah
dalam menggunakan metode pembiasaan menerapkan terapi air sebagai solusi
anak yang sulit dikendalikan. Dengan berwudlu, diharapkan anak kembali tenang
dan fokus mengikuti kegiatan belajar. Dari segi keaslian 60 % guru PAUD se
Kecamatan Tugu Kota Semarang telah melakukan kreativitas.
Demikian deskripsi kreativitas guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota
Semarang dalam menggunakan metode pembelajaran pada aspek pengembangan
moral dan nilai keagamaan. Guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang
sudah memiliki daya kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan bagi anak didik dengan mencari berbagai inovasi pembelajaran
yang mengedepankan nilai kreativitas. Dari ke-5 guru PAUD se Kecamatan Tugu
Kota Semarang 80% guru PAUD terbilang kreatif. Akan tetapi masih perlu
adanya peningkatan dan senantiasa berusaha untuk mencari solusi pemecahaan
berbagai permasalahan yang timbul di kelas, khususnya permasalahan yang
menyangkut metode pembelajaran. Karena pada hakikatnya metode merupakan
salah satu unsur yang memegang peranan terpenting dalam memberikan
pemahaman anak terhadap materi yang disampaikan. Penyampaian materi secara
monoton dan kaku, menyebabkan prestasi belajar anak berbeda dengan
penyampaian materi dengan menyenangkan dan . Tentu hasilnya lebih maksimal
dengan guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan hati anak.
Oleh karena itu, ketika guru dapat mengajar secara kreatif, hal itu akan membawa
dampak yang positif bagi anak didik. Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan
lebih mengairahkan dan menyenangkan serta tujuan pembelajaran untuk
memberikan pengetahuan serta anak mampu mengaplikasikan hasil belajar dalam
kehidupan dapat tercapai dengan sempurna.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan di PAUD se
KecamatanTugu Kota Semarang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan metode pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan
nilai keagamaan di PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang Tahun
2010/2011 pada dasarnya sudah baik. Guru PAUD secara kreatif menerapkan
dalam kegiatan pengalaman belajar anak. Dengan penuh kasih sayang dan
senantiasa mencari inovasi terbaru dalam menghantarkan anak didik
menggapai generasi yang sehat, cerdas, terampil dan berakhlakul karimah.
Adapun metode yang diterapkan dalam pembelajaran pada aspek
pengembangan moral dan nilai keagamaan adalah :
- Metode Pembiasaan
- Metode Keteladanan
- Metode Kisah
- Metode Demonstrasi
- Metode Karyawisata
2. Kreativitas guru PAUD dalam menggunakan metode pembelajaran pada
aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan di PAUD se Kecamatan
Tugu Kota Semarang tahun 2010/2011. Adapun yang dilakukan adalah:
a. Kelancaran dalam menggunakan media pembelajaran seperti : Buku-buku
penunjang misalnya, Fabel Islami, 355 Cerita Islami dan majalah Play
Group yang berisi materi yang mengembangkan seluruh aspek anak usia
dini. Pemanfaatan VCD dan DVD, selain itu, kelancaran yang lain
ditunjukkan dalam pemilihan tema yang dekat dengan anak, penyediaan
buku tugas khusus sehingga prestasi belajar anak tercatat dengan
baik dan penggunaan media gambar yang didesain sendiri dengan
menarik.
82
b. Keluwesan dalam bentuk menciptakan suasana humor untuk
menyenangkan hati anak, pembuatan aneka tepuk dan nyanyian yang
menarik. Serta menirukan berbagai gaya sesuai permintaan anak.
Disamping itu, kebebasan anak untuk memilih teman dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan tanpa adanya intervensi guru karena
faktor perbedaan jenis kelamin
c. Keaslian dalam penataan ruang kelas yang menarik, penerapan terapi air
dan terapi dzikir sebagai tindakan preventif dalam menangani anak
yang sulit diatasi.
d. Elaborasi dalam memanfaatkan karikatur, pembuatan panggung boneka,
penggunaan berbagai jenis boneka, mengembangkan 4 bahasa (Bahasa
Indonesia, Jawa, Arab dan Inggris) dalam pembelajaran serta menyusun
miniatur praktek ibadah secara lengkap dan sistematis. Disamping itu,
pengalaman belajar anak dilakukan secara riil sehingga anak mengalami
pengalaman yang nyata dalam kehidupan nyata.
B. Saran
1. Untuk guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang supaya lebih
meningkatkan kreativitasnya dalam menggunakan metode pembelajaran
dalam mengembangkan aspek moral dan nilai keagamaan anak usia dini
peletak dasar utama anak sehingga menjadi tanggung jawab besar bagi guru
untuk mencetak generasi muslim yang berakhlakul karimah menuju
kehidupan yang bermakna.
2. Bagi para orang tua, masyarakat dan Stakeholder untuk selalu mendorong
belajar anak sehingga anak meraih kesuksesan masa depan yang gemilang.
