Isi Poa Edit

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan sangat terkait dengan keadaan demografi, kondisi ekonomi masyarakat dan pendidikan mereka. Meskipun tujuan akhir dari upaya pembangunan kesehatan adalah seluruh lapisan masyarakat, secara operasional dipilih golongan sasaran secara bertahap. Hal ini dilakukan mengingat kepentingan yang mendesak dan keterbatasan dana, sarana dan prasarana maka diadakan urutan prioritas. Prioritas utama yang dipilih adalah kesehatan anak, karena kesehatan anak merupakan salah satu modal ba keberhasilan pembangunan gi bangsa, yang pada akhirnya akan menghasilkan bangsa dan negara yang sehat sentosa. (Supraptini, dkk, 2001). Paradigma sehat merupakan paradigma pembangunan kesehatan yang berarti pembangunan kesehatan harus mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Oleh karena itu program promosi kesehatan (promkes) sebagai salah satu bentuk upaya promotif preventif mendapat tempat yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan. Promkes sebagai salah satu dari enam program wajib puskesmas merupakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) sehingga merupakan tanggung jawab pemerintah sebab menyangkut masyarakat luas. Salah satu contoh program promkes yang sedang marak -maraknya digalakkan adalah kampanye ASI (Air Susu Ibu) eksklusif, dimana para ibu diajak untuk memberikan ASI pada bayinya dari usia 0 6 bulan tanpa pemberian tambahan makanan (DepKes, 2004) World Health Organisation (WHO), United Nations Childrens Found (UNICEF) dan lembaga kesehatan dunia lainnya, seperti juga WABA (World Alliance for Breastfeeding Action) berpendapat bahwa untuk sebagian besar bayi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat penting, kemudian menyusui dilanjutkan dengan bersama dengan makanan pendamping ASI yang bergizi, sampai umur bayi 21

tahun atau lebih, proses ini merupakan kunci bagi tumbuh kembang sehat optimal bagi anak. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007). Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat dan terciptanya sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja akan lebih sehat & cerdas, tetapi juga akan memiliki emotional quotion (EQ) dan social quotion (SQ) yang lebih baik. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007). ASI eksklusif dapat didefinisikan sebagai perilaku dimana kepada bayi sampai dengan umur 6 bulan hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja, tanpa makanan dan atau minuman lain kecuali sirup obat. ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi karena dalam ASI terdapat zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi atau anak (Anonim, 2009). Disebutkan dalam Pasal 128 ayat (1) bahwa setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis. Dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemberian air susu ibu eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu selama 6 bulan,dan dapat terus dilanjutkan sampai dengan 2 (dua) tahun dengan memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebagai tambahan makanan sesuai dengan kebutuhan bayi (Rasyid, 2010). Sedangkan kriteria indikasi medis yang dimaksud adalah kondisi kesehatan ibu yang tidak memungkinkan memberikan air susu ibu berdasarkan indikasi medi yang s telah ditetapkan oleh tenaga medis (Rasyid, 2010). Manfaat ASI dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu : 1. Aspek Gizi dan Imunologik a. Kolostrum : mengandung protein, vitamin A, karbohidrat sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran serta zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. b. Taurin : sejenis asam amino yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.

2

c. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) : asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. d. Laktoferin : sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. e. Lysosim : enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. f. Faktor bifidus : sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. g. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.

2. Aspek Psikologik a. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui yaitu bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI. b. Interaksi Ibu dan Bayi: pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut. c. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. 3. Aspek Kecerdasan Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.3

4. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

5. Aspek Ekonomis Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

6. Aspek Penundaan Kehamilan Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

Menurut hasil Standar Pelayanan Medis (SPM) Puskesmas Borobudur hasil cakupan pada bulan Januari 2011 adalah 4%, sedangkan target Dinkes Kabupaten Magelang adalah 80% sehingga didapatkan data bahwa persentase ibu yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan masih sangat sedikit. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif dapat dikarenakan salah satunya yaitu kurangnya pengetahuan para ibu dan orang tua tentang manfaat ASI dan cara menyusui yang benar. Dukungan dari tenaga dan pelayanan kesehatan juga kurang, serta adanya mitos-mitos yang tidak mendukung pemberian ASI sejak dini, seperti kolostrum tidak baik atau bahkan berbahaya untuk bayi. Bayi membutuhkan cairan lain sebelum menyusui, bayi tidak mendapat cukup makanan atau cairan bila hanya diberi ASI.

4

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan data pencapaian bayi yang mendapat ASI eksklusif di puskesmas Borobudur, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan pencapaian cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif periode Januari 2011 yang ditangani di wilayah kerja Puskesmas Borobudur belum mencapai target ? 2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah yang dapat mengatasi faktor -faktor yang menyebabkan cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Borobudur belum mencapai target? 3. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah berdasarkan penyebab dan alternatif pemecahan di Puskesmas Borobudur ?

1.3. Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor penyebab masalah dan menganalisis berdasarkan metode pendekatan sistem (input, proses, output, dan lingkungan) yang menyebabkan hasil kegiatan cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dalam periode Januari 2011 di Puskesmas Borobudur belum mencapai target. 2. 3. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang ada. Mampu menyusun rencana kegiatan pemecahan masalah yang ada.

1.4. Metodologi Laporan ini disusun berdasarkan data primer maupun data sekunder Puskesmas Borobudur. Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen diperoleh dari dokter puskesmas beserta staff. Data sekunder diperoleh dari data tertulis yang ada di Puskesmas Borobudur. Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara deskriptif dengan metode pendekatan sistem, untuk selanjutnya dilakukan analisis masalah dengan mencari kemungkinan penyebab melalui pendekatan sistem dan menggunakan metode fishbone. Selanjutnya dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah secara sistematis yang paling mungkin dilaksanakan dengan Kriteria Matriks.

