49
BLOK PERAWATAN KURATIF DAN REHABILITATIF KEDOKTERAN GIGI II SKENARIO 2 LAPORAN TUTORIAL Oleh Kelompok 3 Dosen Pembimbing : drg. H. A. Gunadi, MS, Ph. D FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

BLOK PERAWATAN KURATIF DAN REHABILITATIF

KEDOKTERAN GIGI II

SKENARIO 2

LAPORAN TUTORIAL

Oleh

Kelompok 3

Dosen Pembimbing :

drg. H. A. Gunadi, MS, Ph. D

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Oleh

Kelompok 3

1. Mohammad Yasin 101610101004

2. Nurul Aini 101610101006

3. Friezka Amalia 101610101010

4. Idayu Windriyana 101610101012

5. Nurlailiyatul 101610101019

6. Ika Wahyu P. 101610101024

7. Gea A. Sabrina 101610101025

8. Khoirul Anam 101610101073

9. Annisa Tari A. 101610101080

10. Syamsinar 101610101082

11. Ani Nur Rosidah 101610101085

Ketua : Mohammad Yasin

Scriber papan : Friezka Amalia

Scriber meja : Ani Nur Rosidah

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 3: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario 2 Blok

Kuratif dan Rehabilitatif II.

Peyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. drg. H. A. Gunadi, MS, Ph. D selaku dosen pembimbing tutorial.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan yang

tidak mungkin disebutkan satu persatu di sini.

Penyusun juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat

bermanfaat.

Jember, Oktober 2012

T

i

m

P

e

n

y

u

s

u

n

Page 4: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Page 5: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................2

1.4 Mapping..........................................................................................4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................5

BAB 3. PEMBAHASAN ...................................................................................6

3.1 Indikasi dan kontraindikasi pembuatan GTSL .................................6

3.2 Dampak yang terjadi apabila gigi yang hilang tidak diganti .............6

3.3 Klasifikasi GTSL ............................................................................8

3.3.1 Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi .........................9

3.3.2 Berdasarkan retainer .............................................................17

3.3.3 Berdasarkan jaringan pendukungnya .....................................18

3.4. Komponen GTSL ..........................................................................19

3.5 Tahap penentuan desain GTSL .......................................................28

3.6 Prosedur kerja dan rencana perawatan GTSL .................................34

3.7 Faktor keberhasilan dan kegagalan GTSL ......................................38

BAB 4. PENUTUP ............................................................................................40

4.1 Kesimpulan ......................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................44

Page 6: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses

penuaan secara alami. Kehilangan gigi dapat berpengaruh pada senyum dan rasa

percaya diri seseorang. Penderita kehilangan gigi memiliki banyak pilihan

sebelum memperoleh perawatan, karena bidang prostetik sudah maju.

Gigi tiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan sebagian

atau seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang

bawah. Meskipun kemajuan dalam bidang estetika kedokteran gigi sangat pesat,

namun fungsi dari gigitiruan itu sendiri didukung oleh kondisi fisik seseorang.

Tanpa adanya gigi yang mendukung rahang dan gingiva, kulit dapat tampak

kendur, dan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan seseorang untuk makan

dan berbicara. Komplikasi-komplikasi tersebut dapat mempengaruhi kualitas

hidup dan kebahagiaan seseorang.

Gigi tiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada, sehingga

tidak terlihat perubahan yang nyata pada penampilan wajah dan senyum pasien.

Gigitiruan juga dapat membuat seseorang merasa nyaman pada saat memakan

makanan tertentu dan dapat mengurangi rasa malu akibat kehilangan gigi.

Untuk melakukan perawatan gigi tiruan sebagian, kita harus mengetahui

tahapan-tahapan dari penatalaksanaan atau perawatan gigi tiruan sebagian.

Diawali dengan pemeriksaan, pemeriksaan utama maupun pemeriksaan

penunjang. Mencetak merupakan tahapan kedua yang dilakukan. Mencetak

dilakukan berdasarkan pertimbangan resiliensi jaringan mukosa mulut. Preparasi

gigi pencangkaran termasuk salah satu dalam tahap perawatan preprotestik.

Penentuan relasi rahang atas dan rahang bawah dari pasien. Pemilihan elemen gigi

tiruan yang dilihat dari bentuk, ukuran dan warna serta tahapan penyusunan gigi.

Untuk menentukan desain gigi tiruan sebagian lepasan pada rencana

perawatan kita harus mengetahui terlebih dahulu bagian-bagian dari GTSL (Gigi

Page 7: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Tiruan Sebagian Lepasan) tersebut berdasarkan indikasi dari tiap komponen

tersebut serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.

1.2 Rumusan Masalah

Skenario 2

Wanita usia 41 tahun, datang ke RSGM Universitas Jember, ingin

dibuatkan gigi tiruan pada RA dan RB. Pasien merasa kurang nyaman untuk

mengunyah. Kemudian dokter gigi memeriksa rongga mulut Bu Ningsih. Hasil

pemeriksaan intra oral: gigi hilang pada 17, 18, 25, 26, 27, 28, 35, 36, 46, gigi 47

sissa akar indikasi pencabutan/ekstraksi. Bentuk ridge RA square, tidak ada torus

mandibula, ada eksostosis pada daerah gigi 26,27, vestibulum RA dalam dan RB

dalam, frenulum rendah, torus palatines kecil, retromilohioid dalam dan

tuberositas maksilaris kecil. pasien tidak mempunyai kelainan sistemik. Hasil

pemeriksaan ekstra oral tidak ada kelainan. Kemudian dokter gigi merencanakan

membuat gigi tiruan sebagian lepasan.

Berdasarkan skenario di atas, kelompok kami merumuskan beberapa

masalah diantaranya:

1. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemakaian GTSL?

2. Apa saja dampak yang terjadi apabila gigi yang hilang tidak diganti?

3. Bagaimana klasifikasi GTSL?

4. Bagaimana tahapan pembuatan GTSL?

5. Apa saja komponen GTSL?

6. Bagaimana tahapan penentuan desain GTSL?

7. Apa saja indikator keberhasilan dari pemakaian GTSL?

1.3 Tujuan

1. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan indikasi dan

kontraindikasi pemakaian GTSL.

2. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan dampak yang terjadi

apabila gigi yang hilang tidak digantI.

3. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan klasifikasi GTSL.

Page 8: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

4. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan tahapan pembuatan

GTSL.

5. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan komponen GTSL.

6. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan tahapan penentuan

desain GTSL .

7. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan indikator keberhasilan

dari pemakaian GTSL.

Page 9: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

1.4 Mapping

Pemeriksaan

Subyektif Obyektif

Diagnosa

Gigi 47 NPT

Partial edentulous ridge

pada RA dan RB

Rencana Perawatan

Pendahuluan: ekstraksi

gigi 47 dan

alveolektomi pada

daerah gigi 26 dan 27

GTSL RA dan RB

Klasifikasi

GTSL

Indikasi &

kontra

indikasi

Desain

GTSL

Tahap

Pembuata

n GTSL

Indikator

keberhasilan

Pemakaian

GTSL

Page 10: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Applegate (1959), gigi tiruan sebagian lepasan adalah salah satu

alat yang dapat dilepas yang berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli

yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar dan

dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai

pilar. Pengertian gigi tiruan sebagian (GTS) menurut Osborne (1959), adalah gigi

tiruan yang mengganti gigi asli yang hilang sebagian dapat dilepas oleh pasien.

Menurut Mc. Craken (1973), GTS adalah suatu restorasi prostetik yang mengganti

gigi asli yang hilang dan bagian lain rahang yang tidak bergigi sebagian,

mendapat dukungan terutama dari jaringan dibawahnya dan sebagian dari gigi asli

yang masih tinggalakan menjadi gigi pegangan.

Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

gigi tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan penuh dibuat pada pasien

yang sudah kehilangan seluruh gigi geliginya, sedangkan gigi tiruan lepasan

dibuat bila masih ada sebagian gigi yang tersisa. Gigi tiruan sebagian dapat dibagi

lagi menjadi gigi tiruan lepasan (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien)

dan gigi tiruan cekat (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen).

(Haryanto, 1991).

Bagian jaringan mulut yang menahan komponen vertical dari gaya kunyah

merupakan bagian yang memberikan dukungan (support) bagi gigi geligi tiruan

sebagian dan dapat meliputi beberapa atau semua gigi yang masih ada, serta sisa

tulang alveolar (linger sisa). Sisa tulang alveolar, disebut pula residual ridge atau

edentulous ridge adalah bagian tulang alveolar yang masih ada setelah tulang

alveoli tertutup atau menghilang dari prosesus alveolaris beberapa waktu setelah

pencabutan gigi. (Haryanto, 1991).

Page 11: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Indikasi dan kontra indikasi pemakaian GTSL

3.1.1 Indikasi pemakaian GTSL

1. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:

a. Usia

Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang

mahkota klinis masih kurang. Pasien usia lanjut dengan

kesehatan umum yang buruk, karena perawatannya

memerlukan waktu yang lama.

b. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum

Ante

c. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous.

2. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous(free

end saddle).

3. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat.

4. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan.

5. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik.

6. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut.

7. Keinginan pasien

3.1.2 Kontraindikasi GTSL

1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai

perawatan gigi tiruan.

2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita

sebaiknya dibuatkan GT temporer.

3. Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)

4. OH jelek.

3.2 Dampak yang terjadi apabila gigi yang hilang tidak diganti

a. Migrasi dan rotasi gigi

Page 12: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan

pergeseran, miring atau berputarnya gigi. karena gigi ini tidak lagi

menempati posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada

saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur

periodontal. Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas

karies dapat meningkat.

b. Erupsi berlebih

Bila gigi sudah tidak mempunyai antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi

berebih (overeruption). Erupsi berlebih dapa terjadi tanpa atau disertai

pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa pertumbuhan tulang

alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga

gigi mulai ekstrusi. Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang

alveolar berlebih, maka akna menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari

penderita perlu dibuatkan gigi tiruan lengkap.

c. Penurunan efisiensi kunyah

Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang

akan merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok

orang yang ditnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh

maklum pada masa kini banyak jenis makanan yag dapat dicerna hanya

dengan sedikit proses kunyah saja.

d. Gangguan pada sendi temporo-mandibula

Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure)

hubungan rahang yang eksentrik akibat keilangan gigi, dapat

menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang.

e. Beban berlebih pada jaringan pendukung

Bila penderita sudah kehilangn sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masi

ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi

pembebanan berlebih (over loading). Hal ini akan mengakibatkan

kerusakan membrane periodontal dan lama kelamaan gigi tadi menjadi

goyang dan akhirnya terpaksa dicabut.

f. Kelainan bicara

Page 13: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan

bicara, kaena gigi –khususnya yang depan- termasuk bagian organ fonetik.

g. Memburuknya penampilan

Menjadi buruknya penampilan (loss of appearance) karena kehilangan gigi

depan akan mengurangi daya tarik wajah seseorang. Apalagi dari segi

pandang manusia modern.

h. Terganggunya kebersihan mulut

Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan

tatangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya

ruang interproksimal tidak wajar ini mengakibatkan celah antar gigi

mudah disisipi sisa makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi

terganggu dan mudah terjadi plak. Plak tahap berikut terjadinya karies gigi

dapat meningkat.

i. Atrisi

Pada kasus tertentu dimana membrane periodontal gigi asli masih

menerima beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan

tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini biasa berwujud atrisi pada gigi-

gigi tadi, sehingga dalam jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan

dimensi vertical wajah pada saat gigi dalam keadaan oklusi sentrik.

j. Efek terhadap jaringan lunak mulut

Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati

jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini menyebabkan

kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena

terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati

protesis. Dalam hal seperti ini, pemakaian geligi tiruan akan dirasakan

sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.

3.3 Klasifikasi GTSL

Maksud utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang sebagian

giginya sudah hilang adalah agar dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas

mungkin tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gigi tiruan

Dasar klasifikasi:

Page 14: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

3.3.1 Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, klasifikasi menurut:

a. Kennedy

b. Swenson

c. Austin Lidge

d. Applegate Kennedy

3.3.1.1 Klasifikasi Kennedy

Syarat:

1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi

selesai dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut

selesai dicabut.

2. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak

termasuk dalam klasifikasi.

3. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti,

gigi ini dimasukkan klasifikasi

4. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang.

5. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama

dalam klasifikasi.

6. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam

klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan

jumlah daerah atau ruangannya.

7. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan

yang tidak bergigi.

8. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.

Klasifikasi Kennedy ada 4 Klas:

1. Kelas I

2. Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang

masih ada dan berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free

End

3. Kelas II

Page 15: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg

ada, pd 1 sisi rahang/unilateral free end.

4. Kelas III

Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada

dibagian posterior.

5. Kelas IV

Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan

melewati garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini

tidak ada modifikasi.

Page 16: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

3.3.1.2 Klasifikasi Applegate – Kennedy

1. Kelas I

a. Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi

Kennedy.

b. Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan

biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.

Page 17: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

c. Secara klinis dijumpai:

Derajat resorbsi residual ridge bervariasi.

Tenggang waktu /pasien tidak bergigi akan

mempengaruhi stabilitas gigi tiruan yang akan

dipasang.

Jarak antar lengkung rahang bagian posterior

biasanya sudah mengecil.

Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam

berbagai posisi.

Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai

derajat

Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior

umumnya sekitar 6 10 gigi.

Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi

temporomandibula.

d. Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian

lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal

2. Kelas II

Daerah tidak bergigi sama dengan kelas II. Secara klinis

dijumpai keadaan:

a. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak

b. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.

c. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi

pada gigi antagonis.

d. Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi

tiruan untuk jangka waktu tertntu karena perlu

pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.

e. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan

sendi temporomandibula.

Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian lepasan

disain bilateral perluasan basis distal.

Page 18: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

3. Kelas III

Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga,

tidak lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara

keseluruhan. Secara klinis dijumpai keadaan:

a. Daerah tidak bergigi sudah panjang.

b. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai

c. Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan

atau disertai goyangnya gigi secara berlebihan.

d. Beban oklusal berlebihan

e. Indikasi pelayanan prostodonsi; Gigi tiruan sebagian

lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.

4. Kelas IV

a. Daerah tidak bergigi sama dengan klas IV Kennedy.

b. Pada umumnya untuk klas ini dapat dibuat gigi tiruan

sebagian lepasan bila:

Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti

pada kasus akibat trauma

Gigi harus disusun dengan "overjet" besar,

sehingga dibutuhkan banyak gigi pendukung.

Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih

banyak gigi penahan, pada pasien dengan daya

kunyah besar.

Diperlukan dukungan danretensi tambahan dari

gigi penahan

Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan

sayap untuk memenuhi faktor estetik Indikasi

pelayanan Prosthodontic Klas IV:

a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi

tetangga masih kuat

Page 19: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan

desain bilateral dan dukungan gigi atau

jaringan atau kombinasi.

c) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat

GTSL

5. Kelas V

a. Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior

tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak

mampu menahan daya kunyah

b. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas

karena gigi caninus yang dicabut karena malposisi atau

terjadinya kecelakaan

c. Gigi bagian anterior kurang disukai sebagai gigi

penahan, biasanya karena salah satu alasan berikut ini:

Daerah tak bergigi sangat panjang

Daya kunyah pasien berlebihan

Bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang

memadai

Tulang pendukung lemah, penguatan dengan

splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan

tetap tidak memberikan dukungan yang

memadai, tetapi tetap dirasakan perlunya

mempertahankan geligi yang masih tinggal ini

d. Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V:

Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral

dan prinsip basis berujung bebas tetapi di bagian

anterior.

6. Kelas VI

a. Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi

tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi

Page 20: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

penahan.Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah

tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam mulut

b. Biasanya dijumpai keadaan klinis:

1. Daerah tak bergigi yang pendek

2. Bentuk atau panjang akar gigitetangga memadai

sebagai pendukung penuh

3. Sisa processus alveolaris memadai

4. Daya kunyah pasien tidak besar

c. Indikasi pelayanan prosthodontik kelas VI

1. Geligi tiruan cekat

2. Geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan

desain unilateral (protesa sadel)

d. Pemilihan geligi tiruan lepasan dalam hal ini didasarkan

pada:

Usia pasien masih muda

Mencegah ekstrusi gigi antagonis

Pulpa gigi masih lebar

Kesehatan pasien tak memungkinkan

dilakukannya preparasi segera

Kendala waktu untuk pembuatan gigi tiruan

cekat

Pasien menolak pembuatan geligi tiruan

cekat

Keadaan sosial ekonomi pasien tak

menunjang

e. Selain ke enam kelas tersebut di atas, klasifikasi

Aplegate Kennedy mengenai juga modifikasi untuk

daerah tak bergigi tambahan.

f. Bila tambahan ini terletak di anterior, maka disebut

kelas.... modifikasi A

Page 21: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

g. Pada penambahan yang terletak di posterior, sebutan

menjadi kelas ... modifikasi P.

h. Untuk penambahan ruangan yang lebih dari satu,

dimuka huruf petunjuk modifikasi. Diberi tambahan

angka arab sesuai jumlahnya.

Contoh : Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A dan 3P

dan seterusnya).

3.3.1.3 Klasifikasi Swenson

Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy

Kelas I : Unilateral free end

Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end

Kelas III : Bounded sadle

Kelas IV : Anterior tooth supported

3.3.1.4 Klasifikasi Austin dan Lidge

Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan

wilayah daerah gigi yang hilang.

Page 22: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

a. Daerah gigi yang hilang anterior A

b. Daerah gigi yang hilang posterior: P

Pada masing masing derah tersebut dibagi 2 lagi, dengan batas

median line.

3.3.2 Berdasarkan Retainer, klasifikasi menurut:

a. Miller

b. Cummer

3.3.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Letak Klamer - Miller

a. Kelas I Miller:

Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus

berhadapan dan tegak lurus dengan median line

b. Kelas II Miller

Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum

melewati median line.

Median line dengan lokasi fulkrum tegak lurus.

c. Kelas III Miller

Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian rupa

sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang letaknya

kira kira ditengah protesa.

d. Kelas IV Miller

Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis

membentuk segiempat dan terletak ditengah tengah protesa.

