63
I. PENDAHULUAN I.1 Pengertian Penyakit Penyakit tumbuhan yaitu setiap kerusakan pada tumbuhan yang berkaitan dengan pengambilan nutrisi, mineral, dan air, atau gangguan sintesis bahan makanan, translokasi dan metabolisme sedemikian rupa sehingga mempengaruhi penampakan dan atau hasil tumbuhan bila dibandingkan dengan tumbuhan sehat atau normal dari varietas tumbuhan yang sama. Penyakit Tumbuhan adalah ketidaknormalan pada tumbuhan akibat serangan patogen atau gangguan faktor lingkungan yang dinampakkan dalam bentuk gejala kerusakan pada tumbuhan. (Abadi, 2003) I.2 Mekanisme Terjadinya Penyakit Pada penyakit tumbuhan yang infeksius (menular) ada beberapa rangkaian kejadian yang berurutan satu dengan yang lainnya. Ada dua rangkaian kejadian penting, yaitu siklus hidup patogen dan siklus penyakit. Rangkaian kejadian tersebut berperan dalam perkembangan patogen dan perkembangan penyakit. Siklus hidup patogen dimulai dari tumbuh sampai menghasilkan alat reproduksi. Siklus penyakit meliputi perubahan- perubahan patogen di dalam tubuh tanaman dan rangkaian perubahan tanaman inang serta keberadaan patogen (siklus hidup patogen) di dalamnya dalam rentang waktu tertentu selama masa pertumbuhan tanaman. Kejadian

LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan ipt

Citation preview

Page 1: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

I. PENDAHULUAN

I.1 Pengertian Penyakit

Penyakit tumbuhan yaitu setiap kerusakan pada tumbuhan yang berkaitan

dengan pengambilan nutrisi, mineral, dan air, atau gangguan sintesis bahan

makanan, translokasi dan metabolisme sedemikian rupa sehingga mempengaruhi

penampakan dan atau hasil tumbuhan bila dibandingkan dengan tumbuhan sehat

atau normal dari varietas tumbuhan yang sama. Penyakit Tumbuhan adalah

ketidaknormalan pada tumbuhan akibat serangan patogen atau gangguan faktor

lingkungan yang dinampakkan dalam bentuk gejala kerusakan pada tumbuhan.

(Abadi, 2003)

I.2 Mekanisme Terjadinya Penyakit

Pada penyakit tumbuhan yang infeksius (menular) ada beberapa rangkaian

kejadian yang berurutan satu dengan yang lainnya. Ada dua rangkaian kejadian

penting, yaitu siklus hidup patogen dan siklus penyakit. Rangkaian kejadian

tersebut berperan dalam perkembangan patogen dan perkembangan penyakit.

Siklus hidup patogen dimulai dari tumbuh sampai menghasilkan alat reproduksi.

Siklus penyakit meliputi perubahan-perubahan patogen di dalam tubuh tanaman

dan rangkaian perubahan tanaman inang serta keberadaan patogen (siklus hidup

patogen) di dalamnya dalam rentang waktu tertentu selama masa pertumbuhan

tanaman. Kejadian penting dalam siklus penyakit meliputi : inokulasi (penularan),

penetrasi (masuk tubuh), infeksi (pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan

serangan ke jaringan lain), penyebaran ke tempat lain dan pertahanan patogen.

a. Inokulasi atau penularan

Bagian dari patogen atau patogen yang terbawa agen tertentu yang

mengadakan kontak dengan tanaman disebut inokulum atau penular. Dengan

demikian inokulum merupakan bagian dari patogen atau patogen itu sendiri

yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman.

Langkah-langkah yang terjadi pada proses inokulasi, dimulai dari :

inokulum patogen sampai ke permukaan tubuh tanaman inang melalui

perantaraan angin, air, serangga dan sebagainya. Meskipun inokulum yang

Page 2: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

dihasilkan patogen banyak sekali tetapi yang dapat mencapai tanaman inang

yang sesuai hanya sedikit sekali. Beberapa tipe inokulum yang terbawa

tanah, seperti zoospora dan nematoda dapat mencapai tanaman inang yang

sesuai melalui substansi yang dikeluarkan oleh akar tanaman.

b. Penetrasi

Patogen melakukan penetrasi dari permukaan tanaman ke dalam sel,

jaringan atau tubuh tanaman inang melalui empat macam cara, yaitu secara

langsung menembus permukaan tubuh tanaman, melalui lubang-lubang

alami, melalui luka, dan melalui perantara (pembawa, vektor). Ada patogen

yang dapat melakukan penetrasi melalui beberapa macam cara dan ada pula

yang hanya dapat melakukan penetrasi melalui satu macam cara saja. Sering

patogen melakukan penetrasi terhadap sel-sel tanaman yang tidak rentan

sehingga patogen tidak mampu melakukan proses selanjutnya atau bahkan

patogen mati tanpa menyebabkan tanaman menjadi sakit.

c. Infeksi

Infeksi merupakan suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan

nutrien (‘sari makanan’) dari inang. Proses ini terjadi setelah patogen

melakukan kontak dengan sel-sel atau jaringan rentan dan mendapatkan

nutrien dari sel-sel atau jaringan tersebut. Selama proses infeksi, patogen

akan tumbuh dan berkembang di dalam jaringan tanaman.

Infeksi yang terjadi pada tanaman inang, akan menghasilkan gejala

penyakit yang tampak dari luar seperti : menguning, berubah bentuk

(malformasi), atau bercak (nekrotik). Beberapa proses infeksi dapat bersifat

laten atau tidak menimbulkan gejala yang tampak mata, akan tetapi pada saat

keadaan lingkungan lebih sesuai untuk pertumbuhan patogen atau pada

tingkat pertumbuhan tanaman selanjutnya, patogen akan melanjutkan

pertumbuhannya, sehingga tanaman menampakan gejala sakit.

d. Invasi

Invasi merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen

setelah terjadi infeksi. Individu jamur dan tumbuhan parasitik umumnya

melakukan invasi pada tanaman dimulai sejak proses infeksi dengan cara

Page 3: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

tumbuh dalam jaringan tanaman inang, sehingga tanaman inang selain

kehilangan nutrien, sel-selnya atau jaringan juga rusak karenanya.

e. Penyebaran

Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau

inokulum dari sumbernya ke tempat lain. Penyebaran patogen dapat terjadi

secara aktif maupun pasif. Penyebaran pasif yang berperan besar dalam

menimbulkan penyakit, yaitu dengan perantaraan angin, air, hewan (terutama

serangga), dan manusia. Beberapa patogen dapat melakukan penyebaran

secara aktif, misalnya nematoda, zoospora dan bakteri motil. Ketiga macam

inokulum ini mampu berpindah dalam jarak yang relatif pendek (mungkin

hanya beberapa milimeter atau sentimeter) dengan menggunakan kekuatan

sendiri sehingga kurang efektif dari segi perkembangan penyakit.

(Purnomo, 2006)

I.3 Cara Patogen Menyerang Tumbuhan

Patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara guna

memperoleh zat makanan yang dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang.

Untuk dapat masuk kedalam inang patogen mampu mematahkan reaksi

pertahanan tumbuhan inang. Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan

sekresi zat kimia yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari

tumbuhan dan juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang.

Beberapa cara patogen untuk dapat masuk kedalam inang diantaranya dengan

cara mekanis dan cara kimia.

a. Cara Mekanis

Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara penetrasi

langsung ke tumbuhan inang. Dalam proses penetrasi ini seringkali dibantu

oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk melunakkan dinding sel. Pada

jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan penetrasi

sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang

tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung pipih yang biasa

disebut dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk ke dalam lapisan

kutikula dan dinding sel.