5

BAB II ANALISIS MASALAH

Hasil kegiatan Puskesmas Borobudur pada bulan Januari 2011 tertuang dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal), berdasarkan hasil pencapaian kegiatan Puskesmas yang masih menjadi masalah perlu diuapayakan pemecahannya dengan menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem, sebagai berikut: Lingkungan: Fisik, Kependudukan, Sosial,

Budaya, Ekonomi, dan Kebijakan

Inputy y y y y

Proses Outputy y y

Man Money Method Material Machine

P1 P2 P3

Outcomey

Cakupan Program

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem (Hartoyo, 2009)

2.1. Pencapaian Program Upaya Kesehatan Berdasarkan SPM yang masih bermasalah Berdasarkan data pencapaian kegiatan program upaya kesehatan Puskesmas Borobudur bulan Januari 2011 di dapatkan beberapa program kegiatan Standar Pelayanan Minimal yang dianggap masih bermasalah, kegiatan yang masih bermasalah tersebut merupakan kegiatan yang pencapaiannya kurang dari 80%.

6

Tabel 1. Daftar Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Borobudur Bulan Januari 2001 Yang Bermasalah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Program Cakupan kunjungan bumil K4 Ibu hamil resti yang di tangani PONED Cakupan pelayanan pra usila dan usila Balita BGM Jumlah TTU yang diperiksa TTU yang memenuhi syarat TP2M yang diperiksa TP2M yang memenuhi syarat sanitasi Rumah sehat Rumah yang mempunyai SPAL Rumah bebas jentik aedes Cakupan suspek TB paru Jumlah bumil yang mendapat TT1 Jumlah bumil yang mendapat TT2 Imunisasi DPT3 Imunisasi campak Imunisasi hepatitis B3 Bayi yang mendapat ASI eksklusif Jumlah kader terlatih Frekuensi kunjungan rawat jalan Pelayananan gangguan jiwa di sarkes umum Pencapaian (< 100%) 88.00 26.00 4.86 83.00 9.30 21.00 30.22 16.67 27.14 41.42 85.00 25.00 73.00 63.00 92.00 71.00 92.00 5.00 95.00 92.00 5.00 Besarnya masalah (100% - % pencapaian) 12% 74% 95.14% 17% 90.70% 79% 69.78% 83.11% 72.86% 58.58% 15% 75% 27% 37% 8% 29% 8% 95% 5% 8% 95%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan urutan masalah di puskesmas Borobudur periode januari 2011 adalah sebagai berikut : 1. Imunisasi hepatitis B3 2. Cakupan suspek TB paru 3. Ibu hamil resti yang di tangani PONED 4. Bayi yang mendapat ASI eksklusif 5. TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 6. Rumah sehat 7. Cakupan pelayanan pra usila dan usila 8. Jumlah TTU yang diperiksa 9. Rumah yang mempunyai SPAL 10. Jumlah bumil yang mendapat TT1 11. Rumah yang mempunyai SPAL7

12. TTU yang memenuhi syarat 13. Jumlah bumil yang mendapat TT2 14. Cakupan kunjungan bumil K4 15. Imunisasi campak 16. Imunisasi DPT3 17. TP2M yang diperiksa 18. Jumlah kader terlatih 19. Frekuensi kunjungan rawat jalan 20. Balita BGM 21. Pelayananan gangguan jiwa di sarkes umum

8

BAB III ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

3.1. Kegiatan yang bermasalah Data SPM Puskesmas Borobudur yang telah di kumpulkan dan diolah dapat diketahui bahwa pencapaian cakupan rumah sehat sebesar sedangkan target Dinas

Kesehatan Kabupaten Magelang adalah sebesar 80%. Sehingga dengan membandingkan hasil cakupan dengan target maka didapatkan pencapaian dari bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 5%. Ini menunjukkan bahwa cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama periode Januari 2011 tidak mencapai target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Masalah ini selanjutnya akan dianalisis untuk menentukan kemungkinan penyebab masalah dengan metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan dan output). 3.2. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Masalah adalah kesenjangan antara harapan atau tujuan yang ingin dicapai dengan kenyataan sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa tidak puas. Urutan dalam siklus pemecahan masalah adalah sebagai berikut :Identifikasi Masalah

Monitoring dan Evaluasi

Penentuan Prioritas Masalah

Penyusunan rencana penerapan

Penentuan Penyebab Masalah

Penetapan pemecahan masalah terpilih

Memilih Penyebab yg plg mungkin

Menentukan alternatif pemecahan masalah

Gambar 2. Analisis Pemecahan Masalah (Hartoyo, 2009)9

3.3. Analisis Penyebab Masalah 3.3.1. Analisis Input Pendekatan input meliputi 5M (Man, Money, Methode, Material, Machine) yang akan dibahas sebagai berikut :Tabel 2. Analisis Input Penyebab Masalah Kelebihan Tersedia tenaga kesehatan (dokter, bidan desa), koordinator program Gizi, koordinator program KIA, koordinator Promkes dan para kader yang mengetahui manajemen laktasi Kekurangan - Kurang optimalnya peran Bidan desa untuk menggalakkan para Ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada anak mereka

Man

-

Money

-

Methode

-

-

-

Material

-

Machine

-

Puskesmas memiliki dana yang dapat - Tidak adanya anggaran digunakan untuk keperluan program puskesmas untuk pengadaan pokok Puskesmas media promosi yaitu pembuatan poster, leaflet dan Adanya dana transportasi tiap bulannya untuk Posyandu. media promosi lainnya Terdapat sistem pencatatan mengenai - Kurangnya penyuluhan kepada cakupan bayi yang mendapat ASI ibu hamil dan ibu yang eksklusif setiap bulannya. memiliki bayi