36
i HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN STEROID PADA PRIA ANGGOTA FITNESS CENTER DI SALATIGA OLEH FRANSISKUS SIMANJUNTAK 802013711 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

i

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN SIKAP

TERHADAP PEMAKAIAN STEROID PADA PRIA ANGGOTA

FITNESS CENTER DI SALATIGA

OLEH

FRANSISKUS SIMANJUNTAK

802013711

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap
Page 3: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap
Page 4: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap
Page 5: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap
Page 6: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap
Page 7: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap
Page 8: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN SIKAP

TERHADAP PEMAKAIAN STEROID PADA PRIA ANGGOTA

FITNESS CENTER DI SALATIGA

Fransiskus Simanjuntak

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 9: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kepercayaan

diridengan sikap terhadap pemakaian steroid. Sampel yang digunakan adalah

pria yang berusia 20-35 tahun, sering melakukan fitness difitness center Salatiga

minimal tiga kali seminggu.Teknik sampling yang digunakan sampel jenuh.

Jumlah sampel yang digunakan berjumlah 73 orang . Metode pengumpulan data

pada Variabel Sikap didasarkan pada teori Mann (dalam Azwar, 2012) yang

memiliki tiga komponen sikap yaitu kognitif, afektif dan konatif. Pada

variabelkepercayaan diridisusun berdasarkan teori Fatimah (2006) yaitu percaya

akan kemampuan atau kompetensi diri, tidak terdorong untuk menunjukkan

sikap konformis, berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, punya

pengendalian diri yang baik, memiliki internal locus of control,mempunyai cara

pandang yang positif terhadap diri sendiri, memiliki harapan yang realistik

terhadap diri sendiri.Hasil penelitian ini diperoleh nilai korelasi product moment

= -0,425; p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan negatif antara

kepercayaan diri dengan sikap terhadap pemakaian steroid pada pria anggota

fitness center di Salatiga

Kata kunci: Sikap terhadap Pemakaian Steroid, Kepercayaan Diri

i

Page 10: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

Abstract

This research aims to investigate the relationship between confidences in the attitude

towards the use of steroids. The samples useare men age 20-35 years, often does fitness

in the gym in Salatiga at least three times a week. The sampling technique use saturated

sample. Numbers of samples use are 73 people. Methods of data collection on Variable

attitude are based on the theory of Mann (in Anwar, 2012) which has three components,

namely the attitude of cognitive, affective and conative. In the variable confidence is

based on the theory of Fatima (2006) is believed to be the ability or competence

themselves, not compelled to show conformist attitude, dare to accept and face the

rejection of others, have good self-control, have an internal locus of control, has a

perspective that positively about yourself, have realistic expectations of yourself. The

research results obtained by the value of the product moment correlation = -0,425; p

= 0.000 (p <0.05), which means there is a negative relationship between confidence in

the attitude towards the use of steroids in the male members of fitness centers in

Salatiga

Keywords: Attitudes toward use of steroids, Confidence

ii

Page 11: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi kaum pria khususnya, memiliki tubuh berotot tentu menjadi

sebuah kebanggaan tersendiri, bahkan terasa lebih macho, tak sedikit dari

mereka yang melakukan olah raga binaraga untuk membentuk tubuh mereka

menjadi lebih kekar dan berotot. Hal inilah yang membuat banyak pria jadi

terobsesi dan terus menerus memikirkan kekurangan fisik minor (Lemonick,

2007). Untuk mendapatkan tubuh yang ideal, atletis dan sehat tentunya

membutuhkan banyak cara yang dilakukan secara konsisten demi tercapainya

tujuan tersebut. Setiap orang memiliki cara berbeda-beda, namun dua hal yang

paling menentukan dalam pembentukkan bentuk tubuh ideal adalah olahraga

dan konsumsi makanan sehat.

Selama ini, penelitian mengenai bentuk tubuh lebih banyak

difokuskan pada wanita yang secara umum melaporkan adanya gangguan citra

tubuh (Thompson, 1999).Pada beberapa tahun terakhir ini, perhatian terhadap

bentuk tubuh pada pria perlahan mulai menunjukkan peningkatan (Phillips &

Olivardia, 2000). Garner (1997) menyatakan bahwa dalam suatu survei yang

diterbitkan oleh majalah Psychology Today, jumlah pria yang merasa tidak

puas dengan bentuk tubuh mereka meningkat dari 15 % pada tahun 1972

menjadi 43 % pada tahun 1997 dan lebih banyak pria (38 %) yang merasa

tidak puas dengan bentuk dan ukuran dada mereka dibandingkan dengan

wanita (hanya 34 %). Dalam upayanya untuk mendapatkan bentuk tubuh yang

ideal tidaklah mudah. Menurut Baron dan Byrne (2000), pandangan dan

Page 12: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

2

pendapat mengenai kecantikan dan penampilan fisik yang menarik

diidentifikasikan dengan bentuk tubuh ideal.

