24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Phlebitis 1. Definisi Phlebitis adalah peradangan pada tunika intima vena yang terjadi karena komplikasi pemberian terapi intra vena ( IV) yang di tandai dengan bengkak, kemerahan sepanjang vena, nyeri, peningkatan suhu pada daerah insersi kanula dan penurunan kecepetan tetesan infus (Brooker et all, 2006). Phlebitis adalah komplikasi lokal dari terapi intra vena antara lain infiltrasi, phlebitis, trombophlebitis, hematoma, dan ekstravasasi (Potter and Perry, 2005). Phlebitis merupakan peradangan pada tunika intima pembuluh darah vena sebagai mekanisme iritasi yang terjadi pada endhotelium tunika intima vena dan perlekatan trombosit pada area tersebut (INS, 2006). Tiga definisi diatas kesimpulanya phlebitis adalah peradangan pada tunika intima vena yang terjadi akibat komplikasi lokal dari terapi intra vena, yang di tandai dengan bengkak, kemerahan sepanjang vena, nyeri, peningkatan suhu pada daerah insersi kanula dan kecepatan tetesan infus, ini terjadi akibat mekanisme iritasi yang terjadi pada endotelium tunika intima vena,dan perlekatan trombosit pada area tersebut. Komplikasi akibat phlebitis antara lain: infiltrasi, trombophlebitis, hematoma dan ekstravasasi. 2. Pembagian derajat phlebitis Skala phlebitis (Hanskins et all, 2004), membagi phlebitis berdasarkan skalanya a. Skala 0, bila ada gejala b. Skala 1, bila eritema dengan atau tanpa adanya nyeri c. Skala 3, bila ada nyeri, eritema, dan edema d. Skala 4, bila nyeri, eritema, streak formasi dan terba garis vena kutrang lebih 1 inci

Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dfgdfg

Citation preview

Page 1: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Phlebitis 1. Definisi

Phlebitis adalah peradangan pada tunika intima vena yang terjadi

karena komplikasi pemberian terapi intra vena ( IV) yang di tandai

dengan bengkak, kemerahan sepanjang vena, nyeri, peningkatan suhu

pada daerah insersi kanula dan penurunan kecepetan tetesan infus

(Brooker et all, 2006). Phlebitis adalah komplikasi lokal dari terapi

intra vena antara lain infiltrasi, phlebitis, trombophlebitis, hematoma,

dan ekstravasasi (Potter and Perry, 2005). Phlebitis merupakan

peradangan pada tunika intima pembuluh darah vena sebagai

mekanisme iritasi yang terjadi pada endhotelium tunika intima vena

dan perlekatan trombosit pada area tersebut (INS, 2006).

Tiga definisi diatas kesimpulanya phlebitis adalah peradangan pada

tunika intima vena yang terjadi akibat komplikasi lokal dari terapi intra

vena, yang di tandai dengan bengkak, kemerahan sepanjang vena,

nyeri, peningkatan suhu pada daerah insersi kanula dan kecepatan

tetesan infus, ini terjadi akibat mekanisme iritasi yang terjadi pada

endotelium tunika intima vena,dan perlekatan trombosit pada area

tersebut. Komplikasi akibat phlebitis antara lain: infiltrasi,

trombophlebitis, hematoma dan ekstravasasi.

2. Pembagian derajat phlebitis

Skala phlebitis (Hanskins et all, 2004), membagi phlebitis berdasarkan

skalanya

a. Skala 0, bila ada gejala

b. Skala 1, bila eritema dengan atau tanpa adanya nyeri

c. Skala 3, bila ada nyeri, eritema, dan edema

d. Skala 4, bila nyeri, eritema, streak formasi dan terba garis vena

kutrang lebih 1 inci

Page 2: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

e. Skala 4, bila nyeri, streak formasi terba garis vena > 1 inci dan

adanya cairan purulen.

3. Jenis

Phlebitis

a) Phlebitis

Mekanik

Phlebitis ini berkenaan dengan pemilihan vena dan penempatan

kanula, ukuran kanula yang terlalu besar di bandingkan ukuran

vena, fiksasi kanula yang tidak adekuat, ambulasi berlebihan

terhadap sistem dan pergerakan ekstremitas yang tidak terkontrol.

