Upload
quin-boa-hancock
View
99
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
HPLC "Kimia Farmasi Analisis 2011"
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kromatografi merupakan teknik pemisahan fisik campuran komponen
dalam sampel yang berdasar pada perbedaan migrasi komponen-komponen
tersebut dan fase diam dipengaruhi oleh fase gerak. Kromatografi cair kinerja
tinggi ( HPLC ) merupakan salah satu kromatografi yang memerlukan ketelitian
dan kehati-hatian yang tinggi, karena sensitivitas instrumen yang lebih tinggi.
Komponen-komponen HPLC antara lain :
1. Tempat solvent/ pelarut
2. Pompa untuk menarik/mendorong solvent dari tempatnya menuju kolom
dari HPLC
3. Kolom HPLC adalah tempat fase dalam dan tempat terjadinya peristiwa
penahanan
4. Senyawa yang lebih lipofilik
5. Injektor autosampel yaitu tempat menyuntikkan sampel dengan micro
syringe
6. Detektor berfungsi sebagai pendeteksi suatu senyawa obat yang telah
diinjeksikan
7. Komputer yaitu sebagai read out/pembaca (recorder) data
8. Waste yaitu tempat pembuangan eluen
9. Ultrasonik yaitu alat untuk menghilangkan gelembung udara pada eluen
yang telah disaring
1 | H P L C
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum HPLC ini adalah mahasiswa dapat melakukan dan
menjelaskan :
1. Metode Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi ( HPLC )
2. Mengetahui komponen-komponen HPLC
3. Tahapan pengukuran analisis
4. Fungsi masing-masing komponen HPLC
5. Penetapan kadar obat dalam sediaan tablet dengan metode HPLC
6. Pengolahan data dan menyimpulkan hasil percobaan
1.3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian HPLC dan Sistem Kerjanya?
2. Alat dan Bahan apa yang digunakan?
3. Bagaimana prosedur kerjanya?
4. Bagaimana melakukan perhitungan dengan hasil pengamatan yang
didapat?
2 | H P L C
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian HPLC dan Sistem Kerjanya
A. Prinsip Dasar HPLC
Prinsip kerja HPLC adalah dengan bantuan pompa fasa gerak cair
dialirkan melalui kolom ke detector. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa
gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-
komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solute-solut
terhadap fasa diam.
Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar
dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fasa
diam maka solute-solut tersebut akan keluar kolom dideteksi oleh detector
kemudian direkam dalam bentuk kromatogram kromatografi gas. Seperti pada
kromatografi gas, jumlah peak menyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran. Computer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem HPLC dan
mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC.
3 | H P L C
B. Instrumentasi Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi
1. Fasa Gerak
Fasa gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen atau
pelariut. Berbeda dengan kromatografi gas, HPLC mempunyai lebih banyak
pilihan fasa gerak, dibandingkan dengan fasa gerak untuk kromatografi gas.
Dalam kromatografi gas, fasa gerak hanya sebagai pembawa solute melewati
kolom menuju detektor. Sebaliknya dalam HPLC, fasa gerak selain berfungsi
membawa komponen-komponen campuran menuju detector, fasa gerak dapat
berinteraksi dengan solute-solut. Oleh karena itu, fasa gerak dalam HPLC
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses pemisahan.
Persyaratan fasa gerak HPLC
Zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak HPLC harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut :
1. zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan
yang akan di analisis.
2. zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran
yang dapat menganggu interpretasi kromatogram.
3. zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada
kolom.
4. zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan
tidak beracun.
5. zat cair tidak kental.
6. sesuai dengan detektor.
Jenis fasa gerak.
Fasa gerak untuk kromatografi partisi, adsorpsi, dan penukar ion bersifat
interaktif dalam arti fasa gerak berinteraksi dengan komponen-komponen
cuplikan. Akibatnya, waktu retensi sangat dipengaruhi oleh jenis pelarut.
