24
STERILISASI RUANGAN I. KOMPETENSI UMUM Praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara melalukan proses sterilisasi ruangan dengan menggunakan ruang uji sterilitas seperti LAF, ENKAS dan UV. II. KOMPETENSI KHUSUS Praktikan dapat mengamati bagaimana pertumbuhan atau kontaminasi bakteri pada ruang uji sterilitas seperti LAF, ENKAS dan UV. III. PRINSIP KERJA Prinsip pada praktikum ini adalah untuk mengamati bagaimana kontaminasi bakteri pada capet dengan membuka tutupnya 1/3 bagian pada ruang uji sterilitas LAF, ENKAS dan UV. IV. LANDASAN TEORI sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat di matikan setempat ( in situ ) W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

laporan mikro uji sterilitas.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sterilitas

Citation preview

Page 1: laporan mikro uji sterilitas.docx

I. KOMPETENSI UMUM

Praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara

melalukan proses sterilisasi ruangan dengan menggunakan ruang uji

sterilitas seperti LAF, ENKAS dan UV.

II. KOMPETENSI KHUSUS

Praktikan dapat mengamati bagaimana pertumbuhan atau

kontaminasi bakteri pada ruang uji sterilitas seperti LAF, ENKAS dan

UV.

III. PRINSIP KERJA

Prinsip pada praktikum ini adalah untuk mengamati bagaimana

kontaminasi bakteri pada capet dengan membuka tutupnya 1/3 bagian

pada ruang uji sterilitas LAF, ENKAS dan UV.

IV. LANDASAN TEORI

sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda

atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk

tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril,

mikroorganisme dapat di matikan setempat ( in situ ) oleh panas

(kalor), gas-gas seperti formaldehyde (irianto, 2006).

Metode sterilisasi di bagi menjadi 2, yaitu metode fisik dan

metode kimia. Metode sterilisasi kimia di lakukan dengan

menggunakan bahan bahan kimia, sedangkan metode sterilisasi fisik

dapat di lakukan dengan cara panas baik panas kering maupun

panas basah , radiasi dan filtrasi (pratiwi, 2000).

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 2: laporan mikro uji sterilitas.docx

1. Metode sterilisasi fisik

Metode sterilisasi panas merupakan metode yang paling

dapat di percaya dan banyak di gunakan. Metode sterilisasi

ini di gunakan untuk bahan yang tahan panas . metode

sterilisasi panas dengan menggunakan uap air di sebut

metode sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah.

Metode sterilisasi panas tanpa kelembapan (tanpa

penggunaan uap air) di sebut metode sterilisasi panas

kering atau sterilisasi kering (pratiwi, 2000).

2. Metode sterilisasi kimia

Metode sterilisasi kimia di lakukan untuk bahan bahan yang

rusak bila di sterilkan pada suhu tinggi (misalnya bahan

bahan dari plastic).kakuatan agen antimikroba kimiawi di

klasifikasikan atas dasar efisiensinya dalam mebunuh

mikroorganisme. Seluruh germisida di klasifikasikan sebagai

kategori tingkat tinggi karena efektif terhadap seluruh

bentuk kehidupan termasuk endospore bakteri (pratiwi,

2000).

Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda

atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk

tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril,

mikroorganisme dapat dimatikan setempat (in situ) oleh panas (kalor),

gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh

bermacam-macam larutan kimia, oleh sinar lembayung ultra atau sinar

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 3: laporan mikro uji sterilitas.docx

gamma. Mikroorganisme juga daapat disingkirkansecara mekanik oleh

sentrifugasi kecepatan tingggi atau oleh filtrasi (Irianto, 2006).

Ruang steril merupakan suatu keadaan ruang yang bebas dari

semua bentuk kehidupan mikroba yang patogen maupun yang non-

patogen termasuk sporanya. Ruang steril sangat penting dalam

bidang kesehatan. Seperti pada ruang steril antara lain ruang bedah,

ruang pascaoperasi termasuk dalam bidang industri farmasi, yang

terkhusus pada sediaan steril contohnya injeksi. Ruang-ruang tersebut

dibutuhkan pengujian sterilisasi yang baku (Djide, 2003).