Pada phlebitis mekanik terjadi cedera pada tunika intima vena.

Tindakan keperawatan untuk mencegah phlebitis mekanik adalah:

1) Lakukan

tehnik insersi kanula secara benar.

2) Lakukan

pemilihan lokasi secara benar,Hindari vena pada area fleksi

atau lipatan atau ekstremitas dengan pergerakan maksimal

serta persendian. pilih vena yang lurus, panjang besar dan tidak

rapuh.

3) Lakukan

pemilihan kanula secara tepat, gunakan kanula dengan ukuran

paling pendek dan diameter jarum paling kecil.

4) Perhatikan

stabilitas kanula, dapat dilakukan dengan cara fiksasi untuk

mendapatkan kanula yang adekuat.

b) Phlebitis

Kimiawi

Phlebitis ini berkenaan dengan respon tunika intima terhadap

osmolaritas cairan infus. Respon radang dapat terjadi karena pH

Page 3: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

dan osmolaritas atau obat juga karena sifat bahan kimia kanula

yang di gunakan.

Tindakan yang dilakukan untuk mencegah phlebitis kimiawi

adalah:

1) Pastikan

pH dan osmolaritas cairan, pH normal darah adalah: 7,35-7,45

sehingga pH dan osmolaritas obat yang lebih tinggi atau lebih

rendah menjadi faktor predisposisi iritasi vena.

2) Gunakan

produk kanula yang non flebitogenik.meskipun belum dapat di

pastikan jenis apa yang betul-betul mencegah plebitis. Pilihlah

kanula yang elastis dan permukaanya lembut.

c) Phlebitis

Bakterial

Merupakan radang pada vena yang di kaitkan dengan infeksi

bakteri. Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan sebagai

upaya pencegahanya adalah:

1) Cuci

tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

2) Gunakan

kasa dan sarung tangan bersih

3) Lakukan

persiapan area dengan tehnik aseptik dan antiseptik

4) Observasi

secara teratur tanda-tanda phlebitis minimal tiap 24 jam.

5) Bersihkan

dan ganti balutan infus tiap 24 jam atau kurang bila balutan

rusak.

Page 4: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

6) Ganti

sistem infus setiap 48-72 jam dan tandai tanggal

pemasanagan serta penggantian balutan.

4. Faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya phlebitis

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya phlebitis

(Pujasari dalam Sugiarto,2006), yaitu:

a) Hindari

pemilihan vena pada area fleksi atau lipatan atau pada ekstremitas

dengan pergerakan maksimal

b) Faktor-

faktor pada pasien seperti adanya vena yang berkelok-kelokdan

spasme vena dapat mempengaruhi kecepatan aliran (infus lambat

atau berhenti).

c) Ukuran

kateter intra vena yang terlalu besar di bandingkan dengan ukuran

vena memungkinkan terjadinya cedera pada tunika intima vena.

d) Fiksasi

yang kurang adekuat menyebabkan pergerakan kanula di dalam

vena sehingga menyebabkan terjadinya infeksi.

e) Pengencera

n obat injeksi yang tidak maksimal terutama jenis antibiotika.

f) Keseterilan

alat-alat intra vena.

g) Faktor

kebersihan perawat (cuci tangan sebelum dan sesudah

pemasangan infus)

5. Diagnosa

dan Pengenalan tanda Phlebitis

Page 5: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

Phlebitis dapat didiagnosa atau dinilai melalui pengamatan visual yang

dilakukan oleh perawat. Andrew Jackson telah mengembangkan skor

visual untuk kejadian phlebitis yaitu:

Tabel VIP score (Visual Phlebitis Score)