Untuk memperbaiki rasa percaya diri dan memiliki kebanggaan secara

fisik, banyak pria mulai membenahi penampilan dirinya.Perawatan tubuh kini

tidak lagi menjadi fokus milik wanita saja.Kaum pria mulai banyak yang

menyerbu salon dan tempat – tempat latihan kebugaran untuk membentuk

tubuh yang dianggap ideal, tubuh yang kekar dan berotot.Selain itu pula,

latihankebugaran bertujuan untuk membentuk kebugaran tubuh, meningkatkan

kesehatan, mengurangi resiko penyakit serta membentuk tubuh sesuai dengan

keinginan individu (Harris & Harris, 1984).Sebagai contoh, jumlah pria yang

tercatat sebagai anggota tempat latihan kebugaran di Inggris meningkat

sebanyak 49% selama enam tahun (Batty, 2000).Sebuah perbandingan pada

beberapa majalah popular mengungkapkan bahwa walaupun terdapat lebih

banyak iklan dan artikel mengenai diet pada majalah wanita, ada peningkatan

yang signifikan pula pada iklan dan artikel mengenai latihan angkat beban

pada majalah pria (Andersen & Domenico dalam Agliata & Tantleff-Dunn,

2004).Hal ini mendorong wanita untuk mengontrol berat badan mereka

melalui diet dan mendesak pria untuk membentuk tubuh mereka melalui

latihan.Seperti halnya wanita yang terperangkap dalam budaya kurus dan

langsing, begitu pula pria yang kini menjadi subjek dalam budaya yang

menampilkan maskulinistas (Agliata & Tantleff-Dunn, 2004).

Tiga peneliti dari Harvard dan Brown University melihat fenomena

kecenderungan pria – pria membentuk tubuhnya menjadi besar, kekar dan

Page 13: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

3

berotot (Pope, Phillips & Olivardia, 2000) bahwa standar fisik pria telah

meningkat jauh selama beberapa tahun terakhir dari yang bugar dan atletis

menjadi berotot dan super kekar. Kini pria menganggap bahwa tubuh mereka

adalah jalan untuk mencapai kesempurnaan. Dan sepertinya mereka akan

melakukan segala cara untuk memenuhi keinginan mendapatkan tubuh yang

ideal dan sempurna. Penelitian di Amerika Serikat (Pope, Phillips & Olivardia

2000) menunjukkan bahwa banyak pria yang melakukan olahraga binaraga

(bodybuilding) masih merasa bahwa tubuh mereka masih kurang kekar dan

besar walaupun sebetulnya mereka sudah memiliki tubuh yang berotot.

Untuk bisa memiliki bentuk tubuh yang ideal, salah satu caranya

adalah dengan berolah raga secara teratur dan menjaga pola makan yang sehat.

Namun selain itu, ternyata saat ini ada cara yang lebih cepat dalam

mempercepat bentuk tubuh agar menjadi ideal yaitu dengan mengonsumsi

suplemen yang dapat mempercepat pertumbuhan massa otot, dimana

suplemen tersebut ada yang aman untuk dikonsumsi ada pula yang tidak yaitu

steroid.

Steroid (Soewolo, 2011) adalah obat perangsang untuk meningkatkan

metabolisme hormonal tubuh manusia sehingga menjadi lebih

kuat.Menurutnya steroid merupakan suatu zat sintetik yang mirip dengan

hormon laki-laki (testosteron).Steroid juga merupakan obat perangsang untuk

meningkatkan metabolisme hormonal tubuh manusia sehingga tubuh menjadi

lebih kuat, biasanya dipakai untuk pembentuk otot, meningkatkan perfomance,

dan memperbaiki penampilan fisik.

Page 14: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

4

Bertolak belakang dengan apa yang selalu dibayangkan masyarakat

umum bahwa pengguna anabolic steroid adalah atlet yang ingin menjadi

pemenang dan berprestasi gemilang, kenyataannya penggunanya kebanyakan

orang-orang yang berusia sekitar 20 – 30 tahunan dan bukanlah orang-orang

yang berurusan dengan olahraga tertentu (Priyambodo, 2007). Saat ini

pemakai anabolic steroid belum tentu dari kalangan atlet / olahragawan saja,

namun ada juga dari kalangan umum bahkan mahasiswa seperti hasil

penelitian yang dipaparkan dalam The Journal of International Society of

Sports Nutrition (dalam Priyambodo, 2007) ditemukan bahwa rata-rata usia

pengguna yang ditemukan dalam hasil penelitian tersebut adalah pria usia 31

tahun dan 75 persen adalah lulusan universitas, kebanyakan memiliki

pekerjaan dengan kedudukan yang baik dengan penghasilan diatas rata-

rata.Ketika ditanyakan soal motivasi mereka dalam menggunakan steroid

sebagian besar mengatakan mereka ingin menambah besar ukuran otot

mereka, kekuatan fisik serta meningkatkan daya tarik fisik mereka. Selain itu

pada penelitian yang dilakukan oleh Sepehri, Fard and Sepehri dalam Addict

Healt Journal (2009) menyatakan frequency pemakai anabolic steroid rata-

rata berusia 20 – 30 tahun dimana jumlah pemakai dan pemakai tertinggi rata-

rata berusia 20-24 tahun.