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh jasad renik

yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada

lagi jasad renik yang dapat berkembang biak (Srikandi, 1992).

Tujuan utama mematikan, menyingkirkan atau menghambat

pertumbuhan mikroorganisme adalah sebagai berikut (irianto, 2006) :

1. Untuk mencegah infeksi pada manusia, hewan piaraan dan

tumbuhan.

2. Untuk mencegah makanan dan lain lain komoditi menjadi

rusak.

3. Untuk menegah gangguan kontaminasi terhadap

mikroorganisme yang di gunakan dalam industry, hasilnya

tergantung pada kemurnian penggunaan biakan murni.

4. Untuk mencegah kontaminasi bahan bahan yang di pakai

dalam pengerjaan biakan murni di laboratorium (diagnosis,

penelitian, industry) sehingga pengamatan tentang

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 4: laporan mikro uji sterilitas.docx

pertumbuhan atau organisme pada medium pembiakan

khusus atau pada hewan percobaan membungungkan kar na

adanya organisme lain yang tumbuh .

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dan disinfeksi (Irianto,

2006) :

1. Hidrasi

Peranan hidrasi dalam proses denaturasi atau koagulasi oleh panas

(kalor) dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel : Efek hidrasi dan panas pada albumin telur

Persentasi air Suhu koagulasi (+)oc

50

25

15

5

0

56o

76o

96o(Air didih 100o)

149o

165o(Suhu tanur)

Dari table diatas dapat dilihat bahwa koagulasi berlangsung

denagn baik bila proteinnya cukup mengandung air. Dalam batas-

batas tertentu hal ini ditemukan juga pada koagulasi bahan-bahan

kimia. Resistensi endospora bakteri terhadap panas rupanya sebagian

disebabkan oleh kadar air yang dikandungnya. Oleh karena spora

hamper seluruhnya berada dalam keadaan dehidrasi.

2. Pengaruh suhu

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 5: laporan mikro uji sterilitas.docx

Aktifitas mematikan bakteri bertolak belakng antara suhu dengan

waktu. Pada umumnya semakin rendah suhu yang digunakan

semakin lama waktu yang diperlukan untuk membunuh

mikroorganisme itu.

3. Konsentrasi

Bila konsentrasi dipertinggi dalam batas yang sempit maka akan

lebih mempercepat dan meyakinkan kerja desinfektan. Pada

umumnya keefektifan berhubungan secara eksponensial dengan

konsntrasi (tidak secara linear), misalnya suatu konsentarsi 0,5 %

fenol dalam larutan air bila konsentrasinya duakalikan, tidak hanya

akan meningkatkan daya mematikan bakteri menjadi duakali lebih

besar, tetapi dapat meningkatkannya sampai 500 atau 900%.

4. Oligodinamika

Oligidanim, (Greek : oligo = sedikit, dynamis = daya) adalah

aktivitas yang diperlihatkan logam berat dalam jumlah yang

sangat sedikit, misalnya bila sekeping logam berat seperti

tembaga di letakan di atas lempeng medium pembiakan agar nutiri

yang sebelumnya telah di inokulasi dengan staphylococcus

aureus, kemudian di eramkan, maka logam tu mendifusi dalam

jumlah yang sedikit sekali ke dalam medium yang menghambat

pertumbuhan yang berada di daerah sekitar logam itu.