3.3.2.2 Klasifikasi Cummer

1. Kelas I

Protesa dengan 2 retensi (klamer) direct, letaknya diagonal,

berorientasi pada frame protesa

2. Kelas II

Protesa dengan 2 retensi direct, letak berhadapan, bila

dihubungkan membentuk garis tegak lurus padamedian line.

3. Kelas III

Page 23: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak pada 1

sisi/bidang.

4. Kelas IV

Protesa dengan 3 4 klamer, bila dihubungkan dengan gads

membentuk segi empat dan berada di tengah protesa.

3.3.3 Pembagian GTSL berdasarkan jaringan pendukungnya

3.3.3.1 Menurut Osborne

1. GTS Paradental (Tooth Borne Denture)

Suatu GTSL yang beban kunyahnya sebagian atau seluruhnya

diteruskan ke gigi penjangkaran dan jaringan periodonsiumnya,

serta diteruskan ke gigi tetangganya melalui titik kontak

pendukung utamanya: gigi asli

Indikasi GTSL Paradental:

a. Gigi penjangkaran sehat, kuat, bentuk anatomis cembung

b. Gigi hilang sedikit -> sadel pendek, beban kunyah kecil

c. Kesehatan umum baik

2. GTS Gingival (Tissue Borne Denture)

Suatu GTSL yang beban kunyahnya sebagian besar atau

seluruhnya diterima oleh mukosa dan tulang alveolar di bawah

mukosa.

Pendukung utamanya: mukosa

Indikasi GTSL Kombinasi:

a. Gigi penjangkaran kurang kuat untuk satu sisi rahang,

sedangkan pada sisi lainnya cukup kuat

b. Gigi yang hilang pada satu sisi rahang agak banyak (free-

end saddle), sedangkan pada posisi lainnya sedikit

(bounded saddle)

c. Kesehatan umum baik

3. GTS Kombinasi Paradental dan Gingival (Tooh and Tissue

Borne Denture)

Page 24: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Suatu GTSL yang beban kunyahnya diterima oleh gigi asli dan

mukosa.

Indikasi GTSL Gingival:

a. Gigi penjangkaran kurang kuat, misalnya: punya akar satu,

goyang derajat satu atau dua

b. Gigi yang hilang banyak (free-end saddle)

c. Kesehatan umum baik atau kurang baik (ada penyakit

sistemik)

3.3.3.2 Menurut Baylin

1. Klasifikasi I (Tooth borne/tooth supported)

Gigi-tiruan yang disangga oleh gigi asli sebagai gigi penyangga

(abutment) pada kedua sisinya (sebelah anterior dan

posteriornya).

2. Klasifikasi II (Mucosa born)

Gigi-tiruan yang disangga oleh jaringan lunak dan tulang

alveolar di bawahnya.

a. Klasifikasi II tipe 1

Gigi-tiruan sebagian yang berujung bebas (free end

saddle).

b. Klasifikasi II tipe 2

Tooth born tetapi gigi asli yang ada tidak dapat

digunakan untuk menyangga gigi-tiruan.

Misalnya:

Seorang penderita dengan kasus kehilangan gigi P1, P2 dan

M1, sedangkan gigi C dan M2 mengalami kegoyangan,

sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai penyangga gigi-

tiruan tersebut

3. Klasifikasi III

Kasus tooth born, tetapi gigi-tiruan yang akan dibuat hanya

bersifat sementara (temporary denture).

3.4 Komponen GTSL

Page 25: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan terdiri dari komponen-komponen:

1. Basis

Disebut juga plat protesa adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi

mukosa mulut di daerah palatum labial, bukal, lingual.

Macam-macam basis geligi tiruan:

a. Basis dukungan gigi

Pada basis dukungan gigi, yang semata-mata merupakan span

yang dibatasi gigi asli pada kedua sisinya, tekanan oklusal secara

langsung disalurkan kepada gigi penyangga melalui kedua

sandaran oklusal. Selain fungsi tadi, basis bersama-sama elemen

gigi tiruan berfungsi pula mencegah migrasi horisontal gigi

tetangga, serta migrasi vertikal gigi antagonis.

b. Basis dukungan jaringan

Dukungan jaringan ini penting, agar tekanan kunyah dapat

disalurkan ke permukaan yang lebih luas, sehingga tekanan

persatuan luas menjadi lebih kecil

Macam-macam bahan basis:

a. Metal

Indikasi pemakaian basis metal

Penderita yang hipersensitif terhadap resin

Penderita dengan gaya kunyah abnormal

Ruang intermaksiller kecil

Kasus basis dukungan gigi dengan desain unilateral

Permintaan penderita

b. Resin

Indikasi basis resin

Resin merupakan bahan terpilih untuk basis protesa

Sebagai basis resin menunjukkan kelebihan

Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya

Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah

Page 26: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Relatif lebih ringan

Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah

Harganya murah

Beda basis akrilik dengan logam:

Kriteria Akrilik Logam

Proses pembuatan Mudah Sukar

Kekuatan Kurang Kuat

Penghantar panas Kurang Baik

Menyerap air Dapat Tidak dapat

Perubahan warna Dapat Tidak dapat

Luas basis Luas/lebar Tidak luas

Biaya Murah Mahal

Fungsi basis:

a. Untuk meneruskan tekanan kunyah ke mukosa dan tulang alveolar

di bawahnya.

b. Untuk memberi retensi dari protesa, karena adanya gaya adhesif

antara basis dengan mukosa yang dibatasi dengan media air ludah

c. Tempat melekatnya cengkeram

d. Menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan dukungan

kepada bibir dan pipi(estetik)

2. Sadel

Adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas prosesus

alveolaris dan mendukung elemen gigi tiruan. Bila sadel letaknya:

a. Antara gigi asli diseut bounded saddle

b. Posterior dari gigi asli disebut free end saddle

3. Elemen gigi tiruan

Adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan bentuk gigi tiruan dari

gigi asli yang hilang. Bahan dasar gigi tiruan dapat bermacam-macam,

yaitu:resin akrilik, porselen,logam.