Sebaliknya fasa gerak untuk kromatografi eksklusi bersifat non interaktif. Oleh
karena itu, waktu retensi dengan kromatografi ini tidak bergantung pada
komposisi fasa gerak.
4 | H P L C
2. Pompa.
Pompa dalam HPLC dapat dianalogikan dengan jantung pada manusia
yang berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang berisi
serbuk halus. Pompa yang dapat digunakan dalam HPLC harus memenuhi
persyaratan :
1. Menghasilkan tekanan sampai 600 psi (pons/in2)
2. Keluaran bebas pulsa
3. Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit
4. Bahan tahan korosi
Dikenal tiga jenis pompa yang masing-masing memiliki keuntungan dan
kekurangannya yaitu pompa reciprocating, displacement dan pneumatic.
Pompa reciprocating
Jenis pompa ini sekarang banyak dipakai. Pompa ini terdiri dari ruangan
kecil tempat pelarut yang dipompa dengan cara gerakan piston mundur-maju yang
dijalankan oleh motor. Piston berupa batang gelas dan berkontak langsung dengan
pelarut.
Pompa displacement
Pompa ini menyerupai syringe (alat suntik) terdiri dari tabung yang
dilengkapi pendorong yang digerakan oleh motor. Pompa ini juga menghasilkan
aliran yang cenderung tidak bergantung tekanan baik kolom dan viskositas
pelarut. Selain itu, keluaran pompa ini bebas pulsa. Akan tetapi pompa ini
keterbatasan kapasitas pelarut (~250 mL) dan tidak mudah untuk melakukan
pergantian pelarut
Pompa pneumatic
Dalam pompa ini pelarut di dorong oleh gas bertekanan tinggi. Pompa jenis
ini murah dan bebas pulsa. Akan tetapi mempunyai keterbatasan kapasitas dan
tekanan yang dihasilkan (<2000 psi) serta kecepatan alir bergantung pada
viskositas pelarut dan tekanan balik kolom.
5 | H P L C
3. Unit Sistem Penyuntikan atau Penginjeksian Sampel
Kadang kala, faktor ketidaktepatan pengukuran HPLC terletak pada
keterulangan pemasukan cuplikan ke dalam peking kolom. Masalahnya,
kebanyakan memasukan cuplikan ke dalam kolom dapat menyebabkan band
broadening. Oleh karena itu, cuplikan yang dimasukkan harus sekecil mungkin,
beberapa puluh mikroliter. Selain itu, perlu diusahakan tekanan tidak menurun
ketika memasukkan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak. Berikut beberapa teknik
pemasukan cuplikan ke dalam sistem HPLC :
1. Injeksi Syringe
Alat yang paling dulu dan paling mudah untuk memasukkan cuplikan adalah
syringe. Syringe disuntikkan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang
syringe yang tahan tekanan sampai 1500 psi. akan tetapi keterulangan injeksi
syringe ini sedikit lebih baik dari 2-3 % dan sering lebih jelek.
Injeksi ‘stop-flow’
2. Injeksi stop-floe adalah jenis injeksi syringe kedua tapi di sini aliran pelarut
dihentikan sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka dan cuplikan
disuntikan langsung ke dalam ujung kolom. Setelah menyambungkan kembali
kolom maka pelarut dialirkan kembali
.
1. Kran Cuplikan
Jenis pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan paling banyak
digunakan. Untuk memasukkan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak perlu dua
langkah: (a) sejumlah volume cuplikan disuntikkan ke dalam loop dalam posisi
‘load’, cuplikan masih berada dalam loop, (b) kran diputar untuk mengubah posisi
‘load’ menjadi posisi ‘injeksi’ dan fasa gerak membawa cuplikan ke dalam kolom.
Loop dapat diganti-ganti dan tersedia berbagai ukuran volume dari 5 hingga
500μL. Dengan sistem pemasukan cuplikan ini memungkinkan memasukkan
cuplikan pada tekanan 7000 psi dengan ketelitian tinggi. Juga loop mikro tersedia
dengan volume 0,5 hingga 5 μL.