Skor 0 1 2 3 4 5

Keadaan Penusukan Tempat suntikan tampak sehat Salah satu dari berikut jelas

yeri area penusukan

danya eritema di area penusukan

Dua dari berikut jelas

yeri pada area penusukan

ritema

embengkakan

Semua dari berikut jelas

yeri sepanjang kanula

ritema

ndurasi

Semua dari berikut jelas

yeri sepanjang kanula

ritema

ndurasi

enos chord teraba

Semua dari berikut jelas

yeri sepanjang kanula

Penilaian

Tak ada tanda-tanda phlebitis

Mungkin tanda dini phlebitis

Stadium dini phlebitis

Stadium moderat phlebitis

Page 6: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

ritema

ndurasi

enos chord teraba

emam

Stadium lanjut atau awal thrombophlebitis

Stadium lanjut thromboplebitis

Tabel 2.1

6. Pencegahan Phlebitis

a). Pencegahan phlebitis menurut Darmawan (2009) antara lain:

1) Cuci tangan.

2) Tehnik aseptik.

3) Perawatan daerah yang terpasang infus.

4) Tehnik antiseptik kulit

5) Ketepatan laju pemberian cairan infus.

b). Menurut Potter dan Perry (2005) sikap perawat dalam usaha

pencegahan phlebitis adalah:

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

2) Memperhatikan sterilitas alat.

Page 7: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

3) Ganti balutan infus setiap 24 jam

4) Perhatikan tanggal dan lama pemasangan, ganti infus padahari

ke-3 untuk mencegah phlebitis.

Usaha pencegahan infeksi nosokomial phlebitis adalah tanggung jawab

petugas kesehatan di rumah sakit terutama perawat, perawat

merupakan tenaga profesional yang selalu berhubungan dengan pasien

selama 24 jam.

B. Kejadian Phlebitis

1. Pengertian

Kejadian phlebitis merupakan komplikasi akibat pemasangan infus,

yang dapat menimbulkan penderitaan pada pasien karena bertambah

lamanya hari inap dan biaya rumah sakit meningkat. Berdasarkan hal

tersebut perawat harus memperhatikan tehnik pemasangan infus sesuai

tahapan. Phlebitis didefinisikan sebagai inflamasi vena yang di

sebabkan oleh iritasi mekanik, kimia dan bakteri, ditandai dengan

adanya peradangan berupa kemerahan dan hangat di sekitar

pemasangan infus, nyeri dan terjadi pembengkakan (Hanskin at all,

2004). Kejadian phlebitis meningkat sesuai dengan lamanya

pemasangan infus, komposisi cairan dan obat injeksi, ukuran kanul,

tempat pemasangan yang tidak tepat, masuknya microorganisme saat

penusukan, Brunner dan Suddart, (2002). Kenaikan suhu tubuh pada

pasien yang mengalami phlebitis tidak signifikan yaitu 37,5 C –

38,5 C (subfebris), normal suhu tubuh manusia 36,5 C -37 C

(Dongoes et all, 2003)

2. Penyebab

Phlebitis adalah komplikasi lokal dari pemasangan infus yang

disebabkan oleh beberapa faktor baik mekanik, kimia,maupun, bakteri

dan umumnya phlebitis terjadi pada hari ke 2 – 3 pasca pemasangan

infus.

3. Tanda dan Gejala

Page 8: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

Tanda infeksi umum yaitu: rubor (kemerahan), color (panas), dolor

(nyeri) dan fungsiolaesa (perubahan fungsi).

Pasien dikatakan phlebitis jika terdapat tanda- tanda phlebitis meliputi

kemerahan dan nyeri pada daerah yang terpasang infus, panas dan

terjadi pembengkakan, tetesan infus tidak lancar atau macet. Pasien

dinyatakan tdak phlebitis jika tidakterdapat tanda- tanda phlebitis.

Observasi yang terus menerus, perawatan yang baik, informasi yang

edukatif akan membantu mencegah kejadian phlebitis.

C. Pemasangan infus

1.Pengertian

Pemasangan infus merupakan metode yang di gunakan untuk mensuplai

cairan elektrolit, nutrisi, obat melalui pembuluh darah vena (Mubarak,

2008). Terapi pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan

dengan cara memasukan cairan, elektrolit, obat intra vena dan nutrisi

kedalam tubuh melalui pembuluh darah vena (Aryawitl, 2009). Tindakan

ini merupakan metode paling efektif dan efisien dalam memberikan

suplai cairan dalam tubuh melalui intravaskuler. Terapi pemasangan

infus di berikan berdasarkan pesanan dari dokter, dan perawat

bertanggung jawab dalam memelihara terapi intra vena.