Page 27: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Elemen gigi tiruan resin akrilik:

a. Mudah aus, terutama pada penderita yang mempunyai

kekuatan kunyah yang kuat

b. Perlekatannya dengan basis merupakan persenyawaaan

kimia, karena bahannya sama

c. Dapat berubah warna

d. Mudah tergores

e. Mudah dibentuk/diperkecil sesuai dengan ruangan

f. Lebih ringan dibanding gigi tiruan yang dari porselen dan

logam

g. Dapat diasah dan dipoles

h. Karena sifat mudah aus, baik sekali dipakai untuk prosesus

alvolaris yang datar

Elemen gigi tiruan porselen:

a. Tidak mudah aus/tergores

b. Perlekatannya dengan basis secara mekanis, sehingga elemen

gigi tiruan harus mempunyai retensi untuk pelekatnya

terhadap basis bentuk retensi gigi tiruan porselen: undercur,

pin, alur

c. Tidak berubah warna

d. Tidak dapat diasah

e. Lebih berat daripada akrilik

f. Tidak baik dipakai untuk prosesus alveoalris yang

datar(resorbsi).

Elemen gigi tiruan logam:

a. Biasanya dibuat sendiri sesuai dengan ruang protesa yang

ada, terutama untuk gigi posterior yang ruang protesanya

sempit.

b. Estetis kurang baik

c. Tahan terhadap daya kunyah yang besar/kuat

4. Cengkeram

Page 28: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Disebut juga klammer. Cengekram adalah bagian dari gigi tiruan lepas

yang berbentuk bulat/gepeng. Terbuat dari kawat stainless steel/ logam

tuang, yang melingkari/memegang gigi penjangakaran.

Fungsi cengkeram:

untuk retensi

untuk stabilisasi

untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran

Syarat umum gigi penjangkaran:

gigi vital atau non vital yang telah dilakukan PSA dengan

sempurna

bentuk anatomis dan besarnya normal

tidak ada kerusakan/kelainan. Misalnya: tambalan yang besar,

karies, hypoplasia, konus

posisi dalam lengkung gigi normal

keadaan akar gigi:

bentuk ukurannya normal

tertanam dalam tulang alveolar dengan perbandingan

mahkota akar 2:3

jaringan periodonta sehat

tidak ada kelainan periapikal

sedapat mungkin tidak goyang

Cengkeram kawat

Bagian-bagian dari cengkeram kawat:

a. Lengan, yaitu bagian dari cengkeram kawat yang

terletak/melingkari bagian bukal/lingual gigi penjangkaran.

Sifat agak lentur, berfungsi untuk retensi dan stabilisasi

b. Jari, yaitu bagian dari lengan yang terletakdi bawah lingkaran

terbesar gigi. Sifat lentur/fleksibel dan berfungsi untuk retensi

c. Bahu, yaitu bagian dari lengan yang terleta di atas lingkaran

terbesar dari gigi. Sifat kaku dan berfungsi untuk stabilisasi

yaitu menahan gaya-gaya bucco-lingual

Page 29: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

d. Badan/body, yaitu cengekaram kawat yang terletak di atas

titik kontak gigi di daerah aproksimal. Sifat kaku, dan

berfungsi untuk stabilisasi yaitu menaha gaya-gaya antero-

posterior

e. Oklusal rest, yaitu bagian dari cengekaram kawat yang terletak

di bagaian oklusal gigi. Sifat kaku, panjang ±1/3 lebar mesio-

distal gigi. Berfungsi untuk meneruskan beban kunyah ke gigi

penjangkaran

f. Retensi dalam akrilik, yaitu bagian dari cengkeram kawat yang

tertanam dalam basis akrilik

Syarat-syarat cengkeram kawat yang melingkari gigi:

a. harus kontak garis

b. tidak boleh menekan/harus pasif

c. ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan tidak

boleh tajam/harus dibulatkan

d. tidak ada lekukan bekas tang(luka)pada lengan cengkeram

e. bagian cengkeram yang melalui oklusal gigi tidak boleh

mengganggu oklusi/artikulasi

f. jarak bagian jari ke servikal gigi: cengkeram paradental:1/2-1

mm cengekeram gingival:1 ½-2 mm

g. bagian retensi dalam akrilik harus dibengkokkan

Macam-macam desain cengkeram

Desain cengkeram menurut fungsinya dibagi dalam dua bagian:

1. Cengkeram paradental

Yaitu cengkeram yang fungsinya selain dari retensi dan

stabilisasi protesa, juga sebagai alat untuk meneruskan beban

kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi penjangkarannya

Jadi,cengkeram paradental harus mempunyai bagian yang

melalui bagian oklusal gigi penjangkaran atau melalui titik

kontak antara gigi penjangkaran dengan gigi tetangganya.

Macam-macam cengkeram paradental:

Page 30: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

a. Cengkeram 3 jari terdiri dari:

lengan bukal dan lingual

body

bahu

oklusal rest

bagian retensi dalam akrilik

Indikasi: gigi molar dan premolar

b. Cengkeram Jackson

Desain cengkeram ini mulai dari palatal/lingual, terus

ke oklusal di atas titik kontak, turun ke bukal melalui di

bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke oklusal di atas

titik kontak, turun ke lingual masuk retensi akrilik.

Indikasi: gigi molar,premolar yang mempunyai kontak

yang baik di bagian mesial dan distalnya

Bila gigi penjangkaran terlalu cembung, seringkali

cengkeram ini sulit masuk pada waktu pemasangan

protesa.

c. Cengkeram ½ jackson paradental

Desainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik

kontak, turun ke lingual dan terus ke retensi akrilik

Indikasi: gigi molar dan premolar gigi terlalu cembung

sehingga cengkeram jackson sulit melaluinya ada titik

kontak yang baik di anatar 2 gigi

d. Cengkeram S

Desain cengkeram ini mulai dari bukal terus ke

oklusal/insisal di atas titik kontak, turun ke lingual

melalu atas cingulum, kemudian turun ke bawah masuk

ke dalam akrilik

Indikasi:

Untuk kaninus rahang atas perlu diperhatikan agar letak

cengkeram tidak mengganggu oklusi

Page 31: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

e. Cengkeram Kippmeider

Tidak mempunyai lengan, yang ada hanya rest di atas

cingulum

Indikasi: hanya untuk kaninus. Bentuk cingulum harus

baik.