6 | H P L C
2. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stainless steel walaupun ada juga yang
terbuat dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fas diam, tempat
terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya.
3. Detector
Berbagai detector untuk HPLC telah tersedia, walaupun demikian detector
harus memenuhi persyaratan berikut: (1) cukup sensitive; (2)stabilitas dan
keterulangan tinggi;(3) respon linear terhadap solute; (4) waktu respon pendek
sehinggatidak bergantung kecepatan alir ;(5)realibilitas tinggi dan mudah
digunakan; (6) tidak merusak cuplikan. Detector HPLC dikelompokan ke dalam
tiga jenis, yaitu: detector umum memberi respon terhadap fasa gerak yang
dimodulasi dengan adanaya solute. Sebaliknya, detector sepesifik memberi respon
terhadap beberapa sifat solute yang tidak dimiliki oleh fasa gerak. Terakhir,
detector yang bersifat umum terhadap solute setelah fasa gerak dihilangkan
dengan penguapan. Detector berdasarkan absorpsi UV merupakan detector HPLC
yang paling banyak di pakai. Detector elektrokimia paling banyak dipakai
terutama dalam HPLC penukar ion.
C. Cara Kerja HPLC
Mula-mula solven diambil melalui pompa. Solven ini dikemudian masuk ke
dalam katup injeksi berbutar, yang dipasang tepat pada sampel loop. Dengan
pertolongan mikrosiring, sampel dimasukan ke dalam sampel loop yang kemudian
bersama-sama dengan solven masuk ke dalam kolom. Hasil pemisahan dideteksi
oleh detector, yang penampakannya ditunjukan oleh perekam (pencatat =
recorder). Tekanan solven di atur dengan pengatur dan pengukur tekanan. Pompa
pemasuk solven pada tekanan konstan hingga tekanan kurang lebih 4500 psi
dengan laju alir rendah, yakni beberapa milliliter per menit.
Rekorder menghasilkan kromatogram zat-zat yang dipisahkan dari suatu
sampel. Tahap pemekatan dengan ekstraksi solven dan penguapan untuk
memperkecil volum sering kali diperlukan sebelum pengerjaan sampel dengan
7 | H P L C
HPLC. Hal ini terutama sering dilakukan untuk analisis senyawa-senyawa
hidrokarbon aromatic polisiklik (PAH) atau residu pestisida dalam makanan.
Sebagai alternative lain, sampel air dapat di absorpsi oleh suatu adsorben
padat (C8 atau C18 yang terikat pada silica gel), diikuti dengan desorpsi dalam
suatu solven yang kemudian langsung dimasukan kedalam kolom. Suatu solven
dengan polaritas rendah, misalnya CH3 berair yang secara bertingkat mengalami
perubahan menjadi CH3OH murni, menjamin pemisahan yang baik pada C-18
yang mana hal ini terikat pada suatu silica gel.
D. Kelebihan HPLC
Dibandingkan dengan kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi
HPLC = High Performance Liquid Chromatography) mempunyai beberapa
kelebihan. Beberapa kelebihan KCKT diantaranya ialah :
1. dapat dilaksanakan pada suhu kamar.
2. cepat dan mudah melaksanakannya.
3. peka, detektor HPLC dapat divariasi dan unik.
4. pelarut pengembang bisa dipakai berulang kali demikian juga dengan
kolomnya.
5. ideal untuk molekul besar dan ion.
6. mudah memperoleh cuplikan.
7. daya pisahnya baik.
8. dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang di analisis.
9. HPLC juga dapat menganalisis senyawa yang tidak mudah menguap dan
termolabil.
E. Aplikasi HPLC Dalam Kehidupan
HPLC juga cocok digunakan untuk memisahkan minyak atsiri. Minyak atsiri
terdiri atas campuran yang sangat rumit dan oleh karena itu HPLC berguna untuk
memisahkan campuran rumit menjadi golongan-golongan senyawa atau
memisahkan golongan senyawa menjadi komponen-komponennya.
