47
LAPORAN PENELITIAN ANALISIS BIOMEKANKA PROFIL TEKNIK PELOMPAT TINGGI GALAH PADA PEKAN OLAHRAGA NASIONAL XVI TAHUN 2004 DI PALEMBANG SUMATERA SELATAN Oleh : Drs. Bambang Ks, M.Pd Dr. Taufik Yudi Mulyanto, M.Pd Drs. H. Dadang Masnun, M.Pd Iwan Hermawan, S.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta 2004

LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

  • Upload
    vohanh

  • View
    238

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS BIOMEKANKA PROFIL TEKNIK PELOMPAT

TINGGI GALAH PADA PEKAN OLAHRAGA NASIONAL XVI

TAHUN 2004 DI PALEMBANG SUMATERA SELATAN

Oleh :

Drs. Bambang Ks, M.Pd Dr. Taufik Yudi Mulyanto, M.Pd Drs. H. Dadang Masnun, M.Pd

Iwan Hermawan, S.Pd

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta

2004

Page 2: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak
Page 3: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

ABSTRAK Bambang Ks dkk 2004. Analisis Biomekanka Profil Teknik

Pelompat Tinggi Galah Pada Pekan Olahraga Nasional XVI

Tahun 2004 di Palembang.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui besaran–

besaran kinematik manakah yang berpengaruh terhadap prestasi

dan apakah diperlukan peran IPTEK khususnya untuk merekam

profil teknik seorang pelompat tinggi galah? Penilitian ini

dilaksankan pada nomor lompat tinggi galah yang merupakan

salah satu nomor atletik yang merupakan perpaduan antara

kemampuan fisik, kecanggihan alat, dan ukuran antropometri

atlet. Penelitian ini dilaksanakan di stadion Sriwijaya Palembang

pada saat dilangsungkan PON XVI yaitu pada bulan September

tahun 2004. Subjek yang diteliti adalah pelompat tinggi galah

Nasional sebagai salah seorang finalis dan dalam usaha

memecahkan rekor Nasional. Metode yang dipergunakan yaitu

deskriptif dengan teknik cinematografi. Proses gerakan lompat

galah direkam dalam dua dimensi dengan system perekam

DARTFISH. Sebuah camcorder dipasang pada sebuah tripoid

sejauh 15 meter dari bidang sagital pelompat sedangkan sumbu

lensa diarahkan membuat sudut tegak lurus dengan bidang sagital

melalui mistar lompat. Rekaman gerakan melompat dilaksanakan

dua kali yaitu pada saat final lompatan 5,00 meter dan saat

percobaan memecahkan rekor 5,15 meter. Lompatan 5,00 meter

berhasil sedangkan lompatan 5,15 gagal. Profil teknik pelompat

dari kedua lompatan itu yang akan dibandingkan yaitu yang

mencakup besaran-besaran kinematiknya. Dengan membanding-

kan besaran kinematik profil teknik dari kedua lompatannya akan

dapat diketahui profil teknik yang mana yang menyebabkan

i

Page 4: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

percobaan pemecahan rekor gagal. Selanjutnya untuk memperkuat

hipotesis bahwa atlet pelompat galah yang dijadikan objek

penelitian diduga akan mampu melampaui mistar 5,15 meter

setelah kecepatan sprint, ukuran tinggi badan serta profile

tekniknya dibandingkan dengan pelompat galah pemegang urutan

ke-7 di Olympiade Barcelona dengan lompatan 5,55 meter yaitu

Collet dari Perancis.

Dari analisis hasil rekaman pada lompatan 5,00 meter dan

pada lompatan 5,15 meter didapat: Kecepatan CM pada dua

langkah terakhir adalah 8,743 m/dtk dan 8,743 m/dtk. Waktu

dari sentuhan langkah terakhir ke tanah hingga penanaman galah

(TD1-PP) adalah 0,033 dtk dan 0,033 dtk. Waktu dari penanaman

galah hingga tolakan (PP-TO1) adalah 0,050 detik dan 0,050 detik.

Waktu dari tolakan hingga lengkung galah masimal (TO1-MPB)

adalah 0,300 dtk dan 0,300 dtk. Waktu dari lengkung galah

maksimal hingga galah tegak (MPB-PS) adalah 0,234 dtk dan 0,300

dtk. Waktu dari galah tegak hingga galah dilepas (PS-PR) adalah

0,501 dtk dan 0,501 dtk. Waktu dari galah dilepas hingg ketinggian

pusat masa badan tertinggi (PR-HP) adalah 0,167 dtk dan 0,150

dtk. Tinggi pusat masa badan tertinggi (CM) adalah 5,310 m dan

5,200 m. Waktu dari langkah terakhir sebelum tolakan hingga

pusat masa badan tertinggi (TD2-HP) adalah 1,552 dtk dan 1,652

dtk. Sudut galah terhadap bidang horizontal adalah 89,700 dan

92,800.

Pelompat Indonesia Nunung Jayadi yang melompati mistar

dengan ketinggian 5,00 meter, dibandingkan dengan juara ke-7

Olympiade Barcelona dengan lompatan 5,55 meter Collet dari

perancis, yaitu; Tinggi badannya 172 cm dan 176 cm. Kecepatan

lari 8,90 detik dan 9,70 detik. Tinggi pegangan galah adalah 4,50

m dan 4,80 m. Waktu dari tolakan hingga lengkung galah

maksimal (TO1-MPB) adalah 0,300 detik dan 0,610 detik. Waktu

ii

Page 5: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

dari lengkung galah maksimal hingga galah lurus (MPB-PS) adalah

0,234 detik dan 0,500 detik. Waktu dari galah lurus hingga galah

dilepaskan (PS-PR) adalah 0,501 detik dan 0,350 detik. Waktu dari

saat galah dilepaskan hingga pencapaian pusat massa tertinggi

(PR-HP) adalah 0,167 detik dan 0,160 detik. Tinggi pusat massa

badan tertinggi (HP) adalah 5,310 meter dan 5,740 meter. Besar

sudut galah maksimal yang terjadi terhadap bidang horizontal

adalah 89,70 derajat dan 89,70 derajat. Waktu total dari saat

takeoff hingga mencapai pusat massa badan tertinggi (TD1-HP)

adalah 1,468 detik dan 1,700 detik. Jarak antara Box dan Proyeksi

mistar adalah 0,40 meter dan 0,88 meter.

Berdasarkan semua data di atas, setelah dianalisis melalui

kajian biomekanika tingkat tinggi, yakni dengan menggunakan alat

camcorder DartFish, maka dapat diprediksi bahwa atlet nasional

lompat tinggi galah atas nama Nunung Jayadi dapat dibina dan

ditingkatkan lagi prestasinya hingga mencapai tinggi 5,50 meter

atau menyamai prestasi yang dicapai oleh Collet.

__________

iii

Page 6: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

BAB I

PENDAHULUAN A .Latar Belakang

Setiap daerah tingkat I atau provinsi diwilayah Indonesia

mempersiapkan kontingen yang akan diikutkan dalam Pekan

Olahraga Nasional yang diadakan sekali dalam 4 tahun. Dalam

mempersapkan atletnya daerah mengadakan pemusatan latihan

daerah yang jangka waktunya tergantung kepada kemampuan

daerah masing-masing dengan mepertimbangkan dana, sumber

daya manusia, dan fasilitas yang mereka miliki.

