16
CONTOH KASUS ANAK YANG DI RAWAT DAN PEMBAHASAN I. STRESS DAN PENYEBAB STRES HOSPITALISASI A. STRESOR PADA ANAK WAKTU DI RAWAT. Sebelum kita masuk ke dalam contoh kasus yang akan dibahas sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu stress yang terjadi pada anak ketika dirawat. Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai : 1. Pengalaman yang mengancam 2. Stressor Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena : 1. Anak tidak memahami mengapa dirawat/terluka. 2. Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari. 3. Keterbatasan mekanisme koping. Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi : 1. Tingkat perkembangan usia. 2. Pengalaman sebelumnya. 3. Support sistem dalam keluarga. 4. Keterampilan koping. 5. Berat ringannya penyakit. B. STRESS HOSPITALISASI

Keperawatan Anak Hospitalisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Keperawatan Anak Hospitalisasi

Citation preview

Page 1: Keperawatan Anak Hospitalisasi

CONTOH KASUS ANAK YANG DI RAWAT DAN PEMBAHASAN

I. STRESS DAN PENYEBAB STRES HOSPITALISASI

A. STRESOR PADA ANAK WAKTU DI RAWAT.

Sebelum kita masuk ke dalam contoh kasus yang akan dibahas sebaiknya kita mengetahui

terlebih dahulu stress yang terjadi pada anak ketika dirawat.

Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai :

1. Pengalaman yang mengancam

2. Stressor

Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga.

Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :

1. Anak tidak memahami mengapa dirawat/terluka.

2. Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan

sehari-hari.

3. Keterbatasan mekanisme koping.

Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :

1. Tingkat perkembangan usia.

2. Pengalaman sebelumnya.

3. Support sistem dalam keluarga.

4. Keterampilan koping.

5. Berat ringannya penyakit.

B. STRESS HOSPITALISASI

Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi :

1. Takut

a) Unfamiliarity

b) Lingkungan rumah sakit yang menakutkan

c) Rutinitas rumah sakit

d) Prosedur yang menyakitkan

e) Takut akan kematian

Page 2: Keperawatan Anak Hospitalisasi

2. Isolasi

Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh

pada anak dibawah usia 12 tahun.

Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus (masker, pakaian

isolasi, sarung tangan, penutup kepala) dan keluarga yang tidak dapat bebas

berkunjung.

3. Privasi yang telambat

Terjadi pada anak remaja : rasa malu, tidak bebas berpakaian.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HOSPITALISASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak :

1. Berpisah dengan orang tua dan sibling.

2. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxienties tentang kegelapan, monster, pembunuhan

dan diawali oleh situasi yang asing. binatang buas.

3. Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan

4. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.

5. Prosedur yang menyakitkan

6. Takut akan cacat atau mati.

D. STRESSOR PADA INPLAN

Separation anxiety (cemas karena perpisahan)

1. Pengertian terhadap ralita terbatas sehingga hubungan dengan ibu sangat dekat

2. Kemampuan bahasa terbatas

Respon infant akibat prpisahan dibagi tiga tahap

1. Tahap protes (fase of protes)

Menangis kuat

Menjerit

Menendang

Berduka

Marah

2. Tahap putus asa (phase of despair)

Page 3: Keperawatan Anak Hospitalisasi

Tangis anak mulai berkurang

Murung, diam, sedih, apatis.

Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya

Menghisap jari

Menghindari kontak mata

Berusaha menghindar dari orang yang mendekati

Kadang anak tidak mau makan.

3. Tahap menolak (phase dethacement/denial)

Secara samar anak seakan menerima perpisahan (pura-pura)

Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya

Bermain dengan orang lain

Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain

Anak mulai terlihat gembira

Kehilangan Fungsi Dan Control

Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan pengobatan serta

aktivitas di rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang membuat anak

kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada anak.

Gangguan Body Image dan Nyeri

Infant masih ragu tentang persepsi body image

Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami arti dari

organ tubuhnya, misalnya:sedih/cemas jika trauma atau luka.

Warna seragam perawat/dokter (putih) diidentikkan dengan prosedur tindakan yang

menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant.

Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah berada di

sekitar mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena perpisahan,

kehilangan control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya menghisap jari,

botol.

E. STRESSOR PADA ANAK USIA AWAL (TODDLER & PRA SEKOLAH)

Reaksi emosional ditunjukkan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk

sehat dalam mengatasi stress karena hospitalisasi.

