25
STEP 3 1. Apa definisi autoimun ?ICHA Respon imu terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan kegagalan mekanisme imun u/ melakukan slef tolerance bail sel B, atau sel T maupun keduanya Mekanisme normal namun terjadi kegagalan untuk mempertahankan self tolerance Definisi : Respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. (Imunologi Dasar Ed.7 “Karnen Garna Baratawidjaja” FKUI) 2. Bagaimana mekanisme self tolerance dan kehilangan self tolerance ? MB VIVIN Utama sel B dan T di inaktifkan – Ts di aktifkan – sel Ts berperan mempertahankan toleransi alamiah thd sel antigen shg sel Ts menekan aktifasi sel Th – self tolerance disebabkan oleh inaktifasi atau dibunuhnya sel limfosit,sel reaktif yang diinduksi sel antigen sendiri Jika kehilangan maka menyebabkan mekanisme autoimun Mekanisme Self Tolerence Utamanya sel B dan sel T diinaktifkan atau sel Ts nya yang diaktifkan, sel Ts dianggap berperan mempertahankan tolerancy alamiah terhadap self-antigen, sel Ts menekan aktivitas sel Th. Self tolerance disebabkan oleh inaktivasi/dibunuhnya

lbm 2 modul 7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lbm 2

Citation preview

STEP 3

1. Apa definisi autoimun ?ICHA Respon imu terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan kegagalan mekanisme imun u/ melakukan slef tolerance bail sel B, atau sel T maupun keduanya Mekanisme normal namun terjadi kegagalan untuk mempertahankan self tolerance

Definisi: Respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya.(Imunologi Dasar Ed.7 Karnen Garna Baratawidjaja FKUI)

2. Bagaimana mekanisme self tolerance dan kehilangan self tolerance ? MB VIVIN Utama sel B dan T di inaktifkan Ts di aktifkan sel Ts berperan mempertahankan toleransi alamiah thd sel antigen shg sel Ts menekan aktifasi sel Th self tolerance disebabkan oleh inaktifasi atau dibunuhnya sel limfosit,sel reaktif yang diinduksi sel antigen sendiri Jika kehilangan maka menyebabkan mekanisme autoimun