Setiap propinsi dalam mempersiapkan atlet-atletnya telah

mengadakan Pelatda 2 tahun menjelang PON XVI di Palembang

pada bulan September tahun 2004. Tujuan dari Pelatda antara lain

agar para atlet mencapai puncak prestasi mereka saat berlomba di

PON XVI yang akan datang melalui suatu program latihan yang

teratur dan berkesinambungan. Setiap cabang olahraga yang

termasuk dalam Pelatda telah mempunyai sekelompok penanggung

jawab yang biasanya terdiri dari para pengurus daerah cabang yang

bersangkutan. Dalam cabang atletik telah ditunjuk tim pembina

yang telah berhasil menuangkan program pembinanaan dalam satu

periodisasi. Setiap periodisasi harus diakhiri dengan suatu keluaran

atau sasaran. Sasaran akhir tentu prestasi tiap nomor yang harus

1

Page 7: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

2

dicapai di PON XVI. Menjelang sasaran akhir biasanya dibuat

sasaran antara yang dikaitkan dengan perlombaan–perlombaan

penting menjelang PON baik didalam negeri maupun perlombaan

diluar negeri. Menetapkan sasaran akhir harus memperhatikan

beberapa hal antara lain masukan awal data setiap atlet yang

menyangkut : status kesehatan, antropometrik, kemampuan phisik,

kemapuan kardio respiratori, teknik ketrampilan, mental psikologis,

sociological background, prestasi awal saat dimulainya Pelatda.

Satu periodisasi dibagi atas beberapa tahapan, setiap tahun

dituangkan dalam program latihan mingguan dan setiap latihan

mingguan dituangkan dalam program latihan harian yang harus

dilaksanakan oleh para pelatih dengan konsekuen dan ketat.

Program latihan setiap bulan perlu dievaluasi untuk menentukan

tingkat keberhasilan program. Apabila ternyata program yang telah

dilaksanakan kurang berhasil maka segera diperbaiki.

Nomor-nomor atletik ditinjau dari penggunaan system energi

yang disiapkan untuk mendukung kerja fisik secara terus menerus

maka nomor–nomor atletik dapat digolongkan atas system

anaerobik, system glycolysis, dan system aerobik Nomor-nomor

lompat, lempar dan sprint termasuk kelompok anaerobic bahkan

biasa juga disebut sebagi nomor power atau juga nomor teknik.

Tujuan nomor lompat tinggi dan lompat galah yaitu membawa tubuh

atau pusat massa badan setinggi mungkin sedangkan tujuan nomor

Page 8: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

3

lompat jauh dan nomor lempar yaitu melontarkan tubuh sejauh

mungkin atau selama mungkin melayang di udara. Gravitasi bumi

selalu menarik benda kearah bumi, maka untuk melontarkkan

benda harus dikerahkan power atau gaya kepada benda agar benda

dapat menjauhi bumi atau melayang lebih lama diudara. Power yang

besar akan dapat melontarkan benda lebih lama keudara, teknik

yang benar akan menghasilkan gerakan yang efisien.

B. Identifikasi Masalah

1. Apakah prestasi lompat tinggi galah dipengaruhi oleh faktor

tinggi badan atletnya ?

2. Apakah prestasi lompat tinggi galah dipengaruhi oleh ukuran

antropometrik tertentu ?

3. Apakah prestasi lompat tinggi galah dipengaruhi oleh

kekuatan gaya aksi kaki tolak ?

4. Apakah prestasi lompat tinggi galah dipengaruhi oleh teknik

yang digunakan atlet saat melampaui mistar ?

5. Apakah prestasi lompat tinggi galah dipengaruhi oleh

besaran–besaran kinematik tungkai pada dua langkah

terakhir

6. Apakah prstasi lompat tingi galah dipengaruhi oleh posisi

tubuh pada saat menggantung ?

7. Apakah prestasi lompat tinggi galah dipengaruhi oleh momen

inersia gerak berputar galah dan atlet yang menggantung ?

Page 9: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

4

8. Apakah prestasi lompat tinggi galah dipengaruhi oleh sudut

galah saat pelompat melakukan handstand ?

C. Perumusan Masalah

Perumusan maslah penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Fakto-faktor apakah yang mempengaruhi tinggi pusat massa

badan (CM) saat menolak ?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kecepatan

horizontal pada saat take off ?

3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kecepatan gerak

pendulum panjang ?

4. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kecepatan gerak

pendulum pendek ?

5. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tinggi pusat massa

badan pada saat take off sampai galah lurus ?

6. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tinggi pusat massa

badan pada saat melayang ?

7. Apakah sudut galah dengan bidang horizontal berpengaruh

terhadap tinggi pusat massa badan saat melayang ?

Page 10: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

5

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data teknik

secara kuatitatif dan kualitatif pelompat tinggi galah Nunung Jayadi

sebagai pelompat galah nasinal yang harapkan menjadi juara di PON

XVI dan dalam rangka pemecahan rekor Nasional pada PON XVI,

September 2004 di Palembang.

Data-data hasil analisis akan berguna sebagai masukan bagi

pelatih lompat tinggi galah dalam rangka meningkatkan prestasi

lompat tinggi galah Nunung Jayadi.

Dengan sentuhan teknologi atlet ini berpeluang memecahkan

rekor nasional lompat tinggi galah pada Sea Games di Manila

Philippines bulan September 2005 yang akan datang.

Page 11: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Hakikat Lompat tinggi Galah

Secara umum lompat tinggi galah merupakan suatu rangkaian

gerak yang sangat kompleks dan merupakan sebuah variasi

keterampilan. Secara sederhana, seorang pelompat tinggi galah yang

sukses harus memiliki 3 dasar kemampuan yaitu ”Sprinting Speed,

Co-ordination, dan Upper Body Strength” (IAAF, 2002).

Kompleksnya urutan gerak yang ada pada lompat tinggi galah

dapat dibagi menjadi 4 elemen (seluruhnya lebih dari 20 rangkaian

aksi atau elemen) yaitu; Awalan (approach), Tolakan (takeoff),

Melayang (flight), dan Pendaratan (landing), (IAAF, 2002).

Lompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika

olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh

sendiri untuk mencapai jarak vertical maksimal dengan bantuan

alat (Kreighbaum,1989). Tingginya lompatan bukan hanya

ditentukan pada saat take -off saja, akan tetapi merupakan satu

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, mulai dari saat awalan

berlari hingga sikap tubuh di atas mistar.

Rosa M. dkk., membagi 4 tahap atau fase yang sangat

menentukan dalam menganalisis teknik lompat tinggi galah (Rosa

M., dkk., 1994). Empat fase tersebut adalah sebagai berikut.

6

Page 12: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

7

1. Fase Awalan.

2. Fase Takeoff.

3. Fase Dukungan Galah.

4. Fase Melayang Bebas.

B. Hakikat Awalan Lompat Tinggi Galah

Awalan lompat tinggi galah dilakukan dengan berlari secepat

mungkin sambil membawa galah. Panjang awalan berkisar 35-40

meter (18-20 langkah), tergantung kemampuan atlet dalam

membangun percepatan atau kecepatannya (IAAF, 2002). Tujuan

dari berlari secepatnya adalah untuk membangun kecepatan

horizontal atau energi kinetik yang tinggi, (Rosa M. dkk., 1994).