3. Untuk pemerintah diharapkan agar lebih menyediakan sarana prasarana
bagi dunia pendidikan, khususnya PAUD sebagai upaya peningkatan hasil
belajar anak khususnya dalam pengembangan moral dan nilai agama
tersebut.
83
C. Kata Penutup
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadiran Allah SWT., atas
taufiq, hidayah serta inayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dengan segala kekurangan dan sempitnya pengetahuan yang penulis
miliki, penulis curahkan untuk menyusun skripsi ini. Penulis sadari skripsi ini
jauh dari kesempurnaan. Namun demikian mungkin dapat dijadikan pertimbangan
bagi pihak pertimbangan bagi pihak yang akan melakukan penelitian dan
pembahasan lebih lanjut. Penulis harapkan saran dan kritik yang membangun
guna perbaikan skripsi yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin…
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Yogyakarta: UGM Press, 1981.
Asfandiyar, Andi Yudha, Kenapa Guru harus Kreatif? Bandung: Mizan, 2009.
Azmi, Muhammad, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah; Upaya
Mengefektifkan Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga,
Yogyakarta: Belukar, 2006.
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
_______, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Ed. 2, Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
Djajadisastra, Yusuf, Metode mengajar I, Bandung: Angkasa Bandung, 1982.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi edukatif, Jakarta:
PT. Rineka Cipta,2000.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Hawadi, Reni Akbar Dkk, Kreativitas, Jakarta: PT. Grasindo, 2001.
Langgulung, Hasan, Kreativitas dan Pendidikan Islam; Anallisis Psikologi dan
Falsafah, Jakarta: Pustaka al Husna, 1991.
Mangunhardjana, A.M, Mengembangkan Kreativitas, Yogyakarta: kanisius, 1986.
Mansur, PAUD dalam Islam,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Moleong, Lexy. J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995.
Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Rineka
Cipta, 2004.
Muslim, Imam, Shahih Muslim, Juz. IV, Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiah, 1992.
Narbuko, Cholid, dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,
2007, cet. 8.
Nashori, Fuad, dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas
dalam Perspektif Psikologi Islam, Yogyakarta: Menara Kudus, 2002.
Nursito, Kiat Menggali Kreativitas, Yogyakarta: PT Mitra Gamawidya, 1999.
Partanto, Pius A., dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:
Arkola, 1994.
Prawiradilaga, Dewi Salma, Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2004.
R, Moeslikhatun., metodologi Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004, Cet.2.
Rahmadi, Alfi, “ Saat Guru Mengajar di ‘Kandang Ayam’’, Forum Keadilan: No.
16,17 Agustus 2008.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Rasyidin, Al, dan Samsul Nizar, Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis;
Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Razak, A. dan Rais Lathief, Terjemahan Hadits Shahih Muslim, Jil.III, Jakarta:
Pustaka Al Husna, 1980.
Rosyadi, Khairan, Pendidikan Profetik,Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004.
S, Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Salim, Nibras Or dkk., Acuan Menu Pembelajaran pada PAUD, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional,2002.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang mempengaruhinya Jakarta: Rineka
Cipta, 1995.
Sugandi, Ahmad, Teori Pembelajaran, Semarang: UPY MKK UNNES, 2006 .
Surin, Bachtiar, Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an Huruf Arab dan Latin,
Bandung: Fa. Sumatra, 1996.
Suryabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1992.
Suyanto, Slamet, Dasar-Dasar PAUD, Yogyakarta:Hikayat,2005.
Syar’i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005.
Thoha, M. Chabib, dan Abdul Mu’thi, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar
pendidikan Agama Islam PBM-PAI di Sekolah, Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 1998.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta:
Lembaga Negara Republik Indonesia, 2005.
Zuhairini, dkk. Metode Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional,
1991.
Pedoman Perolehan Data
A. Data Observasi
1. Data dan Profil PAUD
2. Fasilitas dan sarana belajar PAUD
3. Proses belajar mengajar di kelas
4. Kreativitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran pada aspek
pengembangan moral dan nilai keagamaan
B. Data Dokumentasi
1. Daftar guru PAUD
2. Kurikulum PAUD
3. Daftar anggota HIMPAUDI Kec. Tugu Kota Semarang
4. Laporan bulanan yang ditujukan kepada UPTD pendidikan kecamatan
Tugu Kota Semarang
C. Data Interview
1 Metode apa yang digunakan oleh Guru PAUD se Kecamatan Tugu
Kota Semarang dalam pembelajaran pada aspek pengembangan moral
dan nilai keagamaan ?
2 Bagaimana penerapan metode dalam pembelajaran pada aspek
pengembangan moral dan nilai keagamaan yang Ibu gunakan ?
3 Bagaimana Kreativitas guru PAUD se Kecamatan Tugu Kota Semarang
dalam menggunakan metode pembelajaran pada aspek pengembangan
moral dan nilai keagamaan ?