Akibat jangka panjang dari pemakaian steroid (Rashid, Ormerod &

Day, 2007) diantaranya menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi,

pendarahan internal, penyakit jantung, kerusakan hati, kanker, serangan

jantung, dan stroke. Sebagian orang akan menderita sakit kepala, sakit

Page 15: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

5

persendian, dan kram otot. Steroid juga dapat menyebabkan kebotakan, nafas

berbau tidak enak, kaki dan mata kaki bengkak, gangguan tidur, mual, dan

muntah-muntah.Selain dampak secara fisik, efek samping secara emosional

juga dapat dialami si pemakai.Yang paling umum adalah kemarahan yang

mengakibatkan perilaku destruktif atau merusak.Sebagai contoh, seseorang

yang memakai steroid dapat saja terlibat dalam perampokan karena steroid

membuat dirinya menjadi agresif.Dampak-dampak lainnya adalah suasana hati

yang mudah berubah, paranoia (dicekam ketakutan), halusinasi, cemas, dan

mendadak terserang rasa panik.Setelah seseorang berhenti memakai steroid

untuk jangka waktu tertentu, dampaknya dapat berbahaya.Mereka juga dapat

merasa tertekan, berpikir untuk bunuh diri, dan mungkin menjurus pada

tindakan bunuh diri.Wroble RR, Gray M, Rodrigo J (2008)menambahkan efek

samping terhadap pemakaian steroid lebih besar pada laki-laki (17%) daripada

perempuan (10%).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti yang dilakukan pada bulan

November 2014 pada sepuluh orang subjek di Fitness Center Salatiga bahwa

pria yang cenderung mendukung terhadap pemakaian steroid akan

memandang bahwa steroid merupakan suplemen utama untuk menunjang

kesehatan serta penampilan fisiknya. Adapun motivasi beberapa pria yang

mengkonsumsi steroid hingga saat ini menurut para subjek tersebut karena

mereka bisa mendapatkan kepuasan dan percaya diri terhadap bentuk tubuh

mereka setelah mengkonsumsi suplemen – suplemen tertentu.Namun

sebaliknya ada juga beberapa pria yang cenderung menolak terhadap

Page 16: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

6

pemakaian steroid karena telah mengetahui efek samping dari suplemen

tersebut. Hampir disemua fitness center yang peneliti datangi, masih banyak

anggota fitness yang belum mengetahui supplemen apa saja yang masuk

dalam kategori steroid karena mereka yang menggunakan supplemen tidak

melakukan konsultasi kesehatan terlebih dahulu dengan trainer di fitness

center sehingga tanpa mereka sadari dapat berdampak buruk secara jangka

panjang pada kesehatan diri sendiri.

Menurut Melliana, dkk (2007) ketika seseorang memiliki gambaran

tentang bentuk tubuh yang ideal dan kenyataannya bentuk tubuh yang

dimilikinya tidak sesuai dengan gambaran idealnya tersebut, maka individu

tersebut dapat memiliki sikap yang negatif terhadap tubuhnya. Sikap positif

terhadap pemakaian steroid khususnya pada pria saat ini karena adanya

tuntutan di masyarakat mengenai bentuk tubuh ideal dapat mempengaruhi

perasaan seseorang, bila seseorang tidak dapat memenuhi bentuk tubuh

idealnya yang ada di masyarakat maka akan muncul ketidakpercayadirian

terhadap bentuk tubuhnya. Bila individu memiliki kepuasan atau penerimaan

diri atas tubuhnya atau bagian – bagian tubuhnya maka akan menimbulkan

kepuasan bentuk tubuh (Thompson, et al, 1999) dan bila seseorang puas akan

bentuk tubuhnya maka kepercayaan dirinya akan berkembang. Tetapi bila

individu tidak dapat meraih bentuk tubuh yang diharapkan, hal ini dapat

memperbesar ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang kemudian berkembang

menjadi ketidakpuasan bentuk tubuh dan menyebabkan rasa percaya diri

individu menjadi menurun (Heinberg dalam Thompson, 1999).

Page 17: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

7

Lindenfield (dalam Surmasari, 2004), mengemukakan bahwa orang

yang percaya diri memiliki empat ciri yaitu cinta diri, memahami dirinya

sendiri, memiliki tujuan hidup yang jelas, dan berfikir positif. Bila seseorang

memiliki kepercayaan diri yang baik terhadap dirinya maka rendah

kemungkinan seseorang akan menggunakan obat-obatan atau sejenisnya yang

membahayakan dirinya dalam hal ini steroid. Namun seseorang yang memiliki

kepercayaan diri rendah akan cenderung menggunakan cara-cara yang instan

meski dirinya sadar dampak yang diperolehnya akan merugikan diri sendiri.

Menurut Horsley (dalam Morris dan Summers, 1995), seseorang yang

memiliki kepercayaan diri rendah nampak akan kurang gigih dalam berusaha,

lebih ragu-ragu dalam bertindak, membuat lebih banyak kesalahan dalam

bertindak. Ini berarti bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri rendah

bersiko terhadap pemakaian steroid dalam berolah raga.