Fungsi: hanya untuk menerusan beban kunyah dan

stabilisasi

f. Cengkeram rush angker

Desainnya mulai dari oklusal di aproksimal(daerah

mesial/distal)terus ke arah lingual ke bawah, masuk

dalam akrilik.

Indikasi: molar, premolar yang mempunyai titik kontak

yang baik.

Fungsi: hanya untuk meneruskan beban kunyah protesa

ke gigi penjangkaran dan sebagai retensi pada

pembuatan splin

g. Cengkeram roach

Desainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak

aproksimal, turun ke bukal dan lingual terus ke

aproksimal di daerah diastema, masuk dalam akrilik

Indiksai:gigi molar dan premolar yang mempunyai

konta yang baik.

2. Cengkeram gingival

Yaitu cengkeram yang fungsinya hanya untuk retensi dan

stabilisasi protesa. Jadi, karena tidak berfungsi untuk

meneruskan beban kunyah yang diterima protesa ke gigi

penjangkaran, maka cengkeram ini tidak mempunyai bagian

yang melalui bagian oklusal gigi penjangkaran, bisa diatas

permukaan oklusal.

Macam-macam cengkeram gingival:

a. Cengkeram 2 jari

Page 32: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Desainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak

mempunyai rest.

Indikasi: gigi molar dan premolar

b. Cengkeram 2 jari panjang

Desainnya seperti cengkeram 2 jari, hanya disini

melingkari 2 gigi berdekatan Iindikasi:gigi molar,

premolar, dimana gigi yang deat diastema urang

kuat(goyang 10).

c. Cengkeram ½ jacson

Hampir sama dengan cengkeram ½ jacson paradental

bedanya cengkeram ini melalui bagian proksimal dekat

diastema dan di bagian lingual lurus ke bawah, tetap di

tepi lingual indikasi:gigi molar,premolar dan kaninus

d. Cengkeram vestibular finger

Cengkeram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesa

ke arah undercut di vestibulum bagian labial, ujungnya

ditutupi akrilik.

Indikasi: gigi sisa hanya gigi anterior yangtidak dapat

dilingkari cengkeram, dan bagian vestibulum labial

harus mempunyai undercut yang cukup.

Fungsi: untuk tambahan retensi, tetapi kurang efektif

Kelompok cengkram tuang oklusal

1. Cengkram akers

Merupakan bentuk dasar dari sirkumferensial, cengkram ini

terdiri dari lengan bukal, lengan lingual, dan sebuah sandaran

oklusal. Cengkram ini merupakan pilihan pertama untuk gigi

molar dan premolar, terutama bila gigi tidak miring, estetik

tidak penting, dan letak gerong retentif jauh dari daerah tak

bergigi.

2. Cengkram kail ikan

Merupakan kombinasi dari cengkram akers

Page 33: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

3. Cengkram mengarah belakang (back action clasp)

Jenis cengkram ini digunakan pada gigi posterior dengan

retensi sedikit, dengan memanfaatkan gerong retentif pada

bagian distal dan mesiobukal, seperti pada molar atas.

4. Reverse back action clasp

5. Half and half clasp

Digunakan pada gigi premolar yang berdiri sendiri

6. Cengkram kaninusCengkram akers ganda

7. Cengkram embrassur

8. Cengkram multiple

9. Cengkram cincin

10. Cengkram lengan panjang

11. Cengkram kombinasi

Kelompok cengkram tuang gingival

1. Cengkram proksimal de van

2. Cengkram batang roach

3. Cengkram mesio-distal

3.5 Tahap penentuan desain GTSL

Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk

mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama

adalah jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari

gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pegangan /

abutment.

1. Tahap I : Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi.

2. Tahap II : Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel.

3. Tahap III : Menentukan macam retainer / penahan.

4. Tahap IV : Menentukan macam konektor.

I. Tahap I

Page 34: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi untuk setiap

rahang. Klasifikasi yang umum digunakan adalah Klasifikasi Kennedy

(1923) berdasarkan letak daerah tak bergigi/sadel dan free end :

a) Kelas I

Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang

masih ada dan berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End

b) Kelas II

Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada,

pada 1 sisi rahang/unilateral free end.

c) Kelas III

Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada

dibagian posterior.

d) Kelas IV

Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati

garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada

modifikasi

II. Tahap II

Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel. Terdapat 3

(tiga) macam jenis dukungan gigi tiruan, yaitu:

a. Tooth borne

Dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi tetangga / gigi yang masih

dapat dijadikan sebagai pendukung.

b. Mucose/tissue borne

Dukungan gigi tiruan diperoleh dari mukosa.

c. Mucosa and tooth

Dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi dan mukosa.

Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan hanya dapat

diperoleh bila factor-faktor berikut ini diperhatikan dan

dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut adalah kejadian jaringan

Page 35: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang

akan dipasangi geligi tiruan.

1. Keadaan jaringan pendukung

2. Panjang sadel

3. Jumlah sadel

4. Keadaan rahang

III. Tahap III

Menentukan macam retainer / penahan yang digunakan dalam

pemakaian gigi tiruan. Terdapat 2 (dua) macam jenis yang retainer

yang dapat digunakan sesuai kebutuhan desain gigi tiruan.

a. Direct Retainer

Merupakan bagian dari cangkolan GTS yang berguna untuk

menahan terlepasnya gigi tiruan secara langsung. Direct retainer ini

dapat berupa klamer/cengkeram dan presisi yang berkontak

langsung dengan permukaan gigi pegangan. Ciri khas cangkolan

tuang oklusal adalah lengan-lengannya berasal dari permukaan

oklusal gigi dan merupakan cangkolan yang paling sesuai untuk

kasus-kasus gigi tiruan dukungan gigi karena konstruksinya

sederhana dan efektif.

Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah terlepasnya

gigi tiruan ke arah oklusal. Prinsip desain cangkolan yaitu

pemelukan, pengimbangan, retensi, stabilisasi, dukungan, dan

pasifitas. Macam-macam cangkolan menurut Ney, yaitu:

1. Akers clasp

2. Roach clasp

3. Kombinasi Akers-Roach

4. Back Action clasp

5. Reverse back Action clasp

6. Ring clasp

7. T clasp

8. I clasp

Page 36: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

9. Compound clasp / Embrasure clasp.

b. Indirect Retainer

Indirect Retainer adalah bagian dari GTS yang berguna

untuk menahan terlepasnya gigi tiruan secara tidak langsung.

Retensi tak langsung diperoleh dengan cara memberikan retensi

pada sisi berlawanan dari garis fulkrum tempat gaya tadi bekerja.

Retensi itu dapat berupa lingual bar atau lingual plate bar.

IV. Tahap IV

Menentukan macam konektor yang akan digunakan sesuai desain dan

kebutuhan bagi pasien pemakai gigi tiruan. Terdapat 2 (dua) jenis

konektor yang dapat dipilih sesuai kebutuhan dan desain:

a. Konektor Utama

Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan

komponen-komponen yang terdapat pada satu sisi rahang dengan

sisi yang lain atau bagian yang menghubungkan basis dengan

retainer.Fungsi konektor utama adalah menyalurkan daya kunyah

yang diterima dari satu sisi kepada sisi yang lain. Syarat konektor

utama adalah:

1. Rigid

2. Tidak mengganggu gerak jaringan

3. Tidak menyebabkan tergeseknya mukosa dan gingiva

4. Tepi konektor utama cukup jauh dari margin gingiva

5. Tepi dibentuk membulat dan tidak tajam supaya tidak

menganggu lidah dan pipi.

Konektor utama dapat berupa bar atau plate tergantung lokasi,

jumlah gigi yang hilang, dan rahang mana yang dibuatkan. Pada

rahang atas dapat berupa single palatal bar, U-shaped palatal

connector, antero-posterior palatal bar dan palatal palate. Pada

rahang bawah dapat berupa lingual bar dan lingual plate.

b. Konektor minor

Page 37: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Konektor minor merupakan bagian GTSL yang

menghubungkan konektor utama dengan bagian lain, misalnya

sandaran oklusal. Biasanya diletakkan pada daerah embrasur gigi

dan harus berbentuk melancip ke arah gigi penyangganya. Fungsi

konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusal / beban oklusi

ke gigi peganggan, membantu stabilisasi dengan menahan gaya

pelepasan, menghubungkan bagian-bagian GTS dengan konektor

utama, menyalurkan efek penahan, sandaran dan bagian

pengimbangan kepada sandaran serta mentransfer efek

retainer/klamer serta komponen gigi lain ke gigi tiruan.

Dasar pertimbangan pemilihan konektor adalah :

1. Pengalaman pasien

2. Stabilisasi

3. Bahan geligi tiruan

Khusus untuk kasus berujung bebas, hal-hal berikut ini perlu

diperhatikan :

1. Perlu adanya penahan tak langsung

2. Desain cengkram harus dibuat sedemikian sehingga tekanan

kunyah yang bekerja pada gigi penahan jadi seminimal

mungkin

3. Perlu dilakukan pencetakan ganda agar keseimbngan

penerimaan beban kunyah antara gigi dan mukosa dapat

dicapai

4. Sandaran oklusal hendaknya diletakkan menjauhi daerah tak

bergigi

5. Dalam pembun hal ini harus mudatan deasain perlu dipikirkan

kemungkinan perlunya pelapisan atau penggantian basis di

kemudian hari dan hal ini harus mudah dilakukan.

Page 38: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Berdasarkan skenario

Page 39: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

3.6 Prosedur Kerja Dan Rencana Perawatan Pada Pasien Gtsl

1. Kunjungan Pertama

a. Anamnesa Indikasi

b. Membuat Studi Model

Alat : Sendok cetak nomor dua

Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)

Metode Mencetak : Mucostatik

Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien

Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan

bidang oklusal sejajar lantai posisi mulut

setinggi siku operator. \

c. Cara mencetak

Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu

3:1, setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam

sendok cetak dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam

mulut pasien dan tekan posisi ke atas atau ke bawah sesuai

dengan rahang yang dicetak. Di samping itu dilakukan muscle

triming agar bahan cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi

dipertahankan sampai setting, kemudian sendok dikeluarkan dari

mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi dengan

stone gips dan di-boxing.

2. Kunjungan Kedua

a. Membuat work model

Alat : sendok cetak fisiologis

Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)

Metode mencetak : mucocompresi

b. Cara mencetak

Rahang Atas :

Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu

dimasukkan ke dalam sendok cetak. Posisi operator di samping

kanan belakang. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke

Page 40: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

dalam mulut, sehingga garis tengah sendok cetak berimpit dengan

garis median wajah. Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan

ke atas. Sebelumnya bibir dan pipi penderita diangkat dengan jari

telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan kelingking turut

menekan sendok dari posterior ke anterior. Pasien disuruh

mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.

Rahang Bawah :

Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu

dimasukkan ke dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk

membuang air ludah. Posisi operator di samping kanan depan.

Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut,

kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien

diinstruksikan untuk menjulur lidah dan mengucapkan huruf U.

dilakukan muscle trimming supaya bahan mencapai lipatan

mucobuccal. Posisi dipertahankan sampai setting.

c. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi

tiruan dengan melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi

yang akan dipakai sebagai tempat cangkolan berada nantinya.

d. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah

yang dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.

e. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,

finishing, polishing.

3. Kunjungan Ketiga

a. Try – in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.

b. Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan

hubungan yang tepat dari model RA dan RB sebelum dipasang di

artikulator dengan cara : pada basis gigi tiruan yang telah kita

buat tadi ditambahkan dua lapis malam merah dimana ukurannya

kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien. Malam merah

dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit malam tersebut.

Page 41: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

c. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan

memperhatikan relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.

d. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi

posterior maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang

akan dipasang. Posisi gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk

mendapatkan oklusi yang memuaskan dengan gigi asli atau gigi

tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi yang

seimbang. Malam dibentuk sesuai dengan kontur alami prosesus

alveolar dan tepi gingiva.

e. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,

finishing, polishing.