2.Alasan pemberian terapi infus berdasarkan pada beberapa faktor yaitu:

a. Tujuan dan lamanya terapi

b. Diagnosa pasien

c. Usia

d. Riwayat kesehatan

e. Kondisi vena pasien

Pasien yang dilakukan terapi infus yang mendapat program terapi oleh

dokter membutuhkan kemampuan perawat untuk bisa mengidentufikasi

Page 9: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang di butuhkan, serta

mengatur dan mempertahankan sistem.

3. Tujuan dilakukan pemberian terapi infus adalah:

a. Mempertahankan dan mengganti cairan tubuh

b. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolid

c. Memperbaiki keseimbangan asam basa

d. Memberikan tranfusi darah

e. Menyediakan medium untuk pemberian obat intra vena

f. Membantu pemberian nutrisi parenteral

4.Keuntungan dan kerugian terapi infus

a). Keuntungan

1) Efek terapeutik segera tercapai karena obat lebih cepet sampai ke

organ target.

2) Absorbsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat

3) Kecepatan pemberian dapat di kontrol sehingga efek terapeutik

dapat di pertahankan maupun di modifikasi.

4). Reaksi sakit dan iritasi obat tertentu dapat di hindari

5). Sesuai untuk obat yang tidak dapat di absorbsi dengan rute lain

karena molekul ynag besar, iritasi atau ketidak stabilan dalam

traktus gastrointestinal.

b). Kerugian

1).tidak dapat dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat

tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.

2). kontrol pemberian yang tidak baik bisa menimbulkan “speed

shock”.

3). komplikasi tambahan dapat timbul misalnya phlebitis.

5. Indikasi

Page 10: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

Indikasi pemberian terapi infus menurut (Wahit Iqbal Mubarak,2008)

antara lain:

a. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP) yang memungkinkan

pemberian obat langsung intra vena.

b. Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian

obat.

c. Klien yang mendapatkan terapi obat dalam dosis yang besar secara

terus menerus melalui intra vena.

d. Klien yang mendapatkan terapi yang tidak bisa di berikan melalui

oral atau intramuskuler

e. Klien yang membutuhkan tindakan koreksi atau pencegahan cairan

dan elektrolit.

f. Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan.

g. Klien yang mendapatkan tranfusidarah.

h. Upaya profilaksis sebelum prosedur tindakan operasi dengan risiko

padarahan di pasang infus untuk mencegah terjadinya syock.

6. Kontra Indikasi

Menurut Aryawitl (2009) pemasangan infus di kontra indikasika pada

daerah:

a. Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis.

b. Daerah yang berwarna merah, kenyal,bengkak dan hangat saat di

insersikan.

c. Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya/ di bawah area phlebitis

d. Vena yang sklerotik / trombosis

e. Lengan dengan pirai arteriovena / fistula

f. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah atau

kerusakan kulit

g. Lengan yang mengalami luka bakar

7.Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat pemasangan infus adalah:

Page 11: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

a) Komplikasi lokal yaitu:

1) Phlebitis

Imflamasi vena yang di sebabkan oleh iritasi kimia, mekanik

maupun bakteri yang di tandai dengan adanya kemerahan dan

hangat di sekitar daerah insersi / penusuka di sertai rasa nyeri

dan adanya pembengkakan.

2) Infiltrasi

Infiltrasi terjadi karena cairan intra vena memasuki ruangan

subkutan di sekeliling tempat insersi vena. Di tandai dengan

adanya pembengkakan , nyeri, dan ketidak nyamanan karena

penurunan kecepatan aliran infus.

3) Iritasi vena

Kondisi ini di tandai dengan nyeri selama di infus, kemerahan

pada area insersi, terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH

rendah / osmolaritas tinggi misal: phenitoin, vancomicyn,

eritimycin dan nafcilin.