Gerakan berlari menghasilkan kecepatan linier. Pada saat

menancapkan galah ke dalam box hingga menolak (takeoff)

kecepatan lari berubah menjadi kecepatan sudut (angular motion).

Semakin cepat berlari maka akan semakin besar energi kinetik yang

dibangun. Akan tetapi pada lompat tinggi galah atlet tidak dapat

berlari dengan kecepatan maksimal, mengingat ia harus membawa

galah yang dipegang pada ujungnya.

Energi kinetik yang dibangun ini selanjutnya ditransfer ke

galah. Oleh karena itu, seorang atlet harus dapat membawa posisi

tubuhnya dengan baik sebelum melakukan takeoff (Rosa M. dkk.,

1994).

Page 13: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

8

Langkah terakhir awalan hendaknya diperpendek dengan

maksud menaikkan pusat masa tubuh (CM) pada saat takeoff, yang

mana peralihan dari kecepatan horizontal berlari ke kecepatan

takeoff dapat dilakukan secara lembut. Dengan cara ini pelompat

dapat menghindari aksi pengereman dan perubahan lintasan CM

secara tiba-tiba (Rosa M., dkk., 1994).

Pegangan galah harus efektif secara maksimal, sehingga dapat

menghindari momen rotasi ke depan secara berlebihan pada saat

penanaman galah kedalam box (Rosa M., dkk., 1994).

C. Hakikat Tolakan Lompat Tinggi Galah (Takeoff)

Takeoff pada lompat tinggi galah dimulai sejak kaki kiri (kaki

tolakan) menyentuh tanah hingga terlepas dari tanah, di mana jika

ditarik garis imajinasi dari tangan yang teratas sampai ke ujung jari

kaki merupakan sebuah garis lurus vertical (IAAF, 2002). Tangan,

bahu, badan dan kaki, seluruhnya harus lurus.

Pada saat penetraasi atau transfer energi kinetik dari tubuh

atlet ke galah, diupayakan tidak ada energi yang hilang terbuang.

Ada tiga alasan mengapa energi tersebut dapat hilang (berkurang);

pertama adalah benturan galah box pada saat ditanam, kedua

adalah gaya reaksi balik landasan dari tekanan kaki atlet pada saat

tolakan (takeoff), dan yang ketiga adalah terjadi pada galah ketika

melengkung (Rosa M., dkk., 1994).

Page 14: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

9

D. Hakikat Dukungan Galah

Panjang galah, kelenturan galah dan kekuatan galah memiliki

kontribusi yang sangat berarti bagi atlet dalam usaha pencapaian

prestasi yang tinggi. Galah yang lebih panjang relative akan lebih

lentur dibandingkan dengan galah yang lebih pendek, sehingga

dapat menyerap energi kinetic lebih banyak (dapat meminimalisasi

energi yang hilang), sehingga dapat menghasilkan gaya pegas yang

lebih besar.

Gaya pegas atau energi elastis ini merupakan energi potensial,

yang diserap oleh galah dari energi kinetic saat berlari, yang pada

akhirnya akan mebawa dan melontarkan atlet ke atas (Rosa M. dkk.,

1994). Selain itu juga, galah yang panjang akan membawa tubuh

atlet ke atas lebih tinggi pada saat galah lurus sebelum dilepaskan.

Sudah barang tentu galah yang dipakai harus kuat dan relative

masih baru atau layak pakai.

Berat badan seorang atlet dan tipe galah yang digunakan

memiliki kaitan yang penting. Seorang atlet harus menyesuaikan-

nya. Hal ini harus dipahami oleh pelatih maupun atlet itu sendiri.

Seorang yang berat badannya 80 kg akan memiliki energi kinetik

yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang beratnya 60 kg, dengan

kecepatan berlari yang sama. Oleh karenanya tidaklah sama, galah

yang dipakai oleh atlet yang berat dan tingginya berbeda. Dengan

Page 15: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

10

kata lain harus sesuai, agar dapat meminimalisasi energi yang

hilang pada saat takeoff dan penetrasi.

E. Hakikat Menggantung Pada Galah

Pelompat menggantung pada galah merupakan sebuah

pendulum panjang dengan sumbu geraknya berada pada ujung

galah yang menancap pada box. Pelompat yang menggantung pada

bagian atas galah merupakan sebuah pendulum pendek. Hambatan

terhadap gerak pendulum akan terjadi setelah take -off.

Sesaat setelah take -off pelompat harus melentingkan

tubuhnya menyerupai busur dengan kaki tolak tetap lurus ke

belakang, sehingga pusat massa tubuh (CM) tetap rendah atau

dekat dengan sumbu putar pendulum panjang yaitu di ujung gallah

pada box. Pada pendulum panang Moment Inersia (Im) orang

ditambah dengan galah tetap, sehingga Momentum Gerak Berputar

(L) menjadi konstan dengan persamaan matemmatik sebagi berikut.

L = I ω Sikap tubuh seperti busur akan menghasilkan momen inersia

pendulum panjang kecil , maka L = I ω, sehingga kecepatan sudut

pendulum besar (Kreighbaum, 1985).

Hal di atas sesuai dengan konsep metronome; apabila beban

didekatkan dengan sumbu putarnya, maka jarum metronome akan

bergerak lebih cepat (Dyson, 1981)

Page 16: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

11

Pada saat galah akan dilepaskan, si pelompat setelah

mencapai posisi I ia mendorong badannya vertical. Dengan ini ia

telah mengerahkan gaya aksi terhadap galah yang akan

menghasilkan gaya reaksi yang sama besar dan berlawanan arah,

sesuai dengan Hukum Newton III tentang gerak (Brancazio, 1983).

Jadi, saat ini pada pelompat sedang bekerja gaya gravitasi yang

arahnya vertikal ke bawah dan gaya reaksi yang ditransfer ke tubuh

pelompat dengan arah vertikal berlawanan dengan arah gravitasi.

Apabila dua gaya sejajar berlawanan arah membentuk coupel, maka

akan menghasilkan putaran pada pelompat saat tubuhnya

melampaui mistar (Dyson, 1981).

Gambar 1 : Fase Takeoff hingga Melayang Bebas.

Sumber : Rosa M, dkk,1994,hal.,465.

Page 17: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

12

Agar pelompat dapat melampaui mistar maka ia harus dapat

membawa CM lebih tinggi dari mistar yang harus dilampaui.

Menurut analisis James G.Hay (Hay, 1993) bahwa tinggi lontaran

CM (pusat massa badan) pelompat ditentukan sebagai oleh faktor-

faktor berikut.

Sesuai dengan analisis Hay, prestasi seorang pelompat atau

tinggi mistar yang dapat dilampaui merupakan penjumlahan dari :

1. H 1 - yaitu tinggi pusat massa badan (CM) saat akhir melakukan tolakan.

2. H 2 - yaitu jarak CM saat menggantung atau memegang galah. 3. H 3 - yaitu jarak CM saat melayang. 4. H 4 - yaitu jarak melampaui mistar: beda atau selisih jarak

antara tinggi mistar dengan titik tertinggi CM saat melayang.