PEDOMAN INTERVIEW
Tentang kreativitas guru PAUD dalam menggunakan metode
pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan di PAUD
se Kecamatan Tugu Kota Semarang.
A. Penggunaan Metode pembelajaran
1. Metode pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai
keagamaan apa sajakah yang digunakan Ibu guru PAUD se Kecamatan
Tugu Kota Semarang khususnya yang menyangkut teknik dan praktek
metode tersebut?
2. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran pada aspek
pengembangan moral dan nilai keagamaan di PAUD se Kecamatan
Tugu Kota Semarang terhadap metode yang Ibu gunakan?
B. Kreativitas guru PAUD dalam menggunakan metode pembelajaran
pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan di PAUD se
Kecamatan Tugu Kota Semarang.
1. Kreativitas kelancaran dalam berfikir apakah yang Ibu gunakan dalam
metode pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai
keagamaan di PAUD Ibu?
2. Kreativitas Keluwesan apakah yang Ibu gunakan dalam metode
pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan di
PAUD Ibu?
3. Kreativitas Keaslian apakah yang Ibu gunakan dalam metode
pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan di
PAUD Ibu?
4. Kreativitas Elaborasi apakah yang Ibu gunakan dalam metode
pembelajaran pada aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan di
PAUD Ibu?
PROSENTASE GURU PAUD SE KECAMATAN TUGU
KOTA SEMARANG.
Jumlah Guru Prosentase
1 guru
2 guru
3 guru
4 guru
5 guru
20%
40%
60%
80%
100%
TABEL
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PADA ASPEK
PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI KEAGAMAAN DI PAUD
SE KECAMATAN TUGU KOTA SEMARANG.
No Metode Jumlah Guru
1
2
3
4
5
Pembiasaan
Keteladanan
Demonstrasi
Cerita
Karyawisata
5 guru ( 100% )
5 guru ( 100% )
4 guru ( 80% )
5 guru ( 100% )
2 guru ( 40% )
PEDOMAN OBSERVASI
1 Data dan Profil PAUD
2 Fasilitas dan sarana belajar PAUD
3 Proses belajar mengajar di kelas
4 Kreativitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran pada
aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan
Tabel Kreativitas Guru dalam Menggunakan Metode Pembelajaran
Pada Aspek Pengembangan Moral dan Nilai Keagamaan
Di PAUD Se Kecamatan Tugu Kota Semarang
No Aspek Jenis Kreativitas Nama Guru Banyak
Guru
Prosenta
se 1.
2.
Kelancaran
Fleksibel
- Penggunaan berbagai media dalam pembelajaran
(Media VCD, DVD dan berbagai buku lainnya).
- Menyediakan buku tugas khusus sebagai keberhasilan
prestasi anak dalam setiap kegiatan
- Menggunakan majalah play Group yang disesuaikan
tema dan berisi materi yang menyangkut keseluruhan
aspek perkembangan anak usia dini
- .Bercerita dengan menampilka n gambar.
- Humor, aneka tepuk, nyanyian dan menirukan berbagai
gaya sebagai upaya menghilangkan ketegangan anak.
- Kebebasan dalam menentukan warna dalam kegiatan
mewarnai gambar
- Kebebasan memilih teman dengan tidak melihat
perbedaan jenis kelamin
Ibu Nadhiroh,
Ibu Mustafidah
Ibu Solechatun
Ibu Unwah .P
Ibu Novia Widayanti
Ibu Nadhiroh
Ibu Mustafidah
Ibu Solechatun
Ibu Unwah .P
Ibu Novia Widayanti
5 guru
5 guru
100%
100%
3.
4.
Keaslian
Elaborasi
- Penataan ruangan yang menarik.
- Terapi air dan terapi dzikir sebagai tindakan
preventif dalam menangani anak yang sulit diatasi.
- Mendesain panggung boneka sebagai media
pembelajaran cerita.
- Pengembangan 4 bahasa dalam pembelajaran.
- Miniatur praktek sholat secara lengkap dan
sistematis.
Ibu Nadhiroh
Ibu Solechatun
Ibu Mustafidah
Ibu Mustafidah
Ibu Solechatun
Ibu Nadhiroh, S. Ag.
Ibu Novia Widayanti
3 guru
4 guru
60%
80%
HASIL WAWANCARA
METODE PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN OLEH GURU PAUD
SE KECAMATAN TUGU KOTA SEMARANG DALAM
MENGEMBANGKAN ASPEK MORAL DAN NILAI KEAGAMAAN
1. Wawancara dengan Ibu Unwah Purwoningrum (Guru PAUD Khodijah)
Hari : Selasa
Tanggal : 19 April 2011
Waktu : 10.00-11.00
Tempat : Ruang Kelas
Alamat : Jl. Kyai Gilang Kauman RT 1 RW IV Mangkang Kulon Tugu
Kota Semarang
Pertanyaan :
1. Metode pembelajaran aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan
apa sajakah yang ibu gunakan khususnya menyangkut teknik dan praktek
metode tersebut ?
