21
LAPORAN PRAKTIKUM BATU DOSEN: 1. Suselo Utoyo,ST .,MMT 2. Moh. Charits,ST OLEH: ARIFIN SALEH (1041320069) SATRIA KUSUMAWARDANA (1041320010) VICTORIO JOHAN OKI RAMADHAN WIDIASTI DWITA RAHMADHANI (1041320052) KELAS 1 – MRK 1 JURUSAN TEKNIK SIPIL

LAPORAN BENGKEL.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN BENGKEL.doc

LAPORAN

PRAKTIKUM BATUDOSEN:

1. Suselo Utoyo,ST .,MMT

2. Moh. Charits,ST

OLEH:

ARIFIN SALEH (1041320069)

SATRIA KUSUMAWARDANA (1041320010)

VICTORIO JOHAN OKI RAMADHAN

WIDIASTI DWITA RAHMADHANI (1041320052)

KELAS 1 – MRK 1

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI MALANG

Page 2: LAPORAN BENGKEL.doc

I. TANGGAL PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober - 5 November 2010

II. TEMA PRAKTIKUM

Pada praktikum ini mengambil tema “Praktek Batu”

III. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari praktikum ini antara lain, yaitu:

1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prosedur yang benar tentang

pemasangan dinding hingga keramik.

2. Mahasiswa dapat memperhitungkan berapa banyak bahan yang dibutuhkan dalam

pembuatan per meter persegi.

IV. PERMASALAHAN

1. Apa saja bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan dinding?

2. Bagaimana prosedur yang benar dalam proses pembuatan dinding?

3. Berapa jumlah bahan dalam pembuatan dinding tiap meter persegi?

V. ALAT DAN BAHAN

V.I. ALAT

Adapun alat-alat yang diperlukan dalam praktikum ini antar lain:

1. Sendok Spesi

Sendok spesi adalah alat yang digunakan untuk mengambil spesi dan meletakkan

spesi pada bidang yang akan diberi spesi, misal bata dan keramik. Sendok spesi

memilki wadah berbentuk sigitiga dengan panjang sama dengan panjang satu batu

bata, dengan handle seperti leher angsa. Spesi yang diambil dengan sendok ini

merupakan ukuran yang pas dengan spesi yang dibutuhkan dalam pemasangan

satu bata. Sisi sendok yang berbentuk segitiga dapat digunakan untuk mengukur

Page 3: LAPORAN BENGKEL.doc

kelurusan pasangan bata. Selain itu, bila sendok ini digunakan untuk mengangkat

satu buah bata akan terasa lebih ringan daripada menggunakan sendok spesi biasa,

sebab momen gaya yang dihasilkan terpusat ditengah. Hal ini dikarenakan handle

sendok yang berbentuk leher angsa.

2. Ruskam

Ruskam adalah alat yang digunakan pada saat proses finishing. Bedasarkan bahan

pembuatnya, ruskam dibedakan menjadi ruskam kayu dan plat yang masing-

masing dibedakan pula penggunaannya. Ruskam kayu digunakan untuk finishing

lapisan ke-2, yaitu campuran kapur, pasir dan air. Sedangkan ruskam plat

digunakan untuk proses finishing lapisan ke-3 yang merupakan campuran air dan

kapur saja. Selain itu, juga dikenal ruskam penggores yang digunakan untuk

menggores atau meratakan spesi yang terlanjur memadat.

3. Penggaris siku

Alat ini digunakan dalam menentukan siku tidaknya suatu sisi, misal dalam

praktikum untuk menentukan siku area pemasangan bata. Alat ini memiliki

panjang sisi yang tidak sama.

Page 4: LAPORAN BENGKEL.doc

4. Siku Besi

Alat ini digunakan untuk mengetahui sudut siku antara pasangan bata.

.

5. Line Bobin

Berbentu segitiga kecil, digunakan sebagai patokan dalam membuat garis

lurus/batasan antara pasangan bata, sehingga dinding menjadi lurus. Diperlukan

benang sebagai pasangan mutlak dalam penggunaan alat ini.

6. Unting-unting

Alat ini digunakan untuk menentukan tegak tidaknya suatu dinding. Berbentuk

seperti mata rudal dan dibutuhkan benang sebagi media penggantungnya.

Page 5: LAPORAN BENGKEL.doc

7. Kuas

Alat ini digunakan untuk membersihkan sisa spesi yang terlanjur kering diantara

pasangan bata.