Mengingat hal di atas maka masalah penelitian di penelitian ini adalah

apakah ada hubungan antara kepercayaan diri terhadap pemakaian steroid

pada pria.

TINJAUAN PUSTAKA

Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap pemakaian obat

steroid, salah satu penyebabnya adalah kepercayaan diri.Adapun rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kepercayaan diri ditinjau

dari sikap terhadap pemakaian steroid pada pria.

Page 18: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

8

Sikap terhadap Pemakaian Steroid

1. Pengertian Sikap terhadap Pemakaian Steroid

Menurut Fishben & Ajzen (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003),

sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten

dalam cara tertentu berkenaan dengan objek tertentu. Sikap merupakan

suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau

tingkah laku.Sedangkan menurut Berkowitz (dalam Azwar, 2007), sikap

terhadap suatu objek adalah berupa perasaan mendukung atau memihak

(favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavourable) terhadap objek tersebut.

Sikap menurut Calhoun & Acocella (1995) adalah sekelompok

keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan

kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara

tertentu. Menurut Sarwono (2002), sikap adalah kesiapan pada seseorang

untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Dan komponen

perilaku merupakan kecenderungan seseorang untuk berperilaku sesuai

dengan sikap yang ada pada dirinya.

Menurut Soewolo (2011), steroid adalah obat perangsang untuk

meningkatkan metabolisme hormonal tubuh manusia sehingga menjadi

lebih kuat. Menurutnya steroid merupakan suatu zat sintetik yang mirip

dengan hormon laki-laki (testosteron).Steroid juga merupakan obat

perangsang untuk meningkatkan metabolisme hormonal tubuh manusia

Page 19: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

9

sehingga tubuh menjadi lebih kuat, biasanya dipakai untuk pembentuk

otot, meningkatkan perfomance, dan memperbaiki penampilan fisik.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli

Diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan pandangan,

perasaan dan kecenderungan seseorang bertindak terhadap objek sikap.

Sikap yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sikap terhadap

pemakaian steroid, sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan sikap terhadap pemakaian steroid adalah kecenderungan individu

dalam memahami, merasakan dan bertindak terhadap pemakaian steroid

yang mana merupakan hasil dari interaksi komponen dari kognitif, afektif

dan konatifyang dimilikinya.

2. Komponen – Komponen sikap

Sikap terhadap obyek, gagasan atau orang tertentu merupakan

orientasi yang bersifat menetap dengan komponen kognitif, afektif dan

perilaku (konatif).Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang

dimiliki seseorang mengenai obyek sikap tertentu, yaitu fakta,

pengetahuan dan keyakinan tentang obyek.Komponen afektif terdiri dari

seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap obyek, terutama

penilaian.komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk

bereaksi terhadap obyek sikap (Sears, 1988).

Menurut Azwar (2012) sikap memiliki 3 komponen yaitu

a) Komponen kognitif

Page 20: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

10

Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan

seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek

sikap.

b) Komponen afektif

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah

emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.Secara

umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap sesuatu.

c) Komponen perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen –

komponen sikap terdiri dari komponen kognitif, komponen afektif dan

komponen konatif.

3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Sikap

Azwar (2012) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau

lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri

individu.

a. Pengalaman Pribadi

Page 21: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

11

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

c. Pengaruh Kebudayaan

d. Media Massa

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

f. Faktor Emosional

Sementara itu Mednick, Higgins dan Kirschenbaum (dalam Dayakisni

& Hudaniah, 2003) menyebutkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi

oleh tiga faktor, yaitu:

a. Pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan

b. Karakter kepribadian individu

c. Informasi yang selama ini diterima individu

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembentukan

sikap dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik yang berasal dari luar individu dan

faktor intrinsik yang berasal dari dalam individu. Faktor ekstrinsik

diantaranya pengaruh sosial, pengaruh teman / orang lain, kebudayaan,

media massa, lembaga pendidikan / agama. Faktor intrinsik diantaranya

pengalaman pribadi, faktor emosional dan karakter kepribadian individu

(kepercayaan diri termasuk di dalamnya).

Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Menurut Fatimah (2006), kepercayaan diri adalah sikap positif seorang

individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif,

baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang

Page 22: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

12

dihadapinya. Sedangkan menurut Guilford (dalam Hakim, 2004) bahwa

kepercayaan diri adalah pengharapan umum tentang keberhasilan.

Branden (dalam Iswidarmanjaya dan Agung, 2005) mengemukakan

bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang pada kemampuan yang

ada dalam dirinya.Bandura (dalam Iswidarmanjaya dan Agung, 2005)

mendefinisikan kepercayaan diri sebagai suatu perasaan yang berisi kekuatan,

kemampuan, dan keterampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu

yang dilandasi keyakinan untuk sukses.

McClelland (dalam Luxori, 2005) menyatakan kepercayaan diri

merupakan kontrol internal, perasaan akan adanya sumber kekuatan dalam

diri, sadar akan kemampuan-kemampuan dan bertanggung jawab terhadap

keputusan-keputusan yang telah ditetapkannya. Menurut Tosi dan kawan-

kawan (dalam Lie, 2003) mengungkapkan bahwa kepercayaan diri merupakan

suatu keyakinan dalam diri seseorang bahwa individu mampu meraih

kesuksesan dengan berpijak pada usahanya sendiri.