Jawab : Metode pembiasaan, metode keteladanan, metode kisah dan
metode demonstrasi
2 Bagaimana penerapan metode pembelajaran pada aspek pengembangan
moral dan nilai keagamaan terhadap metode yang ibu gunakan ?
Jawab :
A. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntutan ajaran Islam. Adapun pelaksanaan metode pembiasaan di
PAUD Khodijah adalah sbb:
a) Persiapan
- Guru menyiapkan kesiapan fisik untuk memulai aktivitas
- Guru menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH)
- Guru menyiapkan sumber dan alat belajar
- Guru menyambutan kedatangan anak dan para orang tua/
pengantar agar senantiasa terbentuk hubungan armonis antar
anak, guru dan orang tua/pengantar
b) Pelaksanaan
- Berbaris di depan kelas
- Latihan berhitung dengan mengamati dan menghitung teman
- Pembacaan Syahadatain
- Pembacaan surat Al Fatihah dan bersalaman
- Membaca doa belajar dan doa untuk ke-2 orang tua
- Tadarrus surat-surat pendek
- Menyanyikan Mars NU
- Mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa
c) Penutup
- Membaca doa keluar ruangan dan doa selesai belajar
- Mengucapkan Salam dan bersalaman
B. Metode Keteladanan
Metode Keteladanan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
memberi contoh perbuatan atau barang yang dapat ditiru oleh anak.
Adapun praktek pembelajaran dalam menggunakan metode
keteladanan di PAUD Khodijah adalah sbb:
a) Persiapan
- Guru datang sebelum bel masuk
- Guru menyiapkan sumber dan sarana belajar
b) Pelaksanaan
- Guru menyiapkan materi dengan bahasa yang santun dan
komunikatif
- Apabila terdapat anak yang melakukan tindakan dan
menimbulkan kegaduhan di kelas, maka guru memberikan
teguran dan menasehati anak tersebut untuk meminta maaf di
depan kelas
c) penutup
- Berdoa dan senantiasa memberikan contoh kepada anak untuk
mempunyai kepedulian sosial dan sikap memaafkan antar
saudara muslim seiman
C. Metode Kisah
Metode kisah adalah suatu cara dalam menyampaikan materi
pembelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang
bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi
ataupun hanya rekaan.
a) Persiapan
- Guru memilih tema cerita
- Guru mempertimbangkan waktu bercerita
- Guru memilih media pembelajaran
b) Pelaksanaan
- Sebagai bentuk pemusatan perhatian anak, guru mengajak
anak bernyanyi dan aneka tepuk yang menarik
- Guru mulai bercerita dengan menggunakan media majalah
Play Group
- Dengan ekspresi yang disesuikan alur cerita, anak-anak fokus
mendengarkan cerita
- Sebagai ”Refresh” guru menciptakan suasana humor agar
cerita tidak monoton
c) Penutup
- Guru melakukan Tanya-jawab seputar cerita
- Guru memotivasi anak untuk meniru kebaikan dan
menghindari kejelekan yang ada dalam cerita
- Guru mengajak anak untuk berdoa kepada Allah agar
terhindar dari segala tipu daya kejahatan dunia
- Doa bersama dan sayonara
D. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu kepada siswa. Demikian praktek metode demonstrasi yang
digunakan oleh guru PAUD Khodijah adalah sbb:
a) Persiapan
- Guru menyiapkan alat dan media pembelajaran seperti: poster,
gambar gerakan sholat
- Guru menyiapkan lagu keagamaan yang berkenaan dengan
materi yang akan didemonstrasikan
b) Pelaksanaan
- Guru mengajak anak menyanyikan lagu yang berkenaan
dengan materi yang akan didemonstrasikan
- Guru menjelaskan materi dengan menampilkan gambar dan
poster gerakan sholat
- Guru mengajak anak untuk memakai alat sholat
- Guru menunjuk salah satu anak yang bertindak sebagai imam
sholat, kemudian barulah sholat dimulai
- Ketika sholat berlangsung, salah satu guru bertindak sebagai
imam dan guru yang lain sebagai pengawas dan mengevaluasi
gerakan sholat anak
- Sholat selesai, anak-anak dikenalkan dengan bacaan sholawat
Qur’aniyyah dan bersalaman dengan antar jama’ah yang lain
kemudian merapikan alat sholat secara mandiri.
c) Penutup
- Memotivasi anak untuk senantiasa sholat bersama keluarga di
rumah
- Doa bersama
2. Wawancara dengan Ibu Mustafidah (Guru PAUD Hidayatul Muta’alimin)
Hari : Kamis
Tanggal : 21 April 2011
Waktu : 10.00-11.00
Tempat : Ruang Kelas
Alamat : Jl.Gotong Royong RT 2 RW III Mangunharjo Tugu Kota
Semarang
Pertanyaan :
1. Metode pembelajaran Aspek pengembangan moral dan nilai keagamaan apa
sajakah yang Ibu gunakan khususnya menyangkut teknik dan praktek metode
tersebut ?