4). Hematom

Terjadi karena kebocoran darah ke jaringan sekitar area insersi,

di sebabkan oleh pecahnya dinding vena.

5). Trombophlebitis

Menggambarkan adanya bekuan di tambah peradangan dalam

vena. Karakteristik trombophlebitis adalah nyeri terlokalisasi ,

kemerahan, rasa hangat,dan pembengkakan di sekitar area

insersi atau sepanjang vena, demam, malaise dan luekositosis.

6). Trombosis

Di tandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak, pada vena dan

aliran infus berhenti disebabkan oleh injuri sel endotel dinding

vena dan perlekatan platelet.

7). Oclusi

Di tandai dengan tidak adanya penembahan aliran ketika botol

di naikan, aliran balik darah di selang infus dan rasa tidak

Page 12: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

nyaman pada area pemasangan / insersi. Oclusi disebabkan

oleh gangguan aliran intra vena, aliran balik darah ketika

pasien berjalan dan selang infus di klem terlalu lama.

8). Spasme vena

Ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat disekitar

vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka, ini terjadi

karena pemberian cairan atau darah yang dingin atau iritasi

oleh obat yang sifatnya mudah mengiritasi vena dan aliran

yang terlalu cepat.

9). Reaksi vasovagal

Kondisi ini di gambarkan dengan klien tiba – tiba kollaps

pada vena, dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual dan

penurunan tekanan darah.Reaksi ini disebabkan oleh nyeri

atau kecemasan.

10). Kerusakan syaraf, tendo dan ligamen

Kondisi ini di tandai dengan nyeri yang ekstrim, kebas atau

mati rasa dan kontraksi otot, efek lambat yang muncul adalah

paralisis, mati rasa dan deformitas. Ini disebabkan karena

tehnik pemasangan yang tidak tepat, sehingga injuri di sekitar

tendo, syaraf dan ligamen.

a). Komplikasi sistemik

Komplikasi sistemik akibat pemasangan infus adalah:

1). Septikemia

Kondisi yang ditandai dengan adanya kenaikan suhu tubuh secara

mendadak segera setelah infus di pasang mulai sakit pinggang, sakit

kepala, peningkatan nadi, dan frekwensi pernapasan, mual, muntah,

diare, demam dan menggigil, malaise umum jika parah bisa terjadi

kollaps faskuler, penyebabnya adalah kontaminasi produk intra vena,

kelalaian tehnik aseptik, septikemia terutama terjadai pada pasien yang

mengalami penurunan sistem imun.

2). Reaksi alergi

Page 13: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

Kondisi yang di tandai dengan gatal, hidung dan mata berair,

bronkospasme, wheezing, urtikaria, edema pada area insersi, reaksi

anafilaktik (kemerahan ,cemas, dingin,gatal, palpitasi,parestesi

wheezing, kejang dan cardiac arest). Kondisi ini bisa di sebabkan oleh

alergen misalnya medikasi.

3). Overload sirkulasi

Pemberian terapi intra vena yang berlebihan akan menyebabkan

peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentral, dispnea berat dam

sianosis, tanda dan gejala termasuk batuk dan kelopak mata

membengkak.

4). Embolisme udara

Embolisme udara sering berkaitan dengan kanulasi vena sentral, tanda

dan gejalanya adalah: Dispnea, sianosis, nadi yang lemah dan cepat

hilangnya kesadaran, nyeri dada dan punggung bawah.

a). Peran perawat dalam terapi intra vena

1).Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infus

maupun kemasanya.

2). Memastikan cairan infus di berikan secara benar (pasien, jenis cairan,

dosisi, cara pemberian dan waktu pemberian).

3). Memeriksa apakah jalur intra vena tetap paten.

4). Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan abnormalitas.

5). Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi.

6). Monitor kondisi pasien dan melaporkan setiap perubahan.

Profesionalisme seorang perawat sangat di pengaruhi oleh pengetahuan

dan pengalaman, dengan pengetahuan seseorang akan memperoleh

pengalaman dan motivasi untuk melakukan perubahan yang baik dan

berguna untuk orang lain.