Mekanisme Self TolerenceUtamanya sel B dan sel T diinaktifkan atau sel Ts nya yang diaktifkan, sel Ts dianggap berperan mempertahankan tolerancy alamiah terhadap self-antigen, sel Ts menekan aktivitas sel Th. Self tolerance disebabkan oleh inaktivasi/dibunuhnya limfosit self-reaktif yang diinduksi antigen sendiri (Tolerogen).Imunologi Dasar Ed.7 Karnen Garna Baratawidjaja FKUIA. Toleransi sel Ba. Toleransi SentralInduksi yang terjadi saat limfosit dalam masa perkembangan. Terjadi apabila sel B imatur terpajan antigen sendiri yang multivalent dalam sumsum Tulang dan menimbulkan apoptosis atau spesifitas baru. Sel B yang self-reaktif dihancurkan dalam Sumsum Tulang.b. Toleransi PeriferToleransi yang ditemukan dalam organ limfoid primer atau reseptor dengan afinitas rendah. Sel B matang yang mengenal ag sendiri diperifer tanpa adanya bantuan sel Th tidak dapat teraktivasi.Bila sel B terlepas dari pengawasan proses clonal abortion dapat menjadi auto-reaktif.B. Toleransi sel Ta. Tolerancy SentralAg yang ditemukan dalam kadar tinggi di dua organ limfoid adl Ag sendiri, Ag asing akan dikenali oleh APC dan diangkut ke organ limfoid perifer. Bila ada limfosit imatur yang mengenali antigen sendiri akan disingkirkan (seleksi negative)Tolerancy sentral menyingkirkan limfosit yang potensial berbahaya (dengan reseptor afinitas tinggi terhadap Ag sendiri).b. Tolerancy PeriferMekanisme tolerancy sel T terhadap Ag spesifik jaringan yang tidak ditemukan dalam timus. Tolerancy perifer disebabkan adanya anergi, sel T yang dihilangkan (deletion) atau ditekan.Imunologi Dasar Ed.7 Karnen Garna Baratawidjaja FKUI Kehilangn self-toleran disebabkan adanya kegagalan toleransi perifer. Hilangnya self tolerance mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan system limfoid1. Teori Klon terlarang (forbidden clon theory)2. Teori antigen terasing 3. Teori defisiensi imunologi Ketiganya berkaitan dengan regulasi sel T helper dan sel t suppressor.(sumber : Patologi.Robbins Kumar)Tiga hipotesis telah diusulkan untuk menerangkan mekanisme dan manifestasi penyakit autoimun . 1. Hipotesis pertama, teori klon terlarang (forbidden-clone theory)Menyatakan adanya suatu klon dari limfosit mutan yang timbul melalui mutasi somatik . Sel mutan yang membawa antigen permukaan yang dikenal sebagai asing (mutan positif secaraantigenik) biasanya akan dihancurkan. Bagaimanapun, menurut teori ini, sel mutan yang tidak membawa antigen permukaan(mutan negatif secara antigenik) tidak akandihancurkan. Dengan berproliferasinya sel mutan yang defisien antigen ini (klonterlarang), sel-sel ini akan mampu bereaksi dengan jaringan sasarankarena ketidaksamaan genetik. Fenomena ini sama dengan reaksihospes melawan cangkok karena limfosit yang tidak cocok secaragenetik.Hipotesis kedua,2. Teori antigen terasing (sequestered antigentheory)Didasarkan pada fenomena pengaruh toleransi pada janin. Menurut teori ini, selama pertumbuhan embrio, jaringan yang dipaparkan pada sistem limforetikuler dikenal sebagai ``self ``. Mereka yang secara anatomi terpisah atau terasing dari sistemlimforetikuler tidak dikenali sebagai ``self``. Antigen ini terdapatpada jaringan seperti mata, sistem syaraf pusat, thiroid, dan testis.Pada kehidupan kemudian, pemaparan melalui trauma atau infeksi,dari antigen jaringan terasing ini terhadap sistem limforetikulermenyebabkan terjadinya penyakit autoimun. Kedua pengertian inididasarkan pada dasar pikiran (premise) hiperaktivitas respon imun,yang melalui pembentukan autoantibodi atau limfosit tersensitisasi(hipersensitivitas lambat) akan menimbulkan produksi suatupenyakit autoimun.3. Hipotesis ketiga, pengertian tentang defisiensi imunologik,didasarkan pada hipoaktif atau defisien sistem imunoiogik. Hipotesisini mendapat dukungan dari pengamatan secara klinis adanyahubungan antara sindroma defisiensi imunoiogik dan kenaikaninsidensi abnormalitas autoimun. Hubungan ini telah diperhitungkansebagian besar dari data yang diperoleh pada percobaan binatang.Injuri akan terjadi melalui munculnya limfosit mutan atau sebagaiakibat tetap adanya antigen mikroba. Dari pengamatan ini, telahdisimpulkan bahwa bukan individu normal yang mengembangkanpenyakit autoimun, kenyataannya paling tidak individu tersebutmempunyai defisiensi imun yang mendasari yang tidak kentarayang memberi kecenderungan pada keadaan autoimun. Akhirnya,suatu pengertian yang meminta penjelasan perkembangan keadaanautoimun harus memperhitungan pengendalian genetik dari sistemimun. Gambaran keluarga dan distribusi jenis kelamin (misalnyalebih banyak terjadi pada wanita) mengkarakterisasi kebanyakanpenyakit autoimun. Penemuan adanya hubungan antara antigen histokompatibilitas tertentu dengan aneka macam penyakitmemberi kesan bahwa gena respons imun (IR) pada manusia mungkin terletak dekat sekali dengan lokus HLA pada kromosom ke-6. Hubungan yang paling utama adalah risiko yang relatif tinggi terjadinya spondilitisankilosis atau sindroma Reiter pada individuHLA-B27-positif, yang mempunyai kerentanan yang diwariskanterhadap berkembangnya spondilitis atau sindrom Reiter dari anekamacam rangsangan antigenik. Bukti akhir-akhir ini pada percobaanbinatang dan manusia memberi kesan pengaturan imun yangterganggu didasarkan pada ketidakseimbangan asz3yangditentukan secara genetik pada subpopulasi sel-T (yaitu sel-T4helper/induser dan T8 sitotoksik/supresor) sebagai determinan penting pada perkembangan penyakit autoimun serta penyakit alergi

3. Bagaimana mekanisme autoimun ?DEWI Sistem imun gagal mempertahankan self tolerance shg tidak mengenal diri sendiri,maka dapat menghancurkan diri sendiri. Tjd akibat dkenalnya self antigen menimbulkan aktifasi,ploriferasi, srta diferensiasi sel autoreaktif menjadi sel efektor,.menimbulkna kerusakan jaringan.