Page 4: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

b. Cara Kimia

Pengaruh patogen terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya karena

proses biokimia akibat dari senyawa kimia yang dikeluarkan patogen atau

karena adanya senyawa kimia yang diproduksi tumbuhan akibat adanya

serangan patogen. Substansi kimia yang dikeluarkan patogen diantaranya

enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat substansi kimia

tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap kerusakan inang.

Misalnya saja, enzim sangat berperan terhadap timbulnya gejala busuk basah,

sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya bengkak akar atau

batang. Selain itu toksin berpengaruh terhadap terjadinya hawar.

■ Enzim

Secara umum, enzim dari patogen berperan dalam memecah struktur

komponen sel inang, merusak substansi makanan dalam sel dan merusak

fungsi protoplas. Toksin berpengaruh terhadap fungsi protoplas,

merubah permeabilitas dan fungsi membran sel. Zat tumbuh

mempengaruhi fungsi hormonal sel dalam meningkatkan atau

mengurangi kemampuan membelah dan membesarnya sel. Sedang

polisakarida hanya berperan pasif dalam penyakit vaskuler yang

berkaitan dengan translokasi air dalam inang  dan ada kemungkinan

polisakarida bersifat toksik terhadap sel tumbuhan.

Enzim oleh sebagian besar jenis patogen dikeluarkan setelah kontak

dengan tumbuhan inang. Tempat terjadinya kontak antara patogen

dengan permukaan tumbuhan adalah dinding sel epidermis yang terdiri

dari beberapa lapisan substansi kimia. Degradasi setiap lapisan tersebut

melibatkan satu atau beberapa enzim yang dikeluarkan patogen.

■ Toksin

Toksin merupakan substansi yang sangat beracun dan efektif pada

konsentrasi yang sangat rendah. Toksin dapat menyebabkan kerusakan

pada sel inang dengan merubah permeabilitas membran sel, inaktivasi

atau menghambat kerja enzim sehingga dapat menghentikan reaksi-

reaksi enzimatis. Toksin tertentu juga bertindak sebagai antimetabolit

Page 5: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

yang mengakibatkan defisiensi faktor pertumbuhan esensial. Toksin

yang dikeluarkan oleh patogen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

patotoksin, vivotoksin dan fitotoksin. 

Patotoksin. Toksin yang sangat berperan dalam menentukan tingkat

keparahan penyakit. Berdasarkan luas kisaran inangnya patotoksin

digolongkan menjadi dua, yaitu spesifik dan non-spesifik. Vivotoksin

dan fitotoksin umumnya bersifat non-spesifik.

Vivotoksin. Substansi kimia yang diproduksi oleh patogen dalam

tumbuhan inang dan/atau oleh inang itu sendiri yang ada kaitanya

dengan terjadinya penyakit, tetapi toksin ini bukan agen yang memulai

terjadinya penyakit. Beberapa kriteria yang ditunjukkan oleh vivotoksin

diantaranya: dapat dipisahkan dari tumbuhan inang sakit, dapat

dipurifikasi dan karakterisasi kimia, menyebabkan dari sebagian gejala

kerusakan pada tumbuhan sehat, dan dapat diproduksi oleh organisme

penyebab penyakit.

Fitotoksin. Toksin yang diproduksi oleh parasit yang dapat

menyebabkan sebagian kecil atau tidak sama sekali gejala kerusakan

pada tumbuhan inang oleh pathogen. Tidak ada hubungan antara

produksi toksin oleh patogen dengan patogenesitas penyebab penyakit.

■ Zat Tumbuh

Zat tumbuh yang terpenting yaitu auksin, giberellin dan sitokinin,

selain itu etilen dan penghambat tumbuh juga memegang peranan

penting dalam kehidupan tumbuhan. Patogen tumbuhan dapat

memproduksi beberapa macam zat tumbuh atau zat penghambat yang

sama dengan yang diproduksi oleh tumbuhan, dapat memproduksi zat

tumbuh lain atau zat penghambat yang berbeda dengan yang ada dalam

tumbuhan, atau dapat memproduksi substansi yang merangsang atau

menghambat produksi zat tumbuh atau zat penghambat oleh tumbuhan.

■ Polisakarida

Page 6: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Beberapa patogen mungkin dapat mengeluarkan substansi lender

yang menyelubungi tubuh patogen tersebut untuk melindungi diri dari

faktor lingkungan luar yang tidak menguntungkan. Peranan polisakarida

pada penyakit tumbuhan hanya terbatas pada layu. Pada vaskuler,

polisakarida dalam jumlah yang cukup banyak akan terakumulasi pada

xilem yang akan menyumbat aliran air pada tanaman. 

(Abadi, 2003)

Page 7: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

II. ISOLASI PATOGEN

II.1Pengertian Isolasi

Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau

lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh

biakan yang murni. Patogen dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus

menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi

terkontaminasi karena mikroorganisme lain.

(Singleton dan Sainsbury, 2006)

II.2Gejala Yang Ditimbulkan Oleh Patogen

a. Phakopsora pachyrrizi

Gejala umum penyakit ini terjadi pada saat tanaman selesai berbunga. Bintik-

bintik coklat lebih banyak nampak di permukaan daun bagian bawah. Apabila

daun disentuh sporanya menyerupai tepung berwarna coklat bertaburan. Penyakit

ini dapat mengurangi fotosintesa sehingga serangannya berat banyak polong yang

tidak terisi penuh (Suprapto, 1990).

Gejala tampak pada daun, tangkai, dan kadang-kadang pada batang. Mula-

mula di sini terjadi bercak-bercak kecil kelabu atau bercak yang sedikit demi

sedikit berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak-bercak karat terlihat

sebelum bisul-bisul (pustul) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut, karena

dibatasi oleh tulang-tulang daun di dekat tempat terjadinya infeksi. Pada

perkembangan tanaman berikutnya, setelah tanaman mulai berbunga, bercak-

bercak menjadi lebih besar atau kadang-kadang bersatu dan menjadi coklat tua

bahkan hitam. Pada umumnya gejala karat mula-mula tampak pada daun-daun

bawah, yang lalu berkembang ke daun-daun yang lebih muda. Bercak-bercak,

meskipun umumnya terdapat pada sisi bawah, dapat juga terbentuk pada sisi atas

daun (Semangun, 1993).

Penyakit ini menyerang tanaman kedelai yang umurnya belum tua, dan pada

tanaman seperti ini dapat menyebabkan hampanya polong. Pada tanaman yang

Page 8: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

telah berumur lebih dari 65 hari penyakit tidak berpengaruh terhadap

produktivitas biji kedelai (Matnawy, 1989).

Gejala penyakit karat tampak pada daun, tangkai daun dan kadang-kadang

pada batang, yang mula-mula terbentuk bercak-bercak dan kemudian berkembang

menjadi bisul (pustul) yang berwarna seperti karat. Pada umumnya serangan

terjadi pada permukaan bawah daun dan serangan awal biasanya terjadi pada

daun-daun bawah yang kemudian berkembang ke daun yang lebih atas (Yusmani

dan Sumartini, 2001).

Gambar Gejala yang Disebabkan Phakopsora pachyrrizi (Google, 2015)

b. Hemileia vastatrix

Gejala tanaman yang terserang, daun yang sakit timbul bercak kuning

kemudian berubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi bawah daun

terdapat uredospora seperti tepung berwarna oranye atau jingga. Pada

serangan berat pohon tampak kekuningan, daunnya gugur akhirnya pohon

menjadi gundul.

Sisi bawah daun yang terserang karat (Hemileia vastatrix) menunjukkan

adanya bercak-bercak yang semula berwarna kuning muda yang akhirnya

akan menjadi kuning tua. Pada bercak terbentuk tepung berwarna jingga

cerah (bright orange) yang terdiri atas urediospora jamur. Bercak tua

berwarna coklat tua sampai hitam dan mengering, daun akhirnya gugur

sehingga pohon menjadi gundul (Semangun, 2000).