HPLC digunakan untuk memisahkan golongan minyak, misalnya terpenoid
tinggi, segala senyawa jenis fenol, alkaloid, lipid dan gula. HPLC baik digunakan
8 | H P L C
untuk senyawa yang dapat dideteksi di daerah spekrum UV atau spectrum sinar
tampak.
Kolom yang tersedia mempunyai banyak sekali pelat teori (lebih dari
100.000 untuk kolom 100 cm), dan kromatografi dilakukan dalam kondisi
mendekati kondisi ideal demikian rupa sehingga dapat diperoleh dalam beberapa
menit dan ditafsirkan secara kuantitatif dengan ketepatan yang lumayan. Cuplikan
dapat dipisahkan secara preparatif.
2.2. Alat-alat Praktikum
Analitical balance
Alumuium foil
Labu ukur 10.0 ml; 25.0 ml; 50.0 ml
Instrument HPLC
Beaker glass
Batang pengaduk
Botol timbang
Mycrosyringe
Kertas saring Whatman
Sampel filter
Corong kaca
Pipet tetes
Pipet volume
Baki/nampan plastic
2.3. Bahan-bahan Praktikum
Sulfametoxazole
Trimetoprim
Tablet Contrimoxazole
Methanol pro HPLC
Methanol pro analisis
Aquadest
Eluen (Methanol : Air = 85 : 15)
9 | H P L C
2.4. Prosedur Kerja
Prosedur kerja untuk HPLC ini terdapat beberapa tahap, diantaranya sebagai
berikut :
1. Pembuatan Larutan Baku Induk Sulfametoksazol dan Trimetroprim
a Ditimbang saksama lebih kurang 100mg sulfametoksazol, kemudian
dimasukkan kedalam labu takar 10,0ml. Ditambahkan metanol pro HPLC ad
garis tanda, dan dikocok homogen disebut larutan baku induk 1
sulfametoksazol dengan kadar 10000ppm ( BI S-1). Kemudian dipipet BI S-
1 sebanyak 3 ml dimasukkan kedalam labu takar 25ml dan ditambah
metanol pro HPLC ad garis tanda, kemudian kocok homogen disebut larutan
Baku induk 2 sulfametoksazol dengan kadar 1200ppm ( BI S-2 ).
b Ditimbang saksama lebih kurang 100mg Trimetroprim, dimasukkan
kedalam labu takar 25,0ml, ditambahkan Metanol pro HPLC ad garis tanda,
dan dikocok homogen disebut larutan baku induk 1 Trimetroprim dengan
kadar 4000ppm ( BI T-1 ). Kemudian dipipet BI T-1 sebanyak 3 ml
dimasukkan kedalam labu takar 50,0ml dan ditambah metanol pro HPLC ad
garis tanda, kemudian dikocok homogen. Disebut larutan baku induk 2
Trimetroprim dengan kadar 240ppm ( BI T-2 )
2. Pembuatan Larutan Baku Kerja
BK-1 : BI S-2 dan BI T-2 masing-masing dipipet 0.5 ml kemudian
dimasukkan kedalam labu takar 10.0 ml dan ditambah
dengan metanol pro HPLC ad garis tanda dan kocok
homogen.(60 ppm sulfametoksazol dan 12 ppm
trimetoprim)
BK-2 : BI S-2 dan BI T-2 masing-masing dipipet 2 ml kemudian
dimasukkan kedalam labu takar 25.0 ml dan ditambah
metanol pro HPLC ad garis tanda dan kocok homogen. (96
ppm sulfametoksazol dan 19.2 ppm trimetoprim)
BK-3 : BI S-2 dan BI T-2 masing-masing dipipet 1 ml kemudian
dimasukkan kedalam labu takar 10.0ml dan ditambah
10 | H P L C
metanol pro HPLC ad garis tanda dan kocok homogen.