Page 4: Keperawatan Anak Hospitalisasi

1. Pengertian anak tentang sakit

Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini

terjadi, karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar kita.

Anak mempunyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bisa

bermain dengan temannya, mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka

harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi.

Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive,

cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak

menjadi marah.

2. Separation/Perpisahan

Anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua

Anak sering mimpi buruk.

3. Kehilangan Fungsi dan Control

Dengan kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya fungsi motorik biasanya

mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan

yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak menjadi regresi; ngompol

lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan.

4. Restrain/pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas

5. Gangguan body image dan nyeri

Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi

Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan

F. STRESSOR PADA USIA PERTENGAHAN

Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan

1. Pengertian tentang sakit

Anak usia 5-7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat

mereka harus beristirahat di tempat tidur

Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak tentang

penyakit yang dialaminya.

2. Separation/Perisahan

Page 5: Keperawatan Anak Hospitalisasi

Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa

perpisahan terjadi

Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsung lama

Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi anak

sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi cemas.

3. Kehilangan Fungsi Dan Control

Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering

membuat anak frustasi, marah, dan depresi

Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif mereka

terhambat

4. Gangguan body image dan nyeri

Anak mulai menyadari tentang nyeri

Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka inisiasi

G. STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR

1. Pengertian Sakit

Anak mulai memahami konsep sakit yang bisa disebabkan oleh faktor ekstrnal

atau bakteri, virus dan lain-lain.

Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah

2. Separation/Perpisahan

Perpisahan dengan orang tua bukan suatu masalah

Perpisahan dengan teman sebaya/peer group dapat mengakibatkan stress

Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman

3. Kehilangan fungsi control

Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang dialaminya.

4. Gangguan body image

Anak takut menagalami kecacatan dan kematian

Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadapa alat genitalnya

H. STRESSOR PADA ADOLESCENT/REMAJA

1. Pengertian tentang sakit

Page 6: Keperawatan Anak Hospitalisasi

Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat

kompleks

Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bisa mempengaruhi sakit

2. Separation/Perpisahan

Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan

menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya

Anak juga kadang menghina dan mencoba membatasi kontak dengan peer

groupnya jika mereka mengalami kecacatan.

3. Kehilangan fungsi control

Bagi remaja sakit dapat mmepengaruhi fungsi kemandirian mereka

Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengancam konsep diri

remaja

Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri.

4. Gangguan Body Image

Sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya

dan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena

adanya perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh teman/peer

groupnya.

Mengalamai stress apabila dilakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan

organ seksual.

I. STRESSOR DAN REAKSI KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN

HOSPITALISASI ANAK

Jika anak harus menajalani hospitalisasi akan memeberikan pengaruh terhdap anggota

keluarga dan fungsi keluarga (Wong & whaley, 1999)

1. Stressor reaksi orang tua

Reaksi orang tua dipengaruhi oleh:

a) tingkat keseriusan penyakit anak

b) Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi

c) Prosedur pengobatan

d) Kekuatan ego individu

Page 7: Keperawatan Anak Hospitalisasi

e) Kemampuan koping

f) Kebudayaan dan keprcayaan

g) Komunikasi dalam keluarga

2. Reaksi Orang Tua

Pada umumnya raksi orang tua

a) Denial/disbelief

Tidak percaya akan penyakit anaknya.

b) Marah/merasa bersalah

Merasa tidak mampu merawat anaknya

c) Ketakutan, cemas dan frustasi

Tingkat keseriusan penyakit

Prosedur tindakan medis

Ketidaktahuan

d) Depresi

Terjadi setelah masa krisis anak berlalu

Merasa lelah fisik dan mental

Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah

Berhubungan dengan efek samping pengobatan

Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan

e) Reaksi Sibling

Pada umumnya reaksi sibling:

Merasa kesepian

Ketakutan

Khawatir

Marah

Cemburu

Rasa benci

Rasa bersalah

3. Pengaruh pada fungsi keluarga

1. Komunikasi antar keluarga terganggu

2. Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik

Page 8: Keperawatan Anak Hospitalisasi

3. Kehilangan peran orang tua

4. Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan dirawat

5. Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisosial 

II. CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

A. KASUS

Seorang ibu memprotest tindakan petugas laboratorium yang terkesan memaksa

mengambil darah dan menggerak-gerakkan jarum suntik yang masih tertancap di lengan,

saat anaknya dirawat inap di sebuah rumah sakit. Secara sepintas protes tersebut terkesan

benar, sedangkan petugas laboratorium terlihat salah. Apakah memang demikian?