Gambar 2 : Posisi CM pada beberapa tahapan lompat.

Sumber : Rosa M,dkk, 1994,hal.,466

Page 18: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Stadion Sriwijaya pada

perlombaan atletik nomer lompat galah putra pada Pekan Olahraga

Nasional XVI bulan September tahun 2004 di Palembang, Sumatera

Selatan.

B. TujuanPenelitian

Untuk mengetahui profil teknik juara lompat tinggi galah pada

PON XVI yang merupakan prestasi puncak dari atlet Nasional serta

untuk mengetahui prospek prestasinya dimasa mendatang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 September 2004

bertepatan dengan pelaksanaan nomor lompat galah putra

dilaksanakan pada PON XIV di Palembang tanggal 4 September

2004, yang dilaksanakan di Gelora Sriwijaya kota Palembang

propinsi Sumatera Selatan.

13

Page 19: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

14

D. Metodologi Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini eksploratif

deskriptif dengan teknik sinematografi menggunakan alat perekam

dan soft ware analisis gerak “DARTFISH”.

Data rekaman diambil dari atlit Nunung Jayadi dalam PON

XVI di stadion Sriwijaya tanggal 4 September 2004 dengan

menggunakan alat perekam “Dartfish”. Alat perekam ini hanya

menggunakan satu camera digital sehingga akan menghasilkan

gambar 2 dimensi saja. Camera dipasang pada tripoid jaraknya 15

meter berhimpit dengan tiang lompat kiri dan kanan, serta tegak

lururs dengan bidang sagital pelompat. Kecepatan camera yang

digunakan adalah 30 fps 50Hz.

Kalibrasi untuk menentukan acuan jarak, dibuat vertical

setinggi 1 meter pada tiang lompatan terdekat, menggunakan sticker

scotlite berwarna oranye.

E. Teknik Pengambilan Data

Penelitian ini adalah menggunakan sample tunggal, karena

pada peneltian ini akan melihat besaran kinematik profil teknik dari

seorang atlet lompat galah nasional dari DKI Jakarta juara PON XIV

di Palembang tahun 2004, serta pemegang rekor Nasional.

Teknik pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan

bantuan alat analisis gerak DartFish untuk mencari besaran-

besaran kinematik sehingga didapat data-data yang dipakai untuk

Page 20: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

15

menganalisis secara langsung maupun dapat membandingkannya

dengan parameter yang ada.

Pengambilan data dilakukan langsung ditempat pertandingan

dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Daerah liputan yang harus direkam harus terlihat jelas dan

objek yang akan diambil gambarnya dapat direkam mulai

dari tolakan sampai melewati mistar lompatan.

2. Data pertama yang diambil adalah kecepatan horizontal

pusat massa badan (CM), dimabil pada saat satu langkah

terakhir diukur jarak langkahnya dan kemudian dicari

waktu tempuhnya (jarak TD2 – TD1).

TD2 TD1

Gambar 3 : Mencari Kecepatan Horisontal

Page 21: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

16

3. Kemudian dicari waktu dari waktu pada saat galah

pertama kali menyusur tanah menuju ke lubang tolakan

(TD1) keposisi galah menancap kekotak tolakan (PP).

PP

Gambar 4 : Waktu Posisi Galah berada pada kotak tolakan

4. Dari posisi galah menancap kekotak tolakan (PP) sampai

atlet melakukan gerakan untuk take off (TO1), ditandai oleh

posisi tungkai yang lurus maksimal dan kaki melakukan

gerakan plantar flexio.

Page 22: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

17

TO1

Gambar 5 : Waktu saat akan menolak (Take Off/TO1)

5. Selanjutnya diambil waktu dari posisi akan take off (Last

Take Off/TO1) keposisi galh dalam keadaan lengkung

maksimal (Maximum pole bend/PB) dan posisi togok pada

posisi ini harus sejajar dengan bidang horizontal.

00:00:300

TO1

Gambar 6 : Posisi saat galah lengkung maksimal (MPB)

Page 23: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

18

6. Waktu dari posisi galah melengkung maksimal (Maximum

pole bend/PB) sampai dengan galah lurus (Pole Straight/PS)

badan atlet masih menghadap membelakangi tiang dan

mistar lompatan.

00:00:234

Gambar 7 : Posisi saat galah lurus (Pole Straight/PS)

7. Waktu pada saat galah lurus (Pole Straight/PS) sampai

posisi galah akan dilepaskan (Pole Release/PR) namun

galah belum dilepaskan dari tangan dan masih dipegang

satu tangan yang nantinya akan ditolak untuk melewati

mistar.

Page 24: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

19

00:00:50100:00:501

Gambar 8 : Posisi saat galah lurus maksimal (Pole Release/PR)

8. Waktu yang dicapai dari posisi galah akan dilepaskan (Pole

Release/PR) ke posisi tertinggi dari pusat massa badan

(Center of Mass/CM) atau posisi pusat massa badan berada

pada titik tertinggi adalah saat atlet melepaskan galah dan

melayang diatas mistas pada saat pusat massa badan

mencapai ketinggian maksimal.

Page 25: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

20

00:00:167

Gambar 9 : Posisi saat Pusat Massa Badan (CM) tertinggi

9. Sudut galah dengan bidang horizontal dapat diketahui

dengan melihat posisi galah saat lurus atau pada posisi

Pole Straight (PS), untuk mengetahui besar sudut galah

dengan bidang horisontal. Dimana besar sudut galah

maksimal jika tegak lurus adalah 900 , busur sudut

dihitung dari galah yang menancap di lubang tolakan,

kemudian sejajar dengan bidang horizontal/ sejaja dengan

tanah diukur dengan galah yang sedang berdiri tegak pada

posisi PS (Pole Straight), maka didapat besar sudut galah

dengan bidang horizontal.

Page 26: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

21

Gambar 10 : Sudut galah saat dilepas

10. Dari uraian diatas dapat kita ketahui waktu tempuh yang

dibutuhkan untuk melakukan satu siklus gerakan lompat

galah dari posisi saat satu langkah terakhir (TD2) sampai

dengan ketinggian pusat massa badan tertinggi (HP). Disini

dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk satu kali

gerakan yang sangat berperan dalam pelaksanaan lompat

tinggi galah. Dan biasanya waktu yang dibutuhkan untuk

satu kali pelaksanaan lompatan tidak lebih dari dua detik,

dan memang sangat sulit diamati oleh mata kita.

Page 27: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

22

00:01:552

Waktu keseluruhan pelaksanaan lompat tinggi galah

Gambar 11 : Waktu total pelaksanaan lompatan

Page 28: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Penelitian

Berikut akan diperlihatkan hasil rekaman camcorder digital

lompat tinggi galah atas nama Nunung Jayadi, yang menjadi sample

tunggal dalam penelitian ini. Setelah diolah menjadi beberapa frame

dengan menggunakan fasilitas stromotion, maka kecepatan, waktu

dan jarak dari posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap tinggi CM

pada 4 bagian tinggi secara keseluruhan (H1, H2, H3, H4). H1

adalah tinggi CM pada saat takeoff, H2 adalah tinggi CM dari saat

takeoff hingga saat melepas galah. H3 adalah tinggi CM dari saat

melepas galah hingga melayang terbang bebas tertinggi. H4 adalah

tinggi CM pada saat terbang bebas, diukur dari mistar.