Mekanisme:Autoimun yang terjadi melalui autoantibodi : autoantibodi kerusakan langsung. Cont : anemi hemolitik, trombositopeniaAutoimun yang terjadi melalui antibodi dan sel T : kerusakan diakibatkan oleh antibodi humoral serta sel T kompleks imun yang menimbulkan kelainan. Cont : arthritis, LESAutoimun yang terjadi melalui kompleks antigen dan antibodiAutoimun yang terjadi melalui komplemen : sebab belum jelas, diduga bahwa kompleks imun yang didalam tubuh tidak bisa dibersihkan oleh sistem imun yang komplemen.Autoimunitas terjadi akibat gagalnya mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. Potensi untuk autoimunitas ditemukan pada semua individu oleh karena selama perkembanganya, limfosit dapat mengekspresikan reseptor spesifik untuk banyak self-antigen yang mudah terpajan dengan system imun. Autoimunitas terjadi oleh karena dikenalnya self-antigen yang menimbulkan aktivasi, proliferasi serta differensiasi sel autoreaktif menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan(Imunologi Dasar edisi ke-7 : Karnen Garna Baratawidjaya)Terdapat dua mekanisme toleransi sistem imun.[3]Mekanisme pertama yaitu seleksi secara positif olehtimus, dimana yang dipilih hanyaselT yang dapat mengenali peptida padamolekulHistocompatability Complex (MHC)[3]. Mekanisme kedua yaitu seleksi negatif, dimana sel T yang mengenali antigen-sendiri dengan afinitas yang terlalu tinggi dihapus melalui prosesapoptosisdan tidak diizinkan untuk memasuki sirkulasi tubuh. Mekanisme yang menginduksi sistem autoimun pada kulit berkaitan dengan MHC dan genapoptosis[3].Beberapa mekanisme yang berkaitan dengan penyakit autoimun padakulityaitu[3]:1. pelepasan antigen asing2. keberadaan faktor samar dari proteinintraselularselama proses inflamasi3. aktivasi Sel T yang diinduksi oleh keberadaan antigen sendiri4. mimikrimolekular oleh fragmen peptida tertentu oleh agen infeksius terhadap protein induk5. reaksi imunologis melawan antigen-sendiri yang dimodifikasi.

4. Apa saja klasifikasi penyakit autoimun,(etiologi, dan tanda) ? DITA Menurut organ Spesifik : auto imun melibatkan 1 organ, ex penyakit saluran cernaTiroiditis hasimoto, DM tipe 1, miastenia gravis, anemia hemolitik autoimun(AHA) Non spesifik : melibatkan lebih dari 1 organ, ex SLESLE,AR, sindrom reiter Menurut mekanisme Auto imun melalui antibodi Antigen antibodi Rx seluler Mekanisme selular dan humoral

Tanda : SLE : ruam kupu- kupu,trombositopeni,leukppeni,radang sendiEtiologi : belum jelas, genetik (paling penting), lingkungan atau humoral terhadap respon imun.