(120 ppm sulfametoksazol dan 24 ppm trimetoprim)
BK-4 : BI S-2 dan BI T-2 masing-masing dipipet 4 ml kemudian
dimasukkan kedalam labu takar 25.0 ml dan ditambah
metanol pro HPLC ad garis tanda dan kocok homogen.
(192 ppm sulfametoksazol dan 38.4 trimetoprim)
BK-5 : BI S-2 dan BI T-2 masing-masing dipipet 2 ml kemudian
dimasukkan kedalam labu takar 10.0 ml dan ditambah
metanol pro HPLC ad garis tanda dan kocok homogen .
( 240 ppm sulfametoksazol dan 48 ppm trimetoprim)
3. Penyiapan Sampel
1. Lakukan keseragaman bobot untuk tablet
2. Ditimbang saksama lebih kurang 74,9mg kotrimoksazol yang telah
memenuhi aturan keseragaman bobot dan telah digerus kemudian
dimasukkan kedalam labu takar 25.0 ml dan ditambah metanol pro
HPLC ad garis tanda.Dikocok ad tercampur homogen. Saring sampel
dengan kertas saring whatman 40. Didapatkan larutan sampel 1 dengan
kadar 2.000 ppm Sulfametoksazol dan 400 ppm Trimetoprim(C-1).
Kemudian larutan C-1 dipipet 0.5 ml dan dimasukkan kedalam labu
takar 10.0 ml dan ditambah dengan metanol pro HPLC ad garis tanda.
Kocok homogen dan didapatkan larutan sampel 2 dengan kadar 100
ppm Sulfametoksazol dan 20 ppm Trimetoprim (C-2). Larutan
disaring dengan kertas saring kecil (filtrat pertama dibuang). Tampung
filtrat berikutnya.
4. Pembacaan Baku Kerja dan Sampel
Saring aliquot larutan baku dan filtrate sampel dengan sample filter 0.2 m,
kemudian masing-masing disuntikkan ke HPLC.
2.5. Hasil Pengamatan
1. Keseragaman Bobot
11 | H P L C
N
O
Bobot Tablet % Penyimpangan
1. 0,5760 g 0,24% (-)
2. 0,5830 g 0,97%
3. 0,5690 g 1,45% (-)
4. 0,5730 g O,76% (-)
5. 0,5830 g 0,97%
6. 0,5780 g 0,10%
7. 0,5730 g 0,76% (-)
8. 0,5820 g 0,80%
9. 0,5740 g 0,59% (-)
10. 0,5820 g 0,80%
Rata-Rata : 0,577 g
Rentang : 0,5197g – 0,5832 g
2. Penimbangan Baku Induk dan Sampel
a) Penimbangan Baku Induk Sulfametoksazol
- Botol timbang + zat = 16,0437 g
- Botol timbang + sisa zat = 15,9416 g
- Berat zat = 0,1021 g ~ 102,1 mg
b) Penimbangan Baku Induk Trimetroprim
- Botol timbang + zat = 13,0937 g
- Botol timbang + sisa zat = 12,9864 g
- Berat zat = 0,1073 g ~ 107.3 mg
c) Penimbangan Sampel
- Botol timbang + zat = 13,0640 g
12 | H P L C
- Botol timbang + sisa zat = 12,9891 g
- Berat zat = 0,0749 g ~ 74.9 mg
3. Kurva Baku Induk 1
4. Kurva Baku Induk 2
5. Kurva Baku Induk 3
13 | H P L C
6. Kurva Baku Induk 4
7. Kurva Baku Induk 5
14 | H P L C
8. Kurva Sampel
2.6. Perhitungan
Baku Induk 1
• Sulfametoksazol
102.1mg10.0 ml
x 1000 ml = 10.210 ppm
• Trimetoprim
107.3mg25.0ml
x 1000 ml = 4292 ppm
15 | H P L C
Baku Induk 2