D. Pengetahuan

Pengetahuan dapat di peroleh seseorang secara alami atau di intervensikan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan teori

Page 14: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

pengetahuan telah berlangsung sejak lama. Pengetahuan yaitu

kepercayaan pribadi yang di benarkan (valid) (justifed true beliefe), (Plato,

2009 )

Notoatmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), sesuatu yang di ketahui

melalui proses pembelajaran. Proses belajar ini di pengaruhi oleh berbagai

faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi

yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Pada umumnya, pengetahuan

memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan

atas suatu pola. Pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang

sedang di pelajari , melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang

terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkunganya. Pengetahuan

bukanlah sesuatu yang tersedia dan sudah ada , sementara orang lain

tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah suatu proses pembentukan

yang berlangsung terus menerus setiap saat mengalami reorganisasi

karena adanya pemahaman- pemahaman baru. Berdasarkan beberapa

definisi tersebut pengetahuan adalah proses pencarian informasi yang

berkembang secara terus menerus melalui panca indra manusia untuk

mencari pemahaman dan fakta tertentu yang bertujuan meningkatkan

kemampuan dan pengalaman seseorang untuk merubah kwalitas hidup

seseorang.

1. Jenis Pengetahuan

Pengetahuan masyarakat mengenai pengetahuan dalam kesehatan

sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian dari prilaku

kesehatan. Jenis pengetahuan menurut (Budiman Agus riyanto,2013)

adalah sebagai berikut:

a). Pengetahuan implisit

Page 15: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam

dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang

tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.

Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk di transfer ke orang lain

baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali

berisi kebiasaan dan budaya bahkan tidak di sadari. Contoh

seseorang mengetahui bahaya merokok tapi ternyata diamerokok.

b). Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah di

dokumentasikan atau di simpan dalam wujud nyata, bisa dalam

wujud prilaku kesehatan, pengetahuan nyata yang di diskripsikan

dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

Contoh sederhana seseorang yang tahu bahaya merokok ternyata dia

tidak merokok.

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a). Pendidikan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun

nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah

perubahan sikap dan prilaku seseorang atau kelompok dan usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima

informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin

banyak pula pengetahuan yang di dapat tentang kesehatan.

Pengetahaun erat kaitanya dengan pendidikan, makin tinggi

pendidikan di harapkan makin luas pula pengetahuan. Perlu di

tekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak

berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Page 16: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

b). Informasi atau Media massa

Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, informasi juga

dapat di definisikan suatu tehnik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis dan menyebarkan informasi dan tujuan tertentu.

(Undang- Undang Teknologi Informasi). Informasi di peroleh

dalam kehidupan sehari- hari yang di peroleh dari data dan

pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta di teruskan melalui

komunikasi. Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode,

program komputer, dan basis data.semakin banyak informasi

yang di terima semakin banyak pengetahuan yang di dapat.

c). Sosial Ekonomi dan Budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui

penalaran apakah itu baik atau buruk. Dengan demikian seseorang

akan bertambah pengetahuanya walaupun tidak melakukan.

Ekonomi akan menentukan kemampuan tersedianya suatu

fasilitas yang di perlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status

sosial ekonomi seseorang akan mempengaruhi pengetahuanorang

tersebut, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas.

d). Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap masuknya proses pengetahuan. Ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik atau tindakan yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e). Pengalaman

Pengalaman adalah suatu cara memperoleh kebenaran

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang di hadapi pada masa

lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang di kembangkan

akan memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang profesional,

Page 17: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan

yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik dari masalah nyata dan dalam bidang kerjanya.

f). Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia seseorang semakin bertambah daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang di

perolehnya semakin membaik. Semakin tua semakin bijaksana ,

semakin banyak informasi yang di jumpai dan makin banyak hal

yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuanya.