Klasifikasi autoimun:Autoimun organ spesifik, cont : jantung, kelenjar tiroid, lambung, pankreas, paru, ginjal.Autoimun non organ spesifik, cont : SLE, arthritis reumathoid, anemia hemolitik autoimunPenyakit autoimun dapat dibagi menjadi 2 golongan :1) Berdasarkan Mekanismenyaa) Penyakit autoimun melalui reaksi humoral Artritis reumatoid LES Sindrom Syogren Miastenia gravis Penyakit grave Sindrom googpasture Anemia pernisiosa Penyakit hemolitik autoimun ITP Pemfigusb) Penyakit autoimun melalui reaksi selular Sindrome Gullain-Barre ( polineuritis idiopati akut ) Sklerosis multipel Ensefalomielitis diseminata akut (EMDA) Goiterc) Penyakit autoimun melalui mekanisme humoral dan selular Tiroiditis Hashimoto DM tipe I Polimiositis Dermatomiositis Penyakit autoimun melalui komplemen2) Berdasarkan Organa) Penyakit Autoimun organ spesifik Anemia pernisiosa Anemia autoimun hemolitik Tiroiditis Hashimoto Penyakit Addison Sindrome Gullain-Barre Ensefalomielitis diseminasi akut IDDM(DM tipe 1) Sindrom Goodpasture Penyakit Grave Miastenia gravis Sindrom sjogren Polimiositis b) Penyakit Autoimun non organ spesifik / sistemik LES dsDNA, antigen nuklear Skleroderma Sklerosis multiple Artritis Rheumatoid Sindrom Sjogren Hepatitis kronik aktif Ankylosing spondilytisImunologi Dasar Ed.7 Karnen Garna Baratawidjaja FKUI1. Penyakit autoimun menurut organ Penyakit autoimun organ spesifikContoh organ yang terkena penyakit autoimun adalah kelenjar tiroid, lambung dan pangkreas. Penyakit autoimun non organ spesifikPenyakit autoimun non organ spesifik terjadi karena dibentuknya antibodi terhadap autoantigen yang tersebar luas didalam tubuh msalnya anti DNA.2. Penyakit autoimun menurut mekanisme Penyakit autoimun melalui antibodi1. Anemia hemolitik autoimun(AHA) 2. Miastenia gravisAdalah penyakit kronis yang disebabkan gangguan dalam transmisi neuromuskuler.timbulnya miastenia gravis berhubungan dengan timus,umumnya penderita ini menunjukkan timoma atau hipertrofi timus dan bila kelenjar timus diangkat, penyakit kadang-kadang dapat menghilang.3. tirotoksikosis(penyakit grave, hipertiroidism)ditimbulkan oleh produksi hormon tiroid(tiroxin) yang berlebihan.gambaran klinik dan patologinya adalah lemas, gelisah, keringat berlebihan, palpitasi, berat badan menurun dan tidak tahan panas(heat intolerance). 4. anemia pernisiosaditimbulkan defek pematangan sel darah merah karena gangguan absorbsi vitamin B12.dengan keluhan lemas, pucat, tidak nafsu makan dan berat badan menurun. Penyakit autoimun menurut antigen antibodi1. lupus eritematosus sistemik(SLE)2. Artritis reumatoid3. sicca complex penyakit inflamasi kromis yang menyerang kelenjar eksokrin. Organ sasaran adalah epitel duktus kelenjar lakrimal dan ludah.ciri dari penyakit ini adalah mata kering(keratokonjungtiva sicca) dan kulit kering( xerostomia).4. sindrom goodpasturedeadalah penyakit paru dan ginjal yang jarang tetapi progresif.5. demam reumaadalah gejala sisa nonsupuratif dari penyakit streptokok A, biasanya berupa faringitis yang bermanifestasi 2-4 minggu pasca infeksi akut.gambaran klinis yaitu artritis, karditis, chorea( gerakan tidak terkontrol, tidak teratur dari otot muka, lengan dan tungkai).6. sindrom pasca perikardiotomi dan sindrom pasca infark miokard(penyakit dressler)berupa inflamasi akut yang terjadi sesudah terjadi kerusakan pada jaringan jantung.7. sklerodermapenyakit yang kronis, proresif, menimbulkan cacat. Cirinya ialah peningkatan endapan kolagen dikulit dan kadang diorgan internal.8. trombositopenia idoplastik(TSI)ditimbulkan oleh antibodi yang merusak trombosit.gambaran klinis adalah perdarahan pada gusi dan saluran gastrointestinal dan kencing.9. penyakit bulosa( vesikuler)penyakit kulit kronis yang terjadi karena dekstruksi jembatan-jembatan interselular(dermosom) yang menggangu kohesi epidermis.3. Penyakit autoimun menurur reaksi selular1. Sklerosis multipel adalah penyakit neuromuskuler yang sering menunjukkan relaps dengan periode eksaserbasi dan remisi yang terjadi lebih sering pada wanita dibanding pria.2. Ensefalomielitis diseminasi akut(EMDA),dapat terjadi setelah diberikan vaksinasi( rabies, campak dan influenza)3. Sindrom gullian barre( polineuritis idiopatik akut)4. Goiter (pembesaran kelenjar tiroid)4. Penyakit autoimun melalui mekanisme selular dan humoral1. Diabetes melitus tipe I( insulin dependent diabetes melitus/IDDM,juvenile DM), terjadi akibat detruksi imunologik sel beta dari sel langerhans pangkreas yang memproduksi insulin.2. Tiroiditis kronis( tiroiditis hashimoto) adalah penyakit tiroid yang terutama mengenai wanita pada usia 30-50 tahun.3. Polimiositis-dermatomiositis merupakan penyakit inflamsi akut dan kronis dari otot- otot(polimiositis) yang sering mengenai kulit(dermatomiositis).(IMUNOLOGI DASAR,FK UI)