4. Kunjungan Keempat

Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Part of insertion and part of removement

Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada

saat pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan

dengan cara pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada

bagian yang perlu saja).

b. Retensi

Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang

cenderung memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi

tiruan ujung bebas di dapat dengan cara:

Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara

basis gigi tiruan dengan membarana mukosa di bawahnya.

Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang

bergesekan dengan struktur anatomi. Retensi mekanik

terutama diperoleh dari lengan traumatic yang menempati

undercut gigi abutment.

c. Stabilisasi

Page 42: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang

menyebabkan perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi

terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada saat mastikasi.

Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan bagian

depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan

tidak boleh menunjukkan pergeseran pada saat tes ini.

d. Oklusi

Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral,

dan anteroposterior. caranya dengan memakai kertas artikulasi

yang diletakkan di bawah gigi atas dan bawah, kemudian pasien

diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas

artikulasi pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah

itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal

gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara

merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak

merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi

yang bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan

oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.

Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum

MUDL (pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan

BULL (pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).

Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien

o Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien

diminta memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama

beberapa waktu agar pasien terbiasa.

o Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu

dijaga. Sebelum dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat

sampai bersih.

o Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas

dan direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi tiruan

tersebut tidak berubah ukurannya.

Page 43: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

o Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan

lengket.\Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan

pasien harap segera kontrol.

o Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.

5. Kunjungan Kelima

Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin

terjadi. Tindakan yang perlu dilakukan:

a. Pemeriksaan subjektif

Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal

saat pemakaian gigi tiruan tersebut.

b. Pemeriksaan objektif

o Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut

o Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi

tiruannya maupun pada mukosa di bawahnya.

o Melihat posisi cangkolan.

o Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.

o Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.

3.7 Faktor Keberhasilan dan Kegagalan GTSL

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan GTS adalah :

1. Gigi tiruan tersebut harus tahan lama

2. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi

yang masih ada serta jaringan yang sekitarnya.

3. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam bentuk

apapun

4. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan desain yang

harmonis.

Keberhasilan pembuatan GTS adalah

Page 44: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

1. Kooperatifan pasien.

2. Kondisi rongga mulut pasien

3. Kemampuan tekniker

4. Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram dan anatomi

rongga mulut pasien.

5. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

6. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

Kegagalan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :

1. Manipulasi yang salah: mencetak dan permukaan oklusal yang tidak

balance oclution

2. Perluasan landasan geligi tiruan yang tidak memenuhi syarat atau

landasan geligi tiruan yang tidak cermat.

3. Oklusi yang tidak layak yaitu relasi sentris, dimensi vertical dan

kontak premature yang salah, hubungan sentris dan eksentris serta

hubungan tonjol yang kurang seimbang

4. Daya horizontal dari bibir, pipi dan lidah pada gigi-gigi dan sayap

geligi tiruan.

Page 45: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Indikasi dan kontraindikasi GTSL

a. Indikasi pemakaian GTSL

8. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:

d. Usia

Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang

mahkota klinis masih kurang. Pasien usia lanjut dengan

kesehatan umum yang buruk, karena perawatannya

memerlukan waktu yang lama.

e. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum

Ante

f. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous.

9. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous(free

end saddle).

10. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat.

11. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan.

12. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik.

13. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut.

14. Keinginan pasien

b. Kontraindikasi GTSL

5. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai

perawatan gigi tiruan.

6. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita

sebaiknya dibuatkan GT temporer.

7. Penyakit sistemik (epilepsi, DM tidak terkontrol)

8. OH jelek.

Page 46: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

2. Dampak yang terjadi apabila gigi yang hilang tidak diganti

a. Migrasi dan rotasi

b. Erupsi berlebih

c. Penurunan efisiensi kunyah

d. Gangguan pada sendi temporo-mandibula

e. Beban berlebih pada jaringan pendukung

f. Kelainan bicara

g. Memburuknya penampilan

h. Terganggunya kebersihan mulut

i. Atrisi

j. Efek terhadap jaringan lunak mulut

3. Klasifikasi GTSL

Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, klasifikasi menurut:

a. Kennedy

b. Swenson

c. Austin Lidge

d. Applegate Kennedy

Berdasarkan Retainer, klasifikasi menurut:

a. Miller

b. Cummer

Berdasarkan jaringan pendukungnya, menurut

a. Osborne

b. Baylin

4. Komponen GTSL

a. Basis

b. Sadel

c. Elemen gigi tiruan

d. Cengkeram

5. Tahap penentuan desain GTSL

Page 47: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

a. Tahap I : Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak

bergigi.

b. Tahap II : Menentukan macam-macam dukungan dari setiap

sadel.

c. Tahap III : Menentukan macam retainer / penahan.

d. Tahap IV : Menentukan macam konektor

6. Faktor keberhasilan dan kegagalan GTSL

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan GTS adalah :

5. Gigi tiruan tersebut harus tahan lama

6. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi

yang masih ada serta jaringan yang sekitarnya.

7. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam bentuk

apapun

8. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan desain yang

harmonis.

Keberhasilan pembuatan GTS adalah

7. Kooperatifan pasien.

8. Kondisi rongga mulut pasien

9. Kemampuan tekniker

10. Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram dan anatomi

rongga mulut pasien.

11. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

12. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

Kegagalan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :

Page 48: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

5. Manipulasi yang salah: mencetak dan permukaan oklusal yang tidak

balance oclution

6. Perluasan landasan geligi tiruan yang tidak memenuhi syarat atau

landasan geligi tiruan yang tidak cermat.

7. Oklusi yang tidak layak yaitu relasi sentris, dimensi vertical dan

kontak premature yang salah, hubungan sentris dan eksentris serta

hubungan tonjol yang kurang seimbang

8. Daya horizontal dari bibir, pipi dan lidah pada gigi-gigi dan sayap

geligi tiruan.

Page 49: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

DAFTAR PUSTAKA

Harty, F. J dan R. Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. EGC: Jakarta.

Haryanto, A.G. 1991. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I

Cetakan I. Jakarta: Hipokrates.

Haryanto, A.G. 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II

Cetakan I. Jakarta: Hipokrates.

Itjiningsij. 1980. Dental Teknologi. Cetakan I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Trisakti.