Berdasarkan beberapa teori di atas disimpulkan bahwa kepercayaan diri

adalah keyakinan yang dimiliki individu untuk mengembangkan penilaian

positif terhadap dirinya sendiri tanpa perlu membanding-bandingkan dirinya

dengan orang lain, serta mampu mengenali dan yakin terhadap segala

kelebihan yang dimilikinya sehingga dirinya mampu mencapai tujuan

hidupnya tanpa ada perasaan inferior di dalam dirinya.

Page 23: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

13

2. Ciri - Ciri Kepercayaan Diri

Fatimah (2006) mengemukakan beberapa ciri-ciri atau karakteristik

individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional adalah sebagai

berikut :

a. Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, hingga tidak

membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari orang

lain.

b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh

orang lain atau kelompok.

c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi

diri sendiri.

d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil).

e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau

kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada

nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan

orang lain).

f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan

situasi di luar dirinya.

g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika

harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi

yang terjadi.

Berkaitan dengan aspek-aspek kepercayaan diri, Kumara (1987)

menyatakan bahwaada empat ciri-ciri kepercayaan diri, yaitu:

Page 24: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

14

a. Kemampuan menghadapi masalah

b. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya

c. Kemampuan dalam bergaul

d. Kemampuan menerima kritik

Berdasarkan keterangan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa ciri –

ciri kepercayaan diri yaitu percaya akan kemampuan atau kompetensi diri,

tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis, berani menerima dan

menghadapi penolakan orang lain, punya pengendalian diri yang baik,

memiliki internal locus of control, mempunyai cara pandang yang positif

terhadap diri sendiri, memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Ciri –ciri kepercayaan diri ini peneliti ambil dari teori Fatimah karena teori

tersebut memberikan penjelasan lebih detail dibandingkan teori lainnya.

METODE

Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah pria dewasa yang terdaftar sebagai

anggota ditempat fitness center di Salatiga. Karakteristik sampel dalam penelitian

ini antara lain:

- Berjenis kelamin laki-laki dengan usia berkisar 20 – 35 tahun.

- Sering melakukan fitness di fitness center minimal tiga kali seminggu

- Terdaftar sebagai anggota fitness center di Salatiga.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sampel jenuh dimana seluruh populasi yang ada digunakan juga sebagai sampel.

Page 25: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

15

Pengambilan sampel dengan teknik ini diharapkan dapat mewakili seluruh sampel

yang ada dimasing-masing cabang Fitness Center di Salatiga.

Instrumen

1. Skala Sikap terhadap Pemakaian Steroid.

Skala ini bertujuan untuk mengukur Sikap terhadap Pemakaian Steroid pada

Pria.Skala ini disusun oleh penulis sendiri berdasarkan teori dari Azwar

(2007) dimana komponen – komponen sikap terhadap pemakaian steroid yang

terdiri dari komponen kognitif, afektif dan konatif.Adapun Skala Sikap ini

dibuat dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 36 aitem. Penilaian

skala menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu: SS (Sangat Setuju), S

(Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Pemberian skor

bergerak dari rentang nilai empat (SS) sampai dengan satu (STS) untuk aitem

– aitem favourable, sedangkan untuk aitem – aitem unfavourable pemberian

skor bergerak dari nilai satu (SS) sampai dengan empat (STS).Semakin tinggi

nilai yang diperoleh maka semakin tinggi atau positif sikap terhadap

pemakaian steroiddan sebaliknya.Adapun daya diskriminasi aitem pada

variabel sikapterhadap pemakaian steroid berkisar antara 0,312-0,697.Jumlah

aitem valid ada 32 aitem dan gugur 4 aitem.Koefisien reliabilitas pada

variable sikap dengan formulasi alpha cronbach = 0,925.

2. Kepercayaan Diri

Skala ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepercayaan diri yang dimiliki

olehseseorang. Skala kepercayaan diri ini disusun oleh penulis yang

didasarkan teori dari Fatimah (2006) bahwa ciri-ciri kepercayaan diri terdiri

Page 26: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

16

dari a) Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri, b) Tidak terdorong

untuk menunjukkan sikap konformis, c) Berani menerima dan menghadapi

penolakan orang lain, d) Punya pengendalian diri yang baik, e) Memiliki

internal locus of control, f) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap

diri sendiri, g) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Adapun

skala kepercayaan diri ini dibuat dengan menggunakan skala likert yang

terdiri dari 42 item. Penilaian skala menggunakan empat alternatif jawaban,

yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) ,STS (Sangat Tidak

Setuju). Pemberian skor bergerak dari rentang nilai empat (SS) sampai

dengan satu (STS) untuk aitem – aitem favourable, sedangkan untuk aitem –

aitem unfavourable pemberian skor bergerak dari nilai satu (SS) sampai

dengan empat (STS).Semakin tinggi nilai yang diperoleh maka semakin

tinggi atau positif kepercayaan diri dan sebaliknya.Adapun daya diskriminasi

aitem pada variabel kepercayaan diri berkisar dari 0,310-0,652 dengan

formulasi alpha cronbach = 0,885 (32 aitem valid dan 10 aitem gugur).