TD2 TO2 TD1 TO1

PP

MPB

TD2

PR

HP

HP

PR

PS

MPB

TO2 TD1 PP TO1

TD2

Gambar 12: Urutan gerak per frame dari take off s/d diatas mistar

23

Page 29: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

24

B. Analisis Data Penelitian

1. Hasil Analisis Pertama :

Berdasarkan dari data hasil rekaman dengan menggunakan

dua dimensi dan kemudian dihitung dengan system DartFish,

diperoleh data kinematik yang menggambarkan profile pelompat

galah yang menjadi juara dengan lompatan 5,00 meter, serta data

kinematik pada saat sang juara mencoba untuk memecahkan rekor

nasional dengan tinggi mistar 5,15 meter. Data tersebut terangkum

dalam Table 1 di bawah ini.

Tabel 1 : Data hasil rekaman dan hitungan.

Fase Lompatan Lompatan 5,00 m

( Berhasil ) Lompatan 5,15 m

( Gagal )

TD2 – TD1 0,167 dtk 0,167 dtk Jarak TD2 – TD1 1,460 m 1,460 m TD1 – PP 0,033 dtk 0,033 dtk PP – TO1 0,050 dtk 0,050 dtk TO1 – MPB 0,300 dtk 0,300 dtk MPB – PS 0,234 dtk 0,300 dtk PS – PR 0,501 dtk 0,501 dtk PR – HP 0,167 dtk 0,150 dtk V Horizontal 8,743 m/dtk 8,743 m/dtk HP (CM Maximum) 5,310 m 5,200 m Waktu TD2 – HP 1,552 dtk 1,652 dtk Sudut Galah Horizontal 89,70 0 92,80 0

Keterangan : TD2 = Touchdown 1 langkah terakhir. TD1 = Touchdown langkah saat takeoff. PP = Saat penancapan galah. TO1 = Takeoff. MPB = Lengkung maksimal galah. PS = Ketegakan galah. PR = Pelepaskan galah. HP = Tinggi CM maksimal.

Page 30: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

25

a. Fase Awalan (TD2-TD1)

1). Waktu Tempuh. Waktu tempuh untuk jarak 1,32 meter

ditempuh sama, yaitu dalam waktu 0,167 detik, baik pada

waktu melompat 5,00 meter maupun pada saat berusaha

memecahkan rekor setinggi 5,15 meter. 5,15 meter tidak

disebabkan oleh faktor kecepatan awalan.

2). Jarak Langkah. Jarak langkah terakhir sebelum

melakukan tolakan (takeoff) terhitung juga sama, baik pada

saat melakukan lompatan 5,00 meter maupun pada saat

berusaha memecahkan rekor, yaitu 5,15 meter.

3). Kecepatan Horizontal. Dari catatan waktu dan jarak yang

telah dihitung pada langkah terakhir sebelum tolakan

(takeoff), dapat disimpulkan bahwa kecepatan horizontal

saat menolak adalah adalah sama yaitu 8,90 m/det.

Dengan demikian maka salah satu penyebab kegagalan

untuk lompatan setinggi 5,15 meter adalah faktor

kecepatan horizontal CM (TD2-TD1).

Pada fase awalan atau langkah terakhir sebelum menolak

(takeoff), kecepatan horizontal pusat massa badan (CM) sama,

yaitu 8,90 meter perdetik. Untuk lompatan 5,15 meter

seharusnya melaksanakan awalan lebih cepat dari pada awalan

untuk lompat 5,00 meter. Untuk membawa tubuh melalui mistar

Page 31: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

26

yang dipasang lebih tinggi perlu energi kinetik yang lebih besar

untuk melawan gravitasi. Energi ini harus ditransfer dari

kecepatan awalan ke galah.

b. Fase Takeoff

4). Persiapan Menanam Galah (TD1-PP). Persiapan menanam

galah yaitu dimulai saat ujung galah mengenai box yang

diindikasikan oleh lengan dari atlet harus berada di atas

bahu, lalu kaki tungkai bawah ayun dari posisi di belakang

hingga posisi vertical di bawah badan. Catatan waktu, baik

pada lompatan 5,00 meter maupun saat berusaha

memecahkan rekor 5,15 meter adalah sama, yaitu 0,033

detik. Dengan demikian maka salah satu penyebab

kegagalan lompatan 5,15 meter adalah faktor persiapan

penanaman galah ke dalam box (TD1-PP).

5). Menanam Galah hingga Menolak (PP-TO1). Catatan

waktu yang diperlukan dari mulai saat galah ditanam (PP)

hingga menolak ditengarai oleh lengan atas lurus, galah

terlihat agak lengkung, kaki tolak lurus, dan kaki ayun

berada di depan. Waktu yang diperlukan pada lompatan

5,00 meter dan pada usaha pemecahan rekor 5,15 meter

sama, yaitu 0,050 detik. Seharusnya waktu yang

diperlukan untuk ini melewati mistar setinggi 5,15 meter

Page 32: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

27

lebih cepat. Dengan demikian maka salah satu penyebab

kegagalan lompatan 5,15 meter adalah faktor kecepatan

penanaman galah ke dalam box hingga takeoff (PB-TO1).

c. Fase Menggantung Pada Galah

6). Saat menolak hingga galah melengkung maksimal (TO1-

MPB). Galah yang telah mendapat transfer energi dari

kecepatan awalan atlet yang memilki berat tertentu akan

bergerak dengan sumbu gerak pada box. Gerak galah dan

atlet yang menggantung merupakan gerak pendulum

panjang. Atlet yang menggantung pada galah itu sendiri

pun, yang pusat geraknya pada galah bagian atas juga

merupakan sebuah pendulum pendek. Pusat masa

pendulum panjang akan berubah-ubah, yang pada awal

putaran pusat masa berada dekat dengan sumbu gerak,

hingga galah mencapai lengkung maksimal (F1). Waktu

yang tercatat dari data yang ada adalah sama antara

lompatan 5,00 meter dan 5,15 meter, yaitu 0,300 detik.

Secara Biomekanika seharusnya tidak sama. Dengan

demikian maka, salah satu penyebab kegagalan lompatan

5,15 meter adalah faktor kecepatan waktu dari takeoff

hingga lengkung galah maksimal (TO1-MPB).

Page 33: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

28

7). Saat galah lengkung maksimal hingga lurus (MPB-PS).

Saat galah mencapai lengkung maksimal, pendulum

pendek pusat masanya mulai mendekati sumbu geraknya.

Bersamaan dengan pergerakan pusat massa pendulum

panjang menjauhi sumbu gerak, energi pegas galah mulai

bekerja hingga galah lurus (F2).