Jawab : Metode pembiasaan, metode keteladanan, metode kisah, metode
karya wisata dan metode demonstrasi
2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran pada aspek pengembangan moral
dan nilai keagamaan terhadap metode yang ibu gunakan ?
Jawab:
A. Metode Pembiasaan
a ) Persiapan
- Guru menyusun RKH
- Guru menyiapkan media pembelajaran
b) Pelaksanaan
- Setelah bel masuk, anak-anak melakukan pemanasan di lapangan
seperti: memindahkan batu, lari-lari kecil dan lain sebagainya
yang pada intinya kegiatan untuk merangsang kesiapan fisik-
motorik anak untuk siap mengikuti jalannya kegiatan.
- Dengan membentuk formasi lingkaran dan formasi lainnya, anak-
anak berlatih menghitung dengan berbagai pilihan bahasa seperti
: Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa
Jawa.
- Absensi
- Doa sebelum belajar
- Pembacaan Asmaul Husna dan Teks Pancasila
c) Penutup
- Menasehati anak untuk tetap memegang teguh ajaran Islam
- Bersalaman dan mengucapkan salam
B. Metode Keteladanan
a) Persiapan
- Guru menyiapkan stamina vit sebelum kegiatan dimulai
- Guru senantiasa menyadari untuk tetap kontrol dan berhati-hati
dengan segala ucapan dan perbuatan selama kegiatan
berlangsung, karena anak akan meniru segala perbuatan yang
mereka saksikan. Khususnya guru karena sebagai Publik Vigur
bagi anak.
b) pelaksanaan
- Membekali anak untuk senantiasa menyapa dan bersalaman
dengan orang lain
- Guru senantiasa mengenalkan Hadits kebersihan bagi anak
sehingga dapat menerapkan kandungan Hadits tersebut dalam
kehidupan seperti contoh: menjaga kebersihan kelas dengan
membuang sampah pada tempatnya
- Bertutur kata sopan dan tidak menyakiti hati teman
- Apabila ada anak yang sulit diatasi dan membuat gaduh kelas,
sebagai tindakan preventif terapi air dipilih sebagai solusi
tindakan tersebut. Diharapkan dengan mengajak anak berwudlu
anak kembali sadar dan berada pada kondisi stabil.
c) Penutup
- Memotivasi anak untuk selalu rajin berangkat
- Berdoa bersama
C. Metode Kisah
a) Persiapan
- Guru Menyiapkan RKH sesuai tema
- Guru menyiapkan media pembelajaran
- Guru mendesain panggung boneka dan boneka orang yang terbuat
dari kardus dan kertas bekas yang dihiasi aneka renda, sisa bahan
yang tidak terpakai sebagai komponen panggung boneka.
b) Pelaksanaan
- Sebelum cerita dimulai, guru menyampaikan aturan sebelum cerita
dimulai agar sebagai kontrol anak ketika cerita berlangsung
- Sebagai pembuka, guru mengajak anak untuk bernyanyi dan aneka
tepuk bahkan senam otak sekalipun
- Guru mulai bercerita dengan menggunakan media panggung boneka
sebagai daya tarik anak untuk mengikuti jalannya cerita
- Guru mengekspresikan alur cerita dengan totalitas penuh dan
konsentrasi agar anak terbawa alur cerita yang sedang berlangsung,
sehingga interaksi edukatif antara guru dan anak tercapai dalam titik
kulminasi
c) Penutup
- Guru melakukan Tanya-jawab seputar tokoh dan alur cerita
- Guru menyampaikan pesan moral yang terdapat dalam cerita
- Berdoa bersama
D. Metode Karya Wisata
Menurut Zuhairini Dkk, metode karya wisata adalah metode
pengajaran yang dilaksanakan dengan cara mengajak anak keluar
kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada
hubungannya dengan pelajaran. Adapun praktek metode karya wisata
di PAUD Hidayatul Muta’alimin adalah sbb:
a) Persiapan
- Guru menyiapkan RKH
- Guru menyiapkan sumber belajar dan objek kunjungan
pembelajaran
b) Pelaksanaan
- Guru mengajak anak untuk menuju objek kunjungan dengan
berpasangan dan bergandeng tangan tanpa memperhatikan
perbedaan jenis kelamin
- Guru menjelaskan dan membimbing anak dengan segala hal
yang anak saksikan semata-mata ciptaan Allah yang wajib
disyukuri dan sebagai bukti keberadaan Allah sebagai al
Kholiq
- Sesampai di objek kunjungan wisata pembelajaran (masjid),
anak dikenalkan komponen masjid dan dilanjutkan kegiatan
kerja anak dengan mewarnai gambar masjid sesuka hati
c) Penutup
- Guru membekali anak untuk senantiasa mencintai masjid
sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT.