3.Tahapan Pengetahuan

Tahapan pengetahuan menurut Benjamin Bloom ( 1956), ada enam

tahapan yaitu sebagai berikut:

a). Tahu ( know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali suatu materi yang

telah di pelajari sebelumnya. Tahu adalah tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

b). Memahami ( comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemempuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui, dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c). Aplikasi (aplikation)

Aplikasi diartikan menggunkan meteri tersebut secara benar.

d). Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen- komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi,dan masih ada kaitanya satu sama

lain.

e). Sintesis (syntesis)

Page 18: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghbungkan bagan-bagan di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

f). Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Pengetahuan perawat dalam mencegah kejadian phlebitis meliputi:

pemahaman perawat tentang phlebitis, penyebab phlebitis, penilaian

terhadap kejadian phlebitis dan usaha yang bisa dilakukan perawat

untuk mencegah kejadian phlebitis di rumah sakit. Pencegahan

nosokomial phlebitis tidak hanya membutuhkan pengetahuan namun

yang jauh lebih penting adalah sikap perawat dalam usaha mencegah

infeksi nosokomial phlebitis.

E. SIKAP

Sikap adalah komponen dari perilaku, diharapkan dengan pengetahuan

yang baik akan mengubah prilaku perawat yang positif untuk merubah

sikap yang merupakan bukti aplikatif keseriusan perawat untuk aktif

dalam mencegah infeksi nosokomial phlebitis. Sikap adalah pernyataan

terhadap obyek, orang atau peristiwa (Stepan,2007). Ini mencerminkan

perasaan seseorang terhadap sesuatu, dalam hal ini orang dan peristiwa

berperan sebagai stimulus. Pengertian lain dari sikap menurut Notoatmojo

(2007) adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap stimulus

atau obyek. Sikap yang ada dalam diri seseorang memerlukan unsur

respon dan stimulus. Output sikap pada diri seseorang dapat berbeda , jika

suka maka seseorang akan mendekat, mencari tahu, dan bergabung,

sebaliknya jika tidak suka maka seseorang akan menghindar atau menjauhi.

Azwar (2013), menyatakan sikap di kategorikan menjadi tiga orientasi

pikiran yaitu: berorientasi pada respon, berorientasi pada kesiapan respon,

dan berorientasi pada skema tradik. Sikap berorientasi pada respon adalah

perasaan mendukung atau memihak (favourable) atau tidak memihak

Page 19: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

(unfavourable) pada suatu obyek. Sikap berorientasi pada kesiapan respon

adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara

tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi sikap diatas dapat di simpulkan bahwa

sikap adalah pernyataan atau reaksi terhadap obyek atau peristiwa melalui

stimulus yang melahirkan perasaan mendukung atau sebaliknya.

1. Komponen Sikap

Menurut (Breckler dalam Azwar 2013) komponen utama sikap adalah

sebagai berikut:

a. Kesadaran

b. Perasaan

c. Perilaku

2. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Sikap

Berikut adalah faktor – faktor yang dapat mempengaruhi sikap

(Azwar,2007)

a) Pengalaman Pribadi

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

c) Pengaruh budaya

d) Media Massa

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

f) Pengaruh faktor emosional

3. Tahapan sikap

a. Menerima

Adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus)

dari luar yang datang kepada dirinya. Misalnya kesadaran untuk

menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi stimulus yang

datang dari luar

b. Menanggapi

Adalah kemampuan individu untuk ikut serta secara aktif dalam

fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya. Tahap ini lebih

tinggi daripada tahap menerima.

Page 20: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

c. Menilai

Adalah memberi nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau

obyek sehingga apabila kegiatan tersebut tidak di kerjakan , akan

menimbulkan perasaan rugi atau penyesalan. Dalam perubahan

prilaku seseorang di sini tidak hanya mau menerima nilai yang

diajarkan, tetapi mereka telah mampu menilai konsep atau fenomena,

yaiyu baik atau buruk.

d. Mengelola

Adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai

baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.

Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari

nilai kedalam organisasi, termasuk di dalamnya hubungan suatu nilai

dengan nilai yang lainya

e. Menghayati

Adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah di miliki

seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah

lakunya. Menghayati merupakan tingkat efektif tertinggi karena

tahap ini telah benar-benar bijaksana. Pada tahap ini telah terbentuk

karakteristik tingkah laku yang menetap, konsisten dan dapat

diamalkan.