Catatan waktu F1 dari saat menolak hingga galah

melengkung maksimal, pada lompatan 5,00 meter adalah

0,234 detik, sedang pada lompatan 5,15 meter adalah

0,300 detik. Ini berarti bahwa pada lompatan 5,15 meter

lebih lambat 0,066 detik. Hal ini mungkin terjadi oleh

karena perubahan jarak pegangan pada galah pada

lompatan 5,00 meter dan pada 5,15 meter. Merubah

pegangan tangan atas kearah atas galah akan merubah

letak CM pendulum panjang menjauhi titik pusat geraknya

yaitu box. Karena kecepatan horizontal pelompat saat

akan menolak sama ( 8,90 m/detik) berarti transfer energi

kinetik kegalah sama besar , sedangkan momentum gerak

berputar galah bertambah sehingga menyebabkan gerak

pendulum galah pada lompatan 5,15 lambat. Catatan

waktu F2 pada lompatan 5,00 meter adalah 0,234 detik,

pada percobaan pemecahan rekor 5,15 meter adalah 0,300

detik, agak lambat 0,050 detik. Hal ini terjadi karena posisi

Page 34: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

29

menggantung atlet setelah galah melengkung maksimal

kurang sempurna. Dengan demikian maka, salah satu

penyebab kegagalan lompatan 5,15 meter adalah faktor

kecepatan waktu dari lengkung galah maksimal hingga

galah lurus (MPB-PS).

8). Galah Lurus hingga Lepas (PS-PR). Sesaat sebelum galah

lurus atlet melakukan serangkaian gerakan merubah

tubuh dari posisi/bentuk L ke bentuk I. Setelah itu

memutar sambil mendorong badan ke atas sehingga tinggal

tangan pegangan atas yang memegang galah, yang sesaat

kemudian akan lepas. Catatan waktu saat melompat 5,00

meter adalah 0,501 detik dan saat percobaan pemecahan

rekor 5,15 meter adalah 0,501 detik. Hal ini berarti gerakan

merubah tubuh dari posisi L ke Posisi I hingga melepas

galah sama dengan pada usaha pemecahan rekor.

Kecepatan gerak vertikal tubuh yang juga merupakan

kecepatan gerak pusat massa tubuh (CM). Karena massa

pelompat sama besar maka yang akan membedakan

tingginya lontaran yaitu kecepatan CM. Makin tinggi

kecepatan lontaran akan makin tinggi CM maksimalnya.

Dengan catatan arah lontaran harus vertikal. Dengan

demikian maka, salah satu penyebab kegagalan lompatan

Page 35: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

30

5,15 meter adalah faktor kecepatan waktu dari galah lurus

hingga galah dilepaskan (PS-PR).

d. Fase Melayang Bebas (PR-HP).

9). Saat Galah Lepas hingga CM mencapai posisi tertinggi.

Pusat Massa Badan (CM) yang dilontarkan ke udara makin

tinggi makin lama waktu diperlukan dengan catatan

lontaranya vertikal. Catatan waktu saat melompat 5,00

meter adalah 0,167 detik. Saat melompat 5,15 meter

adalah 0,150 detik. Hal ini berarti berbeda 0,017 detik

lebih cepat pada lompatan 5,15 meter. Menurut teori yang

ada seharusnya, semakin tinggi lompatan semakin lambat

pula waktu melayang bebas yang terjadi. Perbedaan ini

akan mempengaruhi tinggi lontaran CM maksimal. Dengan

demikian maka, salah satu penyebab kegagalan lompatan

setinggi 5,15 meter adalah faktor kecepatan waktu

melayang bebas di atas mistar (PR-HP).

10). Pusat Massa Badan Tertinggi (HP). Berdasarkan analisis

manual dari rekaman CM tertinggi saat melompat 5,00

meter yaitu 5,310 meter. Kemudian saat percobaan

pemecahan rekor 5,15 meter yaitu 5,200 meter. Karena

waktu lontaran CM saat melompat 5,00 meter lebih lama

dari pada saat melompat 5,15 meter maka lontaran CM

Page 36: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

31

maksimal (HP) saat melompat 5,00 lebih tinggi

dibandingkan HP saat melompat 5,15 meter. Dengan

demikian maka, salah satu penyebab kegagalan lompatan

setinggi 5,15 meter adalah faktor tinggi pusat massa badan

maksimal (HP).

11). Galah. Galah adalah salah satu faktor yang sanagat ikut

memepangaruhi hasil lompatan. Ukuran galah umumnya

telah disesuaikan dengan atlet yang menggunakannya.

Masalah yang akan dibahas adalah sudut galah maksimal

yang terjadi terhadap bidang horizontal. Besar sudut galah

maksimal dengan bidang horizontal yang terjadi pada

lompatan 5,00 meter adalah 89,7 derajat, sedang pada

lompatan 5,15 meter adalah 92,8 derajat. Pada lompatan

5,15 meter ruang gerak dengan mistar terlalu sempit oleh

karena sudut galah yang terjadi mebihi 90 derajat,

sehingga bagian lutut menyentuh mistar sebelum CM

mencapai tinggi maksimal. Dengan demikian maka, salah

satu penyebab kegagalan lompatan setinggi 5,15 meter

adalah faktor sudut galah maksimal yang terjadi sebelum

dilepaskan.

12 ). Jarak Box ke Proyeksi Mistar. Jarak dari dinding Box ke

bidang vertikal yang melalui dua tiang lompat galah baik pada

saat melompat 5,00 meter dan pada saat percobaan

Page 37: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

32

memecahkan rekor 5,15 meter menggunakan jarak 0,40

meter. Dari hasil pengamatan rekaman jarak ini terlalu sempit

bagi gerakan pelompat saat melakukan gerakan dari posisi L

ke posisi I. Ruang gerak yang sempit ini juga disebabkan oleh

karena sudut galah dengan horizontal pada saat galah lepas

telah melebihi titik vertical galah ( 92,8 derajat). Hal ini juga

berpengaruh terhadap arah lontaran CM yang tidak tegak

lurus tetapi membuat sudut dengan vertikal. Dengan

demikian maka, salah satu penyebab kegagalan lompatan

setinggi 5,15 meter adalah faktor Jarak antara Box ke proyeksi

mistar atau bidang vertical di antara dua tiang lompatan.

2. Hasil Analisis Kedua

Dari hasil rekaman pada PON XVI 2004 Palembang, atas nama

atlet Nunung Jayadi sebagai pemegang medali emas, dan dari hasil

catatan pelompat tinggi galah juara ke-7 olimpiade ’92 Barcelona

Spanyol, maka didapat data seperti yang tercantum dalam table 2.