5. Apa yang dimaksud Respon autoimun ? ESTIKA 6. Faktor apa saja yang berperan dalam autoimunitas ?INTAN Genetik Obat-obatan Jenis kelamin Kemiripan molekuler Kegagalan autoregulasi

Faktor-faktor yang berperan dalam autoimunitas :i. Infeksi dan Kemiripan MolekulerBeberapa bakteri memiliki epitop yang sama dengan antigen sendiri. Menyebabkan terjadinya respon imun terhadap autoantigen, dikarenakan sel mengenal autoantigen sebagai bakteri tersebut.epitop berikatan dengan protop pda antibodiii. Sequestered antigenAntigen sendiri yang karena letak anatominya, menyebabkannya tidak terpajan dari respon imun. Perubahan letak anatomi dalam jaringan menyebabkan Sequestered antigen terpajan oleh respon imun.iii. Kegagalan AutoregulasiRegulasi imun berfungsi untuk mempertahankan homeostasis. Gangguan terjadi pada presentasi antigen, infeksi yang meningkatkan respon MHC, kadar sitokin rendah, dan gangguan respon terhadap IL-2. Pengawasan terhadap autoreaktif oleh sel Ts dan Tr, jika ada kegagalan sel Ts/Tr menyebabkan Th dapat dirangsang dan menyebabkan reaksi autoimunitas.iv. Aktivasi sel B poliklonalKarena aktivasi sel B poliklonal oleh virus,lipopolisakarida dan parasit malaria dapat merangsang sel B dan menimbulkan reaksi autoimun. v. Obat-obatanReaksi kimia antigen asing dengan antigen permukaan sel mengubah imunogenisitas(suatu yang bias merangsang respon imunimunogenic).vi. Faktor KeturunanDiketahui adanya kecenderungan terjadinya penyakit autoimun pada suatu keluarga, diduga terjadi karena pengaruh beberapa gen. bukti ada hubungan antara HLA dan penyakit.(Imunologi Dasar Ed.7 Karnen Garna Baratawidjaja FKUI)

Faktor Faktor Yang Berperan dalam Autoimunitas

Faktor LingkunganFaktor Imun

Kemiripan molekular dan infeksiSequestered antigen

Virus dan autoimunitasB. Gangguan Presentasi

2. Bakteri dan autoimunitasC. Ekspresi MHC-II yang tidak benar

B. Hormon

D. Aktivasi sel B poliklonal

C. Obat

E. Peran CD4 dan Reseptor MHC

D. Radiasi UV

F. Keseimbangan Th1-Th2

E. Oksigen Radikal Bebas

F. Logam

7. Apa saja terapi autoimun ? HASBI Imunosupresan = clorambusil Kortikosteroid = prednison

Cangkok organ8. Apa saja px penunjang yang terjait dengan penyakit autoimun ? NADIA 9. Pengertian imunogen ? RISKON Zat yang merangsang respon imun10. Apa saja sifat dan macam imunogen ? SUKMA 11. Mengapa bisa timbul bercak merah?dan apa penyebabnya? TORIQ Karena kompleks imun terganggu, shg menyebabkan permeabilitas naik, menyebabkan pengendapan kompleks shg memacu netrofil, dan menimbulkan peradangan dan inflamasi, kemudian sel netrofil terpanggil akan lepas ke jaringan, Krn netrofil menghancurkan sel kompleks shg merusak jaringan. Krn ada darah yang keluar dari jaringan