Page 9: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Gambar gejala yang disebabkan Hemileia vastatrix (Google, 2015)

c. Colletotrichum capsici

Jamur Colletotrichum dapat menginfeksi cabang, ranting, daun dan

buah. Infeksi pada buah terjadi biasanya pada buah menjelang tua dan

sesudah tua. Gejala diawali berupa bintik-bintik kecil yang berwarna kehitam-

hitaman dan sedikit melekuk. Serangan yang lebih lanjut mengakibatkan buah

mengerut, kering, membusuk dan jatuh.

Bercak berbentuk bundar atau cekung dan berkembang pada buah yang

belum dewasa atau matang dari berbagai ukuran. Biasanya bentuk bercak

beragam pada satu buah cabai. Ketika penyakit mengeras, bercak akan

bersatu. Massa spora jamur berwarna merah jambu ke orange terbentuk dalam

cincin yang konsentris pada permukaan bercak. Bercak yang sudah menua,

aservuli akan kelihatan. Dengan rabaan, akan terasa titik-titik hitam kecil, di

bawah mikroskop akan tampak rambut-rambut halus berwarna hitam. Spora

terbentuk cepat dan berlebihan dan memencar secara cepat pada hasil cabai,

mengakibatkan kehilangan sampai 100%. Bercak dapat sampai ke tangkai dan

meninggalkan bintik yang tidak beraturan berwarna merah tua dengan tepinya

berwarna merah tua gelap.

Gejala pada cabai yang terserang jamur Gloesporium piperatum yaitu

buah berbentuk cekung dan terdapat bintik-bintik hitam pada pinggiran buah.

Sedangkan gejala yang ditimbulkan oleh cabai yang terserang

jamur Colletothricum capsici adalah terdapat bintik-bintik hitam dibagian

tengah buah (Wijayanti, 2014).

Page 10: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Gambar gejala yang disebabkan oleh Colletotrichym capsici

(Penyuluhan RANING. 2014)

d. Phythopthora infestans

Daun – daun yang sakit mempunyai bercak – bercak nekrotis pada tepi

dan ujungnya. Apabila suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup

tinggi, bercak-bercak akan meluas dengan cepat dan mematikan seluruh daun.

Bahkan kalau cuaca demikian berlangsung lama, seluruh bagian tanaman di

atas tanah akan mati. Dalam cuaca kering jumlah bercak terbatas, segera

mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman

sudah berumur lebih dari 1 bulan, meskipun kadang-kadang sudah terlihat

pada tanaman yang berumur 21 hari.

Gambar gejala yang disebabkan oleh Phytophthora infestans (Google, 2015)

e. Pyricularia oryzae

Pada daun tampak bintik-bintik kecil, warna bintik ungu kekuning-

kuningan, kemudian lama-lama menjadi membesar dan terdapat titik kecil

berwarna putih ditengahnya. Jumlah titik ungu kekuningan bisa banyak atau

Page 11: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

sedikit tergantung tingkat serangan jamur dan ketahanan varietas padi yang

ditanam. Gejala pada daun yang sering disebut blas daun berbentuk bercak-

bercak jorong dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau

keputih-putihan dan biasanya mempunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.

Bentuk dan warna bercak bervariasi tergantung dari keadaan lingkungan,

umur, bercak, dan derajat ketahanan jenis padi.

Gejala tipe akut berbentuk bulat, bercak hijau tua dengan bagian ujung

runcing, akhirnya berkembang menjadi berbentuk gelendong atau kumparan.

Pada bagian tengah kelihatan adanya koloni penyebab penyakit yang

disebabkan oleh konidiofor atau konidia.

Gambar gejala yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae (Google, 2015)

II.3Kenampakan Mikroskopis Patogen Pada Media PDA

a. Phakopsora pachyrrizi

b. Hemileia vastatrix

Ciri-ciri Hemileia vastatrix  yaitu miselium yang tumbuh pada media

PDA awalnya berwarna putih selanjutnya terlihat  ada semburat warna pink

muda dibagian tengah. Konidiofor ramping,  konidia hialin terdiri  dari

mikrokonidia dan makrokonidia. Mikrokonidia berbentuk lonjong dan

melengkung terdiri dari 1 sel sedangkan makrokonidia terdiri dari beberapa

sel bentuknya sedikit melengkung dengan ujung yang lancip seperti kano

(Haddad, et al., 2009).

Page 12: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

(Kenampakan makroskopis Hemileia vastratrix)

c. Colletotrichum capsici

Pertumbuhan awal jamur Colletotrichum capsici membentuk koloni

miselium yang berwarna putih dengan miselium yang timbul di permukaan.

Kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan akhirnya

berbentuk aservulus. Aservulus ditutupi oleh warna merah muda sampai

coklat muda yang sebetulnya adalah massa konidia (.J. Butler & Bisby, 1931).

Kenampakan makroskopis Colletotrichum capsici

d. Phytophthora infestans

Kenampakan makroskopis koloni Phytophthora infestans seperti

kelopak bunga, berwarna putih menyerupai kapas, pertumbuhan koloni

melingkar konsentris, miselium lembut yang bagian ujung lebih tebal, bagian

tepi koloni bergerigi, warna dasar koloni berwarna putih dan memenuhi

cawan petri (diameter 9cm) (Zevita yunade, 2013).

Page 13: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Kenampakan makroskopis Phytophthora infestans

e. Pyricularia oryzae

Hasil pengamatan terhadap hasil ekplorasi cendawan P. oryzae yang

ditumbuhkan pada media PDA didapatkan ciri khas cendawan ini yaitu secara

morfologi makro miseliumnya seperti kumpulan serabut halus berwarna putih

susu (Sulistyowati, 2013).

Kenampakan makroskopis Pyricularia oryzae

II.4Cara kerja

II.4.1 Alat, Bahan dana Fungsi

Gunting : Untuk memotong bagian tanaman yang terserang patogen.

Cutter : Untuk memotong bagian tanaman yang terserang patogen.

Pinset : Untuk memindahkan potongan sampel bagian yang bergejala.

Cawan Petri : Sebagai tempat media alkohol, khloroks dan aquadest.

Bunsen : Untuk menciptakan kondisi aseptis.

Page 14: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Gelas ukur : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat)

Wrapping : Untuk membungkus hasil isolasi di cawan petri.

Kamera : Untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi.

Daun kedelai bergejala  : Objek pengamatan

Khlorox : Untuk membersihkan permukaan daun dari mikroorganisme.

Alkohol : Untuk mensterilkan bahan.

Aquadest : Untuk mebilas bahan yang telah dicuci.

Media PDA : Media pertumbuhan patogen yang diisolasi.

II.4.2 Cara Kerja Isolasi Patogen Pada Media PDA

Cuci sampel tanaman bergejala di air mengalir

Potong bagian tanaman ½ sakit dan ½ sehat (± 1 cm)

Potongan Sampel Dicuci Dengan :

Kholorox selama 1 menit

Alkhohol selama 1 menit

Aquadest selama 1 menit

Keringkan di tissue / ditiriskan

Sterilisasi tempat dan alat yang akan digunakan

Dekatkan media PDA di dekat bunsen, tanam di media PDA

Beri label dan tutup dengan wrapping

Amati setiap hari selama 1 minggu

Dokumentasi

Page 15: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Terdapat beberapa sampel tanaman yang terserang patogen sebagai

bahan isolasi yang akan digunakan, antara lain: Phytophthora infestans,

Hemileia vastatrix, Colletotrichum capsici, Phakopsora pachyrrizi dan

Pyricularia oryzae. Kemudian kelima inokulum dicuci dengan air mengalir

untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat pada permukaan bagian

tanaman yang akan diisolasi. Setelah itu tiriskan sebentar pada tissue agar

bagian tanaman yang akan diisolasi tidak basah. Lalu bagian tanaman yang

akan diisolasi dipotong kecil-kecil ½ sakit dan ½ sehat (± 1 cm). Sebelum

dilakukan isolasi, alat dan tempat yang akan digunakan disterilkan dengan

menggunakan alkohol, dan inokulum dibersihkan dengan khlorox selama 1

menit, alkohol selama 1 menit dan aquadest selama 1 menit secara berurutan.