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi product

moment dari Pearson.

HASIL PENELITIAN

Pengambilan data ini dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2015 di beberapa

fitness center yang ada di Salatiga.Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Skala Sikap terhadap Pemakaian Steroid sebanyak 36 aitem dan skala

Page 27: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

17

Kepercayaan Dirisebanyak 42 aitem.Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak

73 responden.

Uji Asumsi

Uji Normalitas

Data setiap variabel diuji dengan menggunakan program uji normalitas

sebaran.Perhitungan normalitas sebaran dilakukan dengan menggunakan teknik

analisis Kolmogorov-Smirnov (K-SZ) dari SPSS (Statistical Packages for Social

Sciences) 17.0.

Uji normalitas pada variabel sikap terhadap pemakaian steroid

menunjukkan hasil K-SZ sebesar 0,772 dengan p = 0,059 ( p>0,05). Uji

normalitas pada variabel kepercayaan diri menunjukkan hasil K-SZ sebesar 0,717

dengan p = 0,683 (p>0,05). Berdasarkan uji normalitas tersebut dapat

disimpulkan bahwa distribusi dari kedua variabel tersebut adalah normal.

Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel

penelitian. Adapun nilai = 15,677; p = 0,000 dimana memiliki nilai p <

0,05 sehingga dapat dibuktikan bahwa pada taraf kepercayaan 95% tidak terjadi

penyimpangan signifikan terhadap linearitas.

Deskripsi Statistik Penelitian

Analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai

subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok

subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.Berdasarkan

skor yang didapat, maka diperoleh gambaran umum mengenai hubungan antara

Page 28: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

18

kepercayaan diri dengan sikap terhadap pemakaian steroid. Berdasarkan hasil

analisis, diperoleh mean empirik, sebagai berikut :

Tabel 1

Gambaran umum Skor Variabel-variabel penelitian

Variabel Statistik Hipotetik Empirik

Sikap terhadap

pemakaian

steroid

Skor minimal 32 40

Skor maksimal 128 104

Mean 80 72,49

Standart

Deviation

16 14,46

Kepercayaan diri Skor minimal 32 74

Skor maksimal 128 122

Mean 80 99,90

Standart

Deviation

16 11,44

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Deskripsi variabel Sikap Pemakaian Steroid

Berdasarkan nilai mean dan standard deviasi disusunlah kategorisasi subjek

penelitian untuk tiap variabel. Tujuan dari kategorisasi adalah untuk

menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara

berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar,

2007:107). Kategori variabel sikap dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2

Kategorisasi variabel Sikap terhadap Pemakaian Steroid

Kategori Jenjang Jumlah

subjek

Bobot

Sangat Rendah ≤ 48 0 0%

Page 29: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

19

Rendah 48 < X ≤ 64 5 6,8%

Sedang 64 < X ≤ 96 65 89%

Tinggi 96 < X ≤ 112 3 4,1%

Sangat Tinggi X > 112 0 0%

Total 100%

Berdasarkan kategorisasi kecerdasan emosi dapat dilihat bahwa Me =

72,49; mean hipotetik = 80 dan standar deviasi hipotetik = 16. Ini artinya

sikap pria terhadap pemakaian steroid dalam kategori sedang dan yang

lainnya tersebar dalam level rendah sebanyak 6,8%, level tinggi sebanyak

4,1% .

Deskripsi variable Kepercayaan Diri

Hasil analisis distribusi frekuensi subjek untuk variabel Kepercayaan diri

dipaparkan dalamTabel3.

Tabel 3

Kategorisasi variabel kepercayaan diri

Kategori Jenjang Jumlah

subjek

Bobot

Sangat Rendah ≤ 48 0 0%

Rendah 48 < X ≤ 64 0 0%

Sedang 64 < X ≤ 96 5 6,8%

Tinggi 96 < X ≤ 112 58 79,45%

Sangat Tinggi X > 112 10 13,7%

Total 100%

Berdasarkan kategorisasi kepercayaan diri dapat dilihat bahwa mean

empirik 99,90, mean hipotetik= 80 dan standard deviasi hipotetik = 16 artinya

Page 30: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

20

kepercayaan diri yang dimiliki pria dalam kategori tinggi dan yang lainnya

tersebar dalam level sedang sebanyak 6,8%, level sangat tinggi sebanyak

13,7%

Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat hubungan

negatif antara kepercayaan diri terhadap sikap pada pemakaian steroid, yang

ditunjukkan dengan hasil = -0,425; p = 0,000 ( p< 0,05 ). Hal ini berarti

semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki maka semakin rendah sikap

terhadap pemakaian steroid, sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri yang

dimiliki maka semakin tinggi sikap terhadap pemakaian steroid.Ini berarti hasil

penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya. Untuk melihat

seberapa besar pengaruh kepercayaan diri terhadap sikap pada pemakaian steroid

ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi (r²) yaitu 18,1 % artinya kepercayaan