4. Sifat Sikap

a. Sikap positif

Kecenderungan tindakan yang dilakukan adalah mendekati,

menyenagi menghararapkan obyek tertentu.

b. Sikap negatif

Kecenderungan tindakan yang dilakukan adalah menjauhi,

menghindar, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau

rangsangan yang berupa pengetahuan, sikap, pengalaman,

keyakinan sosial, budaya, sarana fisik, pengaruh atau rangsangan

yang bersifat internal. Menurut L Green dalam Notoatmojo

Page 21: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

(2007) mengklasifikasikan beberapa faktor yang mempengaruhi

perilaku kesehatan yaitu:

1) Faktor Predisposing

Merupakan faktor internal yang berada dalam diri individu,

kelompok, dan masyarakat, yang mempermudah individu seperti:

pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai- nilai dan budaya.

2) Faktor Pemungkin (enabling)

Merupakan faktor yang memungkinkan individu berprilaku

seperti terwujud dalam lingkungan, fisik, tersedia atau tidak

tersedian fasilitas atau sarana kesehatan.

3) Faktor Penguat atau pendorong (Reinforcing factor)

Merupakan faktor yang menguatkan perilaku seperti terwujud

dalam sikap dukungan dari tenaga kesehatan, serta dukungan dari

keluarga, merupakan reverensi dalam prilaku masyaraakat

5. Sikap Perawat

Sikap perawat adalah pernyataan dan reaksi perawat terhadap obyek atau

peristiwa melalui stimulus yang melahirkan perasaan mendukung dan

sebaliknya.Sikap perawat terhadap pencegahan phlebitis adalah reaksi

perawat berupa respon positif maupun negatif terhadap kejadian phlebitis

dan kesadaran perawat dalam upaya pencegahan phlebitis di rumah sakit

untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Sikap perawat dalam usaha pencegahan phlebitis antara lain:

a) Kesadaran perawat untuk selalu melakukan cuci tangan sebelum dan

sesudah tindakan.

b) Memperhatikan sterilisasi alat.

c) Melakukan tindakan pemasangan infus seauai tahapan SOP.

Page 22: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

d) Melakukan edukasi pada pasien yang terpasang infus untuk tidak

melakukan pergerakan yang berlebihan pada daerah yang terpasang

infus.

e) Melakukan perawatan infus setiap hari.

f) Perhatikan pengenceran obat untuk terapi intravena.

g) Melakukan observasi pada daerah pemasangan infus, untuk mengetahui

tanda –tanda phlebitis.

h) Mengganti balutan infus setiap 24 jam.

i) Perhatikan tanggal dan lama pemasangan, ganti infus pada hari ke tiga

untuk mencegah kejadian phlebitis, (Potter dan Perry, 2005).

F. K

erangka Teori

Faktor Perilaku Predisposing Pengetahuan Sikap Enabling Sarana atau fasilitas yang tersedia Reinforcing

Dukungan dari menejemen Rumah Sakit

Pengetahuan perawat Pengetahuan baik Pengetahuan sedang Pengetahuan kurang

Sikap perawat Sikap positif Sikap negatif

Pemasangan infus

Phlebitis

Page 23: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

Gambar 2.1

Modifikasi teori L Green dan Notoatmojo (2007) dan teori azwar (2013)

G. Kerangka Konsep Gambar 2.2

H. Variabel Penelitian

Pencegahan phlebitis Cuci tangan Sterilitas alat Perawatan infus Pemasangan infus sesuai SOP Ganti infus pada hari ketiga

Pengetahuan perawat

Sikap perawat

Page 24: Jtptunimus Gdl Erisusanti 7608 3 Babii

Penelitian ini menggunakan variabe bebas yaitu pengetahuan perawat dan

variabel terikatnya adalah sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis di

rumah sakit Islam Kendal

I. Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian

a. Ha: Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam

mencegah kejadian phhlebitis di rumah sakit Islam Kendal.

b. Ho: Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam

mencegah kejadian phlebitis di rumah sakit islam Kendal