Dimana fungsi khlorox, alkohol adalah untuk menghilangkan/membersihkan

inokulum dari kotoran dan mikroorganisme lain yang tidak diinginkan dan

fungsi aquadest adalah untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran serta

membersihkan inokulum dari sisa-sisa khlorox dan alkohol. Kemudian

inokulum diisolasi pada media PDA. Media PDA berfungsi sebagai nutrisi

bagi isolat jamur yang akan diisolasi.

II.5Pembahasan Hasil Isolasi

a. Phakopsora pachyrrizi

Hari Ke- Gambar Keterangan

1

Ketiga inokulum telah tumbuh

ditandai dengan adanya miselium

yang berkembang tetapi

warnanya belum terlihat jelas

2 Ketiga inokulum telah tumbuh

ditandai dengan adanya miselium

yang berkembang tetapi

Page 16: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

warnanya belum terlihat jelas

3

Ketiga inokulum potongan telah

tumbuh ditandai dengan adanya

miselium yang berkembang dan

berwarna putih.

4

Ketiga inokulum telah tumbuh

ditandai dengan adanya miselium

berwarna putih yang semakin

melebar.

5

Ketiga inokulum telah tumbuh

ditandai dengan adanya miselium

berwarna putih yang semakin

melebar.

6

Ketiga inokulum telah tumbuh

ditandai dengan adanya miselium

berwarna putih yang semakin

melebar.

7

Pada ketiga inokulum

berkembang dengan baik dengan

miselium berwarna putih, tidak

terdapat kontaminasi

Page 17: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Pada praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan mengenai isolasi patogen, terdapat

beberapa jenis patogen yang akan diisolasi ke dalam media buatan. Isolasi

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui teknik isolasi yang tepat serta

mengidentifikasi patogen yang menyerang tanaman. Patogen yang menjadi objek

untuk diisolasi dan selanjutnya akan diidentifikasi adalah cendawan Phakopsora

pachyrrizi penyebab karat pada daun kedelai.

Jamur Phakopsora pachyrrizi yang telah diisolasi menunjukkan

perkembangan yang baik. Hari pertama setelah ditanam pada media PDA,

masing-masing inokulum Phakopsora pachyrrizi menunjukkan perkembangan

dengan tumbuhnya miselium pada ketiga inokulum tetapi warnanya masih

transparan (tidak jelas). Setelah itu pada hari kedua sampai ketujuh menunjukkan

perkembangan yang sama yaitu masing-masing inokulum berkembang dengan

baik yang ditandai dengan tumbuhnya miselium jamur berwarna putih yang

semakin melebar dan terlihat tidak adanya kontaminasi pada media.

b. Hemileia vastatrix

Hari Ke- Gambar Keterangan

1

Ketiga inokulum mengalami

perkembangan yang ditunjukkan

dengan pertumbuhan miselium,

namun belum begitu jelas

warnanya (transparan/bening)

2

Perkembangan miselium ketiga

inokulum semakin jelas warnanya

yaitu berwarna putih.

Page 18: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

3

Perkembangan miselium ketiga

inokulum semakin jelas warnanya

yaitu berwarna putih.

4

Perkembangan miselium ketiga

inokulum semakin jelas warnanya

yaitu berwarna putih..

5

Perkembangan miselium ketiga

inokulum semakin melebar,

berwarna putih.

6

Perkembangan miselium ketiga

inokulum semakin melebar,

berwarna putih.

7 Ketiga inokulum miseliumnya

semakin melebar berwarna putih

dan bagian tepinya gelap.

Page 19: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Perkemabangan dari ketiga inokulum Hemileia vastatrix mengalami

pertumbuhan yang baik, sampai pada hari ketujuh pengamatan terlihat bahwa

miselium pada masing-masing inokulum mengalami pertumbuhan dengan

semakin melebar miselium yang berwarna putih. Pada setiap pengamatan tidak

ditemukan adanya kontaminasi yang berarti pelaksaan dari isolasi tidak terganggu

oleh faktor luar seperti ligkungan.

Kemudian dari hasil pengamatan tersebut juga dapat diketahui kenampakan

dari patogen ini, dimana isolat H. Vastatrix berbentuk bulat dengan hifa yang

nampak lembut dan berwarna agak kemerah-mudaan. Hal ini sesuai dengan

literatur (Haddad, et al., 2009) yang menyatakan ciri-ciri Hemileia vastratrix 

yaitu miselium yang tumbuh pada media PDA awalnya berwarna putih

selanjutnya terlihat  ada semburat warna pink muda dibagian tengah. Konidiofor

ramping,  konidia hialin terdiri  dari mikrokonidia dan makrokonidia.

Page 20: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

c. Colletotrichum capsici

Hari Ke- Gambar Keterangan

1

Ketiga inokulum miseliumnya masih

sedikit yang tumbuh dan belum begitu

jelas warnanya.

2Pada dua inokulum, miselium sudah

terlihat berwarna putih.

3Pada dua inokulum, miselium semakin

melebar dan berwarna putih.

4Pada dua inokulum, miselium semakin

melebar dan berwarna putih.

5Pada dua inokulum, miselium semakin

melebar dan berwarna putih.

Page 21: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

6Pada dua inokulum, miselium semakin

melebar dan berwarna putih.

7

Pada dua inokulum, miselium semakin

melebar dan berwarna putih. Inokulum

yang ketiga pertumbuhan miseliumnya

lambat.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, dua inokulum yang telah diisolasi

mengalami pertumbuhan yang baik yaitu miselium yang berwarna putih setiap

harinya semakin melebar. Sedangkan satu inokulum yang lain pertumbuhannya

tergolong cukup lambat yang ditunjukkan dengan tumbuhnya miselium yang

masih kecil dan terlihat tidak begitu jelas sampai pada hari ketujuh pengamatan.

Hal ini mungkin disebabkan karena satu inokulum ini kurang mendapatkan nutrisi

dari media yang ditumbuhinya atau dalam kompetisi dengan dua inokulum yang

lain tergolong kurang kompetitif.

Menurut literatur (Semangun, 2000), jamur C. capsici mempunyai banyak

aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tengahnya

sampai 10 μm, hitam dengan banyak seta. Seta coklat tua, bersekat, kaku,

meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 μm. Konidium hialin, berbentuk tabung

(silindris), 18,6-25,0 x 3,5-5,3 μm, ujung-ujungnya tumpul, atau bengkok seperti

sabit. Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau

dalam medium biakan. Koloni pada media PDA saat pertama putih dengan cepat

menjadi kelabu. Pada area miselium berwarna dari terang menjadi abu-abu gelap

pada seluruh permukaan koloni, dengan aservulus yang runcing untuk seta

gelapnya. Titik-titik spora berwarna pucat kekuning-kuningan seperti salmon

(ikan) (Mordue, 1971 dalam Firdausyi, 2005).

Pada hari terakhir pengamatan terlihat bahwa perkembangan jamur belum

berkembang secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barnet dan

Page 22: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Hunter (1972 dalam Rosanti, et al., 2014), bahwa morfologi jamur secara

mikroskopis di ketahui bahwa pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici lambat

serta jamur ini memiliki makrokonidia berbentuk seperti bulan sabit dan hifa

tidak mempunyai sekat.

d. Phytophthora infestans

Hari Ke- Gambar Keterangan

1Ketiga inokulum belum terlihat adanya

pertumbuhan dari miselium.

