Upload
angga-x-team
View
100
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
WAWASAN WILAYAH DAN KEPULAUAN ( Oleh : Ir. Daim Triwahyono, MT )
Nama : Lalu Hangga Riyawan
Nim : 11.22.069
Daerah Aliran Sungai Brantas
Kel. Jodipan kec. Blimbing
ARSITEKTUR – S1 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2013
HASIL PENGAMATAN DI DAS BRANTAS
Sungai Brantas merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Jawa setelah
Sungai Bengawan Solo, panjangnya sekitar 320 km, luas daerah pengaliran sungainya
±12.000km2 (25% wilayah Jawa Timur), mata airnya berasal dari bagian barat daya kaki
Pegunungan Arjuno.
Kelurahan : Jodipan
Kecamatan : Blimbing
Kota : Malang
Wilayah kajian merupakan Kel. Jodipan dengan luas wilayah 48,3 ha dengan kepqadatan 305 jiwa per ha
EKISTING LOKASI
SEMPADAN KAWASAN-JODIPAN, DAS BRANTAS MALANG
Kondisi pinggiran sungai
Kondisi dekat jalan raya
Kondisi permukiman
Sirkulasi permukiman
SEMPADAN.KAWASAN – MUHARTO, DAS BRANTAS MALANG.
Garis Sempadan Jalan Rencana Detail Tata Ruang Kota Malang Tengah 2011
Garis Biru : garis sempadan sungai 15 m. Garis Hitam : garis sempadan jalan 5 m. Garis Merah : garis sempadan rel kereta api 20 m.
Garis Sempadan Sungai Berdasar : Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990
Garis Sempadan Rel Kereta Api Berdasar : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008
Berdasarkan garis sempadan diatas dapat di simpulkan zona kawasan yang
seharusnya seperti berikut :
Area dengan arsir gelap sebagai Kawasan Permukiman.
Kawasan arsir putih sebagai Ruang Terbuka Hijau.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di daerah sungai brantas di jalan Muharto di
dapatkan masalah-masalah yang banyak tidak di hiraukan oleh penduduk di
permukiman Das. Brantas,
Masalah- masalah yang kerap terjadi di wilayah pinggiran sungai yakni tidak lain dari :
Area permukiman yang padat dan
pembangunan hunian didaerah pinggiran
sungai.
pencemaran limbah pada aliran sungai yang di akibatkan limbah/sampah dari permukiman yang sengaja di buang ke sungai.
Rumusan Masalah
Pencemaran limbah di sungai yang di sebabkan pembuangan sampah ke aliran
sungai oleh penduduk di dekat pinggiran sungai bisa berdampak buruk baik bagi
permukiman di dekat sungai maupun masyarakat kota, kurangnya partisipasi dan
perhatian dari pemda setempat akan penduduk yang tinggal di daerah pingiran sungai
brantas yang sengaja membuang sampah di aliran sungai, yang bisa menyebabkan
pencemaran dan menghambat arus aliran sungai,
Dari prilaku penduduk di area permukiman di pinggiran sungai dan kurangnya
perhatian dari pemda setempat, dampak dari masalah pencemaran dan
Kelakuan buruk masyrakat di sekitar permukiman yang membuang sampah ke sungai
Tumpukan sampah di pinggiran sungai.
pembuangan limbah ke aliran sungai dapat merambat ke masyarakat kota yakni
dapat terjadi dampak-dampak yang buruk yakni seperti :
Berkurangnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air karena sebagian
besar oksigen di gunakan bakteri untuk proses pembusukan sampah.
Kerusakan hidrologis yang umumnya terjadi akibat degradasi aliran sungai
yang terhambat.
Perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat maupun perhatian dari pemda
setempat akan pentingnya masalah yang terjadi bila DAS yang tidak terurus,
pengelolaan sampah perubahan gaya hidup dan pola piker tentang sampah dan
melakukan 3R(reuse,reduce,dan recycle), serta tidak membuang sampah
sembarangan terutama di sungai, perlu di lakukan agar mengurangi dampak buruk
yang disebabkan pencemaran limbah permukiman tersebut.
Namun ada aliran yang langsung ke sungai brantas terhalang oleh tumpukan-
tumpukan sampah yang di buang oleh masyarakat sekitar.