- Doa bersama
E. Metode Demonstrasi
a) Persiapan
- Guru menyiapkan RKH
- Guru menyiapkan media pembelajaran berupa poster gerakan
sholat
b) Pelaksanaan
- Guru mengajak anak berwudlu di kran sekolah dengan
dibimbing salah satu guru dengan tertib
- Selesai berwudlu dan anak telah siap dengan alat sholat, guru
mulai mendemonstrasikan gerakan sholat
- Guru menghimbau anak untuk tidak berbicara dan membuat
gaduh saat praktek sholat berlangsung
- Guru menunjuk salah satu anak sebagai imam sholat dan salah
satu guru bertindak sebagai imam sholat sedangkan guru yang
lain bertindak sebagai pengawas dan mengevaluasi gerakan
sholat anak
c) Penutup
- Guru melakukan Tanya-jawab tentang materi sholat
- Guru memotivasi anak untuk menerapkan sholat dalam
kehidupan sehari-hari
- Doa bersama dan pulang
3. Wawancara dengan Ibu Solechatun (Guru PAUD Nur Ilmi)
Hari : Kamis
Tanggal : 28 April 2011
Waktu : 09.30-10.25
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Alamat : Jl. Raya Mangkang Wetan Rt 3 RW II Tugu Kota Semarang
Pertanyaan:
1. Metode pembelajaran spek pengembangan moral dan nilai keagamaan apa
sajakah yang ibu gunakan khususnya menyangkut teknik dan praktek
metode tersebut ?
Jawab: Metode pembiasaan, metode keteladanan, metode kisah dan
metode demonstrasi
2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran pada aspek pengembangan
moral dan nilai keagamaan terhadap metode yang ibu gunakan ?
Jawab:
A. Metode Pembiasaan
a) Persiapan
- Guru menyambut kedatangan anak dengan penuh kasih dan
perhatian
- Bersalaman ketika berjumpa dengan guru dengan orang tua
pengantar
- Guru melakukan pematangan RKH
b) Pelaksanaan
- Mengawali dan mengakhiri setiap kegiatan dengan berdoa
- Selesai kegiatan, anak-anak dibiasakan untuk cuci tangan
- Ketika waktu istirahat, anak-anak berkumpul dalam satu lingkaran
kebersamaan untuk melakukan makan siang bersama agar tercipta
rasa berbagi dan kepedulian antar sesama muslim
c) Penutup
- Berdoa bersama
B. Metode Keteladanan
a) Persiapan
- Guru menyiapkan stamina tubuh dalam menjani kegiatan yang
akan dilaksanakan
- Guru menyiapkan RKH
b) Pelaksanaan
- Guru senantiasa berhati-hati dalam segala ucapan dan perbuatan
yang akan disampaikan
- Apabila terdapat anak yang membuat gaduh dan sulit dikendalikan,
maka guru menggunakan terapi dzikir sebagai tindakan preventif.
Diharapkan setelah anak membaca Istighfar 3-10 kali dapat
kembali dalam keadaan stabil.
c) Penutup
- Guru senantiasa membekali anak untuk selalu mempunyai pondasi
akhlakul karimah yang kuat
- Berdoa bersama
C. Metode Kisah
a) Persiapan
- Guru melakukan pemantapan RKH yang telah disusun sebelumnya
- Guru memilih cerita sesuai tema yang dekat dengan anak.
Misalnya akan memasuki bulan maulud, maka tema yang
diangkat adalah tentang biografi Rasullah SAW. dan dakwah
beliau. Disamping itu, apabila memasuki hari besar Nasional,
maka tema cerita yang diangkat adalah sejarah nasional yang
terjadi pada hari tersebut
b) Pelaksanaan
- Guru menarik perhatian anak dengan bernyanyi dan aneka tepuk
- Setelah anak bertada dalam kondisi siap mendengarkan cerita,
mulailah guru membawakan cerita dengan media boneka tangan
- Selama cerita berlangsung, sesekali guru bertanya kepada anak
tentang cerita yang baru saja mereka terima, supaya anak sejak dini
sudah dilatih aktif sehingga suasana belajar semakin terbentuk
efektif
c) Penutup
- Tanya jawab seputar tokoh cerita
- Guru menampaikan pesan moral yang harus dijadikan pedoman
hidup menuju derajat insan kamil di sisi-Nya.