2Ketiga inokulum belum terlihat adanya

pertumbuhan dari miselium.

3Ketiga inokulum belum terlihat adanya

pertumbuhan dari miselium.

4

Dua inokulum terlihat mengalami

pertumbuhan dengan ditandai adanya

miselium, namun masih sedikit.

Page 23: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

5Dua inokulum pertumbuhan miseliumnya

semakin melebar.

6Dua inokulum pertumbuhan miseliumnya

semakin melebar.

7

Dua inokulum pertumbuhan miseliumnya

semakin melebar. Satu inokulum lagi

telah tampak miseliumnya namun belum

begitu jelas.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sampai

pada hari keempat pengamatan ketiga inokulum yang ditanam belum terlihat

mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan tidak adanya miselium yang

terbentuk. Pada hari kelima dua inokulum yang ditanam terlihat telah mengalami

pertumbuhan dengan adanya miselium yang terbentuk, namun masih belum

begitu jelas. Kemudian sampai pengamatan hari ketujuh dua inokulum

miseliumnya mengalami pertumbuhan dengan semakin melebarnya miselium

berwarna putih, sedangkan satu inokulum yang lain terlihat baru mengalami

pertumbuhan yang ditandai dengan terbentuknya miselium yang masih belum

terlihat dengan jelas. Tidak semua inokulum yang menunjukkan adanya jamur

tersebut.

Pada hasil pengamatan dapat juga diketahui bahwa koloni patogen berwarna

putih yang membulat dan hifanya nampak halus seperti kapas. Hal ini sesuai

dengan literatur yang menyatakan bahwa patogen P. infestans dicirikan dengan

morfologi sporangium yang berbentuk bulat dengan papila pada ujungnya serta

hifa yang tidak bersekat. Pada medium PDA koloni jamur berwarna putih dengan

Page 24: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

miselium yang lembut menyerupai kapas (Semangun, 1989 dalam Purwantisari,

2009).

e. Pyricularia oryzae

Hari Ke- Gambar Keterangan

1Ketiga inokulum belum terlihat adanya

pertumbuhan dari miselium.

2Ketiga inokulum belum terlihat adanya

pertumbuhan dari miselium.

3Miselium ketiga inokulum semakin

melebar dan berwarna putih.

4

Miselium ketiga inokulum semakin

melebar dan berwarna putih.

5 Miselium ketiga inokulum semakin

melebar dan berwarna putih keabu-abuan.

Page 25: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

6

Miselium ketiga inokulum semakin

melebar dan berwarna putih keabu-abuan,

tetapi satu inokulum pertumbuhan

miseliumnya lambat.

7Miselium ketiga inokulum semakin

melebar dan berwarna putih keabu-abuan.

Pada praktikum isolasi Pyricularia oryzae, pengamatan yang dilakukan

hanya sampai 5 HSI. Dimana pada hari pertama setelah isolasi miselium jamur

belum tumbuh pada media PDA. Pada hari ke-2, ke-3 dan ke-4 mulai terdapat

miselium berwarna putih yang tumbuh dan berkembang. Pada hari ke-5, ke-6, dan

ke-7 miselium mulai menjadi kehitaman dan kuning mengkilat. Hal ini sesuai

menurut literatur (Kang dan Lee, 2000 dalam Lestari, et al. 2014), isolat P.

oryzae biasanya ditandai dengan warna kekuningan yang mengkilap ataupun

hitam keabu-abuan. Dengan demikian dapat dikatakan isolat cendawan P. oryzae

pada media PDA menunjukkan pertumbuhan yang baik.

Menurut Meena (2005) pada suhu ruang 25-30°C koloni cendawan P. oryzae

pada media PDA menunjukkan pertumbuhan yang baik. Observasi di bawah

mikroskop menunjukkan bahwa isolat P. oryzae memiliki bentuk konidia

pyriform dimana umumnya bagian dasarnya bulat dan ujungnya menyempit,

tidak berwarna atau transparan (hialin) dan berwarna pucat olive. Beberapa isolat

Page 26: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

menampakkan pinggiran koloni yang lebih halus namun ada juga yang tidak

teratur. Pada umumnya miselia cendawan P. oryzae mempunyai bentuk lingkar

seperti cincin konsentris yang mengarah ke pusat.

Page 27: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

III. PURIFIKASI

III.1 Pengertian Purifikasi

Purifikasi adalah proses pemisahan yang dilakukan pada suatu koloni patogen

tanaman yang tumbuh bersama kelompok koloni lain pada medium tertentu.

(Anonymous, 2015)

III.2 Tujuan Purifikasi

Purifikasi adalah proses pemisahan mikroorganisme yang diinginkan dari

populasi campuran ke media biakan (buatan ) untuk mendapatkan kultur murni.

Sebelum melakukan pemurnian (purifikasi) terhadap suatu patogen tanaman,

maka patogen tanaman pertama kali harus diisolasi ke dalam media buatan dan

dibiakkan secara aseptik. Patogen selalu berasosiasi dengan bagian tanaman yang

sakit sehingga harus dilakukan isolasi. Purifikasi bertujuan untuk mengisolasi

mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium

baru.

III.3 Cara Kerja

III.3.1 Alat, Bahan dan Fungsi

Jarum Ose : Digunakan untuk mengambil/memindahkan koloni patogen.

Wrapping : Untuk membungkus media dan cawan petri.

Bunsen : Digunakan untuk sterilisasi alat

Alkohol : Digunakan untuk sterilisasi

Spirtus : Sebagai bahan bakar bunsen

Media PDA : Untuk membiakkan biakan murni yang telah dipurifikasi. 

III.3.2 Cara kerja purifikasi patogen

Sterilisasi tempat dan alat yang akan digunakan

Ambil sejumlah kecil koloni isolat P. infestans dan H. vastatrix

Page 28: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Dekatkan pada bunsen yang menyala

Letakkan masing-masing isolat pada masing-masing media PDA

Wrapping

Amati dan dokumentasi hasil purifikasi

Sebelum dilakukan purifikasi, tempat dan alat yang akan digunakan

harus di sterilkan terlebih dahulu agar tidak menyebabkan kontaminasi.

Setelah itu ambil sejumlah koloni yang akan dipindahkan ke media biakan

yang baru, selama proses pemindahan berlangsung dekatkan media pada

bunsen. Letakkan sejumlah koloni yang telah diambil ke media yang baru,

kemudian wrapping serta beri label. Amati perkembangannya dan

dokumentasikan.

III.4 Pembahasan Hasil Purifikasi

a. Phakopsora pachyrrizi

Hari Ke- Gambar Keterangan

1

Biakan murni yang ditumbuhan

terlihat tumbuh dan bagian

tepinya berwarna putih bening.

Page 29: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

2

Biakan murni tumbuh dengan

bagian tepinya yang awalnya

berwarna bening (transparan)

berubah menjadi berwarna

putih pekat

3

Biakan murni yang tumbuh

semakin melebar berwarna

putih pekat dan tidak ada

kontaminasi.

4

Biakan murni tumbuh melebar

berwarna putih pekat dan tidak

terdapat kontaminasi.

5

Biakan murni tumbuh melebar

berwarna putih pekat dan tidak

terdapat kontaminasi.

6

Biakan murni tumbuh melebar

berwarna putih pekat dan tidak

terdapat kontaminasi.

7

Biakan murni tumbuh semakin

melebar berwarna putih pekat

hampir memenuhi caean dan

tidak terdapat kontaminasi.