8. Kapur tulis

Digunakan untuk memberi tanda di lapangan.

9. Waterpass

Alat ini seperti penggaris, namun memiliki penujuk sifat datar, yaitu sebuah pipa

kecil dengan gelembung air. Alat ini dapat menentukan sifat datar horizontal dan

vertical.

10. Meteran Lipat

Alat ini merupakan pengukur panjang, namun dapat dilipat. Panjang alat ini

adalah 100 cm.

Page 6: LAPORAN BENGKEL.doc

11. Meteran Roll

Alat ini merupakan pengukur panjang berupa roll yang panjangnya bervariasi.

Kelompok kami menggunakan meteran roll dengan panjang 5 meter.

12. Benang

Digunakan sebagi pasangan line bobbin untuk membatasi daerah pasangan bata

dan digunakan sebagai pasangan unting-unting untuk menentukan kedataran

bidang vertical.

13. Palu

Digunkan untuk menancapkan paku pada bidang atau membongkar pasangan

bata.

14. Timba

Digunakan sebagai wadah air atau sebagai penentu takaran dari campuran.

Page 7: LAPORAN BENGKEL.doc

V.II. BAHAN

Bahan-bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini yaitu:

1. Pasir yang telah diayak sebelumnya

2. Bata. Mutu bata berbeda-beda tergantung dari produsen yang memproduksi.

Berikut beberapa ciri-ciri bata yang bermutu tinggi:

a. Bata yang masih baru tidak memiliki retak rambut.

b. Memiliki sudut presisi.

c. Warna bata coklat tua.

d. Suara yang dihasilakn bata nyaring apabila dipukul.

e. Apabila bata tersebut dijatuhkan, maka pecahannya berupa potongan bukan

serpihan. Potongan yang ditoleransi maksimal tiga potongan bata.

3. Kapur sebagai pengganti semen (pada penggunaan yang semestinya).

4. Air.

JADWAL KEGIATAN PELAKSANAAN PRAKTEK BATU

NO. TANGGAL JENIS KEGIATAN

1. 10 November 2008 a. Perkenalan alat penjelasan secara teori.

2. 11 November 2008 a. Persiapan alat dan bahan.

b. Memulai memasang rolak.

c. Memulai membuat susunan bata

d. Membersihkan dan menyimpan alat.

3. 12 November 2008 a. Persiapan alat dan bahan.

b. Meneruskan membuat susunan bata.

c. Menambah konstruksi dinding dengan pilar.

d. Membersihkan dan menyimpan alat.

4. 13 November 2008 a. Persiapan alat dan bahan.

b. Menyelesaikan membuat susunan bata.

Page 8: LAPORAN BENGKEL.doc

c. Membersihkan dan menyimpan alat.

5. 14 November 2008 a. Penjelasan teori plesteran.

b. Persiapan alat dan bahan.

c. Membuat plesteran lapisan 1.

d. Membersihkan dan menyimpan alat.

6. 17 November 2008 a. Persiapan alat dan bahan.

b. Membuat plesteran lapisan 2.

c. Membersihkan dan menyimpan alat.

7 18 November 2008 a. Persiapan alat dan bahan.

b. Membuat plesteran lapisan 3.

c. Membersihkan dan menyimpan alat.

8. 19 November 2008 a. Penjelasan teori pemasangan keramik.

b. Persiapan alat dan bahan.

c. Memasang keramik dinding.

d. Membersihkan dan menyimpan alat.

9. 20 November 2008 a. Persiapan alat dan bahan.

b. Memasang keramik lantai.

c. Membersihkan dan menyiapkan alat.

10. 21 November 2008 a. Penjelasan teori dan persiapan alat.

b. Pembokaran konstruksi.

c. Pemcucian alat.

d. Membersihkan bahan yang masih bisa

dipergunakan lagi.

e. Menyimpan alat dan bahan.

f. Pembersihan lokasi.

g. Penutup.

VI. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini, terbagi menjadi beberapa tahapan yang masing-masing

memiliki aturan pembuatan dan fungsi masing-masing. Adapun tahapan-tahapan

tersebut yaitu:

a. Pemasangan rolak

Page 9: LAPORAN BENGKEL.doc

Rolak adalah lapisan dasar dari susunan dinding yang tersusun dari bata dengan

posisi tegak pada sisi panjangnya. Rolak dibuat dengan susunan yang demikian

dimaksudkan agar momen yang didapat mampu ditahan lebih besar. Pada

praktikum ini menggunakan rolak sepanjang enam bata memanjang, yaitu kurang

lebih 12 bata disusun vertical pada sisi panjangnya. Ruang antar spesi yang

dijinkan adalah 0,8-1,2 cm. Jika lebih dari itu ditakutkan akan terjadi penyusutan

dikemudian hari.