diri memberikan sumbangan terhadap sikap pada pemakaian steroid sebesar 18,1

%

PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa

terdapat hubungan negatif antara kepercayaan diri terhadap sikap pada pemakaian

steroid, yang ditunjukkan dengan hasil rxy = - 0,425 ; p = 0,000 ( p < 0,05 ) yang

berarti semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki maka semakin rendah sikap

terhadap pemakaian steroid, sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri yang

dimiliki maka semakin tinggi sikap terhadap pemakaian steroid. Ini berarti hasil

penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya. Berdasarkan

Page 31: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

21

tingkat signifikansi yang dimiliki dapat dilihat dari nilai p = 0,000 (p<1%) yang

artinya hubungan antara kepercayaan diri terhadap sikap pemakaian steroid adalah

sangat signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatiyah

dan Harahap (2008) yang menyatakan bahwa melalui peningkatan kepercayaan

diri pada diri seseorang maka upaya mengatasi perilaku berisiko salah satunya

pemakaian obat-obatan dapat dikurangi.Lindenfield (dalam Surmasari, 2004),

juga mengemukakan bahwa orang yang percaya diri memiliki empat ciri yaitu

cinta diri, memahami dirinya sendiri, memiliki tujuan hidup yang jelas, dan

berfikir positif. Bila seseorang memiliki kepercayaan diri yang baik terhadap

dirinya maka rendah kemungkinan seseorang akan menggunakan obat-obatan atau

sejenisnya yang membahayakan dirinya dalam hal ini steroid. Namun seseorang

yang memiliki kepercayaan diri rendah akan cenderung menggunakan cara-cara

yang instan meski dirinya sadar dampak yang diperolehnya akan merugikan diri

sendiri. Menurut Horsley (dalam Morris dan Summers, 1995), seseorang yang

memiliki kepercayaan diri rendah nampak akan kurang gigih dalam berusaha,

lebih ragu-ragu dalam bertindak, membuat lebih banyak kesalahan dalam

bertindak. Ini berarti bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri rendah

bersiko terhadap pemakaian steroid dalam berolah raga.

Tingkat kepercayaan diri pada responden di penelitian ini tergolong tinggi

yang ditunjukkan dengan nilai mean empirik (Me = 99,90), mean hipotetik (Mh =

80) dan standard deviasi hipotetik (SDh = 16). Berdasarkan hasil kategorisasi ini,

dapat dilihat bahwa mereka termasuk individu yang memiliki keyakinan akan

kemampuan dirinya, tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis

Page 32: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

22

terutama terhadap pemakaian steroid, artinya responden yang memiliki

kepercayaan diri tinggi akan cenderung tidak menyetujui terhadap pemakaian

steroid, individu berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain,

memiliki pengendalian diri yang baik, memiliki internal locus of control yang

baik, mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri dan memiliki

harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Sedangkan sikap terhadap pemakaian

steroid pada responden tergolong sedang, yang ditunjukkan dengan nilai mean

empirik (Me = 72, 49), mean hipotetik (Mh = 80) dan standar deviasi hipotetik

(SDh = 16). Ini menunjukkan bahwa sikap responden dalam pemakaian steroid

yang meliputi komponen kognitif seperti kepercayaan seseorang mengenai apa

yang berlaku atau apa yang benar, komponen afektif, dan kecenderungan terhadap

pemakaian steroid cenderung agak rendah.

Pengaruh kepercayaan diri terhadap sikap pada pemakaian steroid

memberikan sumbangan efektif 18,1 % artinya kepercayaan diri memberikan

sumbangan terhadap sikap pada pemakaian steroid sebesar 18,1 %, sisanya 81,9

% ditentukan faktor lain seperti Pengalaman Pribadi, Pengaruh orang lain yang

dianggap penting, Pengaruh Kebudayaan, Media Massa, Lembaga Pendidikan dan

Lembaga Agama, serta Faktor Emosional.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat hubungan

negatif dan signifikan antara kepercayaan diri terhadap sikap pada pemakaian

steroid. Hal ini berarti semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki maka

Page 33: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

23

semakin rendah sikap terhadap pemakaian steroid, sebaliknya semakin rendah

kepercayaan diri yang dimiliki maka semakin tinggi sikap terhadap pemakaian

steroid. Ini berarti hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan

sebelumnya. Untuk melihat seberapa besar pengaruh kepercayaan diri

terhadap sikap pada pemakaian steroid ditunjukkan dari nilai koefisien

determinasi (r²) yaitu 18,1% artinya kepercayaan diri memberikan sumbangan

terhadap sikap pada pemakaian steroid sebesar 18,1 %

2. Saran

a) Bagi responden yang senang melakukan gym disarankan agar tetap

mempertahankan rasa percaya diri yang telah dimiliki dengan berusaha

tetap menerima kekurangan dan kelebihan diri, bersikap positif terhadap

diri sendiri agar responden dapat menentukan pilihan dalam bersikap atau

berperilaku dengan menghindari pemakaian steroid atau supplemen sejenis

yang dapat berdampak negatif bagi tubuh.

b) Bagi peneliti lain yang berminta mengadakan penelitian lebih lanjut

disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor lain yang memengaruhi

kepercayaan diri individu seperti konsep diri, pengetahuan dan penerimaan

diri serta lingkungan social.