Page 30: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Dokumentasi diatas merupakan biakan murni dari hasil purifikasi terhadap

isolat patogen yang terdapat pada daun kedelai. Dugaan sementara dari gejala

yang terlihat pada saat pengamatan menunjukkan gejala penyakit karat pada daun

kedelai yang disebabkan oleh Phakopsora pachyrrizi. Biakan tersebut memiliki

kenampakan morfologis yaitu berwarna putih yang awalnya putih bening

(transparan) menjadi putih pekat dan perkembangannya tergolong cukup lambat.

b. Hemileia vastatrix

Hari Ke- Gambar Keterangan

1

Biakan murni yang ditumbuhan

terlihat tumbuh dan bagian

tepinya bening.

2

Biakan murni yang ditumbuhan

berwarna putih kemerah-

merahan dan semakin melebar.

Sedangkan satunya berwarna

putih agak kekuningan.

3

Biakan murni yang ditumbuhan

berwarna putih kemerah-

merahan dan semakin melebar.

Sedangkan satunya berwarna

putih agak kekuningan.

Page 31: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

4

Biakan murni yang ditumbuhan

berwarna putih kemerah-

merahan dan semakin melebar.

Sedangkan satunya berwarna

putih agak kekuningan.

5

Biakan murni yang ditumbuhan

berwarna putih kemerah-

merahan dan semakin melebar.

Sedangkan satunya berwarna

putih agak kekuningan.

6

Biakan murni yang ditumbuhan

berwarna putih kemerah-

merahan dan semakin melebar.

Sedangkan satunya berwarna

putih agak kekuningan.

7

Biakan murni yang ditumbuhan

berwarna putih kemerah-

merahan dan semakin melebar.

Sedangkan satunya berwarna

putih agak kekuningan.

Dari hasil pengamatan dapat diketahui hasil pengamatan purifikasi dari isolat

H. vastatrix dari hari pertama sampai hari terakhir pengamatan. Biakan murni H.

vastatrix berbentuk membulat agak memanjang berwarna putih dan miselium

menggumpal. Menurut literatur (Haddad, et al., 2009) ciri-ciri Hemileia vastatrix 

Page 32: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

yaitu miselium yang tumbuh pada media PDA awalnya berwarna putih

selanjutnya terlihat  ada semburat warna pink muda dibagian tengah. Konidiofor

ramping,  konidia hialin terdiri  dari mikrokonidia dan makrokonidia.

Mikrokonidia berbentuk lonjong dan melengkung terdiri dari 1 sel sedangkan

makrokonidia terdiri dari beberapa sel bentuknya sedikit melengkung dengan

ujung yang lancip seperti kano.

c. Colletotrichum capsici

Hari Ke- Gambar Keterangan

7

Sampai hari ketujuh biakan

murni yang tumbuh berwarna

putih dan tidak terjadi

kontaminasi.

Dari hasil pengamatan dapat diketahui hasil pengamatan purifikasi dari

isolat C. capsici dari hari pertama sampai hari terakhir pengamatan trelihat

bahwa miselium yang tumbuh dari biakan yaitu berwarna putih dan tidak

terdapat adanya kontaminasi. Hal ini sesuai dengan literatur yang

menyatakan pertumbuhan awal jamur Colletotrichum capsici membentuk

koloni miselium yang berwarna putih dengan miselium yang timbul di

permukaan. Kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi hitam.

Morfologi jamur secara mikroskopis di ketahui bahwa pertumbuhan jamur

Colletotrichum capsici lambat, dan hifa tidak bersekat (Rusly, 2000 dalam

Rosanti, et al., 2014). Miselium yang tumbuh pada media PDA yaitu

berwarna putih, karena pertumbuhannya yang lambat pada media belum

terlihat perubahan warna miselium dari putih menjadi hitam.

Page 33: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

d. Phytophthora infestans

Hari Ke- Gambar Keterangan

1

Biakan murni yang

ditumbuhkan mengalami

pertumbuhan dengan adanya

miselium berwarna putih

bening.

2Miseliumnya berwarna putih

semakin lebar

3Miseliumnya berwarna putih

semakin lebar

4Miselium yang berwarna putih

semakin lebar pertumbuhannya.

Page 34: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

5

Miseliumnya berwarna putih

semakin lebar hampir

memenuhi media.

6

Miseliumnya berwarna putih

semakin lebar hampir

memenuhi media.

7

Miseliumnya berwarna putih

semakin lebar hampir

memenuhi media.

Dari hasil pengamatan purifikasi isolat P. infestans pada media PDA dari hari

pertama sampai hari terakhir pengamatan dilihat isolat murni P. infestans yang

berkembang selama seminggu berbentuk bulat dan berwarna putih dengan tekstur

miselium nampak lembut seperti kapas. Pada hari ke-3 setelah purifikasi terdapat

benda asing didalam cawan petri yang berbentuk bulat kekuningan yang terdapat

miselium putih di pinggir. Diperkirakan benda tersebut adalah isolat jamur lain

ataupun isolat jamur P. infestans yang ikut masuk ketika kegiatan purifikasi

dilakukan.

Menurut penelitian (Tirtana, 2013) koloni seperti kelopak bunga, berwarna

putih menyerupai kapas, pertumbuhan koloni melingkar konsentris, miselium

lembut yang bagian ujung lebih tebal, bagian tepi koloni bergerigi, warna dasar

koloni berwarna putih dan memenuhi cawan petri. Secara mikroskopis P.

Page 35: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

infestans menunjukkan hifa tidak bersekat dan tidak beraturan, sporangiofor

hialin dan tidak bersekat, sporangium berbentuk seperti buah pear yang ujungnya

terdapat papilla. Menurut Semangun (2004 dalam Tirtana, et al., 2013)

diantarannya miselium interseluler, tidak bersekat, mempunyai banyak

haustorium, sporangiofor keluar dari mulut kulit dengan percabangan simpodial,

mempunyai bengkakan-bengkakan yang khas, sporangium berbentuk oval seperti

buar pear atau lemon, berinti banyak 7-32. Sporangium berkecambah secara

langsung dengan membentuk hifa (benang) baru, atau tidak langsung dengan

membentuk spora kembara (zoospora).

e. Pyricularia oryzae

Hari Ke- Gambar Keterangan

1

Biakan murni terlihat

mengalami pertumbuhan

dengan adanya miselium.

2

Miselium dari biakan murni

semakin melebar dan berwarna

putih.

3

Miselium dari biakan murni

semakin melebar dan berwarna

putih, dibagian tengah berwarna

agak kehitaman.

Page 36: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

4

Miselium dari biakan murni

semakin melebar dan berwarna

putih, dibagian tengah berwarna

agak kehitaman.

5

Miselium dari biakan murni

semakin melebar dan berwarna

putih, dibagian tengah berwarna

agak kehitaman.

Dari hasil pengamatan purifikasi isolat P. Oryzae pada media PDA dari hari

pertama sampai hari terakhir pengamatan terlihat bahwa isolat murni tumbuh

dengan ditandai adanya miselium berwarna putih yang semakin melebar dan

dibagian tengah berwarna kehitaman atau ke abu-abuan. Dari hari pertama

terlihat adanya benda asing didalam cawan petri yang berbentuk bulat kehitaman

yang terdapat miselium putih di pinggir. Diperkirakan benda tersebut adalah

isolat jamur lain ataupun isolat jamur P. oryzae yang ikut masuk ketika kegiatan

purifikasi dilakukan.

Menurut literatur, kenampakan dari P. Oryzae yang ditumbuhkan pada media

PDA didapatkan ciri khas cendawan ini yaitu secara morfologi makro

miseliumnya seperti kumpulan serabut halus berwarna putih susu. Observasi di

bawah mikroskop menunjukkan bahwa isolat P. oryzae memiliki bentuk konidia

pyriform dimana umumnya bagian dasarnya bulat dan ujungnya menyempit,

tidak berwarna/transparan (hialin) dan berwarna pucat olive (Meena, 2005).