Kompleks FR dan IgG ditimbun di sinovial sendi dan mengaktifkan komplemen yang melepas mediator dengan sifat kemotaktik dan lisis jaringan setempat, kemudian mengakibatkan respons inflamasi. Respons inflamasi disertai peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga banyak cairan intravaskuler yang keluar dan menyebabkan pembengkakan dan sakit bila eksudat bertambah banyak.Sedangkan terasa sakit bila digerakkan karena terjadi penimbunan fibrin dan penggantian tulang rawan oleh jaringan ikat sehingga sendi menyatu.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV jilid I

12. Apa hubungan dari keluhan yang dulu(kelelahan,sendi terasa sakit) dan keluhan sekarang(ruam ) dalam skenario ? TARRA 13. Apa hubungan sinar matahari dengan timbulnya bercak merah di wajah ?14. Apa diagnosis banding dari penyakit diskenario ?SLE,AR, sindrom reiterTiroiditis hasimoto, DM tipe 1, miastenia gravis, anemia hemolitik autoimun(AHA)15. Mengapa didapatkan rheumathoid faktor + ? Diakibatkan karena penyakit SLE(non spesifik)

Karena rheumatoid faktor adalah autoAb IgG , menyerang komplemen Ig G yang letaknya di cairan sinofial (di dalam sendi ) pngendapan Ab di sendi.Factor rematoid : autoantibody IgM yang diarahkan untuk melawan bagian Fc dari IgG yg terdapat dalam cairan synovial.RF dan IgG membentuk kompleks imun yg mengikat komplemen,menarik neutrofil,dan menimbulkan cedera jaringan karena reaksi hypersensitivitas III.Sumber: Robbins. Et al. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. EGC: Jakarta

Patofisiologi SLEPenyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara factor-faktor genetic, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduksi) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obatan tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pda SLE, peningkatan produksi autoantibody diperkirakan terjadi akibat funsi sel T supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibody tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.DAFTAR PUSTAKA : Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : FKUIPrice, Sylvia. A dan Wilson, lorraince. M. 2004. Patofisiologi. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGCPrice, Sylvia. A dan Wilson, lorraince. M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Volume 2 Jakarta : EGCAlbar, Zuljasri. 2004. Ilmu Penyakit dalam. Edisi 3. Jakarta : FKUI Dongoes, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

A. PATOFISIOLOGI ARTHRITIS RHEUMATOIDArthritis rheumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu rentan setelah respon imun terhadap antigen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunya adalah bakteri, mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi secara antigenik. Biasanya respon antibody awal terhadap mikroorganisme diperantarai oleh IgG. Walaupn respon ini berhasil menghancurkan mikroorganisme, individu yang mengalami AR mulai membentuk antibody lain, biasanya oleh IgM atau IgG, terhadap antibody IgG awal. Antibody yang ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rheumatoid (Rheumatoid factor/ RF). RF menetap di kapsul sendi sehingga menyebabkan inflamasi kronis kerusakan jaringan (Corwin, 2009).Antibody RF berkembang dan melawan IgG untuk membentuk kompleks imun. IgG sebagai antibody alami tidak cukup kemudian tubuh membentuk antibody (RF) yang melawan antibody itu sendiri (IgG) dan akibatnya terjadi transformasi IgG menjadi antigen atau protein luar yang harus dimusnahkan. Makrofag dan limfosit menghasilkan sebuah proses pathogenesis dari respon imun untuk antigen yang tidak spesifik. Bentuk kompleks imun antigen-antibodi ini menyebabkan pengaktifan sistem complement dan pembebasan enzim lisosom dari leukosit. Kedua reaksi ini menyebabkan inflamasi.Kompleks imun yang tersimpan didalam membrane synovial atau lapisan superficial kartilago, adalah pagositik yang terdiri atas polimorphonuklear (PMN) leukosit, monosit, dan limfosit. Pagositik menonaktifkan kompleks imun dan menstimulasi produksi enzim additional (radikal oksigen, asam arasidonik) yang menyebabkan hyperemia, edema, bengkak, dan menebalkan membrane synovial (Black & Hawks, ).Hipertropi synovial menyebabkan aliran darah tersumbat dan lebih lanjut manstimulasi nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat akan merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat deformitas (Corwin, 2009).Pannus menutupi kartilago dan kemudian masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium dapat memberikan (1) penegakkan atau menyingkirkan suatu diagnosis; (2) untuk mengikuti perkembangan penyakit, terutama untuk menandai terjadinya suatu serangan atau sedang berkembang pada suatu organ; (3) untuk mengidentifikasi efek samping dari suatu pengobatan. 6.1. Pemeriksaan AutoantibodiAntibodyPrevalensi, %Antigen yang DikenaliClinical Utility