D. Metode Demonstrasi
a) Persiapan
- Guru menyiapkan RKH
- Guru menyiapkan sumber belajar
b) Pelaksanaan
- Guru memulai memberikan penjelasan kepada anak mengenai
materi yang akan didemonstrasikan melalui poster gerakan sholat
- Setelah penjabaran gerakan sholat selesai, anak-anak diinstrusikan
untuk praktek berwudlu di ruang kelas dengan memperagakan
layaknya gerakan orang berwudlu
- Guru menunjuk salah satu untuk mengumandangkan adzan
- Sambil menunggu teman yang lain siap memakai alat sholat, anak-
anak membaca puji-pujian
- Setelah semua siap, iqomah dikumandangkan. Praktek sholat pun
siap dimulai
- Guru dan salah satu anak bertindak sebagai imam. Sedangkan
guru yang lain mengawasi dan mengevaluasi gerakan sholat
anak
- Setelah salam, anak-anak dilatih untuk berdzikir setelah sholat
dengan membaca tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 7
kali dan ditutup dengan membaca Sholawat Qur’aniyyah
c) Penutup
- Tanya jawab seputar gerakan sholat
- Membaca doa pulang, doa dunia-akhirat, absensi dan ditutup salam
dan salim
4. Wawancara dengan Ibu Nadhiroh (Guru PAUD Lathifah 06)
Hari : Selasa
Tanggal : 3 Mei 2011
Waktu : 09.00-10.00
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Alamat : Jl. Kauman RT 2 RW III Mangkang Wetan Tugu Kota Semarang
Pertanyaan:
1. Metode pembelajaran spek pengembangan moral dan nilai keagamaan apa
sajakah yang Ibu gunakan khususnya menyangkut teknik dan praktek
metode tersebut ?
Jawab: Metode pembiasaan, metode keteladanan, metode kisah dan
metode karya wisata
2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran pada aspek pengembangan
moral dan nilai keagamaan terhadap metode yang ibu gunakan ?
Jawab:
A. Metode Pembiasaan
a) Persiapan
- Guru menyiapkan RKH
- Guru membiasakan anak untuk memanggil semua guru PAUD
Lathifah 06 dengan sapaan bunda, dengan tujuan menghilangkan
sekat antara guru dan anak
- Guru berharap terjalin hubungan harmonis antara anak dan guru
b) Pelaksanaan
- Membiasakan anak untuk mengawali dan mengakhiri setiap
kegiatan dengan berdoa
- Guru senantiasa menerapkan prinsip yang termaktub dalam 4 kata
santun yang menjadi prinsip anak, yakni: salam, tolong, maaf dan
terima kasih.
c) Penutup
- Memotivasi anak untuk selalu mengaplikasikan segala pembiasaan
yang mereka terima selama kegiatan diharapkan di rumah dari para
orang tua tetap membimbing dan menerapkan bentuk pembiasaan-
pembiasaan yang guru tuangkan dalam jiwa anak
B. Metode Keteladanan
a) Persiapan
- Menyiapkan diri untuk menjadi uswah bagi anak didik agar tujuan
pembelajaran untuk mengantarkan generasi anak bangsa yang
bermental al Qur’an dan As Sunnah dan bernafaskan aswaja
b) Pelaksanaan
- Menyampaikan materi dengan media buku dalam bentuk majalah
benar-salah
- Guru mengintruksikan anak untuk mewarnai gambar yang terdapat
dalam majalah benar- salah
- Mengajak anak untuk mencontoh perilaku yang tercermin dalam
majalah tersebut
c) Penutup
- Memotivasi anak untuk selalu meniru perbuatan yang benar
(terpuji) yang tercermin dalam majalah benar salah tersebut
- Berdoa bersama
C. Metode Kisah
a) Persiapan
- Guru menyiapkan materi cerita dengan tema
- Guru memanfaatkan media pembelajaran berupa buku
penunjang dan panggung boneka sebagai sumber belajar yang
akan dilaksanakan
b) Pelaksanaan
- Guru mengajak anak untuk mendengarkan cerita yang akan
dilaksanakan. Dengan diawali bernyanyi dan aneka tepuk
sebagai stimulus agar anak larut dalam cerita
- Dengan menggunakan berbagai media pembelajaran seperti :
buku 355 cerita Islami, Fabel Islam bahkan menggunakan
media panggung boneka sebagai daya tarik anak untuk
mendengarkan cerita
c) Penutup
- Guru mengajak Tanya jawab seputar cerita yang telah
dilaksanakan
- Guru memotivasi anak untuk meniru perbuatan terpuji yang
tercermin dalam cerita tersebut
D. Metode Karya wisata
a) Persiapan
- Guru menyusun RKH
- Guru menyiapkan media pembelajaran dan objek yang akan
dikunjungi
b) Pelaksanaan
- Guru menyampaikna materi (pengenalan tempat ibadah
agama di dunia) dengan media karikatur
- Guru mengajak anak mengunjungi salah satu tempat ibadah
secara langsung, objek yang dikunjungi berupa temopat
ibadah umat Islam yakni masjid
- Dengan bernyanyi dan bergandengan tangan anak-anak
menuju masjid dengan suka ceria
- Sesampai di masjid, anak dikenalkan komponen yang terdapat
dalam masjid dan melakukan kegiatan dengan mewarnai
gambar masjid
c) Penutup
- Guru mananamkan budaya sholat di masjid
- Berdoa bersama
5. Wawancara dengan Ibu Novia Widayati (Guru PAUD Aisyiyah 12)
Hari : Senin
Tanggal : 9 Mei 2011
Waktu : 10.00-11.00
Tempat : Ruang Kelas
Alamat : Jl. Lapangan Kalisasak Mangkang Wetan Tugu Kota Semarang
Pertanyaan :
1. Metode pembelajaran spek pengembangan moral dan nilai keagamaan apa
sajakah yang Ibu gunakan khususnya menyangkut teknik dan praktek
metode tersebut ?