Page 37: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

IV. IDENTIFIKASI JAMUR

IV.1 Pengertiaan Identifikasi

Pengertian identifikasi (penyakit) secara umum adalah membuat kepastian

terhadap suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau  suatu proses untuk

mengenali suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas

termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut.

(Nurhayati, 2012)

IV.2 Cara Kerja

IV.2.1 Alat, Bahan dan Fungsi

Mikroskop :Untuk mengidentifikasi kenampakan mikroskopis patogen

Objek glass : Sebagai tempat spesimen yang diamati.

Cover glass : Penutup spesimen di atas objek glass

Jarum ose : Untuk mengambil spesimen.

Kamera : Untuk mendokumentasikan hasil identifikasi.

Aquades : Untuk membersihkan alat.

Alkohol : Untuk mensterilkan alat.

Biakan murni patogen : Spesimen yang diamati

IV.2.2 Cara Kerja Identifikasi

Siapkan biakkan murni patogen

Sterilisasi tempat dan alat yang akan digunakan

Dekatkan biakkan murni patogen pada bunsen yang menyala

Ambil dengan jarum ose

Page 38: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Letakkan di preparat

Amati dibawah mikroskop perbesaran 100x

Amati dan dokumentasi

Spesimen yang akan diidentifikasi berasal dari hasil purifikasi yaitu

Phytophthora infestans, Hemileia vastatrix, Pyricularia oryzae, Phakopsora

pachyrrizi, dan Colletotrichum capsici. Pengamatan dilakukan dengan

menggunakan mikroskop. Objek pengamatan (hasil purifikasi Phytophthora

infestans, Hemileia vastatrix, Pyricularia oryzae, Phakopsora pachyrrizi, dan

Colletotrichum capsici) diletakkan pada kaca preparat, lalu tutup dengan cover

glass. Jangan di tekan dan di squah agar tidak merusak jamur yang akan

diidentifikasi. Kemudian amati dengan menggunakan mikroskop dengan

perbesaran 100-400x. Amati kenampakan mikroskopis pada jamur tersebut.

IV.3 Pembahasan Hasil Identifikasi

a. Phakopsora pachyrrizi

Gambar Identifikasi Gambar Literatur Keterangan

Tampak adanya miselium.

Page 39: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Dari hasil identifikasi menggunakan mikroskop terlihat bahwa kenampakan

dari hasil mikroskopis berbeda dengan yang ada pada literatur. Menurut literatur

Phakopsora pachyrhizi mempunyai uredium pada sisi bawah dan atas daun coklat

muda sampai coklat, bergaris tengah 100-200 µm, sering kali tersebar merata

memenuhi permukaan daun. Parafisa pangkalnya bersatu, membentuk penutup

yang mirip dengan kubah di atas uredium. Parafisa membengkok, berbentuk gada

atau mempunyai ujung membengkak, hialin atau berwarna jerami dengan ruang

sel sempit. Ujungnya berukuran 7,5-1,5 µm, dengan panjang 20-47 µm

(Semangun, 1993).

Jamur ini mempunyai uredium pada permukaan daun bagian bawah dan

bagian atas, berwarna coklat, berbentuk tonjolan seperti gunung api kecil, dan

bergaris tengah 100-200 µm. Pada bagian atas tonjolannya terdapat lubang yang

menjadi jalan keluarnya urediospora (Tim Penulis PS, 1992).

Urediumnya berbentuk seperti piknidium, mirip dengan gunung api kecil.

Uredium dibentuk dibawah epidermis, jika dilihat dari atas berbentuk bulat atau

jorong. Di pusar bagian uredium yang menonjol terbentuk lubang yang menjadi

jalan keluarnya urediospora. Urediospora membulat pendek, bulat telur, atau

jorong hialin sampai coklat kekuningan, 15-34 x 15-24 µm, dengan dinding hialin

yang tebalnya 1-1,5 µm, berduri-duri halus (Semangun, 1993).

Perbedaan hasil identifikasi mungkin disebabkan karena perkembangan dari

Phakopsora pachyrrizi yang cukup lambat sehingga miselium atau hifanya belum

terbentuk dan tidak terlihat jelas. Selain itu juga karena sifat dari jamur yang

parasit obligat sulit untuk dibiakkan, sehingga saat identifikasi yang terlihat

bukan karakteristik dari Phakopsora pachyrrizi.

Page 40: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

b. Hemileia vastatrix

Gambar Identifikasi Gambar Literatur Keterangan

Tampak adanya hifa.

Dari hasil identifikasi menggunakan mikroskopis terlihat bahwa kenampakan

hasil mikroskopis berbeda dengan kenampakan mikroskopis yang ada pada

literatur. Menurut Haddad, et al., (2009), Cendawan Hemileia vastratrix memiliki

spora dengan inti haploid sederhana. Spora berkecambah menjadi hifa, yang

mengandung inti haploid. Hifa dapat menghasilkan spora haploid lagi atau 

bersatu dengan hifa lain membentuk jalinan hifa yang kompleks. Zigot dihasilkan

dari dua hifa yang intinya bersatu. Zigot membelah secara meiosis. Dalam

perkembangbiakannya, spermatia (sel sperma) membuahi hifa khusus penerima

(reseptif) pada spermogonia dan menghasilkan urediospora. Urediospora hialin,

semula bulat tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring buah jeruk.

Urediospora yang matang isinya berwarna jingga, sedang dindingnya tetap tidak

berwarna. Sisi luar yang cembung mempunyai duri-duri, sedang sisi lainnya tetap

halus (hemi leios = setengah licin).  Uredospora berukuran  26 – 40 x 20 – 30 µm.

Page 41: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

c. Colletotrichum capsici

Gambar Identifikasi Gambar Literatur Keterangan

Tidak terlihat adanya

miselium atau hifa.

Dari hasil identifikasi dengan menggunakan mikroskopis terlihat bahwa hasil

pengamatan berbeda dengan kenampakan mikroskopis yang ada pada literatur.

Menurut Agrios (1997) yang menyatakan bahwa Colletotrichum capsici

menghasilkan spora berupa konidia yang berbentuk silindris, hialin dengan ujung-

ujungnya yang tumpul dan bengkok seperti bulan sabit.

Jamur ini mempunyai miselium yang terdiri dari beberapa septa, inter dan

intraseluler hifa. Aservulus dan stroma pada batang berbentuk hemispirakel dan

ukuran 70-120 μm. Seta menyebar, berwarna coklat gelap sampai coklat muda,

seta terdiri dari beberapa septa dan ukuran ±150μm. Konidiofor tidak bercabang,

massa konidia nampak berwarna kemerah-merahan. Konidia berada pada ujung

konidiofor. Konidia berbentuk hialin, uniseluler, ukuran 17-18 x 3-4 μm. Konidia

dapat berkecambah pada permukaan buah yang hijau atau merah tua. Jadi,

kenampakan mikroskopis pada saat pengamatan menunjukkan bahwa jamur yang

diidentifikasi bukan bukan merupakan jamur Colletotrichum capsici.

Page 42: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

d. Phytophthora infestans

Gambar Identifikasi Gambar Literatur Keterangan

Tanpa Inkubasi

Setelah Inkubasi

Terlihat adanya

miselium dan hifa.

Dari hasil identifikasi dengan menggunakan mikroskopis menunjukkan

bahwa kenampakan dari hasil mikroskopis memiliki kesamaan dengan

kenampakan mikroskopis yang ada pada literatur yaitu patogen P. infestans

dicirikan dengan morfologi sporangium yang berbentuk bulat dengan papila pada

ujungnya serta hifa yang tidak bersekat (Purwantisari, 2009). Literatur lain

mengatakan miselium P. Infestans interseluler, tidak bersekat, mempunyai

banyak haustorium. Konidiofor keluar dari mulut kulit, berkumpul 1-5 buah,

dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan-bengkakan khas.