Antinuclear antibodies (ANA)98Multiple nuclearPemeriksaan skrining terbaik; hasil negative berulang menyingkirkan SLE

Anti-dsDNA70DNA (double-stranded)Jumlah yang tinggi spesifik untuk SLE dan pada beberapa pasien berhubungan dengan aktivitas penyakit, nephritis, dan vasculitis.

Anti-Sm25Kompleks protein pada 6 jenis U1 RNA Spesifik untuk SLE; tidak ada korelasi klinis; kebanyakan pasien juga memiliki RNP; umum pada African American dan Asia dibanding Kaukasia.

Anti-RNP40Kompleks protein pada U1 RNA Tidak spesifik untuk SLE; jumlah besar berkaitan dengan gejala yang overlap dengan gejala rematik termasuk SLE.

Anti-Ro (SS-A)30Kompleks Protein pada hY RNA, terutama 60 kDa dan 52 kDaTidak spesifik SLE; berkaitan dengan sindrom Sicca, subcutaneous lupus subakut, dan lupus neonatus disertai blok jantung congenital; berkaitan dengan penurunan resiko nephritis.

Anti-La (SS-B)1047-kDa protein pada hY RNABiasanya terkait dengan anti-Ro; berkaitan dengan menurunnya resiko nephritis

Antihistone70Histones terkait dengan DNA (pada nucleosome, chromatin)Lebih sering pada lupus akibat obat daripada SLE.

Antiphospholipid50Phospholipids,2 glycoprotein 1 cofactor, prothrombin

Tiga tes tersedia ELISA untuk cardiolipin dan 2G1, sensitive prothrombin time (DRVVT); merupakan predisposisi pembekuan, kematian janin, dan trombositopenia.

Antierythrocyte60Membran eritrositDiukur sebagai tes Coombs langsung; terbentuk pada hemolysis.

Antiplatelet30Permukaan dan perubahan antigen sitoplasmik pada platelet. Terkait dengan trombositopenia namun sensitivitas dan spesifitas kurang baik; secara klinis tidak terlalu berarti untuk SLE

Antineuronal (termasuk anti-glutamate receptor)60Neuronal dan permukaan antigen limfosit Pada beberapa hasil positif terkait dengan lupus CNS aktif.

Antiribosomal P20Protein pada ribosomePada beberapa hasil positif terkait dengan depresi atau psikosis akibat lupus CNS

Tabel 3 Autoantibodi yang ditemukan pada Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

Catatan: CNS = central nervous system, CSF= cerebrospinal fluid, DRVVT = dilute Russell viper venom time, ELISA= enzyme-linked immunosorbent assay.

Secara diagnostic, antibody yang paling penting untuk dideteksi adalah ANA karena pemeriksaan ini positif pada 95% pasien, biasanya pada onset gejala. Pada beberapa pasien ANA berkembang dalam 1 tahun setelah onset gejala; sehingga pemeriksaan berulang sangat berguna. Lupus dengan ANA negative dapat terjadi namun keadaan ini sangat jarang pada orang dewasa dan biasanya terkait dengan kemunculan dari autoantibody lainnya (anti-Ro atau anti-DNA). Tidak ada pemeriksaan berstandar internasional untuk ANA; variabilitas antara pemeriksaan yang berbeda antara laboratorium sangat tinggi. Jumlah IgG yang besar pada dsDNA (bukan single-strand DNA) spesifik untuk SLE. ELISA dan reaksi immunofluorosensi pada sel dengan dsDNA pada flagel Crithidia luciliae memiliki sekitar 60% sensitivitas untuk SLE; identifikasi dari aviditas tinggi untuk anti-dsDNA pada emeriksaan Farr tidak sensitive namun terhubung lebih baik dengan nephritis6.2. Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan adanya penyakit SLE Pemeriksaan darahPemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga juga bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan aktivitas dan lamanya penyakit. Ruam kulit atau lesi yang khas Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya gesekan pleura atau jantung Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah Biopsi ginjal Pemeriksaan saraf.