5. Disinfektan

Suatu disinfektan yang ideal seharusnya mempunyai sifat-

sifat berikut:

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 6: laporan mikro uji sterilitas.docx

a.    Mempunyai efektivitas yang tinggi terhadap sejumlah besar

jenis mikroorganisme dalam konsentrasi serendah mungkin.

b.    Tidak merusak dan mewarnai bahan-bahan seperti pakaian,

bau dan rasa tidak menyengat.

c.    Tidak hilang kefektifannya oleh bahan-bahan dari luar

d.    Merupakan zat penegang permukaan yang baik

e.    Stabil dalam penyimpanan

f.     Mudah didapat dan tidak mahal

g.    Mudah digunakan untuk kondisi rumah tangga dan keperluan

lain yang praktis.

h.    Hal yang utama ialah mempunyai sifat mikrobisida yang

sempurna dalam waktu beberapa menit paling lama 1 jam.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu (Irianto, 2006) :

1.    Sterilisasi pemanasan basah dengan menggunakan uap air

atau panas

2.    Sterilisasi kering dalam tanur

3.    Pembakaran total (incineration)

Berdasarkan pada ketiga cara tersebut, sterilisasi dapat dibagi dalam

(Irianto, 2006) :

1.    Sterilisasi kering

Sterilisasi kering dapat dilakukan dengan cara berikut :

a.    Pemijaran,

Pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset, dan sudip

(spatula logam)

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 7: laporan mikro uji sterilitas.docx

b.    Jilatan api (Flaming),

Jilatan api diterapkan terhadap skapel, jarum, mulut tabung

biakan, kaca objek, dan kaca penutup. Benda-benda ini

dijilatkan pada api Bunsen tanpa membiarkannya memijar.

c.    Tanur uap panas (Hot-Air Oven)

Sebagian besar sterilisasi kering dilakukan dengan alat ini.

Biasanya digunakan suhu 160 - 165º C selama 1 jam.

2.    Sterilisasi basah

Sterilisasi basah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a.    Penggodongan dalam air

b.    Uap mengalir

c.    Uap dalam tekanan

Cara sterilisasi yang umum dilakukan adalah sebagai berikut (Djide,

2003):

1.    Sterilisasi secara fisik, misal dengan pemanasan, penggunaan

sinar bergelombang pendek seperti sinar-X, sinar γ, sinar UV,

dan sebagainya.

2.   Sterilisasi secara kimia, misal dengan penggunaan

desinfektan, larutan alkohol, larutan formalin, larutan AMC

(campuran asam klorida dengan garam Hg) dan sebagainya.

3.   Sterilisasi secara mekanik, misalnya dengan penggunaan

saringan atau filter.

Sinar ultraviolet biasanya digunakan untuk membantu

mengurangi kontaminasi di udara dan permukaan selama

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 8: laporan mikro uji sterilitas.docx

pemprosesan lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh

mikroorganisme (germisida) dari lampu kabut merkuri dipancarkan

secara eksklusif pada panjang gelombang 2537 satuan Amstrong

(253,7 milimikron) (Djide, 2005).

V. METODE KERJA

a. Alat

Adapun alat yang di gunakan adalah Cawan petri steril,

Erlenmeyer, enkas, incubator, karet , Rak tabung, spritus, spoit, Stop

watch, LAF dan Lampu UV

b. Bahan

Adapun bahan yang di gunakan adalah Alcohol 70 %, Medium Na,

Medium PDA, Plastik bening dan Hand scun

c. Cara kerja

1. Sterilisasi ruangan

Di siapkan ruangan yang akan di uji yaitu ENKAS, LAF dan

lampu UV. Kemudian ke tiga ruangan tersebut di semprotkan alcohol

70 %. Setelah itu di siapkan 6 cawan petri , 2 untuk di enkas , 2 untuk

di LAF dan 2 untuk di lampu UV . kemudian masukan medium PDA

dan medium PDB sekitar 9 ml kemudian di padatkan setelah memadat

medium di masukan ke dalam ruang ENKAS,LAF dan lampu UV yang

telah di semprotkan alcohol 70 %, tunggu selama 15 menit setelah itu

di keluarkan dan di inkubasi selama 1 x 24 jam . kemudian di amati

bagaimana pertumbuhan mikroorganismenya.