Bagaimanakah sebaiknya orangtua bersikap, pada saat anaknya sakit dan memerlukan

tindakan medik? Rata-rata seorang anak balita (sampai umur 5 tahun) akan mengalami sakit

dan memerlukan rawat inap di rumah sakit 1-2 kali dan menjalani rawat jalan sebanyak 7-10

kali. Tindakan medik yang dilakukan dapat sangat bervariasi, baik sekadar ditimbang berat

badannya, diperiksa fisik dengan stetoskop dalam posisi berbaring, disuntik imunisasi

berulang, difoto rontgen yang sekejap, di-CT Scan atau USG yang agak lama, diambil darah,

diinfus bahkan sampai dioperasi, baik kecil dengan bius lokal maupun besar dengan bius

umum.

Rasa takut, nyeri, asing dan dingin AC ruangan tindakan, sering kali merupakan ‘beban

psikologis’ tambahan yang dirasakan anak, selain rasa sakit dari penyakitnya atau gejala

klinisnya itu sendiri. Tidak ada korelasi yang berarti antara derajat sakit penyakitnya dengan

beban psikologisnya. Sangat sedikit anak dengan derajat sakit ringan, tetapi justru beban

psikologisnya sangat berat, sementara sebagian besar kasus dengan derajat penyakit berat,

malahan justru sangat ringan beban psikologisnya.

Sejak lahir, bayi sudah harus dipaparkan, dikenalkan dan dihadapkan dengan kondisi

nyata di sekitarnya. Apalagi kalau sudah menjadi anak balita, proses tersebut harus lebih

sering lagi, sebab yang nyata di sekitar dapat bersifat hitam atau negatif seperti panas, tajam,

nyeri, bahkan jahat. Anak balita harus dihadapkan dengan banyak situasi, tidak hanya yang

putih atau positif saja seperti halus, bersih, rapi dan ramah.

Orangtua dan pendamping balita yang hanya mengenalkan hal positif, tetapi menutupi hal

yang negatif, akan menciptakan penyimpangan perkembangan kejiwaan anak. Mereka yang

Page 9: Keperawatan Anak Hospitalisasi

lebih bersikap melindungi, dibandingkan yang bertindak mendampingi, haruslah segera

dibetulkan. Sebagian besar anak yang telah mengalami hal negatif dalam pendampingan,

akan berkembang utuh menjadi anak yang berani, berempati, dan berbudi. Sebaliknya,

sebagian kecil anak yang justru jarang mengalami hal negatif atau dilindungi terhadap hal

tersebut, akan berkembang menyimpang menjadi anak yang penakut, minder dan senang

menolak bahkan asosial.

Pada saat anak mengalami sakit dan diharuskan menjalani tindakan medik apapun, anak

kelompok kedua akan bersikap ‘manis’, sedangkan anak yang pertama akan bersikap

sebaliknya. Celakanya, orangtua atau pendamping anak kelompok pertama tetap saja

meneruskan sikapnya yang melindungi dan keliru, namun tidak pernah mau berubah

menjadi mendampingi dan bijak. Ada baiknya orangtua terlebih dahulu menanyakan kepada

petugas medik, apa yang sebaiknya dilakukan, di mana harus berdiri atau bagaimana cara

memegangi anak, sehingga tindakan medik dapat berjalan dengan baik dan tidak memakan

waktu percuma.

Dengan menanyakan hal demikian, petugas medik siapa pun akan dapat bekerja dengan

tenang, tepat dan benar, sehingga komplikasi dan kesalahan tindakan medik yang tidak

perlu, dapat dihindari. Beberapa rumah sakit bahkan sampai menyiapkan sebuah ruang

tindakan khusus untuk anak, bukan di kamar ruang rawat inap pasien, di mana orangtua

dapat menunggu di luar ruangan atau dapat juga mendampingi anak dengan sikap yang

‘enak’, sehingga petugas medik dapat melakukan tindakannya dalam pencahayaan cukup,

ketinggian meja tindakan yang ideal, posisi petugas saat berdiri ataupun duduk yang

kesemuanya serba nyaman. Hampir semua tindakan medik, baik yang sederhana seperti

pemeriksaan dengan stetoskop, sampai yang agak rumit seperti pemasangan infus atau

pengambilan sampel darah anak, dapat disalah mengerti oleh orangtua, pendamping anak

ataupun keluarga lainnya yang awam.