Langkah kerja:

1. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan. Adapun alat yang dibutuhkan

antara lain sendok spesi, line bobbin, benang, waterpass, penggaris siku, tempat

adukan, kaleng.

2. Menyediakan bahan yang dibutuhkan, yaitu pasir kapur, dan bata. Pasir didapat

dengan mengayaknya terlebih dahulu.

3. Membuat adukan dengan perbandingan 1 kapur : 4 pasir + air secukupnya.

Pastikan adukan tidak terlalu encer atau padat.

4. Menentukan bidang yang akan dibuat rolak. Untuk membuat siku antar

pasangan rolak dapat menggunakan bantuan penggaris siku.

5 Menempatkan adukan pada tempat yang akan disusun rolak.

6. Membuat kepala pasangan, yaitu tiga buah bata yang diletakkan diujung acuan

dan pada siku.

7. Memasang line bobin yang telah diikatkan benang sebagai pengukur kelurusan

pasangan rolak pada ujung bata kepala pasangan.

8. Memasang satu persatu bata pada spesi yang telah tersedia pada jalur rolak.

Tiap pemasangan dua atau tiga bata diukur kedatarannya menggunakan

waterpass. Dalam pemasangan juga perlu diperhatikan kelurusan pasangan

bata.

9. Setelah selesai pemasangan rolak, perlu dicek kedatarannya antara sisi rolak.

Page 10: LAPORAN BENGKEL.doc

b. Pemasangan dinding

Pada praktikum ini dinding yang dibuat adalah 12 lapis dengan 2 pilar pada

masing-masing ujung dinding. Pada dinding juga ditentukan besarnya ruang antar

spesi yang diijinkan, yaitu 0,8-1,2 cm, baik ruang vertical maupun ruang

horizontal.

Langkah kerja:

1. Rolak yang telah selesai dibuat kemudian dilanjutkan dengan memberikan

spesi pada bagian atas rolak yang kemudian akan digunakan untuk

pemasangan dinding lapis pertama.

2. Membuat dinding lapis pertama. Pilar lapis pertama ini tersusun dari satu bata

yang diposisikan memanjang searah dengan pasangan rolak dan sisi dalamnya

diisi dengan separuh bata.

3. Setiap 2 atau 3 pasangan bata diukur kedatarannya menggunakan waterpass.

Membuat dinding lapis kedua. Pada pembuatan pilar lapis kedua, bata disusun

memanjang searah pasangan rolak. Bata untuk dinding disusun dengan arah

memanjang sepanjang rolak.

Page 11: LAPORAN BENGKEL.doc

4. Melanjutkan pembuatan dinding lapis 2 setelah pemasangan pilar pada lapis 2

yang langkahnya sama dengan pembuatan dinding lapis pertama.

5. Mengulang langkah 2, 3, 4, 5 dalam membuat pilar dan dinding pada lapisan

berikutnya hingga dinding lapis 12.

6. Setelah lapis 12 selesai, pada permukaan atas lapis ini tetap harus dilapisi

spesi, juga harus diukur kedatarannya menggunakan waterpass.

c. Lapisan 1

Setelah dinding dengan 12 lapis bata selesai, barulah kemudian membuat lapisan

permukaan dinding 1. Lapisan permukaan ini memiliki tebal kurang dari atau

samam dengan 0,5 cm. Fungsi lapisan ini adalah sebagai lapisan paling dasar

sebelum proses finishing. Namun apabila tidak melalui proses finishing, lapisan

ini berfungsi sebagai perekat dari spesi keramik ke dinding.

Langkah kerja:

1. Membuat adukan dengan perbandingan 1 kapur : 2 pasir + air secukupnya.

Pastikan adukan tidak terlalu encer juga tidak terlalu padat.

2. Setelah adukan selesai, sedikit demi sedikit spesi ditaburkan pada dinding

dengan tebal lapisan maksimal 0,5 cm.