Tabel 2 : Perbandingan Data antara Nunung J dan Collet

Nunung Jayadi C o l l e t Prestasi Juara PON XVI 2004 Juara 7 Olimpiade ’92 Tinggi Badan 172 cm 176 cm Kecepatan Lari 8,74 m/dtk 9,70 m/dtk Tinggi Pegangan Galah 4,50 m 4,80 m TO1 – MPB 0,300 dtk 0,61 dtk MPB – PS 0,234 dtk 0,50 dtk PS – PR 0,501 dtk 0,35 dtk PR – HP 0,167 dtk 0,160 dtk

Page 38: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

33

HP (CM Maximum) 5,310 m 5,74 m Sudut Galah Horizontal 89,70 0 89,70 0 Waktu TD1-HP 1,468 dtk 1,70 dtk Jarak Box–Proy.Mistar 0,40 cm 0,88 cm Tinggi lompat 5,00 m 5,55 m

Keterangan : TD1 = Touchdown langkah saat takeoff. PP = Saat penancapan galah. TO1 = Takeoff. MPB = Lengkung maksimal galah. PS = Ketegakan galah. PR = Pelepaskan galah. HP = Tinggi CM maksimal.

a. Tinggi Badan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tinggi badan keduanya

tidak terlalu jauh berbeda, Collet lebih tinggi 4 cm dari Nunung

Jayadi. Ini yang menjadi alasan kenapa Collet dipilih sebagai figure

pembanding dalam penelitian ini, faktor tinggi badan tidak berbeda

jauh apabila dibandingkan dengan atlet-atlet lain sebagai

pembanding yang jauh lebih tinggi dari atlet kita. Sehingga pada

posisi berlari sampai akan take-off tinggi pusat massa badan tidak

terlalu jauh berbeda.

b. Kecepatan Lari

Kecepatan berlari dari data diatas menunjukkan Nunung lebih

lambat dibanding dengan Collet, kecepatan berlari (kecepatan

horizontal) Nunung Jayadi lebih lambat 0,96 m/dtk dibanding

dengan Collet. Dari hasil ini Nunung Jayadi harus dapat

meningkatkan kecepatan berlarinya. Namun kecepatan yang diraih

tidak secara otomatis menjadi jaminan lompatan akan semakin

Page 39: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

34

tinggi, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi

tingginya lompatan.

c. Tinggi Pegangan Galah

Tinggi pegangan galah dari kedua data diatas menunjukkan

tinggi pegangan galah Collet lebih tinggi 30 cm dari pegangan galah

Nunung Jayadi. Ini berarti panjang jari-jari pendulum besar (long

Pendulum) lebih panjang dan memungkinkan dapat melontarkan

objek lebih jauh karena tenaga yang dihasilkan lebih besar. Tenaga

yang lebih besar akan dapat dihasilkan apabila posisi galah dapat

ditarik dengan maksimal, dan ditambah dengan posisi tubuh yang

membentuk posisi L, sehingga menghasilkan momen inersia gerak

berputar yang lebih kecil, sehingga tenaga yang dihasilkan oleh

lentingan galah dapat dimanfaatkan secara optimal untuk

melontarkan tubuh keatas.

d. Waktu dari Take-off hingga Lengkung Galah Maksimal

Saat fase ini waktu yang dihasilkan oleh Nunung lebih cepat

0,29 detik disbanding waktu yang dicapai oleh Collet. Ini

dimungkinkan karena kecepatan awal (kecepatan horizontal)

Nunung Jayadi lebih tinggi dari Collet, sehingga mempengaruhi alur

gerak pada fase-fase berikutnya. Selain itu panjang galah

mempengaruhi waktu yang dicatat dari mulai take-off sampai galah

lengkung maksimal. Collet yang mempunyai galah lebih panjang 30

cm dari galah yang digunakan Nunung Jayadi memungkinkan

Page 40: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

35

gerakan yang terjadi lebih lambat, karena jari-jari pendulumnya

lebih panjang.

e. Waktu dari Lengkung Galah Maksimal hingga Lurus

Pada fase ini terdapat perbedaan waktu antara Nunung Jayadi

dan Collet. Nunung lebih cepat 0,266 detik dari pada Collet. Hal ini

dimungkinkan oleh panjang galah yang digunakan oleh Nunung

Jayadi lebih pendek. Nunung menggunakan galah yang panjangnya

4,70 meter, dan Collet 5,00 meter. Sesuai dengan hukum pendulum

yang ada, galah yang lebih panjang akan membutuhkan waktu yang

lebih lama untuk membawa atlet pada ketinggian maksimal.

f. Waktu dari Galah Lurus hingga Dilepaskan

Dalam fase ini juga terdapat perbedaan waktu antara Nunung

Jayadi dan Collet, akan tetapi Nunung lebih lambat 0,151 detik.

Waktu yang ditempuh oleh Nunung adalah 0,501 detik, sedang

Collet adalah 0,350 detik. Dari hasil pengamatan ini terlihat bahwa

kekuatan otot bagian atas tubuh dan lengan Nunung Jayadi lebih

lemah dibandingkan dengan Collet. Karena pada fase ini otot-otot

tersebut bekerja secara maksimal untuk memutar dan mendorong

tubuh ke atas.

g. Waktu dari Galah Dilepaskan hingga Pusat Massa Tertinggi

Pada fase ini relative tidak ada perbedaan waktu yang berarti

antara Nunung dan Collet. Pada fase ini tidak terlalu membutuhkan

Page 41: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

36

kekuatan otot yang besar, oleh karena hanya melepaskan galah saja.

Tubuh dapat terlontar dan pusat massa tubuh (CM) berada pada

ketinggian maksimal karena tenaga yang beasal dari fase

sebelumnya, yaitu saat otot-oto tubuh dan lengan menarik galah

sehinga badan berada pada posisi siap melepaskan galah.

h. Pusat Massa Badan Tertinggi

Ketinggian pusat massa badan yang maksimal dari Nunung

Jayadi lebih rendah 43 cm dari Collet. Keadaan tersebut akibat dari

panjang galah yang digunakan memang berbeda. Nunung

menggunakan galah yang lebih pendek 30 cm dari Collet. Faktor

lain yang juga mempengaruhi ketinggian pusat massa tubuh adalah

tenaga kinetic yang ditranfer ke galah dari awalan sampai dengan

galah ditarik untuk mengangkat badan sebelum galah dilepaskan.

Kelenturan galah dapat menyerap lebih banyak energi kinetic yang

ditransfer dari kecepatan linier berlari, untuk diubah menjadi

sebuah gaya pegas yang dapat melontarkan atlet lebih tinggi.

i. Sudut Galah terhadap Bidang Horizontal

Besarnya sudut galah terhapap bidang horizontal dari kedua

pelompat terlihat bahwa keduanya mempunyai sudut 89,700, ini

memperlihatkan bahwa kedua pelompat tersebut mencoba menolak

galah mendekati sudut maksimal 900. Mencapai sudut maksimal

adalah upaya untuk mendapatkan jarak vertical maksimal,

Page 42: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

37

melontarkan pusat massa badan (CM) melewati mistar. Kedua atlet

ini dapat dikatakan relatife sempurna dalam melakukan teknik pada

fase ini.

j. Waktu dari Awal Take off hingga Pusat Massa Tertinggi

Waktu tempuh yang dilalui untuk melakukan satu siklus

lompatan mulai dari awal takeoff sampai dengan posisi pusat massa

badan tertinggi kedua pelompat mempunyai perbedaan yang tidak

jauh berbeda. Nunung Jayadi lebih cepat 0,232 detik dari Collet, ini

disebabkan oleh panjang galah yang digunakan Nunung lebih

pendek dari yang digunakan Collet. Atau, kemungkinan berikutnya

adalah disebabkan oleh factor kelenturan galah yang digunakan oleh

Nunung kurang lentur. Galah yang lebih lentur memiliki potensi

yang tinggi dalam menyerap energi kinetic yang ditransfer dari

kecepatan linier berlari pada saat takeoff dan penetrasi, oleh

karenanya waktu yang diperlukan dari lengkung galah maksimal

hingga lurus akan lebih lama.

k. Jarak dari Box ke Proyeksi Mistar

Mengenai hal ini, antara Nunung dan Collet menetapkan jarak

antara Box ke Proyeksi Mistar sangat jauh berbeda. Nunung

menetapkan sejauh 0,40 meter, sedang Collet sejauh 0,88 meter.