• Sulfametoksazol ( V1 x N1 = V2 x N2 )
3ml x 10.210 ppm = 25ml x N2
N2 = 1225.2 ppm
Trimetroprim ( V1 x N1 = V2 x N2 )
3ml x 4292 ppm = 50 ml x N2
N2 = 257.52 ppm
Larutan Baku Campuran ( Sulfametoksazol & Trimetroprim )
Sulfametoksazol
BK I- S = 0.5 ml
10.0 ml x 1225.2 ppm = 4292 ppm
BK II-S = 2.0 ml
25.0 ml x 1225.2 ppm = 98.02 ppm
BK III-S = 1.0 ml
10.0 ml x 1225.2 ppm = 122.52 ppm
BK IV-S = 4.0 ml
25.0 ml x 1225.2 ppm = 196.03 ppm
BK V-S = 2.0 ml
10.0 ml x 1225.2 ppm = 245.04 ppm
Trimetroprim
BK I- T = 0.5 ml
10.0 ml x 257.52 ppm = 12.88 ppm
BK II- T = 2.0 ml
25.0 ml x 257.52 ppm = 20.60 ppm
BK III- T = 1.0 ml
10.0 ml x 257.52 ppm = 25.75 ppm
BK IV- T = 4.0 ml
25.0 ml x 257.52 ppm = 41.20 ppm
BK V – T = 2.0 ml
10.0 ml x 257.52 ppm = 51.50 ppm
16 | H P L C
Tabel Baku Kerja Sulfametoksazol
No Larutan Konsentrasi ( ppm) Area (y) Rt
1 BK 1 61,26 3093283 2,794
2 BK 2 98,02 4930065 2,786
3 BK 3 122,52 6129661 2,791
4 BK 4 196,03 9860279 2,787
5 BK 5 245,04 12442378 2,799
A = - 55332,26
B = 50814,57
R = 0,9999
Y= A+ BX
5142031 = - 55332,26 + 50814,57 X
X = 5142031+55332.26
50814.57 = 102.28 ppm
10 ml0.5 ml
x 102.28 ppm = 2045.60 ppm
Dalam 25 ml à 25 ml
1000 ml x 2045.60 ppm = 51.14 mg
Dalam 1 tablet à 577.4 mg74.9 mg x 51.14 mg = 394.2355mg
% kadar = 394.2355 mg
400 mg x 100 % = 98.56 %
Tabel Baku Kerja Trimetoprim
No Larutan Konsentrasi (ppm) Area (y) Rt
1 BK 1 12,88 375757 1,885
17 | H P L C
2 BK 2 20,60 509792 1,877
3 BK 3 25,75 736275 1,886
4 BK 4 41,20 1195749 1,898
5 BK 5 51,50 1509497 1,929
A = - 53198.15
B = 30231.43
R = 0,9976
Y = A+ BX
585986= -53198,15 + 30231,43 X
X = 585986+53198.15
30231.43 = 21.14ppm
10 ml0.5 ml
x 21.14 ppm = 422.80 ppm
Dalam 25 ml à 25 ml
1000 ml x 422.80 ppm = 10.57 mg
Dalam 1 tablet à 577.4 mg74.9 mg x 10.57 mg = 81.4836mg
% kadar = 81.4836 mg
80 mg x 100 % = 101.85 %
2.7. Pembahasan
Kromatografi merupakan teknik pemisahan fisik campuran komponen
bahan obat dalam sampel berdasarkan perbedaan migrasi komponen. Komponen
tersebut dari fase diam oleh pengaruh fase gerak. HPLC merupakan salah satu
macam kromatografi yang memerlukan ketelitian yang tinggi dikarenakan HPLC
memiliki selektivitas /akurasi yang sangat tinggi. Komponen-komponen yang
terdapat pada HPLC yaitu Kolom HPLC, Injektor, Pompa, Detektor, yang
masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Dalam praktikum yang kami lakukan,
18 | H P L C
Mula-mula diukur area dan Rt baku induk tunggal sulfametoksazol dan
trimetoprim. Kemudian baku kerja dan sampel pengukuran dilakukan pada tahap
ke dua.