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 9: laporan mikro uji sterilitas.docx

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 10: laporan mikro uji sterilitas.docx

VI. HASIL PRAKTIKUM

a. Foto

Keterangan :

1. Cawan Petri

2. Medium PDA

3. Medium NA

4. Bakteri

5. Jamur

Keterangan :

1. Cawan Petri

2. Medium PDA

3. Medium NA

4. Bakteri

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Na PDA

Enkas Enkas

Na PDA

LAF LAF

Page 11: laporan mikro uji sterilitas.docx

5. Jamur

Keterangan :

1. Cawan Petri

2. Medium PDA

3. Medium NA

4. Bakteri

5. Jamur

d. tabel pengamatan

NO KELOMPOK

RUANGAN

KETUV ENKAS LAF

NA PDA NA PDA NA PDA

1 I 20 10 24 14 24 4

2 II 14 10 31 40 32 8

3 III 39 11 33 21 23 7

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Na PDA

UV UV

Page 12: laporan mikro uji sterilitas.docx

4 IV 21 16 58 17 2 9

5 V 9 4 22 6 17 3

V. PEMBAHASAN

Steril (suci hama) artinya bebas dari segala mikroba baik

pathogen maupun tidak. Tindakan untuk membuat suatu benda

menjadi steril disebut sterilisasi

Ruang steril adalah bebas dari semua mikroorganisme yang

pathogen maupun non patogen termasuk sporanya, pada praktikum

sterilisasi ruangan terdapat 3 metode sterilisasi ruangan yaitu secara

fisika, mekanik dan kimia.

Uji sterilitas ruangan adalah salah satu percobaan dimana

dilakukan uji mikroba dalam suatu ruangan apakah memenuhi syarat

atau tidak. Dari hasil uji yang dilakukan maka suatu ruangan dapat

dikelompokkan dalam kelas – kelas tertentu sesuai dengan tingkat

kontaminasi dari ruangan tersebut. Seperti yang kita ketahui ruangan

adalah tempat yang paling umum digunakan untuk menyimpan suatu

produk, baik itu produk makanan, minuman ataupun obat – obatan

Dan bila ruangan tersebut mengandung banyak mikroba dan tidak

sesuai dengan standarilisasi maka ruangan tersebut tidak layak

digunakan sebagai tempat penyimpanan produk.

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 13: laporan mikro uji sterilitas.docx

Pada uji sterilisasi ruangan ini perlakuan pertama yang kita

lakukan adalah memasukkan medium (PDA atau NA) terlebih dahulu

sebanyak ± 10 ml kedalam cawan Petri setelah itu dibiarkan beberapa

menit untuk memadat. Setelah itu Cawan Petri yang telah berisi

medium PDA dan NA itu masing-masing dimasukkan kedalam Enkas,

Lampu UV, dan LAF yang telah diaktifkan selama 15 menit terlebih

dahulu dan telah disemprotkan dengan Alkohol0 70 % pada enkas

pada LAF dan Lampu UV, cawan petri dibuka 1/3 bagian dengan

tujuan untuk memberikan kesempatan kepada mikroba untuk masuk

sehingga dapat diamati. Dibiarkan 15 menit karena pada selang waktu

tersebut mikroba sudah mampu di isolasi dari suatu tempat

(lingkungan) ke dalam suatu medium.

  Setelah penginkubasian dilakukan pengamatan dimana

didapatkan pertumbuhan jumlah koloni pada tiap – tiap medium.

Untuk LAF pada medium NA  didapatkan jumlah koloni sebanyak 2

koloni, medium PDA didapatkan 9 koloni. Untuk Enkas pada medium

NA didapatkan 58 koloni, untuk medium PDA didapatkan 17 koloni,

dan pada ruangan lampu UV untuk medium NA didapatkan 21 koloni,

untuk medium PDA didapatkan 16 koloni.

            Dari hasil praktikum yang dilakukan terlihat bahwa urutan ruangan

yang paling steril adalah LAF, ruang lampu UV dan kemudian Enkas.

Dari pengamatan tersebut maka dapat dilihat bahwa pada

ruangan-ruangan tersebut mempunyai kemungkinan untuk

terkontaminasi oleh mikroba. Walaupun ruangan tersebut digunakan

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 14: laporan mikro uji sterilitas.docx

untuk pengerjaan aseptis,  tetapi masih mampu terkontaminasi oleh

mikroba. Tetapi itu bukan merupakan hal yang dapat dijadikan

landasan karena adanya koloni mikroba pada medium mungkin saja

berasal dari pengerjaan yang dilakukan, jadi untuk mendapatkan

kepastian tentang hal tersebut perlu dilakukan pengujian lebih lanjut.