DAFTAR PUSTAKA

Agliata, D. & Tantleff-Dunn, S. (2004). The impact of media exposure on

males?Body image.Journal Social Clinic Psychology. 23:4

Anthony, R. (1992). Rahasia Membangun Kepercayaan Diri. (terjemahan Rita

Wiryadi). Jakarta: Binarupa Aksara

Azwar, S. (2012).Penyusunan skala psikologi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

-----------. (2007). Sikap Manusia.Edisi kedua.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Page 34: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

24

Baron, R. A. & Byrne, D. (2000).Social Psychology (9th

edition). USA: Allyn &

Bacon

Batty, D. (2000). Does physical activity prevent cancer?.BMJ 2000 ; doi:

http://dx.doi.org/10.1136/bmj.321.7274.1424 (Published 09 December

2000)

Calhoun, J. & Acocella, J. (1995). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan

Kemanusiaan (Edisi ketiga). Semarang: PT IKIP Semarang Press

Damon, W. (1991).Handbook of Child Psychology. Fifth Edistion, FourthVolume.

New York: John Wiley & Sons Inc

Dayakisni, T. & Hudaniah,S. (2003). Psikologi Sosial (Edisi Revisi). Malang:

Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Fatiyah, K. N. & Harahap, F. (2008).Konseling Sebaya Untuk Meningkatkan

Kepercayaan Diri Remaja terhadap Perilaku Berisiko.Lembaga Penelitian

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Diunduh dari :

http ://penelitianpendidikan.com/index.php?module=detaildata&id=424

Fatimah, E. (2006). Psikologi perkembangan : perkembangan peserta didik.

Bandung : Pustaka Setia

Gardner, D. M., Rosen, L., & Barry, D. (1997).Eating Disorder in Athletes.In :

Child and Adolescent Psychiatric Clinics of North America. New York :

WB Saunders

Hakim, T. (2004). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa Swara.

Haris, D.V. & Harris, B. L. (1984). The Arhlere's Guide to Sports Psychology.

New York : Leisure press

Iswidharmanjaya, A. & Agung, G. (2005).Satu hari menjadi lebih percaya

diri.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Kumara.(1987). Psikologi Sosial.Jakarta : Kanisius

Lemonick, M. D. (2007). Steroids: Not Just for Athletes.

http://www.content.time.com/time/health/article/html

Lie, A. (2003). 1001 Cara menumbuhkan rasa percaya diri anak.Jakarta : PT.

Elex Media Komputindo

Luxori, Y. (2005). Percaya Diri,.Jakarta: Khalifa

Page 35: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

25

Melliana, A. S. & Melliana, A. D. (2007).Menjelajah Tubuh Perempuan dan

Kecantikan. Lkis: Jakarta

Morris,T., & Summers, J.(1995). Sport Psychology, Theory, Applications and

Issues.Sydney : John Wiley & Sons

Pope, H. G., Philips, K. A., & Olivardia, R. (2000).The Adonis Complex: The

Secret Crisis of Male Body Obsession. New York, Free Press

Priyambodo, E. (2007). Pengguna Steroid Sebagian Besar Bukan Atlet. Dikutip

dari :http://beta.antaranews.com/berita/84685/pengguna-steroid-sebagian-

besar-bukan-atlet. Diakses 16:11 WIB

Rashid, H., Ormerod, S., & Day, E. (2007). Anabolic androgenic steroids: What

the psychiatrist needs to know. Advances in Psychiatric Treatment 13 (3):

203–211. doi:10.1192/apt.bp.105.000935.

Sarwono, S.W. (2002). Pengantar umum psikologi.Jakarta : PT Bulan Bintang

Savitri, R. 2007. Kecemasan. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Sepehri, G., Fard, M. M., & Sepehri, E. (2009).Frequency of Anabolic Steroids

Abuse in Bodybuilder Athletes in Kerman City.Journal List Addict

Health.Vol. 1 (1) :25-29

Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. (1988). Psikologi Sosial.Edisi

kelima.Jilid-2. Jakarta: Penerbit Erlangga

Soewolo.(2011). Jual Beli Steroid, Kegunaan dan Pemakaian Steroid.

http://www.artikelkesehatan.co.id

Sukmasari, R. D. (2005).Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar

Siswa MTs MuhammadiyahKecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Jawa

Tengah.Skripsi. Universitas Negeri Jakarta.

Suryabrata, S. (1984).Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UGM Press

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta

Thompson, L. & Katz, D. L. (1999). Affective and psychotic symptoms

associated with anabolic steroid use. American Journal ofPsychiatry, 145,

487–490Phillips & Olivardia, 2000

Page 36: Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Terhadap

26

Wroble, R. R., Gray, M., & Rodrigo, J. (2008). Anabolic Steroids and Pre-

Adolescent Athletes: Prevalence, Knowledge, and Attitudes. Cl J Sports

Medicine Journal.Vol. 5. p. 108-115