Berikut ini adalah hasil yang didapat dari praktikum HPLC ini :
1. Kadar Sulfametoksazol dalam sampel sebesar 394.2355mg (98.56 %)
2. Kadar Trimetoprim dalam sampel sebesar 81.4836mg (101.85%)
3. Rt Sulfametoksazol dalam sampel sebesar 2798 dengan nilai area sebesar
5142031
4. Rt Trimetoprim dalam sampel sebesar 1877 dengan nilai area sebesar
585986
Dalam praktikum ini hasil yang didapat sedikit melenceng atau tidak
sesuai dengan kadar aslinya, hal ini karena beberapa kesalaha, diantaranya sebgai
berikut :
1. Kurang teliti ketika mengadkan
2. Kurang teliti ketika memipet
3. Sampel kurang homogen
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. Komponen utama dari HPLC yaitu, pompa, injector, elusi gradient, kolom,
detector, pengolahan data.
19 | H P L C
b. Prinsip dasar HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) adalah
pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan kepolaran, dimana terdapat fase mobile
(gerak) dan fase stasioner (diam). HPLC sering digunakan antara lain untuk
menetapkan kadar senyawa aktif pada obat, produk hasil samping proses sintesis,
atau produk- produk degradasi dalam sediaan farmasi. Contohnya adalah
menganalisis parasetamol dan kafein dalam suatu campuran.
c. HPLC sebagai suatu metode pemisahan memiliki beberapa keuntungan
yaitu menghasilkan pemisahan yang sangat cepat, dapat memisahkan zat-zat yang
tidak mudah menguap ataupun tak tahan panas, banyak pilihan fasa geraknya,
mudah untuk mendapatkan kembali cuplikan, karena detector pada KCKT tidak
merusak komponen zat yang dianalisis, dan dapat dirangkai dengan instrumen lain
untuk meningkatkan efisiensi pemisahan. Sedangkan kekurangannya adalah
larutan harus dicari fase diamnya terlebih dahulu, hanya bisa digunakan untuk
asam organic, harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit,
dan gradient elusi, harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup
penelitian yang terbatas.
d. Dari hasil pengamatan yang dilakukan diadapatkan hasil sebagai berikut
Kadar Sulfametoksazol dalam sampel sebesar 394.2355mg (98.56 %)
Kadar Trimetoprim dalam sampel sebesar 81.4836mg (101.85%)
Rt Sulfametoksazol dalam sampel sebesar 2798 dengan nilai area sebesar
5142031
Rt Trimetoprim dalam sampel sebesar 1877 dengan nilai area sebesar
585986
3.2. Saran
Berikut ini merupakan saran dari kami, diantaranya sebagai berikut :
Penulis berharap kromatografi gas yang telah disajikan dalam bab isi dapat
dijadikan referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga
dapat membedakannya dan dapat menerapkannya secara tepat
Harus teliti saat memipet larutan karena hal itu berpengaruh pada hasil
yang didapat nantinya (kadar)
20 | H P L C
Hati-hati saat memasukkan suntikan ke dalam kolom karena tidak boleh
bengkok saat memasukkannya. Posisi harus tegak lurus
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M., dan Suherman 1995. Analisis Instrumental. Airlangga
University Press. Surabaya.
21 | H P L C
Ahmad, M., dan Suherman. 1991. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
Airlangga University Press. Surabaya.
Bahti. 1998. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika. Universitas Padjajaran.
Bandung.
Drs. Soebagio dkk, 2002, KIMIA ANALITIK II, Malang: JICA FMIPA
UNM
Sumar Hendrayana, 2006, KIMIA PEMISAHAN, Bandung : Rosdakarya
Hostettmann, K dkk, 1995, Cara Kromatografi Preparatif, Bandung: ITB
22 | H P L C