Adapun faktor – faktor kesalahan dalam praktikum yaitu : Alat –

Alat yang digunakan ada yang belum steril, Adanya kontaminasi dari

luar, Pengerjaannya yang kurang aseptis.

Pada praktikum ini cawan di buka 1/3 bagian alasannya untuk

mencegah agar tidak banyak mikrorganisme yang masuk kedalam

cawan petri.

Dari hasil praktikum ini dengan menggunakan ruang uji steril

seperti ENKAS, LAF dan UV di peroleh hasil bahwa hasil kontaminasi

bakteri yang paling banyak adalah capet yang di ujikan pada ruangan

steril Enkas , sedangkan yang paling sedikit terjadi kontaminasi

adalah capet yang di ujikan pada ruangan steril LAF . pada

pertumbuhan jamur kontaminasi jamur paling banyak adalah capet

yang di ujikan pada ruangan steril Enkas dan kontaminasi jamur yang

paling sedikit adalah capet yang di ujikan pada ruangan steril LAF

         Penggunaan medium Nutrien Agar (NA) dan Potato Dextrose

Agar (PDA) dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

pertumbuhan bakteri dan jamur/kapang  pada ruang steril tersebut.

Medium ini terlebih dahulu diinkubasi selama 1 x 24 jam dan 3x24 jam

pada inkubator bersuhu 37ºC, setelah itu dilihat pertumbuhan

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 15: laporan mikro uji sterilitas.docx

mikrobanya dan jika medium tersebut tidak ditumbuhi bakteri

kemudian dijadikan sebagai medium uji. Hal ini dilakukan karena

apabila tidak diinkubasikan terlebih dahulu maka kemungkinan

adanya mikroba berupa spora bakteri yang belum tampak yang

berasal dari lingkungan luar pada waktu pembuatan medium, jadi jika

hal ini terjadi maka mikroba yang tumbuh dalam medium NA yang

digunakan untuk menguji sterilitas suatu ruangan bukan berasal dari

ruang yang di uji, sehingga tujuan pengujian tidak berhasil, yaitu untuk

menguji apakah mikroba yang mungkin tumbuh pada medium NA

yang dipakai benar-benar berasal dari ruang yang diuji.

VI. KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat ditarik kesimpulan sbb ;

1. hasil kontaminasi bakteri yang paling banyak adalah capet yang di

ujikan pada ruangan steril Enkas , sedangkan yang paling sedikit

terjadi kontaminasi adalah capet yang di ujikan pada ruangan

steril LAF .

2. pada pertumbuhan jamur kontaminasi jamur paling banyak adalah

capet yang di ujikan pada ruangan steril Enkas dan kontaminasi

jamur yang paling sedikit adalah capet yang di ujikan pada

ruangan steril LAF

VII. DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III, DEPKES RI: Jakarta.

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 16: laporan mikro uji sterilitas.docx

Djide, Natsir Drs. 2003. Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi. UNHAS : Makassar.

Djide, Natsir Drs. 2005. Mikrobiologi Farmasi Terapan. UNHAS : Makassar.

Entjang, Indah, dr, 2003. Mikrobiologi dan parasitologi. PT Citra Aditya Bhakti: Bandung.

Irianto, Koes, Drs, 2006. Menguak Dunia Mikroorganisme. CV. Yrama Widya: Bandung.

VIII. SKEMA KERJA

Sterilisasi ruangan

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm

Page 17: laporan mikro uji sterilitas.docx

LAF ENKAS UV

Semprotkan alkohol 70%

NA PDA NA PDA NA PDA

Masukan medium sebanyak 9 ml

Masukan ke dalam LAF, ENKAS dan UV

Inkubasi 1 x 24 jam

amati

W A H Y U 150 2012 0295 ASNUR ASWAD, S. Farm