3. Lapisan 1 ini dibuat seluas ¾ dari luas permukaan dinding.

4. Menunggu hingga kering lapisan 1 sebelum kemudian dilanjutkan dengan

lapisan 2.

Page 12: LAPORAN BENGKEL.doc

d. Lapisan 2

Setelah lapisan 1 selesai, berikutnya membuat lapisan 2. Lapisan ini dibuat lebih

halus dari lapisan 1. Lapisan ini berfungsi sebagai dasar dari lapis 3 (finishing).

Tebal lapisan ini diijin,kan hingga 1 cm. Jika lebih dari itu dimungkinkn akan

terjadi retakan (retak rambut). Dalam mengerjakan lapisan 2 ini diperlukan

bantuan ruskam kayu untuk menempelkan dan meratakan spesi pada permukaan

lapis1 dan tongkat aluminium untuk meratakan ketebalan permukaan dengan

kepala pasangan sebagai acuan..

Langkah kerja:

1. Membuat adukan dengan perbandingan 1 kapur : 4 pasir + air. Pastikan

adukan tidak terlalu encer juga tidak terlalu padat.

2. Mengambil spesi dengan sendok spesi kemudian memindahkannya pada

ruskam kayu.

3. Lapisan ini dibuat seluas ½ kali luas dinding.

4. Membuat kepala pasangan sebagai acuan tebalnya permukaan.

5. Meratakan spesi dengan ruskam kayu hingga setengah permukaan dinding.

Page 13: LAPORAN BENGKEL.doc

6. Setelah permukaan tertutupi spesi, dengan menggunakan plat aluminium,

kemudian diratakan permukaan tersebut dengan kepala pasangan sebagai

acuan ketebalan permukaan.

7. Menunggu lapisan 2 hingga benar-benar kering untuk kemudian dilakukan

proses finishing/ acian.

e. Lapisan 3

Setelah lapisan 2 selesai, baru kemudian dilanjutkan dengan lapisan 3 atau yang

sering disebut acian. Lapisan ini berfungsi sebagai finishing. Ketebalan lapisan ini

diijinkan hingga 0,5 cm. Dalam mengerjakan acian diperlukan ruskam plat

sebagai alat untuk meratakan acian.

Langkah kerja:

1. Membuat adukan, yaitu campuran kapur dan air saja. Pastikan adukan ini

tidak terlalu encer dan juga tidak terlalu padat.

2. Mengambil adukan, kemudian menaruhnya pada ruskam plat untuk kemudian

diratakan pada lapisan 2.

3. Lapisan ini dibuat dengan luas ½ luas lapisan 2.

4. Dalam meratakan dari arah bawah ke atas.

5. Menunggu acian hingga kering

Page 14: LAPORAN BENGKEL.doc

f. Pemasangan keramik dinding

Keramik dinding sebenarnya dipasang sesaat setelah lapisan 1 selesai. Namun,

karena pada praktikum ini mahasiswa dituntut untuk mengerti tentang lapisan

yang ada pada dinding, maka lapisan 2 dan 3 dibongkar. Hal ini bertujuan agar

lapisan 1 terlihat untuk kemudian dipasang keramik dinding. Keramik yang

digunakan memiliki ukran 20 x 25 cm.

Langkah kerja:

1. Membuat adukan dengan perbandingan 1 kapur : 4 pasir + air.

2. Menentukan batasan untuk keramik dengan menggunakan paku dan benang.

3. Meletakkan spesi pada bagian belakang keramik.

4. Menempelkan keramik pada dindng.

5. Setiap pemasangan 1 atau 2 keramik, diukur kedatarannya dengan waterpass..

Page 15: LAPORAN BENGKEL.doc

g. Pemasangan keramik lantai

Prinsip pemasangan keramik lantai sebenarnya sama dengan keramik dinding,

hanya saja bidang yang yang disediakan mendatar. Keramik yang digunakan

memiliki ukuran 30 x 30 cm.

Langkah kerja:

1. Membuat adukan dengan perbandingan 1 kapur + 4 pasir + air.

2. Menentukan batasan untuk keramik meggunakan paku dan benang.

3. Meletakkan spesi pada bagian belakang keramik

4. Menempelkan keramik pada lantai

5. Setiap pemasangan 1 atau 2 keramik diukur kedatarannya dengan waterpass.

Page 16: LAPORAN BENGKEL.doc

V.II. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan data ditarik kesimpulan sebagi berikut:

1.

DAFTAR PUSTAKA