Jarak antara box dan proyeksi mistar merupakan ruang gerak bagi

atlet pada saat ia memutarkan dan mengangkat tubuhnya ke atas

hingga mencapai posisi HP di atas mistar. Semakin tinggi tubuh

seorang atlet, semakin jauh pula jarak yang harus diseting antara

Page 43: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

38

box dan proyeksi mistar. Perbedaan jarak sejauh 0,48 meter (48 cm)

antara Nunung dan Collet merupakan faktor yang relatif sangat

menentukan untuk dapat melewati mistar lebih tinggi dari 5,00

meter. Dilihat dari data yang ada, antara Nunung dan Collet

memiliki tinggi badan yang relatif sama, yaitu; Nunung 172 cm, dan

Collet 176 cm.

Page 44: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Lompatan 5,15 meter gagal oleh karena waktu untuk

menggantung lebih lama dibandingkan dengan saat melompat

5,00 meter hal ini karena profil teknik menggantung yang

tidak sempurna sehingga momentum gerak berputarnya besar

maka kecepatan sudutnya pendulum panjang kecil.

2. Sudut galah saat dilepas 89,70O dengan demikian busur

antara titik pegangan pada galah dan titik pada mistar

menjadi lebih panjang sehingga perlu waktu yang lebih lama

untuk membawa tangan melewati mistar. Walaupun CM telah

melewati mistar namun untuk membawa lengan lewat mistar

waktunya tidak cukup akibatnya lengan yang menyentuh

mistar.

3. Momen inersia gerak berputar pada lompatan 5,00 meter lebih

kecil dari pada lompatan 5,15 meter, sehingga kecepatan

sudut pada lompatan 5,00 meter lebih besar dibandingkan

pada lompatan 5,15 meter. Ini mempengaruhi preastasi yang

dicapai pada kedua lompatas tersebut, kecepatan gerak pada

lompatan 5,00 tidak mendapatkan hambatan dan

menghasilkan lompatan yang lebin tinggi.

4. Dibandingkan dengan juara ke-7 Olympiade Barcelona yang

mampu melewati mistar 5,55 meter maka tinggi badan atlet

kita Nunung Jayadi hampir sama, kecepatan lari Nunung

Jayadi yang lebih cepat, penggunaan panjang galah yang

hampir sama maka pelompat galah Nasional Nunung Jayadi

berpeluang untuk melompat lebih tinggi dari 5,15 meter.

40 39

Page 45: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

40

B. Implikasi

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan olahraga Nasional, khususnya pada cabang olahraga

yang mengandalkan teknik yang tinggi. Bahwa dalam hal perbaikan

teknik dibutuhkan pendekatan yang tepat, dalam hal ini pendekatan

“Sport Biomechanic” sehingga dapat dicari kekurangan yang terjadi

pada atlet.

Pelatih dapat memberikan masukan yang langsung dan tepat

serta akurat pada kesalahan-kesalah teknik yang terjadi pada

atletnya, dan langsung memberikan masukan dan perbaikan teknik

yang tepat, tidak mengandalkan intuisi, pengalaman, yang tidak

terlalu tepat untuk mencari kesalah-kesalah yang terjadi. Sehingga

pada akhirnya prestasi olahraga dapat meningkat dan dapat

bersaing dengan Negara-negara lain pada tataran internasional.

Bagi atlet diuntungkan karena tidak membutuhkan waktu

yang lama dalam mempelajari teknik dalam latihan yang dijalaninya.

Disamping itu akibat kesalahan-kesalahan dalam melakukan

gerakan dlam teknik tertentu diharapkan akan meminimalkan atau

menghindari resiko cidera yang dapat terjadi.

C. Saran-saran

1. Proses Lompat tinggi galah dari take-off hingga tubuh

melampaui mistar (bar clearance) hanya berlangsung dalam

wanktu 1,468 detik sehingga untuk mengamati profil dari

bagian-bagian teknik tertentu tidak mungkin hanya

menggunakan mata telanjang tetapi mutlak perlu alat bantu

yaitu system perekam gerak yang mampu menghitung besaran

kinematika secara kualitatif dan kuatitatif dengan kata lain

pendekatan IPTEK mutlak jika prestasi olahraga kita ingin

masuk ke jajaran prestasi ASIA.

Page 46: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

41

2. Pada penelitian ini data masih didapatkan dengan metode

sinematografi teknik manual, sehingga data tersebut masih

kurang akurat dan proses analisanya memakan waktu yang

lama. Diharapkan untuk mendapatkan data yang lebih akurat

dan analisisnya dapat cepat dilaksanakan dibutuhkan system

perekan gerak dengan software yang dapat menganalisa

besaran-besaran kinematik dan kinetic secara langsung dan

akurat.

Page 47: LAPORAN PENELITIAN - · PDF fileLompat tinggi galah dikaji dari sudut pandang biomekanika olahraga termasuk pada klasifikasi ketrampilan melontarkan tubuh sendiri untuk mencapai jarak

DAFTAR PUSTAKA Branbcazio ,Peter J.; Sport Science, Laws and Opimum Performance, 1984 ,Simon and Schuster , New York. Bob Davis, Cross Bull, Jan Roscoe, Dennis Roscoe; Physical Education and the Study of Sport,1997, Mosby, London, Philadelphia, Sidney, Tokyo. Chritopher L, Vaughan.; Biomechanics Of Sport. 1989 , CRC Press, . Inc , Florida. Ellen Kreighbaum, Katharine M.Barhtel.; BIOMECHANICS, A Qualitative Approach For Studiying Human Movement ,Second Ed., 1985 , Burgees Publishing Company, Minnepolis , Minnesota. IAAF, Jumping Events Texbook, Level I/II Coaches Education & Certification System, 2000. James G. Hay ; The Biomechanics Of Sport Techniques, Fourth Ed., 1993 , Prentice Hall, Englewood Cliff, New Jersey 07632. John Bloomfield ,. Timothy R. Acland , Bruce C. Elliot; Applied Anatomy and Biomechanics in Sport, 1994 , Blackwell Scientific Publications, Melbornew, London, Paris.

Julie Anderson ( Ed), Biomechanics Research at The Olympic Games : 1984 – 1994 , 1994 , Human Kinetics ,Publishers, Inc. Linda Bump (Ed), Biomechanics Research at the Olympic Games : 1984 – 1994, 1994, Human Kinetics Publisher,Inc ., Champaign,Illinois. Miller, Dorris I; Biomechanics of Sport, A Reasearch Approach, 1973, LEA FEBIGER, Philadelphia. Ronald Kirby, Jauh A Roberts; Introductory Biomechanics; 1985, ovement Publications, Inc. 109E Sate St, Ithaca. N.Y. 14850. Wells Katherine F; Kinesiology the Scientific Basis of Human Motion; 1971 WB Sounders Company, Philadelphia.

42