Keadaan aliran drainase
Drainase yang ada di wilayah
pemukiman di jalan Muharto ini
langsung mengarah ke tepi
sungai.
Arah datangnya aliran air dari pemukiman penduduk
Tumpukkan sampah yang menghalangi aliran air dari drainase
Berdasarkan kenyataan di lapangan, pembangunan pada kawasan Muharto
Kekurahan Jodipan sangat padat dengan berbagai permukiman penduduk tanpa
menghiraukan beberapa sempadan kawasan yang ada (sempadan sungai dan juga
sempadan jalan).
Dengan berbagai masalah kawasan yang ditimbulkan akibat dampak dari
permasalahan kumuh dan kepadatan dalam kawasan, menarik pula berbagai
permasalahan arsitektur, yakni :
a. Keterbatasan lahan pembangunan.
Seiring meningkatnya jumlah penduduk yang ada akibat kelahiran juga migrasi
penduduk, mengakibatkan semakin sedikitnya lahan pada kawasan untuk dibangun
serta kondisi ekonomi warga yang relatif rendah memaksa warga melakukan
Kepadatan pada kawasan kajian
pembangunan pada bantaran aliran sungai tanpa melihat dampak yang akan terjadi
dikemudian hari.
b. Sirkulasi.
Semakin padatnya kawasan akibat pembangunan yang kurang teratur sehingga
berdampak pada sirkulasi dalam kawasan yang memprihatinkan.
Pembangunan di bantaran sungai.
Kondisi jalur sirkulasi di pemukiman
c. Pencahayaan dan Penghawaan.
Berdampak lanjut dari kondisi sirkulasi yang ada juga mengarahkan pandangan
arsitektur pada kesehatan dalam bangunan, akibat dari sempitnya jarak antar
bangunan sehingga intensitas penghawaan dan juga pencahayaan alami menjadi
minim.
Kurang maksimalnya bagi pencahayaan dan penghawaan alami untuk massuk dalam banguan dengan jarak antar samping bangunan ± 1 meter.
Jarak antar muka bangunan ± 2.5 meter yang kurang memadai, menjadi lebih sempit lagi dengan berbagai barang warga yang berada disepanjang lorong.
d. Ruang Terbuka Hijau.
Pemanfaatan kawasan sebagai ruang terbuka hijau pada kawasan kajian masih
belum maksimal yang seharusnya kawasan bisa memiliki Ruang Terbuka Hijau yang
cukup akibat pembangunan yang dilakukan tanpa memperhatikan sempadan yang
ditujukan guna adanya ruang terbuka dan juga perlindungan dari berbagai ancaman
kejadian buruk.
Kawasan dengan arsir putih yang seharusnya menjadi kawasan terbuka hijau malah menjadi jajaran bangunan tanpa menghiraukan dampak selanjutnya dari pembagunan tersebut.
e. Orientasi Bangunan
Daerah Aliran Sungai yang seharusnya bisa menjadi orientasi yang baik bagi
bangunan menjadi tak termanfaatkan akibat berbagai aspek permasalahan di atas
terutama keadaan sungai yang kotor dan juga keruh sehingga berbagai bangunan yang
terbangun lebih memilih orientasi ke dalam kawasan yang padat dengan kecilnya jalur
sirkulasi dari pada orientasi kearah sungai yang kurang baik (membelakangi sungai).
Orientasi bangunan yang membelakangi sungai.
KESIMPULAN
Daerah Aliran Sungai yang dapat dimanfaatkan dengan baik menjadi terlihat
seperti kawasan kumuh dengan berbagai aspek permasalahan yang timbul akibat
kurangnya ketegasan dan perhatian dari pemerintah serta kesadaran dari masyarakat
yang berada di daerah alirang sungai Brantas untuk lebih memperhatikan kawasan
tersebut.
Dengan pembangunan yang tertata dengan baik dan juga pemanfaatan
sempadan yang ada dengan menjadikan area terbuka hijau dapat menjadikan taraf
kawasan meningkat serta lingkungan menjadi lebih sehat dan aliran sungai dapat
berfungsi seperti seharusnya sebagai aliran sungai bukannya menjadi aliran sampah
yang kian hari mencemari sungai dan lingkungan disekitarnya.