Jawab: Metode pembiasaan, metode keteladanan, metode kisah dan metode
demonstrasi
Bagaimana penerapan metode pembelajaran pada aspek pengembangan
moral dan nilai keagamaan terhadap metode yang ibu gunakan ?
Jawab:
A. Metode Pembisaan
a) Persiapan
- Guru menyiapkan RKH
- Guru mengajak anak untuk melakukan kegiatan untuk
merangsang kesiapan fisik anak
b) Pelaksanaan
- Berbaris dan ikrar
- Guru mengajak anak bernyanyi sebagai bentuk pemusat
perhatian anak
- Membaca doa belajar dan tadarrus
c) Penutup
- Guru Senantiasa memotivasi anak untuk menerapkan bentuk
pembiasaan yang anak terima dalam kehidupan sehari-hari
- Berdoa bersama dan membaca doa penutup majlis
B. Metode Keteladanan
a) Persiapan
- Guru memotivasi anak untuk bangun pagi dan gosok gigi
secara teratur
- Guru menanamkan budaya untuk saling memberi antar
sesama saudara muslim dengan mengsi celengan sedekah
b) Pelaksanaan
- Guru senantiasa memberikan contoh kepada anak untuk selalu
bertutur kata sopan dan santun
- Guru senantiasa memotivasi anak untuk selalu menutup aurat
c) Penutup
- Guru mengajak anak untuk selalu bertutur kata sopan dengan orang
yang lebih tua
- Berdoa bersama dan membaca doa penutup majlis
C. Metode Kisah
a) Persiapan
- Guru menyiapkan RKH
- Guru menyiapkan media cerita dan tema cerita
b) Pelaksanaan
- Guru menyiapkan garis besar cerita kepada anak
- Guru memulai cerita dengan menggunakan media gambar
yang didesain sendiri dalam bentuk gambar sesuai bentuk
tokoh yang dilakonkan
- Untuk menghilangkan ketegangan dan kejenuhan anak, guru
meminta anak untuk memeragakan salah satu adegan yanga
ada dalam cerita
c) Penutup
- Guru melakukan Tanya jawab seputar cerita
- Berdoa bersama dan doa penutup majlis
D. Metode Demonstrasi
a) Persiapan
- Guru menyiapkan RKH
- Guru mempersiapkan media pembelajaran
b) Pelaksanaan
- Guru menjelaskan materi dalam bentuk poster kemudian Guru
mengajak anak mengunjungi langsung tempat ibadah sholat,
yakni masjid terdekat dengan PAUD
- Setiba di masjid, guru mengajak anak berdoa ketika hendak
masuk masjid. Dilanjutkan dengan bernyanyi dan aneka tepuk
sebagai stimulus kesiapan anak untuk belajar
- Dengan dipandu guru, anak-anak dikenalkan komponen masjid.
Dilanjutkan dengan berwudlu di tempat berwudlu secara
terpisah sesuai jenis kelaminnya masing-masing
- Setelah berwudlu, anak-anak dibimbing untuk memasuki masjid
dan memposisikan diri memmbentuk shof sholat. Antara laki-
laki dan perempuan berada dalam shof terpisah
- Guru meminta salah satu anak mengumandangkan adzan,Karena
sholat dilaksanakan pukul 09.30 anak-anak mendemonstrasikan
sholat dhuha sebanyak 2 raka’at
- Dengan diakhiri doa penutup majlis, anak-anak dibimbing kembali
ke PAUD Aisyiyah 12 dengan bergandengan tangan.
c) Penutup
- Guru melakukan Tanya jawab tentang materi
- Berdoa dan membaca doa penutup majlis
Berdoa bersama sebagai bentuk Pembiasaan di PAUD Hidayatul Muta’alimin
Pembelajaran di PAUD HidayatulMuta’alimin
Pembelajaran di PAUD Nur Ilmi
Pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi di PAUD Khadijah
Pembelajaran di PAUD Latifah 06
Pembelajaran di PAUD Aisyiyah 12
Pemaparan materi dengan karikatur
Salah satu Guru PAUD se Kec. Tugu Kota Semarang yang diinterview
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Afiah
2. Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 13 Juli 1988
3. NIM : 063111135
4. Alamat Asal : Ds. Kertasemaya RT 06 RW 03 Kertasemaya
Kab. Indramayu 45274
5. Pendidikan Formal :
a. SD Negeri 07 Tenajar Kidul Indramayu : Lulus Tahun 2000
b. SLTP NU Tenajar Kidul Indramayu : Lulus Tahun 2003
c. MA NU Nurul Huda Mangkangkulon Semarang : Lulus Tahun 2006
d. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Jurusan PAI 2006
Demikian riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 10 Juni 2011
Afiah
0636111135