Tindakan tersebut sering kali ditawar untuk dibatalkan, ditunda bahkan ditolak dengan

tegas oleh orangtua dengan alasan non-medik, rasa kasihan terhadap anak yang kurang tepat,

bahkan sering dengan alasan yang tidak jelas (definitif). Segala tindakan medik memang

harus dimintakan persetujuan pasien, orangtua atau keluarga terdekat, baik dalam

persetujuan tertulis (informed consent), terutama untuk tindakan medik besar ataupun lisan

(verbal), untuk tindakan medik sederhana.

Page 10: Keperawatan Anak Hospitalisasi

Persetujuan atau tidak, selayaknya hanya didasari oleh alasan medik saja, bukan alasan

yang lain. Setelah persetujuan tersebut dipastikan, sebaiknya orangtua, pendamping ataupun

keluarga memposisikan diri dalam keadaan khusus, mengurangi campur tangan dalam aspek

kompetensi, menyerahkan dan mempercayakan sepenuhnya kepada otonomi petugas medik,

sehingga mereka berada dalam situasi sangat ideal untuk melakukan tindakan medik yang

direncanakan dan telah disetujui.

Dengan mendampingi anak secara benar, bukan melindunginya secara melenceng, maka

tindakan medik yang dilakukan akan semakin mungkin berhasil baik, penyakit anak akan

semakin mudah didiagnosis, anak akan lebih cepat sembuh, pengalamannya di rumah sakit

bukan lagi menjadi hal yang menakutkan dan protes yang tidak bijaksana melalui surat

pembaca di koran dapat dihindari. Selain itu, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang

berani, kreatif dan matang, bukan sosok yang penakut, pemrotes dan traumatis melenceng.

B. PEMBAHASAN

Perawat anak terlibat dalam setiap aspek tumbang anak dan keluarganya. Perawat sangat

berperan dalam keperawatan anak terutama bila anak dirawat di rumah sakit dan berfokus

pada keadaan atau kesehatan seorang anak dan keluarganya.

Dalam kasus diatas, perawat harus dapat melaksanakan peranya sebagai family advocacy

karena perawat dalam mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan serta merencanakan intervensi

atau prosedur perawatan terbaik untuk menanggulangi masalah pada anak sangat

membutuhkan kerjasama dengan orangtua. Informasi yang adequat tentang treatment dan

prosedur, terlibat asuhan keperawatan sangat perlu untuk orangtua sehingga orang tua dapat

mendukung praktek pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga medis sehingga

dapat tercapai pelayanan yang optimal bagi anak.

Health teaching sangat dibutuhkan, perawat dapat mengajarkan kepada orangtua

bagaimana cara mendampingi anak pada saat dilakukan berbagai tindakan atau prosedur

medis untuk perawatan anak sehingga dapat mengatasi rasa cemas, takut, marah, dan nyeri.

Dan dengan diberikannya suatu pendidikan atau pengajaran tentang kesehatan atau prosedur

tindakan medik untuk anak, orangtua akan mengerti pentingnya hal itu dilakukan untuk

perawatan anak. Sehingga orang tua dapat mendukung secara aktif mendampingi anak

dalam proses perawatan / mendapatkan tindakan medik dari perawat.

Page 11: Keperawatan Anak Hospitalisasi

Orang tua harus dapat bersikap bijaksana dalam menyikapi berbagai intervensi pelayanan

keperawatan yang akan dijalankan tim kesehatan bagi anaknya. Orang tua harus

mengembangkan sikap percaya dan yakin kepada perawat / tim kesehatan lain dalam

melakukan berbagai prosedur medis yang dilakukan. Sehingga akan tercapai pelayanan

perawatan yang terbaik untuk pemulihan kesehatan anak.

C. SARAN

Anak yang dirawat dirumah sakit, perlu didampingi oleh orang tua agar tidak

menimbulkan rasa takut dan stress, sehingga mempercepat kesembuhan dari anak. Perawat

memiliki peran sebagai famili advocacy/caring harus bekerjasama dengan anggota keluarga

anak dalam tindakan/prosedur pemberian asuhan keperawatan untuk mengidentifikasi tujuan

dan kebutuhan serta nerencanakan intervensi terbaik untuk menanggulangi masalah.

Perawat juga memiliki peran untuk dapat koordinasi / kolaborasi untuk bekerjasama dengan

tim kesehatan lain untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada anak.

Untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak

1. Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan

2. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga

3. Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak

4. Beri dukungan pada anak dan keluarga

5. Beri informasi yang akurat

6. Sedapat mungkin menciptakan lingkungan yang nyaman pada anak