Konidium berbentuk buah per, dengan ukuran 22-32 x 16-24 µm, berinti banyak,

7-32 buah. Konidium berkecambah secara langsung dengan membentuk hifa

(benang) baru, atau secara tidak langsung dengan membentuk spora kembara atau

zoospora (Semangun, 2007).

Page 43: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

e. Pyricularia oryzae

Gambar Identifikasi Gambar Literatur Keterangan

Secara morfologi, cendawan Pyricularia oryzae mempunyai konidia

berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua (3 ruangan) (Ou,

1985). Satu daur penyakit dimulai ketika spora cendawan menginfeksi dan

rnenghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan

bersporulasi dan rnenyebarkan spora baru rnelalui udara. Apabila kondisi

lingkungan menguntungkan, satu daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1

minggu. Selanjutnya dari satu bercak dapat rnenghasilkan ratusan sampai ribuan

spora dalam satu malam dan dapat terus rnenghasilkan spora selama lebih dari 20

hari. Pada kondisi kelembapan dan suhu yang mendukung, cendawan blas dapat

mengalami banyak daur penyakit dan menghasilkan kelimpahan spora yang

dahsyat pada akhir musim. Tingkat inokulum yang tinggi ini sangat berbahaya

bagi tanaman padi yang rentan (Scardaci et al., 1997)

Page 44: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1Kesimpulan

Dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengamatan isolasi

menggunakan lima inokulum antara lain Phytophthora infestans, Hemileia vastatrix,

Colletotrichum capsici, Pyricularia oryzae dan Phakopsora pachyrrizi. Pengamatan

isolasi patogen dilakukan untuk mendapatkan isolat patogen yang diinginkan yang

nantinya akan dilanjutkan dengan melakukan purifikasi serta identifikasi. Tujuan dari

purifikasi adalah mendapatkan biakan murni dari isolat patogen yang diinginkan yang

selanjutnya diidentifikasi yang akan bermanfaat bagi peneliatian-penelitian lainnya.

Semua spesimen yang digunakan yang telah diisolasi, kemuadian dilakukan purifikasi

dan identifikasi. Keberhasilan isolasi, purifikasi dan identifikasi dipengaruhi oleh banyak

faktor, salah satunya adalah kelihaian peneliti dalam menjaga kesterilan lingkungan

disekitar ketika melakukan kegiatan tersebut agar terhindar dari kontaminasi yang tidak

diinginkan.

V.2Saran

Sebaiknya laporan tidak diberikan sekaligus pada akhir materi jamur,

dikarenakan akan menyebabkan kebingungan bagi praktikan yang akan mengerjkan

laporan, banyak data dan dokumentasi yang berpencar-pencar tidak hanya di bawa 1

Page 45: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

orang, sehingga kurang lancar pengerjaan laporannya. Jadi, alangkah baiknya untuk

laporan selanjutnya diberikan per-minggu. Terima kasih.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Abdul Latief., 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Malang: Bayumedia Publishing

Anonymous. 2015. Praktikum Mikrobiologi Umum. http://kutankrobek.wordpress.

com/2009/10/20/pratikum-mikrobiologi-umum-teknik-isolasi-dan-transfer-

kultur. Diakses pada tanggal 19 April 2015

Firdausyi, Fitri K. 2005. SKRIPSI: Peningkatan Peran Bakteri Bacillus subtilis Untuk

Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) Pada Cabai

Merah Dengan Penambahan Tepung. Departemen Pendidikan Nasional

Universitas Jember. Fakultas Pertanian.

Google, 2015. http://google.com. Diakses tanggal 20 April 2015

Haddad, F., LA. Maffia, ESG. Mizubuti, and H. Teixeira. 2009. Biological Control of

Coffee Rust by Antagonistic Bacteria under Field Conditions in

Brazil. Biological Control.

Lestari, P., Wawan, Tri P. Priyatno, Wening Enggarini, Reflinur, dan Yadi Suryadi.

2014. Isolasi, Identifikasi, dan karakterisasi Cendawan Pyricularia

oryzae. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

Sumber Daya Genetik Pertanian.

Page 46: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Malinda N., Dwi Suryanto , dan Kiki Nurtjahja. 2012. Penghambatan Serangan

Sclerotium rolfsii Penyebab Rebah Kecambah Pada Kedelai Dengan

Bakteri Kitinolitik. Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas

Sumatera Utara. Volume 01 Nomor 01.

Matnawy, H. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Meena, B.S. 2005. Morphological and molecular variabilityof rice blast

pathogen P. grisea. Master Thesis.Dharwal Univ. of Agric. Sci. 87 p.

Nurhayati. 2012. Diagnose Penyakit Tumbuhan. Http://nurhayatisite.blogspot.com/

2011/03/diagnosis-penyakit-tanaman Diunduh 28 April 2013

Penyuluhan RANING. Pyricularia oryzae pada Padi. (online). 2014.

http://bkp3malangke.blogspot.com/2014/06/penyakit-blas-dan-

pengendaliannya-pada.html. diakses pada tanggal 20 April 2015.

Purnomo, Bambang., 2006. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman: Proses Terjadinya

Penyakit Tumbuhan.

Purwantisari, S., Rejeki Siti Ferniah, Budi Raharjo. 2008. Pengendalian Hayati

Penyakit Lodoh (Busuk Umbi Kentang) Dengan Agens Hayati Jamur-jamur

Antagonis Isolat Lokal. Lab. Mikrobiogenetika Jurusan Biologi FMIPA

Undip. Vol. 10, No. 2, Hal. 13-19.

Purwantisari, Susiana dan Rini Budi Hastuti. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen

Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi

Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal.

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan. Biologi FMIPA Undip. Vol. 11, No. 1,

Hal. 24-32.

Rosanti, K. Try, Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Abdul Latief Abadi. 2014. Pengaruh

Jenis Air Terhadap Perkecambahan Spora Jamur Colletotrichum capsici

PADA CABAI DAN Fusarium Oxysporum F. Sp. Lycopersicii PADA

TOMAT. Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit

Tumbuhan, Universitas Brawijaya. Jurnal HPT Volume 2 Nomor 3 ISSN:

2338-4336.

Page 47: LAPORAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology

3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.

Semangun, H., 1993. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada

University Press. Yogyakarta. Hlm 168-173.

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta. 835p. (online)

Semangun H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta. 845 Hlm.

Suprapto, H.S., 1990. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta . Hlm1, 47.

Tim Penulis PS., 1992. Hama dan Penyakit, Sayur dan Palawija. Tim Penulis PS.

Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 157-158.

Tirtana, Zevita Y. G., Liliek Sulistyowati, Abdul Cholil. 2013. Eksplorasi Jamur

Endofit Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Serta Potensi

Antagonismenya Terhadap Phytophthora infestans (Mont.) De Barry

Penyebab Penyakit Hawar Daun Secara In Vitro. Jurusan Hama dan

Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Jurnal HPT

Volume 1 Nomor 3 September 2013 ISSN : 2338 – 4336

Wijayanti, Rani. 2014. Laporan Praktikum Penyakit Penting Tanaman; Pengenalan

Penyakit Penting Tanaman Cabai. Jurusan Agroteknologi. Fakultas

Pertanian. Universitas Lampung.

Yusmani dan Sumartini., 2001. Identifikasi Bahan Nabati Untuk Pengendalian

Penyakit Karat Pada Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan

dan Umbi-umbian. Malang. dalam Prosiding Kongres Nasional, XVI dan

seminar ilmiah PFI.IPB. Hlm 101.